HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok"

Transkripsi

1 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi beberapa Asisten Afdeling. Seorang Asisten Afdeling bertanggungjawab terhadap operasional Afdeling dengan luas areal sekitar ha. Satu Afdeling dibagi lagi menjadi blok berbentuk persegi panjang dengan luas blok pada umumnya 30 ha tetapi hal ini tidak berlaku tetap tergantung pada kondisi topografi dan letak blok. Sebagai contoh Afdeling V pada PT. Inti Indosawit Subur dibagi menjadi Sembilan blok. Kebun secara total akan memiliki lebih kurang lima puluh blok dengan total luas satu kebun antara ha. Dengan skala luasan kebun yang demikian, maka tidaklah mudah bagi seorang Estate Manager untuk dapat memantau keseluruhan areal luasan kebun yang menjadi tanggung jawabnya. Seorang Estate Manager seharusnya hanya perlu memusatkan perhatian kepada sebagian saja dari seluruh areal kebun, tidak perlu seluruhnya. Dengan demikian konsentrasinya akan lebih fokus, dan action plan untuk memperbaiki blok yang bermasalah tersebut dapat dilakukan dengan lebih fokus juga. Suatu cara yang dapat disebut sebagai Analisa Hasil Panen Blok dapat digunakan dalam perkebunan kelapa sawit dengan cara memperbandingkan kinerja suatu blok dengan blok lainnya, sehingga dapat diidentifikasi blok mana saja yang kinerjanya relatif tidak sebaik bok lainnya. Secara teknis pembandingan kinerja blok ini didasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi produksi seperti kelas kesesuaian lahan, jenis bibit dan umur tanaman. Faktor lain yang dapat dipertimbangkan adalah potensi produksi, yang dapat dijadikan sebagai acuan pagi pencapaian hasil. Sebagai contoh, perbandingan antar blok dapat dilakukan dengan membuat perbandingan langsung dari hasil panen setiap blok untuk jenis bibit dan tahun tanam yang sama. Misalnya, Blok E91A dengan jenis bibit Marihat tahun tanam 1991 memiliki produktivitas pada bulan Februari tahun 2012 sebesar 2.0 ton/ha. Sedangkan Blok E91B dengan jebis bibit dan tahun tanam yang sama memiliki produktivitas 2.3 ton/ha. Tanpa memperhitungkan faktor lingkungan secara garis besar dapat disimpulkan bahwa kinerja Blok E91B lebih baik dari Blok E91A. Metode lain dalam pemeringkatan kinerja blok adalah dengan membandingkan produksi aktual blok tersebut dengan potensi produksi bibitnya. Angka potensi produksi merupakan suatu acuan yang dapat dipergunakan untuk memprediksi produksi tanaman kelapa sawit. Setiap jenis bibit kelapa sawit memiliki angka potensi produksinya masing-masing. Angka potensi produksi ini juga sangat tergantung pada kelas kesesuaian lahan di mana bibit tersebut di tanam. Semakin baik kelas lahannya, tentu semakin tinggi angka potensinya. Angka potensi produksi ini dapat dijadikan acuan standar dalam pengukuran kinerja produksi buah kelapa sawit. Sebagai contoh, suatu blok dengan kelas lahan S2 yang ditanami bibit Marihat dengan tahun tanam 1991 maka pada tahun 2012 akan berumur 21 tahun dan mempunyai angka potensi produksi per tahun sebesar 21 ton/ha dengan bobot janjang rata-rata 28.6 kg dan menghasilkan 5.60 janjang/pokok/tahun. Pada kenyataannya blok tersebut memiliki produksi per

2 tahun sebesar 24.9 ton/ha dengan berat janjang rata-rata 25 kg dan menghasilkan 7.64 janjang/pokok/tahun. Dengan hasil seperti itu kinerja blok tersebut telah mencapai 90% dari potensinya. Dengan cara ini, dapat dibandingkan kinerja keseluruhan blok yang terdapat dalam satu kebun dan membuat urutan peringkat dari blok dengan kinerja paling baik hingga yang paling buruk. Untuk lebih memudahkan dapat dilakukan kode pewarnaan dari masing-masing blok sesuai peringkat kinerjanya masing-masing. Dalam model pewarnaan blok dibedakan berdasarkan garisnya yaitu horizontal, vertikal dan garis miring. Garis vertikal menunjukkan kinerja paling rendah, sementara garis horizontal menunjukkan kinerja paling tinggi. Contoh metode pewarnaan blok dapat dilihat pada gambar Gambar 3. Contoh metode pewarnaan blok Dapat dipahami bahwa blok dengan garis vertikal merupakan blok yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena kinerjanya yang relatif tidak sebaik blok yang lainnya. Pada kenyataannya munculnya blok dengan garis vertikal ini di kategorikan seperti sebuah hukuman padahal semestinya keberadaan dengan garis vertical dapat membantu manajemen kebun untuk mengkonsentrasikan perhatiannya. Blok dengan garis horizontal juga bukan berarti yang terbaik, karena produksi masih dapat ditingkatkan dengan memperbaiki hal-hal yang dianggap masih kurang baik sesuai dengan salah satu konsep perusahaan yaitu continous improvement yaitu perbaikan yang dilakukan secara berkelanjutan. Pengaruh populasi per hektar terhadap produksi, bobot janjang rata-rata dan produktivitas Peanaman kelapa sawit yang ditanam di Kebun Buatan dimulai pada tahun 1988 sampai dengan tahun Jarak tanam yang umum digunakan pada perkebunan kelapa sawit adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga diperoleh populasi per hektar 136 pokok. Namun pada kenyataannya sering tidak sesuai dikarenakan topografi areal dan kondisi lahan. Jumlah populasi per hektar diduga berpengaruh terhadap tiga komponen produksi yaitu produksi total kebun, bobot janjang rata-rata dan produktivitas. Berikut ini disajikan dalam Tabel 10 hasil uji

3 28 t-student terhadap tiga komponen produksi tanaman kelapa sawit berdasarkan jumlah populasi per hektarnya. Tabel 10. Pengaruh jumlah populasi per hektar terhadap tiga komponen produksi Variabel Nilai tengah (kg) SPH <125 SPH >125 t-hitung Pr > t Produksi tn BJR tn Produktivitas tn Keterangan : tn = tidak berbeda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5 % ** = berbeda sangat nyata pada taraf uji 1 % Data SPH (stand per hectare) untuk produksi merupakan data SPH yang diambil dari total produksi kebun pada setiap afdeling, sedangkan untuk data BJR (Bobot Janjang Rata-rata) dan produktivitas diambil dari data produksi tanaman kelapa sawit yang berumur 23 tahun (tahun tanam 1988) yang telah dikelompokkan berdasarkan kategori SPH yang telah ditentukan dan dihubungkan terhadap pencapaian tiga komponen produksi yaitu produksi total per tahun, bobot janjang rata-rata dan produktivitas. Berdasarkan hasil uji t-student pada taraf 5% ketiga komponen produksi di Kebun Buatan tahun 2011 yaitu produksi, BJR dan produktivitas tidak berbeda nyata antara SPH <125 dan SPH >125. Dari kedua kelompok SPH tersebut yang memiliki nilai produksi paling tinggi terdapat pada SPH <125, hal ini ditunjukkan nilai tengah yang lebih tinggi untuk ketiga komponen produksi per bulannya. Hasil uji t-student untuk produksi Kebun Buatan pada tahun 2011 tidak menunjukkan perbedaan nyata antara kelompok SPH <125 dengan kelompok SPH >125. Produksi tertinggi per bulan terdapat pada kelompok SPH >125 dengan nilai tengah sebesar kg/bulan. Berdasarkan hasil uji t-student pada taraf 5%, bobot janjang rata-rata Kebun Buatan tahun 2011 tidak berbeda nyata antara kelompok SPH <125 dan kelompok SPH >125. Nilai bobot janjang rata-rata paling tinggi terdapat pada kelompok SPH <125 dengan nilai tengah sebesar kg. Hasil uji t-student untuk produktivitas juga tidak menunjukkan perbedaan nyata antara kelompok SPH <125 dengan kelompok SPH >125. Produktivitas tertinggi terdapat pada kelompok SPH <125 dengan nilai tengah sebesar kg/ha/bulan. Hal ini dikarenakan kompetisi hara antar tanaman kelapa sawit yang terjadi pada kelompok SPH <125 lebih rendah dibanding dengan kelompok SPH >125. Kompetisi hara yang rendah antar tanaman kelapa sawit menyebabkan penyerapan hara oleh tanaman kelapa sawit terjadi secara optimal. Apabila penyerapan hara terjadi secara optimal maka hara akan terdistribusi ke seluruh tanaman secara merata sehingga menghasilkan buah yang lebih besar. Pada kenyataannya populasi per hektar di Kebun Buatan pada tahun 2011 sebesar 129 pokok/ha. Hal ini dikarenakan kondisi topografi areal kebun yang berbukit sehingga jarak tanam yang digunakan tidak tepat, disamping itu juga terdapat beberapa tanaman yang sudah tidak produktif dan terdapat tanaman yang sudah mati akibat serangan hama dan penyakit.

4 29 Pengaruh umur tanaman terhadap produktivitas Menurut Pahan (2008) tanaman kelapa sawit dapat dipanen pada saat tanaman berumur tiga atau empat tahun. Produksi yang dihasilkan akan terus bertambah seiring bertambahnya umur dan akan mencapai produksi maksimalnya pada saat tanaman berumur 9 14 tahun, setelah itu produksi yang dihasilkan akan mulai menurun. Umur ekonomis tanaman sawit berkisar antara tahun. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi produksi TBS yang dihasilkan tanaman kelapa sawit adalah umur tanaman. Selain mempengaruhi produksi, umur tanaman kelapa sawit juga akan mempengaruhi produktivitasnya. Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit akan meningkat secara tajam dari umur tujuh tahun dan akan mencapai tingkat produktivitas maksimalnya pada umur lima belas tahun dan mulai menurun secara perlahan seiring dengan pertambahan umur tanaman. Kebun Buatan memiliki empat tahun tanam yaitu yang tertua tahun tanam 1988 dan yang termuda tahun tanam Dapat diartikan bahwa pada tahun 2011 tanaman kelapa sawit di Kebun Buatan telah berumur tahun. Tanaman kelapa sawit di Kebun Buatan telah melewati masa produksi maksimalnya, namun masih berproduksi secara maksimal. Berikut ini disajikan dalam Tabel 11. Hasil uji t-student perbedaan tingkat produktivitas pada empat tahun tanam di Kebun Buatan. Tabel 11. Pengaruh tahun tanam (umur) terhadap produktivitas Perbandingan Nilai tengah (kg/ha/bulan) tahun tanam t-hitung Pr > t 1988 vs * vs * vs * vs tn vs tn vs tn Keterangan : tn = tidak berbeda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5 % ** = berbeda nyata pada taraf uji 1 % Berdasarkan hasil uji t-student produktivitas tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam 1988 (umur 23 tahun) berbeda nyata dengan tanaman kelapa sawit dengan tiga tahun tanam lainnya yaitu tahun tanam 1989 (umur 22 tahun), tahun tanam 1990 (umur 21 tahun) dan tahun tanam 1991 (umur 20 tahun). Hal ini dikarenakan pada umur 23 tahun produksi tanaman kelapa sawit sudah mulai menurun, dapat dibuktikan dengan nilai tengah dari produktivitas tahun tanam 1988 yang sebesar 1989,58 kg/ha/bulan. Sedangkan nilai tengah produktivitas yang tertinggi terdapat di tahun tanam 1989 (umur 22 tahun) yaitu sebesar 2134,67 kg/ha/bulan. Tabel 12 menunjukkan perbandingan produktivitas kelapa sawit antara Kebun Buatan yang menggunakan varietas Marihat dengan trend produktivitas kelapa sawit varietas Marihat bedasarkan literatur dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Tabel tersebut menunjukkan bahwa produktivitas kelapa Sawit Kebun buatan lebih tinggi dibanding dengan trend produksi kelapa sawit varietas Marihat dalam kelas lahan apapun. Hal ini dikarenakan kebun buatan melakukan

5 30 manajemen pemupukan, pemanenan dan perawatan kebun dengan baik sehingga mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi. Akan tetapi produktivitas kelapa sawit di Kebun Buatan telah mengalami penurunan ketika tanaman mulai berumur diatas 22 tahun. Penurunan produktivitas ini terjadi karena umur tanaman tersebut sudah diatas umur produktivitas maksimal rata-rata kelapa sawit. Oleh karena itu, dari pihak kebun akan berencana melakukan replanting untuk tanaman kelapa sawit tahun tanam 1988 pada semester II tahun 2013 agar produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat kembali. Tahun tanam Tabel 12. Perbandingan produktivitas Kebun Buatan Produktivitas Kebun Umur Buatan Tahun2011 (tahun) (ton/ha bulan) Kelas lahan dan produktivitas Marihat (ton/ha/bulan) I II III Sumber : Kantor Besar Kebun buatan 2012 Analisis Produksi Menggunakan Persamaan Regresi Berganda Ada tiga konsep yang perlu dipahami apabila berbicara dengan produksi kelapa sawit yaitu. Produksi Secara Genetik, Site Yield Potential, dan Produksi Aktual. Pertama, produksi secara genetik merupakan potensi produksi maksimal yang dimiliki oleh bahan tanaman pada suatu lingkungan tanpa atau sedikit mengalami hambatan baik faktor lingkungan, maupun teknik budidaya dan manajemen. Kedua, Site Yield Potential merupakan produksi yang dapat dicapai oleh bahan tanaman tertentu sesuai dengan kondisi suatu tempat setelah mengalami hambatan oleh faktor pembatas yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia seperti faktor iklim. Ketiga, produksi aktual merupakan produksi yang telah dicapai oleh bahan tanaman tertentu pada suatu lokasi setelah mengalami hambatan oleh faktor pembatas yang tidak dapat dikendalikan. Analisis produksi kelapa sawit tidak dapat dilakukan secara mudah mengingat banyak faktor yang mempengaruhi produksi seperti tipe tanah secara fisik maupun kimia, kondisi iklim (jumlah dan distribusi curah hujan), lama penyinaran, kecepatan angin, teknik budidaya dan manajemen, dan faktor-faktor sosial dalam kebun. Beberapa faktor tersebut saling berinteraksi satu sama lain yang dapat menurunkan dan menghilangkan produksi dari potensi yang dimiliki oleh tanaman. Untuk mendapatkan produksi yang optimal maka seluruh faktor produksi yang mempengaruhi harus diusahakan pada kondisi yang optimal. Hal ini dikarenakan faktor penentu produksi tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Optimalisasi yang kurang salah satu faktor atau lebih dapat mempengaruhi pencapaian produksi. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap produksi TBS khususnya di Kebun Buatan adalah curah hujan, jumlah hari kerja, output pemanen, SPH (populasi per hektar), dan umur

6 Percent tanaman. Pemilihan faktor-faktor produksi tersebut didasarkan pada asumsi dan kelengkapan data yang tersedia di kebun. Analisis dilakukan terhadap tiga variabel faktor penentu produksi yaitu curah hujan selama enam bulan terakhir, jumlah hari kerja dan output pemanen pada tahun Persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut: Produksi (Y) = CH Jumlah HK Output Untuk mengetahui persamaan regresi berganda layak atau tidak untuk digunakan dapat dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak digunakan uji normalitas. Persyaratan uji normalitas adalah data berasal dari distribusi yang normal yang di uji dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov pada taraf 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika sinilai gnifikansi lebih besar dari 0,05. Untuk persamaan regresi di atas didapat dengan nilai P-value yang berarti data telah terdistribusi dengan normal. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastisitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu uji park, uji glesjer, dan melihat pola grafik regresi seperti pada gambar Probability Plot of RESI1 Normal Mean -9,09495E-13 StDev 191,8 N 12 KS 0,178 P-Value >0, RESI Gambar 4. Grafik persamaan regresi Model yang layak didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa

7 32 tidak terdapat heteroskedastisitas yang terlihat dari penyebaran data yang membentuk pola. Dapat dikatakan bahwa terdapat kesamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Pada pembahasan ini akan dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi. Jika nilai VIF lebih besar dari lima maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya, Pada kenyataannya dalam model tersebut diperoleh nilai VIF yang lebih kecil dari lima untuk ketiga faktor yang diuji. Dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dalam model persamaan regresi tersebut. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi maka dapat dilihat dari nilai Durbin Watson yang dibandingkan dengan nilai dari tabel Durbin Watson. Untuk persamaan regresi di atas peroleh nilai d = , nilai dl = , dan nilai du = Berdasarkan kriteria pada uji autokorelasi jika d terletak antara dl dan du atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Oleh karena itu pada persamaan regresi di atas tidak dapat disimpulkan terdapat atau tidaknya autokorelasi karena nilai d terletak antara nilai dl dan nilai du. Dari keempat uji asumsi tersebut hanya tiga uji yang menyatakan bahwa persamaan regresi di atas telah memenuhi syarat untuk dapat dikatakan layak sebagai suatu model persamaan yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. Berdasarkan kriteria pada uji autokorelasi, persamaan regresi di atas tidak dapat ditentukan adanya autokorelasi atau tidak. Hal ini dibuktikan dengan nilai d yang terletak antara nilai dl dan du. Persamaan di atas menunjukkan pada saat semua variabel atau peubah bebas (X) yang digunakan diasumsikan bernilai 0 maka nilai Y (peubah tak bebas) yang dihasilkan adalah satuan. Hasil signifikan dari ketiga variabel X yang memiliki pengaruh sangat nyata terhadap produksi TBS (Y) pada taraf uji 1% adalah jumlah hari kerja dan output pemanen yang terlihat dari nilai signifikan yang dihasilkan adalah (Tabel 13). Tabel 13. Pendugaan faktor yang mempengaruhi produksi TBS Variabel t-hitung Peluang Curah hujan 2.06 tn Jumlah HK ** Output pemanen ** Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata * = berpengaruh nyata pada taraf uji 5 % ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1 % Nilai koefisien determinasi atau R 2 yang dihasilkan dalam analisis terhadap produksi TBS (tandan buah segar) tahun 2011 adalah sebesar 98.3% yang berarti bahwa 98.3% variasi variabel Y (produksi) di Kebun Buatan dapat diterangkan oleh variabel X (faktor penentu produksi yakni curah hujan, jumlah hari kerja dan

8 output pemanen). Pengaruh faktor lain diluar model pengaruhnya sangat kecil sekali yaitu hanya 1.7%. Hasil uji analisis ini membuktikan bahwa faktor-faktor produksi yang dianalis sudah cukup mewakili dalam memperkirakan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi TBS di Kebun Buatan pada tahun Pengaruh faktor-faktor yang di analisis berdasarkan persamaan regresi berganda akan dijelaskan masing-masing. 33 Curah Hujan Menurut PPKS (2006) curah hujan yang optimal untuk tanaman kelapa sawit berkisar antara mm/tahun dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun serta tidak terdapat kondisi kekeringan yang signifikan seperti bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) ataupun defisit air. Nilai signifikan yang diperoleh untuk faktor curah hujan dalam persamaan regresi adalah Nilai ini menunjukkan tidak adanya pengaruh antara curah hujan dan produksi TBS di Kebun Buatan yang terlihat dari nilai signifikan yang diperoleh lebih besar dari taraf uji 0.05 (α = 5%). Curah hujan yang tidak berpengaruh terhadap produksi TBS di Kebun Buatan ini dikarenakan rata-rata curah hujan tahunan selama lima tahun terakhir sudah sesuai dengan kebutuhan dan syarat tumbuh kelapa sawit. Curah hujan yang terjadi di Kebun Buatan selama tahun yaitu mm/tahun serta tidak pernah terjadi kondisi kekeringan ataupun defisit air selama lima tahun terakhir hal ini dibuktikan dengan lebih banyak jumlah bulan basah dibandingkan dengan bulan kering dimana terdapat rata-rata sembilan bulan basah dan dua bulan kering selama lima tahun terakhir. Selain itu curah hujan yang tidak berpengaruh terhadap produksi TBS juga dapat disebabkan populasi pada tanaman kelapa sawit di kebun ini mempunyai tingkat keseragaman yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tahun tanam yang homogen pada tiap blok kelapa sawit. Homogenitas tahun tanam yang tinggi pada setiap bloknya berdampak pada pengaruh jumlah curah hujan yang diterima tanaman menjadi merata sehingga setiap tanaman kelapa sawit dalam kebun tersebut mendapatkan jumlah air yang merata juga. Kondisi kekeringan yang berlebihan dapat menyebabkan tanaman kelapa sawit kekurangan air dan mengganggu perkembangan bunga sehingga menurunkan produktivitasnya. Sedangkan kondisi wilayah dengan curah hujan yang berlebihan akan menyebabkan tanaman tergenang sehingga perakarannya menjadi anaerob juga akan mengurangi intensitas cahaya sehingga dapat menghambat produktivitas. Jumlah Hari Kerja Kegiatan panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit sehingga tenaga kerja panen memiliki peran yang penting dalam perkebunan kelapa sawit. Berkurangnya tenaga kerja panen akan berpengaruh terhadap jumlah hari kerja efektif kegiatan panen yang secara langsung akan mempengaruhi produksi kebun pada hari tersebut.

9 34 Nilai signifikan yang diperoleh untuk faktor jumlah hari kerja dalam persamaan regresi adalah 0,000. Nilai ini menunjukkan pengaruh yang sangat nyata antara jumlah hari kerja dengan produksi TBS di Kebun Buatan yang terlihat dari nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil dari taraf uji 0.01 (α = 1%). Berdasarkan hasil analisis dapat dikatakan bahwa dengan penambahan jumlah hari kerja efektif dapat meningkatkan produksi. Akan tetapi kebutuhan tenaga panen harus mengacu pada luas total areal kebun, kegiatan panen akan terhambat bila tenaga panen kurang dari jumlah yang sesuai dengan indeks tenaga kerja, terlalu tinggi juga tidak baik karena menjadi tidak efisien dalam hal biaya. Nilai indeks tenaga kerja mempengaruhi apakah jumlah tenaga kerja pada suatu perusahaan efisien atau tidak. Pada tahun 2011 Kebun Buatan memiliki indeks tenaga kerja sebesar 0.22 yang berarti pengelolaan tenaga kerja di Kebun Buatan sudah efisien dan efektif dengan rata-rata jumlah hari kerja HK per bulan Jumlah tenaga panen per mandoran berkisar antara orang dengan tiga mandor per afdeling berarti dalam satu afdeling biasanya terdapat orang tenaga panen. Berkurangnya tenaga kerja panen disebabkan ada karyawan yang tidak masuk dikarenakan ijin cuti, sakit, ataupun karena faktor alam seperti hujan. Jumlah hari kerja yang rendah mengakibatkan produksi harian menurun dengan luas areal yang dipanen menurun sehingga mengakibatkan rotasi panen semakin tinggi. Menurut Walad (2011) untuk mengatasi kekurangan hari kerja karyawan maka pihak kebun harus menerapkan peraturan yang tegas baik berupa sanksi atau denda, bahkan perusahaan bisa memberikan intensif bagi karyawan dengan tingkat absensi rendah sebagai motivasi untuk bekerja lebih baik. Output Pemanen Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang menyerap biaya cukup besar sehingga perlu diadakan upaya untuk meningkatkan efisiensi. Salah satu cara mengukur efisiensi tenaga kerja dengan menghitung produktivitas kerja. Produktivitas kerja merupakan perbandingan antara tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi dalam satuan waktu tertentu (Hartopo, 2005). Salah faktor dari tenaga kerja yang mempengaruhi produksi kebun adalah output pemanen (kapasitas pemanen) yaitu kemampuan tenaga kerja memanen buah per harinya. Kapasitas pemanen biasanya dihitung dalam satuan berat ataupun janjang. Menurut PPKS (2006) kapasitas pemanen setiap harinya tergantung pada produksi panen kelapa sawit per hektar yang dihubungkan dengan umur tanaman (tinggi), topografi areal, premi yang disediakan dan musim panen yang memuncak atau menurun. Nilai signifikan yang diperoleh untuk faktor output pemanen dalam persamaan regresi adalah Nilai ini menunjukkan pengaruh yang sangat nyata antara output pemanen dengan produksi TBS di Kebun Buatan yang terlihat dari nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil dari taraf uji 0.01 (α = 1%). Hal ini berarti semakin tinggi output dari pemanen maka semakin tinggi pula produksi. Output pemanen dipengaruhi oleh umur tanaman karena semakin bertambahnya umur tanaman maka semakin tinggi pokok kelapa sawit. Pokok yang tinggi akan menyulitkan pemanen mengambil buah sehingga output akan menurun. Topografi akan berpengaruh terhadap output pemanen apabila kondisi

10 areal berbukit karena menyulitkan pemanen mengangkut buah ke TPH. Faktor utama yang mempengaruhi output pemanen adalah kondisi fisik pemanen tersebut. Pemanen yang sudah terlatih akan menghasilkan output yang lebih tinggi disbanding pemanen yang kurang terlatih. Output pemanen pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Output pemanen per bulan tahun Bulan Output Pemanen (ton/orang/hari) Januari 1.84 Februari 1.91 Maret 1.69 April 1.86 Mei 2.07 Juni 2.07 Juli 2.11 Agustus 1.99 September 2.42 Oktober 2.15 November 2.10 Desember 2.17 Sumber : Laporan Unit Kebun PT. Inti Indosawit Subur Kebun Buatan Tabel 14 menunjukkan bahwa output pemanen paling tinggi terdapat pada bulan September dan yang paling rendah terdapat pada bulan maret. Output pemanen tinggi akan menghasilkan produksi TBS yang tinggi pula. Hal ini dikarenakan pada bulan tersebut merupakan puncak panen kelapa sawit di kebun tersebut. Sedangkan output pemanen terendah terjadi pada bulan maret dikarenakan pada bulan tersebut produksi kebun menurun sehingga output pemanen juga ikut menurun. Untuk menjaga output pemanen tetap optimal perusahaan dapat melaksakan pelatihan terhadap pemanen yang kurang terampil, membuat tangga teras pada areal berbukit untuk memudahkan pemanen mengangkut buah. Pemberian rewards kepada pemanen dengan output tertinggi dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menaikkan output dan juga dapat meningkatkan motivasi pemanen lainnya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kebun Buatan secara umum sudah menerapkan teknik budidaya kelapa sawit dengan baik. Indikator tersebut dapat dilihat dari kegiatan penyemprotan, pemupukan dan panen sudah berjalan sesuai dengan SOP (standard operational procedure) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Produksi TBS di Kebun Buatan dipengaruhi oleh jumlah hari kerja efektif tenaga kerja panen dan jumlah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau

Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau Production Analysis of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Pelalawan, Riau Muhammad Firdaus Lubis dan

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Produksi Tandan Buah Segar (ton/bulan) Kebun Huta Padang pada Tanaman Berumur 7, 10, dan 13 Tahun Selama 3 Tahun ( )

Lampiran 1. Data Produksi Tandan Buah Segar (ton/bulan) Kebun Huta Padang pada Tanaman Berumur 7, 10, dan 13 Tahun Selama 3 Tahun ( ) Lampiran 1. Data Produksi Tandan Buah Segar (ton/bulan) Kebun Huta Padang pada Tanaman Berumur 7, 10, dan 13 Tahun Selama 3 Tahun (2013-2015) BULAN Tahun Tahun Tahun Umur (Tahun) Umur (Tahun) Umur (Tahun)

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan Aek Pamienke, Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara. Pemilihan provinsi Sumatera Utara sebagai lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Produksi Karet (kg/bulan) Kebun Sei Baleh Estate pada Tanaman Berumur 7, 10 dan 13 Tahun Selama 3 Tahun ( )

Lampiran 1. Data Produksi Karet (kg/bulan) Kebun Sei Baleh Estate pada Tanaman Berumur 7, 10 dan 13 Tahun Selama 3 Tahun ( ) 79 Lampiran 1. Data Produksi Karet (kg/bulan) Kebun Sei Baleh Estate pada Tanaman Berumur 7, 10 dan 13 Tahun Selama 3 Tahun (2012-2014) Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Bulan Umur (tahun) Umur (tahun)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank Indonesia. Sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti. Dalam

Lebih terperinci

TAHUN TOTAL RATAAN

TAHUN TOTAL RATAAN Lampiran 1. Data Produksi Tandan Buah Segar (ton/bulan) Kebun Bah Jambi pada Tanaman Berumur 8, 16, dan 19 Tahun Selama 3 Tahun (2011-2013) TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 BULAN UMUR (TAHUN) UMUR (TAHUN)

Lebih terperinci

sebuah penelitian tentang: pengaruh laba akuntansi, arus kas opera- sional, ukuran perusahaan, tingkat pertum- buhan perusahaan terhadap harga saham

sebuah penelitian tentang: pengaruh laba akuntansi, arus kas opera- sional, ukuran perusahaan, tingkat pertum- buhan perusahaan terhadap harga saham contoh sebuah penelitian tentang: pengaruh laba akuntansi, arus kas operasional, ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan perusahaan terhadap harga saham kerangka pikir yang diajukan sbb. laba akuntansi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi)

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi) PEMBAHASAN Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Tujuan utamanya untuk menghasilkan produksi yang optimal. Produk yang dihasilkan berupa TBS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti jumlah data, rata-rata, nilai

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada website Bank Indonesia (www.bi.go.id). Bank

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada website Bank Indonesia (www.bi.go.id). Bank 53 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada website Bank Indonesia (www.bi.go.id). Bank Indonesia selaku bank sentral berdasarkan pasal 4 ayat 1 UU RI No. 23 tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh kesadaran wajib pajak, sanksi pajak dan pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sampel Penelitian Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2014 dan mengambil data yang berasal dari situs resmi Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Statistik Deskriptif Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Hasil pendataan jumlah produksi serta tingkat penggunaan input yang digunakan dalam proses budidaya belimbing dewa digunakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif. Statistik deskriptif adalah ilmu statistik yang mempelajari cara-cara pengumpulan, penyusunan dan penyajian data suatu penilaian. Tujuannya adalah

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Pada bab ini, akan disajikan penjelasan mengenai analisis data dan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Pada bab ini, akan disajikan penjelasan mengenai analisis data dan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini, akan disajikan penjelasan mengenai analisis data dan pembahasan. Sub bab akan menjelaskan tentang bagaimana cara mengolah data dan akan dilanjutkan dengan interpretasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Petani dalam melakukan kegiatan usahatani membutuhkan benih padi sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan terhadap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Analisa Statistik Deskriptif Statistik deskriftif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti minimum, maksimum, mean, dan standar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Subyek pada

BAB III METODE PENELITIAN. sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Subyek pada BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Subyek pada penelitian ini

Lebih terperinci

mempunyai nilai ekstrim telah dikeluarkan sehingga data diharapkan

mempunyai nilai ekstrim telah dikeluarkan sehingga data diharapkan 47 mempunyai nilai ekstrim telah dikeluarkan sehingga data diharapkan mendekati normal. Tabel 4.2 Deskripsi Statistik PT. Indofood Sukses Makmur Periode Pengamatan 2003-2008 Mean Std. Deviation N RETURN.007258.1045229

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner dengan

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner dengan 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei, yaitu penelitian dimana informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner dengan menggunakan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini meliputi jumlah sampel (N), nilai minimum, nilai maksimum,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini meliputi jumlah sampel (N), nilai minimum, nilai maksimum, 44 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, maka pada Tabel 4.1 berikut ini akan ditampilkan karakteristik sample yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskripsi Data 1. Analisis Dana Pihak Ketiga Bank BCA Syariah Dana Pihak Ketiga adalah komponen dana yang paling penting, besarnya keuntungan (profit) yang akan dihasilkan

Lebih terperinci

Berikut sebuah penelitian:

Berikut sebuah penelitian: Berikut sebuah penelitian: pengaruh kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan dan pelayanan fiskus terhadap

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN DAN METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan penelitian asosiatif kausal.

BAB IV DESAIN DAN METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan penelitian asosiatif kausal. BAB IV DESAIN DAN METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan penelitian asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal berguna untuk menganalisis hubungan antara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis 1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berfungsi untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan melakukan merger

BAB III METODE PENELITIAN. publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan melakukan merger BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Sedangkan sampel dalam penelitian ini yaitu perusahaan publik yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. produk dapat menentukan permintaan produk tersebut di pasaran. Semakin baik

BAB III METODE PENELITIAN. produk dapat menentukan permintaan produk tersebut di pasaran. Semakin baik 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pikiran Kualitas produk merupakan hal yang perlu diperhatikan karena kualitas produk dapat menentukan permintaan produk tersebut di pasaran. Semakin baik kualitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data Tingkat Bagi Hasil

Lebih terperinci

BAB III DESAIN PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

BAB III DESAIN PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data BAB III DESAIN PENELITIAN III.1. Desain Penelitian III.1.1. Jenis dan sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh penulis secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Statistik Deskriptif Analisis deskriftif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data, analisis ini dilakukan dengan melihat nilai maksimum, minimum, mean, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini bersifat studi kasus dengan cara mengumpulkan, mempelajari, menganalisis dan mengintegrasi variabel-variabel dari hasil publikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia dari tahun Daftar perusahaan ritel didapat dari sahamok.com

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia dari tahun Daftar perusahaan ritel didapat dari sahamok.com BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian berupa perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011-2015. Daftar perusahaan ritel didapat dari sahamok.com dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data (N) yang digunakan dalam penelitian ini serta dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Depok, dimulai dari pengumpulan landasan teori dan sumber-sumber data pada awal april 2013. Kemudian dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data yang menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laba/rugi Perusahaan makanan yang terdaftar di BEI (PT. Indofood Sukses

BAB III METODE PENELITIAN. laba/rugi Perusahaan makanan yang terdaftar di BEI (PT. Indofood Sukses BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Adapun yang menjadi objek pada penelitian ini adalah neraca dan laporan laba/rugi Perusahaan makanan yang terdaftar di BEI (PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. meliputi analisis kuantitatif yang berupa analisis regresi berganda serta

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. meliputi analisis kuantitatif yang berupa analisis regresi berganda serta BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek penelitian Bagian ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi analisis kuantitatif yang berupa analisis regresi berganda serta dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai populasi dan proses pengumpulan data untuk kepentingan analisis data penelitian. Penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penunasan terhadap Produksi, Jumlah Tandan dan BTR Pengaruh penunasan dilihat dari pengaruhnya terhadap produksi, jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata pada setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab 3 ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang meliputi populasi dan sampel penelitian, data dan sumber data, variabel operasional, metode analisis data serta

Lebih terperinci

KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG

KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG LAMPIRAN Lampiran 1 KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG 1. Keadaan Umum Responden 1.1. Identitas Responden 1. Nama : (L / P) 2. Umur : tahun 3. Alamat : RT /

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Keadaan Wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang berada di Pulau Jawa dan merupakan provinsi paling timur di Pulau Jawa. Letaknya pada

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN 6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh PTPN Analisis regresi berganda dengan metode OLS didasarkan pada beberapa asumsi yang harus

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Disain Penelitian Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah asosiatif kausal. Menurut Sugiyono (2011:62), desain asosiatif kausal berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang memproduksi minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil : CPO). Perusahaan ini mengolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk pengumpulan data dan informasi bulan Januari 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk pengumpulan data dan informasi bulan Januari 2014. 85 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam rangka memperoleh data dan informasi, maka lokasi penelitian ini dilakukan pada Pojok Bursa Universitas Mercubuana yang berlokasi di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laba Bersih dan Arus Kas Operasi sebagai variabel independen (X) dan Dividen Kas sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2015 sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2015 sampai dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2015 sampai dengan selesai. Untuk mendapatkan informasi dan data yang diperlukan, tempat penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan 37 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan Semadam dan Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi Aceh Dimana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang yang digunakan adalah jenis data sekunder, dimana data sekunder adalah data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan dipublikasikan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODEPENELITIAN

BAB III METODEPENELITIAN BAB III METODEPENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produksi merupakan suatu proses transformasi input menjadi output. Input dalam usahatani bawang merah adalah lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk organik,

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO HARGA

VI ANALISIS RISIKO HARGA VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura

Lebih terperinci

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (13):

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (13): Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Karet Berumur 7, 10 dan 13 Tahun di Kebun Sei Baleh Estate PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Influence of Rainfall and Rain Day on Rubber Production

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini penulis memilih Bursa Efek Indonesia sebagai tempat untuk melakukan riset. Lokasi penelitian ini dipilih karena dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995- BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-2015.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 4.1. Analisis Perhitungan pada Variabel Independen 4.1.1. Analisis Price to Book Value (PBV) Price to Book Value berfokus pada nilai ekuitas perusahaan. Price to Book

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat 11 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009. Pelaksanaan meliputi kegiatan lapang dan pengolahan data. Lokasi penelitian terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel-variabel yang diduga mampu memprediksi minat mahasiswa untuk

BAB III METODE PENELITIAN. variabel-variabel yang diduga mampu memprediksi minat mahasiswa untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh variabel-variabel yang diduga mampu memprediksi minat mahasiswa untuk berwirausaha.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa penjualan, piutang usaha, dan arus kas operasional pada laporan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pihak lain. Sumber data diperoleh dari Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB III METODE PENELITIAN. pihak lain. Sumber data diperoleh dari Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia (BEI) 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data dalam bentuk yang sudah jadi berupa data publikasi. Data tersebut sudah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil analisis data yang akan disajikan di bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat dan akurat dibantu dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. A. Uji Statistik Deskriptif BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Pada deskripsi variabel penelitian akan dijelaskan nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standard deviasi pada masing-masing variabel penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis mengadakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis mengadakan penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Untuk mendapatkan beberapa informasi dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis mengadakan penelitian perusahaan perbankan di Bursa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua bank yang termasuk dalam bank umum syariah, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.1 Bank Syariah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 70 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Analisis Deskriftif Berdasarkan hasil rekapitulasi tabulasi data variable ROA, DER, CR, EPS, Inflasi, PDB dan Harga Saham diperoleh statistik deskriftif seperti pada tabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2012). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2012). Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi dan Pengukuran Variable Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah semua klasifikasi dan mempublikasikan Laporan Keuangan bulanan di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui website resmi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui website resmi yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan jenis data sekunder. Data tersebut diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui website resmi yaitu www.idx.co.id, kemudian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Produktivitas Produktivitas mengandung pengertian perbandingan hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input). Menurut Dewan Produktivitas Nasional

Lebih terperinci

Lastiar Ningsih Simanjuntak, Rosita Sipayung, Irsal

Lastiar Ningsih Simanjuntak, Rosita Sipayung, Irsal PENGARUH CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT BERUMUR 5, 10 DAN 15 TAHUN DI KEBUN BEGERPANG ESTATE PT.PP LONDON SUMATRA INDONESIA, Tbk Influence of Rain Fall and Rain Day Toward Oil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel dependen: audit report lag. 2. Variabel independen:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Analisis Deskripsi Inflasi Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Inflasi Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Inflasi 36 3.35 8.79 6.5892 1.44501

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Deskripsi variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel independen yaitu Good Corporate Governance (GCG) dengan pengukuran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. BUMN di Indonesia yang berupa jumlah penyaluran kredit UMKM dan Non-

III. METODE PENELITIAN. BUMN di Indonesia yang berupa jumlah penyaluran kredit UMKM dan Non- III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Bank BUMN di Indonesia yang berupa jumlah penyaluran kredit UMKM dan Non- Performing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. PDF Pro Trial. sebagai langkah berikutnya yang ditempuh adalah menyajikan data yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. PDF Pro Trial. sebagai langkah berikutnya yang ditempuh adalah menyajikan data yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data dan Analisis Data 1. Penyajian Data Setelah diadakan penelitian baik melalui angket maupun dokumentasi, sebagai langkah berikutnya yang ditempuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimana pengaruh tingkat kesehatan bank berdasarkan metode CAMEL yang diukur dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI DATA Data hasil penelitian terdiri dari dua variabel bebas yaitu variabel gaya belajar siswa (X1) dan variabel minat belajar siswa (X2) serta satu variabel terikat

Lebih terperinci