Hasil Penelitian dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hasil Penelitian dan Pembahasan"

Transkripsi

1 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan Karakterisasi Kompleks besi(ii) dengan ligan NH 2 trz disintesis dari reaksi garam besi(ii) dengan ligan NH 2 trz dengan rasio mol 1:3 dalam pelarut metanol yang telah dideoksigenasi di bawah atmosfer gas N 2 pada temperatur ruang. Kompleks ini diperoleh dengan berbagai anion meliputi klorida, tetrafluoroborat dan perklorat. Rendemen kompleks ini bervariasi dengan anion perklorat (86 %) > tetrafluoroborat (79 %) > klorida (63 %). Ini karena anion perklorat lebih ruah dibanding tetrafluoroborat dan tetrafluoroborat lebih ruah dibanding klorida. Anion lebih ruah menyebabkan sistem dalam larutan lebih sesak (crowded) sehingga hasil reaksi lebih mudah mengendap. Rumus kimia kompleks ini ditentukan berdasarkan hasil analisis kadar besi(ii), unsur C, H, N dan daya hantar dalam pelarut air. Hasil pengindeksan puncak-puncak difraksi sinar-x serbuk dengan program CELL-A diikuti penghalusan dengan metode Le Bail dalam program Rietica menunjukkan sistem kristal yang paling sesuai untuk kompleks klorida adalah ortorombik dengan grup ruang Pmcb. Sedangkan untuk kompleks dengan anion lainnya, sistem kristal yang paling sesuai adalah monoklin dengan grup ruang P2 untuk kompleks tetrafluoroborat dan Pc untuk kompleks perklorat. Hasil uji spektroskopi larutan ligan pq dan besi(ii) pada λ = 515 nm menunjukkan reaksi besi(ii) dengan ligan pq berlangsung sempurna ketika rasio mol pq terhadap besi(ii) 7:1. Namun pada penelitian ini kompleks besi(ii) dengan ligan pq berhasil disintesis dengan rasio mol ligan pq terhadap besi(ii) 5:1. Kompleks ini diperoleh dengan anion klorida, tetrafluoroborat, perklorat dan tetrafenilborat. Rendemen kompleks ini bervariasi dengan anion tetrafenilborat (86 %) > perklorat (77 %) > tetrafluoroborat (65 %) > klorida (58 %). Ini memperkuat penemuan pada kompleks besi(ii) dengan ligan NH 2 trz, yakni anion lebih ruah meningkatkan rendemen. Kompleks besi(ii) dengan anion tetrafenilborat hanya mengikat dua molekul ligan pq sedangkan dengan anion yang lainnya mengikat 43

2 tiga molekul pq. Kompleks ini dengan anion perklorat dan tetrafenilborat berhasil ditumbuhkan kristal tunggalnya. Sejauh ini belum ada publikasi mengenai struktur kristal tunggal kompleks besi(ii) dengan ligan pq. Data kristal tunggal menunjukkan kompleks ini mengkristal dalam sistem sel satuan monoklin dengan grup ruang P2 1 /c untuk kompleks dengan anion perklorat dan C2/c untuk kompleks dengan anion tetrafenilborat. Sistem kristal kompleks dengan anion lainnya ditentukan berdasarkan hasil pengindeksan puncak-puncak difraksi sinar- X serbuk diikuti penghalusan dengan metode Le Bail. Sebagaimana kompleks dengan anion tetrafenilborat dan perklorat, sistem kristal yang paling sesuai untuk kompleks tetrafluoroborat adalah monoklin dengan grup P2 1. Sedangkan untuk kompleks klorida, sistem kristal yang paling sesuai adalah ortorombik dengan grup ruang P Kompleks mangan(ii)-kromium(iii) oksalat dengan kation tetrabutilamonium disintesis dari reaksi kompleks tris(oksalat)kromium(iii), garam mangan(ii) nitrat dan senyawa tetrabutilamonium bromida dalam pelarut air dengan rasio mol 1:1:1. Rumus kimia senyawa ini ditetapkan berdasarkan hasil analisis kadar oksalat, mangan(ii), kromium(iii) dan unsur C, H, N. Kompleks ini mengkristal dalam sistem sel satuan monoklin dengan grup ruang P2 1 /a. Kompleks ini diduga memiliki struktur polimer dengan oksalat sebagai ligan jembatan. Ini teridentifikasi dari pita serapan inframerah pada 1627 dan 1339 cm -1 yang merupakan serapan khas vibrasi ulur antisimetri dan simetri ikatan O-C-O. Dari reaksi penggabungan kompleks tris(nh 2 trz)besi(ii) dengan mangan(ii)- kromium(iii) oksalat diperoleh senyawa baru dengan rumus kimia [Fe(NH 2 trz) 3 ][X][MnCr(ox) 3 ].nh 2 O, X adalah anion klorida dan perklorat. Senyawa serupa tetapi dengan ligan pq diperoleh dengan rumus kimia [Fe(pq) 2 (H 2 O) 2 ][X][MnCr(ox) 3 ].nh 2 O. Rumus kimia senyawa ini diperoleh berdasarkan hasil analisis kadar besi(ii), mangan(ii), kromium(iii), unsur C, H, N, dan jumlah hidrat. Sistem kristal heksagonal dengan grup ruang P6 3 mc ditemukan paling sesuai untuk senyawa [Fe(NH 2 trz) 3 ][X][MnCr(ox) 3 ].nh 2 O dengan anion klorida, sedangkan untuk senyawa dengan anion perklorat, sistem 44

3 kristal yang paling sesuai adalah tetragonal dengan grup ruang P4 2 bc. Untuk senyawa [Fe(pq) 2 (H 2 O) 2 ][X][MnCr(ox) 3 ].nh 2 O diperoleh sistem kristal heksagonal dengan grup ruang P6 3 cm untuk senyawa dengan anion klorida dan tetragonal dengan grup ruang P4/n untuk perklorat. IV.1.1 Kompleks Besi(II) dengan Ligan NH 2 trz Kompleks besi(ii) dengan tiga ligan NH 2 trz dan anion klorida berupa serbuk berwarna ungu. Sedangkan kompleks ini dengan anion perklorat berupa serbuk berwarna putih dan kompleks ini dengan anion tetrafluoroborat diperoleh berupa serbuk dengan warna diantara kompleks klorida dan perklorat. Tampilan warna ketiga kompleks disajikan pada Gambar IV.1. (1) (2) (3) Gambar IV.1 Tampilan serbuk kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ]X 2.nH 2 O dengan X - adalah Cl - (1), BF (2) dan ClO 4 (3) Ketiga kompleks ini larut dalam pelarut organik seperti etanol, metanol, dimetilsulfoksida dan dimetilformamida maupun air. Kelarutannya dalam pelarut organik lebih besar daripada dalam air. Dalam pelarut dimetilsulfoksida dan dimetilformamida, larutan mengalami perubahan warna dari tidak berwarna menjadi kuning. Ini menandakan dalam kedua pelarut tersebut besi(ii) mengalami oksidasi menjadi besi(iii). Data kadar besi(ii) dan unsur C, H, N penyusun kompleks ini disajikan dalam Tabel IV.1. 45

4 Tabel IV.1 Kadar unsur penyusun kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ]X 2.nH 2 O No. Rumus kimia Kadar unsur penyusunnya (%) Fe C H N 1 [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O 13,12 16,61 3,88 38,21 (12,9) (16,64) (4,19) (38,81) 2 [Fe(NH 2 trz) 3 ](BF 4 ) 2.H 2 O 11,34 13,93 2,83 33,93 (11,18) (14,42) (2,82) (33,64) 11,9 14,78 2,23 33,68 3 [Fe(NH 2 trz) 3 ](ClO 4 ) 2 (11,2) (14,21) (2,39) (33,15) Keterangan: Nilai dalam tanda kurung merupakan kadar teoretis. Masing-masing kompleks ini merupakan kompleks kation dengan muatan 2+. Ini dibuktikan dari data daya hantar larutannya dengan konsentrasi,1 M, yang sesuai dengan daya hantar larutan MgCl 2 dengan konsentrasi yang sama. Data daya hantar larutan kompleks ini terangkum dalam Tabel IV.2. Tabel IV.2 Daya hantar larutan kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ]X 2.nH 2 O Larutan κ Λ Muatan (mol.l -1 ) (S.cm 2 ) (S.cm 2.mol -1 Jumlah ion ) kation Aqua DM 2 NaNO (+1, -1) +1 MgCl (+2, -1, -1) +2 [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O (+2, -1, -1) +2 [Fe(NH 2 trz) 3 ](BF 4 ) 2.H 2 O (+2, -1, -1) +2 [Fe(NH 2 trz) 3 ](ClO 4 ) (+2, -1, -1) +2 Serbuk masing-masing kompleks ini merupakan padatan kristalin. Ini tercermin dari munculnya puncak-puncak difraksi yang tajam pada difraktogram sinar-x serbuknya. Profil difraksi sinar-x serbuk [Fe(NH 2 trz) 3 ](BF 4 ) 2.H 2 O mirip dengan [Fe(NH 2 trz) 3 ](ClO 4 ) 2, puncak-puncak difraksinya muncul pada sudut difraksi (2 theta) dengan intensitas puncak difraksi tertinggi pada 2,54. Hasil pengindeksan dan penghalusan menunjukkan sistem kristal yang paling sesuai untuk kedua kompleks sama yakni monoklin dengan grup ruang P2 untuk kompleks tetrafluoroborat dan Pc untuk kompleks perklorat. Profil difraksi sinar- X serbuk [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O sedikit berbeda dibanding kedua kompleks 46

5 lainnya, puncak difraksi dengan intensitas tertinggi terjadi pada 2,68. Sistem kristal yang paling sesuai untuk kompleks ini adalah ortorombik dengan grup ruang Pmbc. Profil difraksi sinar-x serbuk ketiga kompleks ini disajikan pada Gambar IV.2 dan data parameter sel serta grup ruangnya disajikan dalam Tabel IV.3. Intensitas Intensitas (1) (2) Intensitas (3) 2 Theta (derajat) Gambar IV.2 Profil difraksi sinar-x serbuk (1) [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O, (2) [Fe(NH 2 trz) 3 ](BF 4 ) 2.H 2 O dan (3) [Fe(NH 2 trz) 3 ](ClO 4 ) 2 pada temperatur ruang 47

6 Tabel IV.3 Data sistem kristal kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ]X 2.nH 2 O Rumus kimia Sistem kristal Grup ruang [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O Ortorombik Pmcb [Fe(NH 2 trz) 3 ](BF 4 ) 2.H 2 O Monoklin P2 [Fe(NH 2 trz) 3 ](ClO 4 ) 2 Monoklin Pc Parameter sel satuan a = 28,9227(8), b = 15,5887(3), c = 8,1171(5) Å, V =3659(6) Å 3 Z = 8 a = 18,141(7), b = 11,891(7), c = 11,879(3) Å, β =16,7(1), V = 2454(9) Å 3, Z = 8 a = 2,337(8), b = 18,2929(7), c = 12,9967(3) Å, β = 96,36(1), V = 483(1) Å 3, Z = 8 IV.1.2 Kompleks Besi(II) dengan Ligan pq Pada pembentukan kompleks besi(ii) dengan tiga molekul ligan pq diperlukan rasio ligan terhadap besi(ii) jauh lebih besar dari 3. Ini diperoleh dari data uji spektroskopi larutan ligan pq dan besi(ii) dengan berbagai rasio mol. Serapan maksimum pada λ = 515 nm menunjukkan reaksi besi(ii) dengan ligan pq berlangsung sempurna pada rasio mol pq terhadap besi(ii) = 7:1. Data serapan larutan ligan pq dan besi(ii) disajikan pada Gambar IV Serapan Rasio mol pq/besi(ii) Gambar IV.3 Kurva serapan larutan kompleks besi(ii) dengan ligan pq 48

7 Hasil penelitian ini sesuai dengan sejumlah hasil penelitian sebelumnya yang mengungkapkan kompleks besi(ii) dengan tiga molekul ligan pq diperoleh pada rasio mol ligan pq terhadap besi(ii) sama dengan atau lebih besar dari 5. Sedangkan pada rasio mol lebih kecil dari 5, diperoleh kompleks dengan dua ligan pq (Harris dkk., 1972 dan Onggo dkk., 199 ). Kompleks besi(ii) dengan tiga molekul ligan pq dan anion klorida diperoleh sebagai serbuk berwarna merah. Kompleks ini dengan anion tetrafluoroborat memiliki tampilan mirip dengan kompleks klorida. Sedangkan kompleks ini dengan anion perklorat diperoleh sebagai kristal berwarna merah. Kristal tunggal kompleks ini berhasil ditumbuhkan dari penguapan larutannya dalam pelarut etanol. Semua kompleks ini larut dalam metanol dan etanol. Di dalam air, kompleks ini mengalami penguraian membentuk larutan berwarna kuning dan endapan berwarna putih mengkilap yang dideteksi sebagai ligan pq. Kadar unsur C, H, N menunjukkan setiap kompleks mengandung tiga molekul ligan pq. Ini didukung oleh kadar besi(ii)nya. Data kadar unsur C, H, N dan besi(ii) penyusun ketiga kompleks ini disajikan dalam Tabel IV.4. Tabel IV.4 Kadar unsur penyusun kompleks [Fe(pq) 3 ]X 2.nH 2 O No. Rumus kimia Kadar unsur penyusunnya (%) Fe C H N 1 [Fe(pq) 3 ]Cl 2.H 2 O 7,71 65,97 4,34 1,93 (7,31) (66,7) (4,22) (11,1) 6,69 59,24 3,63 9,61 2 [Fe(pq) 3 ](BF 4 ) 2 (6,58) (59,47) (3,57) (9,91) 6,45 57,23 3,62 9,24 3 [Fe(pq) 3 ](ClO 4 ) 2 (6,39) (57,75) (3,46) (9,62) Keterangan: Nilai dalam tanda kurung merupakan kadar teoretis. Keberadaan tiga ligan pq dalam kompleks besi(ii) hasil sintesis dibuktikan oleh struktur molekul hasil uji difraksi sinar-x kristal tunggal kompleks ini dengan anion perklorat sebagaimana disajikan pada Gambar IV.4. 49

8 Gambar IV.4 Struktur molekul kompleks [Fe(pq) 3 ](ClO 4 ) 2. Untuk kejelasan gambar, atom H tidak ditampilkan Ion logam pusat besi(ii) mengikat tiga molekul ligan pq dengan geometri oktahedral. Untuk meminimalkan tolakan antar gugus atom donor, struktur kompleks ini mengadopsi isomer meridional Fe N piridil dan Fe N kuinolin Sudut ikatan N1-Fe-N6, N2-Fe-N4 dan N3-Fe-N5 yang seharusnya linear 18 ditemukan lebih kecil yakni berturut-turut sebesar 166,36(12), 164,23(11) dan 174,98(13). Demikian juga sudut N1-Fe-N2, N3-Fe-N4, N4-Fe-N6 ditemukan sebesar 75,74(12), 75,7(12) dan 79,92(11) lebih kecil daripada yang seharusnya sebesar 9. Data ini menunjukkan geometri oktahedral kompleks ini terdistorsi. Distorsi ini terjadi akibat efek sterik dari cincin benzena sebagai gugus cabang yang terikat pada salah satu cincin piridil ligan pq. Jarak ikatan Fe-N2 yakni 2,232(3) Fe-N1 lebih panjang daripada jarak ikatan Fe-N1 yakni 2,164(3) Å. Demikian juga jarak ikatan Fe-N4 = 2,263(3) lebih panjang daripada jarak ikatan Fe-N3 = 2,164(3) Å dan jarak ikatan Fe-N6 = 2,31(3) lebih panjang daripada jarak ikatan Fe-N5 = 2,164(3) Å. Data ini menunjukkan efek sterik dari cincin benzena juga menyebabkan panjang ikatan Fe-N kuinolin lebih panjang daripada panjang ikatan Fe-N pirdil. Data panjang dan sudut ikatan kompleks ini selengkapnya dirangkum pada Lampiran A. 5

9 Panjang ikatan Fe-N (2,16 2,31 Å) pada kompleks ini, normal untuk jarak Fe-N keadaan spin tinggi (Kolnaar dkk., 1999). Ini konsisten dengan nilai momen magnetiknya kira-kira 5,25 5,35 BM pada rentang temperatur 21 3 K. Kompleks ini mengkristal dalam sistem monoklin dengan grup ruang P2 1 /n dan parameter sel a = 18,579(4), b = 1,952(3), c = 19,285(6)Å dan β = 93,65(1). Data kristal tunggal kompleks ini selengkapnya dirangkum pada Tabel IV.5. Tabel IV.5 Data kristal tunggal kompleks [Fe(pq) 3 ](ClO 4 ) 2 Data sistem kristal dan struktur hasil penghalusan Rumus empiris C 42 H 3 Cl 2 FeN 6 O 8 Berat molekul 873,47 Temperatur (K) 293 Panjang gelombang (Å),7173 Sistem kristal Monoklin Grup ruang P2 1 /c Parameter sel satuan a = 18,579(4), b = 1,952(3) c = 19,285(6) Å, β = 93,65(1) Volume (Å 3 ) 3916,29(18) Jumlah molekul dalam sel satuan (Z) 4 Masa jenis terhitung (g cm -3 ) 1,481 Ukuran kristal (mm),8 x,5 x,3 Nilai 2 theta untuk pengumpulan data (º) 1,62-27,49 Indeks-indeks pembatas -24 h 24, -14 k 14 dan -24 l 24 Reflections collected / unique 1499 / 8816, [R int =,499] Completeness to theta 27,49 99,7 % Data / restraints / parameters 8816 / 12 / 534 Goodness-of-fit on F 2 1,366 Final R indices [I>2σ (I)] R 1 =,64, wr 2 =,227 R indices (all data) R 1 =,896, wr 2 =,455 Sistem kristal kompleks besi(ii) dengan ligan pq dan anion lainnya yakni [Fe(pq) 3 ]Cl 2.H 2 O dan [Fe(pq) 3 ](BF 4 ) 2 ditentukan berdasarkan profil difraksi sinar- X serbuknya. Hasil pengindeksan puncak-puncak difraksi sinar-x serbuk tersebut menunjukkan sistem kristal sel satuan kompleks dengan anion klorida adalah ortorombik, sedangkan kompleks dengan anion tetrafluoroborat adalah monoklin. 51

10 Profil difraksi sinar-x serbuk kedua kompleks ini disajikan pada Gambar IV.5. Intensitas (1) Intensitas (2) 2 Theta (derajat) Gambar IV.5 Profil difraksi sinar-x serbuk (1) [Fe(pq) 3 ]Cl 2.H 2 O dan (2) [Fe(pq) 3 ](BF 4 ) 2 pada temperatur ruang Grup ruang dan parameter sel kedua kompleks ini dirangkum pada Tabel IV.6. Tabel IV.6 Data sistem kristal kompleks [Fe(pq) 3 ]X 2.nH 2 O Rumus kimia Sistem kristal Grup ruang [Fe(pq) 3 ]Cl 2.H 2 O Ortorombik P [Fe(pq) 3 ](BF 4 ) 2 Monoklin P2 1 Parameter sel satuan a = 18,732(8), b = 11,6936(6), c = 18,114(6) Å, V = 3967(9) Å 3, Z = 6 a = 17,717(9), b = 23,8864(3), c = 9,95(6) Å, β = 99,212(9), V = 3762(9) Å 3, Z = 4 Kompleks besi(ii) dengan ligan pq dan anion tetrafenilborat disintesis dengan cara berbeda dari kompleks sebelumnya. Kompleks ini diperoleh dari reaksi garam FeCl 2.4H 2 O dan ligan pq dalam pelarut metanol dengan senyawa Na(BPh 4 ) dalam pelarut dmf (HCON(CH 3 ) 2 ) dengan rasio mol 1:5:2. Pelarut dmf dipilih karena 52

11 kelarutan senyawa Na(BPh 4 ) dalam pelarut ini lebih besar dibanding kelarutannya dalam air maupun pelarut organik lainnya. Kristal tunggal berhasil ditumbuhkan melalui penguapan larutan kompleks ini dalam pelarut dmf selama kira-kira 24 jam. Kristal yang diperoleh berwarna merah dengan kadar unsur penyusunnya adalah Fe = 4,47; C = 78,9; H = 6,28 dan N = 6,51 %. Ini sesuai dengan rumus kimia [Fe(pq) 2 (dmf) 2 ](BPh 4 ) 2. Hasil uji difraksi sinar-x kristal tunggal menunjukkan kation kompleks besi(ii) dengan dua molekul pq mengikat dua molekul pelarut dmf sebagai ligan monodentat sehingga besi(ii) memiliki koordinasi enam dengan geometri oktahedral. Struktur molekul kompleks ini disajikan pada Gambar IV.6. Gambar IV.6 Struktur molekul kompleks [Fe(pq) 2 (dmf) 2 ](BPh 4 ) 2. Untuk kejelasan gambar, atom H tidak ditampilkan Sudut yang dibentuk oleh ikatan di antara atom pusat besi(ii) dengan atom donor oksigen kedua ligan dmf (O1-Fe1-O1A) sekitar 87,65(1). Ini menunjukkan dua ligan dmf terikat pada atom pusat besi(ii) dalam posisi cis. Sebagaimana kedua ligan dmf, posisi dua bidang sepit ligan pq saling tegak lurus satu terhadap yang lain dengan sudut N1-Fe1-N1A dan N1A-Fe1-N2 berturut-turut 53

12 sebesar 89,15(16) dan 95,68(12) yang menunjukkan kedua ligan pq dalam posisi cis untuk gugus piridil tetapi trans untuk gugus kuinolin. Geometri oktahedral kompleks ini terdistorsi dengan sudut ikatan di sekitar atom pusat besi(ii) sebesar 75,57 176,91. Muatan kation [Fe(pq) 2 (dmf) 2 ] 2+ diseimbangkan oleh dua anion tetrafenilborat (BPh 4 ) -. Kedua anion memiliki geometri tetrahedral dengan sudut di sekitar atom boron sebesar 13,11(3) 113,(3). Panjang dan sudut ikatan kompleks ini selengkapnya disajikan pada Tabel IV.7. Tabel IV.7 Panjang (Å) dan sudut ikatan ( ) terseleksi pada struktur kristal tunggal kompleks [Fe(pq) 2 (dmf) 2 ](BPh 4 ) 2 Ikatan Panjang ikatan Ikatan Panjang ikatan O1- C15A 2,11(3) C1-N1 1,333(4) B1-C24 1,646(5) Fe1-N1 2,165(3) B1-C3 1,641(5) Fe1-N2 2,232(3) B1-C36 1,643(3) Fe1-O1 2,11(3) Ikatan Sudut Ikatan Sudut O1-Fe1-O1A 87,65(1) O1A-Fe1-N1 176,91(12) O1-Fe1-N1 91,68(1) O1-Fe1-N1 91,68(12) N1-Fe1-N1A 89,15(16) O1A-Fe1-N2 17,3(11) O1A-Fe1-N2 81,65(11) N1-Fe1-N2 75,57(12) N1A-Fe1-N2A 95,68(12) C24-B1-C3 111,8(9) C24-B1-C36 113,(3) C3-B1- C36 13,1(3) C24-B1-C23 14,5(3) C36-B1-C23 111,8(3) C36-B1-C23 112,9(3) C14-N2-C6-C5 177,2(3) N1-C5-C6-N2-8,3(5) C4-C5-C6-N2 172,3(3) Panjang ikatan Fe-N dan Fe-O (2,1 2,32 Å) didukung nilai momen magnetik kira-kira 5,33 BM menunjukkan kompleks pada keadaan spin tinggi pada temperatur ruang. Kompleks ini mengkristal dalam sistem monoklin dengan grup ruang C 2/c dan parameter sel a = 27,95(4), b = 14,169(7), c = 17,717(9)Å and β = 15,669(11). Data kristal tunggal kompleks ini disajikan pada Tabel IV.8. 54

13 Table IV.8 Data sistem kristal tunggal [Fe(pq) 2 (dmf) 2 ](BPh 4 ) 2 Data kristal dan struktur hasil penghalusan Rumus empiris C 82 H 74 B 2 FeN 6 O 2 Berat molekul 1252,96 Temperatur (K) 293 Panjang gelombang (Å),7173 Sistem kristal Monoklin Grup ruang C2/c Parameter sel satuan a = 27,95(14), b = 14,169(7), c = 17,717(9) Å, β = 15,669(11) Volume (Å 3 ) 6756(6) Jumlah molekul dalam sel satuan (Z) 4 Masa jenis terhitung (g cm -3 ) 1,232 Koefisien absorpsi (mm -1 ),277 F () 264 Ukuran kristal (mm),44 x,16 x,13 Nilai 2 theta untuk pengumpulan data ( ) 1,62 25,24 Indeks-indeks pembatas -33 h 32, -13 k 16, -21 l 21 Reflections collected/unique / 614, [R int =,69] Completeness to theta 25,24 99,7% Data / restraints / parameters 614 / 12 / 448 Goodness-of-fit on F 2 1,8 Final R indices [I > 2σ (1)] R 1 =,689, wr 2 =,124 R indices (all data) R 1 =,1512, wr 2 =,155 Largest diff. Peak and hole (e.a -3 ),25 and,178 IV.1.3 Kompleks Mangan(II)-Kromium(III) Oksalat Kompleks mangan(ii)-kromium(iii) oksalat dengan kation tetrabutilamonium diperoleh sebagai kristal berwarna hijau, tidak larut dalam pelarut organik maupun air. Analisis dengan metode reduksi-oksidasi menemukan kadar oksalat dalam kompleks ini sebanyak 43,79 %. Ini sesuai untuk keberadaan tiga molekul oksalat dengan rumus kimia [TBA][MnCr(C 2 O 4 ) 3 ]. Rumus kimia ini didukung oleh kadar mangan(ii), kromium(iii) dan unsur C, H, N. Data kadar unsur penyusun kompleks ini disajikan dalam Tabel IV.9. 55

14 Tabel IV.9 Kadar unsur penyusun kompleks [TBA][MnCr(C 2 O 4 ) 3 ] Rumus kimia Kadar unsur penyusunnya (%) Mn Cr C H N [TBA][MnCr(C 2 O 4 ) 3 ] 8,82 8,57 43,23 6,4 2,38 (8,96) (8,48) (43,7) (5,92) (2,28) Keterangan: Nilai dalam tanda kurung merupakan kadar teoretis Kompleks ini mengkristal dalam sistem monoklin dengan grup ruang P2 1 /a, parameter sel a = 2,1287(4), b = 17,127(2), c = 16,9534(1) Å, β = 111,5285(8), V = 5434(1) Å 3 dan Z = 8. Profil difraksi sinar-x serbuk kompleks ini disajikan pada Gambar IV.7. Intensitas Theta (derajat) Gambar IV.7 Profil difraksi sinar-x serbuk [TBA][MnCr(C 2 O 4 ) 3 ] Struktur kompleks ini diduga terdiri atas jaringan polimer yang dibentuk oleh ionion logam yang dihubungkan oleh ligan jembatan oksalat dengan stoikhiometri [MnCr(C 2 O 4 ) 3 ] n- n. Keberadaan oksalat sebagai ligan jembatan ditandai oleh munculnya pita serapan inframerah pada daerah bilangan gelombang 1627 dan 1339 cm -1 yang merupakan serapan khas ν as (CO) dan ν s (CO) (Triki dkk., 2 dan Li dkk., 24). Ini didukung oleh pita serapan pada bilangan gelombang 477 dan 541 cm -1 yang menandai vibrasi ikatan mangan(ii) dan kromium(iii) dengan atom donor oksigen dari ligan oksalat ν(mn-o) dan ν(cr-o) (Nakamoto, 1997). n- Jaringan [MnCr(C 2 O 4 ) 3 ] n membentuk lapisan-lapisan yang dipisahkan oleh rongga yang ditempati kation penyeimbang muatan, [TBA] +. Spektrum inframerah kompleks ini disajikan pada Gambar IV.8. 56

15 ν s (CO) ν(cn) ν(ch) ν(cro) ν(mn-o) ν as (CO) -CH 2 - Bilangan gelombang (cm -1 ) 4 45 Gambar IV.8 Spektrum inframerah kompleks [TBA][MnCr(C 2 O 4 ) 3 ] Pita serapan yang muncul pada 2972, 288, 1455 dan 1431 cm -1 menandai vibrasi gugus alifatik CH, CH 2, CH 3 (Lambert dkk., 1998) dari kation [TBA] +. Keberadaan kation [TBA] + juga didukung oleh munculnya pita serapan pada daerah cm -1 yang menandai vibrasi ulur asimetri ikatan C-N-C (Lambert dkk., 1998). Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan peneliti sebelumnya yang berhasil menumbuhkan kristal tunggal kompleks serupa tetapi dengan kation tetrafenilfosfina (Decurtins dkk., 1994). Kompleks ini pada temperatur ruang bersifat paramagnetik dengan nilai momen magnetik sebesar 7,2 BM. Nilai momen magnetik ini sesuai dengan nilai momen magnetik spin saja untuk pasangan mangan(ii) dan kromium(iii) tanpa interaksi yakni [(μ ef ) 2 Mn(II) + (μ ef ) 2 Cr(III)] 1/2 = 7,1 BM (Glerup dkk., 1995). IV.1.4 Senyawa [Fe(NH 2 trz) 3 ][X][MnCr(ox) 3 ].nh 2 O Senyawa [Fe(NH 2 trz) 3 ][X][MnCr(ox) 3 ].nh 2 O dengan n = 6 untuk X - = Cl - dan n = 4 untuk X - = ClO - 4, diperoleh dari reaksi larutan kompleks besi(ii) dengan ligan NH 2 trz dalam metanol 7% dengan larutan kompleks mangan(ii)- kromium(iii) oksalat dalam metanol 3%. Penggunaan pelarut tersebut didasarkan pada kelarutan kompleks besi(ii) yang mudah larut dalam metanol sedangkan kompleks mangan(ii)-kromium(iii) oksalat mudah larut dalam air. 57

16 Kation kompleks besi(ii) bermuatan 2+ sedangkan anion kompleks mangan(ii)- kromium(iii) oksalat bermuatan 1. Reaksi kedua kompleks tersebut secara stoikimetris seharusnya menghasilkan senyawa gabungan kompleks besi(ii) dan kompleks mangan(ii)-kromium(iii) oksalat dengan rasio 1:2 sehingga muatannya seimbang. Tetapi hasil reaksi kedua kompleks tersebut menunjukkan bahwa pada senyawa yang terbentuk terdapat gabungan kompleks kation besi(ii) dengan kompleks anion mangan(ii)-kromium(iii) oksalat dengan rasio 1:1. Ini disebabkan jaringan kompleks anion mangan(ii)-kromium(iii) oksalat dengan n- stoikiometri [MnCr(ox) 3 ] n membentuk lapisan-lapisan dengan rongga-rongga pemisah yang ditempati oleh kation penyeimbang muatan yang juga berfungsi sebagai cetakan (Decurtins dkk., 1994, Clemente-León dkk., 1997). Lapisan yang dibentuk jaringan [MnCr(ox) 3 ] n- n dan kation yang menempati rongga-rongga n- terletak secara bergantian, tidak mungkin dua lapisan anion [MnCr(ox) 3 ] n terletak berdampingan tanpa diselingi oleh kation penyeimbang muatan. Oleh karena itu dalam senyawa baru, kompleks anion mangan(ii)-kromium(iii) oksalat dan kompleks kation besi(ii) bergabung dengan rasio 1:1 meskipun kedua kompleks berbeda muatan. Sebagai penyeimbang muatan, dalam senyawa baru bergabung X - yang menempati rongga-rongga bersama-sama dengan kompleks kation besi(ii) (Coronado dkk., 21). Pada penelitian ini X - adalah ion klorida dan perklorat. Reaksi pembentukan senyawa ini adalah sebagai berikut: K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ].3H 2 O (MeOH 3%) + Mn(NO 3 ) 2.4H 2 O (MeOH 3%) + [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O (MeOH 7%) [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl][MnCr(C 2 O 4 ) 3 ].6H 2 O (s) + 2KNO 3(MeOH 5%) + KCl (MeOH 5%) + 4H 2 O K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ].3H 2 O (MeOH 3%) + Mn(NO 3 ) 2.4H 2 O (MeOH 3%) + [Fe(NH 2 trz) 3 ](ClO 4 ) 2(MeOH 7%) [Fe(NH 2 trz) 3 ][ClO 4 ][MnCr(C 2 O 4 ) 3 ].4H 2 O (s) + 2KNO 3(MeOH 5%) + KClO 4(MeOH 5%) + 3H 2 O Senyawa [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl][MnCr(ox) 3 ].6H 2 O diperoleh dalam bentuk serbuk berwarna ungu-keabu-abuan dengan rendemen rata-rata 47%. Serbuk serupa diperoleh untuk senyawa [Fe(NH 2 trz) 3 ][ClO 4 ][MnCr(ox) 3 ].4H 2 O tetapi dengan rendemen lebih besar yakni 63%. Serbuk kedua senyawa tersebut tidak larut dalam pelarut organik seperti aseton, dietileter, metanol, etanol, dimetilformamida, dimetilsulfoksida maupun air. 58

17 Hasil uji difraksi sinar-x serbuk menunjukkan bahwa serbuk senyawa [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl][MnCr(ox) 3 ].6H 2 O ini berupa padatan kristalin. Ini tercermin dari tajamnya puncak-puncak difraksi yang muncul pada difraktogramnya. Profil difraksi sinar-x serbuk senyawa ini dan reaktannya disajikan pada Gambar IV (1) Intensitas Intensitas Intensitas 8 (2) (3) (4) 2 Theta (derajat) Gambar IV.9 Profil difraksi sinar-x serbuk (1) [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl][MnCr(ox) 3 ]. 6H 2 O, (2) [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O, (3) K 3 [Cr(ox) 3 ].3H 2 O dan (4) Mn(NO 3 ) 2.4H 2 O pada temperatur ruang 59

18 Profil difraksi sinar-x serbuk senyawa ini dengan senyawa lain yang terbentuk ketika sintesis, disajikan pada Gambar IV.1. Intensitas 24 (1) (2) (3) 2 Theta (derajat) Gambar IV.1 Profil difraksi sinar-x serbuk (1) [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl][MnCr(ox) 3 ]. 6H 2 O, (2) KCl dan (3) KNO 3 pada temperatur ruang Profil difraksi sinar-x senyawa Mn(NO 3 ) 2.4H 2 O, KCl dan KNO 3 diperoleh melalui simulasi data dari basis data struktur dengan menggunakan program WATOMS. Perbedaan profil difraksi sinar-x serbuk [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl][MnCr(ox) 3 ].6H 2 O dibanding reaktan dan senyawa lain yang terbentuk ketika sintesis menunjukkan padatan kristalin murni hanya mengandung senyawa tersebut sebagai hasil reaksi. Ini dibuktikan dengan tidak munculnya puncak-puncak difraksi khas reaktan maupun senyawa lain pada difraktogram senyawa tersebut. 6

19 Keadaan serupa ditemukan pada senyawa [Fe(NH 2 trz) 3 ][ClO 4 ][MnCr(ox) 3 ].4H 2 O. Profil difraksi sinar-x senyawa ini dan reaktan serta senyawa lain yang terbentuk ketika sintesis disajikan pada Gambar IV.11 dan IV.12. Intensitas 32 (1) Intensitas (2) Intensitas 4 (3) (4) 2 Theta (derajat) Gambar IV.11 Profil difraksi sinar-x serbuk (1) [Fe(NH 2 trz) 3 ][ClO 4 ][MnCr(ox) 3 ]. 4H 2 O, (2) [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O, (3) K 3 [Cr(ox) 3 ].3H 2 O dan (4) Mn(NO 3 ) 2.4H 2 O pada temperatur ruang 61

20 Intensitas 32 (1) (2) (3) 2 Theta (derajat) Gambar IV.12 Profil difraksi sinar-x serbuk (1) [Fe(NH 2 trz) 3 ][ClO 4 ][MnCr(ox) 3 ]. 4H 2 O, (2) KClO 4 dan (3) KNO 3 pada temperatur ruang Profil difraksi sinar-x serbuk senyawa KClO 4 diperoleh dengan cara yang sama seperti pada senyawa KNO 3 dari simulasi data dengan menggunakan program WATOMS. Perbedaan anion menyebabkan perbedaan sistem kristal bagi kedua senyawa ini. Senyawa dengan anion klorida mengkristal dalam sistem sel satuan heksagonal dengan grup ruang P6 3 mc, parameter sel a = b = 12,828(9) dan c = 37,517(6) Å, V = 5346(7) Å 3 dan Z = 4. Sedangkan senyawa dengan anion perklorat mengkristal dalam sistem sel satuan tetragonal dengan grup ruang P4 2 bc, parameter sel a = b = 22,12(1) dan c = 15,931(9) Å, V = 7782(4) Å 3 dan Z =

21 Rumus kimia kedua senyawa ini diperoleh berdasarkan hasil analisis kadar ion logam dan unsur C, H, N. Pada Tabel IV.1 disajikan data kadar ion logam serta unsur C, H, N penyusun kedua senyawa. Tabel IV.1 Kadar unsur penyusun senyawa [Fe(NH 2 trz) 3 ][X][MnCr(ox) 3 ].nh 2 O Rumus kimia Kadar unsur penyusunnya (%) Fe Mn Cr C H N [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl][MnCr(ox) 3 ].6H 2 O 6,86 6,74 6,79 17,9 3,6 2,14 (6,79) (6,68) (6,32) (17,52) (2,94) (2,43) [Fe(NH 2 trz) 3 ][ClO 4 ][MnCr(ox) 3 ].4H 2 O 6,69 6,52 6,9 16,72 2,86 19,38 (6,57) (6,46) (6,11) (16,94) (2,37) (19,76) Keterangan: Nilai dalam tanda kurung merupakan kadar teoretis Penetapan rumus kimia tersebut diperkuat oleh hasil penentuan kadar hidrat (H 2 O) melalui analisis termogravimetri. Keberadaan air kristal pada senyawa [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl][MnCr(ox) 3 ].6H 2 O dibuktikan oleh pengurangan berat pada temperatur 123,5 C sebesar 13,6 % yang sesuai dengan lepasnya enam molekul H 2 O. Pada rentang temperatur 23,2 473,3 C senyawa mengalami dekomposisi. Ini ditandai pengurangan berat secara kontinu sebesar 61 % sehingga pada akhir pengukuran (5 C) ditemukan zat tertinggal sebesar 25,4 %. Persentase zat tertinggal ini sesuai untuk keberadaaan unsur besi, mangan dan oksida kromium. Pola pengurangan berat yang sama diamati pada termogram senyawa [FeNH 2 trz) 3 ][ClO 4 ][MnCr(ox) 3 ].4H 2 O. Pengurangan berat pada temperatur 128,9 C sebesar 8,8 % sesuai dengan lepasnya empat molekul H 2 O sebagai air kristal. Dekomposisi senyawa ini terjadi pada rentang temperatur 224,5 459,9 C yang ditandai dengan pengurangan berat sebesar 61,9 %. Pada akhir pengukuran (5 C) ditemukan zat tertinggal sebesar 29,3 % sesuai untuk keberadaan oksida besi, oksida mangan dan oksida krom. Termogram kedua senyawa ini dalam rentang temperatur 3 5 C, disajikan pada Gambar IV

22 (1) (2) Gambar IV.13 Termogram senyawa [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl][MnCr(ox) 3 ].6H 2 O (1) dan [FeNH 2 trz) 3 ][ClO 4 ][MnCr(ox) 3 ].4H 2 O (2) Hasil uji spektroskopi inframerah menunjukkan keberadaan ikatan diantara unsurunsur penyusun senyawa ini. Pada senyawa dengan anion klorida, keberadaan jaringan anion [MnCr(ox) 3 ] n- n ditunjukkan oleh serapan khas oksalat sebagai ligan jembatan yang ditandai munculnya pita serapan ν as (OCO), ν s (OCO) dan δ(oco) pada bilangan gelombang 1658,7, 1392,5 dan 8,4 cm -1 (Triki dkk., 2 dan Li dkk., 24). Ini didukung oleh pita serapan yang muncul pada 543,9 dan 478,3 cm -1 yang menandai vibrasi ikatan Cr O dan Mn O (Nakamoto, 1997). Keberadaan kation kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ] 2+ ditandai oleh pita serapan khas vibrasi ikatan N N (gugus azole) pada 1145,5 cm -1 (Lambert dkk., 1998) dan vibrasi ikatan Fe N pada 416,6 cm -1 (Nakamoto, 1997). Pita serapan khas ikatan O H yang muncul pada 3433,1 cm -1 (Lambert dkk., 1998) mendukung adanya air kristal dalam senyawa ini. Pola pita serapan serupa diamati pada spektrum inframerah senyawa dengan anion perklorat tetapi dengan tambahan pita serapan pada 958,7 cm -1 yang menandai vibrasi ikatan Cl O (Nakamoto, 1997 dan Lambert dkk., 1998) dari anion perklorat. Spektra inframerah kedua senyawa ini disajikan pada Gambar IV

23 (1) (2) 4 Bilangan gelombang (cm -1 ) 4 Gambar IV.14 Spektra inframerah [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl][MnCr(ox) 3 ].6H 2 O (1) dan [Fe(NH 2 trz) 3 ][ClO 4 ][MnCr(ox) 3 ].4H 2 O (2) pada temperatur ruang Berdasarkan rumus molekul dan ikatan di antara atom-atom penyusunnya diajukan struktur molekul kedua senyawa ini pada Gambar IV.15. (1) (2) Gambar IV.15 Struktur molekul senyawa [Fe(NH 2 trz) 3 ][X][MnCr(ox) 3 ] dengan X - = Cl - (1) dan ClO 4 - (2) 65

24 Struktur molekul senyawa ini digambarkan untuk kondisi ideal lingkungan koordinasi setiap atom logam pusat. Struktur kompleks anion [MnCr(ox) 3 ] - digambarkan dengan mengadopsi gambar kompleks terkait yang telah dipublikasikan (Pei dkk., 1989, Bènard dkk., 21, Li dkk., 24). Sedangkan struktur kompleks kation [Fe(NH 2 trz) 2 ] 2+ diadopsi dari struktur kompleks kation [Fe(Htrz) 3 ] 2+ (Kröber dkk., 1993 dan 1994). Munculnya serapan inframerah khas oksalat sebagai ligan jembatan yang ditandai pita serapan ν as (OCO), ν s (OCO) dan δ(oco) pada bilangan gelombang 1658,7, 1392,5 dan 8,4 cm -1 (Triki dkk., 2 dan Li dkk., 24) mengindikasikan bahwa anion mangan(ii)-kromium(iii) oksalat dalam senyawa [Fe(NH 2 trz) 3 ][X][MnCr(ox) 3 ] membentuk jaringan polimerik [MnCr(ox)] n- n. Peneliti terdahulu menemukan dalam senyawa gabungan kompleks anion mangan(ii)-kromium(iii) oksalat dengan kompleks kation monointi, kompleks anion [MnCr(ox) 3 ] - membentuk jaringan polimerik dua-dimensi untuk kompleks kation [FeCp 2 *] + (Coronado dkk., 21 dan Lancaster dkk., 24) dan membentuk jaringan polimerik tiga-dimensi untuk kompleks kation [Fe(bpy) 3 ] 2+ (Coronado dkk., 21). Terbentuknya jaringan polimerik mangan(ii)-kromium(iii) oksalat didukung oleh fakta bahwa meskipun senyawa [Fe(NH 2 trz) 3 ][X][MnCr(ox) 3 ] merupakan senyawa ionik, tetapi padatan senyawa ini tidak larut dalam pelarut organik polar maupun air. Ini merupakan sifat khas dari senyawa yang mengandung polimer kompleks oksalat bimetalik seperti senyawa tersebut (Coronado dkk., 26). Senyawa ini merupakan hidrat dengan berturut-turut enam dan empat molekul H 2 O pada senyawa dengan anion klorida dan perklorat. Pada gambar struktur molekul yang disajikan pada Gambar IV.15, molekul H 2 O tidak digambarkan karena ada beberapa kemungkinan posisi H 2 O dalam senyawa ini. H 2 O dapat membentuk ikatan hidrogen dengan atom oksigen dari ligan oksalat pada jaringan anion mangan(ii)-kromium(iii) oksalat dan atau dengan gugus amina dari ligan NH 2 trz pada kompleks kation besi(ii). Seperti yang ditemukan pada senyawa 66

25 [NaCr(ox) 3 ][Cu(tren)(H 2 O)].3H 2 O dengan tren adalah ligan tris(2- aminoetil)amina (Suh dkk., 25). Molekul H 2 O dapat menjadi ligan yang terikat pada mangan(ii) untuk memutus jaringan polimerik kompleks anion mangan(ii)-kromium(iii) oksalat. Sebagaimana yang ditemukan pada senyawa [K(18-crown-6)] 3 [Mn 3 (H 2 O) 4 {Cr(ox) 3 } 3 ] dengan crown adalah eter mahkota (Coronado dkk., 26). Molekul H 2 O juga dapat menjadi ligan terminal yang terikat pada besi(ii) untuk mengakhiri rantai polimerik kompleks besi(ii). Seperti yang ditemukan pada kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ]X 2.nH 2 O dengan X - adalah anion turunan naftalena sulfonat (van Koningsbruggen dkk., 1997). IV.1.5 Senyawa [Fe(pq) 2 (H 2 O) 2 ][X][MnCr(ox) 3 ].4H 2 O Senyawa [Fe(pq) 2 ][X][MnCr(ox) 3 ].nh 2 O dengan X - adalah anion klorida dan perklorat diperoleh dengan cara yang sama seperti senyawa dengan ligan NH 2 trz. Rendemen senyawa ini dengan anion perklorat diperoleh sebesar 75% sedangkan dengan anion klorida rendemennya sebesar 68 %. Kedua senyawa memiliki tampilan serupa serbuk berwarna merah. Kelarutannya sama seperti senyawa dengan ligan NH 2 trz. Reaksi pembentukan senyawa ini adalah: K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ].3H 2 O (MeOH 3%) + Mn(NO 3 ) 2.4H 2 O (MeOH 3%) + [Fe(pq) 3 ]Cl 2.H 2 O (MeOH 7%) [Fe(pq) 2 ][Cl][MnCr(C 2 O 4 ) 3 ].6H 2 O (s) + 2KNO 3(MeOH 5%) + KCl (MeOH 5%) + pq (MeOH 5%) + 2H 2 O K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ].3H 2 O (MeOH 3%) + Mn(NO 3 ) 2.4H 2 O (MeOH 3%) + [Fe(pq) 3 ](ClO 4 ) 2(MeOH 7%) [Fe(pq) 2 ][ClO 4 ][MnCr(C 2 O 4 ) 3 ].6H 2 O (s) + 2KNO 3(MeOH 5%) + KClO 4(MeOH 5%) + pq (MeOH 5%) + H 2 O Hasil uji difraksi sinar-x serbuk senyawa [Fe(pq) 2 ][Cl][MnCr(ox) 3 ].6H 2 O menunjukkan serbuk merupakan padatan kristalin murni, hanya mengandung senyawa ini sebagai hasil reaksi. Profil difraksi sinar-x serbuk senyawa ini dan reaktannya serta senyawa lain yang terbentuk pada saat sintesis disajikan pada Gambar IV.16 dan IV

26 Intensitas (1) Intensitas (2) Intensitas 4 (3) (4) 2 Theta (derajat) Gambar IV.16 Profil difraksi sinar-x serbuk (1) [Fe(pq) 2 ][Cl][MnCr(ox) 3 ].6H 2 O, (2) [Fe(pq) 3 ]Cl 2, (3) K 3 [Cr(ox) 3 ].3H 2 O dan (4) Mn(NO 3 ) 2.4H 2 O pada temperatur ruang 68

27 Intensitas (1) (2) (3) 2 Theta (derajat) Gambar IV.17 Profil difraksi sinar-x serbuk (1) [Fe(pq) 2 ][Cl][MnCr(ox) 3 ].6H 2 O, (2) KCl dan (3) KNO 3 pada temperatur ruang Keadaan serupa diamati pada hasil uji difraksi sinar-x serbuk senyawa [Fe(pq) 2 ][ClO 4 ][MnCr(ox) 3 ].6H 2 O. Serbuk hasil sintesis merupakan padatan kristalin murni, hanya mengandung senyawa ini. Profil difraksi sinar-x serbuk senyawa ini dan reaktan serta senyawa lain yang terbentuk ketika sintesis disajikan pada Gambar IV.18 dan IV

28 Intensitas 6 45 (1) 3 15 Intensitas Intensitas (2) (3) (4) 2 Theta (derajat) Gambar IV.18 Profil difraksi sinar-x serbuk (1) [Fe(pq) 2 ][ClO 4 ][MnCr(ox) 3 ].6H 2 O, (2) [Fe(pq) 3 ]Cl 2, (3) K 3 [Cr(ox) 3 ].3H 2 O dan (4) Mn(NO 3 ) 2.4H 2 O pada temperatur ruang 7

29 Intensitas 6 45 (1) 3 15 (2) (3) 2 Theta (derajat) Gambar IV.19 Profil difraksi sinar-x (1) [Fe(pq) 2 ][ClO 4 ][MnCr(ox) 3 ].6H 2 O, (2) KNO 3 dan (3) KClO 4 pada temperatur ruang Senyawa ini dengan anion klorida mengkristal dalam sistem sel satuan heksagonal dengan grup ruang P6 3 cm, parameter sel a = b = 11,3116(9), c = 42,3777(1) Å, V = 5434(1) Å 3 dan Z = 8. Sedangkan senyawa dengan anion perklorat mengkristal dalam sistem sel satuan tetragonal dengan grup ruang P4/n, parameter sel a = b = 11,3652(3), c = 42,175(3) Å, V = 5447(5) Å 3 dan Z = 8. Kadar besi(ii), mangan(ii), kromium(iii) dan unsur C, H, N ditemukan sesuai untuk rumus kimia [Fe(pq) 2 ][X][MnCr(ox) 3 ].6H 2 O dengan X - = Cl - dan ClO - 4. Data kadar unsur penyusun senyawa ini disajikan pada Tabel IV

30 Tabel IV.11 Kadar unsur penyusun senyawa [Fe(pq) 3 ][X][MnCr(ox) 3 ].nh 2 O Rumus kimia Kadar unsur penyusunnya (%) Fe Mn Cr C H N [Fe(pq) 2 ][Cl][MnCr(ox) 3 ].6H 2 O 5,76 5,69 5,41 41,1 3,47 5,56 (5,68) (5,59) (5,29) (41,55) (3,28) (5,7) [Fe(pq) 2 ][ClO 4 ][MnCr(ox) 3 ].6H 2 O 5,43 5,31 5,4 38,46 3,26 5,19 (5,33) (5,25) (4,97) (39,1) (3,8) (5,35) Keterangan: Nilai dalam tanda kurung merupakan kadar teoretis Kation kompleks besi(ii) dengan tiga pq pada saat digabungkan dengan kompleks mangan(ii)-kromium(iii) oksalat melepaskan salah satu ligan pq. Ini diduga karena ukuran kompleks kation tris(pq)besi(ii) lebih besar daripada ukuran rongga yang dapat dibentuk jaringan kompleks anion mangan(ii)-kromium(iii) oksalat sebagai tempat untuk kompleks kation tersebut. Ligan pq dari kompleks kation tris(pq)besi(ii) dapat dilepaskan karena ligan pq dengan gugus cabang cincin benzena yang ruah menimbulkan tolakan antar ligan cukup besar dan ini melemahkan ikatan pq terhadap besi(ii). Harris menemukan ligan pq lebih menyukai membentuk kompleks bis(pq)besi(ii) daripada tris(pq)besi(ii) untuk meminimalkan tolakan antar ligan (Harris dkk., 1972). Ligan pq yang lepas digantikan oleh dua molekul H 2 O sebagai ligan monodentat. Oleh karena itu rumus kimia senyawa ini lebih tepat dituliskan sebagai [Fe(pq) 2 (H 2 O) 2 ][X][MnCr(ox) 3 ].4H 2 O dengan X - = Cl - dan ClO - 4. Ini dibuktikan oleh hasil analisis termogravimetri. Pada termogram senyawa dengan anion klorida tampak tiga kali pengurangan berat. Pengurangan berat pertama terjadi pada rentang temperatur C sebesar 7,2 % yang sesuai dengan lepasnya empat molekul H 2 O sebagai air kristal. Sedangkan pengurangan berat kedua sebesar 4,3 % yang terjadi pada rentang temperatur lebih tinggi 2 26 C sesuai dengan lepasnya dua molekul H 2 O sebagai ligan. Pengurangan berat ketiga terjadi pada rentang temperatur 26 4 C sebesar 67,2 %. Ini menunjukkan senyawa mengalami dekomposisi. Pada akhir pengukuran ditemukan zat tertinggal sebesar 21,3 %. Persentase zat tertinggal ini sesuai untuk keberadaan besi, mangan dan oksida kromium. 72

31 Pola pengurangan berat yang sama diamati pada termogram senyawa dengan anion perklorat. Pada senyawa ini, empat molekul H 2 O sebagai air kristal dilepaskan pada rentang temperatur C yang ditandai pengurangan berat sebesar 7, %. Sedangkan dua molekul H 2 O sebagai ligan dilepaskan pada rentang temperatur 15 2 C dengan pengurangan berat sebesar 3,4 %. Setelah pengurangan berat pada rentang temperatur C, ditemukan zat tertinggal sebesar 22,9 % yang sesuai untuk keberadaan oksida besi, oksida mangan dan oksida kromium. Termogram senyawa ini disajikan pada Gambar IV.2. (1) (2) Gambar IV.2 Termogram senyawa [Fe(pq) 2 (H 2 O) 2 ][Cl][MnCr(ox) 3 ].4H 2 O (1) dan [Fe(pq) 2 (H 2 O) 2 ][ClO 4 ][MnCr(ox) 3 ].4H 2 O (2). Sebagaimana pada senyawa dengan ligan NH 2 trz, keberadaan ikatan antara atomatom penyusun senyawa ini dapat diidentifikasi dari pita-pita serapan inframerah pada rentang bilangan gelombang 4 4 cm -1. Ikatan antara atom-atom n- penyusun jaringan [MnCr(ox) 3 ] n memunculkan pita serapan inframerah pada bilangan gelombang 1685,7, 1392,9, 813,9, 547,7, 488 cm -1 (Triki dkk., 2, Li dkk., 24 dan Nakamoto, 1997) untuk senyawa dengan anion klorida dan 1678, 1392,5, 812, 545,8, 486 cm -1 (Triki dkk., 2, Li dkk., 24 dan 73

32 Nakamoto, 1997) untuk senyawa dengan anion perklorat. Ikatan pada kation kompleks [Fe(pq) 2 (H 2 O) 2 ] 2+ memunculkan pita serapan inframerah khas ikatan C=N pada 1545,3 dan 154 cm -1 (Lambert dkk., 1998). Ini diperkuat dengan serapan khas Fe N pada 416,6 cm -1 (Nakamoto, 1997). Pita serapan khas O H pada 3444,6 dan 3423,3 cm -1 (Lambert dkk., 1998) muncul dari air kristal. Sementara itu pita serapan khas Cl O pada 989 cm -1 (Lambert dkk., 1998 dan Nakamoto, 1997) muncul pada spektrum senyawa dengan anion perklorat. Spektra kedua senyawa ini disajikan pada Gambar IV.21. (1) (2) 4 4 Bilangan gelombang (cm -1 ) Gambar IV.21 Spektra inframerah [Fe(pq) 2 (H 2 O) 2 ][X][MnCr(ox) 3 ].4H 2 O dengan X - = Cl - (1) dan ClO 4 - (2) pada temperatur ruang Berdasarkan rumus molekul dan ikatan diantara atom-atom penyusunnya, diajukan gambar sederhana struktur molekul senyawa ini pada Gambar IV

33 (1) (2) Gambar IV.22 Struktur molekul senyawa [Fe(pq) 2 (H 2 O) 2 ][X][MnCr(ox) 3 ] dengan X - = Cl - (1) dan ClO 4 - (2) Kedua ligan H 2 O berada dalam posisi cis, demikian juga dengan gugus piridil dari kedua ligan pq. Untuk menghindari tolakan antar cincin benzena maka gugus kuinolin dari kedua ligan pq berada dalam posisi trans. Ini sesuai dengan struktur molekul kristal tunggal kompleks [Fe(pq) 2 (dmf) 2 ](BPh 4 ) 2 yang disajikan pada Gambar IV.6. IV.2 Fenomena Transisi Spin Kompleks Besi(II) dengan Ligan NH 2 trz dan pq Transisi spin kompleks besi(ii) dengan ligan NH 2 trz diamati dengan temperatur transisi berbeda-beda bergantung pada air kristal (hidrat) dan anion pasangannya. Transisi ion besi(ii) dari spin rendah ke spin tinggi pada kompleks dengan tiga molekul hidrat (trihidrat) dan anion klorida berlangsung pada rentang temperatur K dengan temperatur transisi (T 1/2 ) kira-kira 298 K. Sedangkan pada kompleks dengan anion perklorat tanpa molekul hidrat (nirhidrat), transisi spin berlangsung pada rentang temperatur lebih rendah K dengan temperatur transisi kira-kira 271 K. Pada kompleks dengan satu molekul hidrat (monohidrat) dan anion tetrafluoroborat, transisi spin berlangsung dalam rentang temperatur K dengan temperatur transisi kira-kira 28 K. 75

34 Transisi spin dari keadaan spin rendah ke keadaan spin tinggi pada kompleks besi(ii) dengan ligan pq berlangsung pada temperatur lebih rendah dari 22 K. Temperatur transisi kompleks ini juga dipengaruhi oleh anion pasangannya. Transisi spin pada kompleks dengan anion klorida berlangsung perlahan dalam rentang temperatur lebar K dengan temperatur transisi kira-kira 144 K. Fenomena serupa diamati pada kompleks dengan anion perklorat nirhidrat tetapi temperatur transisinya lebih tinggi yakni kira-kira 168 K. Sedangkan pada kompleks dengan anion tetrafluoroborat nirhidrat transisi spin berlangsung pada rentang temperatur lebih tinggi yakni K tetapi dengan temperatur transisi kira-kira 157 K. Transisi spin merupakan fenomena yang berlangsung reversibel, tetapi pada penelitian ini pengukuran sifat magnetik sampel hanya dilakukan satu arah yakni arah kenaikan temperatur dalam rentang kira-kira 5 33 K. Sedangkan arah sebaliknya yakni arah penurunan temperatur dari kira-kira 33 5 K tidak dilakukan. IV.2.1 Fenomena Transisi Spin Kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O Pada temperatur tinggi (32 K) kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O berwarna putih, berada pada keadaan spin tinggi dengan nilai momen magnetik diperoleh sebesar 5,3 BM sesuai untuk fraksi mol spin tinggi kira-kira,96. Pada temperatur rendah (5 K) kompleks ini berwarna ungu, berada pada keadaan spin rendah dengan nilai momen magnetik ditemukan sebesar,7 BM sesuai untuk fraksi mol spin rendah kira-kira 1. Fenomena transisi spin kompleks ini dari keadaan spin rendah ke spin tinggi terjadi pada rentang temperatur kira-kira K dengan temperatur transisi pada 298 K. Plot fraksi mol spin tinggi terhadap temperatur yang menggambarkan transisi spin besi(ii) dalam kompleks ini disajikan pada Gambar IV

35 Gambar IV.23 Kurva fraksi mol transisi spin kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O Transisi spin kompleks ini disertasi perubahan warna (efek termokromis) yang tajam dari ungu pada keadaan spin rendah menjadi putih pada keadaan spin tinggi. Perbedaan warna pada keadaan spin rendah dan tinggi muncul disebabkan perbedaan nilai 1Dq yakni nilai 1Dq pada keadaan spin rendah lebih besar daripada nilai 1Dq pada keadaan spin tinggi. Warna ungu terlihat sebagai warna komplementer dari serapan kompleks pada daerah cahaya hijau (λ = 5 56 nm) sedangkan warna putih menunjukkan bahwa kompleks tidak menyerap energi pada daerah cahaya tampak. Seperti yang dilaporkan Gütlich dan Goodwin bahwa spektra elektronik kompleks polimerik besi(ii) dengan ligan jembatan N 1,N 2-1,2,4-triazol menunjukkan satu pita serapan pada 52 nm yang sesuai untuk transisi 1 A 1g 1 T 1g keadaan spin rendah dan tidak ditemukan pita serapan dalam daerah sinar tampak untuk keadaan spin tinggi. Transisi 5 T 2g 5 E g keadaan spin tinggi terjadi pada daerah inframerah dekat kira-kira 85 nm (Gütlich dan Goodwin, 24). Pengamatan perubahan warna kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O pada rentang temperatur K, disajikan pada Gambar IV

36 293 K 299 K 32 K 35 K 38 K Gambar IV.24 Warna kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O pada K Pada temperatur 293 K, kompleks ini memiliki nilai momen magnet kira-kira 3,37 BM yang sesuai untuk keberadaan fraksi mol spin rendah (,62) lebih besar daripada fraksi mol spin tinggi (,38). Oleh karena itu pada temperatur 293 K, kompleks ini berwarna ungu. Pada peningkatan temperatur dari 293 hingga mencapai 38 K, warna ungu makin berkurang dan berubah menjadi putih. Ini menunjukkan bahwa peningkatan temperatur menyebabkan kompleks keadaan spin rendah mengalami transisi menjadi keadaan spin tinggi. Pada temperatur 38 K ditemukan fraksi mol spin tinggi kira-kira,85. Ini konsisten dengan warna kompleks yang tampak putih dengan kilasan warna ungu. IV.2.2 Fenomena Transisi Spin Kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ](ClO 4 ) 2 Pada temperatur ruang (295 K), nilai momen magnetik kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ](ClO 4 ) 2 diperoleh kira-kira 5,3 BM yang sesuai untuk keberadaan fraksi mol spin tinggi kira-kira,96. Oleh karena itu pada temperatur ruang kompleks ini berwarna putih. Pada temperatur rendah (5 K), kompleks berada pada keadaan spin rendah dengan nilai momen magnetik diperoleh sebesar,7 BM. Kompleks ini menunjukkan transisi dari spin rendah ke spin tinggi dalam rentang temperatur K dengan temperatur transisi pada 271 K. Kurva fraksi mol transisi spin kompleks ini disajikan pada Gambar IV

37 Gambar IV.25 Kurva fraksi mol transisi spin kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ](ClO 4 ) 2 IV.2.3 Fenomena Transisi Spin Kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ](BF 4 ) 2.H 2 O Pada temperatur ruang (293 K), kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ](BF 4 ) 2.H 2 O memiliki tampilan warna di antara kompleks klorida dan perklorat. Ini konsisten dengan fraksi mol spin tinggi kompleks ini pada temperatur ruang kira-kira,87 adalah lebih besar daripada fraksi mol spin tinggi kompleks dengan anion klorida (,38) tetapi lebih rendah daripada fraksi mol spin tinggi kompleks dengan anion perklorat (,96). Pada temperatur rendah (5 K), fraksi mol spin rendah kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ](BF 4 ) 2.H 2 O diperoleh sebesar 1. Transisi spin kompleks ini dari keadaan spin rendah ke spin tinggi berlangsung dalam rentang temperatur K dengan temperatur transisi kira-kira 28 K. Kurva fraksi mol transisi spin kompleks ini disajikan pada Gambar IV

38 Gambar IV.26 Kurva fraksi mol transisi spin kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ](BF 4 ) 2.H 2 O Data fenomena transisi spin pada kompleks besi(ii) dengan ligan NH 2 trz yang diuraikan di atas menunjukkan temperatur transisi besi(ii) pada kompleks ini dengan anion klorida trihidrat 298 K adalah lebih tinggi daripada temperatur transisi kompleks dengan anion tetrafluorobarat monohidrat 28 K, dan kompleks dengan anion perklorat 271 K. Data ini membuktikan temperatur transisi kompleks ini dipengaruhi molekul air dan anion. Kompleks dengan anion klorida mengandung tiga molekul H 2 O dan kompleks dengan anion tetrafluoroborat hanya mengandung satu molekul H 2 O sedangkan kompleks dengan anion perklorat tidak mengandung H 2 O. Pada temperatur ruang (293 K) ditemukan fraksi mol spin rendah kompleks dengan anion klorida (,62) > kompleks tetrafluorborat (,13) > kompleks perklorat (,4). Data ini menunjukkan indikasi yang kuat keberadaan H 2 O meningkatkan stabilitas keadaan spin rendah besi(ii). Ini sangat dimungkinkan karena terbentuknya jaringan ikatan hidrogen antara atom O dari H 2 O dengan atom H dari gugus amino pada ligan NH 2 trz meningkatkan densitas elektron atom donor N sehingga ikatan Fe-N menjadi lebih kuat. Sebagai konsekuensinya stabilitas keadaan spin 8

39 rendah besi(ii) meningkat. Oleh karena itu temperatur transisi dari keadaan spin rendah ke spin tinggi semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah molekul H 2 O yang tergabung pada kompleks. Hasil penelitian ini sesuai dengan sejumlah hasil peneliti sebelumnya yang mengungkapkan bahwa keberadaan H 2 O menstabilkan keadaan spin rendah, bahkan transisi dari keadaan spin rendah ke spin tinggi dihubungkan dengan lepasnya H 2 O (dehidrasi) pada kompleks. Seperti yang dilaporkan oleh van Koningsbruggen pada kompleks dihidrat besi(ii) dengan ligan NH 2 trz dan anion 2-naftalena sulfonat (van Koningsbruggen dkk., 1998) dan Garcia pada kompleks trihidrat besi(ii) dengan ligan hyetrz (4-(2 -hidroksi-etil)-1,2,4-triazol) dan anion 3-nitrofenilsulfonat (Garcia dkk., 1998). Namun demikian Gütlich dan Goodwin mengungkapkan bahwa pengaruh anion dan molekul pelarut yang tergabung dalam kompleks tidak selalu konsisten pada semua sistem sehingga tidak dapat diramalkan secara cepat dan rumusan hubungannya tidak dapat ditentukan. Ini dibuktikan melalui pengaruh molekul H 2 O pada kompleks trihidrat besi(ii) dengan ligan btp (2,6-bis(triazol-3- il)piridin) dan anion klorida yang menstabilkan keadaan spin tinggi pada temperatur ruang (Sugiyarto dkk., 1993). Temperatur transisi ketiga kompleks besi(ii) dengan NH 2 trz dipengaruhi juga oleh anion. Temperatur transisi kompleks dengan anion klorida (298 K) > kompleks dengan anion tetrafluoroborat (28 K) > kompleks dengan anion perklorat (271 K). Data ini menunjukkan semakin besar ukuran anion semakin rendah temperatur transisi dari keadaan spin rendah ke spin tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Garcia dkk. yang dipublikasikan dalam Gütlich dan Goodwin (24) bahwa temperatur transisi kompleks [Fe(hyetrz) 3 ](anion) 2 berubah makin rendah dari 32 hingga 185 K sejalan dengan makin besarnya ukuran anion dari 1,8 hingga 3, Å (Gütlich dan Goodwin, 24). Hal ini dikarenakan ukuran anion yang besar memberikan efek ruang terhadap kompleks yang memudahkan ikatan Fe-N menjadi lebih panjang sehingga temperatur transisi ke keadaan spin tinggi bergeser ke temperatur yang lebih rendah. Sebagaimana dilaporkan bahwa pada kompleks besi(ii), jarak ikatan Fe-N kompleks pada keadaan spin tinggi lebih panjang kira-kira 1 % daripada jarak 81

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian Senyawa kompleks oktahedral yang mengandung ion logam pusat transisi seri pertama dengan konfigurasi d 4 d 7 dapat berada dalam dua keadaan elektronik

Lebih terperinci

LAMPIRAN B DATA HASIL PENGINDEKSAN DAN PENGHALUSAN PUNCAK DIFRAKSI SINAR-X SERBUK

LAMPIRAN B DATA HASIL PENGINDEKSAN DAN PENGHALUSAN PUNCAK DIFRAKSI SINAR-X SERBUK LAMPIRAN B DATA HASIL PENGINDEKSAN DAN PENGHALUSAN PUNCAK DIFRAKSI SINAR-X SERBUK 1. Kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O Tabel B.1 Data input (puncak difraksi) dan out put hasil dari program CELL-A Data

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

Jurnal Kimia Indonesia

Jurnal Kimia Indonesia Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1 (1), 2006, h. 7-12 Sintesis Senyawa Kompleks K[Cr(C 2 O 4 ) 2 (H 2 O) 2 ].2H 2 O dan [N(n-C 4 H 9 ) 4 ][CrFe(C 2 O 4 ) 3 ].H 2 O Kiki Adi Kurnia, 1 Djulia Onggo, 1 Dave Patrick,

Lebih terperinci

Gambar III.1 Bagan alir penelitian

Gambar III.1 Bagan alir penelitian Bab III Metode Penelitian Penelitian ini terdiri atas sintesis dan karakterisasi. Keseluruhan kegiatan sintesis dan karakterisasi digambarkan dalam bentuk bagan alir pada Gambar III.1. SINTESIS Tahap 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks)

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks) Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks) Salah satu keistimewaan logam transisi adalah dapat membentuk senyawa klompeks, yaitu senyawa yang paling sedikit terdiri dari satu ion kompleks (terdiri dari kation

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Mn(NO 3 ) 2 DAN Co(NO 3 ) 2 DENGAN CAMPURAN LIGAN 8- HIDROKSIKUINOLINA DAN ANION DISIANAMIDA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Mn(NO 3 ) 2 DAN Co(NO 3 ) 2 DENGAN CAMPURAN LIGAN 8- HIDROKSIKUINOLINA DAN ANION DISIANAMIDA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Mn(NO 3 ) 2 DAN Co(NO 3 ) 2 DENGAN CAMPURAN LIGAN 8- HIDROKSIKUINOLINA DAN ANION DISIANAMIDA Tri Silviana Purwanti 1, I Wayan Dasna 1, dan Neena Zakia 1.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

Senyawa Koordinasi. Kompleks ion dengan pusat d B memiliki empat ligan dengan dengan bentuk persegi planar (B)

Senyawa Koordinasi. Kompleks ion dengan pusat d B memiliki empat ligan dengan dengan bentuk persegi planar (B) Senyawa Koordinasi Aspek umum dari logam transisi adalah pembentukan dari senyawa koordinasi (kompleks). Senyawa koordinasi ini setidaknya memiliki satu ion kompleks yang terdiri dari logam kation yang

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh Contoh yang diambil dari alam merupakan contoh zeolit dengan bentuk bongkahan batuan yang berukuran besar, sehingga untuk dapat dimanfaatkan harus diubah ukurannya

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom:

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom: Senyawa Koordinasi Terdiri dari atom pusat (kation logam transisi), ligan(molekul yang terikat pada ion kompleks) dan di netralkan dengan bilangan koordinasi. Dari gambar [Co(NH 3 )6]CI 3, 6 molekul NH3

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA) PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(II) DENGAN LIGAN 3,6-DI-2-PIRIDIL-1,2,4,5-TETRAZIN (DPTZ)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(II) DENGAN LIGAN 3,6-DI-2-PIRIDIL-1,2,4,5-TETRAZIN (DPTZ) Vol. 7, No. 1, Oktober 005, hal : 16-0 SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(II) DENGAN LIGAN,6-DI--PIRIDIL-1,,4,5-TETRAZIN (DPTZ) ABSTRAK Dini Zakiah Fathiana 1 dan Djulia Onggo 1 Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PEDAHULUA A. Latar Belakang Senyawa kovalen koordinasi terbentuk antara ion logam yang memiliki orbital d yang belum terisi penuh (umumnya ion logam transisi) dengan ligan yang memiliki pasangan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

8.4 Senyawa Kompleks

8.4 Senyawa Kompleks 8.4 Senyawa Kompleks Alfred Werner (1866-1919): kelompok baru senyawa logam transisi yang terdiri dari ion logam transisi (LT) yang dikelilingi oleh ion atau molekul yang lain. Ion atau molekul yang terikat

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

Teori medan kristal adalah model yang hampir secara menyeluruh menggantikan teori ikatan valensi, pertama kali dimunculkan oleh Hans Bethe pada 1929.

Teori medan kristal adalah model yang hampir secara menyeluruh menggantikan teori ikatan valensi, pertama kali dimunculkan oleh Hans Bethe pada 1929. Teori Medan Kristal Teori medan kristal adalah model yang hampir secara menyeluruh menggantikan teori ikatan valensi, pertama kali dimunculkan oleh Hans Bethe pada 1929. Pada mulanya merupakan model yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK Nama : Idatul Fitriyah NIM : 4301412036 Jurusan : Kimia Prodi : Pendidikan Kimia Dosen : Ella Kusumastuti Kelompok : 7 Tgl Praktikum : 21 Maret 2014 Kawan Kerja : 1. Izza

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon 4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Garam rangkap Garam rangkap adalah garam yang terdiri dari dua kation yang berbeda dengan sebuah anion yang sama dalam satu kisi kristalnya. Garam rangkap biasanya lebih mudah

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL. UjianTeori. Waktu: 100 menit

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL. UjianTeori. Waktu: 100 menit OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL UjianTeori Waktu: 100 menit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

OLIMPIADE KIMIA INDONESIA

OLIMPIADE KIMIA INDONESIA OLIMPIADE KIMIA INDONESIA OLIMPIADE SAINS NASIONAL SELEKSI KABUPATEN / KOTA UjianTeori Waktu 2 Jam Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

Lebih terperinci

Tabel Periodik. Bab 3a. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi 2010 dimodifikasi oleh Dr.

Tabel Periodik. Bab 3a. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi 2010 dimodifikasi oleh Dr. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi 2010 dimodifikasi oleh Dr. Indriana Kartini Bab 3a Tabel Periodik Kapan unsur-unsur ditemukan? 8.1 1 ns 1 Konfigurasi elektron

Lebih terperinci

1.1 Senyawa Koordinasi (Coordination Coumpond)

1.1 Senyawa Koordinasi (Coordination Coumpond) 1.1 Senyawa Koordinasi (Coordination Coumpond) Sifat yang paling khas pada logam transisi adalah tentang persenyawaan dan ikatannya. Yang biasa disebut dengan ion kompleks. Ion kompleks sendiri terdiri

Lebih terperinci

OLIMPIADE KIMIA INDONESIA

OLIMPIADE KIMIA INDONESIA OLIMPIADE KIMIA INDONESIA OLIMPIADE SAINS NASIONAL SELEKSI KABUPATEN / KOTA UjianTeori Waktu 2 Jam Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara

I. PENDAHULUAN. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara mengandung sejumlah oksigen, yang merupakan komponen esensial bagi kehidupan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED Daerah radiasi IR: 1. IR dekat: 0,78 2,5 µm 2. IR tengah: 2,5 50 µm 3. IR jauh: 50 1000 µm Daerah radiasi spektroskopi IR: 0,78 1000 µm Penggunaan

Lebih terperinci

Persamaan Redoks. Cu(s) + 2Ag + (aq) -> Cu 2+ (aq) + 2Ag(s)

Persamaan Redoks. Cu(s) + 2Ag + (aq) -> Cu 2+ (aq) + 2Ag(s) Persamaan Redoks Dalam reaksi redoks, satu zat akan teroksidasi dan yang lainnya tereduksi. Proses ini terkadang mudah untuk dilihat; untuk contoh ketika balok logam tembaga ditempatkan dalam larutan perak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 Pilihlah jawaban yang paling benar LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 TATANAMA 1. Nama senyawa berikut ini sesuai dengan rumus kimianya, kecuali. A. NO = nitrogen oksida B. CO 2 = karbon dioksida C. PCl

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon. 3 Pasta dimasukkan ke ujung tabung hingga penuh dan padat. Permukaan elektrode dihaluskan menggunakan ampelas halus dan kertas minyak hingga licin dan berkilau (Gambar 2). Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 asil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan dan Kitosan Kulit udang yang digunakan sebagai bahan baku kitosan terdiri atas kepala, badan, dan ekor. Tahapan-tahapan dalam pengolahan kulit udang menjadi kitosan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT KOTA/KABUPATEN TAHUN 2011 TIPE II

SOAL OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT KOTA/KABUPATEN TAHUN 2011 TIPE II 1 SOAL OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT KOTA/KABUPATEN TAHUN 2011 TIPE II 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi kinetik yang tersimpan dalam materi B. Energi kimia dapat dibebaskan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur.

Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur. 1 Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur. Subcapaian pembelajaran: 1. Menjelaskan sifat unsur golongan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Poliuretan Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis poliuretan dengan menggunakan monomer diisosianat yang berasal dari toluena diisosianat (TDI) dan monomer

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Ligan H AdBP dan H SbBP Pada penelitian ini dilakukan sintesis senyawa H AdBP dan H SbBP berdasarkan metode Jensen yang telah dimodifikasi. CH 3 1 H H H 3 CH 3 -H H

Lebih terperinci

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI A. STANDAR KOMPETENSI Mendiskripsikan hukumhukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. B. Kompetensi Dasar : Menuliskan nama senyawa anorganik

Lebih terperinci

Ikatan Kimia. Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia.

Ikatan Kimia. Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia. Ikatan Kimia 1. Ikatan Kimia 1.1 Pengertian Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia. 1.2 Macam-Macam Ikatan Kimia Ikatan Ion:

Lebih terperinci

Molekul, Ion dan Senyawa Kimia

Molekul, Ion dan Senyawa Kimia Molekul, Ion dan Senyawa Kimia Drs. Iqmal Tahir, M.Si. iqmal@gadjahmada.edu Molekul - Bentuk satuan terkecil yang dapat diidentifikasikan menjadi unsur-unsur melalui suatu reaksi peruraian dan memiliki

Lebih terperinci

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA PENULIS : 1. Sus Indrayanah, S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA Abstrak :

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 6 BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA A. Rumus Kimia Rumus kimia merupakan kumpulan lambang atom dengan komposisi tertentu. Rumus kimia terdiri dari

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

METODE INOVATIF TERMODIFIKASI UNTUK SINTESIS KOMPLEKS INTI TUNGGAL [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ]

METODE INOVATIF TERMODIFIKASI UNTUK SINTESIS KOMPLEKS INTI TUNGGAL [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] METODE INOVATIF TERMODIFIKASI UNTUK SINTESIS KOMPLEKS INTI TUNGGAL [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] Shielda N. Joris 1 dan Yusthinus T. Male 1,* 1 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Pattimura, Ambon Ged. Biotek Lt.II,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Sintesis dan Karakterisasi Resin Pengkhelat Sintesis resin pengkhelat dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik retensi ion logam Cu 2+ pada resin PSDVB-NN. Untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan bahan baku GMP. Hasil pemeriksaan sesuai dengan persyaratan pada monografi yang tertera pada

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan Bab ini memaparkan hasil dari sintesis dan karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit Sr 2 Mg 1-X Fe x MoO 6-δ dengan x = 0,2; 0,5; 0,8; dan

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kestabilan Sol Pada penelitian ini NASICON disintesis menggunakan metode sol gel dengan bahan baku larutan Na 2 SiO 3, ZrO(NO 3 ) 2, NH 4 H 2 PO

Lebih terperinci

SIMULASI UJIAN NASIONAL 2

SIMULASI UJIAN NASIONAL 2 SIMULASI UJIAN NASIONAL 2. Diketahui nomor atom dan nomor massa dari atom X adalah 29 dan 63. Jumlah proton, elektron, dan neutron dalam ion X 2+ (A) 29, 27, dan 63 (B) 29, 29, dan 34 (C) 29, 27, dan 34

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion I. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi prosedur pemisahan anion serta mengidentifikasi jenis anion

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 21 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Bahan Baku Chitosan Chitosan merupakan bahan dasar yang dipergunakan dalam pembuatan film elektrolit polimer. Hasil analisis terhadap chitosan yang digunakan adalah

Lebih terperinci

kimia REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP kimia K e l a s XI REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami teori atom mekanika kuantum dan hubungannya dengan bilangan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik BAB IV HASIL DA PEMBAHASA Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik berbasis garam benzotriazolium yaitu 1,3-metil oktadesil-1,2,3-benzotriazolium bromida 1, 1,3- metil heksadesil-1,2,3-benzotriazolium

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Surfaktan Gemini 12-2-12 Sintesis surfaktan gemini dilakukan dengan metode konvensional, yaitu dengan metode termal. Reaksi yang terjadi adalah reaksi substitusi bimolekular

Lebih terperinci

I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI

I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI Pendahuluan Spektroskopi adalah studi mengenai antaraksi cahaya dengan atom dan molekul. Radiasi cahaya atau elektromagnet dapat dianggap menyerupai gelombang. Beberapa sifat

Lebih terperinci