4 Hasil dan Pembahasan
|
|
- Sudirman Tedjo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Ligan H AdBP dan H SbBP Pada penelitian ini dilakukan sintesis senyawa H AdBP dan H SbBP berdasarkan metode Jensen yang telah dimodifikasi. CH 3 1 H H H 3 CH 3 -H H 3 C H H Cl 1 3 (CH ) n 3 Cl 1 CH 3 H 3 C H Cl (CH ) n Cl H 1 - C l 1 CH 3 H 1 H (CH ) n H 1 H 3 C H 3 3 CH 3 -H H 3 C (CH ) n C H 3 +H + H 3 C (C H ) n H H Gambar 4.1 Mekanisme reaksi sintesis ligan H AdBP (n=4) dan H SbBP (n=8).
2 Pada tahap awal sintesis dilakukan reaksi antara MPP dengan Ca(H). Tahap ini merupakan proses aktivasi melalui penyerangan oleh basa terhadap atom H pada posisi α dari gugus karbonil yang bersifat asam pada MPP. Hasilnya akan terbentuk suatu intermediet enolat. Ikatan rangkap yang terbentuk akan menyerang gugus karbonil yang terdapat pada sebakoil atau adipoil yang menyebabkan terlepasnya ion Cl -. Reaksi ini berlangsung pada suhu 100ºC 15ºC selama 5 jam. Reaksi selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.1. Setelah reaksi selesai campuran hasil reaksi didinginkan sampai suhu kamar. Setelah dingin pada campuran akan terbentuk endapan berwarna kuning keputihan. Endapan ini merupakan senyawa Ca(H) dan ligan yang mengendap. Ca(H) yang mengendap dipisahkan dari ligan dengan penambahan 00 ml asam klorida (HCl) M. Campuran dikocok dengan kuat selama 10 menit untuk mempercepat reaksi yang terjadi. Penambahan asam selain untuk melarutkan Ca(H) akan menyebabkan senyawa yang bersifat polar terekstrak ke dalam fasa air. Endapan yang diperoleh kemudian disaring menggunakan penyaring Buchner. Endapan hasil penyaringan kemudian dicuci dengan aqua dm sampai mendekati ph 7. Secara sederhana reaksi yang berlangsung dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4. Persamaan reaksi sintesis ligan 4.1 Karakterisasi H AdBP dan H SbBP Untuk mengetahui keberhasilan dari sintesis, senyawa yang diperoleh dilakukan karakterisasi dengan beberapa uji. Pada penelitian ini senyawa yang diperoleh dikarakterisasi dengan uji titik leleh, uji kelarutan dan uji serapan spektrum Infra Red (IR). Hasil uji titik leleh dapat dilihat pada Tabel 4.1.
3 Tabel 4.1 Karakterisasi ligan H AdBP dan H SbBP Senyawa Warna Senyawa Rentang titik leleh (ºC) H AdBP masih kotor Kuning kecokelatan 190,3-197,6 H SbBP masih kotor Kuning tua 17,8-13,9 H SbBP sudah direkris Kuning 13,9-135,4 Dari hasil uji titik leleh terlihat rentang titik leleh untuk senyawa H SbBP dan H AdBP yang cukup lebar. Rentang titik leleh yang lebar mengindikasikan bahwa senyawa H SbBP dan H AdBp yang diperoleh masih belum murni. Senyawa tersebut kemudian dimurnikan dengan cara melarutkannya dalam pelarut yang terdiri dari etanol-air dengan perbandingan volume 5:1. Setelah dilakukan pemurnian rentang titik leleh menjadi lebih sempit dibandingkan dengan rentang titik leleh sebelum dimurnikan. Data ini menunjukan bahwa semakin murni suatu senyawa maka rentang titik lelehnya semakin sempit. Pada penelitian yang dilakukan oleh zoukwu diperoleh titik leleh untuk H AdBP adalah 193ºC dan H SbBP adalah 136ºC. Senyawa H SbBP dan H AdBP memiliki kelarutan yang baik dalam kloroform seperti yang ditunjukan dalam tabel 4.. Tabel 4. Hasil uji kelarutan H SbBP dan H AdBP Senyawa Pelarut n-hexane metanol CHCl 3 H Etanol : air 5:1 CHCl 3 : n-hexan 1:1 MPP x Sebacoyl x H SbBP x H AdBP x Keterangan: + = sedikit larut ++++ = sangat larut x = tidak larut Untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa H SbBP dan H AdBP hasil sintesis dilakukan dengan uji serapan spektrum IR untuk kedua senyawa tesebut. Uji serapan spektrum IR juga dilakukan terhadap reagen-reagen yang terlibat dalam sintesis yaitu, adipoil klorida, sebakoil klorida dan MPP yang dijadikan sebagai pembanding. Hasil uji serapan spektrum IR untuk senyawa H SbBP dapat dilihat pada Gambar 4.3. Puncak vibrasi H muncul pada bilangan gelombang 3450,65 cm -1. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa 3
4 H SbBP hasil sintesis berada dalam bentuk tautomer ketoenol bukan dalam bentuk tautomer diketonya. Pada bilangan gelombang 307,60 cm -1 muncul puncak yang menandakan adanya stretching CH dari gugus benzen. Pada bilangan gelombang 939,5 cm -1 muncul puncak vibrasi dari CH alifatik. Pada bilangan gelombang cm -1 muncul puncak khas C yang berasal dari udara pada saat pembuatan pellet KBr. Puncak khas lainnya sesuai dengan hasil yang diperoleh Uzoukwu et al., 009, yaitu vibrasi C= asimetrik pada 164,06 cm -1, vibrasi C=C fenil pada 1591,7 cm -1, stretching cincin pirazolon pada 1556,55 cm -1 dan vibrasi asimetrik-c=c- pada 1494,83 cm -1. Sedangkan data hasil uji IR H AdBP (Gambar 4.4) menunjukan data yang tidak jauh berbeda dengan hasil data uji spektrum serapan IR H SbBP. Pada H AdBP puncak vibrasi gugus -H muncul pada bilangan gelombang 3446,79 cm -1. Pada hasil uji IR H AdBP tidak muncul puncak strectching CH dari gugus benzena. Puncak vibrasi CH muncul pada bilangan gelombang 96,01 cm -1. Puncak khas C juga muncul dalam spektrum IR H AdBP. Puncak khas lainnya sesuai dengan hasil yang diperoleh Uzoukwu et al., 009, yaitu vibrasi C= asimetrik pada 169,85 cm -1, vibrasi C=C fenil pada 1593,0 cm -1, stretching cincin pirazolone pada 1560,41 cm -1 dan vibrasi asimetrik-c=c- pada 1494,83 cm - 1. Pada hasil uji serapan spektrum IR untuk senyawa MPP (Gambar 4.5) menunjukan adanya beberapa puncak yang mirip dengan puncak-puncak yang ditunjukkan oleh spektrum IR H SbBP dan H SbBP. Pada hasil uji spektrum serapan IR MPP terlihat adanya pergeseran beberapa puncak, misalnya puncak stretching cincin pirazolon yang bergeser dari 153,76 cm-1 (pada MPP) menjadi 1556,55 cm-1 (pada H SbBP) dan 1560,41cm -1 (pada H AdBP). Pergeseran puncak ini menunjukkan bahwa cincin pirazolon pada MPP tidak sama dengan cincin pirazolon pada H SbBP dan H AdBP. Puncak lainnya yang bergeser adalah puncak C=, dari 160,85 cm -1 (pada MPP) menjadi 164,06 cm -1 (pada H SbBP) dan 169,01cm -1 (pada H AdBP). Sedangkan dari hasil uji spektrum serapan IR sebakoil klorida terlihat puncak khas yang muncul adalah puncak C= pada 1797,66 cm -1 dan CH pada 933,73 cm -1. Hasil uji spektrum serapan IR untuk senyawa adipoil klorida terlihat puncak C= muncul pada 1801,51 cm -1 dan 1691,57 cm -1. Puncak CH muncul pada 958,50 cm -1. Dengan membandingkan hasil uji spektrum serapan IR antara H SbBP dan H AdBP dengan pereaksinya terlihat adanya pergeseran puncak dan ada puncak baru yang muncul seperti puncak H yang terlihat pada uji spektrum serapan IR senyawa H SbBP dan H AdBP yang sebelumnya tidak muncul pada hasil uji spektrum serapan IR dari pereaksi. Hal ini menunjukan bahwa telah terbentuk senyawa baru dan bukan senyawa hasil pencampuran fisik dari pereaksi. 4
5 Tabel 4.3 Spektrum serapan IR untuk H AdBP dan H SbBP Bilangan gelombang (cm -1 ) Bilangan gelombang (cm -1 ) Identifikasi (H SbBP) (H AdBP) 3450, ,79 v(-h) 307,60 - v(c-h) aromatik 939,5 96,01 v(c-h) CH 164,06 169,85 V as (C=) karbonil 1591,7 1593,0 v(c=c) fenil 1556, ,41 cincin pirazolon 1494, ,83 v as (C=C=C) 90 %T HSbBP kita /cm Gambar 4.3 Spektrum serapan IR H SbBP. 5
6 90 %T HAdBP /cm Gambar 4.4 Spektrum serapan IR H AdBP. 100 %T MPP /cm Gambar 4.5 Spektrum serapan IR MPP. 6
7 90 %T Sebacoil /cm Gambar 4.6 Spektrum serapan IR sebakoil klorida 100 %T Adipoil /cm Gambar 4.7 Spektrum serapan IR adipoil klorida 7
8 4. Analisis Kompleks Yttrium-Alizarin S Pada penelitian ini analisis kompleks yttrium-alizarin S dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotomerti UV-Vis. Sebelum pengukuran dilakukan pada penelitian ini yttrium dikompleksan dengan alizarin S membentuk suatu senyawa kompleks. Senyawa kompleks yang terbentuk relatif stabil setelah 1 jam. leh karena itu pada penelitian ini seluruh pengukuran dilakuka setelah 1 jam semua pereaksi dicampurkan. Larutan kompleks yttrium alizarin berwarna merah-ungu. Warna ini merupakan warna yang diteruskan oleh kompleks yang kemudian ditangkap oleh mata sebagai warna larutan. Warna merah-ungu merupakan warna komplementer dari warna hijau. Warna hijau inilah yang sebenarnya diserap oleh kompleks sehingga panjang gelombang serapan maksimum berada pada daerah panjang gelombang dari warna hijau. Panjang gelombang warna hijau adalah nm. Pada penelitian ini panjang gelombang maksimum untuk pengukuran dipilih pada 530 nm. Pada penelitian ini kurva kalibrasi untuk yttrium memiliki persamaan y = 0,07x + 0,09, dengan y merupakan absorbans yang terukur dan x konsentrasi analit. Koefisien korelasi (r²) yang diperoleh adalah 0,9960. Kurva kalibrasi yttrium dapat dilihat pada Gambar 4.8. Gambar 4.8 Kurva kalibrasi yttrium Jika mengacu kepada hukum Lambert-Beer maka semestinya persamaan yang diperoleh y=mx, yang menyatakan bahwa apabila tidak ada analit dalam sampel maka tidak ada serapan serapan yang terukur. amun demikian pada suatu percobaan persamaan ini sulit untuk dicapai karena adanya indikasi bahwa nilai ε tergantung dari sifat zat yang menyerap dan panjang gelombang radiasi Selain itu penyimpangan yang terjadi dalam hukum Labert- Beer dapat terjadi karena karakteristik alat yang digunakan dalam pengukuran (Day & Underwood, 1990). Persamaan yang diperoleh masih layak untuk menentukan konsentrasi suatu sampel yang tidak diketahui karena memiliki r ~1. Daerah linier dari kurva kalibrasi 8
9 berada pada daerah konsentrasi -1 ppm dengan nilai absorbansi pada daerah 0,15-0,8801 dengan kepekaan 0,07 absorbans ppm -1. Kurva kalibrasi untuk yttrium secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. 4.3 Pengaruh Konsentrasi Ligan dan ph Terhadap Angka Banding Distribusi Yttrium (D Y(III) ). Pengaruh konsentrasi ligan dan ph dipelajari dengan melakukan ekstraksi pada konsentrasi ligan dan ph yang bervariasi. amun terlebih dahulu harus melihat kemungkinan reaksi yang dapat terjadi pada saat ekstraksi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui spesi apa saja yang terlibat dalam proses ekstraksi pelarut Y(III). Kemungkinan reaksi-reaksi yang terjadi pada proses ekstraksi pelarut Y(III) adalah sebagai berikut: 1. Reaksi pembentukan Y(III) dengan ion H -. Y + H Y( H ) Y + + H Y( H ) + 3+ Y + H Y H3 3 ( ) β + [ Y( H ) ] 1 = 3+ β [ Y ][ H ] [ Y ( H ) ] [ Y ][ H ] + = 3+ [ Y ( H ) ] = [ Y ][ H ] β (Pers. 4.1) (Pers. 4.) (Pers. 4.3). Ligan H SbBP dan H AdBP merupakan asam lemah yang dilambangkan dengan LH. Maka ligan akan mengalami disosiasi dalam air, yaitu LH + H LH + H + 3 LH + H L + H + 3 Ka + [ LH ][ H3 ] Ka1 = (Pers. 4.4) [ LH ][ H ] + [ L ][ H3 ] [ LH ][ H] = (Pers. 4.5) 3. Reaksi pembentukan kompleks yttrium dengan ligan berlangsung sebagai berikut Y + nlh ( YL ) + nh 3 + (3 n) + n K H YL = (Pers. 4.6) + n (3 n) [ ] [( n) ] 3+ n [ Y ][ LH ] Atau dapat ditulis 3+ [ ] Y + n (3 n) [ H ] [( YLn ) ] 3+ n K[ Y ][ LH] = (Pers. 4.7) 9
10 4. Distribusi ligan nlh nlh K [ nlh ] d1 = (Pers. 4.8) [ nlh] 5. Y(III) akan bereaksi dengan ligan membentuk kompleks. Reaksi ini terjadi pada bagian antar muka kloroform-air. Kompleks yang terbentuk akan terdistribusi ke dalam fasa air dan organik. ( YL ) ( YL ) (3 n) (3 n) n n K (3 n) [( YLn ) ] d (3 n) [( YLn ) ] = (Pers. 4.9) Karena ligan mengalami kelarutan yang sangat kecil dalam air maka ligan dianggap tidak terdistribusi ke dalam fasa air sehingga nilai K d1 dapat diabaikan. Kemudian nilai β, β dan β 3 dianggap sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Maka nilai D dapat ditentukan sebagai berikut: 3 + (3 n) (3 n) [ Y ] total [( YLn ) ] [( YLn ) ] D = = = 3 3 (3 ) 3 [ Y + n ] total [ Y + ] [( YL + + n ) ] (3 n) [ Y ] [( YLn ) ] 1 + [( ) (3 n) YLn ] Kd Kd D = = 3+ + n [ Y ] [ H ] 1+ (3 n) 1+ n [( YLn ) ] K[ LH] (Pers. 4.10) (Pers. 4.11) + n [ H ] log D = log Kd log 1+ K[ LH] n (Pers. 4.1) + [ nh ] K[ LH ] n >> 1 n log D = log K log[ H ] + log K + log[ LH ] (Pers. 4.13) + n d log D = log K + ( n) ph + log K + nlog[ LH ] (Pers. 4.14) d Jumlah ligan yang terikat pada Y(III) dapat ditentukan dengan melakukan ekstraksi pada ph tetap sehingga log D=f(log[ligan]). Dengan demikian akan terdapat 3 buah tetapan yaitu log K d,log K dan (n)ph yang dapat ditulis sebagai K. Maka akan diperoleh persamaan log D = K ' + nlog[ LH ] (Pers. 4.15) 30
11 Dengan membuat kurva log D terhadap log [ligan] maka akan diperoleh suatu garis lurus dengan kemiringan n. ilai n adalah jumlah ligan yang terikat pada Y(III). Ion H + yang dilepaskan ligan dalam proses ekstraksi dapat ditentukan dengan melakukan ekstraksi pada konsentrasi ligan yang tetap. Sehingga diperoleh 3 buat tetapan yang dapat digabungkan yaitu log K d,log K dan log[ligan] yang ditulis sebagai K. Sehingga diperoleh persamaan log D = K " + ( n) ph (Pers. 4.16) Dengan membuat kurva log D terhadap ph akan diperoleh suatu garis lurus yang memiliki kemiringan n. ilai n adalah sama dengan jmlah ion H + yang dilepaskan ligan. Pada penelitian ini pengaruh konsentrasi H SbBP terhadap nilai angka banding distribusi dari Y(III) (D Y(III) ) pada ph 4,53 dapat dilihat pada Gambar 4.9. Hasil ini menunjukan bahwa kenaikan konsentrasi ligan H SbBP dalam kloroform dapat meningkatkan nilai D Y(III). Gambar 4.9 Pengaruh konsentrasi ligan H SbBP terhadap D Y(III) Hal yang sama terjadi untuk ekstraksi Y(III) dengan H AdBP seperti yang terlihat pada Gambar ilai D yang semakin besar menunjukan semakin banyaknya Y(III) yang berpindah ke dalam fasa kloroform. Sehingga dengan naiknya nilai D efisiensi ekstraksi Y(III) menjadi meningkat. Hal ini menunjukan kinerja ligan H SbBP dan H AdBP pada ekstraksi Y(III) dapat ditingkatkan dengan memperbesar konsentrasi ligan H SbBP dan H AdBP dalam fasa organik. 31
12 Gambar 4.10 Pengaruh konsentrasi ligan H AdBP terhadap D Y(III) Jumlah ligan yang terikat pada Y(III) dapat diperkirakan dari nilai kemiringan kurva log D terhadap log konsentrasi ligan dalam fasa organik sesuai Pers Pada penelitian ini diperoleh persamaan log D Y(III) =,367 log[h SbBP] + 6,070 untuk ekstrasksi menggunakan H SbBP seperti yang terlihat pada Gambar Gambar 4.11 Kurva log D Y(III) terhadap log konsentrasi ligan H SbBP dalam fasa organik Dari persamaan yang tersebut kemiringan kurva sama dengan,367. Hasil ini mengindikasikan kemungkinan bahwa jumlah ligan H SbBP yang terikat pada satu ion Y(III) sebanyak atau,5. Sedangkan pada ekstraksi dengan menggunakan ligan H AdBP diperoleh persamaan dari kurva log D terhadap log konsentrasi H AdBP dalam fasa organik (Gambar 4.1) log D Y(III) = 1,597 log[h AdBP]+ 4,81. Dari persamaan tersebut diperoleh nilai kemiringan kurva sebesar 1,597 yang menunjukan kemungkinan dari jumlah ligan H AdBP yang terikat pada ion Y(III) sebanyak 1,5 atau dua ion Y(III) diikat oleh tiga ligan H AdBP. 3
13 Gambar 4.1 Kurva log D Y(III) terhadap log konsentrasi ligan H AdBP dalam fasa organik Akan tetapi, hasil ini masih belum dapat dijelaskan secara seksama mengenai jumlah sebenarnya dari ligan yang terikat pada ion Y(III). Hal ini terjadi karena ligan yang digunakan dalam ekstraksi masih berupa crude sehingga memungkinkan adanya spesi lain yang ikut terikat pada Y(III). leh karena itu perlu dilakukan penelitian dan pengkajian lebih lanjut untuk mengetahui secara pasti jumlah ligan yang terikat pada Y(III). Pengaruh ph pada ekstraksi Y(III) dengan menggunakan ligan H SbBP dapat dilihat pada Gambar pada gambar tersebut teramati nilai D Y(III) mengalami kenaikan pada daerah ph 3-4,53. Hal ini dikarenakan dengan naiknya ph dapat mendorong ligan membentuk spesi LH - atau L - pada daerah antar muka kloroform-air. Spesi-spesi inilah yang diduga berikatan dengan Y(III) membentuk kompleks. Pada ph yang lebih tinggi konsentrasi spesi LH - dan L - semakin meningkat sehingga jumlah Y(III) yang terekstrak kedalam kloroform menjadi lebih banyak. amun perlu diperhatikan pada ph 5 nilai D Y(III) kembali turun. Penurunan nilai D Y(III) pada ph 5 terjadi karena adanya kemungkinan terjadinya pembentukan spesi lain dari Y(III) yang menyebabkan sebagian Y(III) tidak dapat terekstrak oleh ligan seperti terbentuknya Y(H) 3. leh karena itu ph 4,53 dapat dipilih sebagai ph ekstraksi optimal dari ekstraksi Y(III) dengan ligan H SbBP. 33
14 Gambar 4.13 Kurva hubungan DY(III) terhadap ph pada ekstraksi Y(III) menggunakan ligan H SbBP Pada ligan H AdBP menunjukkan perilaku yang sedikit berbeda dengan ligan H SbBP. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.15 terbentuk dua pola yaitu pada rentang 3-4,5 dan 5-6. Pada rentang 3-4,5 nilai D Y(III) mengalami kenaikan yang relatif kecil dengan naiknya ph apabila dibandingkan dengan kenaikan D Y(III) pada rentang ph 5-6. Dari kurva yang diperoleh masih belum dapat dilakukan penentuan ph ekstraksi optimal dari Y(III) menggunakan ligan H AdBP. Gambar 4.14 Kurva hubungan D Y(III) terhadap ph pada ekstraksi Y(III) menggunakan ligan H AdBP Perbedaan prilaku yang terlihat pada kedua ligan menunjukan bahwa masing-masing ligan memiliki cara interaksi yang berbeda dengan Y(III). Pengkajian lebih lanjut mengenai pengaruh ph dilakukan dengan membuat kurva hubungan log D Y(III) terhadap ph. Pada penelitian ini, ekstraksi Y(III) dengan menggunakan ligan H SbBP dilakukan pada daerah ph 3-4,53 seperti yang terlihat pada Gambar Jika 34
15 mengacu pada Pers kemiringan dari kurva akan sama dengan jumlah ion H + yang dilepaskan oleh ligan. Persamaan yang diperoleh adalah log D Y(III) = 0,177pH - 0,31 dengan kemiringan sebesar 0,177. Gambar 4.15 Kurva hubungan log D Y(III) terhadap ph pada ekstraksi Y(III) menggunakan ligan H SbBP Kurva hubungan log D terhadap ph untuk H AdBP dilakukan pada dua daerah ph, yaitu pada daerah ph 3-5 dan ph 5-6 (Gambar 4.16). Persamaan yang diperoleh untuk rentang ph 3-5 adalah log D Y(III) = 0,183pH - 0,78 dan pada rentang ph 5-6 adalah log D Y(III) = 0,859pH - 4,194. Gambar 4.16 Kurva hubungan log D Y(III) terhadap ph pada ekstraksi Y(III) menggunakan ligan H AdBP Pada penelitian ini nilai kemiringan yang diperoleh untuk setiap kurva log D terhadap ph baik itu ligan H SbBP maupun H AdBP kurang dari 1. Hal ini mengindikasikan bahwa ligan tidak melepaskan H + pada saat berikatan dengan ion Y(III). amun demikian, hal ini masih memerlukan penelitian dan pengkajian lebih lanjut. 35
16 Pada Gambar terlihat pada rentang ph 3-5 kinerja ligan H SbBP memiliki kinerja yang lebih baik apabila dibandingkan dengan ligan H AdBP. Panjangnya rantai polimetilena yang terdapat pada kedua ligan sangat mempengaruhi kinerja dari ligan tersebut dalam mengekstrak Y(III). Gambar 4.17 Kurva kinerja ligan H SbBP dan H AdBP pada ph 3-5 Menurut Pavithran & Reddy, 005, semakin besar jarak atom oksigen pada karbonil yang terikat pada ujung polimetilena maka kinerja ligan akan semakin baik dalam mengekstrak LTJ. amun hubungan ini tidaklah selalu berlaku kareana untuk jarak yang lebih besar dari 1,18 A, kinerja ligan akan kembali menurun. Menurut Pavithran & Reddy, 005, hal ini berkaitan dengan faktor sterik dan orientasi dari gugus hidroksil dari ligan. Kedua faktor inilah yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan kompleks antara ion LTJ dengan ligan. Untuk mengetahui selektivitas dari suatu ligan terhadap ion LTJ maka kita dapat membandingkan nilai D dari kedua LTJ yang akan dipisahkan. ilai perbandingan tersebut dinamakan faktor pemisahan (α). Pada penelitian ini dilakukan penentuan nilai α dari Y(III) dengan Ce(III) pada ph,5-5. Pada Gambar 4.18 menggambarkan suatu pola ekstraksi Ce(III) dan Y(III) dengan menggunakan ligan H SbBP. 36
17 Gambar 4.18 Kurva perbedaan nilai D Ce(III) dengan D Y(III) pada ekstraksi menggunakan ligan H SbBP di daerah ph,5-5 Pada gambar tersebut terlihat ligan H SbBP memiliki kemampuan mengekstrak Y(III) yang lebih baik dibandingkan Ce(III). amun pada ekstraksi dengan menggunakan ligan H AdBP berlaku hal yang berkebalikan (Gambar 4.19), ligan H AdBP memiliki kemampuan mengekstrak Ce(III) yang lebih baik dibandingkan Y(III). Gambar 4.19 Kurva perbedaan nilai D Ce(III) dengan D Y(III) pada ekstraksi menggunakan ligan H AdBP di daerah ph,5-5 Hal ini terjadi karena pengaruh dari panjang rantai polimetilena dari ligan dan ukuran ion logam yang diekstrak. amun hal ini masih memerlukan penelitian dan pengkajian lebih lanjut. Pada penelitian ini nilai α tertinggi diperoleh pada ph 4,53 dengan nilai α sebesar,93 dengan menggunakan ligan H AdBP. 37
18 Tabel 4.4 ilai α Y/Ce untuk ligan H AdBP dan H SbBP ph α Y/Ce H SbBP H AdBP 3,03 0,94,90 3,5 0,8,57 4,03 0,69,14 4,53 0,78,93 5,03 0,44, Perlindian Monasit Bangka Dalam penelitian ini dilakukan perlindian konsentrat pasir monasit yang berasal dari Bangka menggunakan senyawa basa. Senyawa basa yang digunakan dalam perlindian ini adalah ah. Senyawa moasit berwarna abu-abu sedangkan hasil perlindian berwarna cokelat. ah bereaksi dengan LTJ membentuk senyawa LTJ oksida, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut, (Soe, et al., 008) LTJ(P 4 ) + 6aH LTJ 3.3H + a 3 P 4 Hasil perlindian selanjutnya ditambah aqua dm secara perlahan-lahan. Pada saat penambahan aqua dm ke dalam hasil perlindian dihasilkan kalor yang sangat tinggi. Hasil perlindian dipindahkan ke dalam gelas kimia dan diencerkan dengan melakukan penambahan aqua dm hingga volumenya 00 ml. Setelah didiamkan selama satu malam terbetuk endapan cokelat dan warna larutannya berwarna hijau kekuningan. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.0. Gambar 4.0 Hasil Perlindian konsentrat pasir monasit. Endapan warna cokelat diduga merupakan residu. Residu ini diduga merupakan komponen monasit yaitu senyawa silika pembentuk tanah yang tidak bereaksi dengan ah. amun demikian dugaan ini belum dibutikan kebenarannya. Untuk itu perlu dilakukan analisis lebih 38
19 lanjut mengenai endapan cokelat yang terbentuk. Filtrat yang berwarna hijau kekuningan sebelum dijadikan sebagai sampel dalam SIR perlu dilakukan pemisahan garam posfat dan senyawa torium terlebih dahulu. 4.5 Pemisahan Endapan Cokelat. Endapan cokelat yang terbentuk setelah hasil perlindian ditambah aqua dm selanjutnya disaring menggunakan kertas saring Whatman nomor 40. Dari hasil penyaringan diperoleh endapan cokelat sebanyak 7,8546 gram. Dari hasil yang diperoleh, endapan cokelat ini diduga masih banyak mengandung LTJ karena seharusnya jika mengacu kepada literatur residu yang dihasilkan tidak akan jauh dari 30% dari berat monasitnya. leh karena itu masih perlu dilakukan optimasi perlindian dari konsentrat monasit Bangka yang akan digunakan sebagai sampel dalam SIR. 4.6 Pemisahan Kristal Jarum Larutan hasil perlindian yang berwarna hijau kekuningan mengandung garam fosfat. Garam fosfat ini terbentuk karena reaksi ah dengan senyawa fosfat yang ada dalam monasit. Senyawa fosfat merupakan salah satu komponen utama dari monasit. Untuk memisahkan senyawa ini dilakukan dengan menjenuhkan larutan hasil perlindian sampai volumenya 60 ml. Untuk memperoleh kristal jarum maka penjenuhan harus dilakukan secara perlahan lahan, kristal jarum yang terbentuk berwarna putih. Setelah kristal jarum terbentuk kemudian larutan yang berwarna hijau kekuningan tadi dipindahkan kedalam gelas kimia yang lain dengan cara didekantasi. Walaupun dengan cara ini kita tidak dapat menghitung secara pasti kadar garam fosfat yang terbentuk karena dalam larutan masih terdapat garam fosfat yang larut. amun tujuan dari pemisahan ini adalah untuk mengurangi matrik dari sampel sebelum digunakan pada SIR. 4.7 Pemisahan Torium Dalam larutan hasil derstruksi selain terdapat garam fosfat terdapat pula senyawa torium yang merupakan salah satu komponen dari LTJ. Dalam penelitian ini torium dipisahkan dari larutan dengan cara menurunkan ph hingga phnya mendekati 3,5 dengan senyawa asam. Asam yang ditambahkan ke dalam larutan adalah HCl 3M. Pada saat ph mendekati 3,5 terbentuk endapan berwarna putih. Endapan ini merupakan senyawa torium. Senyawa torium 39
20 ini kemudian dipisahkan dengan cara disaring menggunakan kertas saring Whatman nomor 41. Berat torium yang diperoleh adalah 0,331 gram. 40
4 Hasil Penelitian dan Pembahasan
4 Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Sintesis serta Karakterisasi H 2 SbBP Sintesis ligan H2SbBP dilakukan dengan mereaksikan MPP dengan sebakoil pada suhu 100-125 o C selama 5 jam. Pada sintesis ligan
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat, mengisolasi dan mengkarakterisasi derivat akrilamida. Penelitian diawali dengan mereaksikan akrilamida dengan anilin sulfat.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan
Lebih terperinciSintesis dan Studi Kinerja Ligan H 2 AdBP dan H 2 SbBP Pada Ekstraksi Pelarut Y(III) Bagi Pemisahan Logam Tanah Jarang Dalam Pasir Monasit Bangka
Sintesis dan Studi Kinerja Ligan H 2 AdBP dan H 2 SbBP Pada Ekstraksi Pelarut Y(III) Bagi Pemisahan Logam Tanah Jarang Dalam Pasir Monasit Bangka SKRIPSI Mohamad Jalaludin 10505067 PROGRAM STUDI KIMIA
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH
PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Sintesis dan Karakterisasi Resin Pengkhelat Sintesis resin pengkhelat dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik retensi ion logam Cu 2+ pada resin PSDVB-NN. Untuk
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong
Lebih terperinci4 Hasil dan pembahasan
4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:
PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel yang dinyatakan sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai
Lebih terperinci5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein
57 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein CH H H + 2 + 2 H 2 H C 8 H 4 3 C 6 H 6 2 C 2 H 12 5 (148.1) (11.1) (332.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus
Lebih terperinciKondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin
Laporan Praktikum Senyawa Organik Polifungsi KI2251 1 Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin Antika Anggraeni Kelas 01; Subkelas I; Kelompok C; Nurrahmi Handayani
Lebih terperinciBAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis PSDVB-PAR Senyawa 4-(2 Piridilazo) Resorsinol merupakan senyawa yang telah lazim digunakan sebagai indikator logam pada analisis kimia karena kemampuannya membentuk
Lebih terperinci5009 Sintesis tembaga ftalosianin
P 59 Sintesis tembaga ftalosianin (H H ) 6 Mo 7 2 2. H2 + 8 + CuCl H 2-8 H 3-8 C 2 - H 2 - HCl Cu C 8 H 3 CH 2 CuCl H 2 Mo 7 6 2. H 2 C 32 H 16 8 Cu (18.1) (6.1) (99.) (1235.9) (576.1) Literatur Classic
Lebih terperinciPENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A
PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016
Lebih terperinciBab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat
Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-
18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012
23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren
Lebih terperinciNoda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil uji pendahuluan Setelah dilakukan uji kandungan kimia, diperoleh hasil bahwa tumbuhan Tabemaemontana sphaerocarpa positif mengandung senyawa alkaloid,
Lebih terperinci4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon
4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium
23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp
Lebih terperinciBAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229
Lebih terperinciLAPORAN KIMIA ANALITIK KI 3121 Percobaan modul 2 PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR
LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 3121 Percobaan modul 2 PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR Nama : Imana Mamizar NIM : 10511066 Kelompok : 5 Nama Asisten : Rizki Tanggal Percobaan : 25 Oktober 2013 Tanggal Pengumpulan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi
2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Senyawa Fenolik Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar tumbuhan kenangkan yang diperoleh dari Desa Keputran Sukoharjo Kabupaten
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik
BAB IV HASIL DA PEMBAHASA Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik berbasis garam benzotriazolium yaitu 1,3-metil oktadesil-1,2,3-benzotriazolium bromida 1, 1,3- metil heksadesil-1,2,3-benzotriazolium
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini
Lebih terperinciLAPORAN KIMIA ANALITIK KI-2221
LAPORAN KIMIA ANALITIK KI-2221 Percobaan 5 EKSTRAKSI PELARUT Nama : Nisrina Rizkia NIM : 10510002 Kelompok : 1 Tanggal Percobaan : 20 Maret 2012 Tanggal Laporan : 27 Maret 2012 Asisten Praktikum : Ka Elsi
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)
23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex
Lebih terperinciANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN Tanggal Praktikum : Jumat, Oktober 010 Tanggal Pengumpulan Laporan : Jumat, 9 Oktober 010 Disusun oleh Nama : Annisa Hijriani Nim
Lebih terperinciBAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembentukan Senyawa Indotimol Biru Reaksi pembentukan senyawa indotimol biru ini, pertama kali dijelaskan oleh Berthelot pada 1859, sudah sangat lazim digunakan untuk penentuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya
Lebih terperinci4002 Sintesis benzil dari benzoin
4002 Sintesis benzil dari benzoin H VCl 3 + 1 / 2 2 + 1 / 2 H 2 C 14 H 12 2 C 14 H 10 2 (212.3) 173.3 (210.2) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan ksidasi alkohol, keton, katalis logam transisi
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset Kimia Lingkungan, dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciPENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI
PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI A. Tujuan Percobaan Percobaan. Menentukan tetapan pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri. B. Dasar Teori Dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),
27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory), Karakterisasi FTIR dan Karakterisasi UV-Vis dilakukan di laboratorium Kimia Instrumen,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.
16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian
Lebih terperinciKata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol
PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)
PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.
BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan
Lebih terperinciHASIL KALI KELARUTAN (Ksp)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) NAMA : YUSI ANDA RIZKY NIM : H311 08 003 KELOMPOK : II (DUA) HARI/TGL PERC. : SENIN/08 MARET 2010 ASISTEN : FITRI JUNIANTI LABORATORIUM KIMIA FISIKA
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON OLEH NAMA : HABRIN KIFLI HS. STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK ASISTEN : VI (ENAM) : HERIKISWANTO LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sistem kromatografi yang digunakan merupakan kromatografi fasa balik, yaitu polaritas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam, dengan kolom C-18 (n-oktadesil silan)
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Organik Universitas Lampung.
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.
Lebih terperinciTUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012
TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Mata Kuliah Topik Smt / Kelas Beban Kredit Dosen Pengampu Batas Pengumpulan : Kimia Analitik II : Spektrofotometri
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Organik Universitas Lampung.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di
30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,
Lebih terperinciPEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014
PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 Disusun oleh : AMELIA DESIRIA KELOMPOK: Ma wah shofwah, Rista Firdausa Handoyo, Rizky Dayu utami, Yasa Esa Yasinta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan
Lebih terperinciADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris
BAB IV ASIL DAN PEMBAASAN 4.1. Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris Serbuk daun (10 g) diekstraksi dengan amonia pekat selama 2 jam pada suhu kamar kemudian dipartisi dengan diklorometan.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan
Lebih terperinciUJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama
UJI KUANTITATIF DNA Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama A. PENDAHULUAN Asam deoksiribonukleat atau lebih dikenal dengan DNA (deoxyribonucleid acid) adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Kimia Bahan Makanan Fakultas Farmasi USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories. 3.1 Alat-alat Alat-alat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret
Lebih terperinciPembuatan Nikel DMG. dalam range konsentrasi yang lebar.
Pembuatan ikel DMG Widya Kusumaningrum (1112016200005), Ipa Ida Rosita, urul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati. Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Lebih terperinci