VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI"

Transkripsi

1 VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan bagian yang dipanen, dapat dimakan setelah direbus maupun dapat dijadikan sebagai bakan baku industri makanan. Ganyong berimpang tegak tingginya rata-rata mencapai 1,5 meter. Proses budidaya diawali dari pembibitan hingga panen. Kegiatan pembibitann pada umumnya dilakukan oleh tenaga kerja perempuan karena sifatnya yang ringan. Bibit ini berasal dari umbi yang sehat, lebih baik yang masih muda dan tumbuh tunas sekitar lima hingga 20 cm. Cara menyiapkan bibit dengan cara memotong umbi paling sedikit mempunyai dua mata yang sehat kemudian potongan bibit ini disemaikan sampai tumbuh dua hingga tiga helai daun. Penggunaan pupuk organik mulai dilakukan saat kegiatan persemaian ini. Langkah selanjutnya setelah persiapan bibit adalah penyiapan lahan dan tanam. Persiapan lahan ini dilakukan oleh tenaga kerja laki laki pada umumnya karena sifatnya yang merupakan kegiatan berat, yaitu perlu mengolah tanah dan membersihkan dari gangguan rumput liar. Pengolahan tanah ini dilakukan pada musim kemarau dengan cara dicangkul atau digarpu. Pemeliharaan tanaman ganyong tidak begitu sulit, kegiatan ini bisa dilakukan oleh tenaga kerja perempuan. Penyulaman dilakukan pada rumpun yang mati setelah tanaman berumur 10 hari. Saat kegiatan penyulaman ini diikuti dengan pembersihan tanaman dari gangguan gulma atau rumput liar menggunakan kored, golok maupun sabit. Tanaman ganyong ini relatif jarang diserang hama dan penyakit tanaman hingga menimbulkan kerusakan maupun kematian. Beberapa hama yang menyerang diantaranya kumbang dan belalang yang sering memakan daun dan cacing yang menyerang umbi. Tanaman ganyong dapat dipanen saat berumur tujuh sampai delapan untuk produksi optimal. Panen yang dilakukan kurang dari tujuh bulan hasil umbi dan kandungan patinya rendah. Kegiatan panen ini dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki menggunakan cangkul dan garpu. 74

2 6.2. Penggunaan Input pada Usahatani Ganyong Sarana input produksi merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam menjalankan suatu kegiatan usahatani. Sarana produksi yang digunakan antara petani anggota kelompok tani dan bukan anggota kelompok pada dasarnya adalah sama. Sarana produksi ini terdiri dari lahan, bibit, pupuk kandang, tenaga kerja dan peralatan produksi. Rata- rata penggunaan input produksi antara petani anngota kelompok tani dan bukan anggota kelompok dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Rata-Rata Penggunaan Input Produksi Usahatani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri per Periode Tanam per Hektar Tahun 2009 No Keterangan Satuan Jumlah Petani Anggota Kelompok Petani Bukan Anggota 1 Bibit Tunas Pupuk kandang Kg 2966, ,78 3 Tenaga kerja HOK 172,69 264,67 4 Peralatan a. Cangkul 1 1 b. Kored 1 2 c. Golok 1 1 Buah d. Garpu 1 1 e. Sabit 1 1 f. Parang Penggunaan Lahan Lahan merupakan hal yang terpenting dalam melakukan kegiatan usahatani. Kepemilikan lahan petani responden pada usahatani ganyong pada umumnya hanya berlahan sempit yaitu kurang dari satu hektar, tidak ada petani reponden yang memiliki lahan di atas satu hektar. Rata-rata kepemilikan lahan untuk petani responden yang merupakan anggota kelompok tani adalah seluas 0,25 hektar, sedangkan untuk petani bukan anggota lahan yang dimiliki rata-rata seluas 0,12 hektar. Masih rendahnya penggunaan lahan untuk budidaya ganyong disebabkan komoditas ganyong belum begitu penting sebagai mata pencaharian utama petani. Ganyong yang selama ini ditanam di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri hanya sebagai komoditas yang dijadikan sumber penghasilan tambahan petani. 75

3 Komoditas ganyong ini belum begitu banyak ditanam oleh masyarakat karena belum bisa meyakinkan masyarakat akan nilai ekonomisnya sehingga masih ditanam di lahan yang relatif sempit Penggunaan Bibit Bibit dalam usahatani ganyong ini merupakan tunas ganyong. Tunas yang diperoleh oleh petani bisa berupa tanaman induk hasil dari panen periode sebelumnya maupun berupa tunas baru. Penggunaan maksimal tunas yang diperoleh dari tanaman induk hasil panen periode sebelumnya dapat digunakan hingga dua sampai tiga kali panen karena kemampuannya dalam berproduksi semakin lama akan menurun. Rata rata penggunaan bibit per hektar yang dipakai oleh petani yang masuk anggota kelompok tani adalah sebanyak 5030 tunas, sedangkan rata-rata yang dipakai oleh petani bukan anggota adalah sebanyak 5108 tunas. Perbedaan penggunaan jumlah bibit antara petani anggota kelompok tani dengan petani bukan anggota disebabkan adanya peran penyuluhan dan bimbingan. Kelompok tani memberikan penyuluhan kepada petani anggotanya dengan tujuan pemberian arahan dalam penggunaan bibit yang efisien. Petani bukan anggota pada umumnya menggunakan bibit yang lebih banyak dibandingkan petani anggota dalam luasan lahan yang sama. Hal ini dikarenakan petani bukan anggota beranggapan bahwa jika tunas umbi yang ditanam tidak tumbuh, masih terdapat umbi lainnya tanpa perlu menggunakan tenaga kerja tambahan untuk kegiatan penyulaman. Petani bukan anggota sering menggunakan bibit yang berasal dari umbi hasil panen periode sebelumnya sehingga memerlukan jumlah yang lebih banyak karena produktivitasnya yang menurun. Tetapi petani anggota tidak melakukan hal ini, karena petani anggota telah menggunakan bibit hasil seleksi kelompok tani. Bibit yang diperoleh ini memiliki kualitas yang mampu berproduksi optimal Penggunaan Pupuk Kandang Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu periode tanam oleh petani ganyong, yaitu pada umur tanaman dua minggu dan empat bulan. Penggunaan 76

4 pupuk dalam usahatani ganyong hanya berasal dari pupuk organik yaitu pupuk kandang dari kotoran ayam. Pupuk kandang ini merupakan pilihan para petani karena fungsinya yang mampu memberikan hasil pada umbi juga karena mampu menyuburkan tanah. Selain itu penggunaan pupuk kandang didasarkan pada permintaan konsumen untuk hasil umbi yang organik. Penggunaan pupuk kandang untuk petani anggota kelompok tani maupun petani bukan anggota rata-rata sama penggunaanya sekitar 0,5 0,7 kg tiap rumpun tanamannya. Jumlah rata-rata penggunaan pupuk kandang tiap periode tanam per hektar untuk petani yang masuk anggota kelompok tani adalah sebanyak 2966,79 Kg, sedangkan bagi petani bukan anggota adalah sebanyak 3301,78 Kg. Pupuk kandang yang dibutuhkan oleh para petani ganyong mudah diperoleh di sekitar lingkungannya karena adanya penjual maupun peternakan ayam. Penggunaan pupuk kandang petani anggota lebih sedikit dibandingkan petani bukan anggota, hal ini dikarenakan penguasaan pengetahuan yang berbeda. Salah satu petani anggota adalah sebagai pemasok pupuk kandang sehingga mengetahui mengenai pupuk kandang. Pupuk kandang yang sifatnya panas lebih baik disimpan terlebih dahulu sampai dua hari, karena tidak cocok jika langsung ditanam bersama tanaman ganyong dan justru akan menurunkan jumlah produksi. Pada penggunaan pupuk kandang ini, petani anggota memperhitungkannya terlebih dahulu. Pengetahuan yang dimiliki petani ini diterapkan pada kelompok tani, tetapi petani bukan anggota memakai pupuk kandang secara berlebih karena minimnya pengetahuan akan penggunaan pupuk kandang Penggunaan Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan satu hal yang dinilai sangat penting dalam usahatani karena tenaga kerja inilah yang akan digunakan untuk melakukan aktivitas usahatani. Tenaga kerja yang digunakan oleh petani anggota kelompok maupun petani bukan anggota kelompok adalah tenaga kerja laki-laki dan perempuan tanpa melibatkan tenaga kerja anak-anak. Aktivitas yang berat pada umumnya dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki seperti mengolah tanah untuk persiapan lahan dan pencabutan umbi saat panen. Penggunaan tenaga kerja dalam 77

5 usahatani ganyong ini menggunakan satuan Hari Orang Kerja (HOK). Setiap harinya tenaga kerja yang melakukan aktivitas selama tujuh jam dengan waktu istirahat saat pukul sampai pukul Upah yang diberikan setiap satu hari kerja rata-rata yaitu sebesar Rp Penggunaan tenaga kerja dalam satu periode tanam per hektar yang dibutuhkan oleh petani anggota kelompok rata-rata berjumlah 172,69 HOK. Sedangkan bagi petani bukan anggota adalah 264,67 HOK. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani ganyong ini dibagi atas Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK). Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) untuk masing-masing kegiatan dalam usahatani ganyong tiap periode tanam per hektar dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) pada Usahatani Ganyong per Periode Tanam per Hektar di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 Anggota Kelompok Tani Bukan Anggota No Kegiatan Kelompok Jumlah Persentase Jumlah Persentase (HOK) (%) (HOK) (%) 1 Persiapan bibit 13,76 11,55 28,49 14,06 2 Persiapan lahan 24,23 20,34 36,68 18,10 3 Penanaman 9,38 7,87 24,53 12,10 4 Pemupukan 22,33 18,66 39,03 19,26 5 Pemeliharaan 18,99 15,94 37,85 18,67 6 Panen 30,46 25,56 36,10 17,81 Jumlah 119, , Pada Tabel 23 diperoleh data bahwa dari keenam kegiatan yang dilakukan petani pada usahatani ganyong dengan menggunakan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK), panen merupakan kegiatan yang banyak memerlukan tenaga kerja bagi petani anggota kelompok tani yaitu 30,46 HOK (25,56%). Namun pada petani bukan anggota, kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang banyak memakai tenaga kerja yaitu sebanyak 39,03 HOK atau sebesar 19,26 persen dari total kegiatan penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga. Sedangkan pada Tabel 24 menunjukan rata-rata penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga 78

6 (TKLK) oleh petani ganyong untuk masing-masing kegiatan tiap periode tanam per hektar. Berdasarkan Tabel 24, penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) pada usahatani ganyong bagi petani anggota kelompok tani, kegiatan persiapan lahan merupakan kegiatan yang banyak membutuhkan tenaga kerja yaitu membutuhkan 14,89 HOK atau sebesar 26,56 persen dari seluruh kegiatan. Banyaknya penggunaan tenaga kerja luar keluarga dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja dalam keluarag untuk kegiatan persiapan lahan karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang berat sehingga lebih banyak membutuhkan jasa tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan pada petani bukan anggota, kegiatan panen merupakan kegiatan yang banyak membutuhkan tenaga kerja yaitu sebanyak 24,82 HOK (39,03%). Tabel 24. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) pada Usahatani Ganyong per Periode Tanam per Hektar di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 Anggota Kelompok Tani Bukan Anggota Kelompok No Kegiatan Jumlah (HOK) Persentase (%) Jumlah (HOK) Persentase (%) 1 Persiapan bibit 5,48 9,78 8,30 13,05 2 Persiapan lahan 14,89 26,56 10,13 15,93 3 Penanaman 11,46 20,44 17,26 27,14 4 Pemupukan 4,79 8,54 2,47 3,88 5 Pemeliharaan 5,27 9,40 0,62 0,97 6 Panen 14,17 25,28 24,82 39,03 Jumlah 56, , Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja luar keluarga. Hal ini dikarenakan para petani ganyong merasa bahwa penggunaan tenaga kerja adalah variabel yang banyak mengeluarkan biaya. Para petani lebih memilih menggunakan tenaga kerja dalam keluarga yang tidak mengeluarkan biaya secara tunai. Namun, dengan alasan untuk menghemat biaya tunai justru penggunaan tenaga kerja menjadi kurang efisien. Petani memberdayakan semua anggota keluarga yang ada tanapa memperhitungkan terlebih dahulu mengenai kebutuhan aktivitas yang akan dilakukan. 79

7 Penggunaan Peralatan Usahatani Peralatan merupakan sarana penunjang kegiatan usahatni yang perlu dimiliki oleh petani. Peralatan yang dimiliki oleh para petani ganyong baik petani anggota dan bukan anggota pada umumnya masih bersifat peralatan semi modern seperti cangkul, kored, golok, garpu, parang dan sabit. Semua peralatan yang digunakan petani untuk kegiatan budidaya ganyong mudah diperoleh di toko peralatan pertanian. Peralatan yang digunakan oleh petani sangat berpengaruh terhadap biaya tetap yang akan dikeluarkan oleh petani yaitu pada biaya penyusutan. Biaya penyusutan ini termasuk ke dalam biaya yang diperhitungkan namun tidak secara tunai. Besarnya biaya penyusutan peralatan pada usahatani ganyong per periode tanam dalah sebesar Rp Penghitungan nilai penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus anatar nilai beli dan umur teknis peralatan tersebut. Nilai penyusutan untuk peralatan usahatani ganyong dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Rata Rata Biaya Penyusutan Peralatan pada Usahatani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 Umur Pakai Estimasi Nilai No Jenis Peralatan Jumlah Harga Beli Jumlah Biaya (Buah) (Rp) (Tahun) (Rp) (Rp) 1 Cangkul Kored Golok Garpu Parang Sabit Jumlah Penerimaan Usahatani Analisis pendapatan usahatani pada ganyong ini didasarkan atas luasan satu hektar dalam musim tanam. Satu musim tanam dalam usahatani ganyong ini yang dianalisis adalah dalam waktu tujuh bulan. Penerimaan usahatani ini adalah jumlah total produk yang dijual berdasarkan pada harga jual yang berlaku di pasar. 80

8 Produksi yang dihasilkan oleh petani secara keseluruhan rata-rata mencapai ,47 Kg per hektar per periode panen dengan harga jual Rp.500 per Kg. Seluruh petani yang membudidayakan ganyong di desa ini menjual hasil panennya kepada Kelompok Tani Harapan Mulya dengan didasarkan pada kesepakatan harga antara kelompok dengan petani. Penerimaan yang diperoleh petani rata-rata dari penjualan ganyong per periode panen adalah sebesar Rp Adapun untuk petani anggota kelompok penerimaan yang diperoleh adalah sebesar Rp hasil produksi sebanyak ,73 Kg. Sedangkan untuk petani non anggota kelompok penerimaan yang diperoleh adalah sebesar Rp hasil dari produksi ,67 Kg Pengeluaran Usahatani Pengeluaran usahatani dikelompokan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani selama kegiatan usahatani per periode panen, yaitu mulai dari biaya penyediaan bibit hingga biaya mendistribusikan hasil panen ke penjual. Sedangkan biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani tidak dalam bentuk nilai tunai. Sejumlah biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani ganyong meliputi biaya sewa lahan, pembelian bibit, pembelian pupuk, biaya tenaga kerja luar keluarga dan biaya transportasi hasil panen. Besarnya biaya tunai per hektar tiap periode tanam seluruh petani ganyong rata-rata adalah Rp Sedangkan rincian untuk masing-masing adalah Rp untuk petani anggota dan Rp untuk petani bukan anggota. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani ganyong tidak terlepas dari adanya biaya untuk membiayai penggunaan input. Adapun rincian penggunaan input per hektar untuk usahatani ganyong dapat dilihat pada Tabel

9 Tabel 26. Penggunaan Input Produksi per Hektar pada Usahatani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 No Keterangan Petani Anggota Jumlah Fisik Petani Bukan Anggota Satuan Harga/Satuan (Rp) 1 Lahan 1 1 Ha Bibit Tunas Pupuk kandang 2966, ,78 Kg Tenaga kerja a. TKDL 117,75 201,88 b. TKLK 54,94 62,79 HOK Petani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri seluruhnya menjual hasil panennya ke Kelompok Tani Harapan Mulya. Kelompok tani mengolah hasil panen para petani terlebih dahulu sebelum menjualnya ke konsumen dalam bentuk tepung. Sistem pembayaran antara petani dengan kelompok tani ini berupa konsinasi artinya umbi ganyong terlebih dahulu disimpan di kelompok kemudian kelompok membayarnya dalam jangka waktu satu sampai dua minggu. Biaya diperhitungkan yang dikeluarkan oleh petani ganyong meliputi biaya penyusutan peralatan dan tenaga kerja dalam keluarga. Biaya yang diperhitungkan tiap periode tanam per hektar adalah sebesar Rp Untuk petani anggota kelompok tani biaya yang diperhitungkan adalah sebesar Rp dan untuk petani bukan anggota sebesar Rp Sedangkan biaya total yang dikeluarkan petani per hektar tiap periode tanam adalah Rp Biaya total ini terdiri dari penjumlahan antara biaya tunai dengan biaya yang diperhitungkan. Komponen biaya pada usahatani ganyong dapat dilihat pada Tabel

10 Tabel 27. Biaya Tunai dan Biaya Diperhitungkan pada Usahatani Ganyong per Hektar tiap Periode Tanam di Desa SIndanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 No A Keterangan Rata-rata Biaya Tunai Lahan 2,500,000 Bibit 1,571,400 Pupuk Kandang 617,004 Tenaga Kerja Luar Keluarga 1,154,400 Transportasi 235,155 Total Biaya Tunai 6,077,959 Nilai (Rp) Petani Anggota Petani Bukan Anggota 2,500,000 2,500,000 1,509,000 1,532, , ,356 1,098,800 1,255, , ,200 5,936,838 6,182,756 B Biaya Diperhitungkan Biaya Penyusutan Peralatan 60,000 Tenaga Kerja Dalam Keluarga 2,948,800 Total Biaya yang Diperhitungkan 3,008,800 C Jumlah Total Biaya 9,086,759 60,000 60,000 2,355,000 4,037,600 2,415,000 4,097,600 8,351,838 10,280, Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani pada penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai rata-rata petani ganyong per hektar per periode panen memperoleh sebesar Rp dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp Tabel 28 menyajikan data mengenai pendapatan petani ganyong. Berdasarkan Tabel 28, penerimaan per hektar per periode panen yang diperoleh oleh petani anggota kelompok tani lebih besar Rp dibandingkan dengan petani non anggota. Hal ini didasarkan pada penggunaan input yang efisien karena intensifnya bimbingan dan penyuluhan. Dilihat dari pendapatan atas biaya tunai pun, petani anggota kelompok memperoleh pendapatan lebih besar dibandingkan dengan petani bukan anggota. Pendapatan 83

11 atas biaya total dari petani anggota adalah sebesar Rp sedangkan untuk petani non anggota hanya sebesar Rp per hektar tiap periode panen. Analisis usahatani ganyong dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 28. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri per Hektar per Periode Panen Tahun 2009 No Komponen Petani Anggota Nilai (Rp) Petani Bukan Anggota Rata - Rata 1 Penerimaan Biaya tunai Biaya diperhitungkan Biaya total Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total Analisis R/C Rasio Hasil perhitungan usahatani untuk analisis R/C rasio atas biaya tunai diperoleh 1,93. Nilai ini memiliki arti bahwa setiap pengeluaran tunai sebesar Rp.1 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,93. Nilai R/C rasio lebih dari satu ini menunjukkan bahwa usahatani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri mampu memberikan keuntungan karena penerimaannya lebih besar 1,93 kali dari biaya yang perlu dikeluarakan oleh petani. R/C rasio atas biaya total untuk usahatani ganyong adalah sebesar 1,30. Nilai ini memiliki arti bahwa setiap Rp.1 biaya total yang dikeluarkan petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp.1,30. Hal ini membuktikan bahwa usahatani ganyong di Desa Sindanglaya kecamatan Sukamantri menguntungkan. Penerimaan, biaya dan R/C rasio pada usahatani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri per hektar tiap periode panen Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel

12 Tabel 29. Rata-Rata Penerimaan, Biaya dan R/C Rasio per Hektar per Periode Panen pada Usahatani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 Nilai (Rp) No Komponen Petani Bukan Petani Anggota Anggota Rata - Rata 1 Penerimaan Biaya tunai Biaya diperhitungkan Biaya total R/C atas biaya tunai 1,98 1,89 1,93 6 R/C atas biaya total 1,41 1,14 1,30 Pada Tabel 29, R/C rasio untuk petani anggota kelompok tani sedikit lebih besar dibandingkan dengan R/C rasio petani bukan anggota, baik untuk R/C rasio atas biaya tunai maupun atas biaya total. R/C rasio atas biaya tunai petani anggota kelompok memperoleh 1,98 dan atas biaya total 1,41. Sedangkan petani bukan anggota memperoleh 1,89 untuk R/C rasio atas biaya tunai dan 1,14 atas biaya total. Baik petani anggota maupun petani bukan anggota R/C rasio atas biaya tunai dan atas biaya total sudah melebihi satu artinya usahatani ganyong ini sudah dikatakan menguntngkan Efektivitas Kelembagaan Kelompok Tani Efektivitas keberadaan kelembagaan ini fungsinya adalah sebagai bentuk gambaran untuk melihat kinerjanya yang mampu memberikan manfaat kepada anggotanya. Kelembagaan agribisnis yang ada pada usahatani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri salah satunya adalah kelompok tani. Kelompok tani tersebut adalah Kelompok Tani Harapan Mulya. Kelompok tani ini berdiri tanggal 30 November Awalnya kelompok tani ini mengusahakan pada bidang penggemukan domba, ayam buras, perikanan atau longyam dan pertanian sayuran. Budidaya tanaman ganyong dimulai oleh kelompok tani ini pada tahun 2002 atas dasar kebijakan Pemprov Jawa Barat untuk ketahanan pangan produk lokal. 85

13 Kelompok Tani Harapan Mulya ini sudah memiliki peralatan semi modern untuk pengolahan umbi ganyong menjadi tepung dan hal ini mampu memberikan motivasi kepada masyarakat sekitar untuk membudidayakan ganyong. Kelompok tani ini memulai menjalin kerjasama dengan Indofood pada tahun 2005 sebagai pemasok tepung ganyong untuk bahan dasar makanan bayi. Anggota kelompok tani ini memiliki jumlah anggota sebanyak 33 orang. Susunan organisasi pada Kelompok Tani Harapan Mulya dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil panen dari seluruh petani ganyong di daerah ini dijual kepada kelompok tani ini dengan sistem konsinasi atau simpan bayar. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran kepada petani antara satu sampai dua minggu dan hal ini pun telah disepakati oleh kedua pihak dengan saling percaya. Keberadaan kelompok tani ini bisa menambah pendapatan petani anggota (Tabel 28). Efektivitas keberadaan kelembagaan kelompok tani bagi petani responden didasarkan pada tanggapan petani responden. Hasil yang diperoleh dari tanggapan petani responden mengenai keberadaan kelompok tani adalah nilai 472. Berdasarkan skala likert untuk penilaian efektivitas tersebut nilai 472 merupakan hasil bahwa keberadaan kelompok tani bagi petani ganyong sudah cukup efektif. Nilai 472 berada pada rentang nilai (cukup efektif). Perhitungan skor untuk efektivitas kelembagaan kelompok tani dapat dilihat pada Lampiran 9. Kelompok tani yang ada di sini tidak membebankan petani anggotanya. Seluruh hasil panen yang dijual petani anggota kepada pihak kelompok sesuai dengan harga yang berlaku di pasar. Selain itu, petani anggota tidak perlu melakukan untk membayar simpanan berupa hasil panen maupun uang kepada kelompok. Untuk membiayai kegiatan operasional, kelompok tani tersebut sudah mampu mengolah ganyong menjadi tepung yang kemudian menjualnya kepada produsen pengolahan makanan. Masih minimnya kontinuitas pasokan dari para petani karena penguasaan teknik budidaya yang masih rendah menyebabkan kelompok belum menerapkan perjanjaian atau kontrak tertulis dengan petani. Namun untuk hasil panen dalam jumlah berapa pun kelompok tani ini bersedia untuk membelinya, tetapi dengan 86

14 sistem konsinasi yaitu simpan bayar. Petani terlebih dahulu menyimpan hasil panennya kepada kelompok, dalam waktu kurang dari dua minggu kemudian kelompok membayarnya. Hal ini dikarenakan umbi ganyong dari petani diolah terlebih dahulu oleh kelompok menjadi tepung sebagai produk yang bisa meningkatkan nilai jual dan hal itu memerlukan waktu beberapa hari. Efektivitas keberadaan kelompok tani Harapan Mulya ini didasarkan pada penilaian dan tanggapan petani anggotanya dari beberapa hal, diantaranya: a. Syarat Awal Masuk Anggota Petani ganyong yang ada di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri ini terdiri dari petani yang tergabung dengan kelompok tani dan yang tidak bergabung. Keberadaan kelompok tani pada usahatani ganyong ini telah ada sejak tahun 2002, namun jumlah anggotanya hanya berjumlah 33 orang dari 51 petani ganyong yang ada di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri. Kelompok tani yang aktif memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada petani adalah kelompok tani Harapan Mulya. Jumlah keanggotaan petani kelompok yang belum mencapai jumlah petani yang ada disebabkan karena para petani lainnya masih menganggap usahatani ganyong belum menghasilkan nilai ekonomis yang signifikan. Selain itu, petani bukan anggota masih merasa bahwa untuk bergabung dengan kelompok memiliki banyak persyaratan. Berdasarkan hasil penilaian dan tanggapan petani anggota bahwa untuk masuk menjadi anggota kelompok tani Harapan Mulya syarat awalnya mudah. Sejumlah 29 responden (87,88 %) menyebutkan bahwa untuk menjadi anggota kelompok adalah mudah. Hal ini didasarkan pada tidak adanya persyaratan khusus yang dapat membebani petani. Kelompok tani siap menerima petani untuk menjadi anggotanya hanya dengan syarat petani tersebut mau membudidayakan ganyong secara sungguh - sungguh. b. Penjualan Hasil Panen Kelompok tani Harapan Mulya merupakan bentuk kelembagaan satu satunya di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri yang membeli hasil panen petani. Seluruh petani yang membudidayakan ganyong, baik yang tergabung 87

15 maupun yang tidak tergabung dengan kelompok seluruhnya menjual umbi ganyong kepada kelompok. Banyaknya volume penjualan dari petani dan hanya tersedia satu tujuan pasarnya membuat kelompok tani tidak bisa membayarnya secara tunai kepada petani yang menjualnya dalam jumlah banyak. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh kelompok kepada petani adalah dalam bentuk konsinasi. Artinya, petani menyimpan terlebih dahulu hasil panen kepada kelompok selanjutnya kelompok membayarnya beberapa hari kemudian. Hal ini dikarenakan kelompok perlu mengolah umbi tersebut menjadi tepung yang memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan dengan menjual umbinya. Penilaian dan tanggapan dari petani anggota mengenai sistem pembayaran hasil panen menyebutkan konsinasi lancar. Dari 33 petani, 21 petani (63,64 %) menilai bahwa sistem pembayaran ini lancar dengan pembayaran kurang dari satu minggu. Pembayaran ini dirasakan oleh petani tidak begitu memberatkan karena para petani ini sudah percaya sepenuhnya kepada kelompok. Walaupun sistem pembayarannya perlu menunggu satu minggu, namun petani anggota ini diberi kepercayaan oleh kelompok untuk menjual tepung hasil pengolahan sebagai tambahan penghasilan. c. Jarak Petani ke Kelompok Tani Anggota kelompok tani ini merupakan perkumpulan petani yang memiliki kesamaan karakteristik dan pada umumnya masih dalam lingkungan yang berdekatan. Sifat dari keanggotaan kelompok tani yang berada di tingkat desa ini masih memegang teguh budaya gotong royong dan kekeluargaan. Jumlah anggota kelompok tani pada usahatani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri berjumlah 33 petani. Dari 33 petani, 29 petani (87,88 %) memiliki jarak lokasi yang dekat dengan kelompok. Penilaian dan tanggapan dari petani responden yang merupakan petani anggota menilai bahwa jarak dari petani ke kelompok berjarak 1,1 sampai 5 Km. Jarak yang dirasakan dekat oleh petani ini memberikan manfaat baik terhadap kelompok maupun petani anggotanya. Manfaat yang diperoleh kelompok adalah mengenai pantauan dan pemberian bimbingan kepada petani. Kelompok tidak mengalami kesulitan saat mengumpulkan anggotanya, karena jarak yang dekat 88

16 antara petani dan kelompok. Manfaat untuk petani anggota adalah mengenai distribusi sumberdaya terutama kebutuhan input. Petani tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk memperoleh input produksi karena tersedia di kelompok dan lokasinya pun dekat. d. Bimbingan dan Penyuluhan Keberadaan kelompok tani mampu memberikan manfaat kepada anggotanya. Manfaat yang diperoleh petani anggota adalah mengenai adanya bimbingan dan penyuluhan. Tujuan dari bimbingan dan penyuluhan ini adalah agar petani mampu berproduksi secara optimal dengan penggunaan input yang efisien sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Jumlah responden yang menilai bahwa bimbingan dan penyuluhan ini sering dilakukan oleh kelompok adalah berjumlah 19 responden (57,58 %). Bimbingan dan penyuluhan yang dinilai petani anggota sering adalah rutin diberikan setiap seminggu sekali. Pemberian bimbingan dan penyuluhan dari kelompok untuk materi teori dilakukan di rumah ketua kelompok tani. Namun, pemberian bimbingan dan penyuluhan untuk praktek dilakukan langsung di lapangan. Kelompok tani ini telah bekerjasama dengan pihak luar seperti perguruan tinggi dan perusahaan mitra sehingga kegiatan bimbingan dan penyuluhan tidak selalu berasal dari kelompok. Manfaat yang dapat diperoleh petani anggota adalah menambah pengetahuan tentang budidaya ganyong. e. Ketersediaan Input Produksi Kelompok tani yang merupakan bentuk kelembagaan satu satunya yang berada di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri untuk usahatani ganyong sehingga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap petani. Kelompok tani ini selain memberikan kejelasan pasar untuk hasil panen petani, juga sebagai tempat dalam penyediaan input produksi terutama untuk penyediaan bibit. Tanggapan dari petani responden yang merupakan petani anggota menyebutkan bahwa input produksi selalu tersedia di kelompok. Kelompok melakukan seleksi untuk pemilihan bibit sebelum dijual kepada petani anggotanya. Hal ini bertujuan agar tingkat produktivitas ganyong optimal 89

17 sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Petani anggota tidak perlu mencari ke tempat lain untuk memperoleh input produksi sehingga keberadaan kelompok tani dinilai efektif karena mampu memberikan manfaat kepada anggotanya. Manfaat yang diperoleh anggota adalah tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk mencari input produksi. Selain itu, harga bibit untuk petani anggota lebih murah dibandingkan dengan petani bukan anggota. f. Bantuan Pinjaman Modal Kendala yang paling mendasar bagi petani yang pada umumnya petani kecil adalah mengenai masalah modal. Petani merasa kesulitan saat akan memulai musim tanam baru karena keterbatasan modal. Keberadaan kelompok tani ini berdasarkan tanggapan petani responden belum memberikan perannya terhadap bantuan modal. Seluruh petani anggota menyebutkan bahwa bantuan pinjaman modal dari kelompok tani tidak ada. Aspek mengenai tanggapan petani responden terhadap adanya pinjaman bantuan modal kepada petani belum bisa terpenuhi oleh kelompok. Hal ini merupakan salah satu kekurangan kelompok. Para petani responden mengharapkan dengan adanya kelompok ini untuk ke depannya mampu memberikan manfaatnya dalam bantuan pinjaman modal. g. Sarana Angkutan Hasil Panen Petani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri pada umumunya merupakan petani kecil yang mengusahakan ganyong dalam luasan area yang sempit. Rata rata penggunaan lahan untuk petani anggota adalah kurang dari 0,50 Ha, sehingga jumlah produksi pun rendah. Petani ganyong yang memiliki luasan lahan lebih dari 0,5 Ha hanya satu orang. Tanggapan dari petani anggota mengenai ketersediaan sarana angkutan hasil panen, bahwa sarana angkutan hasil panen dari kelompok untuk petani tidak ada. Hanya enam dari 33 petani yang memberikan tanggapan bahwa kelompok terkadang memberikan fasilitas sarana angkutan untuk mengangkut hasil panen petani. Petani yang memakai sarana angkutan dari kelompok merupakan petani yang memiliki hasil panen banyak. Tetapi pada umumnya petani mengangkut sendiri hasil panen ke kelompok dengan menggunakan mobil angkutan pedesaan. 90

18 6.7. Rantai Pemasaran Ganyong Hasil panen seluruh petani responden ganyong di Desa Sindanglaya menjualnya kepada Kelompok Tani Harapan Mulya. Kelompok tani ini siap membeli dalam jumlah berapapun hasil panen petani dengan harga yang telah disepakati antara kelompok tani dengan petani ganyong. Harga yang berlaku untuk umbi ganyong disesuaikan dengan harga singkong di daerah tersebut. Penyesuaian harga ini bertujuan agar para petani ganyong bisa tetap membudidayakan ganyong. Harga yang berlaku saat ini untuk satu kilogram umbi ganyong adalah Rp.500. Penjualan hasil panen kepada Kelompok Tani Harapan Mulya ini dikarenakan kelompok tani ini sudah memiliki peralatan semi pabrikasi untuk mengolah umbi ganyong menjadi tepung. Tepung yang dihasilkan dari kelompok tani ini dijual kepada PT. Gizindo sebagai bahan dasar makanan bayi, para produsen makanan olahan dan masyarakat sekitar. Manfaat yang diperoleh petani anggota adalah bisa menjual tepung tersebut dengan mengambilnya terlebih dahulu dan membayarnya setelah produk terjual. Rantai pemasaran ganyong dapat dilihat pada Gambar 6. Kelompok Tani Petani Kelompok Tani PT.Gizindo Petani Anggota Bakery Konsumen Akhir Keterangan : : Jalur distribusi bibit : Jalur distribusi tepung ganyong atau produk turunannya Gambar 6. Rantai Pemasaran Ganyong di Desa Sindanglaya Tahun

19 Berdasarkan Gambar 6 menunjukkan bahwa bibit yang diperoleh petani ganyong secara keseluruhan berasal dari Kelompok Tani Harapan Mulya. Kelompok tani ini menyediakan bibit hasil penyeleksian untuk digunakan oleh petani ganyong agar memperoleh hasil produksi yang optimal. Hasil panen berupa umbi ganyong, petani menjualnya kepada kelompok tani untuk diolah menjadi tepung ganyong. Tepung ganyong hasil pengolahan kelompok tani kemudian dijual kepada salah satu produsen makanan bayi sebagai bahan dasarnya. Selain itu, kelompok tani pun menjual tepung kepada perusahaanperusahaan bakery skala rumah tangga di sekitar Ciamis dan Bandung dan kepada petani anggota sebelum ke konsumen akhir. 92

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH Analisis pendapatan pada usaha budidaya udang galah akan menjelaskan apakah usaha yang dilakukan menguntungkan (profitable) atau tidak yaitu dengan

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Ciamis Berdasarkan data geografis, wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 20' sampai dengan 108 40' Bujur Timur dan 7 40'20" Lintang

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Padi Petani padi dalam menghadapi kelangkaan pupuk dibedakan berdasarkan pengaruh kelangkaan pupuk terhadap produktivitas dan pendapatan dalam usahatani padi. Pengaruh

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR 6.1. Analisis Aspek Budidaya 6.1.1 Penyiapan Bahan Tanaman (Pembibitan) Petani ubi jalar di lokasi penelitian yang dijadikan responden adalah petani yang menanam

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangkan pemikiran konseptual dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu konsep kemitraan, pola kemitraan agribisnis, pengaruh penerapan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA

PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA Amirudin Pohan dan Yohanes Leki Seran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Pengembangan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani sayuran per hektar yang dikelola oleh petani di Kelompok Tani

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Geografis dan Topografi Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Propinsi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Usahatani Pembedengan Bibit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Usahatani Pembedengan Bibit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Usahatani Identifikasi terhadap keragaan usahatani perlu diteliti untuk melihat adanya perbedaan dan persamaan dalam aktivitas usahatani antara satu petani dengan petani

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. UD. Agro Nusantara Prima merupakan salah satu perusahaan yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. UD. Agro Nusantara Prima merupakan salah satu perusahaan yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pola Kemitraan UD. Agro Nusantara Prima UD. Agro Nusantara Prima merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pembenihan jagung manis dan penyuplai jagung manis untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM 5.1. Sejarah Singkat Wahana Farm Wahana Farm didirikan pada tahun 2007 di Darmaga, Bogor. Wahana Farm bergerak di bidang pertanian organik dengan komoditas utama rosela.

Lebih terperinci

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI 6.1. Keragaan Usahatani Jambu biji Usahatani jambu biji di Desa Cimanggis merupakan usaha yang dapat dikatakan masih baru. Hal ini dilihat dari pengalaman bertani jambu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012 KONTRIBUSI USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA UKIRSARI KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO Hany Andewi Sundari, Zulfanita dan Dyah Panuntun Utami

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si rahmaniah_nia44@yahoo.co.id Abstrak Pengembangan kopi di Kabupaten Polewali Mandar dari tahun ke

Lebih terperinci

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BISI 2 (Zea mays Linn.) (Suatu Kasus di Desa Handapherang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa)

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa) LAMPIRAN 201 Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun 2009-2025 Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%) Total Konsumsi (000 ton) 2009 2010 2011

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, dalam pembahasannya lebih ditekankan pada biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, input yang digunakan, penerimaan yang diperoleh

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang 50 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Ubi Jalar Di Tingkat Propinsi Tahun No Propinsi. Luas Produktivitas Produksi panen

Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Ubi Jalar Di Tingkat Propinsi Tahun No Propinsi. Luas Produktivitas Produksi panen Lampiran 1. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Ubi Jalar Di Tingkat Propinsi Tahun 2007-2008 2007 2008 No Propinsi Luas Produktivitas panen tivitas Luas Produk- Produksi panen Produksi Ha Kw/Ha Ton

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada umumnya di Desa Lebak Muncang sebagian besar penduduknya adalah petani. Sebanyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran. Tipe dan Sumber Data. - Data sekunder melalui telaah literatur

Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran. Tipe dan Sumber Data. - Data sekunder melalui telaah literatur 113 Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran Tujuan Kajian Kegiatan Kajian Tipe dan Sumber Data Teknik Pengolahan Data Target Output (Keluaran) Tujuan 1 Menganalisis kelayakan sederhana dan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun Selo Ngisor, Desa Batur, Kecamatan getasan terletak sekitar 15 km dari Salatiga, dibawah kaki gunung Merbabu (Anonim, 2010). Daerah ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif karena dalam penelitian ini berupa angka-angka dan analisis. Dalam pembahasannyan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelompok Tani Kelompoktani adalah kelembagaan petanian atau peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi dan sumberdaya)

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR PRODUKSI UBI JALAR DI BOGOR

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR PRODUKSI UBI JALAR DI BOGOR KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR PRODUKSI UBI JALAR DI BOGOR No. Responden : Nama Responden : Alamat : Desa/Kelurahan : Kecamatan : Kabupaten : Bogor Provinsi : Jawa Barat Tanggal Wawancara

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO Purwanto 1) dan Dyah Panuntun Utami 2) 1)Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian 2) Dosen Program

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas gula semut

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas gula semut V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Anggota KUB Gendis Manis 1. Umur Kinerja anggota dalam mengelola gula semut dipengaruhi oleh karakteristik umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan

Lebih terperinci

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus H. Adul Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Ach. Firman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan usahatani mina padi dengan sistem jajar legowo ini dilakukan di Desa Mrgodadi, Kecamatan sayegan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci