BAB I PENGANTAR. Kutipan di atas menunjukkan bahwa pelayan atau pembantu. rumah tangga merupakan kelompok sosial pribumi yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. Kutipan di atas menunjukkan bahwa pelayan atau pembantu. rumah tangga merupakan kelompok sosial pribumi yang"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Hanya satu macam pribumi, saran Catenius, sejak sekarang boleh merupakan pribumi sejati dan hanya pribumi ini-pelayan-diperbolehkan masuk ke dalam atau dekat rumah modern Belanda di Hindia Belanda. 1 Kutipan di atas menunjukkan bahwa pelayan atau pembantu rumah tangga merupakan kelompok sosial pribumi yang memperoleh akses masuk ke ruang privat orang-orang Eropa di Hindia Belanda. Tidak hanya dibutuhkan untuk membantu menyelesaikan urusan pekerjaan rumah tangga, namun mereka juga dibutuhkan untuk membantu orang-orang Eropa beradaptasi dan mengenal lingkungan Hindia Belanda. Hal tersebut dikarenakan Hindia Belanda memiliki lingkungan dan budaya yang berbeda dengan tempat asal orang-orang Eropa tersebut. Oleh sebab itu, pembantu rumah tangga merupakan penghubung antara orang-orang Eropa dengan dunia Hindia Belanda. 2 1 J.M.J Catenius-van Der Meijden, Ons Huis in Indie (Semarang: Masman En Stroink, 1904), hlm Jean Gelman Taylor, Kostum dan Gender di Jawa Kolonial Tahun , dalam Henk Schulte Nordholt (ed.), Outward Appearances: Trend, Identitas, Kepentingan, (Yogyakarta: LKiS, 2005), hlm. 127.

2 2 Akar munculnya penggunaan pembantu rumah tangga oleh orang-orang Eropa di Hindia Belanda bisa jadi berasal dari penggunaan budak-budak yang dipekerjakan di rumah. Para budak dipekerjakan sebagai juru masak, penjahit, pesuruh, penyetrika pakaian, kusir, dan sebagainya. 3 Pada 1 Januari 1860 perbudakan resmi dilarang oleh pemerintah Hindia Belanda. 4 Peran pembantu sangat penting dan dibutuhkan orangorang Eropa terutama para pegawai laki-laki Eropa (kecuali pejabat tinggi) datang ke Hindia Belanda tanpa disertai oleh istri, keluarga maupun kaum perempuan lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh faktor jarak yang jauh dan sulitnya transportasi pada saat itu, sehingga mereka membutuhkan pembantu rumah tangga untuk mengurusi pekerjaan rumah. Pada akhir abad ke-19, jumlah migrasi orang-orang Eropa totok terutama kaum perempuan meningkat. Kaum perempuan Eropa tersebut kemudian mengambil alih urusan rumah tangga, namun peran pembantu rumah tangga tetap masih penting dan dibutuhkan. 5 3 Susan Blackburn, Jakarta: Sejarah 400 Tahun, (Jakarta: Masup Jakarta, 2011), hlm Achmad Sunjayadi, Dari Layanan Domestik ke Ranah Publik: Peran Pelayan Pribumi dalam Akomodasi Turisme Kolonial di Hindia-Belanda, dalam International Conference on Indonesian Studies: Unity, Diversity and Future, (Jakarta: UI, _), hlm Djoko Soekiman, Kebudayaan Indis Dari Zaman Kompeni Sampai Revolusi, (Yogyakarta: Komunitas Bambu, 2011), hlm. 38.

3 3 Seiring berjalannya waktu, kota-kota di Jawa mengalami pertumbuhan dan modernisasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang Eropa merupakan salah satu faktor penggerak kemajuan kota-kota di Jawa. Kota-kota tersebut antara lain yaitu Batavia, Bandung, Semarang, dan Surabaya. 6 Fasilitas-fasilitas modern di kota seperti sekolah, tempat hiburan, gedung pertemuan, bank, transportasi, kantor pos, dan lainnya dibangun untuk menunjang kehidupan penduduk kota. Keadaan kota-kota tersebut mengakibatkan terbukanya berbagai lapangan pekerjaan, sehingga menarik orang-orang desa ke kota untuk mencari pekerjaan. Pergerakan penduduk desa ke pusat-pusat kota merupakan akibat dari berkurangnya akses lahan di pedesaan sehingga menyebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan. 7 Menurut Ingleson, sebagian besar populasi penduduk perkotaan di Jawa bekerja di sektor informal yaitu salah satunya 6 Rudolf Mrazek, Engineers of Happy Land: Perkembangan Teknologi dan Nasionalisme di Sebuah Koloni, (Jakarta: Yayasan Obor, 2006), hlm Ratna Saptari, Melalui Lensa Domestik: Pembantu Rumah Tangga dan Masalah Ingatan dalam Proses Dekolonisasi, dalam Erwiza Erman dan Ratna Saptari (ed.), Dekolonisasi: Buruh Kota dan Pembentukan Bangsa, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia; KITLV-Jakarta, 2013), hlm. 351.

4 4 bekerja sebagai pembantu rumah tangga. 8 Data statistik tahun 1930 menunjukkan penduduk pribumi di Jawa yang bekerja di bidang servis rumah tangga ada orang yaitu perempuan dan laki-laki, dengan rincian orang bekerja di daerah Jawa Barat, orang di Jawa Tengah, orang di Yogyakarta, orang di Surakarta, dan orang yang bekerja di Jawa Timur. 9 Tidak begitu saja dapat dengan mudah diterima menjadi pembantu rumah tangga keluarga Eropa. Kebersihan dan disiplin adalah syarat yang harus dipenuhi jika hendak menjadi pembantu keluarga Eropa. 10 Tidak hanya itu, setiap pembantu juga dituntut memiliki tanggung jawab untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga keluarga Eropa. Oleh karena itu biasanya para keluarga yang mencari pembantu rumah tangga akan menyeleksi baik-baik calon pembantunya itu. 8 John Ingleson, Tangan dan Kaki Terikat: Dinamika Buruh, Sarekat Kerja dan Perkotaan Masa Kolonial, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2004), hlm Departement van Economische Zaken, Volkstelling 1930 Deel VIII, Overzicht voor Nederlandsch (Batavia: Landsdrukkerij, 1936), hlm Ann Laura Stoler dan Karen Strassler, Casting for the Colonial: Memory Work in New Order Java, Comparative Studies in Society and History, Vol. 42, No. 1, Januari 2000, hlm. 32.

5 5 Kepemilikan pembantu rumah tangga dijadikan sebagai salah satu indikator status sosial dan kemewahan dalam keluarga Eropa. Keluarga Eropa kelas atas bisa memiliki sekitar empat sampai enam pembantu rumah tangga, sedangkan keluarga Eropa kelas bawah memiliki pembantu kurang dari jumlah tersebut. 11 Jumlah pembantu rumah tangga yang dipekerjakan antara satu keluarga Eropa dengan keluarga Eropa lainnya tidak sama. Hal itu berkaitan dengan status sosial, kebutuhan pembantu rumah tangga serta biaya yang harus mereka keluarkan untuk membayar pembantu rumah tangganya. Berbeda dengan di negeri asalnya, mereka tidak atau belum tentu menggunakan jasa pembantu rumah tangga kecuali bangsawan dan orang kaya. Pembantu rumah tangga dibagi-bagi sesuai dengan jenis pekerjaan yang harus mereka kerjakan. Pembagian kerja pembantu rumah tangga di dalam keluarga Eropa relatif lebih jelas dan terperinci dibanding pembagian kerja di keluarga priyayi Jawa. 12 Dalam rumah tangga keluarga Eropa minimal memiliki jongos atau sepen, babu, dan laki-laki untuk mengurus kuda serta kebun yang 11 Elsbeth Locher-Scholten, Orientalism and the Rhetoric of the Family: Javanese Servants in Europe Household Manuals and Children s Fiction, Indonesia, No. 58, Oktober 1994, hlm Mutiah Amini, Modernitas dan Perubahan Identitas di Perkotaan: Sejarah Sosial Keluarga Elite Jawa di Semarang pada Awal Abad ke-20, Disertasi S3 Program Studi Ilmu-Ilmu Humaniora (Yogyakarta: UGM, 2013), hlm. 177.

6 6 disebut kebon. Di dalam buku panduan populer yang terbit 1913 menerangkan bahwa paling tidak ada 7 orang pembantu yang dibutuhkan antara lain jongos, kokki, babu, kebon, jait atau tukang jahit, wasbabu atau babu cuci, serta supir. 13 B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian Kehidupan pembantu rumah tangga yang bekerja dalam keluarga Eropa memang tak dapat dipisahkan dari kehidupan keluarga Eropa itu sendiri. Tetapi, kehidupan pembantu rumah tangga tersebut hanya menjadi suatu bagian kecil dalam pembahasan kehidupan keluarga Eropa. Oleh karena itu, tidak didapatkan penjelasan yang mendalam mengenai kehidupan pembantu rumah tangga. Maka, pokok permasalahan penelitian ini adalah sejauh mana pembantu rumah tangga keluarga Eropa menjadi salah satu sektor pekerjaan pada masa akhir kolonial dan menjadi potret relasi antara pribumi dengan bangsa Eropa. Dari pokok permasalahan penelitian ini terdapat beberapa pertanyaan, yaitu: 1)Apa yang melatarbelakangi mereka pergi ke kota dan memilih bekerja sebagai pembantu rumah tangga keluarga Eropa? 2)Bagaimana cara mereka memperoleh pekerjaan tersebut? 3)Apa saja pekerjaan para pembantu di rumah majikan? 13 Elsbeth Locher-Scholten, loc. cit.

7 7 4)Relasi sosial seperti apa yang terjalin antara mereka dengan majikannya? Dalam penelitian sejarah, hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah batasan spasial dan temporal. Itulah salah satu ciri yang membedakan penelitian sejarah dengan yang lain. Ruang lingkup pembantu rumah tangga dalam penelitian ini adalah orang-orang pribumi baik laki-laki maupun perempuan yang bekerja sebagai jongos, babu, kebon, kokki, jait, dan wasbabu pada keluarga-keluarga Eropa di Jawa. Lalu, keluarga Eropa dalam penelitian ini mencakup keluarga totok (keluarga kulit putih murni yang baru datang ke Hindia Belanda) dan keluarga Indis (keluarga kulit putih yang sudah tinggal selama beberapa generasi di Hindia Belanda). Jawa merupakan pusat pemerintahan kolonial Hindia Belanda, sehingga dalam perkembangannya kehadiran kolonial di Jawa mempengaruhi tampilan perkotaan di Jawa. Letak dan fungsi kota mempengaruhi komposisi penduduk di dalamnya, salah satunya penduduk Eropa. Meskipun jumlah penduduk Eropa lebih kecil jika dibanding dengan jumlah penduduk pribumi dan Tionghoa, namun orang-orang Eropa tersebut mempengaruhi tata ruang perkotaan. Seperti kota Batavia dan Semarang dirancang sedemikian rupa agar dapat mirip dengan kota-kota di Belanda.

8 8 Kota-kota di Jawa menyediakan fasilitas-fasilitasnya seperti pendidikan, perdagangan, rekreasi, dan pekerjaan. Jalan-jalan sudah diperkeras, rumah-rumah sudah dihubungkan dengan listrik, ada tempat pencucian di dapur, pemakaian lemari es, sudah semakin banyak tersedia trem dan kereta, serta mobil pertama muncul di Jawa. 14 Dapat diasumsikan bahwa keadaan kota-kota di Jawa tersebut menarik orang-orang desa berdatangan ke kota untuk mencari pekerjaan salah satunya menjadi pembantu keluarga Eropa. Untuk itu batasan spasial penelitian ini adalah Jawa yang mengacu pada beberapa kota di Jawa yang diharapkan dapat mewakili gambaran Jawa secara umum. Batasan temporal penelitian ini yaitu sekitar tahun 1900 sampai tahun Batasan awalnya dipilih sekitar tahun 1900 karena di tahun itu, angka migrasi orang-orang Eropa ke Jawa meningkat yaitu 636 perempuan per laki-laki Eropa. 15 Kedatangan para Eropa totok tersebut berusaha mengubah 14 Pamela Pattynama, Keluarga Indis; Kehidupan Seharihari pada Masa Sebelum Perang di Batavia, dalam Joost Cote dan Loes Westebeek (ed.), Recalling The Indies, (Yogyakarta: Syarikat Indonesia, 2004), hlm Elsbeth Locher-Scholten, Pakaian Musim Panas dan Makanan Kaleng, Perempuan Eropa dan Gaya Hidup Barat di Hindia Tahun , dalam Henk Schulte Nordholt (ed.), Outward Apperances: Trend, Identitas, Kepentingan (Yogyakarta: Lkis, 2005), hlm. 225.

9 9 hubungan-hubungan yang lebih intim antara majikan (Indis) dengan pembantu menjadi hubungan yang lebih formal atau modern. Lalu batasan akhirnya tahun 1942 merupakan masa pemerintahan yang digantikan oleh Jepang. Orang-orang Eropa tersingkir, ada yang lari pulang ke negeri asalnya dan yang tidak berhasil lari menyelamatkan diri, ditangkap serta dimasukkan ke dalam kamp-kamp tahanan Jepang terutama kaum laki-laki Eropanya. Perubahan-perubahan tersebut membuat mereka tidak bisa bekerja seperti biasanya di rumah majikan Eropanya. Kemudian, sebagian dari mereka pun bekerja pada orang-orang Jepang. 16 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah mendokumentasikan realitas kehidupan sosial para pembantu rumah tangga yang bekerja pada keluarga Eropa di Jawa pada Selain itu, penelitian ini juga bertujuan menjelaskan gambaran relasi sosial pembantu dengan majikannya. Maka, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pembantu rumah tangga yang bekerja pada keluarga Eropa lebih mendalam. 16 Ratna Saptari, op. cit., hlm. 373.

10 10 Tujuan historiografis penelitian ini yaitu merekonstruksi kehidupan pembantu rumah tangga yang selama ini belum banyak dikerjakan. Kebanyakan penelitian yang ada, kehidupan pembantu rumah tangga Eropa hanya menjadi bagian kecil dari penjelasan kehidupan orang-orang Eropa yang ada di Hindia Belanda. Dengan demikian, penelitian ini pun diharapkan dapat melengkapi kajian sejarah sosial, khususnya mengenai kaum terpinggirkan dalam historiografi Indonesia. D. Tinjauan Pustaka Sudah ada beberapa tulisan mengenai kehidupan pembantu rumah tangga, seperti dalam tulisan Lakshmi Srinivas yang berjudul Master-Servant Relationship in a Cross-Cultural Perspective. 17 Tulisan tersebut menggambarkan dinamika hubungan antara majikan dan pembantu yang memiliki perbedaan ras dan etnik. Di antara hubungan pembantu rumah tangga dengan majikannya tersebut terdapat jenjang dan jarak. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tulisan ini tidak membahas kehidupan seharihari pembantu, temporalnya kontemporer serta cakupannya spasialnya yang luas seperti di India, Inggris, Peru dan lainnya. 17 Lakshmi Srinivas, Master-Servant Relationship in a Cross-Cultural Perspective, Economic and Political Weekly, Vol. 30, No. 5, Februari 1995.

11 11 Selain itu terdapat dalam skripsi-skripsi dari jurusan Antropologi Universitas Gadjah Mada, di antaranya ditulis oleh Tri Wijayaningrum 18, Khairul Hidayati 19 serta Skripsi karya Roritskie H. Naibaho 20 dari jurusan Antropologi Universitas Sumatera Utara. Ketiganya sama-sama membahas seputar kehidupan sehari-hari pembantu rumah tangga, tetapi hanya pembantu perempuan saja. Selain itu, perbedaan dengan penelitian ini adalah ketiga skripsi tersebut temporalnya kontemporer dan batasan spasialnya berbeda dengan penelitian ini. Selanjutnya, disertasi milik Mutiah Amini yang berjudul Modernitas dan Perubahan Identitas di Perkotaan: Sejarah Sosial Keluarga Elite Jawa di Semarang pada Awal Abad ke dalam bab Keluarga, Anak, dan Perempuan Jawa Semarangan 18 Tri Wijayaningrum, Pembantu Rumah Tangga di Perumahan (Studi Kasus di Desa Sinduharjo Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), Skripsi S1 Jurusan Antropologi Budaya FIB (Yogyakarta: UGM, 2004). 19 Khairul Hidayati, Gosip Diantara Pembantu Rumah Tangga di Kompleks Perumahan Bulaksumur Jogjakarta, Skripsi S1 Jurusan Antropologi Budaya FIB (Yogyakarta: UGM, 2004). 20 Roritskie H. Naibaho, Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), Skripsi S1 Jurusan Antropologi FISIPOL (Medan: USU, 2009). 21 Mutiah Amini, Modernitas dan Perubahan Identitas di Perkotaan: Sejarah Sosial Keluarga Elite Jawa di Semarang pada Awal Abad ke-20, Disertasi S3 Program Studi Ilmu-Ilmu Humaniora (Yogyakarta: UGM, 2013).

12 12 khususnya dalam sub bab Pengasuhan Anak. Mutiah Amini membahas sedikit mengenai pembantu rumah tangga di Semarang. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah tulisannya tersebut membahas pembantu rumah tangga yang bekerja pada elite Jawa, sedangkan penelitian ini membahas pembantu rumah tangga yang bekerja pada keluarga Eropa. Tulisan dari Ratna Saptari yaitu Melalui Lensa Domestik: Pembantu Rumah Tangga dan Masalah Ingatan dalam Proses Dekolonisasi 22 membahas pembantu rumah tangga yang bekerja pada majikan Eropa, Jepang, dan Tionghoa. Dalam tulisannya tersebut Ratna Saptari menghadirkan beberapa pengalaman pembantu rumah tangga melalui hasil wawancaranya. Pengalamanpengalaman para pembantu tersebut meliputi pembantu yang bekerja untuk orang Eropa, Jepang, dan Tionghoa. Tulisan Ratna ini cenderung seperti menjelaskan perbandingan gambaran pembantu rumah tangga yang bekerja pada tiga majikan yang berbeda, sedangkan fokus penelitian ini hanya membahas pembantu yang bekerja pada majikan Eropa. Ia pun tidak memberikan batasan waktu yang jelas pada tulisannya itu. Selain 22 Ratna Saptari, Melalui Lensa Domestik: Pembantu Rumah Tangga dan Masalah Ingatan dalam Proses Dekolonisasi, dalam Erwiza Erman dan Ratna Saptari (ed.), Dekolonisasi: Buruh Kota dan Pembentukan Bangsa, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia; KITLV-Jakarta, 2013).

13 13 itu, batasan spasialnya pun berbeda dengan tulisan ini karena kotakota yang ia gunakan adalah kota-kota besar di Hindia Belanda, sedangkan penelitian ini batasannya adalah kota-kota di Jawa. Kemudian, tulisan Ann Laura Stoler dan Karen Strassler yaitu Casting for the Colonial: Memory Work in New Order Java 23, membahas pembantu-pembantu yang bekerja sebagai babu dan kebon pada keluarga-keluarga Eropa di Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak pada batasan spasial dan temporal. Selain itu, di dalam tulisan tersebut tidak dijelaskan proses menjadi pembantu dan pekerjaan masing-masing pembantu. Karya Elsbeth Locher-Scholten yang berjudul Orientalism and the Rhetoric of the Family: Javanese Servants in Europe Household Manuals and Children s Fiction 24, membahas mengenai pembantu Jawa yang bekerja pada orang-orang Eropa. Fokus tulisan Scholten dengan penelitian ini hampir sama, namun Scholten cenderung membahas babu meskipun juga terdapat pembahasan tugas personil pembantu lainnya. Batasan spasialnya dengan penelitian ini berbeda karena tulisannya membahas di 23 Ann Laura Stoler dan Karen Strassler, Casting for the Colonial: Memory Work in New Order Java, Comparative Studies in Society and History, Vol. 42, No. 1, Januari Elsbeth Locher-Scholten, Orientalism and the Rhetoric of the Family: Javanese Servants in Europe Household Manuals and Children s Fiction, Indonesia, No. 58, Oktober 1994.

14 14 Hindia Belanda, sedangkan penelitian ini di kota-kota di Jawa. Selain itu, dalam tulisannya, Scholten tidak dibahas masalah latar belakang memilih bekerja menjadi pembantu dan tidak banyak membahas masalah hubungan pembantu dengan majikannya. Setelah meninjau tulisan-tulisan di atas, perbedaan dengan penelitian ini antara lain tulisan-tulisan tersebut cenderung membahas pembantu perempuan dan pembantu yang bekerja pada selain majikan Eropa, sedangkan penelitian ini membahas pembantu yang bekerja sebagai babu, jongos, kebon, kokki, jait, dan wasbabu. Selain itu, tulisan-tulisan di atas menggunakan batasan spasial dan temporal yang tidak sama dengan penelitian ini. Adapun terdapat tulisan yang fokusnya hampir sama dengan penelitian ini, namun terdapat beberapa hal yang tidak dibahas dalam tulisan tersebut dan dibahas dalam penelitian ini. E. Metode dan Sumber Penulisan Dalam merekonstruksi suatu peristiwa sejarah diperlukan serangkaian proses atau prosedur tertentu yang disebut metode sejarah. Metode sejarah ialah cara-cara, langkah-langkah, atau prosedur di bidang keilmuan sejarah dalam rangka merekonstruksi jejak dan fakta peristiwa sejarah sehingga menghasilkan narasi atau tulisan sejarah. Metode sejarah terbagi menjadi 5 tahapan.

15 15 Tahapan-tahapan tersebut yaitu pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi atau kritik sumber, interpretasi, dan penulisan. 25 Setelah pemilihan topik penelitian ini, maka tahap yang selanjutnya ialah pengumpulan sumber yang sesuai dengan topik tersebut. Sumber-sumber tersebut terdiri dari sumber tertulis dan sumber tidak tertulis. Sumber tertulis untuk penelitian ini ialah arsip-arsip, salah satunya yaitu catatan statistik. Catatan statistik diperlukan, karena berkaitan dengan tema penelitian ini yang membutuhkan data-data statistik, seperti jumlah tenaga kerja yang bekerja sebagai pembantu, jumlah orang-orang Eropa yang tinggal di perkotaan Jawa, pendapatan atau gaji yang diperoleh menjadi pembantu rumah tangga, dan sebagainya. Lalu, sumber surat kabar, majalah, serta catatan perjalanan sezaman yang berkaitan dengan tema penulisan. Sumber-sumber surat kabar, majalah, dan catatan perjalanan seperti buku pedoman yang dipakai antara lain Pandji Poestaka, Wanita, Het Nieuws van Den Dag, De Huisvrouw in Indie, De Indische Courant, Pedoman Isteri, Doenia Istri, Maandblad Vereeniging van Huisvrouwen te Magelang, serta catatan hidup atau pedoman hidup di Hindia Belanda seperti Vrouwen in Indie dan Ons Huis in Indie. Selain arsip dan surat kabar, majalah, catatan perjalanan, 25 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang, 2005), hlm. 90.

16 16 digunakan pula sumber-sumber berupa literatur-literatur seperti buku, jurnal, skripsi, tesis, dan disertasi yang berkaitan dengan tema penelitian. Sejarah memerlukan sebuah imajinasi dan sejarawan harus dapat membayangkan apa yang sebenarnya, apa yang sedang terjadi dan apa yang terjadi sesudah itu. 26 Imajinasi sejarah dapat diperoleh dari karya-karya sastra sejaman maupun kontemporer seperti novel-novel sejarah seperti Nyai Dasima, beberapa novel karya Pramoedya Ananta Toer, dan sebagainya. Lalu juga dengan memakai foto-foto atau gambar-gambar serta film yang berkaitan dengan penelitian ini, salah satunya film yang berjudul Oeroeg. Sumber arsip diperoleh di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI), Pusat Studi Kebijakan dan Kependudukan UGM, dan Pusat Studi Pedesaan. Sumber surat kabar, majalah, catatan perjalanan termasuk buku pedoman hidup di Hindia Belanda tahun , dan beberapa literatur berupa buku-buku diperoleh di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI). Literatur seperti buku, skripsi, tesis, disertasi dan jurnal diperoleh di Perpustakaan Jurusan Sejarah FIB UGM, Perpustakaan FIB UGM, Perpustakaan Pusat UGM, Pusat Studi 26 Kuntowijoyo, ibid., hlm

17 17 Kependudukan, Perpustakaan Provinsi DIY serta Perpustakaan St. Ignatius. Selain itu sumber surat kabar sezaman juga diperoleh di kranten.delpher.nl. Sumber tertulis lainnya seperti jurnal diakses dan diunduh dari website resmi seperti Jstor dan KITLV. Untuk sumber tidak tertulis seperti gambar atau foto juga diunduh dari website resmi KITLV, collectie.tropenmuseum.nl dan youtube. Setelah sumber-sumber terkumpul, tahap selanjutnya ialah melakukan verifikasi sumber-sumber yang ada. Hal tersebut dilakukan agar dapat diperoleh sumber yang kredibel dan juga otentik. Kritik ekstern akan dilakukan meskipun hanya sebatas memperhatikan aspek fisik dari sumber-sumber khususnya sumber tertulis tersebut dengan cara manual. Karena dengan cara manual tersebut kritik ekstern dianggap sudah cukup. Untuk kritik intern yaitu dengan cara melihat dan menelaah kesesuaian isi serta relevansinya dengan topik penelitian ini. Lalu berikutnya adalah tahap intepretasi yang melibatkan analisis dan imajinasi penulis. Tahap yang terakhir ialah tahap penulisan penelitian ini. F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi lima bab. Pada bagian bab pertama merupakan pengantar terdiri yang dari latar belakang masalah, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan penulisan, tinjauan pustaka, metode dan sumber serta sistematika penulisan.

18 18 Setelah bab pengantar, penulisan skripsi ini selanjutnya menjelaskan faktor yang melatarbelakangi orang-orang desa yang mengadu nasib ke kota untuk menjadi pembantu rumah tangga keluarga Eropa dan cara mereka mendapatkan pekerjaan tersebut. Bab kedua ini terbagi dalam tiga sub-bab. Sub-bab pertama menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi orang-orang pribumi pergi ke kota dan memilih bekerja menjadi pembantu keluarga Eropa. Sub-bab kedua menjelaskan permukiman penduduk kota. Di sub-bab ketiga menjelaskan cara mereka mendapatkan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga keluarga Eropa. Pada bab ketiga menjelaskan pekerjaan di rumah keluarga Eropa. Penjelasan dalam bab ini terbagi dalam dua sub-bab yaitu penjelasan mengenai gambaran kehidupan keluarga Eropa di perkotaan Jawa serta kebutuhan para keluarga Eropa akan peran pembantu rumah tangga. Di sub-bab selanjutnya menjelaskan pekerjaan/tugas yang mereka kerjakan sehari-hari di rumah majikannya. Lalu, di bab keempat menjelaskan relasi sosial pembantu rumah tangga dengan keluarga Eropa sebagai majikannya. Selain itu, dalam bab ini juga menjelaskan pendapatan yang mereka dapatkan. Terakhir sebagai penutup, bab kelima merupakan bagian

19 19 yang berisi kesimpulan. Di dalam kesimpulan tersebut menjawab pertanyaan penelitian skripsi ini.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1970-an, Yogyakarta mendapat predikat sebagai kota. sepeda. Predikat ini mempunyai sejarah jauh ke belakang, yakni

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1970-an, Yogyakarta mendapat predikat sebagai kota. sepeda. Predikat ini mempunyai sejarah jauh ke belakang, yakni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 1970-an, Yogyakarta mendapat predikat sebagai kota sepeda. Predikat ini mempunyai sejarah jauh ke belakang, yakni sejak awal abad XX. Ini artinya keberadaan sepeda

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebudayaan dan gaya hidup Indis. Pada awal abad XX dalam kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebudayaan dan gaya hidup Indis. Pada awal abad XX dalam kehidupan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penjajahan Belanda pada kurun abad XVIII hingga abad XX tak hanya melahirkan kekerasan, tapi juga memicu proses pembentukan kebudayaan khas, yakni kebudayaan dan gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu faktor pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memberikan ilmu pengetahuan serta menanamkan ajaran moral dan juga nasionalisme.

Lebih terperinci

modernisasai kebudayaan Barat di Magelang awal abad XX, kemudian

modernisasai kebudayaan Barat di Magelang awal abad XX, kemudian BAB V KESIMPULAN Pada bagian kesimpulan ini ada beberapa catatan penting yang harus dipertegas kembali, yakni kehidupan sosial, ekonomi, dan kebudayaan yaitu modernisasai kebudayaan Barat di Magelang awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi perkembangan kota-kota di Indonesia. Menurut Roosmalen setidaknya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Departement van Economische Zaken, Volkstelling 1930 deel VIII, overzicht voor Nederlandsch-Indie. Batavia: Landsdrukkerij, 1936.

DAFTAR PUSTAKA. Departement van Economische Zaken, Volkstelling 1930 deel VIII, overzicht voor Nederlandsch-Indie. Batavia: Landsdrukkerij, 1936. 143 DAFTAR PUSTAKA Arsip ANRI, Koleksi KIT Jawa Tengah, Kode: 577/23. Departement van Economische Zaken, Volkstelling 1930 deel VIII, overzicht voor Nederlandsch-Indie. Batavia: Landsdrukkerij, 1936. Uitkomsten

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. yang digelar pada 6 Juni sampai 6 Juli Tahun ini acara tersebut untuk

BAB I PENGANTAR. yang digelar pada 6 Juni sampai 6 Juli Tahun ini acara tersebut untuk 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sementara itu, Ketua Panitia PRJ Kemayoran Murdaya Poo menjelaskan, PRJ Kemayoran adalah ajang promosi industri kreatif yang dilakukan oleh pelaku usaha kecil menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jajahan Belanda agar untuk turut diberikan kesejahteraan. lain Van Deventer, P. Brooshooft, dan Van Limburg Stirum.

BAB I PENDAHULUAN. jajahan Belanda agar untuk turut diberikan kesejahteraan. lain Van Deventer, P. Brooshooft, dan Van Limburg Stirum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan politik negeri Belanda terhadap negeri jajahan pada awal abad ke- 20 mengalami perubahan. Berkuasanya kaum liberal di parlemen Belanda turut menentukan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi laki-laki sebagai pemilik otoritas lebih tinggi daripada perempuan. Karena laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. A. Arsip, Laporan dan Terbitan Resmi Pemerintah Kotamadya Yogyakarta Dalam Angka Kantor Statistik Kotamadya Yogyakarta, 1981.

DAFTAR PUSTAKA. A. Arsip, Laporan dan Terbitan Resmi Pemerintah Kotamadya Yogyakarta Dalam Angka Kantor Statistik Kotamadya Yogyakarta, 1981. 117 DAFTAR PUSTAKA A. Arsip, Laporan dan Terbitan Resmi Pemerintah Kotamadya Yogyakarta Dalam Angka 1980. Kantor Statistik Kotamadya Yogyakarta, 1981. Kotamadya Yogyakarta Dalam Angka 1981. Kantor Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang. diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus,

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang. diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus, mengatur, mengembangkan, dan menyelesaikan urusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Salatiga. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah: 1. Sekolah Guru B di Salatiga menjadi salah satu pilot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak pada batik dibuat menggunakan lilin dan digambarkan diatas kain mori. Pembuatan batik dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. kolonial. Sumber daya manusia tersebut di didatangkan dari Eropa, maka

BAB V KESIMPULAN. kolonial. Sumber daya manusia tersebut di didatangkan dari Eropa, maka BAB V KESIMPULAN Kolonialisme dan imperialisme bangsa Eropa merupakan satu masa yang tidak dapat dihilangkan dari sejarah bangsa Indonesia, bahkan sejumlah bangsa di beberapa belahan dunia. Nusantara adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya mempunyai kegiatan utama yang bergerak dibidang pertanian, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang terletak di Pantai Timur Sumatera berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena berhadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali, suatu kelompok manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batavia, dalam perjalanannya disebut dengan Jacatra, Jayakarta, dan Jakarta, adalah sebuah wilayah yang berada di bagian barat Pulau Jawa. Kota Batavia dibelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh beberapa peneliti dalam berbagai aspek. Darsiti Soeratman, seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh beberapa peneliti dalam berbagai aspek. Darsiti Soeratman, seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa kajian mengenai sejarah Solo pada abad XX pernah dilakukan oleh beberapa peneliti dalam berbagai aspek. Darsiti Soeratman, seorang akademisi Universitas Gadjah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an,

BAB I PENGANTAR. yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pendaratan ikan berlangsung selama 24 jam dan tidak ada waktu khusus kapal mendarat. Kegiatan pendaratan ikan pada pagi hari, kebanyakan orang adalah nelayan, buruh nelayan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angkutan kota merupakan unsur yang penting dan. mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angkutan kota merupakan unsur yang penting dan. mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkutan kota merupakan unsur yang penting dan mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan lingkungan kehidupan kota yang produktif dan merupakan satu aspek dari

Lebih terperinci

MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL

MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL Fredy Hermanto, S. Pd., M.Pd. PPG DALAM JABATAN Kementerian

Lebih terperinci

SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG

SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG Jurnal Sejarah. Vol. 1(1), 2017: 151 156 Pengurus Pusat Masyarakat Sejarawan Indonesia DOI: 10.17510/js.v1i1. 59 SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG Sumber Gambar: Tempo.co Professor

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan sastra di Indonesia diawali dari era sastra Melayu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan sastra di Indonesia diawali dari era sastra Melayu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah perkembangan sastra di Indonesia diawali dari era sastra Melayu Rendah atau Sastra Melayu Pasar yang dimulai pada tahun 1870 hingga 1942. Kemudian berlanjut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demikian kutipan majalah Minggu Pagi pada tahun 1951 yang. menggambarkan tentang penampilan pemudi Yogyakarta. Pembahasan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Demikian kutipan majalah Minggu Pagi pada tahun 1951 yang. menggambarkan tentang penampilan pemudi Yogyakarta. Pembahasan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Betul Tuan, rambut pendek sedang menjadi mode sekarang seperti dulu new-look menjadi mode. 1 Demikian kutipan majalah Minggu Pagi pada tahun 1951 yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 1 Salah satu di antaranya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan Nasional merupakan salah satu bagian dari perjalanan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan Nasional merupakan salah satu bagian dari perjalanan sejarah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergerakan Nasional merupakan salah satu bagian dari perjalanan sejarah bangsa ini yang penting adanya. Karena pada masa ini meliputi berdirinya organisasi-organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada modal swasta. Pemberlakuan Undang-Undang Agraria tahun adalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada modal swasta. Pemberlakuan Undang-Undang Agraria tahun adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah kolonial antara 1870-1900 merupakan masa liberal. Pada masa ini pemerintah kolonial melepaskan peranan ekonomi dan menyerahkan eksploitasinya kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang memberi pengaruh pada budaya asli. Ketertarikan komersial semua bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang memberi pengaruh pada budaya asli. Ketertarikan komersial semua bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jauh sebelum kedatangan bangsa Belanda di kepulauan Indonesia, di Pulau Jawa telah ada pendatang yang berasal dari India, Cina, Arab, dan Portugis yang memberi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Pekalongan, merupakan sebuah kota yang terletak di pantai

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Pekalongan, merupakan sebuah kota yang terletak di pantai BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pekalongan, merupakan sebuah kota yang terletak di pantai utara provinsi Jawa Tengah. Karesidenan Pekalongan memiliki pelabuhan perikanan terbesar dan sering menjadi tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menandai dimulainya sepakbola modern. Lihat: ibid, hlm Ibid, hlm Ibid, hlm Ibid. hlm. 18. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. menandai dimulainya sepakbola modern. Lihat: ibid, hlm Ibid, hlm Ibid, hlm Ibid. hlm. 18. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepakbola merupakan jenis permainan yang paling populer di dunia, termasuk di Indonesia. Kapan pertama kali permainan ini muncul belum dapat diketahui dengan pasti.

Lebih terperinci

PEREMPUAN DALAM BUDAYA PATRIARKHI

PEREMPUAN DALAM BUDAYA PATRIARKHI PEREMPUAN DALAM BUDAYA PATRIARKHI Napsiah Judul Asli : Ketertindasan Perempuan dalam Tradisi Kawin Anom. Subaltern Perempuan pada Suku Banjar dalam Perspektif Poskolonial Pengarang : Rosramadhana Nasution.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan. 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan. Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran

Lebih terperinci

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pers cetak atau surat kabar merupakan media komunikasi massa yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pers cetak atau surat kabar merupakan media komunikasi massa yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pers cetak atau surat kabar merupakan media komunikasi massa yang cukup efektif dalam penyebaran paham, pemikiran, gagasan, dan nilai-nilai suatu gerakan. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Keberadaan kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia tidak pernah. lepas dari kekuatan militernya. Militer merupakan sebuah kekuatan

BAB I PENGANTAR. Keberadaan kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia tidak pernah. lepas dari kekuatan militernya. Militer merupakan sebuah kekuatan BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Keberadaan kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia tidak pernah lepas dari kekuatan militernya. Militer merupakan sebuah kekuatan yang utama dalam menjaga kestabilan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, kedudukan perempuan berada

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, kedudukan perempuan berada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, kedudukan perempuan berada di bawah pengaruh laki-laki. Kadang perempuan dijadikan alat politik untuk memperoleh kekuasaan.

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. pada masa Orde Baru , (Yogyakarta: FIB UGM, 2013), hlm. 1.

BAB I Pendahuluan. pada masa Orde Baru , (Yogyakarta: FIB UGM, 2013), hlm. 1. 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Rojolele merupakan salah satu varietas lokal yang terkenal di wilayah Jawa Tengah. Varietas tersebut diakui masyarakat berasal dari Delanggu. Pemberian nama

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2)

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) RESUME BUKU Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) Penulis : Sartono Kartodirdjo Judul : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Sebagai gerakan perempuan terbesar di Indonesia 1, banyak. pihak yang menilai bahwa gerakan PKK merupakan antiklimaks dari

BAB I PENGANTAR. Sebagai gerakan perempuan terbesar di Indonesia 1, banyak. pihak yang menilai bahwa gerakan PKK merupakan antiklimaks dari BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sebagai gerakan perempuan terbesar di Indonesia 1, banyak pihak yang menilai bahwa gerakan PKK merupakan antiklimaks dari konstelasi feminitas di negeri ini. 2 Mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang-orang Tionghoa menjadi kelompok imigran terbanyak. yang berada di Borneo Barat bahkan di Nusantara.

BAB I PENDAHULUAN. Orang-orang Tionghoa menjadi kelompok imigran terbanyak. yang berada di Borneo Barat bahkan di Nusantara. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Orang-orang Tionghoa menjadi kelompok imigran terbanyak yang berada di Borneo Barat bahkan di Nusantara. Mayoritas orang Tionghoa di Borneo Barat 1 datang dari Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peninggalan sejarah dan cagar budaya mempunyai peranan penting dalam perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah dan cagar budaya banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran kristus) dimulai dari kesadaran teologis oleh seorang pendeta Inggris bernama John Wesley,

Lebih terperinci

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB VII RAGAM SIMPUL BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...Baruklinting mencabut lidi tersebut, dan dari lubang bekas lidi itu memancar air. Air mengalir terus-menerus, bahkan mulai membanjiri pemukiman penduduk. Mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka dimana, sebagian besar interaksi adalah sekelompok manusia yang bekerja

Lebih terperinci

BAB 1 A. LATAR BELAKANG

BAB 1 A. LATAR BELAKANG BAB 1 A. LATAR BELAKANG [...] Dewasa ini, rasanya keluarga menjadi terpisahpisah dalam pilihan bacaan. Bila si ibu sudah memilih majalah wanita, si bapak biasanya agak ragu ikut: jangan-jangan dia harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi klise ujaran bahwa suatu gambar bernilai seribu kata-kata, serta bisa

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi klise ujaran bahwa suatu gambar bernilai seribu kata-kata, serta bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ada istilah sebuah foto dapat bercerita lebih banyak daripada tulisan dan telah menjadi klise ujaran bahwa suatu gambar bernilai seribu kata-kata, serta bisa

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Staatsblad Van Nederlandsch Indie Batavia Landsdrukkerij Team, Asia Maior. Soerabaja Beeld Van Eenstad. Asia Maior.

DAFTAR PUSTAKA. Staatsblad Van Nederlandsch Indie Batavia Landsdrukkerij Team, Asia Maior. Soerabaja Beeld Van Eenstad. Asia Maior. DAFTAR PUSTAKA A. Sumber Arsip Havens, Marine. Stadsbeeld: Soerabaja 1900-1950 Port, Navy, Townscape. Asia Maior. 2004 Staatsblad Van Nederlandsch Indie. 1875 Statistiek Van De Scheepvaart In Nederlandsch-Indie

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanpa terasa Bandung sudah memasuki usianya yang lebih dari 200 tahun. Sebuah perjalanan yang sangat panjang dari wilayah yang sebelumnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima baik bangsa asing yang datang ke Indonesia. Belanda

BAB I PENDAHULUAN. menerima baik bangsa asing yang datang ke Indonesia. Belanda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya Belanda datang ke Indonesia hanya untuk berdagang dan hal itu dapat membantu perekonomian masyarakat Indonesia dari segi perdagangan. Masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah Indonesia, perjuangan perempuan di Indonesia telah ada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah Indonesia, perjuangan perempuan di Indonesia telah ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut sejarah Indonesia, perjuangan perempuan di Indonesia telah ada sejak abad ke-9 Masehi. Tokoh-tokoh pejuang perempuan yang terkenal dalam sejarah misalnya: Martha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan sistem informasinya memberikan banyak dampak positif bagi kalangan yang jeli membaca

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Kutipan berita tersebut menjelaskan tentang aktivitas ekonomi. orang Kalang dan keberhasilannya. Sebagai pedagang dan

BAB I PENGANTAR. Kutipan berita tersebut menjelaskan tentang aktivitas ekonomi. orang Kalang dan keberhasilannya. Sebagai pedagang dan 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kebanyakan Orang Kalang selama ini memang terkenal sebagai saudagar atau pengusaha berhasil. 1 Kutipan berita tersebut menjelaskan tentang aktivitas ekonomi orang Kalang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Salatiga. Pertimbangan lokasi penelitian adalah : 1. Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur ada di Salatiga. 2. Salatiga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data dan pengembangan

METODE PENELITIAN. Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data dan pengembangan 18 III METODE PENELITIAN 1. Metode yang digunakan Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data dan pengembangan suatu pengetahuan dan serta untuk menguji suatu kebenaran ilmu pengetahuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Dahlan, seorang Ketib Amin di lingkungan Masjid Besar Kraton Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Dahlan, seorang Ketib Amin di lingkungan Masjid Besar Kraton Yogyakarta. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada tahun 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan, seorang Ketib Amin di lingkungan Masjid Besar Kraton Yogyakarta. Sebagai abdi dalem Kraton,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arsip merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia, tanpa disadari

BAB I PENDAHULUAN. Arsip merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia, tanpa disadari BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang dan Permasalahan Arsip merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia, tanpa disadari kegiatan yang dilakukan manusia tidak lepas dari terciptanya arsip. Arsip mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Pribumi sangat tergantung pada politik yang dijalankan oleh pemerintah kolonial. Sebagai negara jajahan yang berfungsi sebagai daerah eksploitasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini merupakan jawaban terhadap perumusan masalah penelitian yang diajukan. Kesimpulan yang didapatkan, adalah: Pertama,

Lebih terperinci

REFERENSI. Administrasi Guru Qiroaty, Tahun Ajaran , Unit Bogor.

REFERENSI. Administrasi Guru Qiroaty, Tahun Ajaran , Unit Bogor. REFERENSI Arsip Administrasi Guru Qiroaty, Tahun Ajaran 2009-2010, Unit Bogor. Arsip Forum Silaturohmi Pengasuh Pengajian Aank-anak( FOSIPA) Nasional ke 3, Lokakarya TKA di Semarang 2-3 Februari 1989,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak

BAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Kata Methodist berasal dari kata Method yang artinya cara, jadi arti dari kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak monoton).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad XX merupakan sebuah zaman baru dalam politik kolonial yang dengan diberlakukannya politik etis. Politik etis merupakan politis balas budi Kolonial dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permulaan abad ke-20 merupakan salah satu periode penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Permulaan abad ke-20 merupakan salah satu periode penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permulaan abad ke-20 merupakan salah satu periode penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Dalam periode tersebut, terjadi perubahan sosial yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. tanah juga memiliki fungsi dalam aspek politik, ekonomi, dan kebudayaan yang

BAB I PENGANTAR. tanah juga memiliki fungsi dalam aspek politik, ekonomi, dan kebudayaan yang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Tanah merupakan faktor yang berkaitan dengan banyak aspek dalam pola kepemilikan dan penguasaannya. Tidak hanya dalam aspek sosial saja, tetapi tanah juga memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan yang masih dapat terlihat sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia sehingga terjadi berbagai dimensi perubahan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga bulutangkis..., Hary Setyawan, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga bulutangkis..., Hary Setyawan, FIB UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Banyak cabang olahraga di Indonesia yang asal usulnya belum terungkap dengan jelas sampai saat ini. Darimana asal olahraga tersebut, bagaimana cara olahraga atau permainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan mesin-mesin yang digerakkan dengan tenaga uap. Orang-orang tidak dapat membantah dan menyangkal

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film merupakan usaha merekam pertunjukan sandiwara. Dalam sandiwara (panggung) manusia menonton manusia, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Film merupakan usaha merekam pertunjukan sandiwara. Dalam sandiwara (panggung) manusia menonton manusia, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Film merupakan usaha merekam pertunjukan sandiwara. Dalam sandiwara (panggung) manusia menonton manusia, tetapi dalam film, penonton atau manusia menyaksikan rekaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu juga dengan rakyatnya. Pengaruh dari pemerintah kolonial Belanda masih

BAB I PENDAHULUAN. begitu juga dengan rakyatnya. Pengaruh dari pemerintah kolonial Belanda masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Serdang didirikan pada abad ke-18 sebagai pecahan dari kesultanan Deli. Keberadaan Kesultanan ini tentunya juga mempengaruhi keberadaan keluarga maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu dari permasalahan yang telah dirumuskan maka bentuk dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta Kuda dalam perkembangannya telah ada ketika manusia mulai melakukan aktivitas produksi yang tidak dapat dipenuhi dari hasil produksinya sendiri. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci