BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi
|
|
- Yohanes Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi perkembangan kota-kota di Indonesia. Menurut Roosmalen setidaknya terdapat dua faktor yang menyebabkan hal itu; Reformasi Agraria 1870 dan Desentralisasi. 1 Perubahan kota saat itu, bukan hanya terletak pada peningkatan jumlah penduduk saja, kondisi masyarakat dan pola pemerintahan pun mengalami perubahan yang signifikan. Dalam konteks pertumbuhan Kota Bandung, terdapat 3 hal yang mempercepat akselerasi pertumbuhan kota sebagai nodal, yaitu; Pembukaan wilayah, transportasi dan komunikasi serta partisipasi. 2 Perubahan dan akselerasi inilah yang dikategorikan Shiraishi sebagai Zaman Bergerak. 3 Dari ketiga hal tersebut, 1 Pauline K.M. Roosmalen. Designing colonial cities: the making of modern town planning in the Dutch East Indies and Indonesia dalam IIAS: International Institute for Asian Studies. (2011). Hlm, Haryoto Kunto. Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. (Bandung: Penerbit PT Granesia, 1984). Hlm, Takashi Shiraishi. Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat Jawa (Jakarta: Grafiti Press).
2 2 partisipasi masyarakat kurang memiliki ruang khusus dalam historiografi kota, terutama Kota Bandung. Padahal, peran partisipasi ini bisa dikatakan besar dalam menyediakan fasilitasfasilitas sosial di Kota Bandung. Perlu di pahami, pengertian partisipasi di sini bersifat terbatas, baik itu pelaku maupun cakupan partisipasinya itu sendiri. Hal itu tidak terlepas dari kondisi kota yang masih dalam kategori kota kolonial. Seperti yang dikatakan Haryoto Kunto, partisipasi di Bandung mulai muncul sebelum adanya perubahan status gemeente. 4 Biarpun berdiri sebelum munculnya gemeente, organisasi partisipasi ini dimaksudkan untuk mempersiapkan kota menjadi gemeente. Wacana desentralisasi atau pembentukan gemeente ini memiliki peran penting bagi partisipasi saat itu. Melalui desentralisasi kota dapat berkembang karena hanya orang-orang di tingkat lokal lah yang mengerti kebutuhan kotanya. Kota kolonial menjadi salah satu lab nya penerapan desentralisasi kerena di kota lah sebagai basis atau berkumpulnya orang eropa, berpendidikan eropa serta dianggap memiliki keterampilan teknis maupun manajerial yang memadai. 5 4 Haryoto Kunto. Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. (Bandung: Penerbit PT Granesia, 1984). Hlm, Farabi Fakih. Kotabaru and the Housing Estate as Bulwark Against the Indigenization of Colonial Java. Dalam Cars, Conduits,
3 3 Untuk memahami sejauh mana suatu partisipasi berperan dalam perkembangan kota Bandung, organisasi Bandoeng Vooruit bisa mewakili hal tersebut. Bandoeng Vooruit ialah sebuah organisasi atau asosiasi atau wadah partisipasi yang bergerak di bidang turisme. Kemampuan Bandoeng Vooruit dalam mendatangkan turis dan keuntungan bagi pemerintah kota juga pihak swasta begitu mengesankan. Dengan motto Don t come to Bandung, if you left a wife at home, Bandung setidaknya berhasil mendatangkan orang wisatawan. Berbanding dengan penduduk Bandung yang berjumlah orang pada tahun Organisasi ini bisa disebut sebagai salah satu wadah terbesar di Bandung saat itu yang mampu menampung berbagai kalangan yang memiliki kepentingan, terutama dalam memajukan kota. Di sinilah menariknya, di satu sisi Bandoeng Vooruit memiliki tanggung jawab dalam kepentingan masyarakat Kota, di sisi lain Bandoeng Vooruit sebagai sebuah wadah pariwisata yang dalam kepentingannya untuk menarik turis sebanyak-banyaknya. Penelitian ini hendak membahas hal itu. and Kampoeng The Modernization of The Indonesia City, (Verhandelingen KITLV Vol. 295, 2015). Hlm, Haryoto Kunto. Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. (Bandung: Penerbit PT Granesia, 1984). Hlm, 277.
4 4 B. Permasalahan Saat Bandung naik sebagai salah satu kota penting dalam perkembangan kota kolonial, Bandung mengalami perkembangan kota yang mengesankan. Untuk mengakselerasi hal itu, masyarakat Bandung mulai memikirkan menjadikan kota lebih nyaman dan bisa menghasilkan keuntungan bagi masyarakatnya. Pembentukan Bandoeng Vooruit tidak terlepas dari kedua hal tersebut. Untuk menemukan fokus kajian tersebut, diterjemahkan dalam dua pertanyaan, diantaranya; Bagaimana proses pembentukan dan perkembangan Bandoeng Vooruit? Apa dan siapa yang bergerak dalam wadah ini? Selain melalui dua pertanyaan diatas, fokus penelitian ini akan dibantu dengan pembatasan spasial dan temporal. Pembatasan spasial disini sangatlah cair, batas spasial pada penelitian ini mengikuti kegiatan yang dilaksanakan Bandoeng Vooruit itu sendiri. Biarpun beberapa hal proyeknya dilakukan di luar wilayah kota, tetapi Bandung sendiri diposisikan sebagai titik pijak kedatangan turis atau bisa disebut sebagai sebuah nodal. Adapun batasan temporalnya, merunut pada awal dan akhir asosiasi Bandoeng Vooruit. Asosiasi ini berdiri pada tahun 1925 dan berakhir pada masa kedatangan Jepang.
5 5 C. Tujuan Berdasarkan pokok permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini yang pertama adalah ingin melihat partisipasi masyarakat dalam memajukan kota Bandung, dalam hal ini Bandoeng Vooruit menjadi kajian utamanya. Tujuan kedua untuk mengetahui hal apa yang dilakukan dan siapa yang bergerak dalam partisipasi masyarakat kota tersebut. Ketiga, untuk melihat pengelolaan dan promosi turisme di Bandung pada masa kolonial. Terakhir, penelitian ini ingin memperkaya kajian mengenai sejarah kota, khususnya mengenai sejarah kota Bandung maupun partisipasi dalam bentuk perkembangan kota yang masih sangat sedikit untuk dijadikan kajian sejarah yang mendalam. D. Tinjauan Pustaka Buku turisme yang menjadi rujukan penelitian ini ialah bukunya Achmad Sunjayadi berjudul Vereeniging Toeristen Verkeer Batavia ( ): Awal Turisme Modern di Hindia Belanda. 7 Buku ini menceritakan mengenai Vereeniging Toeristen Verkeer (VTV) sebagai salah satu organisasi yang didirikan pemerintah 7 Achmad Sunjayadi. Vereeniging Toeristenverkeer Batavia : Awal Mula Turisme di Hindia Belanda. (Depok: FIB UI Press, 2007).
6 6 Hindia Belanda dalam mengurus turisme. Perbedaan mendasar antara buku tentang VTV dengan penelitian ini terletak pada pendekatan kotanya. Sehingga nantinya penelitian ini dibawa untuk memahami kondisi atau perkembangan kota, dalam hal ini Bandung, sebagai salah satu bagian terpentingnya. Selain itu, buku ini juga bisa dijadikan sebagai rujukan tingkat partisipasi dalam pengelolaan turisme. Salah satu buku yang sangat penting dalam penulisan penelitian ini ialah bukunya Haryoto Kunto berjudul Bandoeng Tempo Doeloe. 8 Buku ini menceritakan Bandung dari periode awal (dusun udik) sampai menjadi sebuah kota kolonial. Pembangunan, pengembangan hingga perawatan yang dilakukan Bandoengers sewaktu jaman kolonial tertulis rinci dalam buku ini. Perbedaan mendasar buku Bandoeng Tempo Doeloe dengan penelitian ini ialah pembahasan mengenai kajian partisipasi dan fokus Bandoeng Vooruit. Meskipun disebutkan bahwa partisipasi merupakan salah satu hal yang penting, tetapi buku ini seolaholah membatasi kajiannya dalam mengeksplorasi partisipasi secara jauh. Maksudnya, pembahasan mengenai Asosiasi Bandoeng Vooruit sangat sedikit diangkat, padahal asosiasi ini 8 Haryoto Kunto, Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. (Bandung: Penerbit PT. Granesia, 1984).
7 7 merupakan salah satu wadah terbesar baik itu dalam pengembangan kota maupun turisme. Buku Kota Lama, Kota Baru: Sejarah Kota-kota di Indonesia Sebelum dan Setelah Kemerdekaan. 9 Buku ini mengkaji sejarah perkotaan di Indonesia. Freek Colombijn, dkk sebagai editor, membagi tulisan dalam buku ini berdasarkan tema tulisan, seperti: perencanaan kota dan pemukiman, sejarah sosial, perubahan ekonomi, konservasi warisan kota dan terdapat pendekatan-pendekatan baru dalam penulisan sejarah kota. Didalam buku Kota Lama, Kota Baru: Sejarah Kota-kota di Indonesia Sebelum dan Setelah Kemerdekaan, terdapat bagian yang secara khusus membahas mengenai Bandung yang ditulis oleh Reiza D. Dienaputra berjudul Bandung : Studi Tentang Perkembangan Ekonomi Kota. 10 Tulisan ini membahas mengenai dampak dari pembangunan fisik Bandung ketika kolonial. Bagian yang dikaji dalam tulisan ini melihat dampak dari rencana perpindahan ibukota dari Batavia ke Bandung pada periode kolonial. Gudung-gedung pemerintahan seperti Gedung 9 Freek Colombijn, dkk. Sejarah Kota-Kota di Indonesia Sebelum dan Setelah Kemerdekaan. (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2005). 10 Reiza D. Dienaputra berjudul Bandung : Studi Tentang Perkembangan Ekonomi Kota. (Dalam buku Sejarah Kota- Kota di Indonesia Sebelum dan Setelah Kemerdekaan).
8 8 Sate dan gedung-gedung yang berada didekatnya dulunya ditujukan sebagai tempat kedudukan pemerintah pusat. Pasca kemerdekaan, gedung-gedung tersebut tidak berubah fungsi, tetap menjadi kantor pemerintahan, tapi ditempati sebagai kantor pemerintah Jawa Barat. Buku selanjutnya yang menjadi rujukan berjudul Sejarah Kota Bandung yang ditulis oleh Edi S. Ekadjati, Sobana Hardjasaputra dan Ietje Mardiana. 11 Tulisan ini dalam rangka usaha yang dilakukan pemerintah menuliskan sejarah kotanya. Buku ini menjelaskan gambaran kota secara umum pasca kemerdekaan dari sisi pengembangan pemerintahan, ekonomi kota dan sosial budaya. Buku Venesia dari Timur karangan Dedi Mulyanto Muhammad Santun pada awalnya merupakan sebuah tesis dari Ilmu Sejarah UGM. 12 Meskipun tidak berbicara mengenai Bandung, buku ini memberi banyak khazanah terhadap penelitian ini. Perubahan simbol yang terjadi di Kota Palembang, bukan 11 Edi S. Ekadjati, dkk. Sejarah Kota Bandung (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1985). 12 Dedi Mulyanto Muhammad Santun. Venesia dari Timur: Memaknai Produksi dan Reproduksi Simbolik Kota Palembang dari Kolonial Sampai Pascakolonial. (Yogyakarta: Ombak, 2010).
9 9 hanya dipahami sebagai perubahan fisik semata, juga sebagai perubahan ideologis. Dalam hal ini, buku ini memberikan khazanah mengenai citra yang dibangun oleh sebuah kota. Sehingga citra kota tersebut mempengaruhi perkembangan kota. Tesis Hafsah Wisananingrum, 13 tesis ini menceritakan mengenai perubahan simbol kota pada jaman kolonial sampai periode pasca kolonial. Ide yang terdapat pada tesis ini, berdasarkan pada pameran industri di Bandung, Jaarbeurs. Pameran yang biasa diadakan pada bulan juni-juli ini merupakan salah satu acara yang dapat mendatangkan banyak turis ke Bandung. Perubahan terjadi selepas terjadinya kemerdekaan Indonesia. Jaarbeurs tidak lagi dilaksanakan, akan tetapi pada tahun 1960an, acara semacam Jaarbeurs dilaksakan kembali di Bandung. Akan tetapi tempat pelaksanaannya berbeda. Wilayah yang biasanya dipakai Jaarbeurs pada masa kolonial terdapat di sekitar Lapangan Saparua, sedangkan setelah kemerdekaan bertempat di Tegalega. Banyak sekali informasi yang terdapat pada tesis ini yang sangat berguna bagi penelitian ini. Perbedaan signifikan antara tesis tentang Jaarbeurs dengan penelitian ini terdapat pada 13 Hafsah Wisananingrum. Redupnya Gemerlap Parijs Van Java, Dari Jaarbeurs ke Pameran Industri Jawa Barat Tesis (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, 2006).
10 10 penggunaan organisasi Bandoeng Vooruit. Selain itu, pendekatan partisipasi pun tidak ditemukan dalam penelitian. Disertasi A. Sobana Hardjasaputra berjudul Perubahan Sosial di Bandung tahun Kajian mengenai Bandung ini sangat membantu bagi penelitian ini terutama saat Bandung mulai membuka diri sebagai sebuah kota. Pembukaan wilayah Priangan dan Bandung khususnya berdampak pada perubahan pola perkembangan kota dalam berbagai aspek. Naiknya Bandung sebagai sebuah kota penting bisa terekam dalam penelitian ini. E. Metode dan Sumber Dalam penelitian ini akan digunakan metode sejarah yang terdiri dari lima tahap. Pertama adalah pemilihan topik, tahap kedua adalah pengumpulan sumber atau heuristik, tahap ketiga yaitu verifikasi yang didalamnya termasuk kritik sejarah, kemudian tahap intepretasi yang berupa analisis dan sintesis, dan terakhir adalah tahap penulisan 15. Pemilihan metode sejarah didasari akan aspek historis yang ditonjolkan dalam penelitian ini 14 Sobana Hardjasaputra. Perubahan Sosial Di Bandung (Disertasi Universitas Indonesia). 15 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang, 2005). Hal, 90.
11 11 dan juga kebutuhan akan teknik untuk mengumpulkan sumbersumber masa lampau. Pemilihan topik ini didasari atas kurangnya penelitian mengenai partisipasi masyarakat dalam perkembangan kota Bandung. Pengumpulan dan pemilahan sumber dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pencarian dokumen, baik itu buku, artikel, kajian akademis, koran juga website. Dalam pencarian data, penulis banyak mengandalkan sumber dari delpher.nl dan colonialarchitecture.eu. Hal tersebut tidak terlepas dari jarangnya data fisik yang ada baik itu di arsip dan perpustakaan nasional ataupun kota. Penggunaan website diatas pun sudah terverifikasi dan memiliki data banyak mengenai Bandung, dari mulai buku, majalah hingga artikel koran. Selain itu, dalam pengumpulan sumber pun penulis mendatangi beberapa komunitas sejarah atau komunitas peduli kota di Bandung. Selanjutnya adalah intepretasi dari sumber-sumber yang telah diuji kebenarannya.tahap ini merupakan penggabungan antara sumber-sumber yang didapat dengan teori-teori yang mendukung beserta pendapat penulis mengenai aspek yang dikaji. Tahap terakhir adalah penulisan, yaitu penuangan ide-ide, teoriteori, beserta fakta-fakta yang dihasilkan dari proses intepretasi.
12 12 Tahapan ini kemudian menjadi tahapan akhir, hingga nantinya penelitian ini dapat dikatakan sebagai salah satu wujud dari konsep history as written. F. Sistematika Penulisan Penelitian ini diuraikan dalam 5 bab, diantaranya; Bab pertama ini berisi mengenai pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, permasalahan, ruang lingkup, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi dan sistematika. Bab kedua menjelaskan mengenai naiknya Bandung sebagai salah satu nodal. Untuk menjabarkan itu, bab ini terdiri dari tiga sub-bab, diantaranya: Pembukaan wilayah, Perubahan sarana transportasi dan kominikasi terutama kereta api dan Perubahan kota, baik itu bentuk pemerintahan kota maupun citra kota. Bab ketiga dari penelitian ini memaparkan mengenai partisipasi yang membentuk Bandoeng Vooruit. Ada beberapa organisasi yang akan dibahas dalam bab ini, diantaranya: dua organisasi yang menjadi cikal
13 13 bakal Bandoeng Vooruit dan satu organisasi yang merupakan struktur utama Bandoeng Vooruit. Bab keempat, penelitian ini akan membahas mengenai Bandoeng Vooruit, dari mulai awal pendirian, kegiatan dan promosi, pendanaan, struktur, anggota dan keterhubungannya dengan perkembangan kota Bandung. Bab kelima, berisi kesimpulan dari penelitian.
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitar Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota yang memiliki beragam keindahan dan kenyamanan. Oleh karena itu, Kota Bandung memiliki banyak julukan seperti The Capital City of Asia Afrika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angkutan kota merupakan unsur yang penting dan. mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkutan kota merupakan unsur yang penting dan mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan lingkungan kehidupan kota yang produktif dan merupakan satu aspek dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Haryoto Kunto (2000) dalam Wajah Bandoeng Tempoe Doeloe, Bandung sempat dijadikan Ibu Kota Nusantara Pemerintahan Hindia Belanda pada zaman kolonial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (diakses pada 2 Febuari 2013) 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia fotografi khususnya di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan, fotografi bukan hanya sebagai pekerjaan professional tapi sudah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan kota wisata yang banyak diminati oleh para wisatawan baik domestik, maupun internasional. Banyaknya tempat wisata dan hiburan yang ditawarkan kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung atau yang kita kenal juga dengan sebutan Paris Van Java, saat ini adalah salah satu kota tujuan wisata terbesar ke tiga di Indonesia setelah Bali dan Yogyakarta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung
Lebih terperinciBAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
30 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metodologi penelitian yang digunakan peneliti untuk mengkaji skripsi yang berjudul Peranan K.H Mas Mansur Dalam Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang
33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang digunakanuntuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan Transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Perancangan. adalah melalui jalur pariwisata.
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Perancangan Peningkatan devisa negara adalah hal yang penting untuk keberlangsungan pembangunan negara, sehingga pemasukan devisa seharusnya ditingkatkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu faktor pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memberikan ilmu pengetahuan serta menanamkan ajaran moral dan juga nasionalisme.
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan
BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan negara-negara lain di dunia, tak terkecuali
Lebih terperinciSeiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebaya merupakan busana tradisional wanita masyarakat Indonesia dan sudah dikenal di mata Internasional, sehingga kebaya menjadi bagian utama bagi kepribadian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
30 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terinci mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta berkaitan dengan judul skripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut International Council of Museum (ICOM), lembaga internasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut International Council of Museum (ICOM), lembaga internasional museum yang diakses melalui icom.museum pada tanggal 24 September 2014, museum merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya lapisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penulisan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penulisan Transportasi merupakan alat yang di gunakan oleh kalangan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan perpindahan tempat satu ke tempat lainya.
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. A. Arsip, Laporan dan Terbitan Resmi Pemerintah Kotamadya Yogyakarta Dalam Angka Kantor Statistik Kotamadya Yogyakarta, 1981.
117 DAFTAR PUSTAKA A. Arsip, Laporan dan Terbitan Resmi Pemerintah Kotamadya Yogyakarta Dalam Angka 1980. Kantor Statistik Kotamadya Yogyakarta, 1981. Kotamadya Yogyakarta Dalam Angka 1981. Kantor Statistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan peranan penting dan strategis. Bukan hanya dalam peningkatan spiritual umat, melainkan juga
Lebih terperinciDAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN
~ GRAHAILMU DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN BAB2 Arsitektur Cina Akhir Abad Ke-19 di Pasuruan Denah, Bentuk, dan
Lebih terperinci2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pada 20 Agustus tahun 1746 oleh Gubernur Jenderal G.W.Baron Van Imhoff mendirikan Kantor Pos dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir prestasi sepakbola di Sumatera Utara semakin menurun. Terakhir kali klub sepakbola Sumatera Utara menjuarai Liga Perserikatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ke-20 nyaris menjadi hoofdstad (modal) Hindia Belanda menggantikan Batavia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bandung yang saat ini menyandang predikat ibu kota Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu kota penting yang ada di Indonesia. Kota yang di awal abad ke-20
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Keadaan Museum di Indonesia Keberadaan museum di dunia dari zaman ke zaman telah melalui banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya fungsi dan tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...Baruklinting mencabut lidi tersebut, dan dari lubang bekas lidi itu memancar air. Air mengalir terus-menerus, bahkan mulai membanjiri pemukiman penduduk. Mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda KONSERVASI PARTISIPASI KOMUNITAS SUNDA TAMAN BUDAYA SUNDA METODE
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu dari permasalahan yang telah dirumuskan maka bentuk dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang. diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus, mengatur, mengembangkan, dan menyelesaikan urusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transportasi adalah sarana untuk mempercepat waktu. dalam mencapai suatu tujuan. Di Indonesia, transportasi terbagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah sarana untuk mempercepat waktu dalam mencapai suatu tujuan. Di Indonesia, transportasi terbagi menjadi tiga, yaitu transportasi darat, laut, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut Ratu dari Timur ( Queen of the east ). Kejadian kejadian sejarah termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batavia yang merupakan cikal bakal kota jakarta saat ini mempunyai sejarah yang panjang, dalam berbagai masa, perubahan, perombakan dan pembangunan. Ia mengalami masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Pribumi sangat tergantung pada politik yang dijalankan oleh pemerintah kolonial. Sebagai negara jajahan yang berfungsi sebagai daerah eksploitasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengusahaan tanaman kelapa sawit di Indonesia sebagai suatu komoditi perkebunan selalu dilakukan oleh perkebunan besar yang dimiliki baik oleh pemerintah maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai keanekaragaman seperti yang terdapat di daerah lain di Indonesia. Kesenian tersebut di antaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tradisional pertama yang bergerak dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan yang awalnya sangat berperan
Lebih terperinci2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan budaya dan juga memiliki berbagai macam kesenian. Keberagaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia terlahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) ini mengambil judul Museum Telekomunikasi di Surakarta. Berikut ini adalah pengertian dari judul tersebut. 1.2 Pengertian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dan eksistensi kota, bangunan dan kawasan cagar budaya merupakan elemen lingkungan fisik kota yang terdiri dari elemen lama kota dengan nilai historis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Dalam UU tersebut, dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandung yang terjadi setelah selesainya pembangunan jalur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Bandung merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Khususnya perubahan kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Bandung
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri
30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri Sandal Barepan selama 38 tahun tersebut, maka perlu digunakan suatu metode penelitian sejarah sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Winda Inayah W L2B
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia disamping sebagai pusat kegiatan Pemerintahan, perdagangan dan jasa, pariwisata dan kebudayaan juga sekaligus merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1958 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan Nasionalisasi perusahaan asing. Salah satunya Pabrik Gula (PG) Karangsuwung yang berubah status menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1970-an, Yogyakarta mendapat predikat sebagai kota. sepeda. Predikat ini mempunyai sejarah jauh ke belakang, yakni
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 1970-an, Yogyakarta mendapat predikat sebagai kota sepeda. Predikat ini mempunyai sejarah jauh ke belakang, yakni sejak awal abad XX. Ini artinya keberadaan sepeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kajian yang penulis ambil dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung Tahun 1901-1942. Untuk membahas berbagi aspek mengenai judul
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sesuai dengan karakteristik objek penelitian berupa berbagai peristiwa di masa lampau, maka metode penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk menyusun karya ilmiah ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda antara tahun 1830 hingga akhir abad ke-19 dinamakan Culturstelsel (Tanam Paksa).
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
32 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Setiap kegiatan organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta akan menghasilkan informasi. Informasi yang terekam disebut arsip. Arsip merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang.
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang. Pergerakan ini bertujuan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Untuk menunjang segala aktifitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan
III. METODE PENELITIAN A. Metode yang digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan menggunakan sumber primer dan sekunder sebagai objek penelitian. Metode Historis
Lebih terperinciBOROBUDUR: catatan restorasi candi terbesar dalam sejarah dunia
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur BOROBUDUR: catatan restorasi candi terbesar dalam sejarah dunia Panggah Ardiyansyah panggah.ardiyansyah@kemdikbud.go.id
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanpa terasa Bandung sudah memasuki usianya yang lebih dari 200 tahun. Sebuah perjalanan yang sangat panjang dari wilayah yang sebelumnya merupakan bagian
Lebih terperinciPERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Pendidikan juga diperlukan jika ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Lebih terperinciI. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Boediono Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1, Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE.
DAFTAR PUSTAKA Buku Boediono. 1986. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1, Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE. Alma, B. 1999. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.. 1998. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih dipandang sebelah mata dan arsip masih disebut dengan tumpukan kertas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Setiap instansi atau lembaga negara dalam melaksanakan tugas dan fungsinya memiliki struktur organisasi yang berjalan aktif setiap hari untuk kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap lembaga, organisasi, maupun perorangan dalam segala kegiatannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Setiap lembaga, organisasi, maupun perorangan dalam segala kegiatannya pasti akan menghasilkan arsip. Arsip yang dihasilkan pada umumnya berbentuk tekstual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak pada batik dibuat menggunakan lilin dan digambarkan diatas kain mori. Pembuatan batik dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjalan. Arsip merupakan aspek penting yang berkaitan dengan organisasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Sebuah instansi atau organisasi yang ada saat ini baik pemerintah maupun swasta pasti menghasilkan arsip selama kegiatan dalam organisasi tersebut masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbitnya. Keberagaman suatu majalah tersebut ditentukan berdasarkan target
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Majalah merupakan salah satu dari bentuk media massa yang memiliki fungsi untuk menyampaikan komunikasi kepada khalayak yang bersifat massal. Majalah memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisa terlepas dari kegiatan organisasi baik di lingkungan pemerintah maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka bertambah pula kebutuhan informasi bagi masyarakat, instansi swasta maupun instansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh beberapa peneliti dalam berbagai aspek. Darsiti Soeratman, seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa kajian mengenai sejarah Solo pada abad XX pernah dilakukan oleh beberapa peneliti dalam berbagai aspek. Darsiti Soeratman, seorang akademisi Universitas Gadjah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi yang semakin pesat membuat pariwisata tidak hanya dapat diketahui melalui surat kabar, brosur ataupun majalah, namun dapat diketahui melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan ibukota di provinsi Jawa Barat yang terkenal dengan julukan Kota Kembang. Menurut sejarawan Haryanto Kunto dalam bukunya yang berjudul Wajah Bandoeng
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai
1 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta sebagai ibukota Provinsi DIY adalah satu-satunya daerah tingkat
Lebih terperinciSTUDI LAPANGAN BAGI PENELITIAN SEJARAH
STUDI LAPANGAN BAGI PENELITIAN SEJARAH MAKALAH disampaikan dalam kegiatan Bimbingan Teknis Penelitian, diselengggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung, di Hotel Agusta Jl.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya mempunyai kegiatan utama yang bergerak dibidang pertanian, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam di wilayah
Lebih terperinciPoliteknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi travel agent (tour & travel) dimulai pada abad ke -19 di Inggris. Thomas Cook, seorang warga negara Inggris yang menemukan inovasi tersebut pada tahun 1841.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar sebagai media seni rupa. Peninggalan manusia sejak masa prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. secara serius melibatkan industri lainnya yang terkait. Pengenalan potensi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pariwisata merupakan sektor penting di dunia yang saat ini telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat sehingga dalam penanganannya harus dilakukan secara serius melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari 13 fakultas yang ada di USU.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan salah satu fakultas dari 13 fakultas yang ada di USU.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintahan Soeharto adalah pemerintahan yang berlangsung selama kurang lebih 32 tahun. Dalam memerintah, Soeharto terkenal dengan ketegasannya. Di bawah pemerintahannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,
Lebih terperinci