BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi padi pada dua musim tanam yang berbeda (satu musim tanam sebelum dan satu musim tanam sesudah mendapatkan BLP Organik). Lokasi penelitian dilakukan dengan memilih dua kabupaten yaitu Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso. Pemilihan responden dilakukan secara acak sederhana dengan bantuan daftar yang dimiliki oleh petugas pertanian setempat. Total sampel petani padi adalah 60 orang, dimana dari setiap petani diperoleh dua informasi usahatani padi untuk perbandingan before dan after. Dengan demikian, jumlah usahatani padi yang dianalisis berjumlah 120 unit. Paket BLP Organik yang diterima oleh petani adalah 100 kg NPK, 300 kg POG, dan 2 liter POC per hektar. Selain BLP Organik, petani juga mendapatkan bantuan benih unggul dari program BLBU. Paket bantuan diterima dan digunakan petani sekitar bulan Agustus-September Perbandingan before dan after menggunakan musim tanam yang sama yaitu rata-rata pada musim tanam ketiga (sekitar bulan September) pada tahun yang berbeda (tahun dan tahun ) 5.1. Karakteristik Responden dan Implementasi Penerimaan Program BLP Organik Gambaran karakteristik responden terkait umur, lama pendidikan, dan lama usahatani petani padi di Propinsi Jawa Timur disajikan pada Tabel 5.1..

2 Responden rata-rata berumur sekitar 42 tahun. Lama pendidikan yang ditempuh responden rata-rata sekitar 10 tahun dengan lama pendidikan paling banyak adalah tamat SLTA (26,67%). Lama pengalaman berusahatani umumnya cukup berpengalaman dalam berusahatani yaitu rata-rata sekitar 21 tahun. Tabel Karateristik Responden Petani Padi Jawa Timur Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) Umur * tahun 18 30,00 * tahun 27 45,00 * tahun 15 25,00 Rata-rata Umur (Tahun) 42 Lama Pendidikan * Tidak Tamat SD 6 10,00 * Tamat SD 12 20,00 * Tidak Tamat SLTP 2 3,33 * Tamat SLTP 11 18,33 * Tidak Tamat SLTA 2 3,33 * Tamat SLTA 16 26,67 * Perguruan Tinggi 11 18,33 Rata-rata Lama Pendidikan (Tahun) 10 Lama Usahatani * 2-19 tahun 29 48,33 * tahun 25 41,67 * tahun 6 10,00 Rata-rata Lama Pengalaman Usahatani (tahun) 21 Karaktersitik lahan sawah yang dikuasai responden dapat dilihat pada Tabel Sebagian besar responden (46,7%) merupakan petani pemilik sawah namun sawah yang dimiliki rata-rata hanya seluas 0,23 hektar. Sebesar 35% responden merupakan petani pemilik lahan sawah dengan luas lahan rata-rata sebesar 0,73 hektar. Hanya 1,7% responden saja yang memiliki lahan dengan luas lebih dari 1 hektar. Rata-rata penguasaan lahan sawah terpencar di beberapa lokasi dengan rata-rata persil 1,916.

3 Tabel Karateristik Lahan Responden Petani Padi Jawa Timur Milik Sewa Garap Lainnya Luas Total Lahan Ratarata Rata rata Rata Rata- Rata- Rata- (%) (%) (%) (%) (%) < 0,5 ha 0,23 46,7 0,25 3,3 0,4 1, ,7 0,5-1 ha 0,73 35,0 0,75 3,3 1 3,3 0,73 5,0 46,7 > 1 ha 1,5 1, ,7 Total (%) 83,3 6,7 5,0 5,0 100,0 Rata-rata responden intensitas lahan 300%. Selain padi, 1,7% responden juga menanam sayuran atau palawija di lahan yang sama namun dengan kuantitas yang lebih sedikit. Benih padi yang dibudidayakan responden pada musim tanam setelah mendapatkan BLP Organik adalah Padi Hibrida varietas Sembada B3, Sembada B9, dan Mekongga yang diperoleh dari bantuan pemerintah (BLBU) Dampak Program BLP Organik terhadap Produksi Padi dan Pendapatan Petani Penerapan program BLP Organik memberikan beberapa perubahan dalam penggunaan input produksi maupun hasil (output) produksi. Berikut ini adalah pemaparan perubahan yang terjadi dalam penggunaan input benih, pupuk, tenaga kerja, serta hasil produksi padi dan pendapatan petani. Pada budidaya benih, terjadi penurunan jumlah benih sebesar 20,53% yakni dari 36,05 kg/ha menjadi 28,65 kg/ha (Tabel 5.3.). Pada masa tanam setelah menerima BLP Organik, petani menanam padi dengan menggunaan paket benih unggul yang diperoleh dari program BLBU. Adapun jenis benih unggul yang diperoleh petani cukup beragam yaitu benih padi Hibrida varietas Sembada B3, Sembada B9, dan Mekongga. Pada masa tanam sebelum mendapatkan BLBU, petani membudidayakan benih padi lokal. Karena menggunakan benih berkualitas

4 lebih unggul, maka jumlah benih yang dibudidayakan per hektar sawah lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah benih padi lokal. Tabel Perbandingan Penggunaan Benih pada Usahatani Sebelum dan Sesudah Menggunakan Paket BLP Organik Sebelum Sesudah Perubahan Uraian BLP Organik BLP Organik (%) Benih (Kg) 36,05 28,65-20,53 Harga Benih (Rp.) 6.280, ,33 9,24 Total Biaya Benih (Rp.) , ,19-13,18 Tabel 5.3. menunjukkan perbandingan harga dan biaya total benih. Harga benih pada masa tanam setelah menerima bantuan mengalami peningkatan sebesar 9,24% yakni menjadi Rp ,33 per hektar. Harga benih unggul yang digunakan mengacu pada harga pasar benih unggul ketika petani menerima bantuan. Biaya total benih yang digunakan pada masa tanam setelah menggunakan bantuan mengalami penurunan sebesar 13,18%. Hal ini karena walaupun terjadi peningkatan harga benih, namun jumlah benih yang digunakan per hektar lebih sedikit daripada jumlah benih yang digunakan pada saat sebelum menerima bantuan. Pada masa tanam sebelum dan sesudah mendapatkan BLP Organik terdapat perbedaan kuantitas penggunaan pupuk. Paket bantuan pupuk yang diterima (100 kg NPK, 300 kg POG, dan 2 liter POC per hektar) menjadi substitusi pupuk Urea, TSP, dan KCL. Perubahan kuantitas penggunaan pupuk tersebut disajikan oleh Tabel Penggunaan pupuk Urea, TSP dan KCL mengalami penurunan kuantitas berturut-turut sebesar 46,17%; 42,92%; dan 82,99%. Sedangkan, pada

5 penggunaan pupuk NPK, POG, dan POC mengalami peningkatan kuantitas berturut-turut sebesar 50,12%; 549,60%; dan 2.911,20%. Tabel Perbandingan Penggunaan Pupuk pada Usahatani Sebelum dan Sesudah Menggunakan Paket BLP Organik Jenis Pupuk Sebelum Sesudah Perubahan (Kg/ha) (Kg/ha) (%) Urea 325,09 174,99-46,17 TSP 18,25 10,42-42,92 KCL 4,08 0,69-82,99 NPK 89,37 134,16 50,12 POG 59,09 383,85 549,60 POC (Liter) 0,09 2, ,20 Total Pupuk 495,97 706, ,84 Tabel 5.5. menunjukkan adanya peningkatan harga dan biaya total yang dikeluarkan untuk membeli pupuk. Tabel Perbandingan Penggunaan Pupuk pada Usahatani Sebelum dan Sesudah Menggunakan Paket BLP Organik Jenis Sebelum BLP Organik Setelah BLP Organik Δ Total Nilai Pupuk Jumlah Harga (Rp) Total Nilai (Rp) Jumlah Harga (Rp) Total Nilai (Rp) (%) Urea (Kg) 325, , ,62 174, , ,54-33,70 TSP (Kg) 18, , ,33 10, , ,00-38,91 KCL (Kg) 4, , ,00 0, , ,81-81,36 NPK (Kg) 89, , ,68 134, , ,57 57,74 POG (Kg) 59, , ,09 383, , ,20 605,14 POC (Lt) 0, , ,67 2, , , ,85 Total Biaya Pupuk , ,66 102,88 Harga paket bantuan pupuk (NPK, POG, dan POC) yang digunakan mengacu pada harga pasar pupuk ketika bantuan diterima. Harga pupuk Urea, TSP, dan KCL mengalami peningkatan, tetapi jumlah pupuk yang digunakan tersebut mengalami penurunan, sehingga total nilainya mengalami penurunan berturut-

6 turut sebesar 33,70%; 38,91%; dan 81,36% per hektar. Pada pupuk NPK, POG, dan POC terjadi peningkatan total nilai yang signifikan yaitu berturut-turut sebesar 57,74%; 605,14%; dan 3.043,85% per hektar. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah dan peningkatan harga pasar pupuk yang digunakan. Apabila dilihat dari struktur tenaga kerja pada Tabel 5.6., hampir tidak terjadi perubahan yang signifikan pada jumlah tenaga kerja baik tenaga kerja manusia (Hari Orang Kerja/HOK), tenaga kerja hewan, maupun tenaga kerja mesin. Namun apabila dilihat dari total nilai, terjadi peningkatan total nilai upah tenaga kerja manusia sebesar 7,60% dan total nilai upah tenaga kerja mesin sebesar 6,21%. Peningkatan tersebut dikarenakan meningkatnya rata-rata harga upah per tenaga kerja. Tabel Perbandingan Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Sebelum dan Sesudah Menggunakan Paket BLP Organik Sebelum BLP Organik Setelah BLP Organik Jenis Tenaga Kerja Jml (HOK) Upah (Rp) Total Nilai (Rp) Jml (HOK) Upah (Rp) Total Nilai (Rp) Δ Total Nilai (%) Persiapan dan Pengolahan Lahan , , , ,43 0,48% Penanaman , , , ,32 5,80% Penyiangan Tanaman , , , ,86 2,18% Pemupukan , , , ,20 4,51% Pemberantasan HPT , , , ,59-0,11% Panen , , , ,29 15,19% Pengangkutan Hasil Panen , , , ,53 19,25% Total Tenaga Kerja Manusia , ,22 7,60% Tenaga Kerja Hewan , , , ,00 - Tenaga Kerja Mesin , , , ,29 6,21% Dalam penelitian ini, penghitungan analisis usahatani akan dibedakan menjadi analisis usahatani atas dasar Biaya Tunai dan analisis usahatani atas dasar Biaya Total. Analisis usahatani atas dasar biaya tunai merupakan penghitungan pendapatan usahatani tanpa memperhitungkan biaya nonkomersial sedangkan

7 analisis usahatani atas dasar total merupakan penghitungan pendapatan dengan ikut memperhitungkan biaya nonkomersial (harga bantuan pupuk dan tenaga kerja dalam keluarga). Oleh karena itu, penghitungan nilai imbangan biaya dan manfaat masing-masing akan diperoleh baik atas dasar biaya tunai maupun atas dasar biaya total. Berdasarkan analisis usahatani atas dasar biaya tunai (Tabel 5.7.) dapat dilihat adanya penurunan biaya tunai sebesar -13,84% yakni dari Rp ,29 per hektar menjadi Rp ,68 per hektar. Hal ini dikarenakan pada musim tanam setelah mendapatkan BLP Organik, benih unggul dan pupuk (NPK, POG, dan POC) diperoleh petani secara cuma-cuma tanpa mengeluarkan biaya pembelian. Produktivitas padi setelah menggunakan BLP Organik mengalami peningkatan sebesar 10,06% yaitu dari 4,9 ton menjadi 5,4 ton Gabah Kering Panen (GKP) per hektar. Sedangkan harga gabah hasil produksi meningkat sebesar 12,8% yaitu dari Rp ,23 menjadi Rp ,28 per hektar. Tabel Perbandingan Produksi dan Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Menggunakan Paket BLP Organik (Atas Dasar Biaya Tunai) Sebelum Sesudah Perubahan Parameter BLP Organik BLP Organik (%) 1. Jumlah Biaya Tunai (Rp.) , ,68-13,84 2. Produksi Padi (Kg GKP) 4.916, ,39 10,1 3. Harga (Rp./Kg) 2.547, ,28 12,8 4. Nilai Produksi Padi (Rp.) , ,63 24,1 5. Pendapatan (Rp.) , ,95 43,98 6. R/C Ratio 2,82 3,99 7. B/C Ratio 1,82 2,99 Adanya penurunan biaya tunai dan peningkatan penerimaan usahatani, maka pendapatan usahatani meningkat (43,98%) dari Rp ,14 menjadi Rp.

8 ,95. Peningkatan pendapatan ini mendorong kenaikan nilai R/C Ratio dari 2,82 menjadi 3,99; dan B/C Ratio dari 1,82 menjadi 3,00. Nilai R/C Ratio sebesar 3,99 memiliki pengertian bahwa apabila petani mengeluarkan biaya usahatani sebesar Rp. 1,- maka petani tersebut akan memperoleh penerimaan (revenue) sebesar Rp. 3,99,-. B/C Ratio yang menunjukkan nilai 2,99 memiliki pengertian bahwa apabila petani mengeluarkan biaya usahatani sebesar Rp. 1,- maka petani tersebut akan menerima pendapatan sebesar Rp. 2,99,-. Apabila dilihat dari analisis usahatani atas dasar biaya total (Tabel 5.8.) jumlah biaya total yang dikeluarkan oleh petani mengalami peningkatan sebesar 20,7% yakni dari Rp ,55 per hektar menjadi Rp ,45 per hektar. Walaupun total biaya mengalami peningkatan, namun secara keseluruhan pendapatan usahatani padi meningkat sebesar 26,3% yaitu dari Rp ,88 menjadi Rp ,18 per hektar. Peningkatan ini diperoleh karena meningkatnya produktivitas serta harga padi sehingga penerimaan juga mengalami peningkatan. Adanya peningkatan tersebut mendorong kenaikan nilai R/C Ratio dari 2,53 menjadi 2,60; dan B/C Ratio dari 1,53 menjadi 1,60. Tabel Perbandingan Produksi dan Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Menggunakan Paket BLP Organik (Atas Dasar Biaya Total) Sebelum Sesudah Perubahan Parameter BLP Organik BLP Organik (%) 1. Jumlah Biaya Total (Rp.) , ,45 20,7 2. Produksi Padi (Kg GKP) 4.916, ,39 10,1 3. Harga (Rp./Kg) 2.547, ,28 12,8 4. Nilai Produksi Padi (Rp.) , ,63 24,1 5. Pendapatan (Rp.) , ,18 26,3 6. R/C Ratio 2,53 2,60 7. B/C Ratio 1,53 1,60

9 Nilai R/C Ratio sebesar 2,60 memiliki pengertian bahwa apabila petani mengeluarkan biaya usahatani sebesar Rp. 1,- maka petani tersebut akan memperoleh penerimaan (revenue) sebesar Rp. 2,60,-. B/C Ratio yang menunjukkan nilai 1,60 memiliki pengertian bahwa apabila petani mengeluarkan biaya usahatani sebesar Rp. 1,- maka petani tersebut akan menerima pendapatan sebesar Rp. 1,60,-. Baik pada analisis usahatani atas dasar biaya tunai maupun analisis usahatani atas dasar biaya total, nilai R/C Ratio dan B/C Ratio musim tanam setelah menggunakan BLP Organik yang lebih besar dari angka satu, dan juga lebih besar dari R/C Ratio dan B/C Ratio pada musim tanam sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa BLP Organik memberikan dampak pada peningkatan produksi padi (GKP) dan pendapatan pada petani. Dengan kata lain, penggunaan BLP Organik lebih memberikan keuntungan bagi petani baik atas dasar biaya tunai maupun biaya total. Hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas menunjukkan adanya peningkatan produksi, produktivitas, serta pendapatan petani. Hal ini sama seperti hasil penelitian PSP3 (2010) mengenai dampak program BLP dan BLBU pada tujuh propinsi di Indonesia. Selain itu peningkatan produktivitas setelah menggunakan pupuk berimbang (anorganik dan organik) yang terjadi di penelitian ini memiliki hasil yang sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Yuliarmi (2006) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Untuk melihat pengaruh pupuk organik (POG maupun POC) dari BLP Organik terhadap produksi padi, dilakukan analisis produksi dengan

10 menggunakan Fungsi Produksi Cobb-Douglas. Variabel-variabel bebas yang dimasukkan ke dalam fungsi produksi antara lain (1) variabel luas lahan, (2) volume benih, (3) jumlah tenaga kerja manusia, (4) volume pupuk Urea, (5) volume pupuk TSP, (6) volume pupuk KCL, (7) volume pupuk NPK, (8) volume POG, (9) volume POC, serta (10) volume pestisida dan obat. Kemudian yang menjadi variabel terikat dalam fungsi produksi adalah produksi padi (GKP). Penyusunan dan pengujian Fungsi Produksi Cobb-Douglas dilakukan dengan menggunakan model regresi linear berganda. Fugsi produksi yang disusun dan diuji menggunakan bantuan aplikasi statistika Eviews 4 dan Minitab 14 tersebut diperoleh hasil regresi seperti yang ditunjukkan pada Tabel Tabel 5.9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Variabel Koefisien t-statistik Prob. VIF Konstanta 6, , Ln Luas Lahan 0, , , Ln Benih 0, , ,3787 4,8 Ln Tenaga Kerja Manusia 0, , ,0289 1,8 Ln Urea 0, , ,0147 1,7 Ln TSP 0, , ,4828 1,1 Ln KCL 0, , ,2536 1,0 Ln NPK -0, , ,2121 1,4 Ln Pupuk Organik Granul (POG) 0, , ,9697 1,4 Ln Pupuk Organik Cair (POC) 0, , ,0379 2,5 Ln Pestisida dan Obat -0, , ,2313 1,2 Adj-R- R-squared 0, Squared 0, F-statistik 14,14951 Hasil uji statistika menunjukkan nilai koefisien determinasi (R-squared/R 2 ) sebesar 0, Hal ini memiliki pengertian bahwa variasi dari perubahan produksi padi (GKP) mampu dijelaskan hubungan linearnya oleh variabel-

11 variabel luas lahan, volume benih, jumlah tenaga kerja manusia, volume pupuk Urea, volume pupuk TSP, volume pupuk KCL, volume pupuk NPK, volume Pupuk Organik Granul, volume Pupuk Organik Cair, serta volume pestisida dan obat sebesar 74,27%. Sedangkan sisanya sebesar 25,73% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam fungsi. Pengujian variabel secara keseluruhan model regresi untuk mengetahui adanya pengaruh variabel yang signifikan secara bersamaan dilakukan dengan uji- F. Pengujian ini melibatkan kesepuluh variabel bebas (Ln X) terhadap variabel terikat (Ln Y). Uji F dilakukan dengan cara membandingkan nilai F-statistik dengan F-tabel pada taraf 10% dengan derajat bebas pertama sebesar 10, dan derajat bebas kedua sebesar 49 (F-tabel 10%;10;49 = 1,7319). Hasil regresi menunjukkan nilai F-statistik (14,14951) yang lebih besar daripada F-tabel, sehingga dapat dikatakan minimal ada satu variabel bebas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi padi. Masing-masing variabel bebas dapat dikatakan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat apabila t-statistik koefisien regresi masing-masing variabel bebas lebih besar daripada t-tabel dengan taraf 10% dan derajat bebas 50 (t-tabel 10%;50 = 1,6759). Berdasarkan Tabel 5.7., variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap produksi padi (Ln GKP) adalah variabel luas lahan (Ln Luas Lahan), tenaga kerja manusia (Ln TK Manusia), pupuk Urea (Ln Urea), dan POC (Ln POC). Selain melakukan uji statistika, fungsi produksi yang telah disusun harus diuji dengan pengujian ekonometrika berdasarkan asumsi klasik. Uji ini dilakukan untuk melihat bahwa fungsi produksi yang dibuat terbebas dari gejala

12 heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas. Hasil dari pengujian masing-masing asumsi klasik disajikan dalam Tabel Tabel Hasil Uji Asumsi Klasik Regresi Asumsi Kriteria Kesimpulan Normalitas Prob. (0,3598) > α (10%) Residual menyebar normal. Heteroskedastisitas Prob. (0,1479) > α (10%) Homoskedastisitas Autokorelasi Prob (0,5424) > α (10%) Tidak ada autokorelasi Multikolineartas VIF < 10 Tidak ada multikolinearitas Uji normalitas digunakan untuk melihat residual (galat/error term) terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal. Hipotesis yang digunakan adalah residual menyebar normal untuk H 0, sedangkan H 1 adalah residual tidak menyebar normal. Hasil uji normalitas menunjukkan nilai probabilitas (0,3598) yang lebih besar dari taraf nyata 10% (0,10) sehingga kesimpulan dari uji tersebut adalah terima H 0. Residual fungsi produksi yang dibuat telah terdistribusi normal. Uji heteroskedastisitas merupakan pengujian yang memperhatikan ragam residual. Suatu model regresi dapat dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas di mana ragam residual sama atau homogen. Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan Uji White dengan hipotesis H 0 untuk homoskedastisitas dan H 1 untuk heteroskedastisitas. Hasil Uji White menunjukkan nilai probabilitas (0,1479) yang lebih besar daripada taraf nyata 10% (0,10) sehingga kesimpulan uji tersebut adalah terima H 0. Fungsi produksi yang telah disusun memiliki ragam sisaan yang homogen (homoskedastisitas). Pengujian selanjutnya adalah uji autokorelasi dengan metode Uji Breusch- Godfrey Serial Correlation LM untuk melihat bahwa residual telah menyebar

13 bebas atau tidak menyebar bebas. Model regresi yang baik merupakan apabila tidak ada autokorelasi yaitu residual menyebar bebas. Hipotesis yang digunakan adalah tidak ada autokorelasi untuk H 0, sedangkan terdapat autokorelasi untuk H 1. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai probabilitas (0,5424) yang lebih besar daripada taraf nyata 10% (0,10) sehingga kesimpulan uji tersebut adalah terima H 0. Hal ini berarti bahwa tidak ada autokorelasi dalam fungsi yang telah dibuat. Pengujian terakhir dalam asumsi klasik regresi adalah uji Multikolinearitas yaitu pengujian adanya korelasi parsial antar variabel. Model regresi yang baik ialah apabila tidak ada hubungan linear antar variabel dalam model yang dibuat. Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF yang kurang dari angka 10. Dari pengamatan pada Tabel 5.9., dapat disimpulkan bahwa variabel yang disusun dalam fungsi produksi tersebut tidak ada yang memiliki autokorelasi. Berdasarkan hasil pengujian statistika dan asumsi klasik regresi tersebut di atas, maka fungsi produksi yang dibuat dapat dirumuskan ke dalam persamaan sebagai berikut: Ln GKP = 6, , Ln Luas Lahan + 0, Ln TK Manusia + 0, Ln Urea + 0, Ln POC (5.1.) Dari Persamaan 5.1. dapat dilihat bahwa lahan memiliki pengaruh positif terhadap produksi padi dengan koefisien sebesar 0,4158. Setiap terjadi peningkatan luas lahan sebesar 1%, maka produksi padi juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,4158% di mana variabel lain dianggap tetap (ceteris paribus).

14 Berdasarkan lahan sawah yang dikuasai oleh responden, luas lahan kurang dari 0,5 hektar (rata-rata 0,23 hektar), akan menghasilkan rata-rata total produksi padi sebanyak 1,2 ton GKP per musim tanam. Luas lahan antara 0,5 hingga 1 hektar (rata-rata 0,75 hektar), akan menghasilkan rata-rata total produksi padi sebanyak 4 ton GKP per musim tanam. Sedangkan, lahan yang memiliki luas lebih dari 1 hektar (rata-rata 1,5 hektar), akan menghasilkan rata-rata total produksi padi sebanyak 7,5 ton GKP per musim tanam. Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi penambahan luas lahan maka akan terjadi peningkatan produksi padi (GKP) yang dihasilkan. Hasil penelitian tersebut sama seperti hasil penelitian Angelia (2011); Yuliarmi (2006); serta Sianipar et. al. (2009) yang menyatakan bahwa lahan merupakan variabel yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi. Variabel lain yang berpengaruh positif terhadap produksi padi adalah jumlah tenaga kerja manusia dengan koefisien sebesar 0,2666. Apabila terjadi penambahan jumlah tenaga kerja manusia sebesar 1% maka akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,2666% dengan variabel lain dianggap tetap (ceteris paribus). Hasil penelitian tersebut sama seperti hasil penelitian Yuliarmi (2006) dan Angelia (2011) yang menyatakan bahwa tenaga kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi. Tenaga kerja manusia pada sebelum menggunakan pupuk organik dan setelah menggunakan pupuk organik mengalami peningkatan. Rata-rata tenaga kerja yang dipekerjakan sebelum menggunakan pupuk organik sebanyak 17 HOK per musim tanam. Sedangkan, rata-rata tenaga kerja yang dipekerjakan setelah menggunakan pupuk organik sebanyak 18 HOK per musim tanam. Jumlah tenaga

15 kerja yang mengalami peningkatan jumlah paling besar yaitu pada tenaga kerja: (1) panen; dan (2) pengangkutan hasil panen. Pada tenaga kerja pemupukan tidak terjadi perubahan jumlah tenaga kerja (HOK). Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan pupuk organik berimbang, maka petani mempekerjakan tenaga kerja pemupukan dengan jumlah yang sama ketika menggunakan pupuk anorganik. Walaupun terjadi penambahan jumlah pupuk organik, namun kuantitas total pupuk yang diaplikasikan ke lahan berjumlah tetap. Hal ini dikarenakan adanya pengurangan jumlah pupuk anorganik akibat subtitusi dari pupuk organik. Jumlah tenaga kerja pemupukan yang tidak berubah tersebut berbeda dengan hasil penelitian PSP3 (2010) yang menyatakan bahwa penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja pemupukan lahan. Pada variabel jumlah pupuk Urea memiliki hubungan positif dengan produksi padi yaitu dengan koefisien sebesar 0,1183. Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan sebesar 1% pada jumlah pupuk Urea yang digunakan, maka produksi padi akan meningkat sebesar 0,1183% dengan variabel lain dianggap tetap (ceteris paribus). Pupuk urea merupakan pupuk yang memberikan unsur nitrogen (N) bagi tanaman. Pupuk tersebut berguna untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun, meningkatkan jumlah tunas, serta meningkatkan bulir padi (Deptan, 2000). Departemen pertanian menganjurkan dosis penggunaan pupuk Urea sebanyak Kg/ha (Deptan, 2000). Pada penelitian ini, rata-rata penggunaan pupuk Urea setelah menggunakan BLP Organik yaitu sebesar 175 Kg/ha. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pupuk Urea oleh petani sudah memenuhi dosis

16 yang dianjurkan oleh Departemen Pertanian sehingga pupuk Urea memiliki pengaruh signifikan terhadap produksi padi. Hasil tersebut serupa dengan hasil penelitian Sianipar et. al. (2009) yang menyatakan bahwa pupuk Urea memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi. Pada variabel POC memiliki hubungan positif terhadap produksi padi sebesar 0,2822. Apabila terjadi peningkatan penggunaan POC sebesar 1%, maka produksi padi yang dihasilkan masing-masing meningkat sebesar 0,2822% dengan variabel lain dianggap tetap (ceteris paribus). POC memiliki fungsi untuk: (1) meningkatkan ketersediaan unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan hara mikro (Mn, Mo, Fe, Cu, Co, dan B) untuk tanaman; (2) memperbaiki aktivitas biologi, sifat fisik dan kesehatan, serta keseimbangan ekologi tanah; (3) dapat meningkatkan efisiensi pemupukan Urea, TSP, dan KCl hingga 20%; (4) memperbaiki kemampuan tanah dalam menyimpan air, dan (5) dapat menekan aktivitas patogen penyebab penyakit tanaman (Deptan, 2008). Dosis yang diberikan pada tanaman padi adalah sebanyak 2-3 liter/ha yaitu dengan cara melarutkan 5-10 ml ke dalam 1 liter air kemudian disemprotkan secara merata pada permukaan tanah, daun, dan batang (Deptan, 2008). Pada penelitian ini, rata-rata penggunaan POC oleh petani setelah mendapatkan bantuan adalah sebanyak 2,84 liter/ha. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah POC yang digunakan petani tepat sesuai anjuran Departemen Pertanian. Petani merasakan adanya manfaat yang diperoleh setelah menggunakan pupuk organik antara lain: (1) tanaman padi menjadi lebih subur; (2) membuat batang padi menjadi lebih besar sehingga tidak mudah rebah; dan (3) lahan sawah

17 menjadi lebih gembur serta lebih banyak pori-pori tanah. Hasil penelitian tersebut serupa dengan hasil penelitian PSP3 (2010) yang menyatakan bahwa POC mempunyai pengaruh positif terhadap produksi padi. Apabila dilihat dari hasil regresi, POG menunjukkan faktor produksi yang tidak signifikan secara statistik. Hal ini dikarenakan pemberian POG 300kg/ha dari paket bantuan dinilai kurang memenuhi kebutuhan lahan karena berdasarkan idealnya jumlah POG yang diaplikasikan ke lahan sawah adalah sebanyak 1 ton/ha. Variabel lain yang tidak signifikan secara statistik yaitu: jumlah benih, pupuk TSP, pupuk KCL, serta pestisida dan obat. Hal ini mengindikasikan bahwa kuantitas pemberian benih, pupuk TSP, pupuk KCL, serta pestisida dan obat belum optimal sehingga perlu adanya penambahan kuantitas pada masing-masing variabel tersebut. Dari jumlah koefisien seluruh variabel regresi yang signifikan, dapat diperoleh elastisitas produksi sebesar 1, yang menunjukkan increasing return to scale. Keadaan tersebut masih menunjukkan kondisi irasional ( p >1), sehingga penggunaan input usaha tani yakni: luas lahan, tenaga kerja manusia, pupuk Urea, dan POC masih harus ditingkatkan untuk meningkatkan produksi padi Persepsi Petani terhadap Hasil dan Program BLP Organik Salah satu alasan digulirkannya BLP Organik adalah karena penggunaan pupuk organik yang masih rendah oleh petani. Dari data yang berhasil dikumpulkan (Tabel 5.11.), sebesar 56,67% responden belum pernah menggunakan pupuk organik dan 43,33% responden sudah pernah menggunakan

18 pupuk organik. Alasan bagi yang belum pernah menggunakan pupuk organik adalah sulit mendapatkan pupuk organik dan merasa belum perlu menggunakan pupuk organik. Bagi yang sudah pernah menggunakan pupuk organik, sumber pupuk organik yang digunakan berasal dari membeli secara swadaya di kios pupuk dan memproduksi pupuk organik sendiri. Tabel Penggunaan Pupuk Organik sebelum memperoleh BLP Organik Uraian Jumlah Persen Penggunaan Pupuk Organik 1. Sudah pernah menggunakan 26 43,33 2. Belum pernah menggunakan 34 56,67 Total ,00 Alasan Bagi yang Belum Pernah Menggunakan 1. Sulit mendapatkan pupuk organik 12 35,29 2. Harga pupuk organik yang lebih mahal 3 8,82 3. Belum merasa perlu menggunakannya 10 29,41 4. Hasil produksi tidak berbeda tanpa pupuk organik 6 17,65 5. Lainnya 3 8,82 Total ,00 Sumber Pupuk Organik bagi yang Sudah Menggunakannya 1. Beli dari kios 12 46,15 2. Memproduksi sendiri 11 42,31 3. Bantuan 2 7,69 4. Lainnya 1 3,85 Total ,00 Sebagian besar petani (62%) yang belum pernah menggunakan pupuk organik adalah petani dari Kabupaten Banyuwangi, sedangkan petani yang sudah menggunakan pupuk organik 65% berasal dari Kabupaten Bondowoso. Keadaan tersebut mengindikasikan bahwa di Kabupaten Bondowoso lebih mudah untuk mengakses pupuk organik daripada di Kabupaten Banyuwangi. Pada Tabel secara keseluruhan (73,33%) petani tidak merasakan adanya masalah dalam pelaksanaan program BLP Organik. Dengan kata lain, program BLP Organik telah memenuhi asas enam tepat, yaitu tepat jenis, tepat

19 jumlah, tepat harga, tepat tempat, tepat waktu dan tepat mutu. Namun, ada sebagian kecil petani yang merasa paket bantuan pupuk organik turun terlambat (15,00%) dan jumlah volume paket yang diterima tidak memadai (8,33%). Petani yang merasa paket bantuan pupuk organik turun terlambat menginginkan bantuan pupuk datang pada awal masa penanaman padi, tetapi paket bantuan pupuk organik baru diterima petani pada saat padi sudah mulai tumbuh. Tabel Masalah dalam Pelaksanaan Program BLP Organik Uraian Jumlah Persen 1. Tidak ada masalah 44 73,33 2. Prosesnya lamban 1 1,67 3. Volume paket tidak memadai 5 8,33 4. Paket bantuan turun terlambat 9 15,00 5. Kualitas pupuk yang diterima buruk 1 1,67 6. Lainnya - - Total ,00 Bagi petani yang merasa paket bantuan yang diterima tidak memadai, petani menginginkan adanya penambahan jumlah pupuk organik yang diterima. Hal ini dikarenakan penggunaan pupuk organik untuk padi sawah membutuhkan volume yang besar untuk mensubstitusi pemakaian pupuk anorganik. Tabel Manfaat dalam Menggunakan Pupuk Organik Uraian Jumlah Persen 1. Tanaman lebih subur 41 68,33 2. Tanaman lebih tahan lama 1 1,67 3. Biaya tenaga kerja menurun Tanah lebih gembur 17 28,33 5. Banyak berkembang cacing tanah Lainnya 1 1,67 Total ,00

20 Manfaat yang dirasakan petani setelah menggunakan pupuk organik dari BLP Organik disajikan dalam Tabel Sebanyak 68,33% petani merasakan tanaman padi miliknya menjadi lebih subur. Penggunaan pupuk organik membuat batang padi menjadi lebih besar sehingga tidak mudah rebah terkena angin. Selain itu, sebesar 28,33% petani merasakan lahan sawah menjadi lebih gembur dan lebih banyak pori-pori tanah. Walaupun tanah lebih gembur, tetapi masih belum ada indikasi munculnya cacing tanah. Hal ini menunjukkan bahwa secara kasat mata, belum terjadi perbaikan struktur tanah yang signifikan. Tabel Dampak Negatif yang Dirasakan dengan Menggunakan Pupuk Organik Uraian Jumlah Persen 1. Tidak ada 57 95,00 2. Biaya tenaga kerja meningkat 1 1,67 3. Tanaman lebih rentan hama dan penyakit 2 3,33 4. Produksi lebih rendah Lainnya - - Total ,00 Selain manfaat, beberapa petani juga merasakan adanya dampak negatif dari penggunaan pupuk organik. Dampak negatif tersebut disajikan dalam Tabel Sebanyak 3,33% petani berpendapat bahwa tanaman padi menjadi lebih rentan penyakit dan 1,67% petani merasakan adanya peningkatan penggunaan tenaga kerja. Namun demikian, secara umum (95,00%) petani tidak merasakan dampak negatif dari penggunaan pupuk organik. Setelah merasakan adanya peningkatan produksi padi, peningkatan pendapatan usahatani, dan manfaat setelah menggunakan pupuk organik, hampir seluruh petani (98,3%) menginginkan menggunakan pupuk organik meski tanpa menerima bantuan (Tabel 5.15.). Namun, ada sebagian kecil petani (1,67%) yang

21 menyatakan ragu-ragu menggunakan pupuk organik karena harga pupuk organik yang lebih mahal daripada pupuk anorganik. Selain itu, pupuk organik yang dibutuhkan juga lebih banyak sehingga akan meningkatkan biaya penggunaan pupuk. Tabel Motivasi Penggunaan Pupuk Organik Meski Tanpa Bantuan Uraian Jumlah Persen 1. Sangat ingin 44 73,33 2. Ingin 15 25,0 3. Ragu-ragu 1 1,67 4. Tidak ingin Sama sekali tidak ingin - - Total ,00

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dari survey rumah tangga petani dalam penelitian Dampak Bantuan Langsung Pupuk dan Benih

Lebih terperinci

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 45 V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 5.1 Karakteristik Petani Responden Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA 6.1 Analisis Fungsi produksi Padi Sawah Varietas Ciherang Analisis dalam kegiatan produksi padi sawah varietas ciherang

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Hasil pendataan jumlah produksi serta tingkat penggunaan input yang digunakan dalam proses budidaya belimbing dewa digunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara tertuju

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

menggunakan BLP Organik dan setelah menggunakan BLP Organik.

menggunakan BLP Organik dan setelah menggunakan BLP Organik. 29 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yaitu survey rumah tangga petani yang mendapat BLP Organik dan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL 7.1 Analisis Perbandingan Penerimaan Usaha Tani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan hasil-hasil penelitian beserta pembahasan yang meliputi pandangan petani terhadap program pemupukan berimbang dan tingkat penerapan teknologi pemupukan berimbang

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

sosialisasi kepada kelompok tani.

sosialisasi kepada kelompok tani. LAMPIRAN 64 65 Lampiran 1 Prosedur Penetapan Kelompok Tani Penerima BLP Sesuai Permentan No: 37/Permentan/SR.130/5/2010 1) Direktorat Jendral Tanaman Pangan melakukan sosialisasi program bantuan pupuk

Lebih terperinci

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

VI. HASIL dan PEMBAHASAN VI. HASIL dan PEMBAHASAN 6.1 Penggunaan Input Usahatani 6.1.1 Benih Benih memiliki peran strategis sebagai sarana pembawa teknologi baru, berupa keunggulan yang dimiliki varietas dengan berbagai spesifikasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian Desa Candi merupakan salah satu desa yang banyak menghasilkan produksi jagung terutama jagung pipilan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Petani dalam melakukan kegiatan usahatani membutuhkan benih padi sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan terhadap

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS Analisis risiko produksi jagung manis dilakukan dengan menggunakan metode risiko produksi yang telah dikembangkan oleh Just dan Pope. Pendekatan analisis risiko

Lebih terperinci

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas dengan pendekatan Stochastic Production

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Padi Petani padi dalam menghadapi kelangkaan pupuk dibedakan berdasarkan pengaruh kelangkaan pupuk terhadap produktivitas dan pendapatan dalam usahatani padi. Pengaruh

Lebih terperinci

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP: PROSES DISEMINASI TEKNOLOGI EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI KELURAHAN KEMUMU KECAMATAN ARGAMAKMUR KABUPATEN BENGKULU UTARA Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Teori yang digunakan untuk mengurai perumusan masalah pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai berikut

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb Douglas. Faktor-faktor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produktivitas usahatani padi dapat mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah produksi. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh penggunaan faktor produksi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI JAGUNG DI KABUPATEN SUMENEP

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI JAGUNG DI KABUPATEN SUMENEP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI JAGUNG DI KABUPATEN SUMENEP RIBUT SANTOSO, HARI SUDARMADJI, AWIYANTO Fakultas Pertanian, Universitas Wiraraja Sumenep ABSTRAK Penelitian ini menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 8.1. Analisis Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kedelai Edamame Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis fungsi produksi Cobb-Douglas

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

3.3.Metode Penarikan Sampel Model dan Metode Analisis Data Konsepsi Pengukuran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3.Metode Penarikan Sampel Model dan Metode Analisis Data Konsepsi Pengukuran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 11 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK (Kasus Desa Kebonagung dan Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul)

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK (Kasus Desa Kebonagung dan Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul) EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK (Kasus Desa Kebonagung dan Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul) Rendhila Try Sadhita Drs. Y. Sri Susilo, M.Si. Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian Februari 2011 ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Unit Bisnis Daerah (UBD) Khusus Sukamandi, Subang Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan dan Kegunaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan. Pemilihan PT Saung Mirwan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI Prof. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini, terdapat beberapa karakteristik petani yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini, terdapat beberapa karakteristik petani yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Pada penelitian ini, terdapat beberapa karakteristik petani yang digunakan sebagai responden yaitu meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sukasari Kaler yang berada di wilayah Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 26 A. Metode Penelitian 1. Sasaran Penelitian BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Sasaran penelitian adalah para petani berstatus pemilik maupun penyewa yang mengusahakan tanaman padi semi organik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali L A M P I R A N Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali 151 152 Lampiran 2. Hasil uji CFA peubah penelitian Chi Square = 112.49, df=98 P-value=0.15028, RMSEA=0.038, CFI=0.932 153 Lampiran 3. Data deskriptif

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani caisim ini dilakukan di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada umumnya di Desa Lebak Muncang sebagian besar penduduknya adalah petani. Sebanyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep)

Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep) Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep) Isdiantoni Fakultas Pertanian, Universitas Wiraraja

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1 Analisis Produksi Stochastic Frontier 7.1.1 Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani

Lebih terperinci

FAKTOR PENENTU PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN BULU DAN TLOGOMULYO, KABUPATEN TEMANGGUNG ABSTRAK

FAKTOR PENENTU PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN BULU DAN TLOGOMULYO, KABUPATEN TEMANGGUNG ABSTRAK FAKTOR PENENTU PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN BULU DAN TLOGOMULYO, KABUPATEN TEMANGGUNG Renie Oelviani 1, Indah Susilowati 2,3, Bambang Suryanto 3 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan 37 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan Semadam dan Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi Aceh Dimana

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang 5.1.1. Produksi Pupuk Urea ton 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupatan Gorontalo. Sesuai dengan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Lokasi Penelitian Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, dengan perbatasan wilayah Desa sebagai berikut Batas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan

PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan jagung terus meningkat, baik untuk pangan maupun pakan. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan nasional. Peningkatan kebutuhan jagung

Lebih terperinci

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8% VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 16 menunjukkan bahwa model yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR Jurnal Ilmiah AgrIBA No2 Edisi September Tahun 2014 ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR Oleh : Siska Alfiati Dosen PNSD dpk STIPER Sriwigama Palembang

Lebih terperinci

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 5 No. 1, Mei PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa.l) DI KECAMATAN JUNTINYUAT KABUPATEN INDRAMAYU

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan

METODE PENELITIAN. dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan 39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG

KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG LAMPIRAN Lampiran 1 KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG 1. Keadaan Umum Responden 1.1. Identitas Responden 1. Nama : (L / P) 2. Umur : tahun 3. Alamat : RT /

Lebih terperinci