BAB I PENDAHULUAN. kepada modal swasta. Pemberlakuan Undang-Undang Agraria tahun adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kepada modal swasta. Pemberlakuan Undang-Undang Agraria tahun adalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah kolonial antara merupakan masa liberal. Pada masa ini pemerintah kolonial melepaskan peranan ekonomi dan menyerahkan eksploitasinya kepada modal swasta. Pemberlakuan Undang-Undang Agraria tahun adalah dasar bagi pembukaan lahan swasta secara besar-besaran di kawasan strategis Pesisir Timur Sumatera. Hutan-hutan belantara di daerah Sumatera dibuka untuk dijadikan daerah penanaman tanaman komersial yang ditujukan untuk komoditi ekspor di pasaran dunia seperti tembakau, karet, sawit, teh, dan rami. 2 Pada tahun 1869, Jacobus Nienhuys bersama C.G. Clemen mendirikan perusahaan Deli Maatschappij dengan mendapat izin kontrak sewa tanah seluas ha. Selama 20 tahun, antara tahun , merupakan tahun-tahun paling produktif bagi perkebunan tembakau di Sumatera Timur. 3 Pembukaan lahan perkebunan yang dilakukan secara besar-besaran membutuhkan modal, lahan, dan tenaga kerja yang tidak sedikit jumlahnya. Kebutuhan tenaga kerja dapat dipenuhi dengan cara 1 Undang-undang Agraria Tahun 1870 menetapkan peraturan tata-guna tanah. Dengan diberlakukannya Undang-undang Agraria, suatu alat produksi pokok yaitu tanah diliberalisasikan, maka terbuka kesempatan seluas-luasnya untuk membuka perusahaan perkebunan. 2 T. Keizerina Devi, Poenale Sanctie Studi Tentang Globalisai dan Perubahan Hukum di Sumatera Timur( ), Medan: Program Pasca Sarjana USU, 2004, hlm Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan Agrariadi Sumatera Timur, , Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hlm

2 mendatangkan kuli dari Semenanjung Malaya (Penang dan Singapura) 4 dan Pulau Jawa. Mereka akan dipekerjakan pada perusahaan-perusahaan yang berada di perkebunan Sumatera Timur. Banyaknya kuli yang didatangkan menimbulkan banyak masalah karena proses kedatangan mereka dilakukan dengan cara penipuan dan pemaksaan. 5 Para kuli yang didatangkan dari Singapura semuanya adalah laki-laki, sedangkan para kuli Jawa terdiri dari laki-laki dan hanya sedikit perempuan. Hal ini disebabkan adanya larangan kuli membawa istri serta anak-anaknya, dan calon kuli yang sudah menikah biasanya akan ditolak. 6 Pada awal tahun 1900 tenaga kerja di perkebunan Deli berjumlah orang dan hanya terdapat 10-20% tenaga kerja wanita. Menjelang tahun 1912 dari kuli Cina hampir orang adalah laki-laki. Melihat perbandingan yang sangat timpang tersebut, kaum perempuan yang datang merupakan sumber daya langka dan sering kali menjadi titik konflik antara kuli Cina dan Jawa. Tidak jarang juga terjadi serangan-serangan terhadap administrator Eropa yang dilakukan oleh para kuli karena adanya penyalahgunaan kekuasaan administrator terhadap kuli perempuan yang sudah bersuami orang pribumi. 7 4 Kuli yang didatangkan dari Singapura merupakan kuli kuli yang berasal dari Cina. Jan Breman, Menjinakkan Sang Kuli, Politik, Kolonial pada Awal Abad ke-20, Jakarta: Pusaka Utama Grafiti, 1997, hlm Ibid., hlm Kuli perempuan yang didatangkan dari Jawa, memang sengaja didatangkan dalam kondisi belum menikah. Mereka ditipu akan dipekerjakan sebagai kuli dengan penghasilan yang cukup tinggi. Tetapi sebenarnya, mereka akan dipekerjakan sebagai pelacur dalam upaya mempertahankan kontrak kuli lakilaki. Ann Laura Stoler, Kapitalisme dan Konfrontasi di Sabuk Perkebunan Sumatera, , Yogyakarta: Karsa, 1995, hlm Dalam hal ini kuli peremuan yang sudah bersuami, akan dijadikan sebagai istri simpanan oleh administrator. Untuk tipe pelacur yang seperti ini, pekerjaannya merangkap sebagai ART (Asisten 2

3 Seringkali seorang kuli perempuan dipanggil oleh seorang administrator di tengah jam kerjanya untuk kemudian memisahkan diri dari kuli lain dan pergi bersamanya. Para kuli perempuan yang rata-rata berusia muda kebanyakan berasal dari Jawa. Mereka tidak secara terang-terangan dipaksa untuk melacurkan diri dan hanya diberi sedikit pilihan selain berbuat demikian. Tugas mereka melayani kebutuhan seksual dan pelayanan rumah tangga umum untuk para kuli laki-laki. Para kuli perempuan selain mendapat diskriminasi upah 8, juga mendapat pelecehan seksual baik dari kalangan para kuli laki-laki maupun dari Administrator Eropa. 9 Para kuli perempuan yang telah menikah dan dinilai masih cantik dipaksa menjadi gundik/nyai 10 administrator bangsa Eropa. Pada masa itu perempuan pribumi dijadikan komoditas dalam tangan lelaki kulit putih. Mereka tidak punya pilihan lain untuk mencukupi kebutuhan hidupnya kecuali dengan menjadi pelacur, dan bersedia Tumah Tangga / istilah sekarang atau lebih dikenal sebagai pembantu). Pekerjaannya berupa beres-beres rumah seorang administrator dan melayani kebutuhan seksualnya. Kuli perempuan tersebut akan dipisahkan selama 6 tahun dengan suaminya, dan setelahnya diperbolehkan untuk bertemu kembali. Ibid., hlm Lihat juga Liesbeth Hesselink, Prostitutuin: A Necessary Evil, Particularly In The Colonies, Amsterdam: Amarpress, tanpa tahun terbit. hlm Upah yang diterima kuli perempuan jauh lebih sedikit dari pada upah yang diterima oleh kuli lakilaki. Upah kuli perempuan hanya sebesar ƒ2.5 sedangkan kuli laki-laki menerima upah sesuai dengan berat yang dikerjakan (rata rata upah yang diterima sebesar ƒ5 perbulan). Upah tersebut belum termasuk potongan yang dilakukan oleh pihak perkebunan. Kuli harus membiayai sendiri alat berladangnya (termasuk pergantian alat), papan berita di ruang tidur, sampai buku kecil untuk mencatat upah kuli juga ditanggung sendiri oleh kuli. Dan dapat dirata-ratakan pemotongan sekitar ƒ1.8. Jan Breman, Op. Cit., hlm T. Keizerina Devi, op. cit., hlm Menurut KBBI, gundik merupakan istri tidak resmi; selir; perempuan piaraan (istri gelap). Sedangkan Nyai istilah yang diambil dari bahasa sunda yang berarti perempuan piaraan orang asing. Akan tetapi, dalam istilah Jawa, Nyai berarti istri dari Ulama atau Cendikiawan Agama. Dalam hal ini, isitilah yang dipakai merupakan istilah Sunda. Meski kuli yang didatangkan dari Jawa, namun kuli perempuan tersebut banyak didatangkan dari Jawa Barat yang kebanyakan merupakan orang Sunda sehingga istilah Nyai-Nyai terbawa ke Sumatera Timur / Deli. Lihat juga Liesbeth Hesselink, Prostitutuin and Gambling in Deli, Amsterdam: Amarpress, 1997, hlm : 97. 3

4 melayani kuli laki-laki yang berjumlah besar terutama di barak barak kuli Cina 11. Selain itu kuli perempuan merupakan bagian dari umpan yang digunakan untuk memikat kuli laki-laki ke Deli. Mereka dipekerjakan sebagai pelipur lara para kuli lakilaki dan sebagai pengikat kontrak kuli di sana. 12 Kondisi seperti ini sengaja diciptakan agar perempuan tetap tersedia dan dapat memberikan pelayanan seksual. Kegiatan prostitusi yang dilakukan oleh kuli perempuan menyebabkan tingginya jumlah penderita penyakit sipilis. Seorang manajer di Deli Maatscapij mengeluh bahwa dari 60 orang kuli perempuan dan sebanyak 35 orang dimasukkan ke rumah sakit karena sipilis. 13 Dampak dari eksploitasi terselubung yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan terhadap para kuli, khususnya kuli perempuan adalah menyebarnya penyakit kelamin dan anak-anak yang lahir diluar nikah. Selain itu juga menyebabkan terjadinya pergundikan. Berdasarkan uraian diatas, maka skripsi ini berjudul Pelacuran 14 Pada Wilayah Perkebunan di Deli Tahun Setiap orang pasti memiliki hasrat 11 Tineke Hellwig, Citra Kaum Perempuan di Hindia Belanda, Jakarta: Yayasan Obor, 2007, hlm Disetiap waktu penerimaan gaji, pengusaha pengusaha perkebunan membuat acara hiburan, perjudian, dan pelacuran. Dalam waktu gajian kecil (setiap dua pekan sekali), akan diadakan hiburan dan perjudian yang didalamnya ditawarkan candu dengan harga yang cukup tinggi. Sedangkan dalam dua bulan sekali akan ada acara yang didalamnya terdapat pelacuran. Hal ini bertujuan agar kuli kuli tetap dalam keadaan berhutang dan tidak dapat melepaskan diri dari kontrak kerjanya. Ibid., hlm Ann Laura Stoler, op. cit., hlm Kata pelacuran dipilih sebagai judul, dikarenakan penulis berusaha menjelaskan bahwa ada dua tipe pelacuran yang terjadi yaitu, pelacuran dan pergundikan. Menurut penulis, gundik/nyai juga merupakan pelacur. Hal ini berdasarkan dari data yang diperoleh penulis yang menjelaskan bahwa, adanya kesamaan kondisi yang dialami oleh pelacur dan gundik. Dikatakan pelacur karena seorang perempuan tersebut menjual diri kepada seorang laki-laki yang ingin memenuhi kebutuhan seksualnya dan sering berganti pasangan. Begitu pula yang terjadi pada gundik. Mereka juga bekerja sebagai pemuas 4

5 untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, dan yang terjadi saat itu adalah minimnya kuli perempuan di Deli, sehingga menjadikan kuli laki-laki mendominasi pekerja perkebunan, mulai dari tingkat atas sebagai administrator sampai dengan tingkat bawah sebagai kuli. Kuli perempuan pada masa tersebut jarang menjadi pembahasan spesifik baik dalam buku-buku ataupun dalam pembelajaran / perkuliahan. Ternyata, kondisi sosial yang memaksa kuli perempuan menjadi pelacur pada waktu itu, juga cukup berdampak dalam kehidupan kuli dan perusahaan perkebunan di Deli. Aspek spasial dan ruang lingkup dari skripsi ini adalah pada masa kolonial pada tahun 1870 sampai dengan tahun 1930 di wilayah perkebunan Deli. Penulis tertarik mengkaji pada rentang waktu tersebut diakibatkan praktek pelacuran yang terjadi pada rentang waktu tersebut berada dalam ruang lingkup perkebunan dan sementara itu, perkebunan terbanyak diwilayah Sumatera Timur adalah wilayah Deli dan praktek pelacuran di perkebunan tersebut bisa dikatakan berpola yang sama. Juga diketahui bahwa, setelah dikeluarkannya Undang-Undang Agraria pada tahun 1870, memicu banyaknya investor yang datang ke Sumatera Timur Untuk mendirikan perkebunan. Sehingga setelah tahun 1870 sudah banyak perkebunan yang terdapat di Sumatera Timur dan khususnya pada wilayah Deli. 15 Pada masa ini industri tembakau, karet, sawit, dan barang komoditi ekspor lainnya mengalami perkembangan pesat sehingga kebutuhan seksual administratur dan seorang administratur juga sering berganti gundik layaknya seorang pria berganti pasangan melacurnya, dijelaskan juga bahwa seorang administratur dapat berganti gundik sebanyak 17 kali dalam setahun. Sehingga, penulis berusaha berada pada posisi netral saat menuliskan skripsi. 15 Karl J. Pelzer, op. cit., hlm

6 memicu pengadaan lahan seluas-luasnya dan perekrutan tenaga kerja sebanyakbanyaknya. Tenaga kerja didatangkan dari berbagai daerah seperti dari Penang dan Jawa. Demikian juga kuli perempuan, sekitar tahun 1875 mereka didatangkan dari Pulau Jawa bersamaan dengan kedatangan para kuli laki-laki. 16 Tahun 1930 dipilih sebagai akhir periode penulisan skripsi ini, karena pada tahun tersebut mulai berkurangnya kegiatan prostitusi dan pergundikan di Deli. Hal ini ditandai dengan adanya ketentuan penghapusan larangan menikah untuk orang Eropa yang akan bekerja sebagai pegawai di perkebunan. Ketentuan lain adalah perusahaan perkebunan menganjurkan untuk membentuk keluarga, baik bagi pegawai Eropa maupun pegawai Pribumi. 17 Ketentuan tersebut memberikan andil besar terhadap berkurangnya kegiatan prostitusi dan pergundikan di perkebunan tembakau Deli Rumusan Masalah Dalam melakukan suatu penelitian, rumusan masalah menjadi landasan yang sangat penting dari sebuah penelitian karena akan memudahkan penulis dalam proses pengumpulan data dan analisis data. Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini mencoba mengkaji permasalahan yang terjadi pada kuli yaitu 16 Jan Breman, op.cit., hlm Pada tahun 1919 Deli Maatschappij melakukan penghapusan terhadap ketentuan larangan pernikahan bagi para pegawainya. Sebenarnya pada tahun 1912 sudah mulai dihapuskan ketentuan pernikahan di dalam kontrak kerja orang Eropa. Peraturan tersebut memberikan andil besar terhadap berkurangnya pergundikan di Deli pada tahun Ann Laura Stoler, op. cit. hlm Ibid., hlm

7 pelacuran yang terjadi pada kuli perempuan di Deli. Penjabaran permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini akan dipandu melalui pertanyaan-pertanyaan utama sebagai berikut: 1. Apa yang melatarbelakangi terjadinya pelacuran pada wilayah perkebunan di Deli pada tahun ? 2. Apa saja bentuk pelacuran yang terjadi pada wilayah perkebunan di Deli pada tahun ? 3. Bagaimana dampak pelacuran pada wilayah perkebunan di Deli pada tahun ? 4. Bagaimana upaya penanganan pelacuran dan penyakit kelamin pada wilayah perkebunan di Deli pada tahun ? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian merupakan suatu cara untuk menjawab masalah yang kita rumuskan. Penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat yang penting tentunya, bukan hanya bagi penulis tetapi juga bagi masyarakat umum. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengeahui penyebab terjadinya pelacuran pada wilayah perkebunan di Deli pada tahun Mengetahui bentuk pelacuran yang terjadi pada wilayah perkebunan di Deli pada tahun

8 3. Mengetahui dampak pelacuran pada wilayah perkebunan di Deli pada tahun Mengetahui penanganan pelacuran dan penyakit kelamin pada wilayah perkebunan di Deli pada tahun Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi disiplin Ilmu Sejarah, dapat menambah referensi dan khasanah penelitian bahwa nafsu / birahi manusia juga dapat menjadi satu kekuatan dalam sejarah. 2. Bagi Masyarakat, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pelacuran dan dampaknya terhadap kehidupan, yang harapannya terdapat suatu pelajaran yang dapat diambil didalamnya. 3. Aspek praktis yang mungkin diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat dijadikan masukan sebagai sarana informasi bagi penelitian berikutnya yang akan meneliti tentang pelacuran atau kuli wanita di Sumatera Timur. 1.4 Tinjauan Pustaka Jan Breman, Menjinakkan Sang Kuli, Politik, Kolonial pada Awal Abad ke- 20.(1997). Relevansi buku Jan Breman dengan penelitian ini adalah mengupas tentang eksploitasi buruh di perkebunan Sumatera Timur, terutama pada bab V berjudul Masyarakat Perkebunan dan Orde kolonial. Bab tersebut membahas tentang minimnya 8

9 jumlah kuli perempuan pada tahun 1884 hanya berjumlah 148 orang, sedangkan jumlah kuli laki-laki berjumlah 540 orang. Hal ini berarti empat berbanding satu. Beberapa di antara kuli perempuan ada yang hidup tanpa nikah dengan kuli laki-laki. Adanya asisten atau staf Eropa yang menjalin hubungan dengan perempuan Jawa yang sudah bersuami bumiputera sehingga menyebabkan terjadinya serangan terhadap staf Eropa oleh kuli laki-laki. Dalam buku Karl J. Pelzer yang berjudul Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria,(1997) terdapatnya informasi pada bab III dan IV, tentang awal mula dibukanya perkebunan di Sumatera Timur secara besar-besaran sejak kedatangan Jacobus Nienhuys. Relevansi buku dengan skripsi ini adalah penjelasan tentang pengusaha perkebunan di Sumatera Timur mengalami kesulitan dalam menangani kuli. Pertama, banyaknya kuli yang didatangkan dari seberang lautan melarikan diri. Kedua, terjadinya penyerangan terhadap anggota-anggota staf perkebunan oleh para kuli perkebunan. Penyerangan dilakukan oleh para kuli yang merasa dendam karena mereka sering mendapat perlakuan kejam dari para asisten seperti adanya perkataan kasar dan penyiksaan fisik. Ann Laura Stoler menulis buku yang berjudul Kapitalisme dan Konfrontasi di Sabuk Perkebunan Sumatera, (1995) yang membahas tentang konflikkonflik yang terjadi di Sumatera, khususnya Sumatera Timur. Pada tahun 1870 Sumatera Timur merupakan jantung perkebunan kolonial. Buku tersebut menjelaskan strategistrategi pengendalian (kontrol) buruh yang diwarnai dengan masalah 9

10 gender.relevansi buku Stoler ini terutama pada bab II yang membahas tentang eksploitasi terhadap kuli kontrak. Pada bab II membahas tentang Perempuan dan Kontrol (pengendalian) Perburuhan. Stoler juga membahas tentang upah kuli perempuan pada tahun 1894 hanya separuh dari upah kuli laki-laki. Pada tahun 1912 jumlah kuli di perkebunan orang dan jumlah kuli laki-laki orang. Hal ini berarti jumlah kuli perempuan sebanyak orang. Stoler juga membahas tentang meluasnya prostitusi dan penyakit kelamin di kalangan masyarakat perkebunan. Para kuli perempuan tidak mempunyai tempat tinggal atau barak sehingga mereka tidur di barak laki-laki. Buku karya T. Keizerina Devi yang berjudul Poenale Sanctie Studi Tentang Globalisai dan Perubahan Hukum di Sumatera Timur ( )(2007). Relevansi buku ini, terutama pada bab I dan II yang membahas tentang hukum terapan dalam perkebunan di Sumatera Timur yang kemudian menimbulkan permasalahan dalam kehidupan kuli atau pun kuli pekerbunan. Sejak lahirnya undang-undang agrarian pada 1870 yang menjadi pemicu kedatangan investor asing ke Sumatera Timur dan kebutuhan perkebunan akan pekerja. Buku ini juga menjelaskan masyarakat lokal tidak mendukung usaha perkebunan dan tidak ingin dijadikan sebagai buruh. Tentunya hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan asing tersebut mendatangkan kuli asal Cina, India, dan Jawa. Setelah kedatangan kuli tersebut lah yang nantinya menimbulkan permasalahan kuli seperti yang telah dijelaskan pada buku sebelumnya dan latar belakang masalah diatas. 10

11 Buku Tineke Hellwig, Citra Kaum Perempuan di Hindia Belanda (2007) menjelaskan tentang kehidupan kuli perempuan yang usianya masih muda dan cantik dipaksa menjadi gundik administrator bangsa Eropa pada bab II dan IV. Pada masa itu perempuan Asia di Hindia dijadikan komoditas dalam tangan lelaki kulit putih. Dilain sisi, buku ini sangat relevan karena menjelaskan kehidupan ekonomi kuli perempuan bahwa para kuli perempuan tersebut tidak punya pilihan lain untuk mencukupi kebutuhan hidupnya kecuali dengan menjadi pelacur. Dalam penjelasan yang juga terdapat dalam buku ini, bahwa kuli perempuan menerima 2.20 dollar perbulan untuk segala keperluan hidupnya, seperti makan, minum, sabun, dan pakaian yang tentunya hal ini dirasa sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup pada masa itu. Buku ini juga menjelaskan bahwa pelacuran juga sengaja dibuat untuk dapat mempertahankan kuli laki-laki dalam perkebunan tersebut. Mahalnya biaya pelacuran menjadikan para kuli laki-laki memilih mengutang ke pemilik perusahaan perkebunan dan terpaksa harus memperpanjang kontrak mereka. Liesbeth Hesselink, Prostitutuin: A Necessary Evil, Particularly In The Colonies, Amsterdam: Amarpress, Buku ini mnggambarkan kegiatan prostitusi yang terjadi pada masa kolonial di Hindia-Belanda. Buku ini, juga banyak menjelaskan prostitusi dan tekanan terhadap kuli perempuan pada wilayah perkebunan yang ada di Sumatera Timur. Buku ini menjelaskan bahwa proses pelacuran yang dilakukan cenderung berpola yang sama, yaitu dengan tujuan mempertahankan kontrak kuli laki- 11

12 laki. Selain itu, buku ini juga bercerita tentang legalitas prostitusi yang dilakukan oleh pihak perkebunan. 1.5 Metode Penelitian Setiap penelitian diwajibkan menggunakan metode, terutama metode penelitian. Metode penelitian adalah suatu cara atau aturan yang sistematis yang digunakan sebagai proses untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip untuk mencari kebenaran dari sebuah permasalahan. Dalam menulis peristiwa sejarah pada masa lampau yang direalisasikan dalam bentuk penelitian sejarah (historiografi), tentu harus menggunakan metode sejarah. Metode sejarah merupakan proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan jejak-jejak peninggalan sejarah. Dalam penerapannya, metode sejarah menggunakan empat tahapan pokok, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. 19 Tahap pertama adalah heuristik merupakan proses mengumpulkan dan menemukan sumber-sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Metode yang dilakukan dalam heuristik adalah studi pustaka dan studi arsip. Dalam upaya awal penelusuran, penulis melakukan studi pustaka di perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Penulis menemukan buku karya Jan Breman yang berjudul Menjinakkan Sang Kuli dan buku Tineke Hellwig dengan judul Citra Kaum Perempuan di Hindia Belanda. Dalam bibliografi (daftar sumber) di buku tersebut terdapat banyak 1985, hal Louis Gottchalk, Mengerti Sejarah, terjemahan dari Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 12

13 sumber-sumber lain yang dapat memudahkan penulis dalam menelusuri sumbersumber berikutnya. Studi pustaka berikutnya dilakukan dengan pencarian skripsi, tesis, disertasi, jurnal dan lainnya. Dalam melaksanakan tahap ini penulis mengunjungi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan, Taman Baca Masyarakat Tengku Luckman Sinar, dan Perpustakaan Daerah Sumatera Utara. Dalam studi pustaka ini, penulis menemukan banyak sumber sekunder yang dapat dijadikan sebagai referensi penulisan skripsi ini. Penelusuran berikutnya, penulis melakukan studi arsip. Studi arsip dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah sumber-sumber primer berupa arsip atau bentuk laporan-laporan seperti laporan perjalanan, laporan penelitian dan laporan instansi Pemerintah Kolonial Belanda. Dalam pengumpulan arsip-arsip tentang penelitian ini, penulis mengunjungi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan Arsip Daerah Sumatera Utara. Akan tetapi,, penulis hanya menemukan arsip AVROS No. 358, Verslag van het Pathologisch Laboratorium Medan-Deli (Sumatra s Oostkust) over de Jaren , yang berisi tentang pembentukan laboratotium dalam upaya penanganan kesehatan kuli dan termasuk didalamnya upaya penanganan penyakit kelamin, Brieven Gouvernement Secretaris/BGS, No. 418/A2 yang berisi tentang gambaran kehidupan kuli, Staatsblad van Nederlandsch-Indie, 1880 No. 133 mengenai peraturan Koelie Ordonnantie, serta surat kabar Deli Courant yang diterbtkan pada 17 Maret 1924 yang didalamnya terdapat iklan obat penyakit sipilis yang disebabkan oleh pelacuran. 13

14 Setelah sumber terkumpul, tahap selanjutnya adalah kritik sumber, baik secara intern dan ekstern. Kritik ekstern dilakukan untuk menguji sumber guna mengetahui otentisitas sumber. Dalam hal ini kritik menyangkut arsip atau dokumen dengan cara memilah apakah dokumen itu diperlukan atau tidak serta menganalisis apakah dokumen yang telah dikumpulkan asli atau tidak dengan mengamati tulisan, gaya bahasa, ejaan maupun jenis kertas yang digunakan. Kritik intern merupakan suatu langkah untuk menilai isi dari sumber-sumber yang telah dikumpulkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kredibilitas sumber atau kebenaran isi dari sumber tersebut. Hal ini dikarenakan sebagian besar dokumen yang ditemukan masih dalam bahasa Belanda dan bahasa Inggris. Tahapan selanjutnya adalah interpretasi yaitu memuat analisis dan sintesis terhadap sumber yang telah dikritik dan diverifikasi. Tahapan ini dilakukan dengan cara menafsirkan fakta, dan membandingkannya sehingga akan diperoleh data yang objektif untuk diceritakan kembali kedalam sebuah tulisan. Tahapan terakhir yaitu historiografi atau penulisan yang merupakan proses menceritakan rangkaian fakta sejarah secara kronologis dalam suatu bentuk tulisan yang kritis, analitis dan bersifat ilmiah. Penelitian tersebut akan dituangkan dalam bentuk skripsi yang sifatnya deskripsi-analitis, sehingga akan didapati sebuah gambaran yang cukup jelas mengenai pelacuran yang terjadi di wilayah perkebunan Deli tersebut, dan tentunya berpedoman pada outine yang telah dirancang sebelumnya. 14

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya dinamika perdagangan internasional pada abad ke-15 ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya dinamika perdagangan internasional pada abad ke-15 ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Meningkatnya dinamika perdagangan internasional pada abad ke-15 ditandai dengan peningkatan permintaan pasar Eropa terhadap berbagai jenis hasil bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Pribumi sangat tergantung pada politik yang dijalankan oleh pemerintah kolonial. Sebagai negara jajahan yang berfungsi sebagai daerah eksploitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Sumatera Utara, dan lambat laun banyak bermunculan perkebunan tembakau, karet,

BAB I PENDAHULUAN. di Sumatera Utara, dan lambat laun banyak bermunculan perkebunan tembakau, karet, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang Sumatera Utara. Diawali dengan kedatangan Jacobus Nienhuys ke pesisir timur Sumatera Utara pada 6 Juli 1863 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus Nienhuys pada tahun 1863. Nienhuys dalam membuka perkebunan mengalami kesulitan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai traktaat Siak. Pada saat itu Siak dipimpin oleh seorang sultan yang bernama

BAB I PENDAHULUAN. sebagai traktaat Siak. Pada saat itu Siak dipimpin oleh seorang sultan yang bernama BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kekuasaan kolonial di Sumatera Timur dimulai setelah ditandatanganinya perjanjian antara Siak dengan Belanda pada 1 Pebruari 1858 yang kemudian dikenal sebagai traktaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembali masa lampaunya secara utuh. Di dalam proses kehidupan manusia sudah

BAB I PENDAHULUAN. kembali masa lampaunya secara utuh. Di dalam proses kehidupan manusia sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa lampau manusia untuk sebagian besar tidak dapat ditampilkan kembali, bahkan juga mereka yang dikaruniai ingatan sekalipun tidak akan dapat menyusun kembali masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur di awal abad ke 18 merupakan salah satu kawasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur di awal abad ke 18 merupakan salah satu kawasan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Timur di awal abad ke 18 merupakan salah satu kawasan yang sangat sepi penduduknya, sejak berdirinya perkebunan tembakau pada tahun 1863 oleh Jacob

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diawali dengan kebijakan Cultuurstelsel (budidaya tanam), cara-cara konservatif

BAB I PENDAHULUAN. Diawali dengan kebijakan Cultuurstelsel (budidaya tanam), cara-cara konservatif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Eksistensi VOC yang telah berlangsung sejak 1609, harus berakhir karena jatuh pailit (1799) dengan utang 134,7 juta gulden. Keruntuhan tersebut, menyebabkan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukunya Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria.

BAB I PENDAHULUAN. bukunya Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melihat literatur tentang perkebunan di Sumatera Utara yang umumnya hanya terdapat di daerah eks Sumatera Timur 1, seperti yang ditulis oleh Karl J. Pelzer

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kolonial Sumatera Timur merupakan wilayah di Pulau Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1 Ini berarti bahwa tembakau sudah menjadi tanaman yang diproduksi disamping tanaman-tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia, Budi Utomo mendapat tempat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia, Budi Utomo mendapat tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia, Budi Utomo mendapat tempat yang penting. Hari lahirnya ditetapkan sebagai hari kebangkitan nasional yang diperingati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, kedudukan perempuan berada

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, kedudukan perempuan berada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, kedudukan perempuan berada di bawah pengaruh laki-laki. Kadang perempuan dijadikan alat politik untuk memperoleh kekuasaan.

Lebih terperinci

BAB II AWAL BERDIRINYA PT. PERKEBUNAN IX (PERSERO) Perkebunan-perkebunan yang menjadi bagian dari PT. Perkebunan IX

BAB II AWAL BERDIRINYA PT. PERKEBUNAN IX (PERSERO) Perkebunan-perkebunan yang menjadi bagian dari PT. Perkebunan IX BAB II AWAL BERDIRINYA PT. PERKEBUNAN IX (PERSERO) 2.1 Kondisi Geografis Perkebunan-perkebunan yang menjadi bagian dari PT. Perkebunan IX (Persero) terbentang di dataran rendah Pantai Timur Sumatera. 11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak datang ke Indonesia dengan keuntungan yang melimpah. Hal tersebut merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 1 Salah satu di antaranya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengusahaan tanaman kelapa sawit di Indonesia sebagai suatu komoditi perkebunan selalu dilakukan oleh perkebunan besar yang dimiliki baik oleh pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan mesin-mesin yang digerakkan dengan tenaga uap. Orang-orang tidak dapat membantah dan menyangkal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada hakikatnya, Indonesia telah mengenal sistem kebun sebagai sistem perekonomian tradisional dengan penanaman tanaman-tanaman seperti kopi, lada, kapur barus dan rempah-rempah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang terletak di Pantai Timur Sumatera berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena berhadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda antara tahun 1830 hingga akhir abad ke-19 dinamakan Culturstelsel (Tanam Paksa).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian yang penulis kaji mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN SOSIAL POLITIK PERKEBUNAN TEMBAKAU DI SUMATERA TIMUR. 2.1 Sejarah Penjajahan Kolonial Belanda di Indonesia

BAB II TINJAUAN SOSIAL POLITIK PERKEBUNAN TEMBAKAU DI SUMATERA TIMUR. 2.1 Sejarah Penjajahan Kolonial Belanda di Indonesia BAB II TINJAUAN SOSIAL POLITIK PERKEBUNAN TEMBAKAU DI SUMATERA TIMUR 2.1 Sejarah Penjajahan Kolonial Belanda di Indonesia Praktek kolonial Belanda di Indonesia dimulai pada tahun 1596 ketika armada dagang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kolonialisme, kapitalisme dan modernisasi. Pada umumnya perkebunan hadir sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kolonialisme, kapitalisme dan modernisasi. Pada umumnya perkebunan hadir sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkebunan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan kolonialisme, kapitalisme dan modernisasi. Pada umumnya perkebunan hadir sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 13 fakultas yang ada di USU.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dari 13 fakultas yang ada di USU.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan salah satu fakultas dari 13 fakultas yang ada di USU.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk kota terbesar ketiga di Indonesia. Tidak hanya besar dari segi wilayah, namun juga besar

Lebih terperinci

PEREMPUAN DALAM BUDAYA PATRIARKHI

PEREMPUAN DALAM BUDAYA PATRIARKHI PEREMPUAN DALAM BUDAYA PATRIARKHI Napsiah Judul Asli : Ketertindasan Perempuan dalam Tradisi Kawin Anom. Subaltern Perempuan pada Suku Banjar dalam Perspektif Poskolonial Pengarang : Rosramadhana Nasution.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun , BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris yang berarti bahwa penduduknya sebagian besar berprofesi sebagai petani dan pendapatan nasional sebagian besar bersumber dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang termasuk dalam wilayah Sumatera Timur. Deli merupakan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang termasuk dalam wilayah Sumatera Timur. Deli merupakan wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deli adalah sebuah kesultanan yang wilayahnya merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam wilayah Sumatera Timur. Deli merupakan wilayah yang sangat kaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera timur sudah menanam tembakau sebelum kedatangan orang Barat ke

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera timur sudah menanam tembakau sebelum kedatangan orang Barat ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Timur (Sumatera Ooskust) memiliki sejarah panjang tentang perkebunan khususnya tembakau. Menurut Anderson, masyarakat Melayu di Sumatera timur sudah menanam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir prestasi sepakbola di Sumatera Utara semakin menurun. Terakhir kali klub sepakbola Sumatera Utara menjuarai Liga Perserikatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN USAHA GULA OEI TIONG HAM CONCERN DI JAWA SKRIPSI

PERKEMBANGAN USAHA GULA OEI TIONG HAM CONCERN DI JAWA SKRIPSI PERKEMBANGAN USAHA GULA OEI TIONG HAM CONCERN DI JAWA 1900-1942 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan. 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan. Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun secara lambat. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya faktor yang menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka dimana, sebagian besar interaksi adalah sekelompok manusia yang bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia senantiasa menyesuaikan diri dengan kondisi geografis tempat tinggal mereka. Kondisi inilah yang menyebabkan mengapa sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bulu Cina merupakan sebuah desa yang berdomisili di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman kolonial Belanda, Bulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang masalah Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar dan kecil, serta masyarakatnya mempunyai beraneka ragam agama, suku bangsa, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangPenelitian Orang Tionghoa yang ada di Indonesia, sebenarnya tidak merupakan satu kelompok yang asalnya dari satu daerah di negara Cina/Tiongkok, tetapi terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menyebabkan bangsa Eropa tertarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menyebabkan bangsa Eropa tertarik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang menyebabkan bangsa Eropa tertarik untuk mengunjungi hingga menjajah Indonesia adalah potensi sumber sumber daya alam Indonesia yang melimpah.indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rengasdengklok merupakan satu kota kecil di Kabupaten Karawang yang memiliki peran penting baik dalam sejarah maupun bidang ekonomi. Kabupaten Karawang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera pada pertengahan abad ke 19. Investasi ini dipelopori oleh Jacobus

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera pada pertengahan abad ke 19. Investasi ini dipelopori oleh Jacobus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedatangan Bangsa India ke Sumatera Timur tidak terlepas dari investasi modal perkebunan bangsa Eropa yang marak berkembang di kawasan Pantai Timur Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternal dan internal yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di

BAB I PENDAHULUAN. eksternal dan internal yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun lambat. Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh adanya faktor eksternal dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. tetapi sumber daya manusianya pun dipergunakan untuk kepentingan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. tetapi sumber daya manusianya pun dipergunakan untuk kepentingan BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil yang analisis data yang diperoleh dari penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Jepang bukan hanya memanfaatkan sumber daya alam Indonesia saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI DI DESA SIDIANGKAT KABUPATEN DAIRI ( )

BAB I PENDAHULUAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI DI DESA SIDIANGKAT KABUPATEN DAIRI ( ) BAB I PENDAHULUAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI DI DESA SIDIANGKAT KABUPATEN DAIRI (1985-2000) 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya untuk mencapai taraf kesempurnaannya manusia hidup dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan negara-negara lain di dunia, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peninggalan sejarah dan cagar budaya mempunyai peranan penting dalam perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah dan cagar budaya banyak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN 1945-1949 Pada awal kemerdekaan kota Medan adalah alah satu kota yang tergolong maju di Indoneisa. Sebagai kota yang berkembang dari perkebunan,pada masa kolonial,di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persoalan buruh anak makin banyak diperhatikan berbagai pihak, baik di tingkat nasional maupun internasional. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena buruh

Lebih terperinci

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. sebelum dinasionalisasi bernama Harrison & Crossfield Ltd. Perusahaan ini berpusat di London, Inggris,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai suatu kelas yang selalu dieksploitasi oleh majikan, sehingga akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai suatu kelas yang selalu dieksploitasi oleh majikan, sehingga akan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah orang yang bekerja pada orang lain dan mendapatkan upah. Mereka menjual tenaga mereka kepada majikan demi mendapatkan pekerjaan. Adanya hubungan timbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Labuhan Deli merupakan cikal bakal lahirnya Pelabuhan Belawan. Labuhan Deli dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli yang kesohor di kawasan Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan merupakan komunitas hidup dinamik

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan merupakan komunitas hidup dinamik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan merupakan komunitas hidup dinamik yang berperan menumbuhdewasakan kadar intelektual, emosional dan spiritual para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan salah satu tanaman yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia. Letak geografis dengan iklim tropis dan memiliki luas wilayah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejarah perkembangan pers di masa Kolonial Belanda khususnya di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejarah perkembangan pers di masa Kolonial Belanda khususnya di 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sejarah perkembangan pers di masa Kolonial Belanda khususnya di daerah kota Medan pada masa kolonial belanda, menjadikan sebuah awal di masa lalu sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. 1 Yang direkonstruksi ialah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Faktor utama terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada dalam kelompok, komunitas, atau masyarakatnya (Mutakin, 2002:1). Tentu saja manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh United States Bureau of Mines (USBM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

Judul : Beikoku kouri kumiai pada masa pendudukan Jepang di Surakarta Kochi tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Judul : Beikoku kouri kumiai pada masa pendudukan Jepang di Surakarta Kochi tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Judul : Beikoku kouri kumiai pada masa pendudukan Jepang di Surakarta Kochi tahun 1942-1945 Nama : Iwan Haryanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat Jepang menguasai Indonesia yang bermula

Lebih terperinci

AVATARA, e-journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017 KEHIDUPAN KULI KONTRAK JAWA DI PERKEBUNAN TEMBAKAU SUMATERA TIMUR TAHUN

AVATARA, e-journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017 KEHIDUPAN KULI KONTRAK JAWA DI PERKEBUNAN TEMBAKAU SUMATERA TIMUR TAHUN KEHIDUPAN KULI KONTRAK JAWA DI PERKEBUNAN TEMBAKAU SUMATERA TIMUR TAHUN 1929-1942 ERVIN HERDIANSYAH Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya Email: ervinherdiansyah13@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang besar, yang memiliki keberagaman kehidupan dengan berbagai macam peristiwa sejarah. Salah satunya adalah sejarah perusahaan

Lebih terperinci

III METODELOGI PENELITIAN. Sebelum membuat suatu penulisan penelitian sebagai peneliti

III METODELOGI PENELITIAN. Sebelum membuat suatu penulisan penelitian sebagai peneliti 25 III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian A.1 Metode yang digunakan Sebelum membuat suatu penulisan penelitian sebagai peneliti hendaknya, menentukan metode penelitian apakah yang akan dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada tanggal 16 September 1975. Sebelumnya negara ini berada di bawah mandat teritori Australia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Tujuan Pembelajaran Mengenal ILO dan ILS Memahami prinsip-prinsip dan hak-hak mendasar di tempat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data dan pengembangan

METODE PENELITIAN. Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data dan pengembangan 18 III METODE PENELITIAN 1. Metode yang digunakan Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data dan pengembangan suatu pengetahuan dan serta untuk menguji suatu kebenaran ilmu pengetahuan.

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis

Lebih terperinci

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Perkebunan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian regional secara keseluruhan. Sistem perkebunan masuk ke Indonesia pada akhir Abad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI BUNGA DI DESA TONGKOH KABUPATEN KARO ( )

BAB I KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI BUNGA DI DESA TONGKOH KABUPATEN KARO ( ) BAB I KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI BUNGA DI DESA TONGKOH KABUPATEN KARO (1970-1990) 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya untuk mencapai taraf kesempurnaannya manusia hidup dari dan dalam masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran media komunikasi sangat berjasa dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan, perasaan senasib sepenanggungan, dan pada akhirnya rasa nasionalisme yang mengantar bangsa

Lebih terperinci

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat Perempuan bekerja bukan lagi pemandangan langka. Ada yang bergaji tinggi sebagaimana karyawan kantoran yang berbekal titel, ada pula pegawai rendahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan ekonomi saat sekarang ini yang tidak menentu dan akibat perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara

Lebih terperinci