PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011"

Transkripsi

1 PEMBAHASAN Analisis Petik Analisis petik merupakan cara yang dilakukan untuk memisahkan pucuk berdasarkan rumus petiknya yang dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis petik yaitu menilai kondisi kebun dan menilai keterampilan pemetik. Persentase pucuk kasar, medium, halus maupun pucuk rusak yang ada pada analisis petik dapat menunjukkan jenis petikan yang diterapkan suatu perusahaan. Kegiatan analisis petik dilakukan pada beberapa tempat agar hasilnya mewakili kondisi kebun dan keterampilan pemetik secara keseluruhan. Analisis petik hanya dilakukan sesekali di UP Tanjungsari oleh mandor untuk mengontrol kondisi kebun. Penulis melakukan analisis petik sendiri di kebun setelah kegiatan pemetikan selesai dilakukan. Pengamatan untuk analisis petik dilakukan pada semua blok dari bulan Maret - Mei Analisis petik dilakukan penulis secara menyeluruh pada semua blok dengan jenis klon Gambung 7, TRI 2024 dan seedling. Jenis petikan dari analisis petik pada bulan Maret - Mei di UP Tanjungsari yang dilakukan oleh penulis dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jenis Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011 Bulan Jenis Kasar Medium Halus Rusak. (%)... Maret April Mei Rata - rata Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2011) Jenis pemetikan yang dilakukan di UP Tanjungsari adalah petikan medium dengan standar persentase petikan medium sebesar 70 %. Persentase petikan medium sebesar %,lebih besar dari persentase petikan kasar sehingga jenis petikan di UP Tanjungsari sudah termasuk dalam petikan medium meskipun belum mencapai standar. Menurut Andriyani (2010) persentase petikan medium di

2 41 UP Bedakah tahun 2010 adalah %. Nilai ini lebih besar daripada persentase petikan medium di UP Tanjungsari karena di UP Bedakah kondisi tanaman masih baik dan tidak banyak terserang hama penyakit. Persentase rata-rata petikan halus selama bulan Maret - Mei 2011 adalah 6.40 %, sedangkan toleransi petikan halus di UP Tanjungsari adalah 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan pemetik kurang dalam melakukan kegiatan pemetikan. Semakin tinggi persentase pucuk halus menunjukkan bahwa semakin banyak pucuk yang belum waktunya terpetik ikut terpetik. Pucuk yang belum waktunya terpetik di UP Tanjungsari yaitu pucuk dengan rumus p+1 dan p+2. Pucuk ini harus tetap dipertahankan pada bidang petik agar dapat tumbuh menjadi pucuk-pucuk yang siap dipetik untuk gilir petik selanjutnya. Persentase pucuk rusak di UP Tanjungsari cukup besar yaitu %. Hal ini disebabkan UP Tanjungsari menerapkan cara pemetikan menggunakan gunting sehingga banyak pucuk yang tidak terpetik sempurna (rusak, robek). Pengamatan anaisis petik di UP Tanjungsari dilakukan sesekali dan ketika penulis melakukan pengamatan analisis UP Tanjungsari sedang tidak melakukan analisis petik karena sedang dalam Program Recovery. Pengamatan analisis petik yang dilakukan penulis di UP Tanjungsari dilakukan bersamaan dengan adanya Program Recovery yang bertujuan untuk menyehatkan tanaman kembali sehingga pengambilan data dilakukan pada tanaman yang sedang dalam kondisi tidak sehat. Gilir Petik Penentuan gilir petik pada tanaman teh didasarkan pada pertumbuhan pucuk (Suwardi, 2000). Pucuk yang telah memenuhi syarat harus segera dipetik agar tidak kaboler (terlambat petik). Pucuk yang kaboler akan menyebabkan jumlah pucuk burung lebih banyak daripada pucuk peko, sehingga analisis petiknya akan menunjukkan persentase pucuk kasar yang tinggi. Pengamatan analisis petik berdasarkan gilir petik untuk mengetahui pengaruh gilir petik terhadap analisis petik. Pengamatan dilakukan pada masing-masing blok yang memiliki gilir petik yang berbeda. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan

3 42 untuk masing - masing blok dan dilakukan sesuai gilir petik yang berlaku pada masing-masing blok. Hasil analisis petik yang dilakukan penulis berdasarkan gilir petik dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Analisis Petik Berdasarkan Gilir Petik Blok Rencana Gilir Petik Realisasi Kasar Medium Jenis Halus Rusak (%) Kutilang hari 8-17 hari Murai 9-11 hari hari Gelatik 8-10 hari hari Rata-rata Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2011) Semakin panjang gilir petik, maka pertumbuhan pucuk burung akan semakin besar dan pucuk akan kaboler. Semakin panjang gilir petik juga akan menyebabkan mutu pucuk makin kasar dan jenis pucuk tidak seragam (Mahmud dan Sukasman, 1988). Hal ini menyebabkan persentase petikan kasar akan lebih tinggi untuk blok dengan gilir petik yang lebih panjang daripada blok yang memilki gilir petik yang lebih pendek. Tabel 8 menunjukkan bahwa pada Blok Gelatik semakin panjang gilir petik maka petikan kasar akan semakin besar yaitu %, demikian juga untuk petikan medium akan semakin besar jika gilir petiknya semakin pendek. Berdasarkan Tabel 8 analisis petik berdasarkan gilir petik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata untuk petikan kasar maupun medium karenakan perbedaan gilir petik pada masing masing blok yang tidak terlalu signifikan. Pengamatan dilakukan pada ketiga blok yang memiliki jenis klon yang bervariasi diantaranya Gambung 7, TRI 2024 dan seedling sehingga hal ini juga ikut mempengaruhi hasil pengamatan.

4 43 Ketinggian Tempat Kegiatan analisis petik sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan pucuk. PPTK (2006) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan pucuk adalah ketinggian tempat atau elevasi. Berdasarkan hal inilah pengamatan analisis petik dilakukan pada dua nomor kebun dengan ketinggian yang berbeda. Pengamatan dilakukan pada ketinggian m dpl dan ketinggian 700 m dpl pada jenis klon yang sama yaitu Gambung 7. Hasil analisis petik untuk dua ketinggian yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Analis Petik Berdasarkan Dua Ketinggian Ketinggian tempat (m dpl) Gilir Petik (hari) Bobot Contoh (g) n Kasar Jenis Medium Halus Rusak (%) a a 3.59 a a a a 7.39 a a Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2011) Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada Uji t taraf 5 % ; n : ulangan Semakin tinggi suatu kebun dari permukaan laut, maka intensitas cahaya akan semakin berkurang. Ketinggian tempat akan berpengaruh terhadap pertumbuhan pucuk, semakin rendah intensitas cahaya maka pertumbuhan pucuk juga semakin lambat (Andriyani, 2010). Ketinggian tempat juga berpengaruh terhadap gilir petik. Pertumbuhan pucuk yang lambat pada lokasi kebun yang lebih tinggi menyebabkan gilir petiknya juga semakin lama seperti yang terlihat pada Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa perbedaan ketinggian menunjukkan hasil yang berbeda untuk jenis petikan kasar, petikan medium, petikan halus maupun petikan rusak meskipun perbedaannya tidak nyata. Tahun Pangkas Tanaman teh merupakan tanaman pohon yang apabila dibiarkan tumbuh alami dapat mencapai ketinggian 14 m, sehingga kegiatan pemangkasan tanaman

5 44 teh merupakan tindakan pemeliharaan yang harus dilakukan dalam suatu perkebunan teh. Secara garis besar kegiatan pemangkasan teh bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman (Setyamidjaja, 2000). Kecepatan tumbuh pucuk tanaman yang telah dipangkas berbeda-beda tergantung pada umur pangkasnya sehingga analisis petik juga dilakukan berdasarkan tahun pangkas pada masing - masing blok. Hasil analisis petik berdasarkan tahun pangkas (TP) dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Analisis Petik Berdasarkan Tahun Pangkas TP Blok Kutilang Blok Murai Blok Gelatik K M H R K M H R K M H R (%) (%) (%) I II III IV Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2011) Keterangan : K = petikan kasar TP = tahun pangkas M = petikan medium H = petikan halus R = petikan rusak Hasil analisis petik pada Tabel 10 menunjukkan bahwa analisis petik untuk tahun pangkas pertama masih tergolong tinggi. Analisis petik pada tahun pangkas pertama yang paling tinggi terdapat pada blok Kutilang yaitu %. Pada tahun pangkas kedua analisis petik yang paling tinggi terdapat pada blok Gelatik yaitu %. Sedangkan analisis petik pada tahun pangkas ketiga yang paling tinggi terdapat pada blok Kutilang sebesar % dan untuk tahun pangkas keempat blok Murai memiliki analisis petik yang tertinggi yaitu %. Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa pada blok Kutilang semakin tinggi tahun pangkasnya maka semakin kecil analisis petik untuk petikan mediumnya. Menurut Setyamidjaja (2000) semakin lama umur pangkas semakin sedikit pertumbuhan pucuk pekonya, tetapi pertumbuhan pucuk burungnya semain banyak. Pertumbuhan pucuk burung yang semakin bertambah ini menyebabkan

6 45 persentase petikan kasar juga semakin meningkat. Sebaliknya pada tahun pangkas pertama pertumbuhan pucuk peko terjadi lebih banyak sehingga analisis petik untuk petikan medium juga menghasilkan presentase yang lebih besar. Hasil analisis petik berdasarkan tahun pangkas pada blok Murai dan Gelatik berbanding terbalik dengan blok Kutilang. Analisis petik pada blok Murai dan Gelatik justru menunjukkan persentase analisis petik yang meningkat pada tahun pangkas ketiga dan keempat. Padahal seharusnya pada tahun pangkas ketiga dan keempat pertumbuhan pucuk burung lebih tinggi daripada pucuk peko. Hal ini salah satunya disebabkan oleh keterampilan pemetik dan gilir petik. Gilir petik pada blok Murai dan Gelatik yang cenderung lebih singkat daripada blok Kutilang menyebabkan persentase pucuk peko menjadi lebih besar daripada pucuk burung. Sehingga persentase analisis petik pada blok Murai dan Gelatik tetap tinggi meskipun pada tahun pangkas ketiga dan keempat, bahkan cenderung bertambah. Jenis Klon Jenis klon yang ada di UP Tanjungsari diantaranya Gambung 7, TRI 2024, TRI 2025 serta seedling dan klon - klon lain yang jumlahnya sedikit. Pengamatan analisis petik berdasarkan 2 jenis klon yaitu Gambung 7 dan TRI Pemilihan 2 klon ini dikarenakan kedua klon tersebut merupakan 2 klon yang paling banyak ditanam di UP Tanjungsari. Hasil analisis petik berdasarkan klon Gambung 7 dan TRI 2024 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Analisis Petik Berdasarkan Jenis Klon Jenis Klon Blok Kasar Jenis (%) Medium Halus Rusak (%).. Gambung 7 Kutilang TRI 2024 Murai Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2011)

7 46 Hasil analisis petik pada Tabel 11 menujukkan bahwa analisis petik untuk klon Gambung 7 lebih besar dibandingkan dengan TRI Analisis untuk petikan medium pada klon Gambung 7 sebesar % sedangkan analisis petik pada klon TRI 2024 sebesar %. Hal ini disebabkan karena klon Gambung 7 lebih tahan terhadap serangan penyakit blister blight atau cacar daun teh dibanding klon TRI 2024 (Astika et al., 2000). Ketahanan klon Gambung 7 terhadap serangan cacar membuat pertumbuhan pucuknya tidak terlalu terganggu. Berbeda dengan klon TRI 2024 yang rentan terhadap serangan penyakit cacar sehingga pertumbuhan pucuknya terganggu serta banyak pucuk yang masuk dalam kategori tidak memenuhi syarat olah. Pengamatan analisis petik terhadap 2 klon yang berbeda dilakukan pada blok yang berbeda pula yaitu blok Kutilang untuk klon Gambung 7 dan blok Murai untuk klon TRI Keterampilan pemetik pada kedua blok juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil analisis petik. Persentase petikan rusak pada blok Kutilang jauh lebih besar daripada blok Murai. Hal ini bisa disebabkan rata-rata usia pemetik blok Kutilang yang lebih muda daripada pemetik blok Murai, sehingga keterampilan pemetik blok Kutilang lebih rendah daripada blok Murai. Akibatnya persentase petikan rusak pada blok Kutilang lebih besar dari blok Murai yaitu sebesar %. Analisis Pucuk Analisis pucuk merupakan cara pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian tua dan muda atau pucuk yang memenuhi syarat olah dan yang tidak memenuhi syarat olah yang dinyatakan dalam persen (Setyamidjaja, 2000). Analisis pucuk akan menentukan mutu teh jadi di pabrik. Selain itu tujuan analisis pucuk juga untuk menentukan premi pemetik. Premi adalah harga petik yang dibayarkan kepada pemetik apabila hasil petikan telah melewati standar analisis pucuk yang diterapkan perusahaan. Kegiatan analisis pucuk dilakukan di pabrik, tetapi karena UP Tanjungsari tidak memiliki pabrik pengolahan maka penulis melakukan analisis pucuk sendiri

8 47 di kebun. Cara pengambilan pucuk untuk analisis pucuk sama dengan cara pengambilan pucuk untuk analisis petik. Setelah pucuk selesai dilakukan analisis petik, selanjutnya dilakukan analisis pucuk. Kegiatan analisis pucuk dilakukan pada masing - masing blok sebanyak tiga kali ulangan. Hasil analisis pucuk yang dilakukan penulis di masing-masing blok di UP Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 12. Blok Tabel 12. Analisis Pucuk Bulan Maret - Mei 2011 Maret April Mei Standar MS TMS MS TMS MS TMS (%)... (%)... (%)... (%) Kutilang Murai Gelatik Rata-rata Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2011) Keterangan : MS = p+1, p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m TMS = p+4, p+5, b+(1 5)t Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa analisis pucuk untuk tiap blok dari bulan Maret sampai Mei sangat bervariasi. Menurut Mahmud dan Sukasman (1988) penentuan analisis pucuk didasarkan pada dua parameter yaitu pucuk halus dan pucuk kasar. Pucuk halus termasuk dalam pucuk yang memenuhi syarat olah (MS) dan pucuk kasar termasuk dalam pucuk yang tidak memenuhi syarat olah (TMS). Analisis pucuk tertinggi di UP Tanjungsari dicapai pada bulan April yaitu sebesar %. Analisis untuk masing - masing blok yang mencapai persentase tertinggi yaitu pada blok Murai bulan Maret sebesar %. Analisis pucuk terendah untuk UP Tanjungsari terdapat pada bulan Mei yang hanya mencapai %, hal dikarenakan pengamatan yang dilakukan penulis pada bulan Mei tidak mencakup secara keseluruhan. Pengamatan bulan Mei tidak dilakukan sampai akhir bulan melainkan hanya di minggu-minggu awal bulan Mei saja. Secara keseluruhan analisis pucuk di UP Tanjungsari selama bulan Maret sampai Mei belum memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan yaitu 55 %.

9 48 Hanya blok Murai saja yang bisa mampu memenuhi standar 55 % yaitu pada bulan Maret sebesar %, sehingga hanya blok Murai saja yang pada bulan Maret mendapat premi. Analisis pucuk yang belum memenuhi standar ini dikarenakan kondisi tanaman di UP Tanjungsari yang sedang tidak sehat. Kondisi tanaman banyak yang terserang penyakit dan hama sehingga pertumbuhan pucuk pun terganggu. Hal inilah yang menyebabkan Program Recovery perlu dilakukan di UP Tanjungsari, sehingga pengamatan penulis dilakukan bersamaan dengan Program Recovery perusahaan. Persentase analisis pucuk yang semakin besar mengakibatkan premi yang diberikan kepada pemetik juga akan bertambah besar. Pemberian premi di UP Tanjungsari dilakukan apabila analisis pucuk telah mencapai standar 55 % atau lebih. Tetapi untuk analisis pucuk yang telah mencapai 50 % juga tetap diberikan premi walaupun harga preminya tidak setinggi untuk analisis pucuk yang mencapai 55 %. Gilir Petik dan Hanca Petik Gilir Petik. Gilir petik merupakan jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan yang lain. Panjang pendeknya gilir petik ditentukan oleh kecepatan pertumbuhan pucuk. Semakin cepat pertumbuhan pucuk maka semakin pendek gilir petiknya. Kecepatan pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh umur pangkas, iklim, elevasi/ketinggian tempat dan kesehatan tanaman (Setyamidjaja, 2000). Gilir petik yang tepat akan menentukan produksi dan produktivitas. Gilir petik di UP Tanjungsari bervariasi di masing - masing blok seperti terlihat pada Tabel 13. Realisasi gilir petik berbeda dengan rencana gilir petik yang ada. Perbedaan gilir petik antara rencana dan realisasi disebabkan beberapa hal. Salah satu hal utama yang menyebabkan adalah adanya Program Recovery di UP Tanjungsari yang mulai dilaksanakan dari bulan Januari 2011 sampai waktu yang belum ditentukan. Hal-hal yang dilakukan selama Program Recovery sering

10 49 dilakukan menyimpang dengan standar yang telah berlaku dengan tujuan untuk menyehatkan tanaman sehingga produktivitasnya naik. Salah satu contohnya adalah penggabaran yaitu membiarkan pucuk tidak dipetik selama 2-3 kali gilir petik sehingga gilir petik menjadi lebih lama dari rencana yang telah ditetapkan. Hanca Petik Hanca petik merupakan luas areal yang harus dipetik oleh seorang pemetik dalam satu hari. Setyamidjaja (2000) menyatakan bahwa hanca petik diatur berdasarkan kapasitas rata-rata pemetik, blok kebun, daur/gilir petik serta topografi dan musim. Pembagian hanca petik harus tepat untuk menjamin kelancaran kegiatan pemetikan. Gilir petik sangat menentukan penentuan hanca petik, semakin pendek gilir petik makin luas hanca petiknya. Perhitungan hanca petik di UP Tanjungsari adalah sebagai berikut : Luas areal petik/hari = luas areal yang dipetik (ha) gilir petik (hari) = ha = 13.7 ha/hari 12 hari Berdasarkan perhitungan luas areal yang dipetik per hari, maka hanca petik per pemetik di UP Tanjungsari dapat dihitung sebagai berikut Hanca seorang pemetik = luas areal petik/hari x jumlah patok/ha jumlah pemetik = 13.7 ha/hari x 25 patok/ha 170 = 2.01 patok/hari Hasil perhitungan hanca petik menunjukkan bahwa hanca petik untuk seorang pemetik adalah 2.01 patok/hari. Artinya dalam satu hari seorang pemetik harus menyelesaikan areal petik seluas 2.01 patok (1 patok = 400 m 2 ) atau sekitar 0.08 ha/hari. Hanca petik seorang pemetik secara riil di lapangan di UP Tanjungsari seluas 2 patok/hari. Hanca petik dipngaruhi oleh luas areal yang

11 50 dipetik dalam satu hari, semakin luas areal yang dipetik semakin luas pula hanca petiknya. Kapasitas Pemetik Kapasitas pemetik adalah kapasitas pucuk yang mampu dipetik oleh pemetik dalam satu hari pada satu kemandoran. Kondisi pucuk di kebun sangat mempengaruhi kapasitas pemetik. Semakin banyak pucuk yang dihasilkan maka semakin besar juga kapasitas pemetik seorang pemetik. Menurut Tobroni (1983) faktor lain yang mempengaruhi kapasitas pemetik diantaranya keterampilan pemetik, topografi kebun, pengaturan hanca petik, kondisi fisik pemetik serta peran mandor dalam mengawasi dan membimbing pemetik dalam melakukan kegiatan pemetikan. Penulis mengambil data kapasitas pemetik pada masing-masing blok selama bulan Maret - Mei Pengambilan data dilakukan ketika kondisi kebun sedang tidak sehat dan dalam Program Recovery. Kapasitas pemetik bulan Maret - Mei 2011 dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Kapasitas Pemetik Bulan Maret Mei 2011 Kapasitas pemetik Blok Maret April Mei Rata-rata Standar (kg/pemetik) Kutilang Murai Gelatik Rata-rata Sumber : Laporan Kantor Kebun UP Tanjungsari Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa kapasitas pemetik di UP Tanjungsari pada bulan Maret 2011 secara keseluruhan belum mampu mencapai standar yang ditetapkan perusahaan yaitu 60 kg/pemetik. Hal ini dikarenakan pada bulan Maret kondisi pucuk di UP Tanjungsari sedang tidak sehat karena banyak terserang hama Empoasca, sp. Kondisi pucuk yang tidak sehat ini mempengaruhi

12 51 dalam penurunan produksi pucuk sehingga rata - rata kapasitas pemetik selama bulan Maret hanya kg/pemetik, jauh dari standar yang ditetapkan perusahaan. Kapasitas pemetik mulai meningkat pada bulan April dengan rata - rata sebesar kg/pemetik. Kondisi pucuk mulai terlihat lebih baik dibandingkan dengan kondisi pucuk pada bulan Maret. Kemudian pada bulan Mei kapasitas pemetik kembali mengalami peningkatan menjadi kg/pemetik. Program Recovery yang diterapkan perusahaan sedikit banyak mulai menunjukkan hasil yang dapat dilihat dari kapasitas pemetik yang makin meningkat. Kapasitas pemetik tertinggi di bulan Mei ada pada blok Gelatik yaitu sebesar kg/pemetik. Selain karena faktor kondisi pucuk, luasan areal yang dipetik juga mempengaruhi kapasitas pemtik. Semakin luas areal yang dipetik, pembagian hanca petik juga semakin luas sehingga kapasitas pemetik juga semakin besar. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata kapasitas pemetik pada blok Gelatik yang selalu lebih besar daripada kapasitas pemetik pada blok Kutilang dan Blok Murai. Kebutuhan Tenaga Pemetik Tenaga petik menjadi faktor utama yang harus diperhatikan dalam suatu perkebunan. Kebutuhan tenaga pemetik yang tercukupi akan sangat membantu dalam kegiatan pengumpulan pucuk atau pemetikan. Seluruh tenaga petik di UP Tanjungsari terdiri dari wanita yang berjumlah 170 dan terbagi atas 6 kemandoran. Masing-masing kemandoran terdiri dari tenaga petik. Pengamatan terhadap kebutuhan tenaga petik dilakukan dengan menghitung kebutuhan tenaga pemetik berdasarkan rumus kemudian membandingkannya dengan jumlah tenaga petik yang ada di kebun. Sebelum menghitung kebutuhan pemetik perlu diketahui terlebih dahulu produktivitas kering (kg/ha/th), luas areal TM, rendemen, absensi pemetik, kapasitas pemetik standar serta jumlah hari kerja dalam satu tahun. Contoh perhitungan kebutuhan tenaga pemetik di UP Tanjungsari adalah sebagai berikut :

13 52 Produktivitas kering (kg/ha/th) : Luas areal TM (ha) : Rendemen : 21.5 % Absensi pemetik : 8 % Kapasitas pemetik standar (kg) : 60 Jumlah HKE (hari/th) : 293 Kebutuhan tenaga pemetik = [produktivitas kering x rendemen] x (100+absensi) % Kapasitas pemetik x HKE = [2 635 kg/ha/th x (100/21.5)] x (100+8) % 60 kg x 293 hari/th = 0.75 orang/ha = 0.75 orang/ha x Ha = 124 orang Berdasarkan perhitungan di atas maka kebutuhan pemetik di UP Tanjungsari adalah 124 orang untuk luasan areal TM ha. Jumlah ini lebih sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah riil tenaga pemetik yang dimiliki UP Tanjungsari yaitu sebanyak 170 orang. Artinya kebutuhan tenaga pemetik di UP Tanjungsari sudah terpenuhi bahkan cenderung berlebihan. Kebutuhan tenaga pemetik untuk masing - masing blok dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Kebutuhan Tenaga Pemetik (TP) UP Tanjungsari Blok Luas TM (ha) Produktivitas Kering (kg/ha/th) TP Standar TP di Lapangan Kutilang Murai Gelatik Total Sumber : Laporan Kantor Kebun UP Tanjungsari Tahun 2010 Kebutuhan tenaga pemetik di UP Tanjungsari untuk masing-masing blok berdasarkan Tabel 14 telah melebihi standar yang berlaku. Jumlah tenaga pemetik yang banyak membantu dalam sistem pembagian hanca petik sehingga kegiatan pemetikan dapat diselesaikan tepat waktu dan tidak mengganggu gilir petik. Seharusnya dengan cara pemetikan yang diterapkan di UP Tanjungsari yaitu

14 53 dengan gunting petik, maka tenaga pemetik yang diperlukan tidak terlau banyak. Jumlah tenaga petik yang melebihi standar menyebabkan kegiatan pemetikan dapat berjalan dengan baik dan produksi dapat tetap terjaga. Kebutuhan tenaga pemetik yang melebihi standar ini tidak terlalu berpengaruh terhadap perusahaan terkait masalah upah. Hal ini karena dengan semakin banyaknya tenaga pemetik maka kapasitas pemetik akan berkurang sehingga upah yang diberikan kepada pemetik dengan jumlah yang melebihi standar tidak memberikan dampak buruk bagi perusahaan. Kelebihan tenaga pemetik ini juga disebabkan letak UP Tanjungsari yang memiliki kebun yang dikelilingi oleh beberapa desa sehingga untuk mendapatkan tenaga kerja sangat mudah. Kelebihan tenaga ini harus diimbangi dengan pengawasan yang maksimal dari para mandor agar jumlah tenaga pemetik yang banyak dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan mampu mencapai semua target perusahaan yang telah ditetapkan. Sarana Panen dan Transportasi Kegiatan pemetikan merupakan kegiatan utama yang ada pada suatu perkebunan teh. Hal - hal yang menunjang dalam kegiatan pemetikan harus diperhatikan dengan baik agar kegiatan pemetikan dapat berjalan maksimal dan menghasilkan pucuk secara optimal. Persiapan terhadap segala sesuatu yang diperlukan selama kegiatan pemetikan harus diawasi kepala blok yang dibantu oleh mandor petik. Sarana panen dan saranan transportasi merupakan dual hal penting yang menunjang dalam kegiatan pemetikan. Sarana panen yang diperlukan selama kegiatan pemetikan adalah gunting petik, keranjang, waring, sramben dan caping. Gunting petik berfungsi sebagai alat petik karena pemetikan di UP Tanjungsari sejak tahun 1995 sudah tidak menggunakan cara pemetikan manual, melainkan menggunakan gunting petik. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) pemilihan gunting petik dianjurkan yang mempunyai bantalan. Keranjang berfungsi sebagai tempat pucuk yang dibawa oleh pemetik dipunggungnya (digendong). Saat pemetik mulai

15 54 menggunting pucuk dan pucuk sudah mulai menumpuk digunting, maka pucuk dimasukkan ke dalam keranjang di punggung pemetik dengan cara dilempar kebelakang melewati bahu. Satu keranjang dapat menampung kg pucuk, dalam satu kali pemetikan seorang pemetik dapat mengumpulkan pucuk sebanyak 2-3 keranjang. Setelah keranjang penuh oleh pucuk maka pucuk dipindahkan ke waring atau sejenis kantong berbentuk persegi, baru setelah itu pemetik kembali untuk memetik lagi. Ada dua jenis waring yang digunakan oleh pemetik yaitu waring asok dan waring angkut. Waring asok adalah waring untuk menampung pucuk dari keranjang yang disediakan sendiri oleh pemetik. Kapasitas waring asok ini adalah kg. Waring angkut adalah waring yang disediakan oleh perusahaan yang fungsi nya untuk memindahkan pucuk dari waring asok. Waring asok berbentuk lembaran persegi sedangkan waring angkut berbentuk kantong. Pucuk yang telah dipindahkan ke waring angkut inilah yang nantinya akan diangkut oleh truk menuju pabrik pengolahan. Sedangkan sramben merupakan alas yang diikatkan kebadan pemetik agar tidak basah ketika berada di celah celah perdu teh dan caping yang digunakan sebagai topi yang membedakan antara pemetik satu kemandoran dengan kemandoran lainnya berdasarkan warnanya. Setelah kegiatan pemetikan selesai, truk pengangkut pucuk datang untuk mengambil pucuk. Truk pengangkut pucuk ini membawa waring angkut yang akan digunakan untuk memindahkan pucuk dari waring asok, kemudian pucuk ditimbang dan dibawa ke pabrik pengolahan. Sebelum mengangkut pucuk alas bak truk harus dibersihkan dan dilapisi dengan terpal. Begitu juga selama perjalanan dari kebun menuju pabrik pengolahan, pucuk harus ditutup dengan terpal untuk menghindari hujan. UP Tanjungsari memiliki tiga unit truk untuk masing-masing blok. Berat kosong truk adalah kg dengan kapasitan maksimal adalah tiga orang. Truk pengangkut pucuk mampu mengangkut pucuk sebanyak kg, bahkan ketika produksi pucuk sedang tinggi, daya angkut truk bisa bertambah dua kali lipat. Selain karena kenaikan produksi, daya angkut truk yang melebihi kapasitas

16 55 juga bisa disebabkan tidak beroperasinya salah satu truk karena rusak atau kekurangan supir. Akibatnya satu truk terpaksa digunakan untuk mengangkut produksi pucuk dari dua blok untuk menghemat waktu dan tenaga supir. Pada kondisi normal dimana semua supir dapat bekerja dan truk dalam kondisi layak operasi, maka hal ini dinilai sudah cukup memenuhi kebutuhan masing masing blok. Kualitas pucuk salah satunya juga dipengaruhi dari sarana transportasi. Peletakan waring berisi pucuk yang ditumpuk di bak truk menyebabkan waring yang berada di posisi paling bawah mengalami kerusakan pucuk yang lebih besar. Cara memasukkan waring ke dalam bak truk juga harus diperhatikan agar kerusakan pucuk dapat dikurangi. Ghani (2002) menyatakan penyusunan pucuk di bak truk harus longgar agar aerasi udara terjaga. Kapasitas waring yang diangkut melebihi daya angkut truk menyebabkan petugas pengangkut terpaksa menginjak - injak/menjejalkan waring dan menumpuknya terlalu tinggi agar semua waring dapat terangkut oleh truk. Hal ini lah yang harus dikelola dengan baik oleh perusahaan sehingga kerusakan pucuk dapat dihindari dan dikurangi sebanyak mungkin. Produktivitas Berdasarkan Umur Setelah Pangkas Produksi maupun produktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh kesehatan tanaman itu sendiri. Produktivitas yang tinggi akan menunjukkan kesehatan tanaman yang baik pula. Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman selain kesehatan tanaman itu sendiri, diantaranya iklim, bahan tanam, populasi tanaman serta umur/tahun setelah pangkas. Produktivitas berdasarkan umur setelah pangkas di UP Tanjungsari pada masing - masing blok tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 15. Semakin tinggi umur pangkas tanaman teh maka produksinya akan semakin menurun. Hal ini menyebabkan tanaman dengan umur pangkas empat tahun perlu dipangkas karena produksinya sudah mulai menurun. Setyamidjaja (2000) mengemukakan bahwa produktivitas tertinggi tanaman teh dicapai pada

17 56 tahun pangkas kedua dan ketiga karena pada tahun pangkas ini pucuk peko aktif tumbuh. Pucuk burung pada tahun pangkas keempat tumbuh lebih dominan sehingga berpengaruh pada turunnya produktivitas. Gambar 15. Produktivitas Berdasarkan Umur Setelah Pangkas Berdasarkan Gambar 15 dapat dilihat bahwa produktivitas tertinggi blok Gelatik dicapai pada tahun pangkas kedua sebesar kg/ha/th. Produktivitas tertinggi blok Kutilang dicapai pada tahun pangkas pertama sebesar kg/ha/th dan blok Murai mencapai produktivitas tertinggi pada tahun pangkas keempat sebesar kg/ha/th. Rata - rata produktivitas tertinggi secara keseluruhan di UP Tanjungsari dicapai pada tahun pangkas ketiga yang mencapai kg/ha/th. Produktivitas tanaman selain dipengaruhi oleh kesehatan tanaman dan jumlah pucuk juga dipengaruhi oleh luas areal tanaman. Semakin luas areal dan didukung oleh kondisi pucuk yang baik akan menyebabkan produksi meningkat. Kondisi pucuk yang baik dapat dilihat dari pertumbuhan pucuk yang seragam serta merata pada semua perdu tanaman. Produksi yang meningkat akan diikuti pula oleh peningkatan produktivitas.

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan 46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan METODE MAGANG 10 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, mulai tanggal 1 Maret 3 Juli 2010. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA 3 Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh dengan tinggi 6 9 m. Tanaman teh dipertahankan

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 0 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama kurang lebih empat bulan. Waktu magang dimulai dari bulan Maret hingga Juli

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah.

Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Management of Tea Plucking (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) at Unit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Tambi Pada tahun 1865, PT Perkebunan Tambi merupakan perkebunan teh milik Pemerintahan Hindia Belanda yang disewakan kepada pengusaha swasta Belanda yang bernama

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DI LAPANG

PELAKSANAAN DI LAPANG PELAKSANAAN DI LAPANG Pembibitan Aspek Teknis Pembibitan merupakan bagian penting dalam suatu usaha perkebunan teh. Bahan tanam untuk perkebunan teh seluruhnya berasal dari areal pembibitan. Areal pembibitan

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Wonosobo Naelatur Rohmah dan Ade Wachjar * Departemen

Lebih terperinci

ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH

ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH INDRIANI NOVITA PRATIWI A24070131

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) sebagai komoditas perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap perolehan devisa negara dari komoditas non migas sub sektor

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Kendal, Central Java Ade Wachjar * dan Supriadi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor, 2009 PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif 15 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865 Perusahaan Perkebunan Tambi adalah salah satu perusahaan milik Belanda, dengan nama Bagelen Thee en

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan merupakan langkah awal dari proses budidaya tanaman teh yang menentukan kualitas tanaman teh yang siap untuk dipindahkan ke areal tanaman

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN 15 Sejarah Umum PT Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan swasta. Pada masa perkembangannya PT Perkebunan Tambi telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun 1865

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan jenis minuman yang sudah dikenal di seluruh dunia, konsumsi teh menjadi suatu hal yang umum bagi seluruh masyarakat karena mengkonsumsi teh dapat berdampak

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Unit Perkebunan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN PEMETIKAN PUCUK DAUN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT TAMBI, WONOSOBO JAWA TENGAH

STUDI PENGELOLAAN PEMETIKAN PUCUK DAUN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT TAMBI, WONOSOBO JAWA TENGAH STUDI PENGELOLAAN PEMETIKAN PUCUK DAUN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT TAMBI, WONOSOBO JAWA TENGAH QORI LELYANA A24070068 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh hitam merupakan salah satu komoditas yang dikenal masyarakat sejak tahun 1860. Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan devisa non migas

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan PT. Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri teh. Tahun 85 kebun-kebun teh di Bagelen, Wonosobo disewakan kepada Tuan D. Vander Sluij

Lebih terperinci

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE Agung Mahardhika, SP ( PBT Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya Tanaman teh (Camelia sinensis

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMETIKAN PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMETIKAN PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMETIKAN PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH BANI KURNIAWATI A24061019 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

MANAJEMAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING, KARANGANYAR, JAWA TENGAH PRIHARDINI MUFTI A

MANAJEMAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING, KARANGANYAR, JAWA TENGAH PRIHARDINI MUFTI A MANAJEMAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING, KARANGANYAR, JAWA TENGAH PRIHARDINI MUFTI A24100190 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN, HASIL DAN KUALITAS PUCUK TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI BERBAGAI TINGGI TEMPAT

PERTUMBUHAN, HASIL DAN KUALITAS PUCUK TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI BERBAGAI TINGGI TEMPAT PERTUMBUHAN, HASIL DAN KUALITAS PUCUK TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI BERBAGAI TINGGI TEMPAT THE GROWTH, YIELD AND QUALITY OF TEA TIP (Camellia sinensis (L.) Kuntze) IN VARIOUS ELEVATIONS Lintang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 LAMPIRAN 61 62 Tanggal Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 18 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan sangat penting bagi budidaya tanaman, sebab pembibitan merupakan tahap awal dari budidaya. Pengadaan bahan tanam untuk pembibitan teh dapat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH 11 KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH Sejarah Perkebunan Pada tahun 1865 PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta milik Belanda dengan nama Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pengelolanya adalah

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH DINA MUTIARA A

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH DINA MUTIARA A i PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH DINA MUTIARA A24063156 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI PTPN VIII PERKEBUNAN TAMBAKSARI, SUBANG JAWA BARAT Oleh Risa Aprisiani A34104039

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PENGGUNAAN GUNTING PETIK PADA KOMODITAS TEH DI KECAMATAN CIKALONG WETAN-KABUPATEN BANDUNG

PENGKAJIAN PENGGUNAAN GUNTING PETIK PADA KOMODITAS TEH DI KECAMATAN CIKALONG WETAN-KABUPATEN BANDUNG PENGKAJIAN PENGGUNAAN GUNTING PETIK PADA KOMODITAS TEH DI KECAMATAN CIKALONG WETAN-KABUPATEN BANDUNG The Assessment of Picked Scissors in Tea Commodity in the East Cikalong Sub District-Bandung District

Lebih terperinci

PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES

PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) PADA PEMELIHARAAN TANAMAN TEH MENGHASILKAN (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DENGAN ASPEK KHUSUS PEMETIKAN DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH MUHAMMAD

Lebih terperinci

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan yang dilakukan dalam minggu tersebut. Log Kerja Harian

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 20 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Persiapan Bahan Tanam Persiapan bahan tanam dimulai dengan penyediaan bahan tanam (pembibitan). Pembibitan dalam budidaya teh dapat dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal.

DAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal. DAFTAR ISI Halaman Judul... No Hal. Intisari... i ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2.

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) Pruning at Plantation Unit of

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG 18 PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG Aspek Teknis Pembibitan Unit Perkebunan Bedakah memiliki lokasi pembibitan yang berada di Blok Bismo seluas 0.47 ha. Bangunan pembibitan (naungan kolektif) terbuat dari anyaman

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Perkebunan Teh Medini dahulu digunakan sebagai kebun kopi dan kina milik NV culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini menjadi tidak terawat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERKEBUNAN. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PENGELOLAAN PERKEBUNAN. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PENGELOLAAN PERKEBUNAN Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perkebunan RSK dipimpin oleh seorang administratur yang bertanggung jawab langsung kepada direktur area atas pengelolaan unit usaha yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman teh (Camellia Sinensis (L) O. Kuntze) merupakan tumbuhan hijau yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara dan 95 o -105

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah Pruning Plant Management of Tea (Camelia sinensis (L.) O Kuntze) Karanganyar, Central Java Martini Aji

Lebih terperinci

PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH

PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh AGITHA AMANDA PUTRI A34104060 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi 14 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Perusahaan Perkebunan Tambi sekitar tahun 1865 merupakan perusahaan perkebunan milik Belanda dengan nama Bagelen Tehe dan Kina Maatschaappij yang berada di Netehrland.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH MARIYATUL QIBTIYAH A24052711 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Teh Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun 1694 terdapat perdu teh

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN Kebun Cisaruni merupakan salah satu unit kebun dari 45 unit yang ada di bawah naungan PT. Perkebunan Nusantara VIII yang berkantor pusat di Jl. Sindangsirna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia dan era perdagangan bebas, di Indonesia juga dapat diharapkan menjadi salah satu pemain penting. Dalam perekonomian

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI PTPN VIII PERKEBUNAN TAMBAKSARI, SUBANG JAWA BARAT Oleh Risa Aprisiani A34104039

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci

LAPORAN MAGANG KERJA MINGGU KE II. Kegiatan Magang Kerja Di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) Wilayah III Afd. Gunung Gambir Kabupaten Jember

LAPORAN MAGANG KERJA MINGGU KE II. Kegiatan Magang Kerja Di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) Wilayah III Afd. Gunung Gambir Kabupaten Jember LAPORAN MAGANG KERJA MINGGU KE II Kegiatan Magang Kerja Di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) Wilayah III Afd. Gunung Gambir Kabupaten Jember Oleh : Mayang Septiana Prajamukti 115040200111042 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH i ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH NOVIA SARI ANDRIYANI A24611 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH INTEN PRAMITA SUBAGJO A24052645 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

Pengaruh pohon pelindung tetap pada tanaman teh menghasilkan terhadap iklim mikro, populasi serangga hama dan musuh alami, serta produksi pucuk teh

Pengaruh pohon pelindung tetap pada tanaman teh menghasilkan terhadap iklim mikro, populasi serangga hama dan musuh alami, serta produksi pucuk teh Pengaruh pohon pelindung tetap pada tanaman teh menghasilkan terhadap iklim mikro, populasi serangga hama dan musuh alami, serta produksi pucuk teh The effect of permanent shade tree at mature tea area

Lebih terperinci

LAPORAN MAGANG KERJA MINGGU KE I. Kegiatan Magang Kerja Di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) Wilayah III Afd. Gunung Gambir Kabupaten Jember

LAPORAN MAGANG KERJA MINGGU KE I. Kegiatan Magang Kerja Di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) Wilayah III Afd. Gunung Gambir Kabupaten Jember LAPORAN MAGANG KERJA MINGGU KE I Kegiatan Magang Kerja Di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) Wilayah III Afd. Gunung Gambir Kabupaten Jember Oleh : Mayang Septiana Prajamukti 115040200111042 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Pucuk teh sangat menentukan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMANGKASAN TEH (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT TAMBI, UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH NOVRIAN RAHARJA A

MANAJEMEN PEMANGKASAN TEH (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT TAMBI, UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH NOVRIAN RAHARJA A 1 MANAJEMEN PEMANGKASAN TEH (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT TAMBI, UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH NOVRIAN RAHARJA A24063007 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN KERAGAMAN GENETIK TUJUH KLON TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI DUA LOKASI DENGAN KETINGGIAN BERBEDA

HASIL DAN KERAGAMAN GENETIK TUJUH KLON TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI DUA LOKASI DENGAN KETINGGIAN BERBEDA HASIL DAN KERAGAMAN GENETIK TUJUH KLON TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI DUA LOKASI DENGAN KETINGGIAN BERBEDA YIELD AND GENETIC VARIABILITY OF SEVEN TEA CLONES (Camellia sinensis (L.) Kuntze) IN TWO

Lebih terperinci

Dina Ernawati, SP. dan Vidiyastuti Ari Yustiani, SP.

Dina Ernawati, SP. dan Vidiyastuti Ari Yustiani, SP. FLUKTUASI SERANGAN PENYAKIT CACAR DAUN TEH (Exobasidium vexans Mass.) PADA TRIWULAN II 2013 DI WILAYAH KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Dina Ernawati, SP.

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008.

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008. lampiran Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008. Tanggal Uraian kegiatan Lokasi Prestasi kerja (satuan/ HOK) Standar Penulis 11Feb08

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

V. PEMODELAN SISTEM. Pengguna. Sistem Manajemen Dialog. Sistem Pengolahan Pusat. Gambar 7. Konfigurasi Program Aplikasi SCHATZIE 1.

V. PEMODELAN SISTEM. Pengguna. Sistem Manajemen Dialog. Sistem Pengolahan Pusat. Gambar 7. Konfigurasi Program Aplikasi SCHATZIE 1. V. PEMODELAN SISTEM 5.1. KONFIGURASI SISTEM Model perencanaan bahan baku industri teh di PTPN VIII Kebun Cianten dirancang dan dibuat dalam satu paket komputer sistem manajemen yang diberi nama SCHATZIE

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

Pengaruh Cairan Pembersih Lumut dan Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O.Kuntze) Asal Biji Setelah Dipangkas

Pengaruh Cairan Pembersih Lumut dan Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O.Kuntze) Asal Biji Setelah Dipangkas Planta Tropika Journal of Agro Science Vol 3 No 2 / Agustus 2015 Pengaruh Cairan Pembersih Lumut dan Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O.Kuntze) Asal Biji Setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak jenisnya, salah satunya yaitu tanaman teh yang mempunyai nilai ekonomi

I. PENDAHULUAN. banyak jenisnya, salah satunya yaitu tanaman teh yang mempunyai nilai ekonomi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman perkebunan yang tumbuh subur dan dikembangkan di Indonesia banyak jenisnya, salah satunya yaitu tanaman teh yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

Pengaruh pupuk majemuk NPK (27%:6%:10%) dibanding dengan pupuk tunggal pada tanaman teh menghasilkan klon GMB 7 di tanah Andisols

Pengaruh pupuk majemuk NPK (27%:6%:10%) dibanding dengan pupuk tunggal pada tanaman teh menghasilkan klon GMB 7 di tanah Andisols Jurnal Penelitian Teh dan Kina 15(2) 2012: 59-72 Pengaruh pupuk majemuk (27%:6%:10%) dibanding dengan pupuk tunggal pada tanaman teh menghasilkan klon GMB 7 di tanah Andisols The effect of compound fertilizer

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH i PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTA SENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH ANISA WINDHITA DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMETIKAN PUCUK TEH UNTUK MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIATER.

PENJADWALAN PEMETIKAN PUCUK TEH UNTUK MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIATER. ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2937 PENJADWALAN PEMETIKAN PUCUK TEH UNTUK MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIATER. SCHEDULING OF TEA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Aliran permukaan Data hasil pengamatan aliran permukaan pada setiap perlakuan disajikan pada Lampiran 4. Analisis ragam disajikan masing-masing pada Lampiran 11. Analisis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN Bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan suatu industri. Bahan baku yang baik menjadi salah satu penentu mutu produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian dilaksanakan di lahan tanaman tebu PT. PG. Rajawali II Unit PG. Subang yang terletak di blok Cidangdeur, desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA

KONDISI UMUM PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA KONDISI UMUM PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA Sejarah PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya (Kusuma Agrowisata) didirikan oleh Ir. Edy Antoro pada lahan seluas

Lebih terperinci

POTENSI HASIL DAN TOLERANSI KEKERINGAN SERI KLON TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) PGL DI KEBUN PRODUKSI PAGILARAN BAGIAN ANDONGSILI

POTENSI HASIL DAN TOLERANSI KEKERINGAN SERI KLON TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) PGL DI KEBUN PRODUKSI PAGILARAN BAGIAN ANDONGSILI POTENSI HASIL DAN TOLERANSI KEKERINGAN SERI KLON TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) PGL DI KEBUN PRODUKSI PAGILARAN BAGIAN ANDONGSILI YIELD POTENTIAL AND TOLERANCE TO DROUGHT OF THE PAGILARAN (PGL) SERIES

Lebih terperinci

Kata kunci gilir petik, klon, hasil, pertumbuhan

Kata kunci gilir petik, klon, hasil, pertumbuhan ABSTRAK DIANI NURJANAH. 2013. Pengaruh gilir petik terhadap pertumbuhan dan hasil berbagai klon tanaman teh(camellia sinensis L.). Dibawah bimbingan oleh H.M Subandi dan Dikayani. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci