MODEL PENJADWALAN DALAM PEMETIKAN PUCUK TEH (STUDI KASUS PERKEBUNAN GUNUNG MAS PTPN VIII JAWA BARAT) AMALIA RESTIATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL PENJADWALAN DALAM PEMETIKAN PUCUK TEH (STUDI KASUS PERKEBUNAN GUNUNG MAS PTPN VIII JAWA BARAT) AMALIA RESTIATI"

Transkripsi

1 MODEL PENJADWALAN DALAM PEMETIKAN PUCUK TEH (STUDI KASUS PERKEBUNAN GUNUNG MAS PTPN VIII JAWA BARAT) AMALIA RESTIATI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

2 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul Model Penjadwalan dalam Pemetikan Pucuk Teh (Studi Kasus Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII Jawa Barat) adalah karya saya sendiri dengan bimbingan Komisi Pembimbing. Tesis ini belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Desember 2005 Amalia Restiati NRP F

3 ABSTRACT AMALIA RESTIATI. Models of Leave-Tea Plucking Schedule (The Case Study on Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII West Java). Under the direction of MARIMIN, MACHFUD, and MUHAMMAD ZEIN NASUTION. The purpose of this research is to formulate scheduling model of leave-tea plucking, at which Gunung Mas Plantation, West Java is used as the case study. Linear programming and fuzzy linear programming were used as the basis for the model formulation. The objective function of linear programming formulation is to maximize leaves production with two constraints. The first constraint is the extent of plucking area and the second one is numbers of pluckers. The solutions of this scheduling model are maximum values of leaves production which are achieved by using LINDO. In this case, fuzzy linear programming gives better results than non-fuzzy linear programming because it is relevant with the condition of the plantation. Productivities of tea are higher in rainy seasons than dry season. The productions of tea leaves increase in the second and third pruning year (TP 2 and TP 3) and decrease in the fourth year (TP 4). There were two scenarios involved in this research. Scenario 1 is aimed to maximize leaves production in order to meet plant capacity. Scenario 2 has an objective to maximize the extent of plucking area to increase leaves production that could also reach plant capacity. The result of Scenario 1 shows that daily maximum productivity which must be reached by Gunung Mas is 912,72 kg/ha to kg/ha (in dry season) and 363,27 kg/ha to 4.266,67 kg/ha (in rainy season) in order to meet plant capacity. While the result of Scenario 2 shows that maximum width of area which must be plucked by the plantation per day is 119,31 ha to 288,34 ha (in dry season) and 64,96 ha to 222,41 ha (in rainy season) in order to meet plant capacity. Key words: Scheduling model, leave-tea plucking, pruning year, fuzzy linear programming, productivity.

4 RINGKASAN Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan devisa non migas terbesar disamping karet, kelapa sawit dan kopi. Namun, dalam perkembangannya ekspor teh Indonesia mengalami penurunan. Beberapa pasar utama teh yang telah dikuasai Indonesia telah diambil alih oleh negara produsen teh lainnya. Penurunan pangsa pasar ekspor tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh lemahnya daya saing dan citra teh Indonesia yang antara lain merupakan akibat dari mutu produk yang belum sesuai dengan selera pasar. Untuk itu perlu dilakukan penyempurnaan kegiatan terutama dalam peningkatan mutu pucuk teh. Mutu pucuk teh sangat ditentukan oleh pemetikan. Kegiatan pemetikan dalam agroindustri teh harus mendapat penanganan yang tepat, baik dari waktu, teknologi, pelaksanaan maupun tenaga pelaksana. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model penjadwalan pemetikan pucuk teh yang merupakan studi kasus di perkebunan Gunung Mas PTPN VIII Jawa Barat. Metode yang dipergunakan untuk menyusun model penjadwalan tersebut ialah formulasi program linier non-fuzzy dan program linier fuzzy dengan fungsi tujuan memaksimumkan produksi pucuk basah dan dua buah fungsi kendala yaitu kendala luas lahan dan kendala tenaga pemetik yang tersedia. Program linier non-fuzzy dan program linier fuzzy tersebut memberikan solusi berupa luas areal petik yang menghasilkan nilai maksimum. Nilai maksimum berupa jumlah pucuk basah yang diproduksi oleh perkebunan diperoleh dengan menggunakan LINDO release 6.0. Areal petik pada afdeling Gunung Mas I (GM I) yang menghasilkan pucuk teh dalam jumlah maksimum adalah areal dengan gilir petik 12 hari pada tahun pangkas ke-2. Afdeling Gunung Mas II (GM II) dapat memproduksi pucuk dalam jumlah maksimum pada areal dengan gilir petik 8 dan 12 hari pada tahun pangkas ke-4. Sedangkan pada afdeling Cikopo Selatan (CS), areal yang memproduksi pucuk dalam jumlah maksimum ialah areal dengan gilir petik 12 hari pada tahun pangkas ke-1 dan ke-2. Model penjadwalan pemetikan pucuk teh yang disusun dengan menggunakan program linier fuzzy memberikan hasil berupa produktivitas pucuk basah yang lebih tinggi dibandingkan hasil yang diperoleh perkebunan Gunung Mas saat ini yaitu rata-rata sebesar 51% pada musim kemarau dan 42% pada musim hujan. Pada penelitian ini, model optimisasi program linier fuzzy memberikan hasil yang lebih baik daripada program linier non-fuzzy karena lebih relevan dengan kondisi di perkebunan. Berdasarkan data yang diperoleh, batasan untuk kendala luas areal pemetikan dan kendala jumlah tenaga pemetik tidak merupakan batasan yang tegas. Produktivitas pucuk teh pada musim hujan lebih tinggi daripada musim kemarau. Dalam hubungannya dengan tahun pangkas, produksi pucuk basah secara umum menunjukkan peningkatan pada tahun pangkas ke-2 dan tahun pangkas ke-3 (tahun ke- 2 dan ke-3 setelah pemangkasan) dan menunjukkan penurunan pada tahun pangkas ke- 4. Produksi pucuk basah di perkebunan Gunung Mas saat ini sekitar hingga kg perhari. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas pabrik sebesar kg perhari. Sehubungan dengan hal tersebut, pada penelitian ini dikembangkan dua buah skenario yang dapat membantu perkebunan meningkatkan produksi pucuk teh sehingga jumlah pucuk yang dihasilkan setiap hari dapat memenuhi kapasitas pabrik. Skenario 1 bertujuan untuk memaksimumkan produktivitas pucuk basah agar dapat memenuhi

5 kapasitas pabrik. Sedangkan skenario 2 bertujuan untuk memaksimumkan luas areal petik sehingga jumlah pucuk basah yang dihasilkan dapat memenuhi kapasitas pabrik. Berdasarkan skenario 1, produktivitas maksimum harian yang harus dicapai oleh perkebunan Gunung Mas ialah 912,72 kg/ha hingga kg/ha pada musim kemarau dan 363,27 kg/ha hingga 4.266,67 kg/ha pada musim hujan agar kapasitas pabrik terpenuhi. Hasil dari skenario 2 memperlihatkan bahwa luas areal maksimum yang harus dipetik perhari ialah 119,31 hektar hingga 288,34 hektar pada musim kemarau dan 64,96 hektar hingga 222,41 hektar pada musim hujan. Upaya lain yang dapat disarankan untuk meningkatkan produksi pucuk basah ialah melakukan peremajaan tanaman teh pada beberapa areal yang tidak produktif dengan melakukan kajian kelayakan terlebih dahulu. Beberapa areal di perkebunan Gunung Mas yang saat ini kurang produktif terdapat di afdeling Cikopo Selatan. Kata kunci: Model penjadwalan, pemetikan pucuk teh, tahun pangkas, program linier fuzzy, produktivitas.

6 Judul Tesis : Model Penjadwalan dalam Pemetikan Pucuk Teh (Studi Kasus Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII Jawa Barat) Nama : Amalia Restiati NRP : F Disetujui Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc. Ketua Dr. Ir. Machfud, M.S. Anggota Ir. M. Zein Nasution, M.App.Sc. Anggota Diketahui Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Irawadi Jamaran Prof.Dr.Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc. Tanggal Ujian: 9 Desember 2005 Tanggal Lulus:

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Tema yang dipilih untuk penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2004 ini ialah jadwal pemetikan pucuk teh di perkebunan Gunung Mas PTPN VIII Jawa Barat. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Marimin, MSc. selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak Dr. Ir. Machfud, MS. serta Bapak Ir. M. Zein Nasution, MAppSc. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan dan dukungan moril sejak awal penyusunan proposal hingga penulisan tesis, juga kepada Bapak Dr. Ir. Irawadi Jamaran selaku penguji luar komisi. Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada Ibu Ir. Dwi Sutanti, Kepala Bagian SDM PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero), yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di perkebunan Gunung Mas. Terima kasih kepada Bapak Dadang Rukmana, SP (sinder afdeling Gunung Mas I), Bapak Ir. Dedi Kusramdani (sinder pabrik Gunung Mas) serta Administratur perkebunan Gunung Mas yang telah memberikan informasi dan data-data yang sangat menunjang penelitian. Penghargaan yang tak terhingga penulis sampaikan kepada suami tercinta, Joko Budianto Dumairi, SE dan anak-anak tersayang, yaitu Ashila Rafi Muhammadi, Ayuni Zahra Nuruldini dan Muhammad Irfan Tauhid atas segala do a, kasih sayang, perhatian, pengertian, kesabaran, pengorbanan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan. Penghargaan yang tinggi juga disampaikan kepada Ayahanda Ir. H. Baryono Hardjosuwito, Ibu Sri Yuhaeni, Ibu Hj. Mimien Suminah Dumairi serta kakak-kakak dan adik-adik yang dengan tulus ikhlas selalu memberikan do a, perhatian, kasih sayang dan dukungan kepada penulis. Disamping itu, penulis akan selalu mengenang jasa, kasih sayang serta teladan yang sangat baik dari almarhumah Ibunda, dr. Hj. Surati Baryono. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana IPB Program Studi Teknologi Industri Pertanian dan Statistika atas kerjasama dan kebersamaannya serta kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis. Semoga ALLAH SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Desember 2005 Amalia Restiati

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 26 Februari 1972 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Ir. H. Baryono Hardjosuwito dan dr. Hj. Surati Baryono (alm). Penulis lulus dari SMA Negeri I Bogor pada tahun 1990 dan pada tahun yang sama diterima di Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis menyelesaikan program S1 pada tahun Tahun penulis bekerja sebagai staf pendataan iklan di PT. Era Media Informasi, penerbit majalah berita mingguan Gatra. Selanjutnya penulis bekerja sebagai staf riset pemasaran di perusahaan yang sama pada tahun Penulis diterima di Program Studi Statistika Program Pascasarjana IPB pada tahun Pada awal tahun 2003 penulis pindah ke Program Studi Teknologi Industri Pertanian Program Pascasarjana IPB.

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan.. Ruang Lingkup Penelitian. Output dan Manfaat Penelitian. TINJAUAN PUSTAKA Pemetikan Pucuk Teh.. Model. Penjadwalan dan Teknik Heuristik... Program Linier. Program Linier Fuzzy. Keadaan Umum Perkebunan Gunung Mas. Penelitian Terdahulu. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran.. Formulasi Program Linier Fuzzy. Metode Pengumpulan Data. Metode Pengolahan dan Analisa Data. PENYUSUNAN MODEL Model Pemetikan Pucuk Teh Produktivitas Pucuk Teh. Formulasi Fungsi Tujuan.. Formulasi Kendala Model Program Linier Fuzzy Verifikasi Model HASIL DAN PEMBAHASAN Jadwal Pemetikan Optimum.. Optimisasi Program Linier non-fuzzy Optimisasi Program Linier Fuzzy Kualitas Pucuk Teh. Implikasi Manajerial KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. x xii xiii

10 DAFTAR TABEL Halaman 1 Kendala non-fuzzy dan kendala fuzzy untuk persoalan maksimasi Kendala non-fuzzy dan kendala fuzzy untuk persoalan minimasi Jenis data dan alat analisis Toleransi interval (p) kendala luas hanca untuk afdeling GM I, GM II dan CS Toleransi interval (p) kendala pemetik untuk afdeling GM I, GM II dan CS Jumlah produksi pucuk basah maksimum (pada t=0) Jumlah produksi pucuk basah maksimum (pada t=1) Hasil pengurangan Z pada saat t=1 dan Z pada saat t= Kendala non-fuzzy dan kendala fuzzy afdeling GM I Kendala non-fuzzy dan kendala fuzzy afdeling GM II Kendala non-fuzzy dan kendala fuzzy afdeling CS Areal petik pada afdeling GM I yang menghasilkan produksi maksimum pada musim kemarau Areal petik pada afdeling GM I yang menghasilkan produksi maksimum pada musim hujan Areal petik pada afdeling GM II yang menghasilkan produksi maksimum pada musim kemarau Areal petik pada afdeling GM II yang menghasilkan produksi maksimum pada musim hujan Areal petik pada afdeling CS yang menghasilkan produksi maksimum pada musim kemarau Areal petik pada afdeling CS yang menghasilkan produksi maksimum pada musim hujan Produksi pucuk basah maksimum afdeling GM I pada musim kemarau Produksi pucuk basah maksimum afdeling GM I pada musim hujan 45

11 Halaman 20 Produksi pucuk basah maksimum afdeling GM II pada musim kemarau Produksi pucuk basah maksimum afdeling GM II pada musim hujan Produksi pucuk basah maksimum afdeling CS pada musim kemarau Produksi pucuk basah maksimum afdeling CS pada musim hujan Produksi pucuk teh maksimum yang dihasilkan oleh setiap hanca Jadwal pemetikan pucuk teh yang optimum pada musim kemarau untuk perkebunan Gunung Mas Jadwal pemetikan pucuk teh yang optimum pada musim hujan untuk perkebunan Gunung Mas Produktivitas pucuk basah maksimum yang dapat memenuhi kapasitas pabrik Luas areal petik maksimum yang dapat menghasilkan jumlah pucuk basah sesuai kapasitas pabrik Luas areal petik maksimum per afdeling yang dapat menghasilkan jumlah pucuk sesuai kapasitas pabrik. 56

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Bagian pucuk daun teh dan cara pemetikannya 5 2 Fungsi keanggotaan dan batasan fuzzy dari suatu kendala Bx 12 3 Kerangka Pemikiran Produksi pucuk basah per afdeling di perkebunan Gunung Mas tahun Total produksi pucuk basah perkebunan Gunung Mas tahun Analisis pucuk dan prosentase mutu teh kering perkebunan Gunung Mas..49

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Data curah hujan di perkebunan Gunung Mas tahun Pembagian hanca di perkebunan Gunung Mas 64 3 Produksi pucuk basah afdeling GM I tahun Produksi pucuk basah afdeling GM II tahun Produksi pucuk basah afdeling CS tahun Produktivitas pucuk teh pada afdeling Gunung Mas I Produktivitas pucuk teh pada afdeling Gunung Mas II Produktivitas pucuk teh pada afdeling Cikopo Selatan Kemungkinan-kemungkinan luas areal petik pada afdeling GM I Kemungkinan-kemungkinan luas areal petik pada afdeling GM II Kemungkinan-kemungkinan luas areal petik pada afdeling CS Luas hanca dan jumlah tenaga pemetik pada perkebunan Gunung Mas Formulasi kendala pada program linier fuzzy Formulasi kendala pada program linier fuzzy (t=1) Model program linier fuzzy untuk pemetikan pucuk teh Tampilan nilai optimisasi dengan menggunakan software LINDO Tampilan program dan hasil optimisasi Skenario Tampilan program dan hasil optimisasi Skenario

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Agroindustri teh memegang peranan yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan devisa nonmigas yang besar disamping karet, kelapa sawit dan kopi. Sebagian besar pucuk teh yang dihasilkan di Indonesia diolah menjadi teh hitam. Kontribusi teh hasil produksi perkebunan besar negara yang diolah menjadi teh hitam sebesar 82% dari total produksi dan sisanya sebesar 18% diolah menjadi teh hijau (Spillane, 1992). Dalam perkembangannya, ekspor teh Indonesia menurun selama kurun waktu tahun 1994 hingga Beberapa pasar utama teh yang telah dikuasai Indonesia telah diambil alih oleh negara produsen teh lainnya. Pasar-pasar yang kurang dapat dipertahankan oleh Indonesia antara lain Pakistan, Inggris, Belanda, Jerman dan Irlandia Penurunan pangsa pasar ekspor tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh lemahnya daya saing dan citra teh Indonesia yang antara lain merupakan akibat dari mutu produk yang belum sesuai dengan selera pasar. Untuk itu, perlu dilakukan penyempurnaan kegiatan dalam rangka meningkatkan kepuasan pembeli teh Indonesia. Kegiatan yang perlu disempurnakan berturut-turut berdasarkan prioritasnya ialah: (1) peningkatan mutu pucuk teh, (2) proses penggilingan, (3) proses pelayuan, (4) proses penggulungan, (5) proses sortasi basah, sortasi kering dan kegiatan pemasaran, (6) proses oksidasi enzimatik, (7) proses pengeringan dan pengemasan, dan (8) proses penyimpanan (Suprihatini, 2003). Penanganan mutu pucuk teh yang dimulai dari pemetikan, penimbangan hingga transportasi berpengaruh terhadap kualitas teh hitam. Pemetikan dengan standar petik yang kasar terkait dengan perolehan serat yang tinggi dan menyebabkan kualitas teh yang rendah. Di lain pihak, standar petik yang halus akan meningkatkan jumlah zat-zat terlarut sehingga meningkatkan kualitas teh (Mahanta et al., 1990). Pemetikan pucuk teh merupakan ujung tombak produksi karena pemetikan sangat menentukan aroma dan cita rasa teh. Keberhasilan pemetikan merupakan kunci keberhasilan dalam bisnis teh secara keseluruhan. Hal ini berdasarkan alasan bahwa pemetikan teh paling banyak menyerap tenaga kerja dan biaya. Dalam pemetikan teh harus diperhatikan faktor keseimbangan

15 antara kualitas hasil dan regenerasi pucuk. Faktor penting dalam pemetikan teh ialah mengetahui bagian yang akan dipetik dan mengetahui waktu yang tepat untuk memetik (Mabbett, 1997). Kegiatan pemetikan dalam agroindustri teh harus mendapat penanganan yang tepat, baik dari waktu, teknologi, pelaksanaan maupun tenaga pelaksana. Untuk itu diperlukan suatu model penjadwalan sehingga pemetikan dapat dijalankan dengan berpedoman pada jadwal yang tepat agar dapat memberikan kuantitas dan kualitas hasil yang optimum. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. merancang model penjadwalan pemetikan pucuk teh, 2. menentukan jadwal yang optimum untuk pemetikan pucuk teh. Ruang Lingkup Penelitian Penjadwalan pemetikan dalam agroindustri teh yang dibahas dalam penelitian ini merupakan studi kasus di Perkebunan Gunung Mas (PTPN VIII) Cisarua, Jawa Barat. Aktivitas yang dilaksanakan di dalam penelitian ini antara lain: 1. mempelajari jadwal pemetikan pucuk teh yang dilakukan oleh perkebunan sesuai dengan kebijakan perusahaan yang ada, 2. menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan jadwal pemetikan pucuk teh seperti gilir petik dan produktivitas pucuk, dan 3. membuat skenario dan jadwal pemetikan pucuk teh. Jadwal pemetikan yang akan dibuat melibatkan luas areal pemetikan yang berkaitan dengan gilir petik, musim, hanca petik, dan tahun pangkas pada setiap afdeling (daerah pertanaman). Karena keterbatasan versi software dalam membaca variabel dalam jumlah yang sangat banyak, model pemetikan yang disusun untuk menghasilkan jadwal pemetikan yang optimum dibagi menjadi dua bagian untuk setiap afdeling, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Indeks variabel untuk tahun pangkas juga dikurangi dengan mempertimbangkan pengaruhnya terhadap hasil akhir.

16 Output dan Manfaat Penelitian Output dari penelitian ini berupa model optimisasi jadwal dan jadwal yang optimum untuk pemetikan pucuk teh. Sedangkan manfaat penelitian antara lain: 1. memberikan informasi dan solusi dalam menentukan jadwal yang optimum untuk pemetikan pucuk teh, 2. memberikan informasi dalam upaya meningkatkan mutu teh yang terkait dengan pemetikan pucuk teh, dan 3. merupakan acuan untuk mengkaji strategi penjadwalan dalam pemetikan pucuk teh.

17 TINJAUAN PUSTAKA Pemetikan Pucuk Teh Hasil tanaman teh yang biasa disebut pucuk berupa kuncup dan 2-3 helai daun muda. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Pemetikan dalam arti luas ialah memelihara tanaman teh agar kesehatannya terjaga sebaik mungkin dan mempertahankan masa pertunasan (vegetatif) lebih panjang untuk mendapatkan pucuk standar sebanyak-banyaknya atau dengan kata lain, dalam pemetikan harus diperhatikan keseimbangan antara kualitas hasil dan regenerasi pucuk (Suwardi, 1999). Pemetikan sangat menentukan aroma, rasa, dan warna air seduhan teh. Oleh karena itu dalam pemetikan teh harus diketahui bagian yang akan dipetik dan waktu yang tepat untuk memetik (Mabbett, 1997). Sistem pemetikan yang disesuaikan dengan kondisi kebun setempat secara praktis dipengaruhi oleh ketentuan standar pucuk, daur (giliran) petik dan pemetikan (manual, gunting, mesin petik). Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi keberhasilan pemetikan. Pemetikan pucuk kasar (p+4, p+5) dapat memberikan hasil pucuk yang tinggi namun bermutu rendah. Sebaliknya, pemetikan pucuk halus (p+1, p+2, b+1, b+2) memberikan hasil yang lebih rendah. Tetapi setelah dipilih daun halusnya, hasilnya bisa mencapai kurang lebih 75% dan dilihat dari fisik maupun kimia mutunya lebih tinggi. Pemetikan akan mengakibatkan tanaman teh kehilangan salah satu alat fotosintesis yang menghasilkan zat pati sekitar 7,5%. Pada pemetikan pucuk halus, kehilangan zat pati lebih kecil dibandingkan dengan pemetikan pucuk kasar. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pucuk yang bermutu dengan produktivitas yang tinggi para pekebun dianjurkan menggunakan rumus pucuk sedang/medium (p+2, p+3, b+1, b+2) sebagai petikan standar (Suwardi, 1999). Daur (giliran) petik ialah jarak waktu antara pemetikan pertama sampai dengan pemetikan berikutnya. Panjang atau pendeknya daur petik dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan tanaman sedangkan pertumbuhan tanaman

18 Gambar 1 Bagian pucuk daun teh dan cara pemetikannya (Ghani, 2002). dipengaruhi oleh iklim dan pemeliharaan. Pada umumnya daur petik berkisar antara 7 12 hari. Pemetikan tradisional dilakukan oleh tangan-tangan wanita yang terampil. Selain petikan tradisional, saat ini telah berkembang pemetikan dengan menggunakan alat gunting atau mesin petik. Alat-alat tersebut dapat digunakan di kebun-kebun yang kekurangan tenaga petik. Gunting petik dapat menggantikan tenaga manusia sebanyak 2,5 kali sedangkan mesin petik dapat menggantikannya lima kali. Berdasarkan kegiatan pemangkasan, pemetikan dilakukan dalam tiga tahap (Ghani, 2002), yaitu:

19 1. Petik pendahuluan Petik pendahuluan ialah pemetikan pada tanaman muda atau tanaman belum menghasilkan (TBM). Tujuan petik pendahuluan ialah untuk membentuk percabangan dan mempercepat perluasan bidang petik. Dengan melakukan petik pendahuluan pada tanaman umur 16 bulan, maka setelah umur 24 bulan permukaan bidang petik sudah saling bertemu dan tanaman sudah bisa dipetik produksi (reguler). Pengambilan pucuk dilakukan selektif yaitu hanya pada bagian tengah atau atas, misalnya setelah dilakukan pangkas bentuk pada ketinggian 45 cm, selanjutnya pada ketinggian 55 cm dipetik terus menerus pada ketinggian tersebut. Cabang yang tumbuh ke samping diberi kesempatan untuk tumbuh. Bidang petik dibuat seperti mangkok yaitu bagian pinggir dibuat 5 cm lebih tinggi dari bagian tengah. 2. Petikan jendangan (ukur) Petikan jendangan yaitu petik pada tanaman menghasilkan yang dimulai 1-2 bulan setelah pemangkasan. Tujuannya ialah untuk membentuk bidang petik yang luas dan rata sehingga penyinaran lebih menyebar dan tumbuh banyak tunas. Ketebalan daun pemeliharaan kurang lebih lima helai daun. Petik jendangan dilakukan sampai bidang petik terbentuk menjadi suatu hamparan hijau yang rata, lamanya kurang lebih 1-2 bulan. 3. Petikan produksi (reguler) Petikan produksi dilakukan apabila bidang petik yang sudah terbentuk rata, baik dalam barisan maupun antar barisan tanaman dan pada bidang petik sudah tumbuh banyak tunas. Petikan ini dilakukan secara teratur dan mengutamakan kerataan bidang petik. Tujuan petikan produksi ialah untuk mencapai hasil (produksi) sebanyak-banyaknya. Petikan produksi dilakukan sampai satu daur pangkas dan keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh standar pucuk, luas hanca petik dan jumlah tenaga yang melaksanakan pemetikan. Mutu pucuk dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain daur petik (keadaan pucuk di pokok), kesehatan tanaman, klon, cara petik, penanganan sebelum timbang, pengisian fishing net. penyusunan di bak truk serta pengangkutan pucuk ke pabrik. Mutu pucuk yang akan diolah dapat diketahui dengan melakukan analisis hasil petikan.

20 Analisis hasil petikan merupakan tahap awal dari pengujian mutu. Pada umumnya analisis hasil petikan dilaksanakan di tempat pengolahan. Analisis hasil petikan dilakukan dalam dua tahap sebagai berikut (Suwardi, 1999): 1. Analisis petik Analisis petik dilakukan terhadap pucuk yang baru dikirim dari kebun atau bahkan sudah dilakukan sejak pemetikan di kebun. Sampel pucuk diambil secara acak dari seluruh hasil petikan. Beberapa sampel diaduk sampai rata kemudian diambil sebanyak 200 gram. Kemudian dilakukan pemisahan pucuk berdasarkan rumus pucuk. Jika pucuk yang memenuhi standar dapat mencapai 70%, secara teknis hal tersebut menunjukkan bahwa pemetikan dilakukan dengan baik dan mutu pucuk yang diperoleh sudah memenuhi standar. Hal terpenting dari hasil analisis petik ialah bahwa daur petik yang digunakan dapat dijadikan sebagai pedoman. Selain dapat menggambarkan mutu pucuk, analisis petik dapat memberikan indikasi tentang kondisi kebun, antara lain kesehatan tanaman, pertumbuhan, pengaruh cuaca dan hama/penyakit. 2. Analisis pucuk Analisis pucuk merupakan kegiatan uji mutu dan kelanjutan dari analisis petik. Pucuk yang telah dipisahkan berdasarkan rumus selanjutnya dikelompokkan lagi menjadi dua bagian, yaitu pucuk muda dan pucuk tua. Analisis pucuk sangat berguna untuk mengetahui tinggi-rendahnya mutu sehingga dapat memperkirakan mutu olahan yang akan diperoleh. Pada umumnya, persentase mutu pucuk relatif sama dengan persentase mutu utama dari hasil olahan. Sedangkan persentase mutu utama dari hasil olahan diperoleh 10-15% lebih tinggi daripada persentase hasil analisis petik. Selain analisis hasil petikan, dapat dilakukan pula analisis bekas petikan. Analisis ini dilakukan pada perdu setelah dipetik dengan menghitung kesalahan petik perdu tersebut, yaitu antara lain pucuk matang petik tertinggal di atas bidang petik, pucuk burung tertinggal di atas bidang petik, petik merogoh, petik samping dan cakar ayam tertinggal di atas bidang petik. Tujuan analisis bekas petik ialah untuk mengetahui kesalahan pemetik meninggalkan pucuk yang semestinya dipetik dan kesalahan akibat memetik secara salah seperti merogoh atau petik samping.

21 Model Model merupakan abstraksi atau representasi ideal dari sistem nyata. Tujuan pembentukan model ialah sebagai alat untuk menganalisis perilaku sistem guna meningkatkan performansi sistem tersebut. Solusi yang diperoleh dari model tergantung pada validasi model dalam mewakili sistem nyata (Moskowitz dan Wright, 1979). Model yang sangat relevan untuk penelitian operasional ialah model matematika. Model matematika ialah model yang terdiri atas simbol-simbol dan fungsi-fungsi matematika yang mewakili variabel keputusan dan hubungannya untuk menggambarkan perilaku sistem. Aplikasi teknik matematika (seperti program linier) ke dalam model akan memberikan solusi bagi suatu permasalahan. Secara prinsip, model matematika terdiri atas tiga himpunan elemen dasar (Moskowitz dan Wright, 1979), yaitu: (a) Variabel keputusan dan parameter. Variabel keputusan ialah variabel yang akan ditentukan nilainya dengan menyelesaikan suatu model. Parameter ialah sejumlah nilai yang diketahui yang menghubungkan variabel keputusan dengan pembatas (constraints) dan fungsi obyektif. Parameter suatu model dapat bersifat deterministik atau probabilistik (stokhastik). (b) Pembatas (constraints). Pembatas berfungsi membatasi variabel keputusan pada suatu daerah nilai yang layak (feasible). Pembatas harus terdapat dalam suatu model untuk menghitung batasan teknologi, ekonomi dan batasan lainnya dari suatu sistem. Pembatas dapat bersifat implisit atau eksplisit. (c) Fungsi obyektif. Fungsi obyektif mendefinisikan ukuran efektivitas sistem sebagai suatu fungsi matematika dari variabel-variabel keputusan. Suatu model akan memiliki solusi optimal apabila nilai-nilai variabel keputusannya memberikan nilai fungsi obyektif terbaik yang dibatasi oleh sejumlah pembatas. Model heuristik merupakan salah satu tipe di dalam penelitian operasional (operations research). Model heuristik ialah suatu model yang menggunakan aturan-aturan atau pedoman-pedoman yang bersifat intuitif. Model heuristik diharapkan dapat membangun strategi baru untuk memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Model heuristik bertolak belakang dengan model matematika dan simulasi. Di dalam model matematika dan simulasi, strategi telah terdefinisi dengan baik (Moskowitz dan Wright, 1979).

22 Penjadwalan dan Teknik Heuristik Penjadwalan berhubungan dengan perencanaan dan waktu pelaksanaan kegiatan yang sangat penting bagi keberlangsungan operasional suatu perusahaan. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh suatu perusahaan dengan menerapkan teknik penjadwalan yang baik antara lain menurunkan biaya (cost) dan meningkatkan kapasitas produksi. Teknik penjadwalan yang benar tergantung pada volume pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan dan tingkat kesulitan pekerjaan. Tujuan umum dari penjadwalan ialah mengoptimumkan penggunaan sumber daya sehingga tujuan produksi tercapai (Heizer dan Render, 2001). Heuristik berasal dari bahasa Yunani heuriskin yang berarti membantu untuk menemukan. Menurut Herbert dalam Thierauf dan Klekamp (1975), program heuristik merupakan titik pandang dalam merancang suatu program untuk tugas pemrosesan informasi yang kompleks. TItik pandang ini bukan merupakan program yang hanya terbatas pada pengolahan angka yang biasa dilakukan dengan komputer tetapi merupakan pengolahan seperti yang biasa dilakukan oleh manusia dalam menangani berbagai permasalahan. Pada program heuristik tidak ada suatu model yang baku sehingga tiap permasalahaan menggunakan program heuristik yang spesifik. Teknik heuristik tidak menjamin diperolehnya pemecahan permasalahan yang optimal tetapi menjamin suatu pemecahan yang memuaskan pengambil keputusan (Barr dalam Wahyudi, 1989). Algoritma heuristik dapat menghasilkan solusi yang layak dengan cepat (Hillier dan Lieberman, 1990). Program heuristik merupakan pengembangan dari operasi aritmatka dan logika matematika. Ciri-ciri program heuristik secara umum: 1) adanya operasi aljabar yaitu penjumlahan, pengurangan dan perkalian, 2) adanya perhitungan bertahap, dan 3) mempunyai tahapan yang terbatas sehingga dapat dibuat algoritma komputernya. Beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam teknik heuristik: (1) observasi, (2) eksperimen, (3) analisis dan (4) permodelan. Tujuan heuristik ialah mempelajari metode dan aturan menemukan. Heuristik merupakan akar dari kecerdasan buatan (artificial intelligent), atau dengan kata lain pemrograman heuristik ialah suatu teknik pemecahan masalah dengan menggunakan kecerdasan manusia dan ditulis dalam program

23 komputer. Teknik heuristik dipergunakan dalam pemecahan permasalahan yang tidak terstruktur atau sulit untuk dipecahkan. Metode ini merupakan cara praktis untuk memperoleh kesimpulan yang dapat diterima. Beberapa karakteristik program heuristik ialah sebagai berikut: 1. Program heuristik meringkas ruang lingkup keputusan sehingga proses pengambilan keputusan dapat dilakukan lebih cepat; 2. Banyak perihal yang kompleks, walaupun esensi permasalahan dapat diformulasikan secara matematis namun perhitungannya menghasilkan solusi yang tidak layak; 3. Perencanaan dan kebijakan strategi manajemen sulit dihitung dan sangat rumit sehingga tidak dapat ditangkap dengan model matematika; 4. Meskipun model matematika dapat diterapkan, pekerjaan sebelum dan sesudah permodelan harus dapat dimengerti oleh pengguna model tersebut. Teknik heuristik diaplikasikan dalam penjadwalan dengan mengembangkan saran-saran atau skenario-skenario pada lokasi dan kondisi tertentu. Skenario tersebut dibangun setelah melalui tahap evaluasi tertentu. Program Linier Program linier ialah salah satu metode penyelesaian masalah dalam ruang lingkup riset operasi. Pada dasarnya penggunaan program linier bertujuan untuk menentukan pilihan yang optimal dari masalah pengambilan keputusan dalam batasan beberapa kendala. Program linier banyak digunakan dalam optimisasi alokasi sumberdaya-sumberdaya yang terbatas untuk mencapai tujuan tertentu di berbagai bidang (Astika, 1994). Empat langkah dasar dalam menyelesaikan persoalan program linier ialah: (1) Formulasi permasalahan dalam bentuk kata dan koleksi informasi serta data. (2) Menerjemahkan permasalahan ke dalam konvensi matematika. (3) Mengaplikasikan aturan matematika dan prosedur ke dalam persoalan untuk memperoleh penyelesaian. (4) Interpretasi penyelesaian dan penjelasan kepada khalayak. Tiga elemen dasar dari model atau formulasi matematika dalam program linier harus mempunyai bentuk khusus, yaitu (1) fungsi obyektif dan pembatas berbentuk linier dan deterministik (tidak mengandung elemen acak); (2) variabel keputusan harus kontinyu dan non negatif (France dan Thornley, 1984).

24 Notasi standar program linier dinyatakan sebagai berikut. Untuk aktivitas j (j=1,2,3,,n), c j ialah peningkatan tujuan Z yang dihasilkan dengan bertambahnya x i (tingkat aktivitas j). Untuk sumberdaya i (i=1,2,3,,m), b i ialah jumlah sumberdaya yang tersedia untuk aktivitas-aktivitas. a ij ialah jumlah dari sumberdaya i yang dikonsumsi oleh setiap unit aktivitas j. Himpunan data a ij, b i dan c merupakan parameter atau konstanta input bagi model program linier. Model program linier tersebut disajikan pada fungsi tujuan pada persamaan 1 dan kendala-kendala pada persamaan 2. Maksimumkan Z = c 1 x 1 + c 2 x 2 + c 3 x c n x n (1) a 11 x 1 + a 12 x 2 + a 13 x a 1n x n <= b 1 a 21 x 1 + a 22 x 2 + a 23 x a 2n x n <= b 2. (2) a m1 x 1 + a m2 x 2 + a m3 x a mn x n <= b m x 1 >= 0, x 2 >= 0,, x n >= 0 Program Linier Fuzzy Himpunan fuzzy merupakan kumpulan obyek dengan batas yang tidak jelas atau tidak tegas. Teori himpunan fuzzy memungkinkan adanya derajat keanggotaan (membership degree) suatu obyek dalam suatu himpunan untuk menyatakan peralihan keanggotaan yang bertahap. Derajat keanggotaan dalam himpunan fuzzy dinyatakan dengan µ yang merupakan bilangan nyata dalam selang [0,1]. Nilai 0 menyatakan bukan anggota, nilai 1 menyatakan anggota dan nilai antara 0 dan 1 menyatakan keanggotaan sebagian. Gabungan derajat keanggotaan dari seluruh semesta himpunan fuzzy membentuk suatu fungsi keanggotaan (Widjaja, 1997). Dalam suatu pengambilan keputusan fuzzy, baik fungsi tujuan maupun kendala-kendala merupakan himpunan fuzzy yang dicirikan dengan fungsi keanggotaan masing-masing. Keputusan untuk masalah tersebut juga merupakan suatu himpunan fuzzy. Dengan kata lain keputusan tersebut merupakan perpotongan atau intersection dari semua himpunan fuzzy yang terkait. Dalam hal ini hubungan antara fungsi tujuan dan fungsi kendala bersifat simetri, yaitu tidak ada lagi perbedaan antara yang pertama dan kedua.

25 Fungsi keanggotaan dari perpotongan dua himpunan fuzzy A dan B dengan fungsi keanggotaan µ A (x) dan µ B (x) didefinisikan sebagai fungsi keanggotaan terkecil antara µ A (x) dan µ B (x) seperti ditunjukkan pada persamaan berikut: µ A B (x) = Min µ A (x), µ B (x) (3) Program Linier Fuzzy (untuk selanjutnya disingkat PL Fuzzy) merupakan pengembangan dari teori himpunan fuzzy. PL Fuzzy ialah program linier yang dinyatakan dengan fungsi obyektif serta fungsi kendala yang memiliki parameter dan pertidaksamaan fuzzy. Berbeda dengan program linier konvensional, parameter anggota himpunan PL Fuzzy memiliki derajat keanggotaan tertentu dalam selang [0,1] dan dinyatakan dengan pertidaksamaan fuzzy, yaitu mendekati lebih besar atau sama dengan atau mendekati lebih kecil atau sama dengan. Salah satu model PL Fuzzy merupakan optimisasi dari lingkungan fuzzy untuk mendapatkan keputusan yang tegas (crisp). Bentuk umum model PL Fuzzy ialah: cx <= Z (4) Ax <= d (5) x >= 0 (6) Perbedaan dari model program linier konvensional ialah pada bagian batasan (right hand side). Pada program linier konvensional batasan berupa satu bilangan tegas, sedangkan pada PL Fuzzy berupa bilangan fuzzy. Diagram ke-fuzzy-an batasan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. 1 µ x 0 d d+p Bx Gambar 2 Fungsi keanggotaan dan batasan fuzzy dari suatu kendala Bx.

26 Apabila terdapat banyak kendala, maka setiap kendala ke-i akan mengikuti formulasi sebagai berikut: 1 jika B i x <= d i µ A (x) = e{0,1} jika d i < B i x <= d i + p I (7) 0 jika B i x > d i + p i Sesuai dengan ketentuan bahwa solusi merupakan irisan dari kendala dan fungsi tujuan, yang berarti minimasi derajat keanggotaan, maka diperoleh formulasi fungsi tujuan sebagai berikut: Maksimumkan? (8)?p i + B i x <= d i + p i (9) x >= 0 (10) Pertidaksamaan (9) dapat ditulis dalam bentuk lain, yaitu B i x <= d i + p i -?p i atau B i x <= d i + (1?)p i. Jika 1? = t, maka diperoleh B i x <= d i + p i t. Dalam formulasi PL Fuzzy, fungsi tujuan merupakan fungsi tujuan semu karena yang dimaksimumkan ialah?. Fungsi tujuan utama yang selanjutnya menjadi fungsi kendala juga memerlukan batasan. Batasan ini, baik untuk µ=0 maupun µ=1 ditentukan secara subyektif oleh perencana yang merupakan selang pemenuhan fungsi tujuan yang diharapkan. Dalam PL Fuzzy dapat ditambahkan kendala-kendala yang tegas. Solusi dari PL Fuzzy berbentuk himpunan fuzzy yang memiliki derajat kebenaran tertentu pada selang [0,1]. Keadaan Umum Perkebunan Gunung Mas Perkebunan Gunung Mas berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut dengan curah hujan cukup tinggi, yaitu mm pertahun. Suhu rata-rata harian antara o C dan kelembaban relatif udara sekitar 70%. Perkebunan Gunung Mas mengusahakan teh sebagai komoditas utama dan beberapa tanaman lain (kina dan gutta percha) sebagai komoditas sampingan. Luas areal hak guna usaha sebesar 2.471,43 ha yang terdiri atas tanaman pokok teh, yaitu berupa tanaman menghasilkan (TM) sekitar 606 hektar (ha) dan kina 71 ha. Sedangkan sisanya terdiri atas emplasemen, sarana sosial, hutan, dan jurang yang keseluruhannya merupakan kawasan lindung dan kawasan penyangga bagi tata air daerah aliran sungai Ciliwung.

27 Perkebunan ini dibagi menjadi empat daerah pertanaman (afdeling) yaitu Gunung Mas I (GM I), Gunung Mas II (GM II), Cikopo Selatan I (CS I) dan Cikopo Selatan II (CS II). Sejak bulan Desember 2004 afdeling CS I dan CS II digabung menjadi satu karena produktivitas dan luas afdeling CS II tidak besar. Dengan demikian, perkebunan Gunung Mas saat ini terbagi menjadi tiga afdeling. Perkebunan Gunung Mas memproduksi pucuk teh sekitar ton pucuk perhari. Pucuk teh kemudian diolah menjadi teh hitam, baik yang berupa teh bubuk dengan kemasan biasa maupun teh celup. Perkebunan ini memiliki fasilitas pengolahan teh hitam jenis CTC dengan kapasitas pengolahan 32 ton pucuk teh perhari. Pucuk teh dipetik (diproduksi) berdasarkan waktu giliran pemetikan dan luas areal yang harus dipetik. Pada umumnya, gilir petik di perkebunan Gunung Mas berkisar antara 8-12 hari. Kapasitas pemetikan berdasarkan luas ialah 1,5 patok (1 patok = 400 m 2 ) per orang per hari kerja dengan rasio 1,1 1,2 pemetik per ha. Penelitian Terdahulu Sejumlah penelitian mengenai pemetikan pucuk teh telah dilakukan. Beberapa diantaranya menitikberatkan pada daur (gilir) petik, tenaga pemetik, perawatan pucuk dan analisis hasil pemetikan. Penelitian yang dilakukan oleh Suwardi (1999) memperlihatkan hubungan antara analisis hasil pemetikan dan daur petik. Jika hasil analisis petikan dapat mencapai 70% mutu pucuk standar, maka daur petik saat itu bisa dijadikan pedoman. Namun, apabila hasil analisis pucuk lebih dari 70%, hal itu menunjukkan daur petik terlalu pendek dan pucuk cenderung terlalu halus sehingga hasilnya sedikit. Sebaiknya daur petik diperpanjang atau disesuaikan kembali. Beberapa peneliti Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung pada tahun melakukan penelitian mengenai hubungan antara daur petik dan produktivitas petikan. Pada tahun pangkas I sampai dengan III produktivitas petikan siklus panjang lebih tinggi rata-rata 11,3% dan pada tahun pangkas IV lebih rendah 8,4% dari siklus pendek. Feriyanto (1992) melakukan penelitian mengenai model estimasi produksi, kebutuhan tenaga kerja pemetik dan penjadwalan pengangkutan pucuk teh di perkebunan Gunung Mas. Model estimasi produksi pucuk teh yang disusunnya

28 terdiri dari prakiraan produksi tiap hektar berdasarkan kondisi iklim dan luas areal lahan. Berdasarkan estimasi produksi pucuk teh pada setiap afdeling, didapat kebutuhan tenaga kerja pemetik teh terendah pada afdeling GM I, GM II, CS I dan CS II masing-masing ialah 19, 7, 24 dan 39 orang. Sedangkan kebutuhan tenaga kerja pemetik teh tertinggi masing-masing 342, 361, 330 dan 338 orang. Dalam penjadwalan pengangkutan pucuk teh dihasilkan total waktu penyelesaian proses pengangkutan antara menit, maksimum selesai pada pukul Hal ini lebih baik dibandingkan dengan total waktu penyelesaian proses pengangkutan yang sudah ada di perkebunan Gunung Mas, yaitu sebesar menit, maksimum selesai pada pukul

29 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Menurunnya pangsa pasar ekspor teh Indonesia antara lain disebabkan oleh mutu teh Indonesia yang kurang memenuhi selera pasar internasional. Mengingat hal tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan mutu pucuk teh. Mutu pucuk teh yang dihasilkan oleh perkebunan teh antara lain dipengaruhi oleh pemetikan pucuk teh. Dalam pemetikan pucuk teh dikenal daur pemetikan yang harus mendapatkan perhatian khusus karena berpengaruh besar terhadap kualitas hasil. Oleh karena itu perlu disusun model penjadwalan pemetikan pucuk teh. Dari model tersebut dikembangkan skenario-skenario yang disesuaikan dengan kondisi setempat untuk medapatkan jadwal pemetikan yang sesuai. Selanjutnya jadwal pemetikan yang optimum ditentukan untuk setiap skenario. Secara diagramatik, kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 3. Formulasi Program Linier Fuzzy Program Linier Fuzzy dirumuskan dari program linier non-fuzzy (konvensional) dengan langkah-langkah sebagai berikut (Kusumadewi dan Purnomo, 2004): A. Persoalan Maksimasi Maksimumkan c 1 x 1 + c 2 x 2 + c 3 x c n x n (11) Dengan kendala: a 11 x 1 + a 12 x 2 + a 13 x a 1n x n <= b 1 a 21 x 1 + a 22 x 2 + a 23 x a 2n x n <= b 2. (12) a m1 x 1 + a m2 x 2 + a m3 x a mn x n <= b m x 1 >= 0, x 2 >= 0,, x n >= 0 (1) Misalkan ketiga kendala memiliki toleransi interval masing-masing p 1, p 2, p 3,, p m sehingga program linier di atas dapat dibentuk menjadi: Maksimumkan c 1 x 1 + c 2 x 2 + c 3 x c n x n (13)

30 Mutu pucuk teh: - Aroma - Rasa - Warna air seduhan Pemetikan pucuk teh DATA Penjadwalan pemetikan pucuk teh Kendala yang terkait Model Program Linier Fuzzy Tujuan Pengembangan Skenario Optimisasi jadwal pemetikan pucuk Output: Jadwal pemetikan pucuk teh yang optimum Gambar 3 Kerangka pemikiran.

31 Dengan kendala: a 11 x 1 + a 12 x 2 + a 13 x a 1n x n <= b 1 + p 1 t a 21 x 1 + a 22 x 2 + a 23 x a 2n x n <= b 2 + p 2 t. (14) a m1 x 1 + a m2 x 2 + a m3 x a mn x n <= b m + p m t x 1 >= 0, x 2 >= 0,, x n >= 0 (2) Jika t=0 (?=1) maka diperoleh bentuk program linier semula dengan fungsi tujuan yang sama dengan persamaan (11) dan fungsi kendala sama dengan pertidaksamaan (12). (3) Program linier dengan fungsi tujuan persamaan (11) dan fungsi kendala pertidaksamaan (12) dapat diselesaikan dengan LINDO. Misalkan diperoleh hasil untuk t=0 (?=1) ialah z 1, x 1, x 2,, x n (4) Jika t=1 (?=0) maka bentuk program linier semula dapat diubah menjadi Maksimumkan c 1 x 1 + c 2 x 2 + c 3 x c n x n (15) Dengan kendala: a 11 x 1 + a 12 x 2 + a 13 x a 1n x n <= b 1 + p 1 a 21 x 1 + a 22 x 2 + a 23 x a 2n x n <= b 2 + p 2. (16) a m1 x 1 + a m2 x 2 + a m3 x a mn x n <= b m + p m x 1 >= 0, x 2 >= 0,, x n >= 0 (5) Program linier dengan fungsi tujuan persamaan (15) dan fungsi kendala pertidaksamaan (16) dapat diselesaikan dengan LINDO. Misalkan diperoleh hasil untuk t=1 (?=0) ialah z 2, x 1, x 2,, x n (6) Dari kedua hasil tersebut (t=1 dan t=0) dapat ditentukan nilai p 0 yang merupakan hasil pengurangan dari z pada saat t=1 (z 2 ) dengan z pada saat t=0 (z 1 ). p 0 = z 2 - z 1 (7) Untuk memperlihatkan hubungan antara kendala-kendala non fuzzy dengan kendala-kendala fuzzy, dibuat tabel sebagai berikut: Tabel 1 Kendala non fuzzy dan kendala fuzzy untuk persoalan maksimasi Kendala non-fuzzy Kendala fuzzy t=0 t=1 Fungsi tujuan z 1 z 2 Kendala 1 b 1 b 1 b 1 +p 1 Kendala 2 b 2 b 2 b 2 +p 2 Kendala m b m b m b m +p m

32 (8) Dengan mengambil?=1-t dapat dibentuk program linier fuzzy sebagai berikut: Maksimumkan? (17) Dengan kendala: p 0? - c 1 x 1 - c 2 x 2 - c 3 x c n x n <= -z 2 + p 0 p 1? + a 11 x 1 + a 12 x 2 + a 13 x a 1n x n <= b 1 + p 1 p 2? + a 11 x 1 + a 12 x 2 + a 13 x a 1n x n <= b 2 + p 2 (18). p m? + a 11 x 1 + a 12 x 2 + a 13 x a 1n x n <= b m + p m? >=0, x 1 >= 0, x 2 >= 0,, x n >= 0 (9) Solusi untuk persoalan program linier fuzzy di atas dapat diperoleh dengan menggunakan LINDO. Hasil akhirnya berupa z,?, x 1, x 2,, x n B. Persoalan Minimasi Minimumkan c 1 x 1 + c 2 x 2 + c 3 x c n x n (19) Dengan kendala: a 11 x 1 + a 12 x 2 + a 13 x a 1n x n >= b 1 a 21 x 1 + a 22 x 2 + a 23 x a 2n x n >= b 2. (20) a m1 x 1 + a m2 x 2 + a m3 x a mn x n >= b m x 1 >= 0, x 2 >= 0,, x n >= 0 (1) Misalkan ketiga kendala memiliki toleransi interval masing-masing p 1, p 2, p 3,, p m sehingga program linier di atas dapat dibentuk menjadi Minimumkan c 1 x 1 + c 2 x 2 + c 3 x c n x n (21) Dengan kendala: a 11 x 1 + a 12 x 2 + a 13 x a 1n x n >= b 1 - p 1 t a 21 x 1 + a 22 x 2 + a 23 x a 2n x n >= b 2 - p 2 t. (22) a m1 x 1 + a m2 x 2 + a m3 x a mn x n >= b m - p m t x 1 >= 0, x 2 >= 0,, x n >= 0 (2) Jika t=0 (?=1) maka diperoleh bentuk program linier semula dengan fungsi tujuan yang sama dengan persamaan (19) dan fungsi kendala sama dengan pertidaksamaan (20).

33 (3) Program linier dengan fungsi tujuan persamaan (19) dan fungsi kendala pertidaksamaan (20) dapat diselesaikan dengan LINDO. Misalkan diperoleh hasil untuk t=0 (?=1) ialah z 1, x 1, x 2,, x n (4) Jika t=1 (?=0) maka bentuk program linier semula dapat diubah menjadi Maksimumkan c 1 x 1 + c 2 x 2 + c 3 x c n x n (23) Dengan kendala: a 11 x 1 + a 12 x 2 + a 13 x a 1n x n >= b 1 - p 1 a 21 x 1 + a 22 x 2 + a 23 x a 2n x n >= b 2 - p 2. (24) a m1 x 1 + a m2 x 2 + a m3 x a mn x n >= b m - p m x 1 >= 0, x 2 >= 0,, x n >= 0 (5) Program linier dengan fungsi tujuan persamaan (23) dan fungsi kendala pertidaksamaan (24) dapat diselesaikan dengan LINDO. Misalkan diperoleh hasil untuk t=1 (?=0) ialah z 2, x 1, x 2,, x n (6) Dari kedua hasil tersebut (t=1 dan t=0) dapat ditentukan nilai p 0 yang merupakan hasil pengurangan dari z pada saat t=0 (z 1 ) dengan z pada saat t=1 (z 2 ). p 0 = z 1 z 2 (7) Untuk memperlihatkan hubungan antara kendala-kendala non fuzzy dengan kendala-kendala fuzzy, dibuat tabel sebagai berikut: Tabel 2 Kendala non fuzzy dan kendala fuzzy untuk persoalan minimasi Kendala non-fuzzy Kendala fuzzy t=0 t=1 Fungsi tujuan z 1 z 2 Kendala 1 b 1 b 1 b 1 -p 1 Kendala 2 b 2 b 2 b 2 -p 2 Kendala m b m b m b m -p m (8) Dengan mengambil?=1-t dapat dibentuk program linier fuzzy sebagai berikut: Maksimumkan? (25) Dengan kendala: p 0? + c 1 x 1 + c 2 x 2 + c 3 x c n x n <= z 2 + p 0 p 1? - a 11 x 1 - a 12 x 2 - a 13 x a 1n x n <= -b 1 + p 1 p 2? - a 11 x 1 - a 12 x 2 - a 13 x a 1n x n <= -b 2 + p 2 (26).

34 p m? - a 11 x 1 - a 12 x 2 - a 13 x a 1n x n <= -b m + p m? >=0, x 1 >= 0, x 2 >= 0,, x n >= 0 (9) Solusi untuk persoalan program linier fuzzy di atas dapat diperoleh dengan menggunakan LINDO. Hasil akhirnya berupa z,?, x 1, x 2,, x n Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah: a. Penelitian lapangan yaitu melakukan pengamatan pada perusahaan perkebunan yang menjadi obyek penelitian untuk melihat secara langsung aktivitas yang dilakukan, sarana yang dimiliki dan faktor-faktor pendukung lainnya. Data yang diperlukan terdiri atas data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, yang meliputi data curah hujan, luas areal pemetikan, data produksi pucuk basah dan produksi kering perhari pada setiap afdeling, gilir petik, data pemangkasan, gilir pangkas, jumlah tenaga pemetik, analisis pucuk serta analisis petik. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengambilan data sekunder perusahaan, observasi di lapangan dan wawancara dengan nara sumber yaitu administratur, kepala kebun dan sinder afdeling. b. Penelitian pustaka yaitu dengan penelusuran buku-buku, hasil-hasil penelitian, jurnal, dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan obyek atau masalah yang diteliti. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan komputer dengan perincian sebagai berikut: 1. Perhitungan produktivitas pucuk teh (berdasarkan data produksi pucuk basah dan luas lahan) yang merupakan koefisien dalam model program linier dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel. 2. Solusi model program linier, yaitu luas areal yang menghasilkan produksi pucuk teh maksimum, diperoleh menggunakan paket program LINDO release Penjadwalan pemetikan pucuk teh menggunakan teknik heuristik, yaitu dengan mengembangkan skenario.

35 Tabel 3 Jenis data dan alat analisis No. Tahapan Jenis Data Alat Analisis 1 Pembuatan model penjadwalan Data primer dan sekunder Model Fuzzy pemetikan pucuk teh mengenai: Linear Programming - curah hujan - luas areal pemetikan - produksi pucuk basah - gilir petik - gilir pangkas - jumlah dan distribusi tenaga pemetik 2 Pembuatan jadwal pemetikan Data primer untuk mengembangkan Teknik heuristik pucuk teh skenario dan data sekunder mengenai: - luas hanca petik - produktivitas pucuk basah - gilir petik - kapasitas pemetikan 3 Penentuan nilai optimum dari Data sekunder dari model LINDO model penjadwalan pemetikan penjadwalan pemetikan pucuk teh pucuk teh

MODEL PENJADWALAN DALAM PEMETIKAN PUCUK TEH (STUDI KASUS PERKEBUNAN GUNUNG MAS PTPN VIII JAWA BARAT) AMALIA RESTIATI

MODEL PENJADWALAN DALAM PEMETIKAN PUCUK TEH (STUDI KASUS PERKEBUNAN GUNUNG MAS PTPN VIII JAWA BARAT) AMALIA RESTIATI MODEL PENJADWALAN DALAM PEMETIKAN PUCUK TEH (STUDI KASUS PERKEBUNAN GUNUNG MAS PTPN VIII JAWA BARAT) AMALIA RESTIATI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMETIKAN PUCUK TEH UNTUK MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIATER.

PENJADWALAN PEMETIKAN PUCUK TEH UNTUK MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIATER. ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2937 PENJADWALAN PEMETIKAN PUCUK TEH UNTUK MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIATER. SCHEDULING OF TEA

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan jenis minuman yang sudah dikenal di seluruh dunia, konsumsi teh menjadi suatu hal yang umum bagi seluruh masyarakat karena mengkonsumsi teh dapat berdampak

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

V. PEMODELAN SISTEM. Pengguna. Sistem Manajemen Dialog. Sistem Pengolahan Pusat. Gambar 7. Konfigurasi Program Aplikasi SCHATZIE 1.

V. PEMODELAN SISTEM. Pengguna. Sistem Manajemen Dialog. Sistem Pengolahan Pusat. Gambar 7. Konfigurasi Program Aplikasi SCHATZIE 1. V. PEMODELAN SISTEM 5.1. KONFIGURASI SISTEM Model perencanaan bahan baku industri teh di PTPN VIII Kebun Cianten dirancang dan dibuat dalam satu paket komputer sistem manajemen yang diberi nama SCHATZIE

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan 46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN Bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan suatu industri. Bahan baku yang baik menjadi salah satu penentu mutu produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh hitam merupakan salah satu komoditas yang dikenal masyarakat sejak tahun 1860. Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan devisa non migas

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011 PEMBAHASAN Analisis Petik Analisis petik merupakan cara yang dilakukan untuk memisahkan pucuk berdasarkan rumus petiknya yang dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis petik yaitu menilai kondisi kebun

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) sebagai komoditas perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap perolehan devisa negara dari komoditas non migas sub sektor

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Menurut Nash dan Sofer (1996), optimasi adalah sarana untuk mengekspresikan model matematika yang bertujuan memecahkan masalah dengan cara terbaik. Untuk tujuan bisnis,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA 3 Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh dengan tinggi 6 9 m. Tanaman teh dipertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu sektor pertanian yang sangat berperan dalam

Lebih terperinci

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172 Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih Vileora Putri Christna 14.I1.0172 PROFIL PERUSAHAAN PTPN IX pada awalnya merupakan penggabungan 2 unit kebun Semugih dan Pesantren.

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI PTPN VIII PERKEBUNAN TAMBAKSARI, SUBANG JAWA BARAT Oleh Risa Aprisiani A34104039

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN Kebun Cisaruni merupakan salah satu unit kebun dari 45 unit yang ada di bawah naungan PT. Perkebunan Nusantara VIII yang berkantor pusat di Jl. Sindangsirna

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE FUZZY

PERBANDINGAN METODE FUZZY PERBANDINGAN METODE FUZZY DENGAN REGRESI LINEAR BERGANDA DALAM PERAMALAN JUMLAH PRODUKSI (Studi Kasus : Produksi Kelapa Sawit di PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Medan Tahun 2011-2012) SKRIPSI SISKA

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI PADA PENGOLAHAN TEH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, PARAKAN SALAK, SUKABUMI. Oleh : FAJAR EDY PURNOMO NRP: F

AUDIT ENERGI PADA PENGOLAHAN TEH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, PARAKAN SALAK, SUKABUMI. Oleh : FAJAR EDY PURNOMO NRP: F AUDIT ENERGI PADA PENGOLAHAN TEH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, PARAKAN SALAK, SUKABUMI Oleh : FAJAR EDY PURNOMO NRP: F01400015 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Program linier (Linier Programming) Pemrograman linier merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

Sufa atin Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Sufa atin Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Sufa atin Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 1. Membahas teknik-teknik riset operasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan 2. Konsep dasar ilmu matematika (himpunan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar Wilayah Blitar merupakan wilayah yang strategis dikarenakan wilayah Blitar berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

PEMODELAN PENENTUAN KOMPOSISI PRODUK UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN JENANG KUDUS ROSMA MULYANI

PEMODELAN PENENTUAN KOMPOSISI PRODUK UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN JENANG KUDUS ROSMA MULYANI PEMODELAN PENENTUAN KOMPOSISI PRODUK UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN JENANG KUDUS ROSMA MULYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian terus diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi pertanian

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan METODE MAGANG 10 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, mulai tanggal 1 Maret 3 Juli 2010. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Oleh : EBRINEDY HALOHO A

Oleh : EBRINEDY HALOHO A ANALISIS OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL (PK) (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia dan era perdagangan bebas, di Indonesia juga dapat diharapkan menjadi salah satu pemain penting. Dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program linear, metode simpleks, dan program linear fuzzy untuk membahas penyelesaian masalah menggunakan metode fuzzy

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Teh Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun 1694 terdapat perdu teh

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Tabel I.1 Volume Ekspor Teh Indonesia (Ditjenbun, 2014)

Tabel I.1 Volume Ekspor Teh Indonesia (Ditjenbun, 2014) BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki hijau yang sangat luas. Sebagian besar kawasan hijau diolah sebagai kawasan perkebunan yang hasilnya menjadi pemasukan keuangan

Lebih terperinci

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANA MARNIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Sektor agribisnis merupakan salah satu sektor unggulan dalam

I. PENDAHULUAN Sektor agribisnis merupakan salah satu sektor unggulan dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan salah satu sektor unggulan dalam masa krisis ekonomi dewasa ini. Sektor ini membawa dampak positif ganda. Pertama, peningkatan subsitusi impor

Lebih terperinci

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA. Oleh PATAR NAIBAHO H

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA. Oleh PATAR NAIBAHO H KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA Oleh PATAR NAIBAHO H24050116 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK Patar Naibaho H24050116. Kajian Perencanaan

Lebih terperinci

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT (Studi Kasus pada PT Adi Putra Perkasa, Cicurug - Sukabumi) Oleh ASEP SOLEHUDIN H

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT (Studi Kasus pada PT Adi Putra Perkasa, Cicurug - Sukabumi) Oleh ASEP SOLEHUDIN H KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT (Studi Kasus pada PT Adi Putra Perkasa, Cicurug - Sukabumi) Oleh ASEP SOLEHUDIN H24103066 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi globalisasi dunia saat ini mendorong persaingan diantara para pelaku bisnis yang semakin ketat. Di Indonesia sebagai negara berkembang, pembangunan

Lebih terperinci

OPERATION RESEARCH-1

OPERATION RESEARCH-1 OPERATION RESEARCH-1 Prof.Dr.H.M.Yani Syafei,MT MATERI PERKULIAHAN 1.Pemrograman Linier (Linear Programming) Formulasi Model Penyelesaian dengan Metode Grafis Penyelesaian dengan Algoritma Simplex Penyelesaian

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia

I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang banyak dikonsumsi atau diminati setelah air mineral, teh sebagai minuman dapat meningkatkan kesehatan manusia karena mengandung

Lebih terperinci

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Kadar Air 74-77% Bahan

Lebih terperinci

METODE PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI SISTEM PEMBIAYAAN DI PERBANKAN NOVIATI

METODE PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI SISTEM PEMBIAYAAN DI PERBANKAN NOVIATI METODE PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI SISTEM PEMBIAYAAN DI PERBANKAN NOVIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM Oleh: WULAN ANGGRAENI G54101038 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian yang paling berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen crude palm oil (CPO)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB LANDASAN TEORI Efisiensi Menurut Vincent Gaspersz (998, hal 4), efisiensi adalah ukuran yang menunjukan bagaimana baiknya sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output Efisiensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan diberikan kajian teori mengenai matriks dan operasi matriks, program linear, penyelesaian program linear dengan metode simpleks, masalah transportasi, hubungan masalah

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 YANG SELALU DI HATI Yang mulia:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teh merupakan salah satu dari komoditas perkebunan sebagai penyumbang devisa negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL DENGAN METODE SUR PAULUS BASUKI KUWAT SANTOSO

PEMODELAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL DENGAN METODE SUR PAULUS BASUKI KUWAT SANTOSO PEMODELAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL DENGAN METODE SUR PAULUS BASUKI KUWAT SANTOSO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Heizer dan Render (2006:4) manajemen operasi (operation management-om) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DAN JADWAL INDUK PRODUKSI JUS BERBAHAN BAKU BUAH SEGAR IFFAN MAFLAHAH

PENGEMBANGAN MODEL PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DAN JADWAL INDUK PRODUKSI JUS BERBAHAN BAKU BUAH SEGAR IFFAN MAFLAHAH PENGEMBANGAN MODEL PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DAN JADWAL INDUK PRODUKSI JUS BERBAHAN BAKU BUAH SEGAR IFFAN MAFLAHAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAB 2. PROGRAM LINEAR

BAB 2. PROGRAM LINEAR BAB 2. PROGRAM LINEAR 2.1. Pengertian Program Linear Pemrograman Linier disingkat PL merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF LINDA FEBRIYANTI. E. GUMBIRA-SA ID MARIMIN

RINGKASAN EKSEKUTIF LINDA FEBRIYANTI. E. GUMBIRA-SA ID MARIMIN RINGKASAN EKSEKUTIF LINDA FEBRIYANTI. 2005. Strategi Manajemen Pengetahuan di PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kebun Gunung Mas, Bogor. Dibawah Bimbingan E. GUMBIRA-SA ID dan MARIMIN. Kondisi industri teh

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN SUMBER DAYA AIR DI KOTA TANGERANG OLEH : DADAN SUHENDAR

DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN SUMBER DAYA AIR DI KOTA TANGERANG OLEH : DADAN SUHENDAR DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN SUMBER DAYA AIR DI KOTA TANGERANG OLEH : DADAN SUHENDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 ABSTRAK DADAN SUHENDAR. Dampak Perubahan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN ANALISIS DAERAH RAWAN TANAH LONGSOR SERTA UPAYA MITIGASINYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PEMETAAN DAN ANALISIS DAERAH RAWAN TANAH LONGSOR SERTA UPAYA MITIGASINYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAN ANALISIS DAERAH RAWAN TANAH LONGSOR SERTA UPAYA MITIGASINYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Provinsi

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROGRAM PELATIHAN BIDANG MANAJERIAL BAGI KARYAWAN PT GRAND TEXTILE INDUSTRY BANDUNG. Oleh : Janjan Nurjanah

EFEKTIVITAS PROGRAM PELATIHAN BIDANG MANAJERIAL BAGI KARYAWAN PT GRAND TEXTILE INDUSTRY BANDUNG. Oleh : Janjan Nurjanah EFEKTIVITAS PROGRAM PELATIHAN BIDANG MANAJERIAL BAGI KARYAWAN PT GRAND TEXTILE INDUSTRY BANDUNG Oleh : Janjan Nurjanah PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENERAPAN LOGIKA FUZZY PADA PROGRAM LINEAR

PENERAPAN LOGIKA FUZZY PADA PROGRAM LINEAR PENERAPAN LOGIKA FUZZY PADA PROGRAM LINEAR T-11 RIVELSON PURBA 1 1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE etong_extreme@yahoo.com ABSTRAK Purba, Rivelson. 01. Penerapan Logika

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING Oleh: BEDY SUDJARMOKO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK BEDY SUDJARMOKO. Analisis Efisiensi

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Perkebunan Teh Medini dahulu digunakan sebagai kebun kopi dan kina milik NV culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini menjadi tidak terawat

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri TIN 4103

Pengantar Teknik Industri TIN 4103 Pengantar Teknik Industri TIN 4103 Lecture 10 Outline: Penelitian Operasional References: Frederick Hillier and Gerald J. Lieberman. Introduction to Operations Research. 7th ed. The McGraw-Hill Companies,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Adolina PTPN IV Medan, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman teh (Camellia Sinensis (L) O. Kuntze) merupakan tumbuhan hijau yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara dan 95 o -105

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Kendal, Central Java Ade Wachjar * dan Supriadi

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep program linier (linear programming) ditemukan dan diperkenalkan seorang ahli matematika bangsa Amerika, Dr.George Dantzig yaitu dengan dikembangkannya metode

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H14050184 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 0 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama kurang lebih empat bulan. Waktu magang dimulai dari bulan Maret hingga Juli

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemrograman Non Linier Pemrograman Non linier merupakan pemrograman dengan fungsi tujuannya saja atau bersama dengan fungsi kendala berbentuk non linier yaitu pangkat dari variabelnya

Lebih terperinci

PERANCANGAN BANGUNAN KOLAM PENAMPUNG DAN PERMODELAN KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR PROSES PENCUCIAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao) TERFERMENTASI

PERANCANGAN BANGUNAN KOLAM PENAMPUNG DAN PERMODELAN KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR PROSES PENCUCIAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao) TERFERMENTASI PERANCANGAN BANGUNAN KOLAM PENAMPUNG DAN PERMODELAN KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR PROSES PENCUCIAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao) TERFERMENTASI Oleh: PANDU GUNAWAN F14051487 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA MUTU TEH HITAM DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG

ANALISIS KINERJA MUTU TEH HITAM DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG ANALISIS KINERJA MUTU TEH HITAM DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG SKRIPSI Oleh: FEBRI PUTRA SITEPU 070308003 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

PROYEKSI NILAI EKSPOR KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TAHUN BERDASARKAN DATA TAHUN TUGAS AKHIR

PROYEKSI NILAI EKSPOR KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TAHUN BERDASARKAN DATA TAHUN TUGAS AKHIR PROYEKSI NILAI EKSPOR KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TAHUN 2010-2012 BERDASARKAN DATA TAHUN 2008-2009 TUGAS AKHIR SERASINTA TARIGAN 072407040 PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KARET OLAHAN RIBBED SMOKED SHEET (Kasus : Perkebunan Widodaren, Kabupaten Jember, Jawa Timur) OLEH JUVENA ELIZABETH A

OPTIMALISASI PRODUKSI KARET OLAHAN RIBBED SMOKED SHEET (Kasus : Perkebunan Widodaren, Kabupaten Jember, Jawa Timur) OLEH JUVENA ELIZABETH A OPTIMALISASI PRODUKSI KARET OLAHAN RIBBED SMOKED SHEET (Kasus : Perkebunan Widodaren, Kabupaten Jember, Jawa Timur) OLEH JUVENA ELIZABETH A14103102 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang menghasilkan daun sebagai hasil produksinya. Tanaman ini dapat tumbuh subur dan berkembang baik di daerah dengan

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Dian Wirdasari Abstrak Metode simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam program linier yang digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam permasalahan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN DAN PEMBIAYAAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH BARAT, PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM. Oleh : CUT IDAMAN SARI

ANALISIS PEMBANGUNAN DAN PEMBIAYAAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH BARAT, PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM. Oleh : CUT IDAMAN SARI ANALISIS PEMBANGUNAN DAN PEMBIAYAAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH BARAT, PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Oleh : CUT IDAMAN SARI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS SEKOLAH

Lebih terperinci