IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Yanti Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Budidaya tanaman pare ini dilakukan dari mulai pengolahan lahan manual dengan menggunakan cangkul, kemudian pembuatan bedengan menjadi 18 bedengan yang memiliki lebar 50 cm dan panjang sesuai lahan yaitu 6,5 m. Penanaman dalam budidaya pare tersebut dilakukan secara langsung dengan menanam langsung benih di lahan yang telah siap. Perawatan yang dilakukan dalam budidaya ini adalah penyiraman, penyiangan gulma, pemupukan susulan, pemangkasan dan penyemprotan. Pemupukan dibedakan menjadi 3 pemberian pemupukan, yaitu pemberian pemupukan dengan pupuk kandang, pemupukan dengan pupuk NPK dan pemupukan dengan 50% pupuk kandang ditambah 50% pupuk NPK. Panen pertama buah pare dapat dilakukan kira-kira 7 minggu setelah tanam. Budidaya tanaman pare ini dilakukan pengamatan pertumbuhan tanaman untuk mengetahui pertumbuhan tanaman yang paling baik yaitu berupa : 1. Tinggi Tanaman Pertumbuhan merupakan suatu keadaan pertambahan ukuran dimana ukuran tersebut tidak akan kembali lagi kembali lagi ke bentuk semula, pertumbuhan terjadi karena adanya kegiatan pembelahan sel pada jaringan meristematik secara mitosis yang dapat dilihat dengan pertambahan jumlah daun, bertambahnya tinggi tanaman maupun akar tanaman yang semakin panjang (Tim Biologi 2004). Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan ataupun pemberian yang diterapkan dan yang paling mudah dilihat (Sitompul dan Guritno 1995). 39
2 Tinggi Tanaman (cm) 40 Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Pare Minggu ke- Kandang Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) kandang + 1 4,6 2,9 4,7 2 12,3 6,8 13,4 3 31,2 23,8 30,7 4 46,8 59,5 59,3 5 76,9 82,7 81,2 6 91,1 113, ,2 136, ,6 184, ,4 193,7 199, ,8 206,3 211,6 Sumber : Data Primer kandang kandang + NPK Minggu ke- Gambar 24. Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman Pare Tabel 1 memperlihatkan pemberian pupuk kandang kambing ditambah pupuk buatan, menghasilkan panjang tanaman terpanjang yaitu 211,6 cm dan tidak terpaut jauh dengan tanaman yang mendapat pemberian pupuk buatan NPK hanya berbeda sekitar 5 cm yaitu 206,3 cm. Penggunaan pupuk kandang kambing ditambah pupuk buatan dapat memberikan unsur hara yang penting bagi tanaman. Data tersebut menunjukkan juga bahwa pemberian pupuk kandang kambing yang diiringi dengan pemberian pupuk
3 41 buatan atau NPK memberikan ketersedian unsur hara yang berimbang, sehingga memacu pertumbuhan pare secara optimal. Berbeda dengan tanaman yang hanya diberi pupuk kandang saja, pertumbuhan tanaman cukup lambat dengan panjang akhir tanaman adalah 182,8 cm terpaut cukup jauh dengan kedua pemberian yang lain. Pertumbuhan tanaman pare yang lebih baik dijumpai pada pemberian pupuk kandang ditambah pemberian pupuk susulan NPK dan pemberian pupuk NPK saja. Hal ini karena pemberian pupuk NPK unsur hara N, P dan K tersedia dalam jumlah yang optimal dan seimbang sehingga dengan sekali pemberian pupuk ini telah mampu memberikan keseimbangan hara makro bagi tanaman. Sutejo dan Kartasapoetra (1990) menyatakan bahwa untuk dapat tumbuh dengan baik tanaman membutuhkan hara N, P dan K yang merupakan unsur hara esensial di mana unsur hara ini sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman secara umum pada fase vegetatif. Menurut Djoni (2009) mendefenisikan pupuk adalah sumber hara bagi tanaman, sehingga pemakaian pupuk tidak hanya pupuk buatan pabrikan seperti Urea dan NPK tetapi masih banyak sumber hara lainnya. Kotoran ternak dan sisa tanaman bahan hijauan merupakan sumber daya lokal yang potensial dimanfaatkan. Bahan ini jika dimanfaatkan secara optimal tentunya akan dapat menjadi sumber hara bagi tanaman sekaligus mengurangi biaya produksi serta menghilangkan ketergantungan petani pada pihak lain dan mendorong terwujudnya petani hijau lestari. Demikian juga menurut Rosmarkan dan Yuworo (2002) bahwa pupuk organik yang sering diberikan petani karena banyak tersedia adalah pupuk kandang kambing, karena pupuk organik ini mengandung komposisi hara antara lain 8 kg N, 7 kg P, 15 kg K dan 18 kg Ca. Berarti dengan penambahan pupuk organik berupa pupuk kandang kambing dapat memberikan sumbangan hara terutama hara makro dan mikro, disamping itu yang penting adalah memperbaiki struktur tanah dan biologi tanah sehingga tanaman akan tumbuh optimal.
4 42 2. Jumlah Daun Tanaman tumbuh dengan baik dapat dilihat pada banyak sedikitnya daun yang tumbuh serta tinggi tanaman. Semakin banyak daun, dapat dikatakan tanaman itu tumbuh dengan subur. Karena tanaman tersebut dapat menyerap unsur hara yang terdapat pada tanah kemudian digunakan untuk tumbuh serta menghasilkan daun yang selanjutnya akan digunakan tumbuhan tersebut untuk berfotosintesis. Daun merupakan pabrik karbohidrat bagi tanaman. Daun diperlukan untuk mengubah CO 2 dan H 2 O menjadi cadangan makanan melalui proses fotosintesis dengan energi cahaya matahari. Jumlah daun dipengaruhi oleh kandungan unsur hara yang tersedia dan lingkungan (Gardner 1991). Lingkungan yang mendukung pertumbuhan secara otomatis juga mampu mendorong pertambahan jumlah daun. Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Pare Minggu ke- Kandang Rata-rata Jumlah Daun (helai) kandang , ,3 6,7 3 14,2 9,2 11,5 4 20,5 24,3 19,7 5 30,8 30,5 28,8 6 38,2 39,7 34,2 7 43,8 46,5 43,5 8 50,7 61,5 55,7 9 56,7 73,8 67, , ,2 Sumber : Data Primer
5 Jumlah Daun (helai) Kandang+ kandang Minggu ke- Gambar 25. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Pare Tabel 2 memperlihatkan jumlah daun pada tanaman pare pada setiap pemberian pemberian pupuk berbeda-beda. Jumlah daun pada pemberian pupuk kandang memiliki rata-rata jumlah daun minggu terakhir pengamatan 63,2 helai, pada pemberian pupuk NPK memiliki rata-rata 86 helai sedangkan pada pemberian pupuk kandang kambing ditambah pupuk susulan pupuk NPK berkisar 80,2 helai. pupuk NPK, memberikan hasil jumlah daun terbanyak yaitu 86 helai dan tidak terpaut jauh dari pemberian pupuk kandang ditambah pupuk NPK hanya berbeda 6 helai yaitu 80,2 helai. Tidak berbedanya jumlah daun yang dihasilkan lebih dipengaruhi sifat genetis tanaman. Banyaknya jumlah daun yang dihasilkan tanaman pare dengan pemberian pupuk NPK saja lebih banyak karena setiap butir pupuk NPK mengandung tiga macam unsur hara utama yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K) yang diperkaya unsur hara Belerang (S) dalam bentuk larutan air sehingga mudah diserap akar tanaman yang bermanfaat menjadikan daun tanaman lebih banyak dan lebih hijau segar. Menurut Poespodarsono (1988) pertumbuhan daun tanaman pare sangat cepat karena sifat tanaman ini yang merambat. Jumlah daun tanaman
6 Jumlah Buah Pare (buah) 44 pare pada minggu pertama hanya berkisar 1-3 daun, minggu selanjutnya berkembang sangat banyak dan terus bertambah banyak lagi pada minggu berikutnya. Apalagi ditambah dengan pemakaian pupuk organik yaitu pupuk kandang kambing dan pupuk buatan yaitu NPK jumlah setiap minggu daunnya berkembang sangat pesat. B. Komponen Hasil 1. Jumlah Buah Tabel 3. Rata-rata Jumlah Buah Tanaman Pare Panen ke- Tanggal Jumlah Buah (buah) Kandang 1 22 April ,5 1,7 2, April ,7 1,8 2, April ,7 2,3 2,8 4 4 Mei ,8 2,2 3,2 5 8 Mei ,2 2, Mei ,3 2,8 3,3 Sumber : Data Primer 3,5 kandang + 3 2,5 2 1,5 1 0,5 Kandang kandang Panen ke- Gambar 26. Grafik Rata-rata Jumlah Buah Panen pada Sampel Tabel 3 memperlihatkan terhadap jumlah buah per tanaman pare yang dipanen pupuk buatan NPK dengan penggunaan bahan organik kotoran kambing. Rata-rata jumlah buah tanaman pare berkisar antara 1,5 sampai
7 45 3,3 buah setiap kali panen. pupuk organik tanpa penambahan pupuk buatan menghasilkan jumlah buah yaitu 2,3 buah dan pemberian pupuk buatan memberikan hasil buah yaitu 2,8. pupuk kandang (organik) dan pupuk NPK (anorganik) memberikan hasil jumlah buah terbanyak dari ketiga pemberian tersebut yaitu 3,3 buah, ini karena secara kualitatif kandungan unsur hara dalam pupuk anorganik lebih unggul daripada pupuk organik. Namun penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus dalam rentang waktu tertentu akan dapat merusak struktur tanah dibanding pupuk organik. Jumlah buah pare ini dipengaruhi oleh jumlah bunga pada tanaman pare, jika jumlah bunga semakin banyak maka buah yang dihasilkan juga semakin banyak. Sebagaimana yang dijelaskan Subahar (2004) bahwa umumnya bunga yang berkembang pada tanaman pare akan berkembang menjadi buah. 2. Berat Buah Panen Keseluruhan Tabel 4. Berat Buah Pare Saat Panen pada Perbandingan Kandang dan Panen ke- Tanggal Kandang Berat Buah (kg) kandang April ,2 11,6 11, April ,23 10,48 10, April ,45 10,69 11,4 4 4 Mei ,30 12, Mei ,15 9,20 9, Mei ,4 11,34 11,5 Total ,61 67,12 Sumber : Data Primer Tabel 4 memperlihatkan berat buah pare setiap kali panen pada ketiga pemberian tersebut. Panen yang memiliki berat buah terbesar adalah panen pada pemberian pupuk kandang ditambah pupuk NPK. Penggunaan pupuk kandang ditambah pupuk NPK dapat menghasilkan berat panen buah pare yaitu 67,12 kg. NPK menghasilkan berat panen buah pare yaitu
8 46 64,61 kg sedangkan untuk pemberian pupuk kandang menghasilkan berat buah pare yaitu 62,43. Hal ini dapat dilihat dari beberapa tabel pertumbuhan vegetatif seperti panjang tanaman, jumlah daun, waktu berbunga, jumlah buah per tanaman dan berat tanaman tiap petak dimana pemberian yang terbaik adalah kombinasi pada 50% pupuk organik + 50% pupuk buatan, sehingga akan memberikan bobot buah juga yang terbaik. Sebagaimana hasil penelitian Sarno (2009) bahwa kombinasi pemupukan antara pupuk organik dan pupuk buatan penting diberikan dibanding hanya pupuk buatan saja, karena kombinasi pupuk organik dan pupuk buatan dapat meningkatkan hasil pada tanaman pare. Selanjutnya menurut Haryanto et al (2006) kandungan bahan organik yang rendah merupakan kendala utama dalam produksi sayursayuran. Oleh karena itu untuk mendapatkan produksi sayuran yang tinggi, disamping pemberian pupuk kimia juga harus dilakukan pemberian pupuk organik. Gambar 27. Hasil buah pare pupuk kandang dan npk (kiri), hasil buah pare pupuk npk (tengah) dan hasil buah pare pupuk kandang (kanan)
9 47 C. Pemasaran dan Analisis Usaha Tani 1. Pemasaran Menurut Swastha dan Irawan 2005, mendefinisikan konsep pemasaran sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Bagian pemasaran pada suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting dalam rangka mencapai besarnya volume penjualan, karena dengan tercapainya sejumlah volume penjualan yang diinginkan berarti kinerja bagian pemasaran dalam memperkenalkan produk telah berjalan dengan benar. Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari seluruh usaha yang ditunjukkan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik pada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Pemasaran pare tanpa pengemasan yang langsung dipasarkan ke penjual sayur keliling dan penjual sayur di pasar. Pembelian pare secara kiloan dengan harga Rp 4.500,00/kg. 2. Analisis Usaha Tani Analisa ekonomi dapat dibedakan atas tiga yaitu ekonomi deskriptif, teori ekonomi dan ekonomi terapan. Ekonomi deskriptif adalah analisis ekonomi yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya nyata dalam perekonomian. Teori ekonomi adalah pandangan-pandangan yang menggambarkan sifat-sifat hubungan yang nyata dalam kegiatan ekonomi dan ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu keadaan yang mempengaruhinya mengalami perubahan. Ekonomi terapan (ilmu ekonomi kebijakan) adalah cabang ilmu ekonomi yang menelaah tentang kebijakan yang perlu dilaksanakan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi. Analisis ekonomi digunakan untuk menghitung biaya-biaya yang diperlukan dalam budidaya pare baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap. Analisis ekonomi budidaya tanaman pare ini untuk satu kali tanam yaitu selama 3 bulan dengan luasan lahan total adalah 112,5 m 2.
10 48 a. Biaya Tetap (Fixed Cost) dan Biaya Variabel (Variable Cost) Menurut Supriono (2009) analisis usaha tani dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha, beberapa hal yang dibahas dalam analisis ini adalah biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut biaya yang jumlah totalnya tetap konsisten tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktifitas sampai dengan tingkatan tertentu. Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume penjualan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. Biaya variabel memiliki karakteristik sabagai berikut biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding (proposional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variable, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah jumlah biaya variabel. Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan, jadi biaya semakin konstan. 1) Biaya Budidaya Tanaman Pare (Momordica charantia L.) keseluruhan Tabel 5. Rincian Biaya Tetap Budidaya Pare (Momordica charantia L.) untuk satu kali masa tanam (3 bulan) dengan luasan lahan per petak 30,875 m 2 Keterangan Frekuensi Harga Jumlah Sewa Tanah 30,875 m² Rp /m² Rp Cangkul (umur eko 2 buah Rp thn) /buah Sabit (umur eko 4 2 buah Rp /buah thn) Rp Sprayer (umur eko 1 buah Rp thn) /buah Rp Selang air (umur 1 buah Rp /buah eko 4 thn) Rp Garu (umur eko 5 1 buah Rp /buah thn) Rp Bambu (umur eko 3 buah Rp 7.000/buah 2 thn) Rp Total Biaya Tetap Rp Sumber : Analisis Primer
11 49 Tabel 6. Rincian Biaya Variabel Budidaya Pare (Momordica charantia L.) untuk satu kali masa tanam (3 bulan) per petak dengan luasan lahan per petak 30,875 m 2 Kandang dan Kandang Benih Rp Rp Rp Rafia Rp Rp Rp Plastik pembungkus Rp Rp Rp pare Pengolahan lahan Mencangkul dan membuat barisan Rp Rp Rp Tenaga Kerja Tanam Pemangkasan, Pembungkusan Buah dan Panen Pemupukan Kandang Rp Rp Rp Rp Pengendalian Hama dan Penyakit Siflutrin 50 g/l Rp Rp Rp Tenaga Kerja Pemeliharaan Transportasi Bensin Rp Rp Rp Total Biaya Variabel Rp Rp Rp Sumber : Analisis Primer b. Penerimaan Menurut Soekartawi (1995), penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. Total penerimaan dapat dihitung dengan cara mengkalikan harga jual tiap unit dengan jumlah produksi. Berikut adalah tabel produksi dan penerimaan budidaya pare :
12 50 Tabel 7. Produksi dan Penerimaan Budidaya Pare (Momordica charantia L.) untuk satu kali tanam (3 bulan) dengan luasan lahan per petak 30,875 m 2 Kandang dan Kandang Panen 62,43 kg 64,61 kg 67,12 kg Produksi (panen tidak layak) 1,6 kg 2 kg 5,4 kg Produksi (panen layak) 60,83 kg 62,61 kg 65,32 kg Harga (Rp) Penerimaan (Rp) Sumber : Analisis Primer Pemanenan buah pare pada pemberian pupuk kandang saja adalah sebanyak 62,43 kg akan tetapi ada buah yang rusak sebanyak 1,6 kg sehingga pare yang layak jual sebanyak 60,83 kg jadi penerimaannya sebesar Rp ,00. Pemanenan buah pare pada pemberian pupuk NPK saja adalah sebanyak 64,61 kg akan tetapi ada buah yang rusak sebanyak 2 kg sehingga pare yang layak jual sebanyak 62,61 kg sehingga penerimaannya sebesar Rp ,00. Pemanenan buah pare pada pemberian pupuk kandang dan NPK adalah sebanyak 67,12 kg akan tetapi ada buah yang rusak sebanyak 1,8 kg sehingga pare yang layak jual sebanyak 65,32 kg sehingga penerimaannya sebesar Rp ,00. yang mendapatkan panen paling banyak dan otomatis penerimaan paling besar adalah pemberian pupuk kandang ditambah pupuk NPK. Pemanenan pare keseluruhan adalah 188,76 kg, karena ada yang rusak dan tidak layak panen sebanyak 5,4 kg, sehingga panen hanya mendapatkan 188,76 kg. Pemanenan pare didapatkan berat buah pare pemberian pupuk kandang dan pupuk NPK sekitar gram, pemberian pupuk NPK sekitar gram dan pemberian pupuk kandang sekitar gram. Budidaya pare ini tidak menerapkan sistem grading sehingga pemasaran pare dijual langsung ke pedagang dengan sistem kiloan. Harga jual pare adalah Rp 4.500,00/kg. Produksi
13 51 panen budidaya pare didapatkan sekitar 188,76 kg dengan luas lahan 112,5 m 2, sehingga mendapatkan penerimaan Rp ,00. c. Keuntungan Keuntungan adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Keuntungan atau kerugian merupakan hasil dari perhitungan berkala. Hal ini akan diketahui secara pasti saat perusahaan menghentikan kegiatannya dan dilakukan likuidasi (Soemarso 2005). Tujuan dari pelaku ekonomi adalah memaksimumkan utility. Produsen memaksimumkan utility dengan cara memaksimumkan keuntungan. Keuntungan merupakan hasil pengurangan dari penerimaan (revenue) dengan biaya (cost). Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk dengan harga produk. Tabel 8. Keuntungan Budidaya Pare (Momordica charantia L.) untuk satu kali tanam (3 bulan) dengan luasan lahan per petak 30,875 m 2 Kandang Kandang NPK dan Penerimaan (Rp) Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Total Biaya (Rp) Keuntungan (Rp) Sumber : Analisis Primer Laba ekonomis dari barang yang dijual adalah selisih antara penerimaan yang diterima dari penjualan dan biaya peluang dari sumber yang digunakan untuk membuat barang tersebut. Jika biayanya lebih besar dari pada penerimaan, yang berarti lebanya negatif, situasi ini disebut rugi. Keuntungan tiap pemberian berbeda-beda karena biaya variabel yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk berbeda-beda, ada yang pupuk kandang saja, ada yang pupuk NPK saja dan ada pula yang pupuk campuran.
14 52 Keuntungan paling besar diperolehan pada pemberian pupuk NPK yaitu sebesar Rp ,00 dengan total biaya Rp sedangkan pemberian pupuk campuran memiliki selisih sedikit dengan pemberian pupuk NPK yaitu keuntungan sebesar Rp dengan total biaya Rp ,00. Budidaya pare dengan pemberian pupuk kandang mendapatkan keuntungan Rp 2.060,00 dengan biaya Rp ,00. Keseluruhan aplikasi pupuk yang paling besar dalam pengeluaran biaya adalah dengan pemberian pupuk kandang akan tetapi keuntungannya lebih kecil karena penerimaannya juga kecil. pupuk NPK saja mempunyai pengeluaran biaya paling kecil, akan tetapi keuntungannya lebih besar walaupun penerimaannya lebih rendah daripada pemberian pupuk campuran. Hal ini dikarenakan kebutuhan pupuk kandang dalam jumlah besar sedangkan kebutuhan pupuk NPK lebih sedikit walaupun harganya lebih mahal per kilonya. Total keuntungan budidaya tanaman pare secara keseluruhan adalah Rp ,00 dengan total biaya produksi Rp ,00 d. Break Event Point (BEP) Tabel 9. BEP Budidaya Pare (Momordica charantia L.) untuk satu kali tanam (3 bulan) dengan luasan lahan per petak 30,875 m 2 Kandang Kandang NPK dan BEP harga (Rp) BEP unit/produksi 59,37 41,97 44,88 Sumber : Analisis Primer Break event point (BEP) merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. Dengan demikian, pada saat itu usaha mengalami impas, tidak untung dan tidak rugi. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan dan juga harga jual agar suatu perusahaan tidak rugi. BEP harga yang didapat tiap sekali masa tanam pada pemberian pupuk kandang , pemberian pupuk NPK dan pemberian pupuk campuran yaitu
15 53 Artinya penjualan sebesar Rp pada pemberian pupuk kandang saja, Rp pada pemberian pupuk NPK dan Rp pada pemberian pupuk campuran tiap masa tanam dianggap telah mencapai Break Event Point (BEP). BEP total didapatkan Rp ,00 artinya tiap masa tanam dianggap telah mencapai Break Event Point (BEP). BEP unit/produksi pada budidaya tanaman pare dengan pemberian pupuk kandang 59,37 kg; pupuk NPK 41,97 kg dan pupuk campuran 44,88 kg artinya pada budidaya pare dalam sekali masa tanam perlu menjual sebesar angka yang dihasilkan pada perhitungan tersebut agar mencapai Break Event Point (BEP). BEP unit/produksi keseluruhan didapatkan sebesar 93,12 sehingga budidaya pare dalam sekali masa tanam perlu menjual sebesar 93,12 kg agar mencapai BEP. Menurut Jumingan (2006), analisis Break Event Point diperlukan untuk mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya baik yang bersifat tetap maupun variabel, dan laba atau rugi. e. R/C ratio (nilai kelayakan suatu usaha) R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan ukuran perbandingan antara penerimaan dengan biaya operasional. R/C Ratio dihitunng untuk menentukan kelayakan usaha. R/C Ratio lebih dari 1 maka usaha ini layak untuk dijalankan. Rumus R/C Ratio adalah total penerimaan dibagi total biaya produksi. Tabel 10. R/C Ratio Budidaya Pare (Momordica charantia L.) dengan pemberian pupuk kandang untuk satu kali tanam (3 bulan) dengan luasan lahan per petak 30,875 m 2 Kandang Kandang dan R/C ratio 1,008 1,17 1,15 Sumber : Analisis Primer R/C ratio yang didapat pada sekali masa tanam pada pemberian pupuk kandang yaitu 1,008; pada pemberian pupuk NPK sebesar 1,17 dan pupuk campuran yaitu 1,15 karena ketiga nilai R/C ratio lebih dari 1,
16 54 hal ini berarti usaha tersebut layak dilanjutkan. R/C ratio untuk keseluruhan budidaya pare didapatkan 1,33 jadi setiap modal Rp. 1,- akan kembali sebanyak Rp. 1,33 tiap produksi. f. B/C Ratio (Benefit/Cost Ratio) atau nilai keuntungan suatu usaha Analisis B/C ratio merupakan suatu analisis yang diperlukan untuk melihat sejauh mana perbandingan antara keuntungan yang didapat dengan total biaya yang dikeluarkan. B/C ratio merupakan analisis untuk mengukur tingkat keuntungan penjualan produk dalam proses produksi usahatani. Apabila nilai B/C ratio suatu produk lebih dari nol maka dikatakan usaha tersebut layak dijalankan dan mendapat keuntungan. Apabila nilainya sama dengan satu maka usaha tersebut tidak rugi dan tidak untung, sehingga akan dijalankan atau tidak tergantung keputusan. Sedangkan apabila nilainya kurang dari satu maka usaha tersebut dikatakan tidak layak dijalankan dan mengalami kerugian. Tabel 11. B/C Ratio Budidaya Pare (Momordica charantia L.) untuk satu kali tanam (3 bulan) dengan luasan lahan 30,875 m 2 Kandang Kandang dan B/C ratio 0,008 0,17 0,15 Sumber : Analisis Primer Perhitungan B/C ratio pada pemberian pupuk kandang sebesar 0,003; pupuk NPK sebesar 0,17 dan pemberian pupuk campuran sebesar 0,15 yang berarti usaha tersebut mendapatkan keuntungan jadi layak dilanjutkan. Perhitungan B/C ratio keseluruhan budidaya tanaman pare didapatkan 0,33 yang berarti nilai tersebut lebih dari nol sehingga usaha budidaya tanaman pare menghasilkan keuntungan dan layak dilanjutkan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan perkembangan sel-sel baru sehingga terjadi penambahan ukuran dan diferensiasi jaringan. Tanaman dikatakan mengalami pertumbuhan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)
III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Tinggi Tanaman Sawi Hijau Selama kegiatan budidaya dilakukan pengamatan, salah satu pengamatan
26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Tinggi Tanaman Sawi Hijau Selama kegiatan budidaya dilakukan pengamatan, salah satu pengamatan tersebut yaitu mengukur tinggi tanaman. Pengukuran tinggi
Lebih terperinciIII. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR
16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran
Lebih terperinciBAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR
13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa
1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada
Lebih terperinciI. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.
I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)
PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.
III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang berperan penting dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat diperoleh dari
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya
Lebih terperincirv. HASIL DAN PEMBAHASAN
17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAHAN DAN METODE
PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan
21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan
15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang tinggi seperti vitamin,
Lebih terperinciVI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA
VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan
Lebih terperinciPENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)
Jurnal KIAT Universitas Alkhairaat 8 (1) Juni 2016 e-issn : 2527-7367 PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani
Lebih terperinciPRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013
PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea
TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45-46
Lebih terperinciBAB III TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR
17 BAB III TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Kuliah Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Karangtaji Rt 02 Rw 04 Kecamatan Karangpandan Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semakin meningkatnya sektor industri di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan taraf hidup penduduk Indonesia, akan tetapi dengan munculnya berbagai
Lebih terperinciIII. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,
23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pupuk di Indonesia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang
III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman sorgum mempunyai daerah adaptasi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium
13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Jl. Seroja Kulim Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru pada bulan April 2013 sampai dengan bulan Juli 2013. Analisis bahan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung
Lebih terperinciKARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM
KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA PAKCHOI (brassica chinensis L.) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERPA JENIS PUPUK ORGANIK Oleh SUSI SUKMAWATI NPM 10712035 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di ladang yang berada di RT 09 Dusun Gasek,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di ladang yang berada di RT 09 Dusun Gasek, Kel. Karang Besuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Penelitian ini dilaksanakan mulai
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium
Lebih terperinciII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,
II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, Kecamatan Tanjung Karang Barat. Kota Bandar Lampung, mulai bulan Mei sampai
Lebih terperinciPertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh
45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung mulai bulan Juli September 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian
III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayuran juga dibutuhkan masyarakat sebagai asupan makanan yang segar dan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh
13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh Anjani (2013) pada musim tanam pertama yang ditanami tanaman tomat,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan
Lebih terperinciNur Rahmah Fithriyah
Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat menguntungkan jika dibudayakan secara berkelanjutan. Khususnya kopi Lampung memiliki peranan
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap jenis makhluk hidup termasuk tanaman. Proses ini berlangsung
Lebih terperinciPercobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda
Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Desember 2011 sampai dengan April
Lebih terperinciVI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN
VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 22 10 LS dan 105 14 38 dan Laboratorium Kimia
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan
Lebih terperinciI. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun
16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pakcoy ( Brassica chinensis L.)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pakcoy (Brassica chinensis L.) Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan
Lebih terperinciII. HASIL DAN PEMBAHASAN
II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha pengembangan pertanian selayaknya dilakukan secara optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha tersebut, maka produktivitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan
Lebih terperinciLAMPIRAN A. Layout Penelitian Blok 1 Blok 2 Blok 3 (P0.Z1) (P1.Z0) (P2.Z1) (P1.Z0) (P2.Z1) (P2.Z2) (P1.Z1) (P0.Z1) (P1.Z1) (P0.Z0)
LAMPIRAN A. Layout Penelitian Blok 1 Blok 2 Blok 3 (P0.Z2) (P0.Z1) (P2.Z2) (P2.Z1) (P1.Z0) (P0.Z0) (P0.Z1) (P2.Z1) (P1.Z0) (P1.Z1) (P2.Z2) (P1.Z2) (P2.Z0) (P1.Z1) (P0.Z1) (P0.Z0) (P2.Z0) (P2.Z1) (P1.Z2)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kelapa Dalam Kelapa adalah jenis tanaman yang termasuk genus cocos dengan nama spesies cocos mucifer L. Tanaman kelapa dalam memiliki akar serabut dengan bentuk batang
Lebih terperinciPUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem
14 4.1 Tinggi Tanaman Caisim BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada lampiran 1a sampai dengan lampiran 1d perlakuan media tanam hidroponik berbeda nyata pada semua waktu
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciPemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.
PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Oktober 2011-Januari 2012. 3.2 Bahan
Lebih terperinciIII. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu
16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung mulai dari bulan Maret sampai Juni 2012. 3.2 Bahan dan
Lebih terperinciII. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Melon a. Agronomi tanaman melon Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia curcubitaceae atau suku timun-timunan dan termasuk
Lebih terperinciBAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun
16 BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun Kwojo Wetan Rt 15 Rw 3 Desa Jembungan Kecamatan Banyudono
Lebih terperinciKompos Cacing Tanah (CASTING)
Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari
Lebih terperinciCara Menanam Cabe di Polybag
Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat
Lebih terperinci