BAB I PENDAHULUAN. Orang-orang Tionghoa menjadi kelompok imigran terbanyak. yang berada di Borneo Barat bahkan di Nusantara.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Orang-orang Tionghoa menjadi kelompok imigran terbanyak. yang berada di Borneo Barat bahkan di Nusantara."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Orang-orang Tionghoa menjadi kelompok imigran terbanyak yang berada di Borneo Barat bahkan di Nusantara. Mayoritas orang Tionghoa di Borneo Barat 1 datang dari Provinsi Guangdong di Tiongkok Selatan. Dua kelompok atau sub-etnis Tionghoa yang terbesar di Borneo Barat adalah Teochiu dan Hakka. Orang-orang Hakka berasal dari daerah Guangdong yang lebih pedalaman dengan perbukitan atau dataran rendah sedangkan Teochiu berasal dari pesisir timur laut Guangdong. 2 Kedatangan mereka secara besar-besaran ke Borneo Barat terjadi pada pertengahan abad ke-18 ketika adanya usaha pertambangan yang dilakukan oleh penguasa lokal yaitu Sultan Akamuddin dari Sambas. 3 Selanjutnya Borneo Barat menjadi 1 Penggunaan kata Borneo Barat lebih dikaitkan dengan penggunaan istilah pada abad ke-19 untuk wilayah yang saat ini disebut dengan Kalimantan Barat 2 Mary Somers Heidhues, Penambang Emas, Petani, dan Pedagang di Distrik Tionghoa Kalimantan Barat, Jakarta: Yayasan Nabil, 2008, hlm H.E.D. Engelhard, Bijdragen tot de Kennis van het Grondbezit in de Chineesche Districten dalam Bijdragen tot de Taal- 1

2 daerah tujuan pemukiman orang-orang Tionghoa. Harlem Siahaan menyatakan distrik-distrik Tionghoa di sana menjadi daerah paling berkembang dalam segi ekonomi dan politiknya. 4 Sejak pertengahan abad ke-18 hingga pertengahan abad ke- 19, usaha-usaha pertambangan memang sedang meningkat di Borneo Barat. Pertambangan emas menjadikan semakin banyaknya penguasa-penguasa lokal yang membutuhkan tenaga kerja yang terampil dalam memaksimalkan hasil pertambangan emas. Kepercayaan-kepercayaan penguasa lokal dengan kemampuan orang-orang Tionghoa menjadi alasan meningkatnya jumlah orang Tionghoa di Borneo Barat. Semakin banyaknya orang Tionghoa, mereka mulai menyesuaikan diri dengan membangun kampung dan pasar Tionghoa. Kampung ataupun pasar Tionghoa ini menjadi salah satu tempat aktivitas sosial maupun ekonomi orang-orang Tionghoa. Tempat-tempat ini juga menjadi komunitas-komunitas yang primordial sehingga terbentuk solidaritas yang kohesif, 5 yang, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, Vol. 51, No. 2 Tahun 1900, hlm Harlem Siahaan, Konflik dan Perlawanan: Kongsi Cina di Kalimantan Barat , Prisma, XXIII, No. 12, 41-57, 1994, hlm Ibid., hlm. 46 2

3 terbentuk berdasarkan sifat, kedekatan, kekerabatan dan juga dialek mereka masing-masing dan semua itu demi kepentingan mereka. 6 Singkawang, seperti wilayah pesisir lainnya menjadi tempat bermukimnya orang-orang Tionghoa. Dalam hal ini Singkawang digambarkan oleh P.J. Veth dalam buku Borneo Bagian Barat: Geografis, Statistis, Historis Jilid 1 yaitu: Singkawang merupakan satu kampung besar, terdiri dari satu jalan panjang dengan rumah-rumah dari kayu, rendah, dan dipergunakan sebagai toko untuk berjualan beras, daging, dan lain-lain kebutuhan harian atau untuk menghisap opium atau madat. Satu rumah kongsi berdiri di satu sisi jalan. Orang-orang Tionghoa yang tinggal di sini pada umumnya menikah dengan wanita-wanita Dayak atau peranakan dari perkawinan antara orang Tionghoa dan Dayak. Di sekitar kota ada sawah-sawah indah dan laki-laki pada umumnya bertani sedangkan toko-toko pada saat mereka tidak ada di rumah dijaga oleh para wanita. 7 6 H.E.D. Engelhard, op.cit., hlm P.J. Veth, Borneo Bagian Barat: Geografis, Statistis, Historis, Jilid 1, (Pontianak: Institut Dayakologi, 2012), hlm. 98. Buku ini merupakan terjemahan dari buku Borneo s Westerafdeeling: Geographisch, Statistisch, Historisch, vorafgegaan door eene algemeene schets des ganschen eilands karangan P.J. Veth dan diterjemahkan oleh Institut Dayakologi. Buku ini terdiri dari 2 jilid. 3

4 Singkawang menjadi daerah pemukiman penduduk Tionghoa yang bekerja di pertambangan Monterado, 8 terletak sekitar 30 km dari kantor pusat pertambangan. Wilayah yang strategis dan tidak terlalu jauh dengan pusat pertambangan di Montrado menjadikan Singkawang sebagai wilayah satelit dalam menyalurkan barangbarang dari wilayah pesisir ke pedalaman. Dari kutipan di atas juga terlihat bahwa Singkawang sejak memang berkembang menjadi wilayah agraris dan juga perdagangan. Tetapi hal itu belum tentu muncul sejak singkawang terbentuk. Singkawang adalah tempat transit para penambang. Para penduduknya juga berdagang serta bertani. Orang-orang Tionghoa mengerjakan sawah-sawah mereka dan terkadang hasilnya di jual di ruko yang mereka miliki. Sebagian dari mereka berperan ganda baik sebagai petani maupun pedagang. Di sepanjang abad ke 19, usaha-usaha selain pertambangan seperti pertanian memang sudah dilakukan tetapi perkembangannya tidak sebesar pertambangan. Sebagian orang Tionghoa memang menjadikan pertanian sebagai pekerjaan sampingan mereka, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian kecil dari orang-orang Tionghoa yang datang itu lebih 8 Any Rahmayani, Pemukiman Tionghoa di Singkawang: Dari Masa Kongsi hingga Masa Kolonial, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), hlm. 29 4

5 memilih sektor pertanian sebagai pekerjaan utama mereka. Luasnya lahan di Borneo Barat dan bahkan di daerah pesisir mendorong mereka untuk membuka lahan untuk sawah dan pertanian lainnya. 9 Aktivitas pertanian ini juga berhubungan dengan asal-usul orang Hakka yang di daerah asal mereka cenderung bekerja sebagai petani Penurunan aktivitas pertambangan dipertengahan abad ke-19 mulai meningkatkan kegiatan di sektor pertanian dengan banyaknya orang Tionghoa yang beralih ke sektor itu. Usaha-usaha dibidang pertanian sebagai bentuk menolong diri mereka dari kelaparan dan menghindari monopoli yang dilakukan oleh penguasa lokal. 12 Berakhirnya perang kongsi di dekade akhir abad 19 memiliki arti yang cukup penting bagi perkembangan pertanian di sana yang 9 Mary Somers Heidhues, op. cit., hlm Mereka melakukan pertanian padi dan sayur-sayuran pada awalnya yang kemudian berkembang menjadi petani karet, kopra, lada, dan karet seperti yang dituliskan oleh Marry Somers Heidhues. 11 Ibid., hlm. 19. Orang-orang Hakka biasa membuka ladang baru di Tiongkok, kadang-kadang dengan bantuan minoritas setempat. Mereka bercocok tanam di daerah yang tidak terlalu subur. 12 Harlem Siahaan, Kolonisasi dan Kongsi Cina di Kalimantan Barat: Pembentukan dan Perkembangannya , (Yogyakarta: Disertasi Jurusan Sejarah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, 1984), hlm. 45 5

6 kemudian berdampak pada kehidupan petani di Singkawang pada saat itu. Penerapan kebijakan kolonial memberikan pengaruh dalam kegiatan sosial ekonomi para petani baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya kegiatan pertanian mereka berkembang hingga munculnya komoditas-komoditas ekspor baru di Borneo Barat. I.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian Studi ini bermaksud meneliti perkembangan dan aktivitas petani Tionghoa di Singkawang antara tahun 1880an hingga akhir tahun 1930an. Pokok permasalahan yang menjadi fokus adalah peralihan mata pencaharian utama orang Tionghoa di Singkawang dari pertambangan ke pertanian setelah perang kongsi serta dampaknya secara sosial-ekonomi. Pada periode tersebut, pertanian menjadi aktivitas sosial ekonomi yang menguat dan juga aktivitas ekonomi baru bagi para penambang. Pergeseran dari para penambang menjadi petani, petani di pertambangan menjadi petani di pesisir dan petani yang sejak awal sudah berada di pesisir. Pertanyaan yang akan dijawab antara lain menyangkut: Mengapa pada masa damai pertanian di Singkawang membesar? Bagaimana bentuk dan aktivitas pertanian orang-orang Tionghoa di Singkawang? Apakah perubahan pekerjaan itu juga merubah 6

7 stuktur dan relasi sosial para petani Tionghoa di Singkawang? Bagaimana perubahan/evolusi dari pertanian yang diusahakan oleh petani Tionghoa? Bagaimana konsekuensi dari perubahan atau pergeseran okupasi Tionghoa pasca kongsi? Pertanyaan-pertanyaan ini diharapkan mampu memperjelas bentuk aktivitas dan perkembangan petani Tionghoa pada masa-masa damai setelah perang kongsi dan bentuk solidaritas serta keakraban diantara petani Tionghoa itu. Lingkup geografisnya mencakup daerah-daerah yang termasuk dalam wilayah yang sejak Pemerintahan Hindia Belanda disebut Singkawang, sebuah wilayah di pesisir Barat Borneo. Wilayah ini berada di antara wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas dan Pontianak. Pada saat itu, Singkawang merupakan ibu kota Afdeeling Montrado. Sebelumnya wilayah ini merupakan wilayah kekuasaan kesultanan Sambas. Mayoritas penduduknya adalah orang Tionghoa karena wilayah-wilayah di pesisir Barat Borneo sejak ke abad 18 sudah menjadi distrik-distrik Tionghoa dan salah satu yang terpenting adalah adalah Singkawang. 7

8 Gambar 1.1. Peta Singkawang dan sekitarnya tahun 1886 ( Sumber: media-kitlv.nl ) Tahun 1880an dipilih sebagai batas awal penelitian ini karena pada tahun-tahun itulah perang kongsi berakhir dan berlangsung masa-masa damai di Borneo Barat. Masa-masa damai merupakan istilah yang digunakan untuk mengatakan tahun-tahun setelah perang kongsi. Masa damai juga menandakan berakhirnya kongsi 8

9 tambang yang ada di Borneo Barat. Pada masa itu juga, kekuatan Kolonial semakin kuat di wilayah Borneo Barat dalam usaha mengontrol orang-orang Tionghoa dan juga wilayah Borneo Barat. Akhir tahun 1930an menjadi batas akhir dalam penelitian ini. Pada saat itu, komoditas-komoditas perdagangan dan ekspor mengalami kejatuhan karena depresi ekonomi setelah beberapa tahun berkembang. Pertanian yang sebelumnya mengalami perkembangan, namun pada tahun tersebut terjadi dampak yang sebaliknya. Perubahan aktivitas ini mungkin berpengaruh pada kehidupan sosial-ekonomi petani Tionghoa di Singkawang. I.3 Tujuan Penelitian Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi sosialekonomi petani Tionghoa dalam perspektif historis. Selain itu juga untuk mengetahui peran orang Tionghoa dalam perkembangan ekonomi di Singkawang. Penelitian ini mencoba menghubungkan mundurnya kegiatan pertambangan dengan meningkatnya kegiatan pertanian di Singkawang. Kajian ini didasarkan pada transisi yang terjadi pada masa-masa berakhirnya kongsi dan juga masuknya peran Pemerintah Hindia Belanda dalam kehidupan orang-orang Tionghoa di Borneo Barat. Dari situ juga akan diketahui bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah pada saat itu bagi kehidupan orang 9

10 Tionghoa khususnya petani Tionghoa. Hal lain yang terpenting adalah bahwa orang Tionghoa di Borneo Barat tidak hanya berkutat pada kegiatan pertambangan, tetapi juga melakukan pekerjaan lain seperti pertanian. Tulisan ini juga diharapkan menjadi literature bagi penulisan sejarah Tionghoa di Borneo Barat. I.4 Tinjauan Pustaka Kajian yang menggunakan Singkawang sebagai cakupan spasial di dalam penelitian bisa dikatakan belum terlalu banyak. Hal itu mungkin disebabkan sulitnya menemukan bahan ataupun sumber yang dapat digunakan sebagai pendukung penelitian. Selain itu, kesulitan dalam membaca sumber-sumber yang berbahasa asing barangkali menjadi alasan lain kurangnya kajian mengenai Kalimantan Barat khususnya Singkawang. Meskipun begitu, sebenarnya ada beberapa literatur yang berupa buku maupun artikel yang dapat menjadi sumber akademis. Buku yang ditinjau dalam penelitian ini adalah buku karangan Mary Somers Heidhues yang berjudul Penambang Emas, Petani, dan Pedagang di Distrik Tionghoa Kalimantan Barat Buku ini merupakan terjemahan dari buku asli berjudul Golddiggers, Farmers, and Traders in the Chinese Districts of West Kalimantan, Indonesia. Diterbitkan oleh Southeast Asia Program Publications, Cornell University di Ithaca, New York:

11 Buku yang diterjemahkan oleh Yayasan Nabil ini menceritakan tentang orang Tionghoa di Kalimantan Barat dan berbagai pengaruh serta kegiatannya. Dalam buku itu, penulis menghadirkan orang Tionghoa dalam segi politik, sosial, dan ekonomi dan ditampilkan dengan didasarkan secara kronologis dari awal masuknya hingga masalah identifikasi diri di masa Orde Baru serta reformasi. Tulisan ini memberikan gambaran jelas mengenai kependudukan Tionghoa di Borneo Barat. Selain itu, tulisan yang secara kronologis membantu dalam melihat perubahan atau perkembangan orang Tionghoa di setiap waktu. Selanjutnya adalah buku Borneo Bagian Barat : Geografis, Statistis, Historis Jilid 1 dan 2 karangan P.J. Veth dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Institut Dayakologi. 14 Buku ini menjadi dasar dalam mengetahui keadaan dan kondisi orang-orang Tionghoa di masa kongsi. Veth menggambarkan kondisi masyarakat Borneo Barat dari masa awal masyarakatnya hingga penjelasan mengenai kerajaan lokal serta pengaruh bangsa asing termasuk Amerika, Perancis, Inggris dan juga Pemerintah Hindia Belanda. Kajian ini juga mengupas Borneo Barat dalam hal Geografis dan demografi penduduknya sehingga 14 Buku ini merupakan terjemahan dari buku asli berjudul Borneo s Westerafdeeling Geographisch, Statistisch, Historisch karya P.J. Veth. 11

12 dapat dijadikan tinjauan yang dapat mendukung penelitian ini. Buku ini menggambarkan orang Tionghoa sebagai sebuah kelompok yang ahli dalam mencari keuntungan baik dalam hal pertanian, pertambangan maupun perdagangan. Meskipun keuletan kerja mereka diiringi oleh ambisi dan juga egoisme yang kuat dalam mencari keuntungan. Buku yang ditinjau selanjutnya adalah buku karangan Yuan Bingling yang berjudul Chinese Democracy: A study of the Kongsis of West Borneo ( ). Buku terbitan Research School of Asian, African, and Amerindian Studies ini banyak menjelaskan tentang orang-orang Tionghoa dalam kehidupan kongsi. Dalam buku itu dijelaskan bagaimana hubungan sosial orang-orang Tionghoa dalam suatu kongsi. Dalam buku ini juga terdapat penjelasan mengenai konflik yang berpengaruh pada kehidupan orang-orang Tionghoa. Yuan Bingling mendefinisikan kongsi sebagai kelompok social yang mirip seperti kelompok mereka di Cina bagian selatan. Kongsi ini juga memberikan hak pada anggotanya untuk memilih pemimpin kongsi layaknya sebuah republik. Aspek sosial-politik memang lebih ditunjukkan dalam buku karangan Yuan Bingling ini. Buku lainnya yang akan ditinjau adalah sebuah buku berjudul Pemukiman Tionghoa di Singkawang: Dari Masa Kongsi 12

13 hingga Masa Kolonial karya Any Rahmayani. Buku ini menjelaskan keadaan pemukiman Singkawang pada masa itu dan menyinggung pertanian di dalamnya. Pertanian di sini dijelaskan sebagai salah satu faktor terbentuknya pemukiman di Singkawang. Buku ini memberikan gambaran bahwa bentuk pemukiman juga menyesuaikan terhadap aktivitas ekonomi mereka baik itu pertanian maupun perdagangan. Meskipun pemukiman mempengaruhi aktivitas ekonomi mereka, tetapi ini hanya terpusat pada kegiatan perdagangan. Meskipun di dalam buku ini terdapat sedikit pembahasan mengenai pertanian, tetapi Any Rahmayani tidak terlalu memfokuskan pada pergeseran kegiatan pertanian yang dilakukan oleh orang Tionghoa. Any Rahmayani hanya menjadikan pertanian sebagai sisi lain dalam terbentuknya pemukiman. Berbeda dengan skripsi ini yang berusaha menuliskan pergeseran dan perubahan okupasi sebagai dampak perang kongsi dan juga permintaan pasar global. Buku terakhir yang akan dijadikan tinjauan adalah buku karangan Hari Poerwanto yang berjudul China Khek di Singkawang. Buku ini menjelaskan dari sisi antropologi perkembangan orang-orang Cina Hakka/khek yang ada di Singkawang. Buku ini juga membahas mengenai kebudayaan orang Cina Khek dan berbagai permasalahan di dalamnya. Elemen 13

14 Sejarah dimasukkan sebagai bentuk permulaan perkembangan orang-orang Tionghoa di Singkawang sejak datangnya orang Tionghoa ke Borneo Barat hingga sekarang. Hal yang membedakan penelitian ini dengan tulisan-tulisan di atas dan juga tulisan-tulisan sebelumnya adalah bahwa Kehidupan Sosial-Ekonomi Petani Tionghoa di Singkawang 1880an Hingga Dekade Awal abad 20 mencoba menjelaskan keadaan sosial-ekonomi petani Tionghoa dalam persepektif historis. Penelitian ini berusaha menganalisis transisi perubahan dari penambang menuju petani. Penilitian ini akan memuat usaha para petani dalam memenuhi ekonomi mereka yang semula hanya sebatas tanaman pangan kemudian berkembang menjadi tanaman niaga. Selain itu, penelitian ini juga menjelaskan perubahan sosial yang terjadi pada para petani Tionghoa dan juga peran mereka dalam perekonomian wilayah. Penelitian ini dirasakan belum pernah ada sebelumnya sehingga diharapkan tidak ada persamaan dengan kajian ataupun penelitian sebelumnya. I.5 Metode dan Sumber Penelitian yang dilakukan menggunakan metode sejarah Dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah karya Kuntowijoyo, ada beberapa tahap dalam melakukan penelitian sejarah yaitu 14

15 pemilihan topik, pencarian sumber, verifikasi, interpretasi, dan penulisan. Tahapan-tahapan ini akan menjadi acuan penulis dalam melakukan penelitian tentang petani Tionghoa di Singkawang. Pengumpulan sumber merupakan salah satu hal yang terpenting dalam terselesainya penelitian ini. Banyak cara yang dilakukan penulis dalam mengumpulkan sumber-sumber penelitian. Pencarian sumber yang dilakukan mengarah pada sumber tekstual. Pencarian sumber dilakukan di kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak, kemudian di kantor Badan Perpustakaan, Kearsipan dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Barat. Penulis juga mencari sumber ataupun data-data di Perpustakaan Nasional dan Kantor Arsip Nasional. Di Perpustakaan Nasional menemukan informasi dalam beberapa majalah kolonial seperti Algemeen Landbouw Weekblad, Tijdschrift voor Nederlandsch Indie, Tijdschrift voor Economisch Geographie, Bijdrage tot de Taal, Land en Volkenkunde van Nederlandsch Indie, dll. Di Kantor Arsip Nasional didapatkan laporan laporan MvO, Arsip-arsip dari Binnenlands Bestuur, Algemene Secretarie dan Encyclopaedie van Nederlandsch Indie. Kesulitan yang dirasakan adalah sumber berbahasa belanda yang harus diterjemahkan sehingga penulis membutuhkan waktu lebih lama. 15

16 Pencarian sumber-sumber lainnya dilakukan di perpustakaan-perpustakaan yang penulis kira dapat ditemukan sumber yang relevan dengan penelitian. Perpustakaan FIB UGM, Perpustakaan Pusat UGM, Perpustakaan Kolese Ignatius, Perpustakaan Universitas Tanjungpura, dan perpustakaanperpustakaan lainnya untuk mencari sumber-sumber sekunder. Pencarian di internet dengan mengakses jurnal-jurnal internasional juga tidak luput dari perhatian penulis. Data-data dari internet juga didapatkan dari situs seperti KITLV dan juga dari Jstor. Data-data yang didapat oleh penulis dipilih berdasarkan kebutuhan penulis sehingga perlu adanya verifikasi data agar didapatkan data yang sesuai dengan penelitian. Data-data yang telah diverivikasi dan diinterpretasi, penulis memproyeksikan pikiran-pikirannya ke dalam bentuk tulisan. I.6 Sistematika Penulisan Skripsi ini akan terdiri dari lima bab. Bab I adalah Pengantar yang terdiri dari enam subbab yaitu latar belakang, ruang lingkup dan permasalahan, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode dan sumber serta sistematika penulisan. Latar belakang menjadi suatu alasan yang akan mengantarkan pada permasalahan yang diteliti. Tinjauan pustaka mendiskusikan kajian-kajian yang 16

17 relevan dengan tema penelitian. Sistematika penulisan akan menguraikan urutan penulisan dan pembahasan penelitian. Bab II akan menjelaskan tentang masyarakat Tionghoa di Borneo Barat khususnya di Singkawang. Bagian ini membahas struktur masyarakat Tionghoa yang berada di Borneo Barat. Bab ini juga menjelaskan kedatangan orang-orang Tionghoa di Borneo Barat dan bagaimana kehidupan awal mereka di sana. Keberadaan mereka di Borneo Barat dihubungkan dengan dinamika sosial selama mereka menetap di Borneo Barat. Penggambaran kondisi damai setelah perang kongsi secara umum dapat menjadi bentuk uraian dalam bab ini. Pada bab selanjutnya akan dijelaskan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya petani Tionghoa ketika usaha pertambangan masih bisa dilakukan. Selain itu menjelaskan latar belakang yang menyebabkan munculnya petani serta mempengaruhi orang-orang Tionghoa untuk bertani. Selain itu menjelaskan tentang aktivitas petani Tionghoa di masa damai hingga akhir abad ke-19. Di bab IV diberikan penjelasan mengenai kehidupan petani Tionghoa di awal abad ke-20 dan mulai berkembangnya tanaman niaga yang diusahakan oleh petani Tionghoa. Dalam bab ini juga dijelaskan apa saja yang mempengaruhi tingkat sosial dan ekonomi mereka. Aktivitas apa 17

18 saja yang mereka lakukan dalam memenuhi ekonomi mereka serta membahas kehidupan sosial mereka yang saat itu berada dalam pengaruh kebijakan pemerintah kolonial. Perkembangan sosial ekonomi mereka perlu dibahas dari setiap kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Bab V akan menjadi akhir dari pembahasan ini. Kesimpulan ini menjadi jawaban-jawaban atas permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya yang berangkat dari asumsi bahwa orangorang Tionghoa bukan hanya datang sebagai pedagang dan penambang, tetapi berkembang menjadi petani yang sampai sekarang masih ada di Singkawang. Bab ini akan menjadi pembuktian dari asumsi atau pernyataan tersebut. 18

TANGGAPAN ATAS LAPORAN

TANGGAPAN ATAS LAPORAN TANGGAPAN ATAS LAPORAN PENELITIAN TRANSFORMASI SOSIAL DI PERKOTAAN PANTAI UTARA JAWA: Studi Perbandingan Cirebon dan Gresik DJOKO MARIHANDONO DAN HARTO JUWONO FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya mempunyai kegiatan utama yang bergerak dibidang pertanian, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. lahan oleh Syarif Abdul Rahman Alkadri dan pengikutnya pada Memilih

BAB I PENGANTAR. lahan oleh Syarif Abdul Rahman Alkadri dan pengikutnya pada Memilih BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Pontianak adalah wilayah kosong tidak berpenghuni sebelum pembukaan lahan oleh Syarif Abdul Rahman Alkadri dan pengikutnya pada 1771. Memilih lokasi di pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

Naskah diterima: ; direvisi: ; disetujui:

Naskah diterima: ; direvisi: ; disetujui: LANSKAP PERTAMBANGAN PENAMBANG TIONGKOK DI MONTERADO, KALIMANTAN BARAT: PENDEKATAN ARKEOLOGI SEJARAH Mining Landscape of Chinese Miners in Monterado, West Kalimantan: Historical Archaeology Approach Ida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang terletak di Pantai Timur Sumatera berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena berhadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguasai Nusantara, bangsa China telah terlebih dahulu menginjakkan kaki di

BAB I PENDAHULUAN. menguasai Nusantara, bangsa China telah terlebih dahulu menginjakkan kaki di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang China adalah salah satu negara di Asia yang mempunyai hubungan erat dengan Indonesia. Sebelum negara Indonesia terbentuk dan sebelum Belanda menguasai Nusantara, bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi paling utama di dunia. Tanpa adanya bahasa, tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi paling utama di dunia. Tanpa adanya bahasa, tidak akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, kemajuan komunikasi semakin meningkat seiring dengan kemajuan di berbagai bidang. Dalam bidang komunikasi bahasa merupakan sarana komunikasi paling utama

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an,

BAB I PENGANTAR. yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pendaratan ikan berlangsung selama 24 jam dan tidak ada waktu khusus kapal mendarat. Kegiatan pendaratan ikan pada pagi hari, kebanyakan orang adalah nelayan, buruh nelayan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengusahaan tanaman kelapa sawit di Indonesia sebagai suatu komoditi perkebunan selalu dilakukan oleh perkebunan besar yang dimiliki baik oleh pemerintah maupun

Lebih terperinci

MONTRADO : DINAMIKA KOTA TAMBANG EMAS

MONTRADO : DINAMIKA KOTA TAMBANG EMAS Montrado 1818-1858... (Any Rahmayani) 345 MONTRADO 1818-1858: DINAMIKA KOTA TAMBANG EMAS MONTRADO IN 1818-1858: DYNAMIC GOLD MINECITY Any Rahmayani Balai Pelestarian Nilai Budaya Pontianak Jl. Letjen Sutoyo

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

BAB V KESIMPULAN. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pada Bab IV, yang meliputi Analisis tentang Aktifitas, Fungsi dan Bentuk ruang, Identitas dan Simbol serta Aturan Aturan dalam menata ruang pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduknya untuk mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian di daerah yang

I. PENDAHULUAN. penduduknya untuk mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian di daerah yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transmigrasi di Indonesia dikenal sebagai upaya untuk memindahkan penduduk dari daerah asal yang padat penduduknya ke daerah baru yang jarang penduduknya untuk

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Informasi yang terkumpul dan digunakan sebagai acuan untuk dalam tugas akhir ini didapat dari berbagai sumber, antara lain: Literatur Wawancara Dokumen Dan catatan

Lebih terperinci

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA by: Dewi Triwahyuni INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT COMPUTER UNIVERSITY OF INDONESIA (UNIKOM) BANDUNG 2013 1 SOUTHEAST ASIA (SEA) 2 POSISI GEOGRAFIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang peranan penting bagi keseluruhan perekonomian Nasional. Hal ini, dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak pada batik dibuat menggunakan lilin dan digambarkan diatas kain mori. Pembuatan batik dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku bangsa, beranekaragam Agama, latar belakang sejarah dan kebudayaan daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Pendidikan akan melahirkan orang-orang terdidik yang akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Pendidikan akan melahirkan orang-orang terdidik yang akan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki posisi yang strategis untuk mengangkat kualitas, harkat, dan martabat setiap warga negara sebagai bangsa yang berharkat dan bermartabat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Penting disini berarti bahwa

I. PENDAHULUAN. penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Penting disini berarti bahwa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Penting disini berarti bahwa kehidupan

Lebih terperinci

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB VII RAGAM SIMPUL BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mewadahi berbagai etnis atau suku-bangsa, baik dari lokal Indonesia sendiri maupun asing. Berbagai etnis tersebut memiliki budayanya

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris di mana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh United States Bureau of Mines (USBM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rengasdengklok merupakan satu kota kecil di Kabupaten Karawang yang memiliki peran penting baik dalam sejarah maupun bidang ekonomi. Kabupaten Karawang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Proses sejarah yang panjang serta kondisi geografis

Lebih terperinci

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan B. Implikasi C. Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA...

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan B. Implikasi C. Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI Daftar Isi Halaman LEMBARAN PENGESAHAN... i LEMBARAN PERSETUJUAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN... iv PERSEMBAHAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii KATA PENGANTAR... viii UCAPAN TERIMA KASIH...

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun 1607-1636, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi paedagogis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1 Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak sekitar 40 km arah Timur dari ibukota Kabupaten Simalungun,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat manusia dan kebudayaan yang dihasilkannya adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Pada tahun 1884 terjadi krisis yang dialami industri gula di pulau Jawa, terjadi kemerosotan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Pada tahun 1884 terjadi krisis yang dialami industri gula di pulau Jawa, terjadi kemerosotan 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian ini akan menitikberatkan pada sejarah kesehatan di Indonesia khususnya kota Malang pada tahun 1911-1916. Sehingga pada latar belakang ini, penulis akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asal-usul suku Banjar berasal dari percampuran beberapa suku, yang menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu dapat diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari pembangunan yang terjadi pada sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

BAB 8 PENUTUP. Bondowoso dan Jember, Jawa Timur merupakan bentuk perwujudan manusia dalam

BAB 8 PENUTUP. Bondowoso dan Jember, Jawa Timur merupakan bentuk perwujudan manusia dalam BAB 8 PENUTUP 8.1 Rangkuman Penempatan benda-benda megalitik di Kawasan Lembah Iyang-Ijen Kabupaten Bondowoso dan Jember, Jawa Timur merupakan bentuk perwujudan manusia dalam menyikapi lingkungan. Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR 1. Terbentuknya Suku Banjar Suku Banjar termasuk dalam kelompok orang Melayu yang hidup di Kalimantan Selatan. Suku ini diyakini, dan juga berdasar data sejarah, bukanlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angkutan kota merupakan unsur yang penting dan. mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angkutan kota merupakan unsur yang penting dan. mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkutan kota merupakan unsur yang penting dan mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan lingkungan kehidupan kota yang produktif dan merupakan satu aspek dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pada abad ke-19 untuk menamakan wilayah di sekitar pantai timur Pulau

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pada abad ke-19 untuk menamakan wilayah di sekitar pantai timur Pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumatera Timur (Ooskust van Sumatra atau Sumatra s Ooskust) merupakan istilah yang berkembang pada abad ke-19 untuk menamakan wilayah di sekitar pantai timur

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Pekalongan, merupakan sebuah kota yang terletak di pantai

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Pekalongan, merupakan sebuah kota yang terletak di pantai BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pekalongan, merupakan sebuah kota yang terletak di pantai utara provinsi Jawa Tengah. Karesidenan Pekalongan memiliki pelabuhan perikanan terbesar dan sering menjadi tempat

Lebih terperinci

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945, Soekarno tampil dihadapan peserta sidang dengan pidato

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi perkembangan kota-kota di Indonesia. Menurut Roosmalen setidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum pemekaran, desa ini merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR 4.1. Sejarah Kabupaten Rokan Hilir Kabupaten Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau Indonesia. Ibukotanya terletak di Bagansiapiapi, kota terbesar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Tebing Tinggi memiliki luas daerah kurang dari 31 km² dan berjarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, terdiri dari banyak suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA A. Kondisi Geografi Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota besar seperti Semarang maupun Yogyakarta. Letaknya yang strategis dan berpotensi

Lebih terperinci

SEIKATSU KAIZEN. Reformasi Pola Hidup Jepang

SEIKATSU KAIZEN. Reformasi Pola Hidup Jepang SEIKATSU KAIZEN Reformasi Pola Hidup Jepang SEIKATSU KAIZEN Reformasi Pola Hidup Jepang Panduan Menjadi Masyarakat Unggul dan Modern Susy ONG Penerbit PT Elex Media Komputindo SEIKATSU KAIZEN Reformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang pemetaan perubahan penggunaan lahan meningkat sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data penginderaan jauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kalimantan Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan dan beribukotakan Pontianak. Luas wilayah provinsi Kalimantan Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional

Lebih terperinci

DINAMIKA TIONGHOA ISLAM PASCA REFORMASI DI YOGYAKARTA ( ) SKRIPSI

DINAMIKA TIONGHOA ISLAM PASCA REFORMASI DI YOGYAKARTA ( ) SKRIPSI DINAMIKA TIONGHOA ISLAM PASCA REFORMASI DI YOGYAKARTA (1998-2010) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang

BAB I PENDAHULUAN. meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Nek Sawak terdapat satu sekolah dasar bernama SD N 11 Nek Sawak, meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang ingin melanjutkan ke

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR Oleh: M Anwar Hidayat L2D 306 015 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu faktor pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memberikan ilmu pengetahuan serta menanamkan ajaran moral dan juga nasionalisme.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tinjauan Historis Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal

Lebih terperinci

MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN

MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN RESENSI BUKU MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN Asep Rahmat Hidayat Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung 40113, Telepon: 085220508085, Posel: kang.abu2@gmail.com Naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun an Korea Selatan mempunyai visi untuk menguasai pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun an Korea Selatan mempunyai visi untuk menguasai pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan adalah negara maju di Asia yang sukses dibidang industri. Pada tahun 1964-1970an Korea Selatan mempunyai visi untuk menguasai pasar dunia, hingga akhirnya

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN Di dalam bab ini kita akan membahas mengenai karakteristik penelitian yang meliputi objek dari penelitian, sejarah singkat, tujuan dari penelitian, metode penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara multietnis yang setiap etnisnya tersebar hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Setiap etnis yang ada di Indonesia memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan produk budaya yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Permukiman, perkotaan dan lansekap suatu daerah terbentuk sebagai hasil dari sistem kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangPenelitian Orang Tionghoa yang ada di Indonesia, sebenarnya tidak merupakan satu kelompok yang asalnya dari satu daerah di negara Cina/Tiongkok, tetapi terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya dengan bercocok tanam. Secara geografis Indonesia yang juga merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan Pengertian masyarakat adat berdasarkan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur (secara turun temurun)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

Penggunaan Lahan Pertanian dan Arah Pengembangan ke Depan

Penggunaan Lahan Pertanian dan Arah Pengembangan ke Depan Penggunaan Lahan Pertanian dan Arah Pengembangan ke Depan Oleh: Anny Mulyani, Fahmuddin Agus, dan Subagyo Penggunaan Lahan Pertanian Dari total luas lahan Indonesia, tidak terrnasuk Maluku dan Papua (tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah juga mengandung nilai ekonomi bagi manusia, bisa digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tanah juga mengandung nilai ekonomi bagi manusia, bisa digunakan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanah memiliki arti yang sangat penting bagi setiap individu dalam masyarakat, karena mempunyai hubungan yang erat dengan keberadaan tiap manusia dalam lingkungan

Lebih terperinci

Community Development di Wilayah Lahan Gambut

Community Development di Wilayah Lahan Gambut Community Development di Wilayah Lahan Gambut Oleh Gumilar R. Sumantri Bagaimanakah menata kehidupan sosial di permukiman gambut? Pertanyaan ini tampaknya masih belum banyak dibahas dalam wacana pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk

Lebih terperinci

PERDAGANGAN SEMBAKO MASYARAKAT TIONGHOA DI KABUPATEN MELAWI KALIMANTAN BARAT

PERDAGANGAN SEMBAKO MASYARAKAT TIONGHOA DI KABUPATEN MELAWI KALIMANTAN BARAT PERDAGANGAN SEMBAKO MASYARAKAT TIONGHOA DI KABUPATEN MELAWI KALIMANTAN BARAT 2004-2008 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: Puro Juan Handry NIM : 114314004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1958 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan Nasionalisasi perusahaan asing. Salah satunya Pabrik Gula (PG) Karangsuwung yang berubah status menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada awal abad kesembilan belas, Sarawak adalah bagian dari wilayah Kesultanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada awal abad kesembilan belas, Sarawak adalah bagian dari wilayah Kesultanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad kesembilan belas, Sarawak adalah bagian dari wilayah Kesultanan Brunei. Pada saat itu luas wilayah Sarawak hanya meliputi wilayah barat daya Pulau Borneo

Lebih terperinci

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. 13. Mata Pelajaran Sejarah Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci