Gambar III.1 Bagan alir penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar III.1 Bagan alir penelitian"

Transkripsi

1 Bab III Metode Penelitian Penelitian ini terdiri atas sintesis dan karakterisasi. Keseluruhan kegiatan sintesis dan karakterisasi digambarkan dalam bentuk bagan alir pada Gambar III.1. SINTESIS Tahap 1 FeCl 2.4H 2 C 14 H 10 N 2 (pq) K 3 [Cr(C 2 4 ) 3 ].3H 2 Tahap 2 Kompleks besi(ii) Kompleks oksalat [Fe(pq) 3 ]Cl 2.H 2 [Fe(pq) 3 ](Cl 4 ) 2 [Fe(pq) 3 ](BF 4 ) 2 [Fe(pq) 2 (dmf) 2 ](BPh 4 ) 2 [TBA][MnCr(C 2 4 ) 3 ] [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 [Fe(NH 2 trz) 3 ](Cl 4 ) 2 [Fe(NH 2 trz) 3 ](BF 4 ) 2.H 2 Tahap 3 Senyawa baru : [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl][MnCr(C 2 4 ) 3 ].6H 2 [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl 4 ][MnCr(C 2 4 ) 3 ].4H 2 [Fe(pq) 2 (H 2 ) 2 ][Cl][MnCr(C 2 4 ) 3 ].4H 2 [Fe(pq) 2 (H 2 ) 2 ][Cl 4 ][MnCr(C 2 4 ) 3 ].4H 2 KARAKTERISASI Penentuan Rumus Kimia Penetapan Struktur Pengukuran Sifat Magnetik Spektroskopi serapan atom Analisis unsur C, H, N Termogravimetri Konduktometri Spektroskopi inframerah Difraksi sinar-x serbuk Suseptibilitas magnetik dengan variasi temperatur Gambar III.1 Bagan alir penelitian 29

2 III.1 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah H 2 C 2 4.2H 2 (asam oksalat dihidrat), K 2 C 2 4.H 2 (kalium oksalat monohidrat), K 2 Cr 2 7 (kalium dikromat), FeCl 3.6H 2 (besi(iii) klorida heksahidrat), serbuk Fe, Fe(S 4 ) 2.7H 2 (besi(ii) sulfat heptahidrat), C 6 H 4 N 2 CH (2-nitrobenzaldehida), C 5 H 4 NCCH 3 (2-asetilpiridin), [N(C 4 H 9 ) 4 ]Br (tetrabutilamonium bromida), K 3 [Cr(C 2 4 ) 3 ].3H 2 (kalium tris(oksalato)kromat(iii) trihidrat), FeCl 2.4H 2 (besi(ii) klorida tetrahidrat), Fe(Cl 4 ) 2.6H 2 (besi(ii) perklorat heksahidrat), Fe(BF 4 ) 2.6H 2 (besi(ii) tetrafluoroborat heksahidrat), Na[B(C 6 H 5 ) 4 ] (natrium tetrafenilborat), C 2 H 2 N 3 NH 2 (4-amino-1,2,4-triazol = NH 2 trz), C 14 H 10 N 2 (2-(2 - piridil)kuinolin = pq), [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 (tris(4-amino-1,2,4-triazol)besi(ii) klorida trihidrat), [Fe(NH 2 trz) 3 ](Cl 4 ) 2 (tris(4-amino-1,2,4-triazol)besi(ii) perklorat), [Fe(pq) 3 ]Cl 2.H 2 (tris(2,(2 -piridil)kuinolin)besi(ii) klorida monohidrat), [Fe(pq) 3 ](Cl 4 ) 2 (tris(4-amino-1,2,4-triazol)besi(ii) perklorat), Mn(N 3 ) 2.4H 2 (mangan(ii) nitrat tetrahidrat), MnS 4.H 2 (mangan(ii) sulfat monohidrat), Fe(NH 4 ) 2 (S 4 ) 2.6H 2 (amonium besi(ii) sulfat heksahidrat), KCl (kalium klorida), CH 3 H (metil alkohol), C 2 H 5 H (etil alkohol), CH 3 CCH 3 (aseton), (C 2 H 5 ) 2 (dietil eter), HCN(CH 3 ) 2 (N,N-dimetilformamida = dmf), (CH 3 ) 2 S (dimetil sulfoksida = dmso), H 2 (akuades), HCl (asam klorida) 10 M, HN 3 (asam nitrat) 14 M dan H 2 S 4 (asam sulfat) 18 M. Semua bahan yang digunakan memiliki kualitas pro analisis (p.a) dan diperoleh secara komersial, kecuali senyawa-senyawa K 3 [Cr(C 2 4 ) 3 ].3H 2, FeCl 2.4H 2, C 14 H 10 N 2, [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2, [Fe(NH 2 trz) 3 ](Cl 4 ) 2, [Fe(pq) 3 ]Cl 2.H 2 dan [Fe(pq) 3 ](Cl 4 ) 2 merupakan hasil sintesis sendiri. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi alat untuk keperluan sintesis dan karakterisasi. Alat untuk keperluan sintesis meliputi seperangkat alat dari gelas, alat suntik (syringe), corong buchner, batangan magnetik, tabung berisi gas nitrogen, pompa vakum, neraca analitis dan pemanas berpengaduk magnetik (hot plate magnetic stirrer). 30

3 Instrumen karakterisasi meliputi: Neraca kerentanan magnet (MSB = Magnetic Susceptibility Balance) merek Sherwood Scientific Ltd., dan konduktometer merek Hanna Instruments HI8819N di Laboratorium Kimia Anorganik ITB. Spektrofotometer serapan atom (AAS = Atomic Absorpsion Spectroscopy) merek Shimadzu AA8801S di Laboratorium Kimia Universitas Padjadjaran (UNPAD). Spektrometer CHNS model Fison EA 1108 di Laboratorium Kimia, Fakulti Sains dan Teknologi Pangan, Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Termogravimetri analiser (TGA = Termogravimetric Analysis) model Pyris 1 merek Perkin Elmer di Departemen of Chemical Engineering, University of Technology of PETRNAS, Malaysia. Magnetometer MPMS-7 di Stratingh Institute of Chemistry and Chemical Engineering, University of Groningen, The Netherlands dan Universidad de Valencia, Instituto de Ciencia Molecular Edificio de Institutos. Spektrofotometer inframerah merek Shimadzu FTIR-8400 di Laboratorium Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Difraktometer model Bruker D8 di Solid State Chemistry Department, University of Groningen The Netherlands, Difraktometer Shimadzu S6000 di Australian National Beamline Facility (ANBF), Jepang dan Difraktometer Bruker APEX di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). III.2 Prosedur Kerja III.2.1 Sintesis Sebagaimana disajikan pada Gambar III.1, sintesis meliputi senyawa garam besi(ii) klorida, ligan pq, kompleks kalium tris(oksalato)kromium(iii), kompleks besi(ii) dengan ligan NH 2 trz dan pq, kompleks mangan(ii)- kromium(iii) oksalat dan senyawa baru hasil penggabungan kompleks besi(ii) dengan kompleks mangan(ii)-kromium(iii) oksalat. 31

4 III Kompleks K 3 [Cr(C 2 4 ) 3 ].3H 2 Sintesis kompleks K 3 [Cr(C 2 4 ) 3 ].3H 2 dilakukan dengan mengikuti metode yang telah dipublikasikan ( ab.ch.iup.edu/wool cock/ch 116 Lec/expf4.htm) dengan prosedur sebagai berikut: Ke dalam gelas kimia 100 ml yang berisi 5,51 gram H 2 C 2 4.2H 2 ditambahkan 10 ml akuades sambil diaduk selama 5 menit. Kemudian ditambahkan 1,81 gram K 2 Cr 2 7 sambil diaduk secara kuat hingga terbentuk gelembung-gelembung gas seperti mendidih. Setelah reaksi mereda, ke dalam larutan ditambahkan 2,12 gram K 2 C 2 4.H 2 sambil diaduk dan dipanaskan hingga semua padatan larut dan volume larutan tersisa setengahnya. Selanjutnya gelas kimia berisi larutan tersebut didinginkan dalam wadah berisi es dan ke dalamnya ditambahkan 10 ml etanol absolut sambil diaduk hingga terbentuk endapan. Setelah didiamkan selama 30 menit, endapan yang terbentuk disaring degnan menggunakan corong buchner dan dicuci dengan 3 X 5 ml etanol 50% diikuti 10 ml etanol absolut. Selanjutnya endapan dikeringkan di udara terbuka dan ditimbang. Untuk mendapatkan senyawa K 3 [Cr(C 2 4 ) 3 ].3H 2 dengan tingkat kemurnian yang tinggi, maka endapan hasil sintesis selanjutnya direkristalisasi dengan prosedur sebagai berikut: Kira-kira 5,23 5,34 gram K 3 [Cr(C 2 4 ) 3 ].3H 2 hasil sintesis dilarutkan dalam 20 ml akuades di dalam gelas kimia 50 ml. Kemudian ke dalam larutan ditambahkan 15 ml etanol absolut tetes demi tetes melalui dinding gelas kimia dan didiamkan selama kurang lebih 2 jam. Kristal yang terbentuk disaring dan dicuci dengan 5 ml etanol 50% diikuti 5 ml etanol absolut. Selanjutnya kristal dikeringkan di udara terbuka dan ditimbang. III Garam FeCl 2.4H 2 Ke dalam gelas kimia 100 ml yang berisi 10 ml etanol absolut ditambahkan 5,25 gram FeCl 3.6H 2 sambil diaduk hingga larut. Kemudian ditambahkan 2,51 gram serbuk Fe dan 3 ml HCl pekat sambil dipanaskan dan diaduk hingga larutan yang semula berwarna kuning kecoklatan menjadi bening. Selanjutnya dalam keadaan panas larutan disaring, filtratnya ditampung dalam labu berisi eter yang disimpan dalam pendingin es. Serbuk yang terbentuk dalam labu berisi eter disaring 32

5 menggunakan corong buchner dibawah aliran gas N 2 hingga kering kemudian ditimbang. Serbuk FeCl 2.4H 2 yang telah kering disimpan di dalam botol dan ditimbang kemudian ditempatkan dalam desikator vakum berisi desikan P 2 5. III Ligan 2,(2 -piridil)kuinolin (pq = C 14 H 10 N 2 ) Sintesis ligan pq dilakukan dengan mengikuti metode yang digunakan oleh Harris dan rekan kerjanya (Harris dkk., 1972). Prosedur sintesis ligan pq ini didahului oleh sintesis salah satu reaktannya yaitu senyawa C 6 H 4 NH 2 CH (2- aminobenzaldehida) dengan prosedur sebagai berikut: Ke dalam labu dasar bulat volume 500 ml dimasukkan 52,51 gram FeS 4.7H 2, 87,50 ml H 2 dan 0,25 ml HCl 10 M sambil diaduk hingga semua padatan larut. Kemudian ditambahkan 3,05 gram C 6 H 5 N 2 CH (2-nitrobenzaldehida). Campuran direfluks sambil tetap diaduk. Pada saat temperatur campuran mencapai 90 C ke dalamnya ditambahkan 12,50 ml NH 4 H 10 M diikuti 5 ml setiap selang waktu 2 menit hingga 3 kali penambahan (3 X 5 ml). Sepuluh menit setelah penambahan bagian terakhir NH 4 H, susunan alat refluks (a) dihubungkan dengan susunan alat destilasi (b) seperti ditunjukkan pada Gambar III.2. b a b Keterangan: (a) susunan alat refluks, (b) susunan alat destilasi uap Gambar III.2 Susunan alat refluks dan destilasi uap pada proses sintesis senyawa C 7 H 7 N (2-aminobenzaldehida) 33

6 Destilat ditampung dalam 2 fraksi, destilat fraksi-1 ditampung mulai tetesan pertama hingga menit ke-15. Selanjutnya destilat ke-2 ditampung hingga proses destilasi tidak menghasilkan lagi destilat. Destilat fraksi-1 dijenuhkan dengan kira-kira 1,5 2,5 gram NaCl padat kemudian diaduk pada suhu 5 C hingga terbentuk kristal 2-aminobenzaldehida berwarna kuning muda. Kristal yang terbentuk disaring dan dikeringkan, filtratnya ditampung dan ditambahkan ke dalam destilat fraksi-2. Campuran destilat fraksi-2 dan filtrat dari fraksi-1 dijenuhkan dengan kira-kira 2,5 5,0 gram NaCl padat. Kemudian diekstraksi degnan 50 ml eter. Ekstraksi degnan eter dilakukan 2 kali, lalu ekstraknya dikeringkan dengan kira-kira 2,5 3,5 gram Na 2 S 4 anhidrat. Selanjutnya ekstrak didestilasi vakum hingga semua eter habis dan yang tersisa padatan berwarna kuning 2-aminobenzaldehida. Semua padatan 2-aminobenzaldehida digunakan untuk sintesis ligan 2,(2 -piridil)kuinolin. Sintesis ligan 2-(2 -piridil)quinolin dilakukan melalui proses berikut ini: Di dalam gelas kimia 100 ml dilarutkan sebanyak 0,98 1,21 gram 2-aminobenzaldehida dalam pelarut etanol dan di dalam gelas kimia 100 ml yang lainnya dilarutkan senyawa 2-asetilpiridin dengan jumlah dan pelarut yang sama. Kemudian kedua larutan dicampurkan dalam labu dasar bulat 100 ml disertai penambahan larutan NaH 1M sebanyak 2 ml. Selanjutnya campuran direfluks sambil diaduk hingga mendidih selama 1 jam. Dalam keadaan panas ke dalam campuran ditambahkan karbon aktif kira-kira 1 gram sambil diaduk kemudian didiamkan selama kurang lebih 5 menit. Selanjutnya campuran disaring, filtratnya ditampung di dalam gelas kimia 1 liter. Kemudian ke dalam filtrat tersebut ditambahkan kira-kira 1 liter air panas bertemperatur sekitar C dan dibiarkan selama semalam. Kristal berbentuk jarum dan berwarna putih mengkilap yang terbentuk pada dinding dan dasar gelas kimia disaring dengan menggunakan corong buchner, dikeringkan dan ditimbang. 34

7 III Kompleks Besi(II) dengan Ligan NH 2 trz Di dalam labu 50 ml berisi batangan magnetik ditimbang 0,21 gram FeCl 2.4H 2 kemudian secepat mungkin labu tersebut ditutup dengan rubber septum dan ke dalamnya dialirkan gas N 2 dan 3 ml metanol yang telah dideoksigenasi. Di dalam labu yang lainnya ditimbang 0,28 gram ligan NH 2 trz dan dilarutkan dalam 7 ml metanol. Selanjutnya larutan ligan ditambahkan ke dalam labu berisi larutan FeCl 2.4H 2 dengan menggunakan alat suntik. Campuran diaduk di atas pemanas berpengaduk magnetik, endapan yang terbentuk disaring dengan menggunakan kaca masir dan dikeringkan dalam desikator vakum yang berisi desikan P 2 5 kemudian ditimbang. Prosedur sintesis yang sama dilakukan tetapi dengan menggunakan senyawa 0,36 gram Fe(Cl 4 ) 2.6H 2 dan 0,34 gram Fe(BF 4 ) 2.6H 2 sebagai sumber besi(ii). III Kompleks Besi (II) dengan Ligan pq Di dalam labu 50 ml ditimbang 0,21 gram FeCl 2.4H 2 kemudian labu tersebut ditutup dengan rubber septum dan ke dalamnya dialirkan gas N 2. Selanjutnya ke dalam labu tersebut ditambahkan 3 ml metanol yang telah dideoksigenasi menggunakan jarum suntik. Di dalam labu lainnya ditimbang 1,02 gram ligan pq dan dilarutkan dalam 10 ml metanol yang telah dideoksigenasi. Selanjutnya larutan ligan ditambahkan ke dalam labu yang berisi larutan FeCl 2.4H 2 dengan menggunakan jarum suntik. Campuran diaduk di atas pemanas berpengaduk magnetik dan endapan yang terbentuk disaring menggunakan kaca masir, lalu dikeringkan dalam desikator vakum yang berisi desikan P 2 5 kemudian ditimbang. Prosedur sintesis yang sama dilakukan, tetapi dengan menggunakan senyawa 0,36 gram Fe(Cl 4 ) 2.6H 2 dan 0,34 gram Fe(BF 4 ) 2.6H 2 sebagai sumber besi(ii). Sintesis kompleks besi(ii) dengan ligan pq juga dilakukan dengan menggunakan anion [BPh 4 ] -. Prosedurnya sebagai berikut: 0,21 gram FeCl 2.4H 2 dilarutkan dengan 5 ml metanol di dalam labu tertutup di bawah atmosfir gas N 2. Kemudian ke dalam labu tersebut ditambahkan larutan 1,02 gram ligan pq dalam 35

8 10 ml metanol diikuti larutan 0,75 gram Na(BPh 4 ) dalam 10 ml dmf. Reaksi dibiarkan berlangsung pada temperatur ruang selama 24 jam. Kristal yang terbentuk disaring, dicuci dengan metanol dan dmf kemudian dikeringkan di dalam desikator yang berisi desikan P 2 5, selanjutnya ditimbang. III Senyawa [TBA][MnCr(ox) 3 ] Sintesis senyawa [TBA][MnCr(ox) 3 ] dilakukan menurut metode yang yang telah dipublikasikan (Pellaux, et al., 1997) dengan prosedur sebagai berikut: Sebanyak 2,44 gram K 3 [Cr(ox) 3 ].3H 2 dimasukkan ke dalam gelas kimia 50 ml kemudian dilarutkan dengan 10 ml air. Ke dalam larutan tersebut ditambahkan 1,26 gram Mn(N 3 ) 2.4H 2 yang telah dilarutkan dengan 4 ml air sambil diaduk. Setelah itu pada larutan tersebut ditambahkan larutan 1,61 gram [N(C 4 H 9 ) 4 ]Br dalam 6 ml air sambil diaduk. Endapan yang terbentuk disaring dengan corong buchner kemudian dikeringkan dalam udara terbuka dan ditimbang. III Senyawa [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl][MnCr(ox) 3 ].6H 2 Sebanyak 0,49 gram K 3 [Cr(C 2 4 ) 3 ].3H 2 dilarutkan dalam 6 ml air-metanol 2:1. Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan larutan 0,26 gram Mn(N 3 ) 2.4H 2 dalam 3 ml air-metanol 2:1 sambil diaduk. Kemudian ke dalam campuran larutan tersebut ditambahkan larutan 0,44 gram [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 dalam 15 ml air-metanol 1:2 sambil tetap diaduk. Reaksi ketiga larutan dibiarkan berlangsung selama 2 jam pada temperatur ruang. Endapan berwarna ungu-keabu-abuan yang terbentuk disaring dengan menggunakan kaca masir, lalu dikeringkan dalam desikator vakum yang berisi desikan P 2 5 kemudian ditimbang. III Senyawa [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl 4 ][MnCr(ox) 3 ].4H 2 Sintesis senyawa ini dilakukan dengan cara yang sama seperti sintesis kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl][MnCr(C 2 4 ) 3 ].6H 2 (III.2.1.7) tetapi dengan menggunakan 0,51 gram [Fe(NH 2 trz) 3 ](Cl 4 ) 2 menggantikan [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2. 36

9 III Senyawa [Fe(pq) 2 ][Cl][MnCr(ox) 3 ].6H 2 Sintesis senyawa ini dilakukan dengan cara yang sama seperti sintesis kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl][MnCr(C 2 4 ) 3 ].6H 2 (III.2.1.7) tetapi dengan menggunakan 0,77 gram [Fe(pq) 3 ]Cl 2.H 2. III Senyawa [Fe(pq) 2 ][Cl 4 ][MnCr(ox) 3 ].6H 2 Sintesis senyawa ini dilakukan dengan cara yang sama seperti sintesis kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl][MnCr(C 2 4 ) 3 ].6H 2 (III.2.1.7) tetapi dengan menggunakan 0,87 gram [Fe(pq) 3 ](Cl 4 ) 2. III.2.2 Karakterisasi Karakterisasi meliputi penentuan kadar ion logam kalium(i), kromium(iii), mangan(ii), besi(ii), unsur C, H, N, pengukuran suseptibilitas magnetik, uji spektroskopi inframerah dan difraksi sinar-x serbuk. III Penentuan Kadar Ion Logam Penyiapan Larutan Standar Larutan standar kalium 100 ppm dibuat dengan cara sebagai berikut: Sebanyak 0,19 gram KCl dilarutkan dalam akuades dan 7 ml HN 3 14 M di dalam labu takar 1000 ml hingga tanda batas. Kemudian dibuat larutan standar kalium 1, 2, 3, 4 dan 5 ppm, dengan cara pengenceran berturut-turut 1, 2, 3, 4 dan 5 ml larutan standar 100 ppm di dalam masing-masing labu takar 100 ml hingga tanda batas. Larutan standar kromium 100 ppm dibuat dari senyawa K 2 Cr 2 7 sebanyak 0,29 gram dengan cara yang sama seperti pembuatan larutan standar kalium 100 ppm. Kemudian dibuat larutan standar kromium 3, 5, 7, 9, 11, 13 dan 15 ppm. 37

10 Cara yang sama juga dilakukan pada pembuatan larutan standar mangan 100 ppm dari senyawa MnS 4.4H 2 sebanyak 0,41 gram. Kemudian dibuat larutan standar mangan 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 ppm. Pada pembuatan larutan standar besi 100 ppm dari senyawa Fe(NH 4 ) 2 (S 4 ) 2.6H 2 sebanyak 0,72 gram, 7 ml asam HN 3 14 M diganti dengan 10 tetes HCl 10 M. Kemudian dibuat larutan standar besi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm. Penyiapan Larutan Sampel Sebanyak 0,10 gram sampel senyawa K 3 [Cr(C 2 4 ) 3 ].3H 2 dilarutkan dalam akuades dan 1 ml HN 3 14 M di dalam labu takar 100 ml, kemudian 1 dan 5 ml larutan sampel tersebut diencerkan dalam labu takar 100 ml hingga tanda batas. Larutan hasil pengenceran dari 1 ml larutan sampel digunakan untuk analisis kadar kalium sedangkan larutan hasil pengenceran dari 5 ml larutan sampel dianalisis kadar kromiumnya. Larutan sampel senyawa [TBA][MnCr(ox) 3 ] dibuat dengan cara yang sama seperti pembuatan larutan sampel K 3 [Cr(C 2 4 ) 3 ].3H 2 tetapi sampel yang dilarutkan sebanyak 0,12 gram. Cara yang sama juga digunakan untuk pembuatan larutan sampel 0,1 gram [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2, 0,1 gram [Fe(NH 2 trz) 3 ](Cl 4 ) 2, 0,1 gram [Fe(NH 2 trz) 3 ](Cl 4 ) 2, 0,14 gram [Fe(pq) 3 ]Cl 2.H 2, 0,16 gram [Fe(pq) 3 ](Cl 4 ) 2, 0,15 gram [Fe(pq) 3 ](BF 4 ) 2, 0,16 gram [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl] [MnCr(ox) 3 ].6H 2, 0,17 gram [Fe(NH 2 trz) 3 ][Cl 4 ][MnCr(ox) 3 ].4H 2, 0,19 gram [Fe(pq) 2 ][Cl][MnCr(ox) 3 ].6H 2 dan 0,21 gram [Fe(pq) 2 ][Cl 4 ] [MnCr(ox) 3 ].6H 2. Sebanyak 5 ml masing-masing larutan sampel diencerkan di dalam labu takar 100 ml hingga tanda batas. Larutan sampel hasil pengenceran kemudian dianalisis kadar ion logamnya. Larutan standar kalium 1, 2, 3, 4 dan 5 ppm serta larutan sampel hasil pengenceran yang mengandung ion kalium diukur absorbansnya dengan alat spektrofotometer serapan atom pada λ = 766,5 nm. 38

11 Larutan standar kromium 3, 5, 7, 9, 11, 13 dan 15 ppm serta larutan sampel hasil pengenceran yang mengandung ion kromium diukur absorbansnya pada λ = 357,9 nm. Larutan standar mangan 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 ppm serta larutan sampel hasil pengenceran yang mengandung ion mangan diukur absorbansnya pada λ = 279,5 nm. Larutan standar besi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm serta larutan sampel hasil pengenceran yang mengandung ion besi diukur absorbansnya pada λ = 248,3 nm. III Penentuan Kadar Hidrat dengan Analisis Termogravimetri Penentuan jumlah air kristal (hidrat) dilakukan menurut metode analisis termogravimetri berupa pengurangan berat dengan variasi temperatur. Sebanyak 2 5 mg sampel ditempatkan dalam wadah platina yang terdapat dalam instrumen TGA. Selanjutnya sampel dipanaskan dari temperatur 30 sampai dengan 500 C dengan kecepatan kenaikan temperatur 5 C/menit. Selama proses berlangsung dialirkan gas N 2 dengan kecepatan 260 ml/menit. III Pengukuran Momen Magnetik (μ ef ) pada Temperatur Ruang Pengukuran momen magnetik pada temperatur ruang dilakukan dengan menggunakan alat MSB. Alat MSB ditempatkan di atas permukaan datar dan diatur sedemikian rupa sehingga penunjuk permukaan (water-pass) berada tepat ditengah lingkaran penunjuk. Kemudian alat dihidupkan dan dibiarkan selama 10 menit. Selanjutnya alat dikondisikan sedemikian rupa sehingga penunjuk nilai R menampilkan nilai 0. Tabung MSB kosong ditimbang, beratnya dinyatakan sebagai m 0 dalam satuan gram. Kemudian tabung tersebut dimasukkan ke dalam tempat khusus dalam alat MSB dan harga pada penunjuk nilai R dicatat sebagai R 0. Selanjutnya tabung MSB diisi kira-kira 0,10 0,15 gram sampel dan ditimbang kembali, beratnya dinyatakan sebagai m 1. Ketinggian sampel dalam tabung 39

12 diukur dan dicatat sebagai l biasanya kira-kira 1,5 3,5 cm. Tabung berisi sampel dimasukkan ke dalam alat MSB dan harga pembacaannya dicatat sebagai R 1. Temperatur saat pengukuran dicatat dan dikonversi kedalam satuan Kelvin. Berdasarkan data hasil pengukuran kemudian dihitung nilai suseptibilitas magnetik masa (χ g ) menurut persamaan: C. l. (R 1 R 0 ) χ g = (III.1) (m 1 m 0 ) C adalah konstanta kalibrasi sebesar 1,11/10 9. Nilai suseptibilitas masa dikonversi menjadi suseptibilitas molar (χ M ) menurut persamaan: χ M = χ g x Mr.Senyawa (III.2) Nilai suseptibilitas molar dikoreksi dengan faktor koreksi diamagnetic ( ) sehingga diperoleh nilai suseptibilitas molar terkoreksi (χ, M ) sebagai berikut: χ, M = χ M - (III.3) Kemudian nilai momen magnetik efektif (μ eff ) dihitung dengan persamaan: μ ef = [8 x χ, M T] 1/2 BM (III.4) Besarnya fraksi mol spin tinggi dapat ditentukan berdasarkan nilai χ, M T maupun μ ef menggunakan persamaan: (χ) T = X HS.χ HS + (1 - X HS )χ LS (Gütlich dan Goodwin, 2004) (III.5) Berdasarkan hubungan χ terhadap μ ef yang ditunjukkan pada persamaan (III.4), persamaan (III.5) dapat ditulis ulang sebagai: (μ 2 ) T = X HS (μ 2 HS) + (1 - X HS ) (μ 2 LS) (III.6) dengan X HS adalah fraksi mol spin tinggi, μ HS adalah nilai limit momen magnetik spin tinggi ditentukan sebesar 5,4 BM dan μ LS nilai limit momen magnetik spin rendah ditentukan sebesar 0,7 BM (nggo dan Sugiyarto, 2001). 40

13 III Pengukuran Sifat Magnetik dengan Variasi Temperatur Pengukuran sifat magnetik dengan perubahan kontinu temperatur dilakukan dengan menggunakan MPMS-7 (Magnetic Properties Measurement System). Kira-kira 5 30 mg sampel dimasukkan ke dalam kapsul gelatin. Kemudian kapsul berisi sampel dimasukkan ke dalam sedotan transparan dengan kedalaman kira-kira 2/3 panjang sedotan. Selanjutnya sedotan tersebut ditempatkan pada stik yang terdapat pada MPMS-7. Proses pengukuran dilakukan dengan metode ZFC (Zero Field Cool) yakni sampel di turunkan temperaturnya dari temperatur ruang ke 5 K tanpa medan magnetik. Pada saat temperatur telah mencapai 5 K, medan magnetik mulai digunakan sebesar 1000 e dan proses pengukuran mulai dijalankan dari temperatur 5 K sampai dengan kira-kira 330 K dengan kenaikan temperatur 1 10 K/step. III Uji Spektroskopi Inframerah Pengukuran spektroskopi inframerah dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer inframerah merek Shimadzu FTIR Pengukuran diawali dengan pembuatan pelet sampel ditambah senyawa KBr, yakni kira-kira 1 mg sampel digabungkan dengan sekitar 10 mg KBr digerus sedemikian rupa hingga kedua padatan bercampur secara sempurna. Kemudian dimasukkan ke dalam press holder, divakumkan dan ditekan beberapa saat hingga terbentuk pelet. Selanjutnya pelet tersebut diukur spektranya pada daerah bilangan gelombang cm -1. III Uji Difraksi Sinar-X Serbuk Kira-kira 5 25 mg sampel ditempatkan dengan merata dan termampatkan secara baik pada tempat sampel kemudian diletakkan pada sel (sample holder) dalam alat difraktometer sinar-x. Sampel disinari dengan sinar-x yang dihasilkan dari logam Cu Kα (λ = 1,54 Å). Selama penyinaran sampel dirotasi dengan kecepatan 60 rpm. Data difraksi sinar-x sampel diambil pada rentang sudut difraksi (2θ) 41

14 10 60 dengan interval 0,02 /step dan waktu tiap step kira-kira 2 detik. Difraktogram yang diperoleh berupa grafik intensitas (counts) versus sudut difraksi (2θ). Puncak-puncak difraksi pada difraktogram setiap senyawa diindeks dalam program CELL-A untuk mendapatkan sistem kristal yang paling sesuai untuk senyawa yang bersangkutan. Tingkat kesesuain sistem kristal ditetapkan berdasarkan nilai R dan R 10 dalam satuan persen (%). Nilai R menunjukkan tingkat kesesuaian berdasarkan keseluruhan puncak difraksi yang diindeks sedangkan nilai R 10 menunjukkan tingkat kesesuain berdasarkan 10 puncak difraksi pertama yang diindeks. Untuk membuktikan atau menguji tingkat kesesuain sistem kristal yang diperoleh dari program CELL-A, selanjutnnya dilakukan penghalusan dengan metode Le Bail dalam program Rietica. III Uji Difraksi Sinar-X Kristal Tunggal Sebuah kristal dengan ukuran 0,08 x 0,05 x 0,03 mm 3 untuk [Fe(pq) 3 ](Cl 4 ) 2 dan 0,44 x 0,16 x 0,13 mm 3 untuk [Fe(pq) 2 (dmf) 2 ](BPh 4 ) 2 dipilih untuk pengukuran difraksi sinar-x. Data difraksi sinar-x dikoleksi pada sebuah difraktometer Bruker SMART APEX pada temperatur 295(2) K menggunakan teknik ω-scan dengan radiasi Mo Kα ( λ = 0,71073 Å). Data intensitas dikumpulkan pada rentang sudut difraksi kira-kira 1,62 27,49 untuk refleksi kristal [Fe(pq) 3 ](Cl 4 ) 2. Untuk kristal [Fe(pq) 2 (dmf) 2 ](BPh 4 ) 2, data intensitas dikumpulkan pada sudut difraksi kira-kira 1,62 25,24 untuk refleksi. Koreksi absorpsi dan polarisasi-lorentz (Lorentz-polarization) digunakan untuk mereduksi data refleksi. Struktur molekul masing-masing kompleks diselesaikan dan dihaluskan menggunakan program SHELXTL (Sheldrick, 1997). Adapun gambar molekulnya diperoleh menggunakan RTEP (Sheldrick, 1991). 42

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu sintesis dan karakterisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O. Pada sintesis garam rangkap tersebut dilakukan variasi perbandingan

Lebih terperinci

LAMPIRAN B DATA HASIL PENGINDEKSAN DAN PENGHALUSAN PUNCAK DIFRAKSI SINAR-X SERBUK

LAMPIRAN B DATA HASIL PENGINDEKSAN DAN PENGHALUSAN PUNCAK DIFRAKSI SINAR-X SERBUK LAMPIRAN B DATA HASIL PENGINDEKSAN DAN PENGHALUSAN PUNCAK DIFRAKSI SINAR-X SERBUK 1. Kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O Tabel B.1 Data input (puncak difraksi) dan out put hasil dari program CELL-A Data

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian Senyawa kompleks oktahedral yang mengandung ion logam pusat transisi seri pertama dengan konfigurasi d 4 d 7 dapat berada dalam dua keadaan elektronik

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan Karakterisasi Kompleks besi(ii) dengan ligan NH 2 trz disintesis dari reaksi garam besi(ii) dengan ligan NH 2 trz dengan rasio mol 1:3 dalam pelarut

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset Kimia Lingkungan, dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sementara analisis dengan menggunakan instrumen dilakukan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2015. Ekstraksi hemin dan konversinya menjadi protoporfirin dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan-bahan yang Digunakan Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah metanol, NaBH 4, iod, tetrahidrofuran (THF), KOH, metilen klorida,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitiaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Lebih terperinci

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September BAB III BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium Riset kimia makanan dan material, untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni tahun 2012 Januari 2013 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah dilakukan. Sub bab pertama diuraikan mengenai waktu dan lokasi penelitian, desain penelitian, alat dan bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

Jurnal Kimia Indonesia

Jurnal Kimia Indonesia Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1 (1), 2006, h. 7-12 Sintesis Senyawa Kompleks K[Cr(C 2 O 4 ) 2 (H 2 O) 2 ].2H 2 O dan [N(n-C 4 H 9 ) 4 ][CrFe(C 2 O 4 ) 3 ].H 2 O Kiki Adi Kurnia, 1 Djulia Onggo, 1 Dave Patrick,

Lebih terperinci

5001 Nitrasi fenol menjadi 2-nitrofenol dan 4-nitrofenol

5001 Nitrasi fenol menjadi 2-nitrofenol dan 4-nitrofenol 00 Nitrasi fenol menjadi -nitrofenol dan -nitrofenol KNO, H SO NO + NO C H O (9.) KNO (0.) H SO (98.) C H NO (9.) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi elektrofilik aromatis, nitrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Sampel Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun Kembangan, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan batang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan januari hingga maret 2008 percobaan skala 500 mililiter di laboratorium kimia analitik Institut Teknologi Bandung. III.2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Riset Jurusan Pendidikann Kimia UPI. Karakterisasi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Riset Jurusan Pendidikann Kimia UPI. Karakterisasi dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai Juli 2010 di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikann Kimia UPI. Karakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer

Lebih terperinci

5009 Sintesis tembaga ftalosianin

5009 Sintesis tembaga ftalosianin P 59 Sintesis tembaga ftalosianin (H H ) 6 Mo 7 2 2. H2 + 8 + CuCl H 2-8 H 3-8 C 2 - H 2 - HCl Cu C 8 H 3 CH 2 CuCl H 2 Mo 7 6 2. H 2 C 32 H 16 8 Cu (18.1) (6.1) (99.) (1235.9) (576.1) Literatur Classic

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik

Lebih terperinci

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan 3 Percobaan Garis Besar Pengerjaan Rangkaian proses isolasi pertama-tama dimulai dengan proses pengumpulan sampel. Karena area sampling adalah area yang hanya ditemukan pada musim hujan, sampel alga baru

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : 3 Percobaan 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : Gambar 3. 1 Diagram alir tahapan penelitian secara umum 17 Penelitian ini dibagi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Organik Universitas Lampung.

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah karakter zeolit

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. Sintesis cairan ionik, sulfonasi kitosan, impregnasi cairan ionik, analisis

Lebih terperinci

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat NP 5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat NH 4 HC 3 + + 2 C 2 C 2 C 2 H CH 3 H 3 C N CH 3 H + 4 H 2 + C N 3 C 7 H 6 C 6 H 10 3 C 19 H 23 4 N C 2 (79.1) (106.1) (130.1)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan februari sampai Agustus 2015 di Laboratorium Kimia Material dan Hayati FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (diannurvika_kimia08@yahoo.co.id) 2 Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Organik Universitas Lampung.

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metodologi Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat katalis asam heterogen dari lempung jenis montmorillonite

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat

Lebih terperinci

4009 Sintesis asam adipat dari sikloheksena

4009 Sintesis asam adipat dari sikloheksena 4009 Sintesis asam adipat dari sikloheksena C 6 H 10 (82.2) + 4 H H 2 2 H + 4 H 2 (34.0) + sodium tungstate dihydrate + Aliquat 336. Na 2 W 4 2 H 2 (329.9) C 6 H 10 4 C 25 H 54 ClN (404.2) (146.1) Klasifikasi

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan 3 Percobaan 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, seperti gelas kimia, gelas ukur, cawan petri, labu

Lebih terperinci

Pupuk super fosfat tunggal

Pupuk super fosfat tunggal Standar Nasional Indonesia Pupuk super fosfat tunggal ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian Secara Umum Secara umum, diagram kerja penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Monomer Inisiator Limbah Pulp POLIMERISASI Polistiren ISOLASI

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI CIS DAN TRANS KALIUM DIOKSALATODIAKUOKROMAT ( III )

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI CIS DAN TRANS KALIUM DIOKSALATODIAKUOKROMAT ( III ) LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI CIS DAN TRANS KALIUM DIOKSALATODIAKUOKROMAT ( III ) OLEH : NAMA : IMENG NIM: ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI, TANGGAL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi sampel dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi sampel dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April s.d Oktober tahun 2009 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi sampel dan

Lebih terperinci

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan 5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan H O O O NO 2 + HO HO 4-toluenesulfonic acid + NO 2 O H 2 C 7 H 5 NO 3 C 2 H 6 O 2 C 7 H 8 O 3 S. H 2 O C 9

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung, yang terletak di Lantai 3 Gedung Kimia bagian Utara. 3.1 Peralatan

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas BAB III METODE PENELITIAN Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas minyak belut yang dihasilkan dari ekstraksi belut, dilakukan penelitian di Laboratorium Riset Kimia Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2010 sampai Maret 2011 di Laboratorium Bagian Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB dan di Laboratory of Applied

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath, termometer, spatula, blender, botol semprot, batang pengaduk, gelas kimia, gelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Analisis difraksi sinar-x dan analisis morfologi permukaan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat-Alat yang digunakan : 1. Seperangkat alat kaca 2. Neraca analitik, 3. Kolom kaca, 4. Furnace, 5. Kertas saring, 6. Piknometer 5 ml, 7. Refraktometer,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol)

4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol) 4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol) FeCl 3. 6 H 2 O C 10 H 7 C 20 H 14 O 2 (144.2) (270.3) (286.3) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Penggabungan oksidatif naftol,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas 39 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas Lampung. Analisis distribusi ukuran partikel dilakukan di UPT. Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Bahan katalis yang digunakan pada penelitian ini adalah zeolit alam yang berasal dari Tasikmalaya Jawa Barat dan phospotungstic acid (HPW, H 3 PW 12 O 40 )

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia FMIPA Unila. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN III.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : - Spektrometer serapan atom ( Perkin-Elmer tipe Aanalyst 100 ) - Tungku karbon ( Perkin-Elmer

Lebih terperinci

Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap.

Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap. A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap. B. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa diharapkan mampu mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas kimia (50,100, 250, dan 500 ml), ph indikator, gelas ukur 100 ml, thermometer, kaca arloji,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak LAMPIRAN Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak 40 Lampiran 2. Hasil uji kalium diklofenak dengan FT-IR 41 Lampiran 3. Hasil uji asam dikofenak dengan FT-IR 42 Lampiran 4. Hasil uji butil diklofenak

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci