BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1970-an, Yogyakarta mendapat predikat sebagai kota. sepeda. Predikat ini mempunyai sejarah jauh ke belakang, yakni

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1970-an, Yogyakarta mendapat predikat sebagai kota. sepeda. Predikat ini mempunyai sejarah jauh ke belakang, yakni"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 1970-an, Yogyakarta mendapat predikat sebagai kota sepeda. Predikat ini mempunyai sejarah jauh ke belakang, yakni sejak awal abad XX. Ini artinya keberadaan sepeda onthel telah melalui periode perubahan sejarah yang memiliki ciri khusus. Tidak heran jika dikatakan sepeda mempunyai keterkaitan erat dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi di Yogyakarta. Kehadiran sepeda onthel membuat kehidupan sosial ekonomi dan budaya mengalami perubahan yang begitu cepat. Citra seperti ini merupakan bagian terpenting dari perjalanan sejarah Yogyakarta. Citra kota sepeda begitu melekat kuat dalam ingatan masyarakat Kota Yogyakarta hingga dewasa ini, bahwa kondisi jalanan Yogyakarta pernah didominasi sepeda onthel. 1 Adanya beberapa kegiatan yang sering melibatkan sepeda onthel sebagai salah satu propertinya, merupakan salah satu wujud representasi keadaan Yogyakarta di masa lalu. 2 Kehadiran komunitas sepeda onthel di Yogyakarta juga menjadi salah satu wujud ketertarikan 1 Kota Sepeda, Kompas, 5 Februari Penulis melihat dengan sendirinya beberapa orang yang mengendarai sepeda onthel pada peringatan serangan 1 Maret tahun 2014, kemudian sepeda onthel tersebut diparkir secara berjajar di pinggir jalan titik 0 Km Yogyakarta pada pukul pagi. 1

2 masyarakat terhadap alat transportasi sepeda Onthel. Menurut salah seorang pimpinan Komunitas Sepeda Onthel podjok, keberadaan sepeda onthel di Yogyakarta harus dilestarikan, karena pernah menjadi sebuah alat transportasi istimewa di kalangan masyarakat. 3 Hal ini dapat diterjemahkan sebagai bukti dari adanya keinginan untuk mengembalikan sepeda onthel sebagai penguasa jalanan di Yogyakarta. Sebelum menjadi kota sepeda, Yogyakarta telah mengalami perkembangan yang signifikan. Pasca perang kemerdekaan, dunia pendidikan di kota ini segera menggeliat. Salah satunya adalah berdirinya perguruan tinggi. Lembaga pendidikan tinggi ini kemudian mengundang para pendatang untuk datang ke kota ini. Salah satu kelompok pendatang di kota ini adalah para mahasiswa dari berbagai daerah luar Jawa untuk menimba ilmu di perguruan tinggi tersebut. Selain perguruan tinggi ada juga lembaga-lembaga pendidikan lainnya tahun 1950-an. Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan itu, membuat kota ini disebut sebagai kota pendidikan hingga saat ini. Lembaga pendidikan bukan hal yang baru bagi masyarakat Yogyakarta. Apalagi telah diketahui bahwa di sini terdapat sebuah lembaga pendidikan tertua di Indonesia, yakni 3 Wawancara dari Bapak Towil, pimpinan komunitas sepeda Onthel Podjok Yogyakarta pada tanggal 5 September 2015 pukul 04.30, dijelaskan pula bahwa di dirikannya komunitas sepeda tersebut juga berawal dari sebuah keinginan untuk mengangkat kembali sepeda onthel yang pernah menjadi alat transportasi istimewa di masa lalu. 2

3 Perguruan Muhammadiyah. Kemudian Ki Hadjar Dewantara mendirikan Taman Siswa. Keberadaan Kampung Kauman yang menjadi pusat orang-orang Muhammadiyah seakan masih mempertahankan citra Yogyakarta sebagai kota Muhammadiyah. Begitu pula dengan keberadaan Keraton yang menjadi pusat budaya masih bertahan hingga sekarang. Saat sepeda menjadi raja jalanan di Yogyakarta, maka yang segera tertangkap di benak semua orang adalah kesetaraan dan kebebasan. Tanpa disadari sebenarnya sepeda onthel telah menciptakan realitas itu dengan sendirinya. Sepeda onthel berhasil masuk ke dalam persaingan bisnis yang mulai bangkit di awal tahun 1950-an. Oleh karena itu, banyak orang yang berusaha memilikinya guna mendukung aktivitas mereka. Antara tahun an pemilik sepeda onthel begitu beragam, tidak hanya dari satu kelas sosial saja. Pemilik sepeda di Yogyakarta datang dari berbagai kalangan masyarakat, ada petani, pedagang, guru, pegawai, siswa, mahasiswa dan pegawai kantor. Lewat sepeda onthel keberagaman ini sepertinya tidak pernah dipersoalkan. Pada akhirnya, muncul Gerakan Sego Segawe (sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe) tahun dilihat sebagai wujud dari upaya pemerintah DIY untuk mengembalikan atmofer jalanan Yogyakarta di masa lalu. Sego Segawe adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk mengajak masyarakat Yogyakarta menggunakan sepeda onthel ke sekolah 3

4 dan tempat kerja. Begitu pula dengan gerakan B2W (Bike to Work), menunjukkan adanya sebuah keinginan yang tinggi dari masyarakat untuk kembali menggunakan sepeda onthel. Antara tahun an, sepeda onthel mengalami peralihan fungsi yakni dari fungsi sebagai alat transportasi menjadi perlambang sosial ekonomi. Bila di tahun 1950-an sepeda onthel menjadi kebutuhan dasar tetapi bukan primer yang perlu dipenuhi oleh seseorang, maka pada tahun 1970-an berubah menjadi kebutuhan sekunder dan bahkan kebutuhan tersier. Ini menegaskan dua hal yang bertentangan, yaitu (1) sepeda onthel sebagai alat yang mendukung kehidupan ekonomi dan sosial, (2) sepeda onthel sebagai bentuk kesenangan yang pada akhirnya memudahkan ketersingkiran sepeda di jalanan Yogyakarta pasca 1970-an. Dari sinilah tulisan ini berangkat dan berusaha mencari sebab penting sehingga peralihan fungsi sepeda onthel itu terjadi. Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah akibat dari adanya peralihan fungsi tersebut. B. Rumusan Masalah Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana sepeda onthel difungsikan oleh masyarakat Yogyakarta di tahun an. Agar dapat memberikan penjelasan yang kronologis, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 4

5 1. Bagaimana proses kehadiran sepeda onthel di Yogyakarta, sehingga menjadi bagian dari identitas masyarakat Yogyakarta? 2. Mengapa Yogyakarta disebut sebagai Kota Sepeda di tahun an? 3. Bagaimana peralihan fungsi sepeda onthel di Yogyakarta tahun an? Transportasi merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah lingkungan masyarakat. Alat transportasi mampu memberikan gambaran seberapa maju penduduk dari masyarakat tersebut. Menurut Selo Sumardjan, sebelum tahun 1951 di Yogyakarta masih terlihat beberapa gerobak yang ditarik oleh binatang. Namun, setelah masuknya sepeda onthel di desa-desa para petani semakin tidak terikat dengan alat transportasi berupa gerobak. 4 C. Ruang Lingkup Penelitian Batasan temporal dan spasial merupakan ciri khas dalam sebuah penulisan sejarah. Penelitian ini memfokuskan masalah sepeda onthel dan kehidupan sosial masyarakat Yogyakarta. Bagaimana fungsi sosial sepeda onthel bagi masyarakat Yogyakarta akan dijelaskan dalam penelitian ini. 4 Selo Sumardjan, Perubahan Sosial Yogyakarta. (Jakarta: Komunitas Bambu,2009), hlm

6 Penelitian ini mengambil batasan waktu antara tahun an. Periode 1950-an merupakan awal dimana sebagian besar masyarakat Yogyakarta sudah menggunakan sepeda onthel sebagai sarana transportasi sehari-hari. Sedangkan periode an merupakan periode ketika Yogyakarta sudah mendapatkan sebutan sebagai kota sepeda. Dalam penelitian ini akan diuraikan bagaimana sepeda onthel difungsikan oleh masyarakat Yogyakarta dari tahun an, terutama dilihat dari sisi fungsi sosialnya. Penelitian ini memiliki lingkup spasial di Yogyakarta, karena Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang pernah dianggap sebagai surganya para pengendara sepeda onthel di tanah air. D. Tujuan Penelitian Penulisan tesis ini bertujuan untuk mengungkap kenapa Yogyakarta pernah disebut sebagai Kota Sepeda, bagaimana masyarakat Yogyakarta mampu memiliki sepeda onthel, serta bagaimana peralihan fungsi sepeda onthel dari tahun an. Fungsi yang dimaksud disini tidak sekedar melihat fungsi ekonomisnya, melainkan juga melihat bagaimana fungsi sosialnya. Fungsi sosial yang dimaksud yakni seberapa besar peran sepeda onthel dalam mempengaruhi hubungan interaksi antar masyarakat, pola pikir, serta gaya hidup masyarakat Yogyakarta di tahun an. Tujuan umum dari penelitian ini adalah 6

7 untuk memberikan perspektif lain dalam historiografi Indonesia. Perpekstif lain yang dimaksud yakni untuk memberikan sebuah pandangan baru tentang tulisan sejarah bahwa dari sebuah sepeda onthel kita dapat mengetahui bagaimana kehidupan sosial masyarakat Yogyakarta di tahun an. Tulisan ini ingin menunjukkan bahwa sepeda onthel tidak hanya sekedar dilihat sebagai sarana transportasi, melainkan ada fungsi lain dibalik keberadaan sepeda onthel. Tema penelitian ini terlihat sangat kecil jika dibandingkan dengan historiografi politik, ekonomi, dan lain-lain. Meskipun demikian, penelitian ini diharapkan mampu memberikan perspektif baru tentang sejarah sosial di Yogyakarta melalui alat transportasi sepeda onthel. Selama ini sepeda onthel dalam sejarah hanya dipandang sebagai salah satu alat transportasi masa lalu tanpa melihat sisi lain dibalik keberadaanya sebagai sarana transportasi. Seseorang yang tadinya hanya berjalan kaki atau menggunakan tenaga hewan untuk menempuh jarak tertentu, setelah hadirnya sepeda onthel mereka mampu menempuh perjalanan dalam waktu yang lebih efektif. Tulisan ini pada dasarnya ingin menjelaskan bahwa sepeda onthel memiliki fungsi sosial bagi masyarakat Yogyakarta di tahun an, tidak hanya sekedar difungsikan sebagai sarana transportasi. 7

8 E. Tinjauan Pustaka Kajian sejarah yang membahas sepeda onthel sangatlah terbatas. Di sini saya berusaha mencari tulisan atau karya ilmiah yang membahas mengenai sepeda onthel serta sejarah sosial di Yogyakarta. Salah satu tulisan yang mengkaji perubahan sosial di Yogyakarta yaitu tulisan Selo Sumardjan yang berjudul Perubahan Sosial di Yogyakarta. 5 Buku ini menjelaskan mengenai perubahan sosial masyarakat yang terjadi di Yogyakarta sejak akhir zaman kolonial Belanda hingga tahun Perubahan-perubahan sosial yang terjadi meliputi hampir semua bidang kehidupan masyarakat. Secara jelas digambarkan perubahan yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan, partai politik, pertanian-perkebunan rakyat, perkembangan teknologi, perkembangan pendidikan, kemunculan perusahaan asing, yang pada akhirnya mampu mengubah mentalitas masyarakat Yogyakarta. Di antara perubahan-perubahan sosial yang terjadi sebagian besar dikarenakan bertambahnya teknologi baru dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Teknologi baru yang masuk ke daerah pedesaan mampu memberikan pengaruh terhadap masyarakatnya, misalnya adanya alat transportasi sepeda onthel, kendaraan bermotor, listrik masuk desa. Adanya Sepeda onthel 5 Ibid 8

9 dan kendaraan bermotor mampu memperluas akses transportasi masyarakat, sedangkan adanya listrik masyarakat mampu melihat televisi dan radio. Dalam Tulisan ini dijelaskan sedikit tentang alat transportasi sepeda onthel, namun tidak secara detail menjelaskan bagaimana sepeda onthel difungsikan oleh masyarakat Yogyakarta di tahun an. Dalam tulisan ini hanya dijelaskan bahwa sepeda onthel pernah menjadi alat transportasi istimewa bagi masyarakat Yogyakarta. Buku karya Abdurracman Surjomihardo yang berjudul Kota Yogyakarta Tempo Doeloe juga menjadi salah satu pustaka dalam penelitian ini. Buku ini lebih menekankan perubahan sosial di Yogyakarta pada tahun Buku ini menjelaskan beberapa aspek perubahan sosial yang terjadi di Yogyakarta, yang meliputi aspek dinamika politik, pendidikan, dan lembaga pers yang ada di Yogyakarta. Perubahan sosial dari aspek transportasi tidak dijelaskan dalam tulisan ini. 6 Selain itu buku yang berjudul Kota Yogyakarta 200 Tahun juga menjadi salah satu pustaka dalam penelitian ini. Tulisan ini diterbitkan dalam rangka peringatan 200 tahun kota Yogyakarta tahun 1956, yang disusun oleh panitia peringatan tersebut. Karya ini menekankan bagaimana kelahiran kota Yogyakarta tahun 6 Abdurrachman Surjomihardjo, Kota Yogyakarta Tempo Doloe. (Jakarta:Komunitas Bambu,2008). 9

10 1756, perkembangannya dalam bidang tata pemerintahan, pendidikan, serta berbagai bentuk kebudayaannya. Meskipun tidak spesifik membahas sepeda onthel, buku ini dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana kondisi awal lahirnya kota Yogyakarta. Namun, terdapat sebuah pernyataan menarik bahwa pada tahun 1953 di dalam Kotapradja Yogyakarta terdapat sepeda onthel. Hal ini menjadi salah satu sebab Yogyakarta terkenal dengan Kota Sepeda selain sebagai Kota Pendidikan. 7 Buku yang berjudul Melihat Indonesia Dari Sepeda 8 merupakan sebuah buku yang menjelaskan mengenai sejarah singkat munculnya sepeda onthel, evolusi perkembangan sepeda onthel, serta menceritakan beberapa pengalaman pemilik sepeda onthel di Indonesia. Buku ini melihat sepeda onthel secara umum serta lingkupnya nasional. Buku selanjutnya yang menjadi tinjauan pustaka adalah buku yang berjudul Pit Onthel. 9 Buku ini menjelaskan jenis-jenis sepeda onthel buatan Belanda hingga buatan Jepang. Dalam buku 7 Darmosugito, Kota Yogyakarta 200 Tahun. 7 Oktober Oktober (Yogyakarta: Panitia Peringatan Kota JogJakarta 200 tahun, 1956). 8 Ahmad Arif, Op.cit. 9 Hermanu, Pit Onthel, (Yogyakarta:Bentara Budaya,2006). 10

11 ini dijelaskan mengenai kapan sepeda tersebut diproduksi hingga foto-foto sepeda onthelnya. Terdapat pula buku yang berjudul Onthel yang diterbitkan oleh Tim KOSTI (Komunitas Sepeda Tua Indonesia) pada tahun Buku ini menegaskan bahwa sepeda onthel memiliki sisi edukasi, sejarah, dan budaya bagi masyarakat Indonesia. Dalam buku ini tidak dibahas secara khusus bagaimana sepeda onthel di Yogyakarta, akan tetapi lebih memberikan sebuah pandangan bahwa hadirnya sepeda onthel melalui proses sejarah yang panjang. Dari pertama kali sepeda onthel ditemukan hingga akhirnya masuk ke Indonesia dibahas dalam tulisan ini. Selain itu, dalam hal ini terlihat bahwa sepeda onthel merupakan salah satu objek yang dapat dijadikan alat untuk melihat sejarah masa lalu bangsa Indonesia. Selain itu tulisan Henk Schulte Nordholt yang berjudul Outward Appearanceses juga menjadi salah satu kajian pustaka dalam penelitian ini. Buku ini lebih mengkaji pakaian sebagai simbol identitas seseorang. Cara berpenampilan seseorang diasosiasikan sebagai sarana pembedaan dan diskriminasi. Selain itu pakaian juga sebagai sebuah alat politik. Tulisan ini sangat 10 Fahmi Saimima, Sugianto, Choirul Anam, HP Wiratraman,ONTHEL,(Sejarah,Budaya,&Edukasi),(Jakarta: Nagoya, Februari 2015). 11

12 mendukung penelitian saya, hanya obyek yang dikaji berbeda yakni sepeda onthel. 11 Buku Rudolf Mrazek yang berjudul Engineers of Happy Land juga menjadi salah satu acuan dalam penelitian ini. Dalam tulisannya dijelaskan mengenai perkembangan teknologi di tanah koloni. Teknologi tersebut meliputi teknologi kereta api dan mobil, teknologi arsitektur dan perencanaan kota, teknologi alat-alat optik, serta teknologi komunikasi seperti radio dan telepon. Dalam buku ini tidak dibahas teknologi sepeda onthel, namun ada sebuah pernyataan bahwa semasa orang-orang Eropa sudah mendirikan sebuah klub sepeda motor disaat orang-orang bumiputera masih menggunakan sepeda onthel. 12 Terdapat pula karya penelitian sebelumnya yang membahas mengenai sepeda onthel di Yogyakarta, yaitu skripsi yang berjudul Makelar Sepeda Onthel (studi kasus makelaran sepeda onthel di pasar Barongan, Bantul) yang ditulis oleh Riska Gildha Anggara. Namun, karya ilmiah ini tidak melihat dari sisi historisnya. 11 Henk Schulte Nordholt, Outward Appearances. (Yogyakarta :PT.Lkis,2005). 12 Rudolf Mrazek,Engineers Of Happy Land. (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,2006). 12

13 Tulisan ini hanya mengkaji masalah makelar sepeda di masa yang lebih kontemporer yakni tahun Kemudian terdapat pula karya ilmiah yang berjudul Karakteristik dan Keselamatan Bersepeda Pelajar SMA di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul yang ditulis oleh Nur Restiani S. Dalam tulisan ini dikaji tata ruang dan kota dalam penyediaan fasilitas bersepeda di Yogyakarta. Tulisan ini tidak mengkaji bagaimana sepeda onthel difungsikan oleh masyarakat Yogyakarta pada tahun an, akan tetapi lebih melihat karakteristik pengendara sepeda onthel bagi pelajar SMA di Bantul tahun Tulisan ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan baru tentang sepeda onthel di Yogyakarta, khususnya dari sisi historisnya. Untuk lebih jelasnya perbedaan tulisan ini dengan penelitian sebelumnya akan disajikan dalam tabel berikut : 13 Riska Gildha Anggara, Makelar Sepeda Onthel (Studi Kasus Makelaran Sepeda Onthel di Pasar Barongan, Bantul), (Yogyakarta: Program Studi Sosiologi UGM,2014). 14 Nur Restiani Setyaningrum, Karakteristik dan Keselamatan Bersepeda Pelajar SMA di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, (Yogyakarta: Program Studi Perencanaan Kota dan Daerah UGM,2015). 13

14 Tabel. 1. Pustaka yang telah ada sebelumnya tentang Yogyakarta dan sepeda onthel No Judul Pustaka Skema Kajian Intisari Isi Lingkup Periode 1. Perubahan Tulisan ini Tahun Sosial di dibahas Yogyakarta sedikit 1958 (karya Selo mengenai Soemardjan) sepeda onthel di Yogyakarta, Namun hanya menjelaskan bahwa sepeda onthel di tahun 1950an menjadi harta yang berharga bagi masyarakat. 2. Kota Buku ini tidak Yogyakarta membahas 1930 Tempoe Doeloe tentang (karya sepeda onthel, Abdurrachman namun dapat Surjomiharjo) dijadikan acuan untuk mengetahui bagaimana kondisi pendidikan di Yogyakarta. Pendidikan 3. Kota Jogjakarta 200 Tahun (karya sangat erta kaitannya dengan pengguna sepeda onthel di tahun 1950-an di Yogyakarta. Membahas mengenai sejarah Lingkup Lokasi Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta 14

15 Darmosugito, Panitya- Peringatan Jogjakarta 20 Tahun) 4. Melihat Indonesia Dari Sepeda (Karya Ahmad Arif) 5. Pit Onthel (karya Hermanu) 6. Onthel (karya Saimima,dkk) lahirnya kota Jogjakarta dan sedikit mengkaji tentang sepeda onthel pada tahun Tulisan ini hanya menyebutkan bahwa pada tahun 1953 tiap hari di kotapradja terdapat sekitar sepeda onthel, oleh sebab itu Yogyakarta dikenal sebagai Kota Sepeda. Buku ini mengkaji evolusi perkembangan sepeda onthel di Indonesia. Tidak secara khusus mengkaji sepeda onthel di Yogyakarta Buku ini lebih mengkaji macammacam sepeda onthel dan foto-fotonya dalam sebuah pameran sepeda di Bentara Budaya. Buku ini tidak mengkaji secara khusus 2010 Indonesia 2006 Yogyakarta Masa Kolonial Indonesia 15

16 7. Outward Appearance karya Henk Schulte Nordholt 8. Engineers Of Happy Land karya Rudolf Mrazek 9. Skripsi: Makelar Sepeda Onthel (Studi Kasus Makelaran Sep eda Onthel di Pasar Barongan, Bantul), (Karya Riska Gildha Anggara) 10. Tesis: Karakteristik dan Keselamatan Bersepeda Pelajar SMA di kota Indonsia. Buku ini lebih mengkaji modernitas dari sisi pakaian Buku ini mengkaji alat transportasi Kereta Api Tulisan ini lebih melihat bagaimana sistem permakelaran di pasar sepeda onthel Barongan, Bantul. Tulisan ini mengkaji pola dan keselamatan bersepeda di kota Yogyakarta mengenai sepeda onthel di Yogyakarta, akan tetapi konteks bahasannya bersifat global. Sejarah munculnya sepeda onthel,jenisjenis merk sepeda terkenal di dunia, serta lahirnya industriindustri sepeda di Orde Baru Awal 1900an Hindia Belanda Hindia Belanda 2015 Yogyakarta 2014 Yogyakarta 16

17 Yogyakarta dan Kabupaten Bantul (karya Nur Restiani Setyaningrum) dan Kabupaten Bantul tahun Jika dilihat dari penelitian-penelitian sebelumnya maka penelitian mengenai sejarah sosial sepeda onthel di Yogyakarta tahun 1950 sampai 1970-an merupakan salah satu penelitian yang baru atau bisa dikatakan belum ada pengkajian khusus mengenai tema ini, oleh karena itu sangat penting untuk diungkapkan dalam tulisan ini. Beberapa hal baru dalam penelitian ini di antaranya yaitu mengkaji sepeda onthel di Yogyakarta pada periode yang lebih lama, yakni an. Selain itu juga ingin membuktikan bagaimana Yogyakarta bisa mendapat sebutan sebagai Kota Sepeda di tahun an serta yang terakhir yakni melihat fungsi sosial sepeda onthel bagi masyarakat Yogyakarta. Meskipun penelitian ini lingkup waktunya an, namun juga melihat bagaimana awal kehadiran sepeda onthel di Yogyakarta pada masa kolonial. Selain itu kajian mengenai Sejarah Sosial Sepeda Onthel di Yogyakarta Tahun an ini merupakan suatu kajian sejarah sosial yang akan mengungkap beberapa peristiwa yang berhubungan dengan perubahan sosial di Yogyakarta yang 17

18 berkaitan dengan sepeda onthel sebagai salah satu bentuk modernitas dalam bidang transportasi. F. Kerangka Konseptual Secara konseptual penelitian ini berlandaskan pada konsep Modernitas. Teknologi menjadi ciri khas dari sebuah modernitas. Seorang individu seolah belum layak dikatakan sebagai manusia modern apabila belum bersentuhan dengan teknologi. Teknologi yang dimaksud dalam penelitian ini yakni teknologi transportasi berupa sepeda onthel. Namun, fokus masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai peralihan fungsi sepeda onthel. Peralihan fungsi yang dimaksud yakni bagaimana pergeseran fungsi sepeda onthel di Yogyakarta tahun 1950 hingga 1970-an, dari yang awalnya hanya sebagai salah satu bentuk kemajuan sarana transportasi, kemudian menimbulkan beberapa perubahan sosial bagi kehidupan masyarakat Yogyakarta. Hal ini yang akan dikaji dalam penelitian ini. Konsep lain yang digunakan dalam kajian ini yaitu konsep Perubahan Sosial. Perkembangan teknologi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses perubahan sosial. Teknologi menjadi salah satu motor penggerak perubahan sosial. Perubahan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini yakni bagaimana pengaruh keberadaan sepeda onthel terhadap kehidupan sosial masyarakat Yogyakarta tahun an. 18

19 Menurut Ferdinand Tonnies dalam bukunya Nanang Martono yang berjudul Sosiologi Perubahan Sosial, keberadaan teknologi sangat mempengaruhi perubahan tipe sebuah masyarakat. Dalam hal ini, teknologi dikaitkan dengan dua bentuk kelompok masyarakat yakni Gesellschaft dan Gemeinschaft. Keberadaan teknologi baru mampu memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap interaksi individu dalam sebuah kelompok masyarakat. Dalam hal ini, apabila dalam sebuah kelompok masyarakat yang lingkupnya lebih kecil selayaknya lingkungan keluarga (gemeinschaft) mampu memiliki sebuah sepeda onthel, maka keberadaan sepeda onthel mampu memperluas interaksi individu tersebut dalam kelompok masyarakat yang lebih besar (gesellschaft). 15 Melalui sepeda onthel seseorang mampu bepergian ke lingkungan yang lebih jauh, sehingga kemungkinan untuk berinteraksi dengan masyarakat luas lebih besar. Disisi lain, Max Weber juga mendefinisikan teknologi sebagai hasil pikiran manusia yang kemudian digunakan manusia itu sendiri untuk mewujudkan tujuan hidupnya. Teknologi mampu mempengaruhi pola pikir manusia, akibatnya mampu mempengaruhi tindakan atau perilaku manusia. Selain itu, teknologi sebagai alat yang memperlebar perbedaan kelas dalam masyarakat dan menjadi simbol status bagi si kaya dan si miskin. 15 Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada,2012), hlm

20 Siapapun yang mampu mengusai teknologi maka ia mampu menguasai manusia lainnya. 16 Dalam hal ini, konsep yang dibangun oleh Max Weber sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Sepeda Onthel merupakan salah satu bentuk teknologi yang mampu memberikan pengaruh terhadap perilaku manusia dalam kelompoknya, yang mana menjadi salah satu simbol pembeda kelas antar masyarakat Yogyakarta tahun an. G. Metode dan Sumber Penulisan Penelitian ini digolongkan dalam jenis penelitian sejarah sosial. Hal ini dikarenakan tujuan utama dalam penelitian adalah untuk melihat fungsi sosial sepeda onthel bagi masyarakat Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode sejarah. Dalam tahap pencarian data saya mengunjungi beberapa tempat, di antaranya yaitu Badan Arsip Daerah Yogyakarta, Arsip Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Pakualaman, Perpustakaan Widyo Budoyo Keraton Yogyakarta. Dari beberapa tempat tersebut saya menemukan data-data tentang sepeda onthel berupa arsip, majalah, surat kabar, foto-foto kondisi jalanan di Yogyakarta yang dipenuhi pengendara sepeda onthel, serta iklan toko sepeda yang ada di Yogyakarta saat itu. 16 Ibid,hlm

21 Selain data-data di atas, saya juga menggunakan metode wawancara. Hal ini bertujuan untuk melengkapi kekurangan data arsip yang dianggap kurang memenuhi kebutuhan penelitian. Dalam tahap wawancara, saya mencari beberapa informan yang paham tentang bagaimana sepeda onthel difungsikan oleh masyarakat Yogyakarta di tahun an. Di antaranya yaitu pimpinan komunitas sepeda onthel di Yogyakarta, bangsawan keraton Yogyakarta, pedagang sepeda onthel. Dari beberapa sumber data tersebut kemudian dilakukan tahap kritik intern dan ekstern. Dalam tahapan ini saya memilih data yang isinya sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah data diklasifikasi, maka tahap berikutnya yaitu dilakukan interpretasi. Dalam tahap ini saya berusaha menganalisis setiap data yang sudah dipilih, kemudian dilakukan sebuah penulisan sejarah yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. H. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I, Pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah, rumusan permasalahan, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konseptual, metode dan sumber penulisan, serta sistematika penulisan. Bab II, Konteks Sosial di Yogyakarta tahun an, yang meliputi aspek sosial dan politik di Yogyakarta, Komposisi masyarakat Yogyakarta, kemudian 21

22 bagaimana awal kehadiran sepeda onthel di Yogyakarta. Bab III, Menjelaskan beberapa alasan Yogyakarta disebut sebagai Kota Sepeda pada tahun 1970-an, Bab IV, Mengenai fungsi sosial ekonomi sepeda onthel bagi masyarakat Yogyakarta, Bab V, Kesimpulan. 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu faktor pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memberikan ilmu pengetahuan serta menanamkan ajaran moral dan juga nasionalisme.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas adalah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berasal dari berbagai lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam Komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang mempunyai keistimewaan tersendiri. DIY dipimpin oleh seorang sultan dan tanpa melalui pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Objek. Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Objek. Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK 1.1.1 Objek Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan

Lebih terperinci

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama

Lebih terperinci

City Bike Center Velodrome & Area Komersial T.A.37 BAB I PENDAHULUAN

City Bike Center Velodrome & Area Komersial T.A.37 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bersepeda sekarang tidak hanya menjadi hobi, tapi sudah merupakan gaya hidup bagi sebagian masyarakat kota. Tingkat polusi, pemanasan global dan kemacetan yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai pandangan awal tentang judul yang diambil yaitu Museum Transportasi Darat di Bali. Adapun hal yang dibahas dalam bab ini yaitu latar belakang

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Manusia adalah makhluk yang dinamis, selalu bergerak, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Pada mulanya manusia berpindah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi dapat dipahami

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi dapat dipahami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan sarana tertentu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah merupakan hal penting dalam berbangsa karena sejarah adalah bagian dari kehidupan yang dapat dijadikan sebuah pelajaran untuk menjadi bangsa yang lebih baik.

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebudayaan dan gaya hidup Indis. Pada awal abad XX dalam kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebudayaan dan gaya hidup Indis. Pada awal abad XX dalam kehidupan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penjajahan Belanda pada kurun abad XVIII hingga abad XX tak hanya melahirkan kekerasan, tapi juga memicu proses pembentukan kebudayaan khas, yakni kebudayaan dan gaya

Lebih terperinci

BAB I KAMPANYE NILAI PENGORBANAN BANDUNG LAUTAN API. Dzulfikri Abdul Jabbar

BAB I KAMPANYE NILAI PENGORBANAN BANDUNG LAUTAN API. Dzulfikri Abdul Jabbar BAB I KAMPANYE NILAI PENGORBANAN BANDUNG LAUTAN API Dzulfikri Abdul Jabbar 116010030 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandung memiliki peran dan kontribusinya sendiri dalam mencapai kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara

Lebih terperinci

DINAMIKA TIONGHOA ISLAM PASCA REFORMASI DI YOGYAKARTA ( ) SKRIPSI

DINAMIKA TIONGHOA ISLAM PASCA REFORMASI DI YOGYAKARTA ( ) SKRIPSI DINAMIKA TIONGHOA ISLAM PASCA REFORMASI DI YOGYAKARTA (1998-2010) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta Kuda dalam perkembangannya telah ada ketika manusia mulai melakukan aktivitas produksi yang tidak dapat dipenuhi dari hasil produksinya sendiri. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di Indonesia. Keadaan sosial dan ekonomi di Indonesia begitu buruk terutama untuk pendidikan pribumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber :  diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pariwisata Kabupaten Sleman Kabupaten Sleman merupakan sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Provinsi DIY sendiri dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai 1 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta sebagai ibukota Provinsi DIY adalah satu-satunya daerah tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Yogyakarta Kota sepeda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Yogyakarta Kota sepeda BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Yogyakarta Kota sepeda 1.1.1.1 Tinjauan sepeda di Yogyakarta Yogyakarta sebagai kota sepeda memang pantas disebut hingga saat ini. Jika dilihat dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Hovland, komunikasi merupakan proses di mana individu menyampaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Hovland, komunikasi merupakan proses di mana individu menyampaikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan tindakan yang setiap hari dilakukan oleh individu. Menurut Hovland, komunikasi merupakan proses di mana individu menyampaikan pesan, dan

Lebih terperinci

Latar Belakang Eksistensi Proyek. rumah tangga, industri, dan sebagainya.

Latar Belakang Eksistensi Proyek. rumah tangga, industri, dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Perkembangan teknologi yang semakin hari semakin maju seiring dengan berjalannya waktu, merupakan tuntutan perkembangan zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pers cetak atau surat kabar merupakan media komunikasi massa yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pers cetak atau surat kabar merupakan media komunikasi massa yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pers cetak atau surat kabar merupakan media komunikasi massa yang cukup efektif dalam penyebaran paham, pemikiran, gagasan, dan nilai-nilai suatu gerakan. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan suatu proses yang kita ketahui, merupakan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan suatu proses yang kita ketahui, merupakan proses BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi merupakan suatu proses yang kita ketahui, merupakan proses penyampaian pesan dari pemberi pesan melalui media ataupun secara langsung kepada penerima pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi perkembangan kota-kota di Indonesia. Menurut Roosmalen setidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut adalah merek. terjadi bukan lagi masalah perang kualitas produk melainkan perang merek

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut adalah merek. terjadi bukan lagi masalah perang kualitas produk melainkan perang merek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan beroperasi dalam lingkungan yang sangat dinamis, yang setiap waktu menuntut pemikiran untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan di mana segala sistem kemasyarakatan yang bersifat tradisional dilepaskan menjadi tatanan yang mengimplikasikan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Kalimantan merupakan pulau yang sangat kaya ankan flora dan fauna, namun, flora dan fauna endemik yang sangat beragam dan unik yang terancam punah karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia otomotif di Indonesia semakin bertambah maju dan berkembang sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil dengan merk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Logo adalah tanda, lambang, ataupun simbol yang mengandung makna dan digunakan sebagai identitas sebuah organisasi, perusahaan atau individu agar mudah diingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti kita ketahui, Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian. Keberagaman budaya inilah yang membuat Indonesia dikenal oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Jika seseorang mendengar kata pura maka asosiasinya adalah pulau Bali dan agama Hindu. Jika seseorang mengaku berasal dari Bali maka asosiasi yang muncul adalah orang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni media rekam atau film merupakan cabang kesenian yang bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni media rekam atau film merupakan cabang kesenian yang bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni media rekam atau film merupakan cabang kesenian yang bentuk akhirnya dicapai setelah lebih dahulu mengalami proses perekaman. Adapun perekaman gambar mulai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman budaya, alam dan sejarah peninggalan dari nenek moyang sejak zaman dahulu, terbukti dengan banyaknya ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian kemajuan kebudayaan suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari peninggalan budaya dan sejarah bangsa sehingga mampu menjadi simbol identitas keberadaban. Pengalihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama dan lain lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. agama dan lain lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, dan adat istiadat. Indonesia terdiri dari 33 provinsi, dengan kata lain terdapat banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arsitektur kolonial yang ada di Indonesia, tersebar di berbagai wilayah kota-kota besar termasuk di kota Medan. Tidak semua arsitektur kolonial dibangun oleh arsitektur

Lebih terperinci

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN a. Latar Belakang (Times New Roman 14) Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang diteliti / dikaji. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah yang cukup panjang, dimulai pada tanggal 13 Februari 1755 dengan dilatari oleh Perjanjian Giyanti yang membagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang prospeknya cerah, dan mempunyai potensi serta peluang yang sangat besar untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Jepang banyak menghasilkan berbagai macam karya. Baik berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Jepang banyak menghasilkan berbagai macam karya. Baik berupa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Jepang banyak menghasilkan berbagai macam karya. Baik berupa karya sastra, maupun entertainment/pertunjukan berupa film. Film adalah satu rangkaian gambaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

PUSAT KOMIK DAN ILUSTRASI INDONESIA DI YOGYAKARTA

PUSAT KOMIK DAN ILUSTRASI INDONESIA DI YOGYAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT KOMIK DAN ILUSTRASI INDONESIA DI YOGYAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan sekaligus, yang meletakkan masyarakat (yang diadvokasi) dan

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan sekaligus, yang meletakkan masyarakat (yang diadvokasi) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Advokasi seringkali dikaitkan dengan istilah pemberdayaan, keduanya sebenarnya berbeda namun pemberdayaan dan advokasi memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. media atau saluran tertentu. (A. Muis, 2001 : 37) Masyarakat dapat mendengarkan informasi tentang kesehatan, pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. media atau saluran tertentu. (A. Muis, 2001 : 37) Masyarakat dapat mendengarkan informasi tentang kesehatan, pendidikan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Radio merupakan media massa auditif, yakni dikonsumsi telinga atau pendengaran. Radio sebagai sarana komunikasi yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang menjadi kesimpulan

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kota Pematangsiantar merupakan salah satu bagian dari wilayah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kota Pematangsiantar merupakan salah satu bagian dari wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Pematangsiantar merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Simalungun. Melihat perkembangannya yang terjadi pada daerah tersebut, pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, era pembangunan teknologi sudah sangat cepat berkembang di mana suatu produk dari hari ke hari akan memberikan suatu perkembangan yang mana perkembangan tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi dan pasar bebas membuat kemajuan teknologi berkembang cepat

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi dan pasar bebas membuat kemajuan teknologi berkembang cepat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dan pasar bebas membuat kemajuan teknologi berkembang cepat khususnya sepeda motor, timbulnya terobosan-terobosan dan inovasi baru secara umum merupakan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Mangkubumi, yang terdiri dari Pangeran Mangkubumi, Pangeran Wijil, Pangeran

BAB V KESIMPULAN. Mangkubumi, yang terdiri dari Pangeran Mangkubumi, Pangeran Wijil, Pangeran BAB V KESIMPULAN Pakualaman terbentuk dari adanya perjanjian Giyanti antara pihak Mataram yang diwakili oleh Sunan Pakubuwana III dengan kelompok Pangeran Mangkubumi, yang terdiri dari Pangeran Mangkubumi,

Lebih terperinci

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang PERIODISASI SEJARAH Apakah yang disebut dengan periodisasi? Pertanyaan tersebut kita kembalikan pada penjelasan sebelumnya bahwa sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Untuk

Lebih terperinci

Daftar Isi PENDIRIAN MUSEUM MUHAMMADIYAH PROPOSAL 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN 1 LATAR BELAKANG SEJARAH PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

Daftar Isi PENDIRIAN MUSEUM MUHAMMADIYAH PROPOSAL 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN 1 LATAR BELAKANG SEJARAH PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH PIMPINAN PUSAT PROPOSAL PENDIRIAN MUSEUM Daftar Isi 1 LATAR BELAKANG SEJARAH 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN MUSEUM LATAR BELAKANG SEJARAH 2 Latar Belakang Kolonialisme Belanda yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu dari permasalahan yang telah dirumuskan maka bentuk dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian yang penulis kaji mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. 1 Yang direkonstruksi ialah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketika berbicara soal makanan, bisa dipastikan hampir semua menyukai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketika berbicara soal makanan, bisa dipastikan hampir semua menyukai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketika berbicara soal makanan, bisa dipastikan hampir semua menyukai topik tersebut. Makanan sebagai salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, juga merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kapitalisme global yang semakin kuat telah menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kapitalisme global yang semakin kuat telah menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kapitalisme global yang semakin kuat telah menuntut sosio-kultur bangsa ini, khususnya di kota besar seperti Medan untuk terus membuat citra akan penampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat.

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pergerakan nasional yang muncul di kalangan pribumi lahir dari rasa persatuan dan kemanusiaan yang tinggi dari para golongan terpelajar yang pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari bisnis itu sendiri. Menurut Peter Drucker (1954) 2 fungsi dalam bisnis itu adalah marketing dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Politik kolonial Belanda berkembang menuju gagasan yang menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Politik kolonial Belanda berkembang menuju gagasan yang menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir abad ke-19, mulai muncul perhatian terhadap orang pribumi. Politik kolonial Belanda berkembang menuju gagasan yang menyatakan bahwa politik kolonial

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan daerah pemukiman yang sifatnya sangat dinamis. Dari sifat awal yang sederhana hingga kompleks, menunjukkan bahwa kota terbentuk melalui suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan ibukota di provinsi Jawa Barat yang terkenal dengan julukan Kota Kembang. Menurut sejarawan Haryanto Kunto dalam bukunya yang berjudul Wajah Bandoeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

GEDUNG PAMER DAN LAYANAN PURNA JUAL

GEDUNG PAMER DAN LAYANAN PURNA JUAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vespa adalah sebuah kendaraan yang memiliki daya tarik tersendiri dari bentuknya yang khas. Vespa juga memiliki salah satu inspirasi bagi perkembangan teknologi transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum tahun 1970 sarana hiburan rakyat yang bersifat visual masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum tahun 1970 sarana hiburan rakyat yang bersifat visual masih sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebelum tahun 1970 sarana hiburan rakyat yang bersifat visual masih sangat terbatas atau sederhana. Karena tempat pelaksanaan hiburan tersebut belum difokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi sehingga dapat diterima masyarakat dengan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. promosi sehingga dapat diterima masyarakat dengan cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya populer yaitu budaya yang terjadi karena adanya budaya massa. Budaya massa lahir karena adanya masyarakat (massa) yang menggeser masyarakat berbasis tradisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini terlihat dari banyaknya perubahan yang terjadi, terutama dalam bidang teknologi transportasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan negara-negara lain di dunia, tak terkecuali

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENULISAN PERISTIWA SEJARAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENULISAN PERISTIWA SEJARAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENULISAN PERISTIWA SEJARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

KAMPUNG KOTA BANDUNG. Penulis : Pele Widjaja. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013

KAMPUNG KOTA BANDUNG. Penulis : Pele Widjaja. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 KAMPUNG KOTA BANDUNG Penulis : Pele Widjaja Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam kesimpulan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY, Yogyakarta, 10 Oktober 2012 Rabu, 10 Oktober 2012

Sambutan Presiden RI pada Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY, Yogyakarta, 10 Oktober 2012 Rabu, 10 Oktober 2012 Sambutan Presiden RI pada Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY, Yogyakarta, 10 Oktober 2012 Rabu, 10 Oktober 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PELANTIKAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini antar perusahaan bersaing ketat memperebutkan perhatian konsumen

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini antar perusahaan bersaing ketat memperebutkan perhatian konsumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, dimana pada saat kondisi sekarang ini antar perusahaan bersaing ketat memperebutkan perhatian konsumen agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci