BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6,41' - 7,19' Lintang Selatan dan diantara ' ' Bujur Timur dengan ketinggian 500m-1.800m dpl dan luas wilayah ha. Batas Utara Kabupaten Bandung Barat; Sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; Sebelah Selatan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur sebelah Barat Kabupaten Bandung Barat; di bagian Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi. Kabupaten Bandung terdiri atas 31 kecamatan, 266 Desa dan 9 Kelurahan. Dengan jumlah penduduk sebesar jiwa (Disnakan Kab. Bandung 2011) Sebagian besar wilayah Bandung adalah pegunungan. Di antara puncakpuncaknya adalah: Sebelah utara terdapat Gunung Bukittunggul (2.200 m), Gunung Tangkubanperahu (2.076 m) (Wilayah KBB) di perbatasan dengan Kabupaten Purwakarta. Sedangkan di selatan terdapat Gunung Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321 m), serta Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung Guntur (2.249 m), keduanya di perbatasan dengan Kabupaten Garut. (Disnakan Kab. Bandung 2011) Wilayah Kabupaten Bandung beriklim tropis dipengaruhi oleh angin muson dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 1500 sampai dengan 4000 mm/tahun, suhu rata-rata berkisar antara 19 C sampai dengan 24 C. (Disnakan Kab. Bandung 2011) Kabupaten Bandung merupakan penghasil perikanan budidaya yang cukup besar di Jawa Barat. Kabupaten Bandung mampu menghasilkan produksi perikanan budidaya yang lebih besar dari daerah lain. Target Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk memproduksi 16,89 juta ton pada tahun 2014 mengharuskan Kabupaten Bandung memberikan kontribusi produksi budidaya sebanyak 7% (Gusdinar dalam Galamedia 2011). 31

2 Karakteristik Pembudidaya Struktur umur menurut analisis demografi penduduk dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (a) kelompok umur muda, dibawah 15 tahun; (b) kelompok umur produktif, usia tahun; dan (c) kelompok umur tua, usia 65 tahun ke atas. Struktur umur penduduk dikatakan muda apabila proporsi penduduk umur muda sebanyak 40% atau lebih sementara kelompok umur tua kurang atau sama dengan 5%. Sebaliknya suatu struktur umur penduduk dikatakan tua apabila kelompok umur mudanya sebanyak 30% atau kurang sementara kelompok umur tuanya lebih besar atau sama dengan 10% (Tjiptoherijanto 2001). Karakteristik pembudidaya air tawar di Kabupaten Bandung memiliki umur berkisar antara tahun. Sebanyak 210 responden dengan rata-rata umur 47,49 tahun. 65,24% berada pada usia tahun (tabel 5). Hal tersebut berarti bahwa sebagian besar responden berada pada usia produktif. Tabel 5. Data Kisaran Umur Responden Umur Responden (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) < , ,24 > ,76 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Pada umumnya tingkat pendidikan formal responden di daerah penelitian tamat Sekolah Dasar (SD)/sederajat yakni sebesar 57,62 persen. Tingkat menengah pertama dan menengah atas masing-masing sebesar 21,91 dan 20,47 persen. Orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi lebih bermanfaat karena baik dengan sengaja maupun tidak sengaja menyebarluaskan pengetahuannya sewaktu mereka bergaul dalam masyarakat dan juga lebih mudah memahami sikap orang lain sehingga lebih menciptakan kerukunan di dalam kehidupan bermasyarakat (Taringan 2006). Atmanti (2005) menambahkan bahwa pendidikan merupakan salah satu investasi non fisik dimana tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan dapat menjamin perbaikan yang terus berlangsung dalam tingkat

3 33 teknologi yang digunakan masyarakat, sera pendidikan merupakan bagian dari modal insani (human capital) yang berperan dalam peningkatan produktivitas seseorang. Tabel 6. Data Pendidikan Responden Pendidikan Jumlah Persentase (Orang) (%) SD ,62 SMP 46 21,91 SMA 43 20,47 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Sebagian besar tingkat pengalaman usaha budidaya air tawar dari responden berkisar antara tahun yakni sebesar 96 orang. Responden berdasarkan lama pengalaman 1-5 tahun, 6-10 tahun, dan >20 tahun masingmasing sebesar 13, 83, dan 18 (Tabel.7). Rata-rata total responden memiliki pengalaman budidaya sebesar 12,75 tahun. Tabel 7. Data Pengalaman Usaha Budidaya Pengalaman (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) , , ,71 > ,58 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah) Keadaan Umum Usaha Budidaya Luas lahan responden penelitian kelompok pembenihan berkisar antara m 2, yang sebanyak 75 orang memiliki luas lahan berkisar m 2 dan sebanyak 15 orang memiliki luas lahan di atas 1000 m 2. Pada kelompok pendederan yang memiliki luas lahan berkisar m 2 sebanyak 37 orang dan sebanyak 23 orang memiliki luas lahan diatas m 2. Kelompok pembesaran memiliki luas lahan berkisar m 2 sebanyak 31 orang dan sebanyak 29 orang memiliki luas lahan diatas 500 m 2.

4 34 Besarnya luas lahan pada kelompok pendederan mayoritas disebabkan karena lahan yang dipakai tersebut merupakan kawasan pertanian yang setiap setengah tahun dipakai kegiatan pertanian. Berbeda dengan luas lahan pada kelompok pembenihan dan pembesaran yang lahannya dipakai kegiatan perikanan sepanjang musim. Tabel 8. Jumlah responden menurut luas lahan. No. Luas Lahan (m 2 ) Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 Pembenihan ,71 > ,14 2 Pendederan ,62 > ,95 3 Pembesaran ,76 > ,82 Total Sumber : Diolah dari data primer (2013) Sebaran benih pada kelompok pembenihan ikan mas berkisar 7-35 pasang, ikan nila berkisar 1-2 paket yang tiap paketnya berisi sekitar 400 ekor ikan nila dengan perbandingan jantan dan betina 3 : 1. Ikan lele berkisar 1-3 paket indukan yang tiap paketnya berisi sekitar 15 ekor indukan. Pada kasus pendederan ikan mas, benih yang ditebar berkisar antara L atau sekitar ekor benih yang ditebar setiap siklusnya. Ikan nila berkisar Kg benih yang disebar. Pada pembesaran, penyebaran benih ikan lele berkisar antara ekor setiap siklusnya. Sedangkan pada ikan nila berkisar antara ekor benih. Besar kecilnya penebaran benih tergantung pada luas lahan budidaya yang dimiliki tiap responden. Pemupukan merupakan salah satu bentuk masukan energi yang dimanfaatkan ikan secara tidak langsung. Pupuk dibagi menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan sumber hara yang lengkap bagi pakan alami juga dapat memperbaiki struktur tanah. Pupuk anorganik merupakan pelengkap yang dapat menyediakan zat hara secara cepat

5 35 untuk kebutuhan pakan alami. Marsono dan Lingga (2004) menjelaskan lebih terperinci tentang maanfaat dari pemupukan yaitu : A. Manfaaat pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika Tanah : Memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur. Mengurangi erosi pada permukaan tanah Sebagai penutup tanah dan dapat memperbaiki struktur tanah dibagian permukaan. B. Manfaat pupuk yang berkaitan dengan sifat kimia tanah Menyediakan unsur hara yang diperlukan bagian tanaman. Membantu mencegah kehilangan unsure hara yang cepat hilang seperti nitrogen, fosfor dan kalium. Memperbaiki keasaman tanah. Pupuk yang digunakan oleh responden mayoritas menggunakan pupuk kandang, dimana pupuk kandang tersebut digunakan untuk menumbuhkan pakan alami bagi kelangsungan hudup benih-benih ikan baik itu pada pembenihan lele, mas ataupun nila. Probiotik digunakan sebagian besar responden untuk meningkatkan sistem imunitas dari ikan. Apabila ikan dalam keadaan sehat maka pertumbuhan semakin cepat, hal ini dikarenakan energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk tumbuh, dan apabila sistem imunitas ikan rendah maka akan mudah terserang penyakit sehingga energi dari pakan yang seharusnya digunakan untuk tumbuh akan beralih fungsi untuk menyembuhkan penyakit, hal ini berakibat pada pertumbuhan dari ikan tersebut lambat. Haetami (2008) bahwa penggunaan probiotik secara langsung akan meningkatkan efektivitas mikroba usus yang pada gilirannya meningkatkan pertumbuhan. Pada kelompok pembenihan, produksi berkisar antara ekor setiap siklusnya, dengan rata-rata ekor setiap responden. Pada kelompok pendederan, produksi berkisar antara kg setiap siklusnya, dengan rata-rata 539 kg setiap responden. Pada kelompok pembesaran produksi berkisar antara kg setiap siklusnya, dengan rata-rata produksi tiap

6 36 responden sebesar 873 kg. Tinggi rendahnya produksi ini bias disebabkan oleh besarnya luas lahan budidaya dan juga bisa disebabkan oleh jumlah benih yang ditebar pada setiap siklusnya. Harga jual benih ikan pada kelompok pembenihan berkisar antara tergantung takaran dan jenis ikan, misalnya saja pada ikan mas yang ditakar per satuan gelas, ikan nila yang ditakar per satuan liter dan ikan lele yang ditakar per satuan kilo. Harga tersebut merupakan harga jual pada tengkulak yang nantinya diteruskan ke konsumen. Harga jual ikan pada kelompok pendederan berkisar antara dengan ukuran sekitar ekor/Kg. Harga jual benih ikan pada kelompok pembesaran berkisar antara per Kg dengan ukuran 10-15ekor/Kg Permasalahan Budidaya Permasalahan budidaya air tawar di Kabupaten Bandung mayoritas adalah cuaca. Cuaca yang tidak menentu menyebabkan produksi ikan menjadi tidak stabil. Permasalahan lain dalam budidaya air tawar di Kabupaten Bandung ialah sering timbulnya hama penyakit, ketersediaan lahan yang semakin menyempit, serta permintaan ikan yang tidak stabil dari konsumen atau tengkulak 4.4 Produksi dan Produktivitas Produksi budidaya air tawar Hasil produksi merupakan tujuan dari pelaksanaan kegiatan budidaya ikan yang dilakukan pembudidaya ikan, dimana pembudidaya mendapatkan keuntungan dari kegiatan budidaya yang dilakukan. Hasil produksi berupa banyaknya ikan yang berhasil tumbuh dalam satu siklus panen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, produksi ikan mas, lele dan ikan nila menurut olahan data primer 2013 dapat dilihat pada Tabel 9.

7 37 Tabel 9. Produksi Berdasarkan Luas Ruang yang digunakan No Kelompok Pembenihan (ekor) Pendederan (Kg) Pembesaran (Kg) Produksi per Musim Tanam Total Produksi (Tahun) Lele Mas Nila Lele Mas Nila Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Total Analisis Produktivitas A. Analisis Produktivitas per Satuan Luas Produktivitas merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan dan efektivitas pencapaian sasaran, dimana efektivitas dan efisiensi yang tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi (Atmosoeprapto 2000). Dari hasil penelitian di lapangan, maka didapat nilai produktivitas mengenai kelompok budidaya air tawar seperti pada Tabel 10. Tabel 10. Analisis produktivitas per Satuan Luas No. Produktivitas Per satuan Luas N (Orang) Minimum (Kg/m 2 /Th) Median (Kg/m 2 /Th) Maximum (Kg/m 2 /Th) 1. Pembenihan ekor ekor ekor 2. Pendederan 60 0,06 1,10 2,86 3. Pembesaran 60 0,85 7,87 16,67 Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Berdasarkan tabel diatas, nilai produktivitas terkecil ada pada kelompok pendederan dengan nilai 0,06 Kg/m 2 /Th, dan produktivitas tertinggi ada di kelompok pembesaran dengan nilai 16,67 Kg/m 2 /Th. Tinggi rendahnya nilai produktivitas ini karena tidak berupa nilai khusus suatu komoditi, sehingga perbedaan dari karakteristik budidaya setiap komoditi dapat membuat nilai produktivitas setiap kelompok berbeda. Menurut SNI no dan mengenai produksi pembenihan ikan nila dan ikan mas, produksi benih ikan pada masa pendederan sebesar 1,2 Kg/m 2 /Th. Nilai SNI tersebut berada diatas nilai rata-rata hasil

8 38 penelitian pada kelompok pendederan. Hasil tersebut diduga karena perbedaan jumlah siklus tanam responden dan siklus tanam pada SNI, siklus tanam responden berjumlah 6-7 kali dalam setahun yang menyebabkan perbedaan nilai produktivitas pendederan dengan nilai produktivitas secara SNI yang dihitung dengan jumlah siklus tanam sebanyak 10 kali dalam setahun. Menurut SNI no dan 7550:2009 mengenai produksi pembesaaran lele dan nila, nilai produksi sebesar 7,8 Kg/m 2 /Th. Nilai tersebut tidak berbeda jauh dengan nilai rata-rata hasil penelitian sebesar 7,87 Kg/m 2 /Th yang berarti nilai produksi pembesaran di Kabupaten Bandung sesuai dengan standar SNI. B. Analisis Produktivitas Ekonomi Produktivitas didefinisikan sebagai Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil (Greenberg, dalam Sinungan 2008). Data produktivitas per satuan biaya dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Analisis Produktivitas Ekonomi No. Produktivitas Ekonomi N Minimum Median Maximum (Orang) BCR BCR BCR 1. Pembenihan 90-0,14 1 2,61 2. Pendederan 60 0,01 0,23 1,57 3 Pembesaran 60-0,15 0,43 1,48 Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Data diatas menunjukkan bahwa nilai terendah produktivitas ekonomi yang dihitung menggunakan Benefit Cost Ratio ada pada kelompok pembesaran dengan nilai -0,15 dan nilai terbesar ada di kelompok pembenihan dengan nilai 2,61. Produktivitas ekonomi ini dihitung berdasarkan keuntungan yang didapat dibagi dengan total biaya yang digunakan dalam waktu satu tahun. Dilihat dari data tersebut nilai dibawah 1 menyatakan bahwa usaha tersebut tidak menguntungkan, dengan kata lain biaya yang dikeluarkan tidak begitu produktif jika dibandingkan dengan hasil yang didapat. Nilai Benefit Cost ratio menunjukkan angka 1 merupakan titik impas dalam pemanfaatan biaya produksi dan hasil yang didapat. Nilai diatas angka 1 menyatakan bahwa biaya tersebut

9 39 positif dan dengan kata lain, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan produksi dikatakan produktif jika dibandingkan dengan keuntungan yang didapat. 4.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran (compound) dari produksi dan aktivitas, dimana daya produksi menjadi penyebabnya dan produktivitas mengukur hasil dari daya tersebut (Ravianto 1986). A. Produktivitas Pembenihan Hasil Regresi Produktivitas Pembenihan Y = X X X X X5 Tabel 12. Analisis hasil regresi Produktivitas Pembenihan Variabel Koefisien p-value T Keterangan X * Benih X * Pakan X * Pengalaman X Pendidikan X Umur R-Square 95,7% F hitung = 375,59 T tabel=1,66 R-Square (adj) 95,5% F tabel = 2,33 Ket : * Nyata pada taraf 5% Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa variabel yang signifikan mempengaruhi produktivitas pembenihan adalah benih, pakan, dan pengalaman. Hasil regresi ini memiliki nilai R-Square (adj) sebesar 95,5% yang berarti faktor yang mempengaruhi produktivitas sebesar 95,5% dan sisanya merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas. Uji F dilakukan untuk menggambarkan pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel dependen (Setyorini et al. 2009). Uji f dilakukan dengan cara membandingkan F hitung dengan Ftabel. Hasil model regresi linear diperoleh nilai F hitung sebesar 375,59 dan Ftabel 2,333, hal ini menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari F-tabel yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor produktivitas : benih, pakan, luas lahan, lama

10 40 pengalaman budidaya, pendidikan dan umur berpengaruh terhadap produktivitas pembenihan. Uji t dilakukan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh dari variabel kelangsungan hidup benih (X1), konversi pakan (X2), lama pengalaman budidaya (X3), pendidikan (X4), dan umur (X5) terhadap produktifitas pembenihan di Kabupaten Bandung. Apabila nilai t variabel lebih besar dari t tabel maka variabel tersebut signifikan, dan apabila nilai t variabel lebih kecil dari t tabel maka variabel tersebut tidak signifikan (Purnamasari 2008). Hasil dari model regresi menunjukkan bahwa nilai t pada tiap variabel yaitu nilai t pada variabel X1 adalah 26.56, nilai t pada variabel X2 adalah -6.19, nilai t pada variabel X3 adalah -2,72, nilai t pada variabel X4 adalah 1.14, nilai t pada variabel X5 adalah Nilai dari tiap variabel tersebut menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas pembenihan adalah variabel X1, X2, dan X3, karena nilai t hitung pada ketiga variabel tersebut lebih besar dari nilai t tabel (1,66). Faktor pendidikan dan umur sama sekali tidak mempengaruhi produktivitas, dalam pembenihan ini selain faktor fisik seperti benih dan pakan, pengalaman budidaya dan umur juga mempengaruhi produktivitas. Juarno et al. (2011) menyatakan bahwa pakan merupakan salah satu kendala dalam budidaya dimana ditinjau dari mahalnya harga pakan Indonesia yaitu 40% lebih tinggi dibandingkan China karena belum efesiennya pemasaran dan terkonsentrasinya pabrik pakan, selain itu penggunaan pakan berlebih berpotensi mencemari lingkungan dan meningkatkan serangan penyakit. Faktor lain yang tidak masuk ke dalam model tetapi mempengaruhi produktivitas seperti faktor cuaca dan faktor permintaan ikan yang sering menjadi kendala dalam kegiatan pembenihan ini. Melihat persamaan hasil regresi nilai koefisien sebesar -10,4 yang artinya ketika variabel-variabel bernilai nol maka nilai produktivitas akan menurun. Hal ini diduga bahwa ada variabel lain selain lima variabel yang menjadi parameter yang membuat produksi menurun. Hal lain yang mungkin menyebabkan hasil nilai koefisien yang negatif karena data yang didapat dari responden adalah data saat ini dan bukan data awal ketika responden memulai satu kegiatan budidaya

11 41 sehingga tidak teridentifikasi hal-hal lain yang menyebabkan menurunnya porduktivitas. Variabel yang bertanda positif berdasarkan hasil regresi adalah X1 (benih), X4 (pendidikan), dan X5 (umur) sebesar 1,91, 0,111, dan 0,283. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan bahwa setiap variabel tersebut bertambah maka produktivitas akan meningkat sebesar satuan tersebut. Secara model seperti yang sudah disajikan di Tabel 12 bahwa variabel X4 dan X5 dinyatakan tidak signifikan yang artinya variabel tersebut tidak mempengaruhi produktivitas namun pada kenyataannya X4 dan X5 ini bernilai positif pada produktivitas yang artinya semakin bertambahnya umur dan pendidikan maka akan bertambah kemampuan individu responden. Variabel yang bertanda negatif berdasarkan hasil regresi adalah X2 (pakan) dan X3 (pengalaman) sebesar 0,438 dan 0,374. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan bahwa setiap variabel tersebut bertambah maka produktivitas akan menurun sebesar satuan tersebut. Secara model yang disajikan pada tabel 11 X2 dan X3 dinyatakan signifikan atau berpengaruh terhadap produktivitas. Hasil negatif dari hasil regresi menunjukkan bahwa memang pada tingkat pembenihan ini tidak begitu menggunakan pakan pada produksinya karena memang benih ikan masih menggunakan pakan alami sebagai makanannya. Begitu juga pada faktor lama pengalaman, yang dibutuhkan adalah kemampuan individu (Skill) bukan lamanya seseorang berkecimpung dalam kegiatan budidaya.

12 42 B. Produktivitas Pendederan Hasil Regresi Produktivitas Pendederan Y = X X X X X5 Tabel 13. Analisis hasil regresi Produktivitas Pendederan Variabel Koefisien p-value T Keterangan X * Benih X * Pakan X Pengalaman X Pendidikan X Umur R-Square 86.6 % F hitung = Ttabel = 1,66 R-Square (adj) 85.3% Ftabel = 2,37 Ket : * Nyata pada taraf 5% Uji F dilakukan untuk menggambarkan pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel dependen (Setyorini et al. 2009). Uji f dilakukan dengan cara membandingkan F hitung dengan F-tabel. Hasil model regresi linear diperoleh nilai F hitung sebesar dan F tabel 2,37, hal ini menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari F-tabel yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor produktivitas : benih, pakan, luas lahan, lama pengalaman budidaya, pendidikan dan umur berpengaruh terhadap produktivitas pendederan. Uji t dilakukan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh dari variabel kelangsungan hidup benih (X1), konversi pakan (X2), lama pengalaman budidaya (X3), pendidikan (X4), dan umur (X5) terhadap produktifitas pendederan di Kabupaten Bandung. Apabila nilai t variabel lebih besar dari t tabel maka variabel tersebut signifikan, dan apabila nilai t variabel lebih kecil dari t tabel maka variabel tersebut tidak signifikan (Purnamasari 2008). Hasil dari model regresi (Tabel 13) menunjukkan bahwa nilai t pada tiap variabel yaitu nilai t pada variabel X1 adalah , nilai t pada variabel X2 adalah -2.37, nilai t pada variabel X3 adalah 0.80, nilai t pada variabel X4 adalah 0.26, nilai t pada variabel X5 adalah Nilai dari tiap variabel tersebut menunjukkan bahwa variabel yang

13 43 berpengaruh terhadap produktivitas pembenihan adalah variabel X1 dan X2, karena nilai t hitung kedua variabel tersebut lebih besar dari nilai t tabel (1,66). Berdasarkan hasil regresi dan evaluasi kriteria statistik, produktivitas pendederan dipengaruhi oleh jumlah benih yang ditebar, dengan nilai R-Square 86.6 %. Sisanya sebesar 13,4% merupakan faktor lain yang mempengaruhi produktivitas pendederan di kabupaten Bandung. Pada kegiatan pendederan ini kemungkinan berasal dari kualitas air yang semakin lama menurun kondisinya ditambah lagi dengan keadaan cuaca yang tidak stabil. Faktor pengalaman, pendidikan dan umur sama sekali tidak berpengaruh dalam produktivitas pendederan di Kabupaten Bandung. Pada masa pendederan ini tidak begitu banyak campur tangan pelaku budidaya sehingga tidak berpengaruh kepada produktivitas. Melihat hasil fungsi regresi, nilai koefisien sebesar 2,04 yang dapat diinterpretasikan dengan kondisi dimana variabel-variabel uji bernilai nol maka produktivitas akan bernilai positif. Variabel pada hasil regresi yang bertanda positif ada pada variabel X3 dan X4 yang masing-masing memiliki nilai 0,175 dan 0,045. Kondisi ini dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan nilai variabel maka akan bertambah nilai produktivitas sebesar satuan tersebut. Secara model variabel ini dikatakan tidak signifikan karena nilai T lebih besar dari T tabel. Dilihat di lapangan, pengalaman dan pendidikan memang berperan dalam berlangsungnya kegiatan budidaya, pengalaman yang lebih bisa memaksimalkan kondisi budidaya sehingga dapat memaksimalkan produktivitas, namun pada pendidikan ini memang yang menonjol pada responden adalah kemampuan individunya bukan pendidikan formal yang tertulis. Variabel yang bertanda negatif ada pada variabel X1, X2, dan X5 yang memiliki nilai masing-masing 1,16, 0,0634 dan 0,263. Kondisi ini dapat diinterpretasikan dengan penambahan variabel-variabel tersebut akan menurunkan produktivitas sebesar satuan tersebut. Pada Tabel 13 disebutkan bahwa X1 dan X2 adalah signifikan atau berpengaruh terhadap produktivitas. Namun berbeda pada

14 44 hasil regresi yang menunjukkan penambahan variabel tersebut akan menurunkan produktivitas. Kelompok budidaya ini mayoritas mengandalkan kualitas air dalam pemeliharaannya. Benih yang terlalu banyak belum tentu efisien mendapatkan produksi yang tinggi. Begitu juga pada kasus pakan, kelompok pendederan ini sangat sedikit menggunakan pakan untuk pemeliharaannya sehingga pada fungsi regresi bernilai negatif. C. Produktivitas Pembesaran Hasil Regresi Produktivitas Pembesaran Y = X X X X X5 Tabel 14. Analisis Hasil Regresi Produktivitas Pembesaran Variabel Koefisien p-value T Keterangan X * 5.08 Benih X * Pakan X * 3.88 Pengalaman X Pendidikan X * Umur R-Square 63.5% F hitung = T tabel=1,66 R-Square (adj) 60.1% F tabel = 2,37 Ket : * Nyata pada taraf 5% Uji F dilakukan untuk menggambarkan pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel dependen (Setyorini et al. 2009). Uji f dilakukan dengan cara membandingkan F hitung dengan F-tabel. Hasil model regresi linear diperoleh nilai F hitung sebesar dan F tabel 2,37, hal ini menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari F-tabel yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor produktivitas : benih, pakan, luas lahan, lama pengalaman budidaya, pendidikan dan umur berpengaruh terhadap produktivitas pendederan. Uji t dilakukan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh dari variabel kelangsungan hidup benih (X1), konversi pakan (X2), lama pengalaman budidaya (X3), pendidikan (X4), dan umur (X5) terhadap produktivitas pembesaran di Kabupaten Bandung. Apabila nilai t variabel lebih besar dari t tabel maka variabel

15 45 tersebut signifikan, dan apabila nilai t variabel lebih kecil dari t tabel maka variabel tersebut tidak signifikan (Purnamasari 2008). Hasil dari model regresi (Tabel 14) menunjukkan bahwa nilai t pada tiap variabel yaitu nilai t pada variabel X1 adalah 5,08, nilai t pada variabel X2 adalah -2,15, nilai t pada variabel X3 adalah 3,88, nilai t pada variabel X4 adalah -0,40, nilai t pada variabel X5 adalah Nilai dari tiap variabel tersebut menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas pembenihan adalah variabel X1,X2,X3 dan X5 karena nilai t hitung pada variabel tersebut lebih besar dari nilai t tabel (1,66). Berdasarkan hasil regresi dan evaluasi kriteria statistik, produktivitas pendederan dipengaruhi oleh jumlah benih yang ditebar, dengan nilai R-Square 63,5%. Sisanya sebesar 36,5% merupakan faktor lain yang mempengaruhi produktivitas pendederan di kabupaten Bandung. Pada kegiatan pembesaran ini faktor lain sebesar 36,5% kemungkinan berasal dari kemampuan individu (skill) dalam melakukan kegiatan budidaya lebih terlihat mempengaruhi hasil produksi dan produktivitas. Koefisien hasil regresi dalam kelompok pembesaran adalah 2,24 yang bisa diinterpretasikan dengan produktivitas akan bernilai 2,24 jika variabel-variabel uji bernilai nol. Variabel yang bernilai positif adalah x1, dan X3 yang merupakan benih dan pengalaman. Variabel bernilai positif tersebut dapat diinterprestasikan dengan penambahan nilai variabel akan menambah nilaii produktivitas sebesar satu satuan tersebut. Dalam kasus ini penambahan jumlah benih dan pengalaman terhadap kegiatan budidaya dapat menambah produktivitas. Variabel yang bernilai negatif adalah X2, X4 dan X5 yang diinterpretasikan dengan penambahan nilai pada variabel tersebut akan mengurangi nilai produktivitas sebesar satuan tersebut. Pada kasus ini penambahan pakan, pendidikan dan umur akan mengurangi produktivitas. Hal ini bisa karena penambahan pakan yang berlebih akan menyebabkan menurunnya kualitas air dan menyebabkan produksi menjadi menurun. Faktor yang mempengaruhi produktivitas dari dimensi luas dapat dilihat dalam Tabel 15.

16 46 Tabel 15. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas No. Kelompok Pembenihan Pendederan Pembesaran 1. Benih Benih Benih 2. Pakan Pakan Pakan 3. Pengalaman Budidaya - Pengalaman Budidaya Umur Pekerja Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Berdasarkan tabel diatas faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah benih, pakan, pengalaman budidaya dan umur pekerja. Kualitas benih menjadi faktor utama yang mempengaruhi produktivitas. Benih yang digunakan oleh responden berasal dari Ciparay, Cianjur dan hasil dari pembenihan mandiri. Benih-benih tersebut tidak mendapat keluhan dari responden sehingga dapat kita katakan bahwa kualitas benih tersebut bagus. Pakan juga merupakan faktor utama yang mempengaruhi produktivitas. Penambahan pakan non komersial selain pemberian pakan komersial sangat membantu produksi yang mempengaruhi besar kecilnya produktivitas. Pengalaman dan umur responden juga turut menjadi faktor utama yang mempengaruhi produktivitas. Bertambahnya umur, bertambahnya pengalaman berbudidaya akan menambah ilmu yang akan membuat kemampuan individu (skill) para responden bertambah yang nantinya akan dapat memecahkan permasalahan budidaya sehingga dapat meningkatkan produktivitas budidaya.

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 45 V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 5.1 Karakteristik Petani Responden Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bandung dengan Penentuan tempat pengambilan sampel memakai Cluster Sampling dimana penentuan tersebut dipilih

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan Juni 2013 di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu (Lampiran 1), Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Kelompok Budi Daya Mitra Gemah Ripah merupakan salah satu kelompok usaha kecil menengah bidang perikanan darat yaitu budi daya udang galah. Kelompok usaha tersebut

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan pengalaman dalam usahatani.

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan pengalaman dalam usahatani. BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan data primer yang diperoleh dari 84 orang petani sampel, maka dapat dikemukakan karakteristik petani sampel, khususnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Perikanan Kabupaten Bandung Secara astronomi Kabupaten Bandung terletak pada 107 22-108 50 Bujur Timur dan 6 41-7 19 Lintang Selatan. Berdasarkan tofografi, wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum 1.1. Geografi Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kota Metro Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara geografis terletak pada 5,6 0 5,8 0 lintang selatan dan 105,17 0-105,19

Lebih terperinci

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kecamatan Pasekan.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kecamatan Pasekan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Kecamatan Pasekan merupakan salah satu dari 31 kecamatan yang ada di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Umur petani merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan usahatani. Umur berpengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usahataninya.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Jatitujuh berada di wilayah Utara Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama yang selalu dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Tetapi ada banyak hal yang menjadi kendala dalam produktivitas budidaya tanaman padi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI Tingkat efisiensi ekonomi dari faktor-faktor produksi dapat dilihat dari besarnya rasio Nilai Produk Marjinal (NPM)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur Karakteristik pembudidaya ikan KJA di Jatiluhur dilihat dari umur, pengalaman dan pendidikan.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa. Budidaya lele berkembang pesat karena permintaan pasar yang tinggi,

I. PENDAHULUAN. Jawa. Budidaya lele berkembang pesat karena permintaan pasar yang tinggi, I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan Perkembangan luas lahan sawah dan produksi padi mengalami penurunan yang disebabkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro 61 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Metro Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro termasuk bagian dari Provinsi Lampung, berjarak 45 km dari Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8% VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 16 menunjukkan bahwa model yang

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN 46 BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Profil Desa Tawangrejo 1. Letak geografis Secara geografis Desa Tawangrejo

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Lokasi Penelitian 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Babelan adalah kecamatan yang terletak di bagian utara Kebupaten Bekasi yang mempunyai garis pantai sepanjang 1,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya sehari-hari. Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya sehari-hari. Berdasarkan data 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya sehari-hari. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2002, konsumsi beras

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak ditanam oleh petani di Kecamatan Pasirwangi. Namun, pengelolaan usahatani kentang di daerah ini banyak memanfaatkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lele (Clarias) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak

I. PENDAHULUAN. Lele (Clarias) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia. Pengembangan usaha budidaya lele semakin meningkat setelah masuknya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu 6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Tambak Karakteristik sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena permintaannya terus meningkat setiap

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH 56 Intan Alkamalia 1, Mawardati 2, dan Setia Budi 2 email: kamallia91@gmail.com ABSTRAK Perkebunan

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. energi dan serat kasar. Konsumsi ternak rumiansia akan hijauan makanan ternak ±

I. PENDAHULUAN. energi dan serat kasar. Konsumsi ternak rumiansia akan hijauan makanan ternak ± I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan makanan ternak merupakan salah satu komponen utama pakan ternak yang harus tersedia khususnya untuk ternak rumiansia sebagai sumber energi dan serat kasar. Konsumsi

Lebih terperinci

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas dengan pendekatan Stochastic Production

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa penelitian yaitu Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Data profil Desa Tahun 2009 menyebutkan luas persawahan 80 ha/m 2, sedangkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka 2. 1. Tinjauan Agronomis Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta. Sejarah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadan Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian Pada tahun 2003 Desa Salilama dimekarkan menjadi tiga desa, dimana Salilama bagian selatan berdiri menjadi

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG e-j. Agrotekbis 2 (3) : 337-342, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG Feasibility Analysis Of Milkfish Farms

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Selanjutnya, tomat menyebar ke seluruh Amerika,

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Desa Sukajaya mempunyai luas 3.090,68 Ha dan jumlah penduduk

Lebih terperinci

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 24 Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Gorontalo memiliki letak yang sangat strategis sebagai pusat akses lintas daerah karena posisinya berada di titik tengah wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Variabel Pada penelitian yang penulis lakukan untuk menganalisis pengaruh yang terjadi antara luas lahan, pupuk, dan curah hujan terhadap hasil produktifitas padi sawah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat, tepatnya di Desa Karanglayung dan Desa Narimbang. Secara

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA PAKCHOI (brassica chinensis L.) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERPA JENIS PUPUK ORGANIK Oleh SUSI SUKMAWATI NPM 10712035 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL 7.1 Analisis Perbandingan Penerimaan Usaha Tani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci