VI. KERAGAAN USAHA GARAM RAKYAT DI DAERAH PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. KERAGAAN USAHA GARAM RAKYAT DI DAERAH PENELITIAN"

Transkripsi

1 63 VI. KERAGAAN USAHA GARAM RAKYAT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Deskripsi Petani Responden Petani reponden hampir semuanya merupakan petambak ikan di musim hujan. Petambak ikan inilah yang mengembangkan usaha garam dalam skala luas kurang lebih1 (satu) hektar. Pada musim hujan, petambak melakukan budidaya 2 jenis ikan, yaitu udang dan bandeng. Musim hujan biasanya mulai berjalan pada bulan November dan berakhir bulan Mei, sedangkan musim kemarau mulai masuk pada bulan Mei-Juni, sampai dengan bulan Oktober Karekteristik Sosial-Ekonomi Petambak Garam Jumlah petani responden dalam penelitian ini sejumlah 100 orang yang diambil secara random di tiga kecamatan. Hampir seluruh petani mengatakan bahwa bertambak garam merupakan usaha utama mereka ketika musim kemarau. Pada musim hujannya ditemukan juga petambak yang melakukan cocok tanam padi dan sayuran. Usia. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa sebagian besar petani responden (sekitar 90 persen) berada pada kisaran umur produktif yaitu pada antara tahun. Umumnya, petani yang mengusahakan usahatani ini adalah petani yang masih termasuk dalam usia produktif. Hal ini disebabkan dalam usahatani ini diperlukan tenaga fisik yang kuat terutama untuk persiapan lahan dan pemeliharaan aliran air. Pendidikan. Secara umum tingkat pendidikan petani masih tergolong rendah. Sebagian besar petani berpendidikan SD (1 6) tahun yaitu sekitar 45 persen, diikuti dengan SMP/sederajat (7 9 tahun) sekitar 39 persen dan SMU/sederajat (10 12 tahun) sekitar 14 persen, dan ada petani yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, sekaligus sebagai kepala desa. Pengalaman. Ditinjau dari pengalaman usaha garam, dapat dilihat bahwa umumnya responden telah berpengalaman usaha garam di atas 1-10 tahun (76 persen). Hal ini menunjukkan bahwa petani cukup terampil dalam usaha garam dengan metode yang turun temurun dengan pola madurase (penguapan air laut di atas tanah). Pengalam antara tahun sejumlah 23 persen, dan 1 orang diatas 20 tahun. Petambak ini mulai mengembangkan usaha garam mulai tahun 1980 dengan melihat proses produksi garam di wilayah Kabupaten Rembang.

2 64 Tabel 10. Karakteristik Sosial Responden Petambak Garam 1. Usia petambak garam 2. Tingkat Pendidikan Petambak Garam 3. Pengalaman Petambak Garam 4. Ukuran Keluarga 5. Pengalaman berkelompok dalam kelembagaan usaha garam Usia (tahun) Frekuensi > Total 100 Rata-rata 40.4 Tingkat Pendidikan Frekuensi Tidak Sekolah 1 SD 45 SMP 39 SMA 14 Diploma-S1 1 Jumlah 100 Rata-rata 8.06 Pengalaman Frekuensi Jumlah 100 Rata-rata 8 Jumlah Anggota (orang) Frekuensi Jumlah 100 Rata-rata 2.96 Pengalaman Berkelompok Frekuensi Jumlah 100 Rata-rata 3.05 Ukuran keluarga. Jumlah anggota keluarga pada petambak garam ratarata keluarga inti, yaitu kepala keluarga, istri dan 2 atau 3 orang anak yang terlibat dalam proses produksi garam. Skala kluarga inti 1-3 orang sebanyak 68 persen dan sisanya lebih dari 3 orang 32 persen. Keanggotaan dalam Kelompok Petambak. Jumlah responden semuanya tergabung dalam kelompok yang merupakan anggota kelompok petambak. Pengalaman berkelompok dalam usaha garam ada yang baru saja menjadi anggota kelompok sampai 1 dan 3 tahun sebanyak 65 persen, dan sudah lama menjadi anggota sekitar 35 persen. Petambak yang baru membentuk kelompok adalah mereka yang menjadi calon penerima manfaat program PUGAR yang diajukan oleh pendamping teknis dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu,

3 Ukuran Lahan Tambak Petani di kabupaten indramayu dilihat dari akses pengelolaan lahan ratarata mengelola rata-rata 0.8 hektar. Jumlah lahan tersebut petani mendapatkan dengan 3 pola akses terhadap lahan. Petambak di kecamatan Losarang banyak yang melakukan sewa untuk mendapatkan penggunaan lahan. Lahan sewa yang menjadi rebutan sekitar lahan yang dimiliki oleh desa dengan sistem lelang. Alasan mencari sewa lahan desa ini karena harga sewanya cukup murah antara Rp per musim. Sedangkan di Kecamatan Kandang Haur ditemukan petambak garam dengan cara bagi hasil dengan pemilik lahan yang umumnya pemiliknya sebagai juragan pemilik tanah di kavling wilayah tersebut. Juga ditemukan pemilik sekaligus memanfaatkan dan mengolah lahan sendiri. Keputusan mengeluarkan sewa lahan dengan berbagai pertimbangan. Para petambak lebih menyukai lahan yang lebih dekat dengan irigasi pusat atau lahan milik desa atau lahan yang dekat dengan rumah tempat tinggal. Hal ini akan mempengaruhi terhadap biaya dan teknis yang akan dijalankan. Sistem lelang yang diselenggarakan oleh pemerintahan desa menjadi daya tarik bagi petambak garam sendiri. Walaupun lahan tersebut jauh dari tempat tinggal, berbeda kampung hal ini menjadi prioritas kedua. Tabel 11. Sebaran Luasan Lahan Usaha Garam Luasan lahan (ha) Frekuensi > Jumlah 100 Rata-rata Jumlah petambak yang menggarap lahan ukuran kurang dari 0.25 hektar 1 persen, antara hektar sebanyak 18 persen, dan paling banyak petambak mengelola sekitar hektar sejumlah 55 persen PenggunaanTenaga Kerja dalam Usaha Garam Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam usaha garam dengan rataan hektar sebanyak 6 orang dengan spesialisasi pekerjaan tertentu. Pengalokasian tenaga kerja untuk persiapan lahan digunakan 2-4 orang. Fase ini merupakan fase yang intensif tenaga kerja. Biasanya petambak garam

4 66 menggunakan tenaga kerja dari luar jika mereka memiliki modal awal cukup untuk membayarnya. Upah tenaga kerja pada tahap ini per orang per hari bisa antara Rp Layanan terhadap tenaga kerja yang dipakai berbedabeda tergantung dari aturan dan kebiasaan di setiap lokal seperti tenaga kerja diberikan layanan makan siang, dan minum lainnya sehingga harga upah lebih murah. Sedangkan tenaga kerja diberikan harga tinggi dengan tidak diberikan layanan makan dan minum pagi dan siang hari. Keterlambatan pengolahan lahan pada fase awal ini ditemui di area penelitian. Terkadang petambak tidak bisa mengolah lebih awal karena tidak punya modal awal untuk mengolah lahan dan menggunakan tenaga kerja. Sehingga ini akan mempengaruhi terhadap teknis pelaksanaan produksi garam. Tabel 12. PenggunaanTenaga Kerja dengan Ukuran Lahan Hektar Pemggunaan tenaga kerja Jumlah (orang) per pekerjaan Persiapan lahan 4 Peminihan - pemanenan 2 Pencucian 1 Pada proses peminihan dan pemanen biasanya menggunakan tenaga kerja petambak sendiri dan anggota keluarga. Anggota keluarga yang dilibatkan mulai dari istri dan anak yang sudah bisa membantu kepala keluarga untuk terlibat di usaha garam. Pada proses peminihan pelaksanaan yang harus dipantai terus yaitu mengalirkan air ke area irigasi tersier dan memasukan air muda ke area peminihan. Perbaikan-perbaikan kincir angin dan pompa air. Serta jika diperlukan tambahan untuk memasukan air muda diperlukan ngagobak yang sering dilakukan oleh istri petambak garam. Penggunaan tenaga kerja terus menerus dilakukan setiap hari dalam proses ini. Untuk proses pencucian garam diperlukan hanya sekitar 1 orang saja dan ini sering dilakukan oleh anak dari petambak sendiri. Tetapi proses pencucian ini hanya terjadi di petambakpetambak tertentu yang menginginkan garamnya bersih. Jarangnya proses pencucian karena tidak ada intensive harga yang membedakan antara garam cuci dan garam tidak di cuci kepada petambak sehingga proses ini dirasakan siasia Usaha Garam Rakyat Indramyau Di Kabupaten Indramayu, komoditas garam merupakan komoditas unggulan, karena secara teknis dapat kelola dengan baik serta daerah ini

5 67 memiliki potensi lahan tambak yang sangat luas. Secara sosial komoditas ini dapat dikembangkan oleh banyak orang dan perlakuan usahanya cukup mudah dengan kondisi kemarau yang panjang dan tingkat curah hujan yang rendah. Secara ekonomi komoditas ini menguntungkan, cepat menghasilkan dan tersedianya peluang pasar lokal, regional maupun nasional yang merupakan kunci keberhasilan pengembangan agribisnis. Dengan bergeraknya ekonomi masyarakat melalui usaha agribisnis garam akan mampu mengangkat perekonomian masyarakat daerah. Ada beberapa alasan petambak garam di Kabupaten Indramayu mengembangkan usaha garam, diantaranya: (1) lahan cocok untuk tambak garam dan untuk memberdayakan lahan yang tidak difungsikan untuk musim kemarau, (2) Ada kecenderungan peningkatan harga walaupun harga tersebut masih belum bisa membedakan antara KW 1, KW2 dan KW3 di beberapa kecamatan, di Kecamatan Kandang Haur dan Krangkeng masih menetapkan harga sama dengan kualitas berbeda, sedangkan di Kecamatan Losarang, pemberlakuan harga bisa dibedakan berdasarkan kualitas (3) Ada kepastian pasar sehingga semua hasil produksi bisa diserap melalui jaringan tengkulak. (4) Adanya bantuan pemerintah melalui bantuan pemberdayaan usaha garam (Pugar) yang sudah berjalan mulai tahun 2010 merupakan program kementrian kelautan dan perikanan. Walaupun pugar sendiri hanya sebatas bantuan berupa barang dan alat produksi. Usaha produksi garam yang dilaksanakan petani di area tambak udang atau bandeng. Kegiatan budidaya ikan tersebut dilakukan ketika musim hujan. Sedangkan untuk usaha garam dilakukan pada musim kemarau. Oleh karena itu usaha garam sangat tergantung kondisi terik matahari, untuk proses penguapan air laut. Bahan baku garam sendiri adalah air laut yang dialirkan melalui irigasiirigasi tambak dengan kadar NaCl minimal 2 0 Be (dua derajat baume). Untuk melakukan pengukuran tingkat salinitas tersebut petambak menggunakan alat baumeter ketika posisi air laut di alirkan, dan pengecekan kembali pada 1 siklus aliran air tua. Tahapan produksi usaha garam di Kabupaten Indramayu melalui 4 tahapan, diantaranya sebagai berikut : a. Tahap persiapan lahan Proses produksi garam dimulai dengan persiapan lahan produksi garam dengan melaksanakan pengeringan lahan yang dilaksanakan menjelang musim

6 68 kemarau biasanya mulai pada bulan mei-juni. Proses persiapan biasanya menggunakan tenaga kerja tambahan selain dari petambak penggarap sendiri yang melakukan. Tenaga kerja pada masa persiapan lahan digunakan untuk perbaikan tanggul, saluran tambak, penyiapan area penguapan/peminihan, dan penyiapan meja kristal garam. Tenaga kerja yang dibutuhkan umumnya 2 orang per hektar. Perbaikan tanggul dan saluran tambak diperlukan waktu kurang lebih 1-2 minggu. Penyiapan peminihan dan meja Kristal dilakukan dengan cara memasukan air laut keseluruh area tambak sehingga mencapai ketinggian 30 cm. setelah 3 hari direndam air laut, area peminihan dan penggorengan dikeringkan. Untuk memperoleh kualitas tanah meja Kristalisasi yang lebih baik sebelum melakukan pelepasan air tua, tanah tersebut terlebih dahulu dikeraskan. Para petani menggunakan alat silinder yang digunakan untuk melakukan perataan pengerasaan area tersebut. Pengerasan dilakukan 2 kali untuk menghasilkan kualitas kekerasan tanah yang memenuhi syarat. Selain itu pula dilakukan pengesapan. Tujuan perlakuan ini adalah untuk membuang lumpur dan lumut yang menempel pada permukaan tanah. Pembuatan meja kristal membutukan waktu yang cukup lama pada tahun 2011, sedangkan awal musim kemarau tahun 2012 pengelolaan persiapan lahan pembuatan meja kristal lebih mudah. Pada tahun 2011 pengolahan meja kristal lebih lama karena pada musim sebelumnya tahun 2010 tidak dilakukan usaha garam karena tingkat curah cukup tinggi. Pada tahun 2010 tersebut petambak menggunakan area lahan tambak untuk budidaya ikan, dan menjelang digunakan usaha garam pada tahun 2011 kondisi tanah rusak, dan berlumpur tebal. Kondisi tanah tidak dapat menampung air, tanah menjadi poros sehingga cepat terserap masuk ke tanah kembali. Sedangkan pada tahun 2012, petani garam lebih mudah mengeraskan meja Kristal karena pada tahun sebelumnya proses usaha garam dilakukan. Pembuatan meja Kristal dilakukan selama 1-4 hari tergantung dari kondisi lahan yang dipakai apakah dipakai petambak ikan atau tidak. Pembuatan meja Kristal membutuhkan waktu lebih lama karena setelah proses pengerasan lahan yang pertama, tanah harus dibasahi lagi untuk kemudian dikeraskan kembali. Proses ini berlangsung 4 (empat) kali. Untuk penyiapan lahan garam dengan memakai 2 (dua) orang tenaga kerja diperlukan waktu hari. Penyiapan lahan garam dapat dipersingkat waktunya menjadi hari dengan menggunakan tenaga kerja 5 (lima) orang tenaga kerja, hanya saja diperlukan modal yang lebih besar untuk persiapan lahan garam.

7 69 Salah satu komunitas petani garam di Kabupaten Indramayu tepatnya di Desa Santing Kecamatan Losarang menggunakan area tambak mereka khusus untuk garam. Lahan tersebut digunakan hanya untuk usaha garam saja di musim kemarau sehingga ini akan mempengaruhi waktu dan modal pada proses persiapan pengolahan lahan. b. Tahap pembuatan garam Pembuatan dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu tahap penguapan. Tujuan dari penguapan supaya air laut mengandung konsntrasi air garam tinggi. Air konsentrasi ini disebut dengan air tua. Air tua dihasilkan dari mengalirkan air ke area-area peminihan (evaporator). Air tua yang siap dikristalkan ditampung dalam kolom penampungan. Tahap kedua adalah tahap pengkristalan, dimana air tua dalam kolam penampungan akan dialirkan ke meja Kristal, yaitu tempat penampungan air tua, sehingga Kristal garam akan terbentuk. Proses produksi di awali dengan air laut dengan tingkat kekentalan 2 0 Be (dalam 1 liter terlarut 2 gram NaCl) dari saluran skunder dalam kolam penampungan atau irigasi samping area peminihan. Dari kolam penampungan air laut dialirkan dengan menggunakan kincir angin atau pompa ke kolam peminihan yang rata-rata ada 6 kolam peminihan pertama. Hasil dari peminihan ini air laut memiliki kekentalan 4 0 Be. Untuk tahap awal proses ini memerlukan waktu 2 hari. Untuk menyediakan air laut 2 0 Be (air muda) menjadi air laut yang mengandung salinitas Be, proses ini biasanya diperlukan waktu 10 hari setelah air muda dan air tua di penampungan. Ukuran salinitas tersebut memang harus tidak lebih besar dari 25 0 Be karena akan menyebabkan garam menjadi pahit. Sedangkan kalau kurang dari 20 0 Be, kualitas garam menjadi tidak memiliki bobot dan masih banyak mengandung air. Untuk menjaga kepekatan air tua, dialirkan air muda dengan kepekatan 2 0 Be. Istilah tersebut namanya ngagobak. Proses pengaliran air tua ke meja Kristal dilaksanakan pada siang hari. Proses pembentukan Kristal garam di meja Kristal memerlukan waktu 2-10 hari. tergantung dari cuaca di tambak garam. Kristal garam akan terbentuk jika terik panas dan tidak akan terbentuk Kristal garam jika terkena air hujan.proses ini terus menerus berlangsung setiap hari di musim kemarau dengan memerlukan waktu Kristal garam 2-7 hari.

8 70 Kolam penampung air laut (Air Muda) 2 0 Be 4 0 Be Kolam peminihan Be Kolam peminihan Be Kolam peminihan Be Kolam peminihan 4 Pencucian garam 20 0 Be Kolam penampungan air tua 12 0 Be Kolam peminihan 5 Meja kristalisasi 15 0 Be Saluran air tua Gambar 9. Proses Pembuatan Garam yang sering dilakukan di tempat penelitian c. Tahap pemanenan garam Proses pemanenan garam berlangsung setelah 2-7 hari di meja Kristal. Pemanenan dengan cara di garuk, atau dikerik. Saat proses penggarukan, permukaan Kristal garam dalam kondisi terendam air tua. Garam dengan mutu baik dihasilkan dengan kondisi seluruh permukaan Kristal tenggelam tidak boleh ada yang menyembul ke permukaan karena ketika permukaan Kristal garam menyembul kepermukaan akan terjadi kristalisasi setempat dengan cepat, sehingga akan ikut terendapkan berbagai garam magnesium dan kalium. Jumlah meja Kristal garam untuk luasan 1 hektar sekitar petak yang berukuran 3mx15m atau 4mx12m tergantung kondisi lahan. Proses pengaliran air tua dilaksanakan secara bertahap 3-4 petak setiap hari, sehingga nantinya petambak akan secara bertahap melakukan penggarukan 1 petak tiap hari. Satu petak meja Kristal pada tahap awal bisa menghasilkan antara 3 7 kwintal per hari, sedangkan pada bulan-bulan berikutnya 1 (satu) petak meja Kristal bisa menghasilkan sampai ton garam kristal. Garam yang sudah dipanen dibawa ke tempat pencucian garam atau tempat pengumpulan dengan menggunakan ember. Pencucian garam dilakukan dengan cara disaring dengan waring atau serokan dengan tingkat kerapatannya lebih kecil dari ukuran Kristal garam. Pencucian Kristal garam dilakukan untuk meningkatkan kandungan NaCl dengan mengurangi/menghilangkan unsur Mg, Ca, SO 4 dan kotoran lainnya. Proses pencucian garam ini tidak semuanya dilakukan oleh seluruh petambak yang ada di Kabupaten Indramayu. Proses pencucian ini hanya dilakukan pada beberapa petambak garam yang ada di Kecamatan Losarang.

9 71 Dalam 1 (satu) musim pada tahun 2011 jumlah hari yang digunakan dalam mengeruk garam rata-rata 89 hari atau sekitar 3 (tiga) bulan. Dari jumlah hari rata-rata yang dipakai untuk mengeruk, maka jumlah produksi garam per musim rata-rata mencapai 70 ton. Pelaksanaan pengerukan ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang ada di wilayah tambak. Kondisi ngeruk dan hasil panen akan banyak ketika kondisi cuca tidak hujan. Kegagalan pengerukan garam jika terjadi hujan. Air hujan akan mempengaruhi perubahan kristal jadi mencair kembali. Jumlah produksi garam pada petambak garam responden berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal yang menyangkut pada teknis pemanen dan kualitas garam siap panen dihubungkan dengan kondisi cuaca. Jumlah panen hasil ngerok tiap hari rata-rata dari 100 petambak responden mencapai 778 kg atau sekitar 7.8 kwintal. Petambak di Kabupaten Indramayu menggunakan satuan karung dengan kapasitas per karung sekitar 50 kg sehingga dalam 1 (satu) hari bisa mengeruk sekitar 14 karung. Jumlah hasil panen pun terus mengalami peningkatan dari awal musim kemarau sampai akhir musim kemarau. Pada saat awal musim kemarau, jumlah produksi garam untuk area lahan sekitar 1 (satu) hektar sekitar 5 kwintal. Produksi garam menjelang musim kemarau berakhir bisa mencapai 1 (satu) ton. Tabel 13. Jumlah Hari Pengerukan dan Rata-rata Produksi Garam Jumlah Hari Pengerukan Frekuensi Rata-Rata Produksi (ton) Jumlah d. Tahap penyimpanan garam Penyimpanan garam dilakukan setelah proses pencucian yang dilakukan oleh petani yang memiliki gudang garam. Dari hasil temuan yang ada di Kabupaten Indramayu, gudang garam hanya dimiliki oleh para pengepul (bakul), sekaligus pemilik lahan yang melakukan bagi hasil dengan penggarap lahan. Petani garam yang tidak memiliki gudang garam, garam hasil panen langsung menjual kepada pengepul dan kepada pemilik lahan. Jika petambak garam ingin menyimpan di gudang garam milik bakul atau pemilik lahan tersebut dikenakan biaya simpanan Rp. 100/kg.

10 72 e. Tahap penjualan garam tingkat petambak garam dan pengepul Di Kabupaten Indramayu, mutu garam tidak berpengaruh pada harga garam. Garam mutu rendah mempunyai harga yang sama dengan garam mutu bagus.kekurangan modal menjadi garam tidak pernah disimpan di gudang. Proses penjual terjadi ketika garam masih berada ditambak. Pengepul menetapkan harga yang sama tanpa melihat kualitas garam pada satu kali transaksi penjualan. Kecenderungan harga terus menurun mulai dari awal sampai akhir musim kemarau. Ditemukan responden mendapatkan harga kisaran Rp 100-Rp 650 per kilogram. 54 persen responden mendapatkan harga kisaran Rp Rp 500 per kilogram. Petambak umumnya menjual kepada pengepul (tengkulak) yang biasa dan ada di daerah kecamatan masing-masing. Rata-rata bagi petambak yang tidak terikat dengan pengepul atau pemilik lahan menjual hasil panennya ke koperasi dan pengepul dengan harga sesuai dengan harga pasar berlangsung. Dengan kisaran harga jual antara Rp mereka mendapatkan keuntungan per kali panen (ngerok). Pendapatan yang diterima oleh petambak yang sistemnya bagi hasil harus dibagi menjadi 30 persen untuk penggarap dan 20 persen untuk pemilik. Bagi petambak pemilik penggarap dan penyewa, mereka mendapatkan seluruh hasil panennya. Sedangkan bagi petambak bagi hasil mendapatkan hasil bagian setelah itu dibagi baik dibagi garam atau hasil penjualannya. Umumnya mereka membagi dari jumlah kuantitas garam krosok. Jika dalam satu hari petambak mendapatkan sekitar 5 kwintal garam krosok, maka pembagian jika petambak mertelu 2 kwintal untuk juragan dan 3 kwintal untuk petambak sendiri. Saluran penjualan lain yang dilakukan beberapa petambak garam lainnya melalui koperasi. Ada sekitar 4 koperasi garam yang ada dan hanya di Kecamatan Losarang beberapa kali mencoba melakukan pembelian garam di tingkat petambak garam Kecamatan Losarang. Koperasi Segara Madu salah satu koperasi yang didirikan pada tahun 2010 memiliki 2 (dua) gudang garam yang menjadi tempat penyimpanan garam yang akan di jualbelikan ke perusahaan industri di sekitar Cirebon dan Surabaya. Dalam penentuan harga, koperasi belum bisa menerapkan penetapan harga yang sesuai dengan kebijakan dari pemerintah. Koprasi menerapkan harga pembelian sama dengan harga pasar yang berlangsung. Koperasi hanya bisa memberikan perbedaan harga garam ramsol saja dengan penambahan harga beli Rp 25 / kg. Nilai ini

11 73 sebagai nilai membayar biaya yang dikeluarkan oleh petambak ramsol (zat aditif) Kendala dan Permasalahan Kemajuan usaha garam di daerah peneliltian dan harapan petambak bagi peningkatan kesejahteraan hidup melalui usaha produksi garam tersebut, terlihat menemui beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu kendala internal petambak garam, dan faktor eksternal, seperti kurangnya informasi harga serta lemahnya sistem dan kelembagaan yang ada. Pada sisi internal, kendala yang ditemui berkaitan dengan cara dan manajemen usaha yang dilakukan oleh petambak. Sebagaimana tergambar pada teknik produksi garam yang dilakukan petambak, umumnya petambak didaerah penelitian masih sangat tradisional. Sampai saat ini belum ada teknologi yang baru dalam mengembangkan usaha garam. Teknologi sekarang dikatakan sudah baik dan para tembak terus mencari informasi mengenai teknologi dan inovasi tambahan dari teknis yang sekarang digunakan. Inovasi tambahan seperti penggunaan zat aditif dengan memakai bahan pengendap yang disebut ramsol (garam solusi). Selain ramsol, inovasi dikembangkan pada tahap proses peminihan yang panjang yang disebut dengan teknis ulir. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses penguapan air garam supaya menjadi cepat tua. Pada sisi eksternal, kendala yang ditemui terlihat pada kurangnya informasi harga dan pasar yang diterima petambak, lemahnya kelembagaan yang ada serta lemahnya posisi tawar petambak. Selama ini petambak belum bisa memperoleh informasi harga pasar secara aktual. Kalaupun ada yang mengetahui harga pasar akutal, posisi mereka lebih sebagai price taker. Hal ini disebabkan oleh peranan yang kuat dari pedagang pengepul dan juragan dalam menetapkan harga jual garam. Hubungan dekat yang saling membutuhkan menjadi faktor utama ketergantungan petambak terhadap pengepul atau juragan. Kecenderungan ini menyebabkan munculnya pasar oligopsoni yang terselubung di wilayah Kabupaten Indramayu Analisis Finansial dan Ekonomi Analisis pendapatan petabak garam menggambarkan secara sederhana bagaimana tingkat kelayakan usahatani garam di daerah penelitian. Hasil analisis

12 74 finansial dan ekonomis disajikan pada Tabel 14. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa hasil panen petambak berbeda-beda masing-masing group. Perbedaan ini karena perbedaan luas lahan. Luas lahan yang digarap oleh sewa rata-rata 1.25 ha dengan hasil panen mencapai 62 ton, bagi hasil 1 hektar dengan jumlah panen sekitar 67 ton dan pemilik penggarap sekitar 0.5 hektar dengan jumlah panen rata-rata sekitar 49 ton. Tabel 14. Analisis Finansial Usaha Garam Kelompok Sewa Bagi Hasil Pemilik Rataan ukuran lahan (ha) Produksi (ton) Harga Jual maksimum (Rp/kg) Biaya ( dalam juta) Sewa Lahan Tenaga Kerja Bahan Bakar Peralatan Total Biaya Revenue (dalam juat) Total Pendapatan Laba/rugi B/C Secara finansial, biaya total tunai yang dikeluarkan pada usaha garam pada kelompok pemilik-penggarap sebesar Rp. 19 juta, kelompok sewa Rp. 27 juta dan kelompok bagi hasil Rp. 25 juta. Komponen biaya terbesar yang harus dibayarkan petambak untuk untuk biaya tenaga kerja luar keluarga, yaitu sekitar 80 persen dari total biaya. Pengeluaran biaya untuk bahan bakar garam berbedabeda tiap kelompok dari karakteristik petambak. Petambak pemilik penggarap yang memiliki pompa air mengeluarkan biaya bahan bakar minimal 5 liter untuk 1 petakan lahan 0.8 hektar dengan harga bahan bakar sekitar Rp per liter. Pola pengeluaran biaya bagi petambak penggarap sewa juga memerlukan biaya kurang lebih Rp per hari untuk menarik air dari saluran irigasi utama. Ada ditemukan juga pada penggarap sewa mereka melakukan pembagian biaya yang harus mereka bayar jika mereka tidak memiliki pompa dengan memberikan iuran kepada pemilik yang bisa menyediakan pompa untuk mengairi aliran air ke pintu saluran tersier. Setelah itu baru ditarik air tersebut dengan menggunakan kincir angin yang dipasang kumparan sebagai penggerak aliran air naik ke area lahan

13 75 peminihan. Bagi kelompok penggarap bagi hasil, biaya bahan bakar ini tidak dikeluarkan penuh. Biaya bahan bakar ditanggung oleh sebagian pengepul. Hal ini menjadi pembeda antara tingkat penggunaan bahan bakar di kelompok yang lain. Harga bahan bakar minyak rata-rata mereka dapatakn sekitar Rp per liter. Hal ini merupakan harga subsidi yang sudah dterapkan oleh pemerintah mengenai bahan bakar dan energi. Penggunaan bahan bakar sudah melebihi batas rata-rata yang digunakan. Penggunaan pompa air para petambak operasikan selama 4 jam pagi dan sore. Hal ini akan menjadi boros ketika tidak sesuai dengan kadar lahan yang ada dengan jumlah yang diisikan. Begitu juga terkadang petambak garam selalu tidak bisa mengukur kadar cuaca yang terjadi akibat mendung atau hujan. Sehingga air yang dialirkan menjadi tidak membentuk garam kristal dan mereka harus melakukan pemompaan kembali air muda ke area tambak garam. Laba bersih yang didapatkan untuk kelompok sewa paling tinggi sebesar Rp juta dibandingkan dengan kelompok bagi hasil dan pemilik penggarap. Perbedaan harga yang diterima dan luasan lahan juga yang menyebabkan perbedaan pendapatan. Dilihat dari pendapatan yang didapatkan per bulan selama musim garam berjalan (3 bulan), pendapatan petambak sewa Rp 1.02 per bulan, sedangkan pemilik penggarap sekitar Rp. 700 ribu per bulan. Berdasarkan perhitungan rasio B/C usaha garam masih menguntungkan karena lebih dari satu. Untuk petambak sewa rasio mencapai 1.109, untuk petambak bagi hasil mencapai dan petambak pemilik garap Perbedaan nilai B/C antara petambak sewa dan bagi-hasil karena perbedaan biaya, sehingga keuntungan yang didapatkan bagi-hasil lebih besar, walaupun petambak sewa mendapatkan harga lebih besar dibandingkan dengan bagi-hasil dan tingkat pengelolaan lahan lebih luas. Jadi berdasarkan analisis finansial petambak bagi-hasil lebih besar keuntungannya dibadningkan dengan petambak lainnya. Penentuan harga jual pada analisis finansial disini ditentukan secara ratarata pada tingkat dimana petambak sewa mendapatkan harga jual rata-rata Rp 475 per kg, petambak bagi hasil mendapatkan harga jual Rp 469 dan petambak pemilik-garap mendapatkan harga Rp. 430 per kg. Dalam realisasinya, harga jual garam tiap bulan pada masa garam berbeda-beda, bahkan perbedaan tiap

14 76 tahun. Pada tahun 2011 ini harga garam bisa dikatakan pada posisi harga paling tinggi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KEADAAN UMUM 1. Potensi Tambak Garam Desa Losarang Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu merupakan salah satu sentra produksi Garam rakyat di Jawa Barat yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. China Germany India Canada Australia Mexico France Brazil United Kingdom

I. PENDAHULUAN. China Germany India Canada Australia Mexico France Brazil United Kingdom 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia salah satu negara dari sebelas negara produsen garam. Pencapaian jumlah produksi pada tahun 2009 sebanyak 1.4 juta ton, jauh dibandingkan dengan Cina yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kecamatan Batangan. Kabupaten Pati. Kecamatan Batangan terletak di ujung timur dari

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kecamatan Batangan. Kabupaten Pati. Kecamatan Batangan terletak di ujung timur dari BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Batangan 1. Kecamatan Batangan Batangan adalah salah satu kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di Kabupaten Pati. Kecamatan Batangan terletak

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI 77 VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI Produksi garam memberikan peluang usaha yang cocok sebagai usaha subsisten pada petambak di Kabupaten Indramayu. Usaha yang sudah turun temurun warisan dari petambak dulu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi yang pada umumnya mengacu pada kualitas garam. Kebutuhan

BAB I. PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi yang pada umumnya mengacu pada kualitas garam. Kebutuhan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garam rakyat Indonesia masih dipandang sebelah mata oleh sebagian kalangan pengusaha/perusahaan pengguna garam sebagai bahan dasar. Dalam pemasaran garam rakyat di

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. A.Petani Garam Rakyat

2. TINJAUAN PUSTAKA. A.Petani Garam Rakyat 4 2. TINJAUAN PUSTAKA A.Petani Garam Rakyat Pada umumnya, konsep kemiskinan lebih banyak dikaitkan dengan dimensi ekonomi, karena dimensi inilah yang paling mudah diamati, diukur dan diperbandingkan (Dewi,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ZAT ADITIF RAMSOL DALAM MENINGKATKAN MUTU GARAM RAKYAT

PENGGUNAAN ZAT ADITIF RAMSOL DALAM MENINGKATKAN MUTU GARAM RAKYAT PENGGUNAAN ZAT ADITIF RAMSOL DALAM MENINGKATKAN MUTU GARAM RAKYAT 1 Mahfud E, 2 Rahmad F. Sidik, 1 Haryo T 1 Prodi Ilmu Kelautan UTM, 2 Prodi TIP UTM e-mail: mahfudfish@gmail.com Abstrak Garam merupakan

Lebih terperinci

BAB III PERTANIAN GARAM DI DESA SAMBILAWANG DAN SALURAN DISTRIBUSI PRODUKNYA

BAB III PERTANIAN GARAM DI DESA SAMBILAWANG DAN SALURAN DISTRIBUSI PRODUKNYA BAB III PERTANIAN GARAM DI DESA SAMBILAWANG DAN SALURAN DISTRIBUSI PRODUKNYA A. Gambaran Umum Wilayah (Daerah) Desa Sambilawang Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Untuk mengetahui tentang hasil penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan juga termasuk produk yang tidak memiliki subtitusi (Suhelmi et al.,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan juga termasuk produk yang tidak memiliki subtitusi (Suhelmi et al., BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garam merupakan komoditas yang keberadaannya sangat penting dan belum ada produk tertentu yang dapat menggantikannya berdasarkan aspek fungsi dan kegunaannya. Garam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 kemudian akan digunakan untuk menduga sebaran keuntungan/kerugian kotor (gross margin) pada tiga kondisi (El Niño, dan ). Indikator ENSO yang digunakan dalam analisis ini adalah fase SOI. Keuntungan/kerugian

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang 3.977 mil diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik terdiri dari luas daratan 1.91

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

Zainul Hidayah. Dosen Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura ABSTRAK

Zainul Hidayah. Dosen Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura ABSTRAK PEMODELAN DINAMIKA SISTEM EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT DI PESISIR SELAT MADURA (STUDI KASUS KONVERSI LAHAN GARAM TRADISIONAL MENJADI LAHAN GARAM GEOMEMBRAN) Zainul Hidayah Dosen

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

Volume 5, No. 2, Oktober 2012 ISSN:

Volume 5, No. 2, Oktober 2012 ISSN: EFEKTIFITAS ADITIF NONKIMIA DALAM MEMPERCEPAT PROSES KRISTALISASI DAN MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI GARAM RAKYAT DI MADURA Haryo Triajie 1, Insafitri 1 1 Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Kabupaten Dompu secara geografis terletak di antara 117 o 42 dan 180 o 30 Bujur Timur dan 08 o 6 sampai 09 o 05 Lintang Selatan. Kabupaten Dompu

Lebih terperinci

RANGKUMAN STUDI PENINGKATAN MUTU GARAM DENGAN PENCUCIAN

RANGKUMAN STUDI PENINGKATAN MUTU GARAM DENGAN PENCUCIAN Oleh: RANGKUMAN STUDI PENINGKATAN MUTU GARAM DENGAN PENCUCIAN. Vita Ageng Mayasari (347). Riansyah Lukman (348) I.. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 8. km merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

PEMBUATAN GARAM MENGGUNAKAN KOLAM KEDAP AIR BERUKURAN SAMA

PEMBUATAN GARAM MENGGUNAKAN KOLAM KEDAP AIR BERUKURAN SAMA PEMBUATAN GARAM MENGGUNAKAN KOLAM KEDAP AIR BERUKURAN SAMA Imam Santosa Program Studi Teknik Kimia Universitas Ahmad Dahlan, Jl. Dr. Soepomo, Janturan Yogyakarta Imamsuad@yahoo.com ABSTRAK Di Indonesia

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Kemenyan di Desa Sampean Hutan kemenyan berawal dari hutan liar yang tumbuh tanpa campur tangan manusia. Pohon kemenyan tumbuh secara alami di hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini salah satunya diprioritaskan pada bidang ketahanan pangan, sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam peningkatan

Lebih terperinci

PENGAIRAN BAWANG MERAH

PENGAIRAN BAWANG MERAH PENGAIRAN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali pengairan tanaman bawang merah A. Pengairan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Coba Lapang Paremeter suhu yang diukur pada penelitian ini meliputi suhu lingkungan, kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi produktivitas

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH Analisis pendapatan pada usaha budidaya udang galah akan menjelaskan apakah usaha yang dilakukan menguntungkan (profitable) atau tidak yaitu dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di : JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 20-26 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/maquares KONVERSI TONASE AIR DENGAN BERAT GARAM YANG TERBENTUK

Lebih terperinci

PRODUKSI GARAM INDONESIA

PRODUKSI GARAM INDONESIA PRODUKSI GARAM IDOESIA o A 1.1 eraca Garam asional eraca garam nasional merupakan perbandingan antara kebutuhan, produksi, ekspor, dan impor komoditas garam secara nasional dalam suatu periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan memiliki sumber daya laut yang melimpah. Wilayah perairan Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam. PETUNJUK TEKNIS DEMPOND BUDIDAYA LELE MENGGUNAKAN PAKAN (PELET) TENGGELAM DI KAB I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Usaha Budidaya lele sampe sekarang banyak diminati masyarakat dikarenakan dalam perlakuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendekatan pembangunan pertanian dari segi komoditi terutama bersumber pada kenyataan peranan yang besar dari komoditi itu secara nasional atau bagi satu daerah tertentu

Lebih terperinci

Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM

Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi dan Kondisi PATM Gorontalo merupakan salah satu daerah yang menjadi tempat untuk pengembangan sumberdaya lokal berbasis pertanian agropolitan sehingga diperlukan inovasi

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah III. METODE PENELITIAN Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini digunakan untuk menggali fakta- fakta di lapangan kemudian dianalisis dan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sektor pertanian di Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumber daya alam yang melimpah.dalam pandangan orang awam, dengan potensi yang demikian tentu memberi

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Penambak Udang di Desa Karangsewu. Imorenggo dan Pakualaman Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Penambak Udang di Desa Karangsewu. Imorenggo dan Pakualaman Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Penambak Udang di Desa Karangsewu Penambak udang yang menjadi sampel adalah penambak udang di Dusun Imorenggo dan Pakualaman Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara maritim terbesar dunia dengan luas laut 70 % dari total luas

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara maritim terbesar dunia dengan luas laut 70 % dari total luas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alam sebagai penghasil garam. Secara geografis, Indonesia kaya akan sumber daya mineral. Indonesia juga merupakan salah satu negara maritim

Lebih terperinci

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus H. Adul Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Ach. Firman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Keadaan Geografis Secara geografis Kelurahan Kepel adalah merupakan dataran rendah. Berdasar data BPS Kota Pasuruan pada tahun 2013 curah hujan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 73 VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan Keberhasilan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian dan harapan petani bagi peningkatan

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin Karakteristik responden usaha pengolahan ikan asin memberikan gambaran mengenai responden atau pemilih usaha ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya petani agar kesejahteraan petani semakin meningkat. Petani dapat meningkatan produksi pertanian dengan menyediakan

Lebih terperinci

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO Pendahuluan Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja. Hal tersebut mengindikasikan

Lebih terperinci

APLIKASI KINCIR ANGIN SAVONIUS UNTUK PENGAIRAN TAMBAK GARAM

APLIKASI KINCIR ANGIN SAVONIUS UNTUK PENGAIRAN TAMBAK GARAM APLIKASI KINCIR ANGIN SAVONIUS UNTUK PENGAIRAN TAMBAK GARAM Zilman Syarif1, Duma Pabiban2 Abstrak : Sentra produksi garam di Provinsi NTT adalah di Kabupaten Kupang, Nagekeo dan Ende. Tahun 2011 melalui

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Karakteristik Lahan Sawah Bukaan Baru Pada dasarnya lahan sawah membutuhkan pengolahan yang khusus dan sangat berbeda dengan lahan usaha tani pada lahan

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA

PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA Oleh : Mulyanef, Burmawi dan Muslimin K. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Bung Hatta Jl. Gajah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. 34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Geografis a. Letak Geografis dan Wilayah Administratif Kabupaten Jepara secara geografis terletak pada 5 o 43 20,67 6 o 47 25,83

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN Kerangka Pemikiran

III. METODE KAJIAN Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN A. Kerangka Pemikiran Program PUGAR merupakan salah satu strategi pencapaian swasembada garam nasional oleh pemerintah dengan visi pencapaian target produksi garam 304.000 ton dan misi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum

Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum Penyusun E. Eko Ananto Dadan Ridwan Ahmad Trip Alihamsyah Penyunting Sunihardi Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.../PERMEN-KP/2016 TENTANG PENGENDALIAN IMPOR KOMODITAS PERGARAMAN

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.../PERMEN-KP/2016 TENTANG PENGENDALIAN IMPOR KOMODITAS PERGARAMAN RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.../PERMEN-KP/2016 TENTANG PENGENDALIAN IMPOR KOMODITAS PERGARAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Umur petani merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan usahatani. Umur berpengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usahataninya.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru

V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Identitas Pengrajin Identitas pengrajin merupakan gambaran umum tentang keadaan dan latar belakang pengrajin yang berkaitan dan berpengaruh terhadap kegiatan dalam

Lebih terperinci

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP Cilacap merupakan salah satu wilayah yang berpotensi maju dalam bidang pengolahan budi daya perairan. Memelihara dan menangkap hewan atau tumbuhan perairan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.504 pulau dengan 13.466 pulau bernama, dari total pulau bernama, 1.667 pulau diantaranya berpenduduk dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

VII. SISTEM AGRIBISNIS GANDUM LOKAL

VII. SISTEM AGRIBISNIS GANDUM LOKAL VII. SISTEM AGRIBISNIS GANDUM LOKAL 7.1. Subsistem Usahatani Gandum Lokal Informan usahatani ditetapkan berdasarkan Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) pada desa-desa target observasi.

Lebih terperinci

Efektivitas Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang, Indramayu

Efektivitas Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang, Indramayu Manajemen IKM, September 2013 (144-154) Vol. 8 No. 2 ISSN 2085-8418 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/ Efektivitas Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang, Indramayu The efectivity

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDI DAYA IKAN, DAN PETAMBAK GARAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDI DAYA IKAN, DAN PETAMBAK GARAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDI DAYA IKAN, DAN PETAMBAK GARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN ahanan pangan nasional harus dipahami dari tiga aspek, yaitu ketersediaan, distribusi dan akses, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan beriklim tropis merupakan kawasan yang hanya memiliki dua musim yaitu musim panas dan musim hujan. Musim panas dan musim hujan di kawasan ini memiliki intensitas

Lebih terperinci