PEMBAHASAN Prosedur Gudang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBAHASAN Prosedur Gudang"

Transkripsi

1 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi adalah menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman teh sehingga menghasilkan produksi yang optimal. Manfaat pemupukan secara khusus ditujukan untuk tanah dan tanaman teh. Manfaat pemupukan untuk tanah adalah pengembalian unsur hara yang telah tereksploitasi oleh tanaman teh. Manfaat pemupukan untuk tanaman adalah terpenuhinya unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman teh. Alasan lain bahwa kegiatan pemupukan merupakan kegiatan penting adalah kegiatan ini membutuhkan biaya yang paling banyak sehingga harus dilakukan secara efektif dan efisien. Kegiatan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi dilakukan dengan dua metode, yaitu pemupukan tanah dan pemupukan daun. Pemupukan melalui tanah dilakukan dengan cara memberikan pupuk yang dibenamkan ke dalam tanah. Pemupukan daun dilakukan dengan cara memberikan pupuk yang disemprotkan ke daun teh. Prosedur Gudang Gudang penyimpanan pupuk yang ada di Unit Perkebunan Tambi ada dua yaitu gudang induk dan gudang kebun. Gudang induk terletak di area kantor induk Unit Perkebunan Tambi. Gudang kebun terletak di lokasi masing-masing kantor blok. Teknis pelaksanaan pemupukan dimulai dari gudang induk, gudang kebun, dan kebun. Pupuk diperoleh dari gudang induk atas permintaan kebun yang telah disetujui oleh kepala bagian kebun dan asisten kepala bagian kebun. Pupuk yang diperoleh disimpan di dalam gudang kebun masing-masing blok. Pencampuran pupuk dilakukan maksimal satu hari sebelum dilaksanakannya kegiatan pemupukan. Pencampuran pupuk dilakukan di dalam gudang kebun sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan.

2 45 Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung memberikan rekomendasi mengenai pencampuran pemupukan, yaitu tidak melebihi waktu 24 jam dari pengaplikasiannya. Dasar pencampuran pupuk dari PPTK Gambung memperhatikan hal-hal di bawah ini: 1. Pupuk-pupuk yang mengandung amoniak (ammonium) tidak dapat dicampur dengan pupuk yang reaksinya alkalis/basa (kapur, fosfat alam) karena dapat menyebabkan mudah hilangnya nitrogen. 2. Pupuk yang mengandung fosfat larut dalam air (TSP, Amonium phospate) tidak boleh dicampur dengan pupuk yang mengandung Ca karena dapat menekan larutnya asam phospate. 3. Berbagai pupuk yang mudah larut dan higroskopis (Urea, KCl, pupuk-pupuk Nitrat) cenderung mengeras atau menggumpal setelah dicampur dengan beberapa pupuk tertentu (PPTK Gambung, 2002) Unit Perkebunan Tambi dilihat dari segi waktu pencampuran pupuk tidak menyimpang dari rekomendasi. Namun dalam hal pencampuran pemupukan, kebun tidak mengikuti rekomendasi. Pencampuran pemupukan dilakukan dengan mencampurkan seluruh pupuk pada satu waktu. Jenis Pupuk Jenis pupuk yang digunakan di Unit Perkebunan Tambi adalah Urea, Rock phospate, KCl, dan Kieserite. Secara umum pemberian jenis pupuk tersebut dapat dikatakan tepat untuk tanaman teh. Unsur hara yang terkandung dalam keempat pupuk tersebut antara lain N, P, K, dan Mg yang merupakan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman teh. Unsur S tidak setiap tahun diberikan karena belerang lebih dimanfaatkan untuk menambah kadar asam pada tanah. Unsur Zn diberikan ke tanaman teh dalam bentuk pupuk daun. Pupuk daun yang digunakan adalah ZnSO 4 dan Pupuk Pelengkap Cair (PPC). Kandungan hara dalam PPC antara lain N, P 2 O 5, K 2 O, Ca, Mg dan beberapa unsur hara mikro seperti Fe, Cu, Zn, Mn, Al, dan S. Jenis pupuk yang direkomendasikan oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung adalah pupuk yang mengandung unsur nitrogen (N), fosfor (P),

3 46 kalium (K), magnesium (Mg), dan seng (Zn) (Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, 1997). Unsur N pada tanaman teh merupakan unsur yang paling dibutuhkan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman teh; unsur P berperan sebagai stimulan dalam pembentukan akar dan jaringan meristem; unsur K pada tanaman teh mempunyai fungsi fisiologis khusus pada asimilasi zat arang; unsur Mg sebagai pengganti klorofil (Sutedjo, 2008). Unsur S selama ini masih belum dianggap penting bagi tanaman teh karena sering hanya dihubungkan dengan perlakuan untuk penurunan ph tanah dan pemberantasan penyakit akar (Wibowo, 2007). Unsur Zn yang terkandung dalam pupuk daun ZnSO 4 berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tunas. Menurut Sutedjo (2008), diperkirakan bahwa persenyawaan-persenyawaan Zn berfungsi pada pembentukan hormon auksin dan penting bagi keseimbangan fisiologis. Dosis Pupuk Dosis pupuk merupakan masalah yang paling kritis dan menentukan dalam pemupukan teh. Penetapan dosis pupuk dipengaruhi oleh formula susunan hara dari pupuk, tingkat kesuburan kimia tanah, tingkat kehilangan hara setelah aplikasi pupuk akibat kesalahan metode aplikasi (faktor efektivitas pupuk), dan kelembaban saat aplikasi. Formulasi pupuk dibuat atas dasar target produktivitas dan kadar hara dalam pucuk teh (Wibowo, 2007). Penetapan dosis sebelumnya lebih ideal dilakukan analisis tanah atau analisis daun. Unit Perkebunan Tambi pada tahun 2010 dan sebelumnya belum menggunakan analisis tanah dan analisis daun dalam menetapkan dosis pupuk tetapi hanya berdasarkan target produksi yang akan dicapai. Pedoman penetapan dosis pupuk di Unit Perkebunan Tambi hanya ditetapkan berdasarkan persentase N. Persentase N ditentukan dengan menghitung produktivitas yang akan dicapai dan menyesuaikan biaya yang tersedia. Keberhasilan pemupukan terlihat produksi atau produktivitas pucuk teh. Tabel 7 menunjukkan ketepatan dosis pupuk yang berdasarkan rekomendasinya. Pelaksanaan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi dapat dikatakan cukup baik

4 47 karena dosis yang diberikan tidak berbeda nyata antara rekomendasi dan realisasi. Pada umumnya semua jenis pupuk yang diaplikasikan di lapangan dosisnya lebih rendah daripada rekomendasi. Hal ini disebabkan anggaran biaya yang disediakan oleh perusahaan tidak mencukupi untuk membeli seluruh pupuk yang sesuai dengan rekomendasi. Selain itu, terbatasnya ketersediaan pupuk untuk tanaman perkebunan pada saat memasuki waktu dilaksanakannya kegiatan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi. Dasar pemberian dosis pupuk setiap tanaman teh berbeda berdasarkan tahun pangkasnya. Tanaman teh tahun pangkas II dan III dosis pupuknya 110 % dari dosis total sedangkan tanaman teh tahun pangkas I dan IV dosis pupuknya 90 % dari dosis total. Perbedaan ini mempunyai alasan yaitu tanaman teh tahun pangkas II dan III kondisinya sedang dalam produksi yang maksimal sehingga membutuhkan hara yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman teh tahun pangkas I dan IV. Tanaman teh tahun pangkas I merupakan tanaman pada kondisi setelah dilakukan pemangkasan sehingga produksinya belum optimal. Sedangkan tanaman teh tahun pangkas IV merupakan tanaman teh yang memasuki masa peremajaan sehingga produksi sudah mulai menurun. Tabel 8 menunjukkan dosis pupuk yang diberikan untuk setiap tanaman teh berdasarkan tahun pangkasnya. Tanaman teh tahun pangkas I dan IV sampel pupuk diambil di Bok Pemandangan dan Panama. Tanaman teh tahun pangkas II dan III sampel pupuk diambil di Blok Tanah Hijau dan Taman. Berdasarkan Tabel 8, terjadi perbedaan dosis antara rekomendasi dengan aplikasi di lapangan. Akan tetapi, analisis t-student yang dihasilkan menyatakan tidak terdapat perbedaan antara dosis rekomendasi dengan aplikasi di lapangan. Waktu Pemupukan Waktu pemupukan di Unit Perkebunan Tambi dilaksanakan 2 kali dalam satu tahun yaitu pada semester I (Februari April) dan Semester II (Oktober November). Hal ini disebabkan adanya faktor curah hujan yang mempengaruhi keefektifan pupuk. Waktu yang tepat pelaksanaan pemupukan adalah akhir musim hujan dan awal musim hujan yaitu sekitar bulan Februari April dan bulan

5 48 Oktober November. Pelaksanaan pemupukan semester I curah hujannya sudah tidak terlalu tinggi. Curah hujan pada bulan tersebut adala 143 mm per minggu. Hal ini sudah sesuai dengan curah hujan standar untuk pelaksanaan pemupukan yaitu mm per minggu (Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, 1997). Penyemprotan pupuk daun biasanya dilakukan setelah tanaman teh dipetik. Pengaplikasian pupuk daun dilakukan pada pukul WIB. Menurut Ghani (2002), waktu yang ideal untuk memupuk adalah pagi hari hingga pukul dan sore hari setelah pukul WIB. Cara pemupukan Ketepatan cara dan tempat dalam pelaksanaan pemupukan sangat berkaitan erat. Pemupukan dilaksanakan dengan cara dibenam sekitar tanaman dengan jarak lubang 20 cm dari tajuk tanaman dan kedalaman lubang cm (Gambar 8). Peletakkan pupuk pada lubang bertujuan agar pupuk tidak mudah menguap dan terbawa erosi. Gambar 8. Lubang Pupuk Satu lubang untuk 2 4 pohon yang diletakkan secara bergantian di baris tanaman antara pemupukan pertama dengan pemupukan kedua dan seterusnya (Gambar 9). Perakaran tanaman teh yang masih aktif terletak pada jarak cm dari perdu teh (Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, 1997). Dengan demikian cara pemupukan yang dilakukan oleh Unit Perkebunan Tambi sudah sesuai dengan rekomendasi.

6 49 Gambar 9. Denah Lubang Pupuk Penyemprotan pupuk daun dilakukan di atas permukaan daun teh. Cara pengaplikasian pupuk daun dengan menggunakan mist blower yaitu sudut corong dengan tanaman teh adalah 45. Tujuannya adalah agar pupuk daun dapat menyebar merata di permukaan daun teh. Arah corong tersebut harus searah dengan arah angin. Menurut Ghani (2002), cara memupuk daun adalah dengan mengarahkan semprotan ke permukaan daun bagian bawah karena stomata pada bagian bawah daun (epidermis bawah) jumlahnya lebih banyak. Dengan demikian, secara teknis metode pengaplikasian pupuk daun kurang tepat. Perlengkapan atau Alat Pemupukan Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, peralatan pemupukan disediakan sendiri oleh para pekerja. Perlengkapan pemupuk antara lain ember, alat takar, cangkul, celemek, dan sarung tangan. Ember, alat takar, dan cangkul merupakan alat yang wajib dibawa pekerja yang bertugas sebagai penabur dan pengoak. Alat takar yang digunakan adalah gelas plastik yang ukurannya telah dibuat sesuai dengan dosis pupuk yang akan diberikan. Celemek dan sarung tangan merupakan perlengkapan pelindung bagi para pekerja. Alat yang digunakan dalam pemupukan daun adalah mist blower dan knapsack sprayer. Mist blower digunakan pada tanaman teh yang sedang berproduksi sedangkan knapsack sprayer digunakan pada tanaman teh yang telah tumbuh setelah dipangkas.

7 50 Faktor Tenaga Kerja Manajemen tenaga kerja pemupuk di lapang terdiri dari pengawas/pembimbing, penabur pupuk, penggali lubang (pengoak), langsir, dan laden. Pengawas/pembimbing bertugas mengawasi proses pelaksanaan pemupukan. Pengawas/pembimbing bertanggungjawab mengawasi 5 sampai 7 pasang pemupuk. Pemupuk terdiri dari penabur pupuk dan penggali lubang pupuk (pengoak). Langsir merupakan pekerjaan yang membawa pupuk dari truk sampai dengan tempat yang dekat dengan lahan yang akan dipupuk. Laden merupakan pekerjaan yang membawa pupuk dari tempat diletakkannya pupuk untuk dibagibagikan kepada para penabur pupuk. Standar prestasi kerja pada kegiatan pemupukan adalah 0.15 ha/hk. Berdasarkan Tabel 9, blok yang tepat standar prestasi kerjanya adalah Blok Tanah Hijau. Adapun prestasi kerja yang tidak sesuai standar tersebut tidak berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk tenaga kerja pemupukan. Hal ini dikarenakan tenaga pemupuk di Unit Perkebunan Tambi sistem kerjanya adalah borongan. Prestasi kerja yang melebihi standar maka tenaga yang bekerja di lapang jumlahnya lebih sedikit dari jumlah yang telah ditentukan. Sebaliknya, prestasi kerja yang lebih sedikit dari standar berarti jumlah tenaga yang bekerja di lapang lebih banyak dari jumlah yang ditentukan. Upah untuk satu tenaga kerja pemupuk di Unit Perkebunan Tambi adalah Rp ,00 /ha. Jumlah pemupuk di Blok Tanah Hijau pada Tabel 10 jumlahnya bervariasi. Jumlah pemupuk paling sedikit adalah 10 orang yang bekerja pada tanggal 20 dan jumlah pemupuk yang paling banyak adalah 20 orang yang bekerja pada tanggal 20. Jumlah pemupuk yang berbeda-beda ini disebabkan adanya keterbatasan dalam ketersediaan tenaga kerja untuk kegiatan pemupukan. Akan tetapi, adanya pengaturan luasan lahan yang sesuai dengan ketersediaan tenaga kerja maka prestasi yang diperoleh tenaga kerja pemupuk sesuai dengan standar. Pelaksanaan Pemupukan Penetapan lokasi pemupukan setiap nomor kebun memerlukan pertimbangan, seperti kebersihan kebun dan jumlah tenaga kerja. Kebersihan

8 51 kebun yang dimaksud adalah lahan yang akan dipupuk harus bersih dari gulma. Kebersihan kebun yang memenuhi syarat untuk pemupukan adalah minimal 10 % kebun bebas dari gulma. Jumlah tenaga kerja juga menentukan area yang akan dipupuk. Misalnya jumlah tenaga kerja yang sedikit maka area akan dipupuk sebelumnya telah ditetapkan pada area yang sempit dan mudah terjangkau. Sistem pemupukan menggunakan sistem giringan. Pengawas atau pembimbing bertugas mengontrol ketepatan pembuatan lubang pupuk dan takaran dosis pupuk. Pelaksanaan pemupukan di lapang pada kenyataannya sedikit berbeda dengan ketentuan. Hal pertama yang terlihat adalah saat pelaksanaan pemupukan areanya belum bersih dari gulma sehingga terjadi persaingan dalam penyerapan hara (Gambar 10). Ketidaksesuaian dengan ketentuan juga terlihat pada kedalaman lubang pupuk yang kurang dari ketentuan bahkan ada yang tidak dibuat lubang pupuk. Selain itu, penutupan lubang setelah peletakkan pupuk ada yang tidak dilakukan sehingga dapat menyebabkan pupuk hanyut terbawa air hujan dan pupuk lebih cepat menguap karena pemanasan matahari. Gambar 10. Gulma di Sekitar Lubang Pupuk Takaran pupuk yang digunakan oleh Unit Perkebunan Tambi biasanya adalah wadah takar yang sudah disesuaikan banyaknya dengan dosis yang diperlukan. Akan tetapi, ada beberapa pekerja yang takarannya dengan menggunakan tangan yang didasarkan pada perkiraan. Hal ini menyebabkan dosis yang diberikan untuk tanaman tidak sesuai dengan ketentuan. Gambar 11 menunjukkan pemberian pupuk dengan wadah takar. Hal-hal yang tidak sesuai ketentuan tersebut menyebabkan ketidakefektifan pemupukan.

9 52 Gambar 11. Pemberian Pupuk dengan Takaran Hubungan Dosis Pupuk dan Produksi Pucuk Teh dengan Tahun Pangkas Berdasarkan Gambar 3, dosis masing-masing jenis pupuk di Blok Tanah Hijau mengalami kenaikan pada tanaman teh tahun pangkas I sampai dengan IV. Secara teori dosis pupuk yang diberikan pada tahun pangkas I dan IV lebih sedikit daripada dosis pupuk pada tahun pangkas II dan III. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya salah perhitungan ketika dalam menetapkan dosis pupuk. Sebab yang lainnya adalah terjadi kesalahan pencatatan pada laporan bulanan. Berdasarkan Gambar 4, produktivitas tanaman teh tidak sesuai dengan tahun pangkasnya. Tanaman teh tahun pangkas II seharusnya mempunyai produktivitas lebih tinggi daripada tanaman teh tahun pangkas I dan IV. Tanaman teh tahun pangkas IV juga seharusnya produktivitasnya lebih rendah daripada tanaman teh tahun pangkas II dan III. Hal ini disebabkan area di Blok Tanah Hijau untuk tanaman tua menghasilkan (TTM) lebih luas daripada area untuk tanaman muda menghasilkan (TMM). TTM merupakan tanaman teh asal seedling yang ditanam dengan jarak tanam yang lebih lebar daripada TMM. Populasi dari TTM tersebut lebih sedikit daripada populasi TMM. Produktivitas yang dihasilkan oleh TTM dapat lebih sedikit daripada produktivitas yang dihasilkan oleh TMM walaupun pada tahun pangkas II. Penyebab lain dari berbedanya grafik produksi terhadap tahun pangkas adalah data yang didapat kurang akurat. Data yang diperoleh tersebut tidak diolah melalui penghitungan secara benar setiap nomor kebun sehingga total produksi setiap nomor kebun tidak tepat. Data produksi

10 setiap nomor yang tidak tepat tersebut mengakibatkan produksi pucuk teh setiap nomor kebun tidak tepat juga. 53 Hubungan Produktivitas dengan Dosis Pupuk Perbedaan dosis pupuk yang terlihat pada Gambar 5 disebabkan adanya perbedaan persentase kandungan N yang telah ditetapkan oleh Unit Perkebunan Tambi. Rekomendasi persentase pupuk N tahun 2005 sampai 2009 adalah %, 8 %, 7.98 %, 8 %, dan 8 %. Presentase kandungan N tersebut ditetapkan dengan menghitung target produktivitas pucuk teh yang akan dicapai. Tahun 2005 pada Gambar 5 terlihat dosis pupuk yang digunakan paling tinggi yaitu kg. Hal ini dikarenakan persentase N yang ditetapkan pada tahun 2005 juga paling tinggi. Tahun 2006 persentase N yang ditetapkan lebih rendah daripada tahun 2005 sehingga produksi pucuk teh yang dihasilkan juga rendah bahkan dibawah rencana. Selain dosis pupuk yang rendah ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya produksi pucuk teh tahun 2006, diantaranaya adalah iklim. Menurut informasi asisten kepala bagian kebun, pada tahun 2006 terjadi kemarau yang panjang sehingga tanaman teh mengalami kekeringan. Cahaya matahari pada musim kemarau yang tinggi menyebabkan pupuk yang telah diberikan cepat menguap. Gambar 5 menunjukkan produksi pucuk teh tertinggi terlihat pada tahun 2007 dengan dosis pupuk kg. Peningkatan produksi yang tinggi disebabkan pertambahan keluasan tanaman menghasilkan (TM). Tahun 2006 luas TM ha dan tahun 2007 luas TM mencapai ha. Menurut informasi asisten kepala bagian kebun, pada tahun 2007 keadaan tanaman teh dalam kondisi yang baik sehingga perlakuan jumlah pupuk yang lebih sedikit dari tahun sebelumnya menghasilkan produksi yang banyak. Dengan demikian, dapat dikatakan dosis pupuk yang baik untuk peningkatan produksi terjadi pada tahun Dosis pupuk dengan persentase N 7.98 % dapat meningkatkan produksi yang melebihi rencana. Berdasarkan Gambar 5, pada tahun 2008 dosis pupuk yang digunakan terlihat paling rendah yaitu kg dengan persentse N 8 %. Produksi yang

11 54 dihasilkan pada tahun 2008 masih tergolong tinggi tetapi produksinya lebih rendah daripada tahun Hal ini disebabkan adanya penurunan dosis pupuk dan beberapa faktor yang kurang mendukung dalam proses produksi pucuk teh. Tahun 2009 dosis pupuk yang digunakan meningkat tetapi produksinya semakin menurun. Hal ini terjadi karena dimungkinkan pada tahun 2007 cara pemetikan yang dilakukan kurang benar sehingga terjadi eksploitasi pucuk teh. Eksploitasi pucuk teh tersebut menyebabkan kualitas tanaman menurun. Pemetikan yang di bawah standar atau pemetikan kasar akan menyebabkan daun pemeliharaan menipis. Daun pemeliharaan yang menipis tersebut akan menyebabkan tempat pengolah hara juga sedikit sehingga hasil fotosintat yang dihasilkan juga sedikit. Fotosintat yang sedikit akan menyebabkan banyak pucuk yang dorman atau banyak pertumbuhan pucuk burung. Banyaknya pucuk burung tersebut menyebabkan hasil produksi rendah jika tidak dilakukan pemetikan secara benar. Dengan demikian, pemberian pupuk yang tinggi tidak akan berpengaruh terhadap pucuk teh karena tempat pengolah unsur hara tersebut juga sedikit. Menurut Suwardi (1999), pemetikan pucuk tua menyebabkan produksinya banyak akan tetapi mutu pucuknya rendah. Akibat dari pemetikan pucuk tua maka penyembuhan luka bekas petikan memerlukan waktu yang lebih panjang sehingga pertumbuhan tunas selanjutnya menjadi lambat dan tanaman teh menjadi kurang sehat. Persentase realisasi pemupukan dapat dilihat juga dengan persentase realisasi produksi yang dicapai. Berdasarkan Tabel 11, persentase keberhasilan pemupukan tertinggi juga menghasilkan persentase keberhasilan produksi yang tertinggi juga. Tingkat keberhasilan pemupukan ini terlihat pada tahun Akan tetapi pada tahun-tahun yang lainnya tingkat keberhasilan pemupukan tidak selalu terlihat pada keberhasilan produksinya. Hal ini disebabkan bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi besarnya produksi pucuk teh. Faktor tersebut antara lain, iklim, keadaan tanaman, dan teknik budi daya tanaman teh yang lainnya.

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk tanaman penyegar yang mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan. Tiga kandungan utama dalam daun teh antara lain senyawa polifenol

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2010 Juli 2011. Pengambilan sampel urin kambing Kacang dilakukan selama bulan Oktober Desember 2010 dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang TINJAUAN PUSTAKA Kompos Kulit Buah Kakao Ada empat fungsi media tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang tersedia bagi tanaman,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Maret 2011. Pengambilan sampel urin kambing Etawah dilakukan pada bulan Maret sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, diantaranya tanaman buah, tanaman hias dan tanaman sayur-sayuran. Keadaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

LAPORAN DEMPLOT PEMUPUKAN ORGANIK

LAPORAN DEMPLOT PEMUPUKAN ORGANIK LAPORAN DEMPLOT PEMUPUKAN ORGANIK UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PALA Proyek Demplot inii Dibiayai oleh MERCYCORPS MALUKU Dengan Konsultan Pelaksana: Dr. Ir. I. Marzuki, M.Si Mei 2015 DAFTAR ISI KATA

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan METODE MAGANG 10 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, mulai tanggal 1 Maret 3 Juli 2010. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman 1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada ph 6-7, karena pada ph tersebut

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan perkembangan sel-sel baru sehingga terjadi penambahan ukuran dan diferensiasi jaringan. Tanaman dikatakan mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011 PEMBAHASAN Analisis Petik Analisis petik merupakan cara yang dilakukan untuk memisahkan pucuk berdasarkan rumus petiknya yang dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis petik yaitu menilai kondisi kebun

Lebih terperinci

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan 46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman selada cepat menghasilkan akar tunggang diikuti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

Imam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

Imam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah 6. MENGHITUNG TAKARAN PUPUK UNTUK PERCOBAAN KESUBURAN TANAH Imam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah Pengertian Pupuk Pupuk adalah suatu

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia, namun sampai saat ini perhatian masyarakat petani kepada kacang

I. PENDAHULUAN. Indonesia, namun sampai saat ini perhatian masyarakat petani kepada kacang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminosae yang cukup penting di Indonesia, namun sampai saat ini perhatian masyarakat petani kepada kacang hijau masih kurang,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Efesiensi pemupukan berkaitan

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

PEMUPUKAN TANAMAN CABAI Oleh : Isnawan BP3K Nglegok

PEMUPUKAN TANAMAN CABAI Oleh : Isnawan BP3K Nglegok PEMUPUKAN TANAMAN CABAI Oleh : Isnawan BP3K Nglegok 1. LATAR BELAKANG Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

Pupuk Organik Cair AGRITECH

Pupuk Organik Cair AGRITECH Pupuk Organik Cair AGRITECH LATAR BELAKANG TERJADINYA KERUSAKAN PADA ALAM / Lahan Pertanian--- TUA (TANAH, UDARA, & AIR) 1. Tanah : Tandus, Gersang, Tercemar. 2. Udara : Panas Global efek dari rumah kaca.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk 35 PEMBAHASAN Pahan (2008) menyebutkan bahwa pemupukan kelapa sawit dilakukan pada tiga tahap perkembangan tanaman, yaitu tahap pembibitan, TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), dan TM (Tanaman Menghasilkan).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif 15 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865 Perusahaan Perkebunan Tambi adalah salah satu perusahaan milik Belanda, dengan nama Bagelen Thee en

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

Novelgro Terra & NPK Organik

Novelgro Terra & NPK Organik Novelgro Terra & NPK Organik Aplikasinya pada HTI Eukaliptus Peningkatan volume akar Mengaktifkan Sistem Enzim Tanaman Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit, serta stress lingkungan.

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Rumput Jumlah Daun Hasil penghitungan jumlah daun menunjukan terjadinya penurunan rataan jumlah daun pada 9 MST dan 10 MST untuk rumput raja perlakuan D0, sedangkan untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 10 MODULE PELATIHAN PENANAMAN DURIAN Oleh : Ulfah J. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit menjadi pemimpin dalam penghasil minyak nabati dunia (2006), dengan produksi 37,1 juta ton dari buah kelapa sawit dan lebih dari 4,3 juta ton dari kernel

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi 4.1.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman pada saat tanaman berumur 4 MST dan 8 MST masingmasing perlakuan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Bagian yang perlu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea, L.) merupakan kelompok tanaman sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman sawi yang murah dan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang akan ditanam, termasuk pada tanaman yakon yang. merupakan jenis tanaman perdu yang hidup secara liar.

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang akan ditanam, termasuk pada tanaman yakon yang. merupakan jenis tanaman perdu yang hidup secara liar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media tanam merupakan komponen utama yang diperlukan dalam budidaya suatu tanaman. Ada berbagai macam media tanam, akan tetapi tidak semua jenis media tanam

Lebih terperinci

SYEKHFANI Fakultas Pertanian Universitas Brawijyaa

SYEKHFANI Fakultas Pertanian Universitas Brawijyaa SYEKHFANI Fakultas Pertanian Universitas Brawijyaa 2 SYARAT TUMBUH 3 Tanaman jagung berasal dari daerah tropis, tdk menuntut persyaratan lingkungan yg terlalu ketat, dpt tumbuh pd berbagai macam tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN Unsur hara yang diperuntukkan untuk tanaman terdiri atas 3 kategori. Tersedia dari udara itu sendiri, antara lain karbon, karbondioksida, oksigen. Ketersediaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara lain kemantapan agregat yang rendah sehingga tanah mudah padat,

TINJAUAN PUSTAKA. antara lain kemantapan agregat yang rendah sehingga tanah mudah padat, TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol Beberapa masalah fisik yang sering dijumpai dalam pemanfaatan ultisol antara lain kemantapan agregat yang rendah sehingga tanah mudah padat, permeabilitas yang lambat dan

Lebih terperinci

Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman A. Tujuan Mengetahui pengaruh nutrisi terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. B. Dasar Teori Pertumbuhan adalah perubahan biologis yang dipengaruhi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600- 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 LAMPIRAN 61 62 Tanggal Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 7 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2012 di kebun percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga, Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak varietasnya (Rukmana, 2005). Kedudukan tanaman kacang hijau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci