PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik"

Transkripsi

1 PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara cm dan pertumbuhan tanaman teh secara alami dapat mencapai m. Ketinggian bidang petik yang ideal untuk pemetikan adalah sekitar cm. Jika ketinggian bidang petik telah melebihi 125 cm, akan menimbulkan kesulitan dalam pemetikan, maka untuk memudahkan pemetikan dilakukan pemangkasan setiap empat tahun sekali (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, rata-rata tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Tanjungsari mengalami kenaikan dari tanaman tahun pangkas I hingga III, kemudian mengalami penurunan pada tanaman tahun pangkas IV (Gambar 15). Data tinggi bidang petik merupakan peubah acak kontinu karena merupakan data yang diperoleh dari hasil pengukuran. Rata-rata tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Tanjungsari yaitu untuk tahun pangkas I mencapai cm, tahun pangkas II mencapai cm, tahun pangkas III mencapai cm, dan tahun pangkas IV mencapai cm. Gambar 15. Rata-rata Tinggi Bidang Petik Berdasarkan Tahun Pangkas di Unit Perkebunan Tanjungsari pada Tahun 2011

2 57 Penurunan tinggi bidang petik pada tanaman tahun pangkas IV disebabkan oleh keterampilan tenaga pemetik, yaitu pelaksanaan pemetikan dilakukan hingga berada di bawah bidang petik (terlalu dalam) sehingga menyebabkan bidang petik menjadi rendah. Berkaitan dengan tahun pangkas, semakin tua tahun pangkas, maka akan semakin lama pertumbuhan tunas baru (Setyamidjaja, 2000). Pertumbuhan tunas baru yang lebih lambat menyebabkan pertambahan tinggi bidang petik semakin rendah karena pada tahun pangkas IV didominasi oleh pucuk burung. Menurut informasi dari wawancara dengan Kepala Subbagian Kebun (Kasubag), pucuk burung akan mengalami perubahan menjadi pucuk peko kembali setelah 95 hari. Pembilasan merupakan salah satu Program Recovery yang sedang diterapkan oleh Unit Perkebunan Tanjungsari, guna mengurangi tertinggalnya pucuk burung yang tertinggal di atas bidang petik. Hasil yang diperoleh berdasarkan uji t-student, rata-rata tinggi bidang petik untuk tanaman teh tahun pangkas I, II, dan III menunjukan tidak berbeda dengan standar yang berlaku dari tiga perkebunan yaitu Unit Perkebunan Tanjungsari, PT Tambi, Wonosobo; Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Solo; Perkebunan Rumpun Sari Medini, Kendal. Uji t-student digunakan untuk membandingkan tinggi petik di Unit Perkebunan Tanjungsari dengan beberapa standar kebun lainnya. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 17, 18, dan 19. Lain halnya pada tanaman tahun pangkas IV, karena berdasarkan uji t-student, hasilnya menunjukan bahwa rata-rata tinggi bidang petik hasil pengamatan berbeda nyata dengan rata-rata tinggi bidang petik dari standar tiga perkebunan lainnya. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 17. Perbandingan Rata-rata Hasil Tinggi Bidang Petik Tahun Pangkas I dengan Beberapa Standar Kebun Tinggi Bidang Petik n (jumlah) Rata-rata Tinggi Bidang Petik (cm) Hasil Pengamatan a Standar Kebun a Sumber : Hasil Pengamatan dan Data Sekunder Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student dengan taraf 5%

3 58 Tabel 18. Perbandingan Rata-rata Hasil Tinggi Bidang Petik Tahun Pangkas II dengan Beberapa Standar Kebun Tinggi Bidang Petik n (jumlah) Rata-rata Tinggi Bidang Petik (cm) Hasil Pengamatan a Standar Kebun a Sumber : Hasil Pengamatan dan Data Sekunder Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student dengan taraf 5% Tabel 19. Perbandingan Rata-rata Hasil Tinggi Bidang Petik Tahun Pangkas III dengan Beberapa Standar Kebun Tebal Daun Pemeliharaan n (jumlah) Rata-rata Tinggi Bidang Petik (cm) Hasil Pengamatan a Standar Kebun a Sumber : Hasil Pengamatan dan Data Sekunder Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student dengan taraf 5% Tabel 20. Perbandingan Rata-rata Hasil Tinggi Bidang Petik Tahun Pangkas IV dengan Beberapa Standar Kebun Tinggi Bidang Petik n (jumlah) Rata-rata Tinggi Bidang Petik (cm) Hasil Pengamatan a Standar Kebun b Sumber : Hasil Pengamatan dan Data Sekunder Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata berdasarkan uji t-student dengan taraf 5% Tinggi bidang petik tanaman pada tahun pangkas IV di Unit Perkebunan Tanjungsari hanya mencapai cm. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan standar tinggi bidang petik pada tanaman tahun pangkas IV di Unit Perkebunan Tanjungsari sebesar 130 cm, di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Solo, sebesar 105 cm dan Perkebunan Rumpun Sari Medini, Kendal, sebesar 115 cm. Rendahnya tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Tanjungsari juga disebabkan oleh penggunaan gunting petik yang dapat menyebabkan luka petik yang ditimbulkan terlalu banyak dan dalam sehingga tinggi bidang petik menjadi rendah, serta pembentukan tunas baru juga membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pemetikan secara manual.

4 59 Tanaman tahun pangkas IV di Unit Perkebunan Tanjungsari tetap akan mengalami pemangkasan meskipun tingginya masih dapat dicapai oleh pemetik. Hal ini disesuaikan dengan standar gilir pangkas yang telah ditetapkan oleh Unit Perkebunan Tanjungsari yaitu empat tahun sekali. Pemangkasan juga dilakukan atas dasar kondisi tanaman yang telah mengalami penurunan pertumbuhan pucuk peko, penurunan produktivitas, serta sebagai langkah peremajaan tanaman. Pada tahun ini, pelaksanaan pemangkasan terjadi keterlambatan, yang seharusnya telah dilakukan pada bulan Februari, maka saat ini baru dimulai pada bulan April dan hanya untuk beberapa areal kebun saja, sisanya akan dilanjutkan pada bulan November. Berdasarkan hasil uji korelasi antara tinggi bidang petik (Y) dengan tahun pangkas (X), diperoleh persamaan y = 2.952x dengan koefisien korelasi (r) Persamaan tersebut menunjukkan adanya hubungan yang positif dan untuk nilai r menunjukkan keeratan yang tinggi antara nilai X dan Y. Hubungan yang positif memiliki arti bahwa, semakin tua tahun pangkas, maka tinggi bidang petik akan semakin tinggi. Tebal Daun Pemeliharaan Tebal daun pemeliharaan harus cukup memadai karena berperan dalam pengadaan fotosintat yaitu untuk menunjang pertumbuhan pucuk. Selain itu, tebal daun pemeliharaan juga harus dipertahankan untuk menjaga agar tanaman tetap dalam kondisi pertumbuhan yang sehat. Ketebalan daun pemeliharaan yang optimal adalah cm (Setyamidjaja, 2000). Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, rata-rata tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Tanjungsari adalah 29 cm. Jika diamati berdasarkan tahun pangkasnya (Tabel 6), maka hasilnya menunjukan bahwa ratarata tebal daun tertinggi ada pada tanaman tahun pangkas III, kemudian tahun pangkas I, IV, dan yang terkecil adalah tahun pangkas II. Hasil tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis tanaman teh pada tiap tahun pangkas yang diamati, untuk tahun pangkas I klonnya adalah Gambung 7 (Blok Kutilang, Murai, dan Gelatik), tahun pangkas II adalah Gambung 7 (Blok Kutilang dan Gelatik) dan TRI 2024 (Blok Murai), tahun pangkas III klonnya adalah Gambung 7 (Blok Murai dan Gelatik) dan tanaman yang berasal dari biji hasil persilangan dua jenis klon

5 60 (seedling) (Blok Kutilang), sedangkan tahun pangkas IV terdiri dari klon TRI 2024 (Blok Murai dan Gelatik) dan Gambung 7 (Blok Kutilang). Pelaksanaan pemetikan sangat berkaitan erat pertumbuhan tunas-tunas baru. Kecepatan pertumbuhan tunas dipengaruhi oleh daun-daun tua yang berada di bawah bidang petik yang disebut tebal daun pemeliharaan. Rata-rata ketebalan daun terbesar ada pada Blok Gelatik, yang didominasi oleh klon Gambung 7. Klon Gambung 7 memiliki jarak antar ruas daun yang paling lebar yaitu 4-5 cm dibandingkan dengan TRI 2024 yang hanya memiliki jarak antar buku yaitu 3 cm, serta 2-3 cm untuk tanaman yang berasal dari biji hasil persilangan dua jenis klon (seedling), sehingga klon Gambung 7 memiliki tebal daun dengan rata-rata yang terbesar dari yang lainnya. Selain itu, kondisi kebun yang sedang dalam kondisi tidak sehat juga mempengaruhi ketebalan daun pemeliharaan yang ada, seperti serangan Blister blight yang mencapai 21.81% serta kurangnya kebutuhan unsur hara tambahan yang diperlukan tanaman. Tipisnya daun pemeliharaan pada tahun pangkas II dan IV juga dapat disebabkan penggunaan gunting petik, karena dapat menyebabkan lapisan daun pemeliharaan akan semakin tipis karena pemetikan yang tidak dilakukan secara selektif. Terkait dengan gilir petik, yaitu gilir petik yang panjang, menyebabkan semakin tebalnya daun pemeliharaan, karena banyak tunas yang tumbuh akan semakin tinggi. Tetapi, hal tersebut mengalami penyimpangan pada Unit Perkebunan Tanjungsari karena pada blok yang memiliki gilir petik paling panjang, tebal daun pemeliharaan paling tipis. Hal ini terjadi kondisi kebun yang sedang dalam kondisi tidak sehat juga mempengaruhi ketebalan daun pemeliharaan yang ada, seperti serangan cacar daun (Blister blight) serta kurangnya kebutuhan unsur hara tambahan yang diperlukan tanaman sehingga sulit untuk mempertahankan tebal daun pemeliharaan. Blok Kutilang merupakan blok yang memiliki ketinggian yang paling tinggi sehingga kelembaban udaranya tinggi. Hal tersebut menyebabkan mudahnya tanaman teh pada Blok Kutilang terserang penyakit cacar daun yang dapat menyebabkan tipisnya daun pemeliharaan. Berdasarkan analisis dengan uji t-student menunjukan bahwa rata-rata tebal daun pemeliharaan hasil pengamatan berbeda nyata dengan rata-rata tebal

6 61 daun pemeliharaan dari tiga standar perkebunan (Unit Perkebunan Tanjungsari, PT Tambi,Wonosobo; Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirta Sentosa, Solo; Perkebunan Rumpun Sari Medini, Kendal) yaitu hanya sebesar 23 cm. Hasil tersebut menunjukan bahwa tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Tanjungsari cukup tebal bila dibandingkan dengan beberapa standar perkebunan, meskipun kondisi kebun sedang tidak sehat. Hasil perbandingan analisis tebal daun pemeliharaan dengan beberapa standar perkebunan dengan menggunakan uji t-student tersebut dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Perbandingan Rata-rata Hasil Tebal Daun Pemeliharaan dengan Beberapa Standar Kebun Tebal Daun Pemeliharaan n (jumlah) Rata-rata tebal daun pemeliharaan (cm) Hasil Pengamatan a Standar Kebun b Sumber : Hasil Pengamatan Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata berdasarkan uji t-student dengan taraf 5% Berdasarkan hasil uji korelasi antara tebal daun pemeliharaan (Y) dengan tahun pangkas (X), diperoleh persamaan yaitu y = x dengan koefisien korelasi (r) Persamaan tersebut menunjukkan adanya hubungan yang negatif dan untuk nilai r menunjukkan keeratan yang rendah antara nilai X dan Y. Hubungan yang negatif memiliki arti, bahwa nilai dari tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Tanjungsari tidak begitu dipengaruhi oleh tahun pangkas. Rata-rata tebal daun pemeliharaan berdasarkan tahun pangkas dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Rata-rata Tebal Daun Pemeliharaan Berdasarkan Tahun Pangkas di Unit Perkebunan Tanjungsari pada Tahun 2011

7 62 Saat ini, Unit Perkebunan Tanjungsari sedang melaksanakan Program Recovery, salah satu kegiatannya adalah untuk menaikkan tebal daun pemeliharaan yaitu penggabaran. Dengan adanya kegiatan penggabaran diharapkan mampu menaikkan tebal daun pemeliharaan menjadi 45 cm atau jumlah daun yang sejajar sebanyak 8 buah dari standar tebal daun pemeliharaan yang telah ditentukan yaitu cm atau jumlah daun yang sejajar sebanyak 3-4 daun. Selain itu, untuk jangka panjang, kegiatan penggabaran dimaksudkan untuk meningkatkan produksi serta produktivitas pucuk daun teh di Unit Perkebunan Tanjungsari. Persentase Potensi Tumbuh Pucuk Pucuk adalah hasil utama yang dipanen dari tanaman teh yang akan menentukan kualitas dari teh jadi. Ketersediaan pucuk sebagai bahan baku pengolahan harus selalu tersedia di atas bidang petik agar keberlanjutan produksi tetap terjaga. Potensi pucuk pada bidang petik dipengaruhi oleh ketersediaan pucuk burung dan pucuk peko. Pucuk peko adalah pucuk yang berada dalam periode aktif yang ditandai dengan bentukan daun yang menggulung, sedangkan pucuk burung adalah pucuk yang berada dalam periode dorman yang ditandai dengan bentukan pucuk seperti titik. Keberadaan pucuk juga menjadi indikator akan kondisi tanaman, jika kondisi tanaman sehat dan kebutuhan unsur hara cukup maka periode pucuk peko akan semakin lama. Sebaliknya, jika tanaman dalam kondisi yang tidak sehat dan kekurangan unsur hara maka periode pucuk burung akan semakin lama. Munculnya pucuk burung dapat digunakan sebagai indikasi menurunnya kesehatan tanaman (Gustiya, 2005). Pada Gambar 17, terlihat bahwa persentase pucuk burung tertinggi ada pada tanaman tahun pangkas ke-iv mencapai 64.95%. Hal ini terjadi karena semakin tua tahun pangkasnya, maka semakin banyak cabang yang tumbuh sehingga terjadi persaingan antar pucuk yang semakin besar dalam mendapatkan fotosintat. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan pucuk terhambat atau pucuk dalam kondisi dorman karena kurangnya penyaluran hasil fotosintat. Semakin banyak pucuk burung pada bidang petik, maka akan menyebabkan jumlah pucuk yang akan dipetik pada siklus berikutnya akan terbatas.

8 63 Terkait dengan semakin banyaknya cabang pada perdu, akan menyebabkan cadangan hara (pati) yang ada akan lebih terkonsetrasi ke pertumbuhan akar-akar, sehingga penyaluran fotosintat untuk pertumbuhan pucuk berkurang yang mengakibatkan pucuk tumbuh lebih banyak dalam kondisi dorman. Selain itu, semakin tua umur cabang, maka tingkat dormansi tunas semakin kuat sehingga semakin lama pertumbuhan tunas (pucuk peko) (Sukasman, 1988). Menurut hasil wawancara pihak dengan Kepala Subbagian Kebun, hal itu disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan pucuk burung menjadi pucuk peko yang memerlukan waktu selama 95 hari. Salah satu Program Recovery yang sedang diterapkan oleh Unit Perkebunan Tanjungsari, guna mengurangi tertinggalnya pucuk burung yang tertinggal di atas bidang petik adalah pembilasan. Pembilasan dilakukan dengan melakukan pemetikan kembali untuk pucuk burung yang masih tertinggal di atas bidang petik. Pada Gambar 17, terlihat bahwa pertumbuhan pucuk burung pada tahun pangkas I di Unit Perkebunan Tanjungsari, cukup tinggi (mencapai 45.35%) dibandingkan dengan standar di perkebunan lain, seperti pada Unit Perkebunan Tambi yang hanya mencapai 25.63% (Qibtiyah, 2009). Hal tersebut dipengaruhi oleh keterampilan tenaga pemetik yang sering kali tidak bersih dalam melakukan pemetikan. Artinya, masih banyak pucuk burung yang tertinggal di atas bidang petik, yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pucuk peko karena periode pucuk burung yang lama. Penggunaan gunting petik juga cenderung menyebabkan tenaga pemetik menjadi kurang selektif. Kesehatan tanaman juga sangat mempengaruhi kondisi pucuk di lapang. Persentase pucuk burung yang tinggi di atas bidang petik, akan menyebabkan tanaman akan semakin tidak produktif. Beberapa kerugian akan muncul seperti semakin banyaknya hasil fotosintat yang digunakan untuk pertumbuhan pucuk burung dan proses pertumbuhan pucuk burung membutuhkan waktu yang lama yaitu 95 hari dan hasilnya hanya akan berupa peko nagok. Peko nagok adalah pertumbuhan peko setelah melalui fase burung, tetapi memiliki pertumbuhannya yang lambat yaitu tiga bulan.

9 64 Gambar 17. Hubungan antara Tahun Pangkas dengan Persentase Potensi Tumbuh Pucuk Persentase pucuk peko tertinggi ada pada tanaman tahun pangkas ke-i yang mencapai 54.65%. Semakin banyaknya pucuk peko di atas bidang petik, maka akan semakin tinggi potensi pucuk yang dapat dipetik. Pada tanaman tahun pangkas II dan III, persentase pucuk peko masih relatif tinggi karena pada tahun pangkas tersebut tanaman masih dalam kondisi yang optimal dalam produksi. Tetapi, pada tahun pangkas III, persentase pucuk burung juga sudah mulai tinggi. Hal ini bisa terjadi terkait dengan keterampilan pemetik, apabila pemetikan tidak dilakukan dengan bersih atau banyak meninggalkan pucuk burung di atas bidang petik maka akan meningkatkan persentase pucuk burung. Dalam hal jumlah tumbuhnya pucuk, maka jumlah pucuk tertinggi di Unit Perkebunan Tanjungsari terjadi pada tanaman tahun pangkas I, sedangkan jumlah pertumbuhan pucuk terendah terjadi pada tanaman tahun pangkas IV. Hal ini terjadi semakin lama umur tahun pangkas tanaman, maka pertumbuhan pucuk akan semakin lambat. Pada akhirnya produksi dan produktivitas juga akan ikut menurun. Pada Tabel 8, juga terlihat bahwa pertumbuhan pucuk pada tanaman tahun pangkas II lebih rendah dibandingkan dengan tanaman tahun pangkas III. Hal ini disebabkan oleh kondisi kebun yang tidak sehat sehingga sangat mempengaruhi jumlah pucuk yang dapat tumbuh. Kekurangan unsur tambahan (pupuk) yang diperlukan juga menjadi faktor yang menyebabkan kondisi tanaman tidak sehat. Selain itu, serangan hama dan penyakit yang terjadi di Unit Perkebunan Tanjungsari juga dapat mengurangi jumlah pucuk yang dapat tumbuh.

10 65 Berdasarkan hasil uji korelasi antara persentase potensi tumbuh pucuk baik pucuk peko ataupun pucuk burung (Y) dengan tahun pangkas (X), diperoleh persamaan untuk pucuk peko, y = -5.88x dengan koefisien korelasi (r) dan untuk pucuk burung, y = 6.08x dengan koefisien korelasi (r) Untuk pucuk peko, persamaan tersebut menunjukkan adanya hubungan yang negatif dan untuk nilai r menunjukkan keeratan yang tinggi antara nilai X dan Y. Hubungan yang negatif memiliki arti bahwa, semakin bertambahnya tahun pangkas, maka persentase pucuk peko akan semakin menurun. Untuk pucuk burung, persamaan tersebut menunjukkan adanya hubungan yang positif dan untuk nilai r menunjukkan keeratan yang tinggi juga antara nilai X dan Y. Hubungan yang positif memiliki arti bahwa, semakin bertambahnya tahun pangkas, maka persentase pucuk burung akan semakin meningkat. Diameter Bidang Petik Salah satu faktor yang menunjang untuk pertumbuhan pucuk pada tanaman teh adalah kondisi bidang petik tanaman. Bidang petik harus terpelihara agar mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah yang tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa rata-rata diameter bidang petik di Unit Perkebunan Tanjungsari yaitu cm. Berdasarkan umur tahun pangkasnya, diameter mengalami pertambahan ukuran semakin dengan bertambahnya umur pangkas dan mencapai ukuran terbesar pada tanaman tahun pangkas III, lalu mengalami penurunan pada tanaman tahun pangkas IV. Ukuran diameter bidang petik terbesar pada tanaman tahun pangkas III, hal ini disebabkan oleh adanya jenis tanaman seedling, yang memiliki morfologi perdu yang paling besar, sehingga mempengaruhi hasil rata-rata dari tanaman tahun pangkas III. Diameter bidang petik selain dipengaruhi oleh umur pangkas, juga dipengaruhi oleh jenis klon dan kesehatan tanaman. Penurunan pada tahun pangkas IV juga dapat terjadi karena kesehatan tanaman yang tidak sehat, seperti adanya serangan penyakit Blister blight dan jenis klon yang semakin mudah terserang penyakit ini yaitu klon TRI Klon tersebut merupakan jenis klon yang mudah terserang penyakit cacar daun dan memiliki ukuran daun yang lebih kecil jika dibandingkan dengan Gambung 7 sehingga berpengaruh pada diameter bidang petik.

11 66 Pengaruh penurunan diameter bidang petik pada tahun pangkas IV juga terjadi karena semakin lambatnya tanaman dalam menghasilkan pucuk, dan tanaman lebih cenderung tumbuh ke fase generatif yaitu pembentukan buah dan bunga sehingga cenderung mengalami penurunan diameter bidang petik. Hasil pengamatan rata-rata diameter bidang petik di Unit Perkebunan Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Rata-rata Diameter Bidang Petik Berdasarkan Umur Pangkas di Unit Perkebunan Tanjungsari Rata-rata Diameter Bidang Petik Blok Tahun Pangkas ke- I II III IV...cm... Kutilang Murai Gelatik UP Tanjungsari Sumber : Hasil Pengamatan Gilir Petik Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada areal (kebun) yang sama, dan dihitung dalam hari. Menurut Pusat Penelitian Gambung Teh dan Kina (2006), panjang pendeknya gilir petik tergantung pada kecepatan pertumbuhan pucuk, sedangkan kecepatan pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh iklim, umur pangkas, kesehatan tanaman, dan ketinggian tempat. Daur petik yang tepat akan menghasilkan mutu pucuk yang bermutu tinggi (Suwardi, 1999). Standar gilir petik di Unit Perkebuan Tanjungsari adalah 9-11 hari, tetapi standar pada setiap blok berbeda-beda. Berdasarkan pengamatan langsung yang telah dilakukan selama Maret-Mei 2011, gilir petik di Unit Perkebunan Tanjungsari mengalami beberapa perubahan atau pergeseran yakni menjadi lebih panjang dari standar yang telah ditetapkan (Tabel 7). Adanya penyimpangan data hasil pengamatan disebabkan oleh pengamatan yang dilakukan bersamaan dengan Program Recovery yang sedang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tanjungsari. Program Recovery yang ada sedang melaksanakan

12 67 perlakuan-perlakuan baru yang berbeda dengan standar yang ada, seperti perlakuan penggabaran dan skipping off. Penggabaran dan skipping off merupakan tindakan meniadakan kegiatan pemetikan untuk beberapa waktu. Penggabaran dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pemetikan seperti biasa, lalu selanjutnya dibiarkan selama 2-3 siklus petik yang bertujuan untuk meninggikan tebal daun pemeliharaan. Skipping off dilakukan dengan melakukan pemetikan tanpa memperhitungkan jenis pucuk yang dipetik karena lebih memfokuskan untuk meratakan bidang petik. Tujuan dari skipping off adalah untuk meratakan bidang petik dan untuk menyehatkan kembali tanaman yang sedang dalam kondisi tidak baik. Perlakuan skipping off dilaksanakan selama dua bulan. Dengan adanya kegiatan penggabaran dan skipping off, maka gilir petik menjadi lebih lama untuk beberapa areal kebun. Tetapi, gilir petik akan semakin pendek pada areal kebun dalam kondisi normal (tidak mendapat perlakuan dalam Program Recovery). Hal ini terjadi karena untuk menyesuaikan dengan areal kebun yang ada yang tidak mendapatkan perlakuan, sehingga pelaksanaan pemetikan dapat menjadi lebih cepat. Pada blok yang letaknya paling tinggi memiliki siklus petik yang lebih panjang dari standar yang ditetapkan yaitu mencapai 8-17 hari. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan pucuk berlangsung lebih lama karena terkait dengan intensitas cahaya matahari dan suhu udara yang rendah. Semakin tinggi ketinggian kebun, maka akan memperpanjang gilir petiknya. Kesehatan tanaman juga mempengaruhi gilir petik, yang terkait dengan pertumbuhan pucuk. Tetapi, karena kondisi tanaman di Unit Perkebunan Tanjungsari sedang tidak sehat, maka gilir petiknya semakin panjang. Selain itu, gilir petik yang semakin lama juga dipengaruhi oleh pelaksanaan kegiatan-kegiatan kebun lainnya yang saat ini banyak mengalami kemunduran dalam pelaksanaan waktu seperti pemupukan yang membutuhkan waktu yang lebih lama, sehingga mempengaruhi gilir petik. Penggunaan tenaga pemetik untuk kegiatan pemupukan terkadang juga dilakukan karena kurangnya tenaga kerja untuk melakukan pemupukan, sehingga hal tersebut juga sangat mempengaruhi kegiatan pemetikan. Dampak dari terlalu panjangnya gilir petik yaitu akan mengakibatkan pucuk lewat petik (kaboler). Beberapa kerugian akibat

13 68 kaboler yaitu mutu pucuk akan menurun, pucuk yang dihasilkan tidak seragam, hama dan penyakit akan lebih cepat berkembang. Hanca Petik Luas areal yang harus selesai dipetik dalam satu hari disebut dengan hanca petik. Hanca petik per dari tiap blok berbeda-beda karena ditentukan berdasarkan luas areal yang dipetik/hari, jumlah patok/ha dan jumlah tenaga pemetik. Terkait dengan gilir petik, maka gilir petik memiliki hubungan yang negatif dengan hanca petik, semakin gilir petik semakin pendek maka akan semakin besar hanca petik maka dan begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil pengamatan, hanca petik pada blok yang memiliki ketinggian tertinggi yaitu Blok Kutilang lebih besar dari blok yang lebih rendah ketinggiannya yaitu Blok Murai dan Gelatik (Tabel 9). Hal ini disebabkan karena pengaruh jumlah tenaga petik, semakin banyak tenaga petik maka hanca petik semakin kecil. Hal ini terlihat pada hasil pengamatan, yaitu pada Blok Gelatik dan Murai dengan jumlah tenaga petiknya lebih banyak yaitu masing-masing 60 orang, hanca petiknya lebih kecil dibandingkan dengan Blok Kutilang yang hanya berjumlah 50 orang. Selain itu, luasan areal yang paling luas menyebabkan Blok Kutilang (57.79 ha) menyebabkan memiliki hanca petik terbesar dibandingkan dengan Blok Murai (53.12 ha) dan Blok Gelatik (54.19 ha). Semakin baik kondisi pucuk dengan diikuti luas areal yang semakin luas, maka hanca petik akan semakin besar juga dan begitu juga sebaliknya. Realisasi penyelesaian hanca petik di lapang dengan rencana yang ditetapkan (2-2.5 patok atau ha/hk) sering kali tidak selalu sama, tetapi hanca petik per pemetik di Unit Perkebunan Tanjungsari hampir mendekati standar yang telah ditentukan yaitu pada Blok Murai dan Blok Gelatik yaitu masing-masing ha/hk (1.65 patok/hk) dan ha/hk (1.83 patok/ha). Hal ini disebabkan oleh terbatasnya waktu kegiatan pemetikan dan untuk mengatasi hal ini, biasanya hanca petik yang belum terselesaikan akan diselesaikan keesokan harinya.

14 69 Jumlah Tenaga Petik Unit Perkebunan Tanjungsari memiliki tiga blok yang terdiri dari enam kemandoran petik dengan jumlah keseluruhan untuk tenaga pemetik yaitu 170 orang. Berdasarkan hasil perhitungan, rasio tenaga kerja pada tahun 2011 di Unit Perkebunan Tanjungsari adalah 1.13, sehingga untuk menyelesaikan kegiatan pemetikan pada areal produktif seluas ha dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 186 orang. Hal tersebut menunjukan bahwa Unit Perkebunan Tanjungsari memiliki jumlah tenaga pemetik yang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan rasio tenaga pemetik sehingga memiliki peluang dan memudahkan dalam pencapaian target produksi tahun 2011 yang telah ditentukan yaitu ton/tahun (Tabel 14). Areal kebun Unit Perkebunan Tanjungsari yang dikelilingi oleh desa-desa juga memudahkan perusahaan dalam pencarian tenaga pemetik, sehingga jumlahnya menjadi berlebih. Selain itu, upah yang diberikan oleh perusahaan sudah cukup mampu memenuhi kebutuhan dan telah disesuiakan dengan waktu pekerjaan yang maksimal hanya empat jam dalam sehari, sehingga memudahkan dalam mencari tenaga pemetik. Kapasitas Petik Kapasitas petik adalah banyaknya pucuk yang mampu dipetik oleh tenaga pemetik dalam satu hari kerja. Standar kapasitas petik (basic yield) di Unit Perkebunan Tanjungsari yaitu 60 kg dengan menggunakan alat berupa gunting petik, dan 45 kg secara manual. Tetapi saat ini, pada Unit Perkebunan Tanjungsari secara keseluruhan, teknik pemetikan telah menggunakan gunting petik sejak tahun Kapasitas petik yang dihasilkan oleh seorang pemetik berbeda-beda, tergantung dari keadaan pucuk di lapang, keadaan cuaca, keterampilan pemetik, populasi tanaman di blok yang akan dipetik, topografi kebun, serta umur tahun pangkas. Pada Tabel 10, terlihat bahwa rata-rata kapasitas petik yang mampu dicapai pada Unit Perkebunan Tanjungsari pada Februari hingga Mei 2011 hanya sebesar kg, nilai tersebut masih dibawah standar yang telah ditetapkan. Hal tersebut terjadi terutama disebabkan oleh kondisi kebun yang sedang tidak sehat

15 70 sehingga mempengaruhi keadaan pucuk di lapang. Kondisi kebun yang tidak sehat disebabkan oleh adanya serangan penyakit cacar daun (Blister blight) dan hama Empoasca sp. yang cukup tinggi sehingga mempengaruhi dalam pertumbuhan pucuk. Akibat serangan penyakit cacar daun, dapat menurunkan produksi pucuk hingga mencapai 50%. Sama halnya dengan hama Empoasca sp. yang akan menurunkan produksi sekitar 50% dalam 45 hari (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Jumlah tenaga pemetik yang cukup banyak juga mempengaruhi kapasitas tiap pemetik, karena semakin banyak jumlah tenaga pemetik, maka kapasitas pemetik akan semakin kecil. Selain itu, rendahnya kapasitas petik juga dapat disebabkan karena rata-rata realisasi hanca petik tidak mencapai standar yang ditetapkan (Tabel 9). Hal ini juga terkait dengan terbatasnya waktu kegiatan pemetikan. Kapasitas petik di Unit Perkebunan Tanjungsari juga mengalami peningkatan dari mulai Maret hingga Mei 2011, dan kapasitas petik tertinggi terjadi pada mulai Mei. Hal tersebut juga dapat menunjukkan bahwa Program Recovery yang sedang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tanjungsari sudah mulai terlihat hasilnya yang cukup baik untuk perusahaan dalam peningkatan produksi pucuk. Terkait dengan keterampilan pemetik, masih banyak ditemukan pucuk yang belum siap untuk dipetik karena hal tersebut dapat mengurangi cadangan potensi pucuk pada siklus berikutnya, tertinggalnya pucuk burung di atas bidang petik yang menyebabkan pertumbuhan pucuk menjadi lebih lama. Selain itu, teknis pelaksanaan yang melebihi batas bidang petik juga dapat menyebabkan terganggunya kondisi tanaman yang akan menimbulkan ketidakrataan dalam pertumbuhan pucuk pada siklus petik selanjutnya dan hal ini dapat mempengaruhi kapasitas petik menjadi berkurang. Tingkat produktivitas tenaga petik dapat diketahui dengan melakukan analisis terhadap 10 tenaga petik yang digolongkan berdasarkan usia, pangalaman kerja (lama kerja) dan pendidikan. Data diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petik, mandor petik dan laporan produksi harian. Pada Tabel 11, dapat dilihat bahwa rata-rata kapasitas petik berdasarkan usia yaitu antara range usia

16 dengan usia berbeda, bahkan rata-ratanya lebih besar pada usia Berdasarkan hasil uji t-student, perbedaan usia tidak berbeda nyata yang berarti tidak berpengaruh nyata terhadap kapasitas petik, terlihat dari usia yang lebih produktif tidak selalu memiliki rata-rata kapasitas yang lebih besar. Hal tersebut lebih disebabkan oleh kondisi kebun yang tidak sehat sehingga mempengaruhi pertumbuhan pucuk dan berpengaruh juga terhadap kapasitas petik. Untuk rata-rata kapasitas pemetik berdasarkan pengamalan kerja (lama kerja), didapatkan bahwa rata-rata kapasitas petik dengan pengalaman kerja 20 tahun lebih kecil dari rata-rata kapasitas petik yang berpengalaman kerja >20 tahun. Tetapi berdasarkan hasil uji t-student (Tabel 12), pengalaman kerja tidak berbeda nyata terhadap rata-rata kapasitas petik dan dapat diartikan bahwa pengalaman kerja tidak terlalu berpengaruh nyata terhadap kapasitas petik, karena lebih dipengaruhi oleh kondisi pucuk di lapang. Untuk rata-rata kapasitas petik berdasarkan pendidikan, meskipun kapasitas petik dengan latar belakang pendidikan tidak tamat sekolah dasar (SD) lebih besar dari petik dengan latar pendidikan lulus sekolah dasar, tetapi berdasarkan hasil uji t-student, latar belakang pendidikan yang berbeda tidak berpengaruh nyata pada rata-rata kapasitas petik, dapat dilihat pada Tabel 13, yang menunjukkan bahwa rata-rata kedua kelompok tersebut tidak berbeda nyata. Hal ini dapat terjadi, karena dalam pemetikan, tenaga kerja yang terampil lebih dibutuhkan dibandingkan dengan latar belakang pendidikan. Analisis Petik dan Analisis Pucuk Kegiatan penting pasca pemetikan adalah analisis hasil petikan, yang meliputi analisis petik dan analisis pucuk. Menurut Suwardi (1999), analisis petik merupakan tahap awal dari pengujian mutu. Analisis petik dilakukan untuk menilai kondisi kebun, pelaksanaan pemetikan, dan keterampilan pemetik, sedangkan analisis pucuk dilakukan untuk memperkirakan mutu teh jadi yang memenuhi syarat olah dan menentukan hasil premi pemetik. Berdasarkan hasil analisis petik yang dilakukan oleh penulis, didapatkan rata-rata persentase untuk pucuk halus sebesar 7.03%, pucuk medium 45.75%, pucuk kasar 30.28% dan pucuk rusak 16.94% (Tabel 15). Pada Unit Perkebunan

17 72 Tajungsari, persentase pucuk halus relatif tinggi, dan dapat dikatakan bahwa tenaga pemetik yang ada dinilai kurang terampil, karena toleransi terambilnya pucuk halus dalam petikan maksimal 5%. Tingginya pucuk halus yang terambil disebabkan oleh pelaksanaan pemetikan oleh tenaga pemetik yang kurang selektif. Rata-rata terbesar dari hasil analisis petikan adalah pucuk medium (p+3, b+2, dan b+3) yang mencapai 45.75% melebihi persentase pucuk medium. Pelaksanaan pemetikan pada Unit Perkebunan Tanjungsari dapat dikatakan telah memenuhi kriteria pemetikan yaitu persentase pucuk medium paling besar dibandingkan dengan persentase pucuk lainnya. Tetapi, hasil pengamatan juga menunjukan bahwa persentase pucuk kasar cukup tinggi yaitu mencapai 30.28%. Tingginya persentase pucuk kasar dalam analisis petik disebabkan oleh gilir petik yang terlalu panjang sehingga tanaman lewat masa petik (kaboler). Penyebab utama persentase pucuk rusak yang cukup tinggi (16.94%) adalah penggunaan gunting petik dalam pelaksanaan pemetikan, karena kemungkinan besar hasil petikan yang masih dalam gunting petik akan mengalami petikan untuk yang kedua kalinya. Kerugian lain dari pemakaian gunting petik antara lain menurunnya tebal daun pemeliharaan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Analisis pucuk yang telah dilakukan (Tabel 16), menunjukan bahwa ratarata pucuk yang memenuhi syarat olah (MS) adalah 45.49% dan yang tidak memenuhi syarat olah (TMS) adalah 54.01%. Nilai tersebut belum memenuhi standar perusahaan yaitu mininal analisis pucuk 55% MS. Hal tersebut terjadi karena banyaknya pucuk yang rusak akibat penggunaan gunting, gilir petik yang terlalu panjang, serta adanya serangan penyakit. Gilir petik yang terlalu panjang akan mengurangi mutu pucuk yang memenuhi syarat olah karena pucuk di atas bidang petik menjadi kaboler (lewat petik). Adanya serangan penyakit yaitu penyakit cacar daun teh juga akan menyebabkan meningkatnya pucuk yang tidak memenuhi syarat olah. Perlakuan pucuk yang terlalu dijejal saat dimasukkan ke dalam waring dan kelebihan kapasitas angkut saat pengangkutan pucuk dari ke kebun ke pabrik juga akan meningkatkan persentase pucuk rusak. Selain itu, banyaknya pucuk rusak juga dapat disebabkan oleh berlebihnya penggunaan kapasitas waring, karena kapasitas

18 73 maksimal waring penyimpan pucuk adalah 20 kg dan jika lebih dari itu pucuk menjadi rusak (Pusat Penelitian teh dan Kina, 2006). Sarana Transportasi Pucuk Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas mutu pucuk adalah proses pengangkutan pucuk dari kebun menuju pabrik. Pengangkutan pucuk di Unit Perkebunan Tanjungsari dilakukan dengan menggunakan truk yang memiliki berat kosong kg dengan kapasitas angkut barang kg dan kapasitas angkut orang maksimal tiga orang. Kapasitas angkut pucuk yang optimal yaitu kg dan maksimal kg. Unit Perkebunan Tanjungsari memiliki truk yang berjumlah tiga unit, masingmasing satu unit untuk satu blok. Jumlah truk tersebut sangat cukup dalam proses pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik, meskipun terkadang terjadi penjejalan waring pucuk saat ditumpuk di dalam truk. Rata-rata proses pengangkutan pucuk hanya dilaksanakan satu kali saja. Realisasi pucuk per hari selama Januari hingga Mei 2011 dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Realisasi Pucuk per Hari di Unit Perkebunan Tanjungsari pada Bulan Januari-Mei 2011 Bulan Jumlah Produksi UP Tanjungsari Produksi Pucuk Rencana Realisasi per Hari...kg... Januari Februari Maret April Mei Rata-rata Sumber : Laporan Produksi Unit Perkebunan Tanjungsari 2011 Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006), kapasitas angkut truk maksimal untuk mencegah terjadinya kerusakan adalah kg atau setengah daya angkut kendaraan. Hasil pengamatan dan data produksi menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pucuk yang dapat diangkut per harinya selama bulan Januari hingga Mei 2011 hanya sebesar kg. Hasil tersebut menunjukan jumlah pucuk yang diangkut tidak melebihi batas optimal, tetapi sebaran pucuk sering

19 74 kali tidak merata di beberapa blok yang ada, sehingga terkadang mengakibatkan adanya penjejalan waring pucuk saat ditumpuk di dalam truk. Kelebihan kapasitas angkut juga dapat disebabkan oleh pertimbangan supir akan waktu dan penggunaan bahan bakar jika harus mengangkut pucuk sampai dua kali, karena jarak antara kebun dengan pabrik Unit Perkebunan Tambi yang cukup jauh sehingga jika dilakukan sampai dua kali akan mengakibatkan semakin lamanya kegiatan penimbangan di pabrik. Selain itu, ketidakhadiran supir pengangkut pucuk juga dapat menyebabkan proses pengangkutan pucuk dilakukan sekaligus (dua blok), karena keterbatasan supir pengangkut pucuk. Hal tersebut akhirnya mengakibatkan terjadinya penjejalan waring pucuk saat ditumpuk di dalam truk. Penanganan pucuk dengan dijejal sebenarnya akan menimbulkan beberapa resiko, seperti terjatuhnya waring dari truk karena tumpukan yang terlalu tinggi dan melebihi kapasitas maksimal angkut yang telah ditentukan. Akibat utama yang muncul dengan adanya penjejalan pucuk adalah menurunkan kualitas pucuk yang dihasilkan. Kondisi truk pada saat pengangkutan pucuk diusahakan dalam keadaan bersih, bebas dari kotoran, dan dialasi dengan terpal pada bagian atas dan dasar truk. Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, pucuk di dalam truk pada bagian dasarnya sering tidak dialasi dengan terpal dan hanya bagian atas saja yang dilapisi terpal. Hal ini akan mengurangi kebersihan dari pucuk, karena fungsi dari penggunaan terpal baik pada di bagian atas maupun di bagian alas adalah untuk menjaga kebersihan pucuk agar tetap terjamin. Selain itu, terpal pada bagian atas berfungsi agar pucuk terhindar dari sinar matahari langsung dan siraman air hujan. Pengangkutan pucuk dilakukan oleh tenaga pengangkut dan harus dilakukan secara hati-hati untuk mengurangi kerusakan pucuk dalam waring. Produktivitas Berdasarkan Tahun Pangkas Berdasarkan laporan produksi pada tahun 2010 (Tabel 4), terlihat bahwa produktivitas pucuk kering di Unit Perkebunan Tanjungsari mengalami peningkatan dari tahun pangkas I hingga tahun pangkas III. Pencapaian produktivias pucuk kering tertinggi terjadi pada tanaman tahun pangkas III yaitu sebesar kg/ha/tahun. Tetapi mengalami penurunan pada tahun pangkas IV,

20 75 hal ini disebabkan kondisi tanaman pada tahun pangkas IV telah mengalami penurunan (lambat) dalam menghasilkan jumlah pucuk teh terutama pucuk peko dan lebih didominasi oleh pertumbuhan pucuk burung (Gambar 17), sehingga harus dilakukan pemangkasan sebagai langkah untuk peremajaan. Periode aktif (peko) berkurang, karena secara fisiologis cabang dan ranting yang semakin tua akan menyebabkan fase pertumbuhannya lebih mengarah pada fase generatif, karena sebagian energi yang ada akan digunakan untuk pembentukan bunga dan buah. Selain itu, penurunan ditahun pangkas IV juga disebabkan oleh bertambahnya umur pangkas, karena semakin tua umur pangkas, maka produktivitas tanaman akan semakin menurun. Meskipun pencapaian produktivitas pucuk kering di tahun pangkas IV masih cukup tinggi, tetapi pada tahun berikutnya tanaman tersebut harus dipangkas karena menyesuaikan dengan siklus pangkas yang ditentukan yaitu setiap empat tahun sekali. Produktivitas Tanaman Teh Berdasarkan Tahun Pangkas di Unit Perkebunan Tanjungsari pada Tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 18. Produktivitas Tanaman Teh Berdasarkan Tahun Pangkas di Unit Perkebunan Tanjungsari pada Tahun 2010 Kondisi kebun (tanaman) yang sedang tidak sehat sangat mempengaruhi nilai dari produksi dan produktivitas pucuk baik kering maupun basah, yaitu seperti adanya serangan penyakit cacar daun mencapai 21.81%, hama Empoasca sp. mencapai 11%, adanya penurunan tinggi bidang petik, diamater bidang petik dan tebal daun pemeliharaan pada tanaman tahun pangkas IV. Oleh

21 76 sebab itu, saat ini di Unit Perkebunan Tanjungsari sedang dilaksanakan Program Recovery (Program Pemulihan) yang bertujuan untuk menyehatkan kondisi kebun. Berdasarkan hasil uji korelasi antara produktivitas pucuk kering (Y) dengan tahun pangkas (X), diperoleh bahwa persamaan y = 75.2x dengan koefisien korelasi (r) Persamaan tersebut menunjukkan adanya hubungan yang positif dan untuk nilai r menunjukkan keeratan yang sangat tinggi antara nilai X dan Y karena nilainya mendekati 1. Hubungan yang positif memiliki arti bahwa, semakin tua tahun pangkas, maka produktivitas pucuk kering akan semakin tinggi. Tetapi, tidak demikian di Unit Perkebunan Tanjungsari yaitu pada tahun pangkas ke-iv yang mengalami penurunan.

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011 PEMBAHASAN Analisis Petik Analisis petik merupakan cara yang dilakukan untuk memisahkan pucuk berdasarkan rumus petiknya yang dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis petik yaitu menilai kondisi kebun

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan 46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA 3 Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh dengan tinggi 6 9 m. Tanaman teh dipertahankan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Tambi Pada tahun 1865, PT Perkebunan Tambi merupakan perkebunan teh milik Pemerintahan Hindia Belanda yang disewakan kepada pengusaha swasta Belanda yang bernama

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan METODE MAGANG 10 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, mulai tanggal 1 Maret 3 Juli 2010. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 0 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama kurang lebih empat bulan. Waktu magang dimulai dari bulan Maret hingga Juli

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor, 2009 PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Kendal, Central Java Ade Wachjar * dan Supriadi

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah.

Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Management of Tea Plucking (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) at Unit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) sebagai komoditas perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap perolehan devisa negara dari komoditas non migas sub sektor

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DI LAPANG

PELAKSANAAN DI LAPANG PELAKSANAAN DI LAPANG Pembibitan Aspek Teknis Pembibitan merupakan bagian penting dalam suatu usaha perkebunan teh. Bahan tanam untuk perkebunan teh seluruhnya berasal dari areal pembibitan. Areal pembibitan

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Wonosobo Naelatur Rohmah dan Ade Wachjar * Departemen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN PEMETIKAN PUCUK DAUN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT TAMBI, WONOSOBO JAWA TENGAH

STUDI PENGELOLAAN PEMETIKAN PUCUK DAUN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT TAMBI, WONOSOBO JAWA TENGAH STUDI PENGELOLAAN PEMETIKAN PUCUK DAUN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT TAMBI, WONOSOBO JAWA TENGAH QORI LELYANA A24070068 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah Pruning Plant Management of Tea (Camelia sinensis (L.) O Kuntze) Karanganyar, Central Java Martini Aji

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Unit Perkebunan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 LAMPIRAN 61 62 Tanggal Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi.

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan jenis minuman yang sudah dikenal di seluruh dunia, konsumsi teh menjadi suatu hal yang umum bagi seluruh masyarakat karena mengkonsumsi teh dapat berdampak

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Perkebunan Teh Medini dahulu digunakan sebagai kebun kopi dan kina milik NV culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini menjadi tidak terawat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN 15 Sejarah Umum PT Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan swasta. Pada masa perkembangannya PT Perkebunan Tambi telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun 1865

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh hitam merupakan salah satu komoditas yang dikenal masyarakat sejak tahun 1860. Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan devisa non migas

Lebih terperinci

ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH

ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH INDRIANI NOVITA PRATIWI A24070131

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan merupakan langkah awal dari proses budidaya tanaman teh yang menentukan kualitas tanaman teh yang siap untuk dipindahkan ke areal tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) Pruning at Plantation Unit of

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan yang dilakukan dalam minggu tersebut. Log Kerja Harian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Hasil analisis kondisi iklim lahan penelitian menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat menunjukkan bahwa kondisi curah hujan, tingkat kelembaban,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan PT. Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri teh. Tahun 85 kebun-kebun teh di Bagelen, Wonosobo disewakan kepada Tuan D. Vander Sluij

Lebih terperinci

TUJUAN PEMANGKASAN tajuk tanaman yang ideal cabang sakit, tunas air, dan cabang kering cabang-cabang produktif bentuk kerangka tanaman

TUJUAN PEMANGKASAN tajuk tanaman yang ideal cabang sakit, tunas air, dan cabang kering cabang-cabang produktif bentuk kerangka tanaman PEMANGKASAN TUJUAN PEMANGKASAN Membentuk tajuk tanaman yang ideal. Membuang cabang-cabang tidak produktif, cabang sakit, tunas air, dan cabang kering. Menumbuhkan cabang-cabang produktif dalam jumlah cukup

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMETIKAN PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMETIKAN PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMETIKAN PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH BANI KURNIAWATI A24061019 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008.

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008. lampiran Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008. Tanggal Uraian kegiatan Lokasi Prestasi kerja (satuan/ HOK) Standar Penulis 11Feb08

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Khusus 6.1.1. Pengelolaan Kebun Bibit Datar di PG. Krebet Baru Pengelolaan kebun bibit berjenjang dilakukan mulai KBP (Kebun Bibit Pokok), KBN (Kebun Bibit Nenek), KBI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari 2009 sampai Juni 2009. Bahan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif 15 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865 Perusahaan Perkebunan Tambi adalah salah satu perusahaan milik Belanda, dengan nama Bagelen Thee en

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB XI PEMANGKASAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI PTPN VIII PERKEBUNAN TAMBAKSARI, SUBANG JAWA BARAT Oleh Risa Aprisiani A34104039

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

MANAJEMAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING, KARANGANYAR, JAWA TENGAH PRIHARDINI MUFTI A

MANAJEMAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING, KARANGANYAR, JAWA TENGAH PRIHARDINI MUFTI A MANAJEMAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING, KARANGANYAR, JAWA TENGAH PRIHARDINI MUFTI A24100190 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu spesies yang berasal dari famili Theaceae. Di seluruh dunia tersebar sekitar 1 500 jenis yang berasal

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH MARIYATUL QIBTIYAH A24052711 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES

PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) PADA PEMELIHARAAN TANAMAN TEH MENGHASILKAN (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DENGAN ASPEK KHUSUS PEMETIKAN DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH MUHAMMAD

Lebih terperinci

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE Agung Mahardhika, SP ( PBT Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya Tanaman teh (Camelia sinensis

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal.

DAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal. DAFTAR ISI Halaman Judul... No Hal. Intisari... i ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi Stroberi merupakan tanaman herba tahunan. Batang utama tanaman ini sangat pendek. Daun stroberi merupakan daun majemuk beranak daun tiga (trifoliate) dengan tepi daunnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PEMANGKASAN KOPI. Disusun Oleh : Khasril Atrisiandy, SP NIP : Penyuluh Pertama

PEMANGKASAN KOPI. Disusun Oleh : Khasril Atrisiandy, SP NIP : Penyuluh Pertama PEMANGKASAN KOPI Disusun Oleh : Khasril Atrisiandy, SP NIP : 19750323 200901 1 005 Penyuluh Pertama KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman teh (Camellia Sinensis (L) O. Kuntze) merupakan tumbuhan hijau yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara dan 95 o -105

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING Pengertian Pembentukan dan pemangkasan tanaman merupakan bagian penting dari program pengelolaan (management) tanaman buah-buahan. Pembentukan (training)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN Bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan suatu industri. Bahan baku yang baik menjadi salah satu penentu mutu produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA BUDIDAYA TANAMAN MANGGA (Mangifera indica) Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ReGrI Tanaman mangga (Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. Mangga

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERKEBUNAN. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PENGELOLAAN PERKEBUNAN. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PENGELOLAAN PERKEBUNAN Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perkebunan RSK dipimpin oleh seorang administratur yang bertanggung jawab langsung kepada direktur area atas pengelolaan unit usaha yang meliputi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH 11 KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH Sejarah Perkebunan Pada tahun 1865 PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta milik Belanda dengan nama Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pengelolanya adalah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 20 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Persiapan Bahan Tanam Persiapan bahan tanam dimulai dengan penyediaan bahan tanam (pembibitan). Pembibitan dalam budidaya teh dapat dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH INTEN PRAMITA SUBAGJO A24052645 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH ALYSA INDIRA YASMINE

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH ALYSA INDIRA YASMINE PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH ALYSA INDIRA YASMINE DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH

PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh AGITHA AMANDA PUTRI A34104060 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air Berdasarkan analisis varian satu jalur terhadap variabel kadar air biji sorgum yang berasal dari posisi yang berbeda pada malai sorgum disetiap umur panennya menunjukkan

Lebih terperinci