BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping
|
|
- Herman Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan, dan berbagai belenggu sosial yang menghambat tercapainya kesejahteraan bersama 1. Perkembangan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari politik etis setelah berkuasanya Pemerintah Kolonial Belanda di Indonesia maka di bangunlah sekolah sekolah sehubungan dengan politik etis tersebut. Kebijakan politik etis ini sangat berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. Pada abad ke-19 perkebunan-perkebunan Belanda terus mengalami perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping berkembangnya kekuasaan, maka Belanda mendirikan sekolah-sekolah diberbagai tempat, dan begitu juga di desa Talun Kenas, Belanda juga mendirikan sekolah yang masih dalam area perkebunan. Sekolah ini dibangun bagi para anak-anak Bumi putera dan anak-anak Belanda. Tujuan didirikan sekolah bagi anak Bumi putera supaya berpendidikan, mempunyai tenaga terlatih dan terdidik untuk dipekerjakan di pekerbunan milik Kolonial Belanda. 1 Masjkuri dan Sutrisno Kutoyo, Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Utara, Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981, hal 10.
2 Sumatera Utara pada zaman penjajahan Belanda terdiri dari dua keresidenan, yaitu keresidenan Sumatera Timur dan keresidenan Tapanuli. Medan merupakan ibu kota propinsi Sumatera. Di Medan berkedudukan seorang inspektur yang mengurus masalah pendidikan untuk Sumatera atau Inspecteur Van Onderwijs en Eeredienst. Di Sumatera Timur dan Tapanuli ditempatkan seorang Hoofd der Schoolopziener yang membawahi para schoolopziener sebagai petugas yang mengelola pendidikan di Afdeling. Schoolopziener bertugas mengawasi sekolah-sekolah penduduk Bumiputera atau sekolah-sekolah yang memakai pengantar bahasa Melayu 2. Untuk sekolah-sekolah yang memakai bahasa Belanda berada di bawah pengawasan Inspektur. Adapun sekolah yang didirikan Belanda di Sumatera Timur yaitu HIS (Hollandsch Inlandsch School), ELS (Europese Lagere School), MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwiijs), HBS (Hogere Burger School). 3. Sekolah yang dibangun Belanda dalam perkebunan di Talun Kenas adalah sekolah Volkschool yang khusus untuk anak-anak Pribumi yang bekerja di perkebunan tersebut. Berdirinya sekolah ini pada tahun 1934, sekolah ini memakai bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar, didirikannya sekolah ini bertujuan untuk kepentingan Belanda yaitu mendidik orang Pribumi (golongan bangsawan) agar dipekerjakan sebagai buruh dan orang Eropa sebagai Stafnya. Namun sekolah yang dibangun pada masa kekuasaan belanda tersebut hanya bertahan sampai pada tahun 1942, hal ini disebabkan karena masuknya Jepang ke Indonesia. 2 Sutrisno Kutoyo, dan Masjkuri. Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Utara. Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan hal. 3 Ibid. hal 51-52
3 Pada masa Pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1942, banyak mengalami perubahan terutama dalam bidang pendidikan, bahasa-bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar dihapuskan. Dan sekolah pada masa Belanda yang bermacammacam seperti Sekolah Dasar: Europese Lagere School (ELS), Hollandsch Inlandsch School (HIS), Volkschool, Vervolgschool, Schakelschool, semua dihapuskan dan beralih menjadi Sekolah Dasar atau disebut sebagai Sekolah Rendah umum. Lama pendidikannya adalah 6 tahun, dan begitu juga Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada masa Belanda seperti: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Hogere Burger School (HBS) beralih menjadi Sekolah Umum (Cu Gakko). Penggunaan bahasa pengantar dalam pendidikan pada masa Pendudukan Jepang ialah bahasa Indonesia, dan bahasa kedua ialaah bahasa Jepang. Pendidikan pada masa Pendudukan Jepang lebih banyak diarahkan sistem pendidikan kemiliteran. Berakhirnya kekuasaan penjajah di Indonesia yaitu dengan lahirnya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, maka pendidikan pada awal Kemerdekaan tidak berjalan dengan maksimal. Maka kemajuan pendidikan mulai dirasakan setelah tahun 1950 di Sumatera Utara. Karena pada waktu itu kurangnya tenaga guru setelah penjajah meninggalkan daerah Sumatera Utara. Melihat gedung sekolah milik Belanda yang berada di Talun Kenas kosong tidak ada aktivitas pembelajaran semenjak tahun , maka para Veteran berusaha untuk melanjutkan sekolah tersebut yang selama ini terhenti. Pada awalnya sekolah bekas jajahan Belanda ini menjadi perebutan bagi masyarakat, bahkan banyak pihak lain yang ingin menjadikan sekolah milik pribadi. Maka Veteran pada waktu itu bermohon kepada Talun Kenas, supaya sekolah bekas
4 jajahan colonial Belanda tersebut dijadikan sekolah umum dan milik Veteran. Sekolah ini dibangun untuk umum, akan tetapi bagi siswa yang keterunan Veteran akan mendapat disvensasi uang sekolah. Masyarakat yang berkediaman di Talun Kenas pada waktu itu belum banyak melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Maka dengan demikian di bentuklah Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu Yayasan KAVRI yang beralamat di Kecamatan STM Hilir Desa Talun Kenas. Pada tahun 1964, merupakan sebuah babakan baru bagi perkembangan pendidikan di Talun Kenas, pada tahun ini didirikan sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP) milik Veteran yang dulunya sekolah ini merupakan milik Belanda kemudian diambil alih oleh para Veteran yang berada di Talun Kenas. Pertama kali berdirinya sekolah ini diberi nama Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Garuda, namun banyak pihak atau beberapa orang anggota Veteran yang tidak setuju dengan nama Yayasan Sekolah tersebut, karena nama Yayasan itu tidak menandakan Sekolah Yayasan milik Veteran. Maka nama Sekolah Yayasan Garuda diganti menjadi Sekolah Yayasan Kavri. Setelah Indonesia Merdeka gedung milik Belanda yang berada di Talun Kenas menjadi kosong tidak ada aktivitas semenjak tahun , hal ini terjadi karena kurangnya perhatian pemerintah untuk dijadikan sebagai fasilitas yang dapat dipergunakan kepentingan rakyar. Berdasarkan hal tersebut maka Veteran mengambil inisiatif untuk dijadikan sebagai fasilitas pendidikan. Berdirinya Sekolah ini memiliki 4 ruang, gurunya terdiri dari 3 orang, Ketua Yayasan 1 orang, Kepala Sekolah 1 orang, Tata Usaha (TU) 1 orang, dan Siswa
5 berjumlah pada ajaran pertama adalah 18 orang. Hal inilah yang menjadi ketertarikan penulis ingin meneliti tentang perkembangan sekolah tersebut lebih jauh lagi. Dari penjelasan di atas maka penulis mengangkat judul mengenai Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kesatuan Anak Veteran Republik Indonesia (KAVRI) di Kecamatan STM Hilir ( ). Tahun 1964 sebagai periode awal dari penelitian ini yang merupakan pembentukan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tahun 1990 sebagai akhir dari penelitian ini bahwa selama kurun waktu 26 tahun banyak terjadi perubahan, baik dari segi bangunan maupun sistem pendidikan/kurikulum Sekolah Yayasan Kavri tersebut. Seperti bertambahnya murid dari tahun ke tahun. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan suatu hal yang terpenting dalam penelitian, sebab akan memudahkan penulis di dalam pengarahan pengumpulan sumber dalam rangka memperoleh data yang relevan 4. Inilah yang akan menjadi landasan penulisan nantinya pada bab-bab selanjutnya. Adapun permasalahan-permasalahan yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana latar belakang berdirinya Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Kavri. 4 J. Supranto, Metode Riset, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 1986, hal. 18.
6 2. Bagaimana perkembangan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Kavri dari tahun Apa Peranan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Kavri bagi masyarakat Talun Kenas. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian yang dirumuskan secara umum merupakan cara untuk memperoleh gambaran secara umum dari objek yang akan diteliti, dimana hasil yang diperoleh dapat dipergunakan sebagai bahan untuk menyempurnakan perencanaan dasar dari perumusan masalah 5. Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah: 1. Menjelaskan latar belakang berdirinya Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Kavri. 2. Menjelaskan perkembangan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Kavri tahun Menjelaskan peranan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Kavri bagi masyarakat Talun Kenas Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai suatu sarana imformasi bagi masyarakat yang berkepentingan di Desa Talun Kenas. 2. Menjadi suatu masukan bagi pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, khususnya bagi 5 Ibid., hal. 22.
7 pemerintahan Kabupaten Deli Serdang, agar lebih memperhatikan kondisi pendidikan di daerah tersebut. 3. Menambah literatur kepustakaan yang dapat dimanfaatkan bagi peningkatan ilmu pendidikan, khususnya ilmu sejarah dalam penelitian sejarah pendidikan. 1.4 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menemukan buku-buku, majalah, dan sebagainya yang paling relevan dengan objek yang dikaji. Dalam penelitian ini, penulis membuat penuntun ataupun acuan yaitu berupa literatur kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini. Masjkuri dan Sutrisno Kutoyo dalam bukunya yang berjudul Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Utara (1981), menjelaskan bahwa pendidikan di daerah Sumatera Utara sejak zaman Hindu Budha sampai pada zaman setelah Indonesia merdeka. Pendidikan model barat ini mulai diperkenalkan terhadap masyarakat Sumatera Utara yaitu sekitar abad 19, yang kemudian diikuti dengan penyebaran injil oleh para misionaris ke daerah-daerah Sumatera Utara. Dalam menjalankan misinya para misionaris membutuhkan tenaga-tenaga terdidik untuk membantu misionaris. Oleh karena itu para misionaris mulai membangun sekolahsekolah yang dikenal dengan sekolah zending atau sekolah-sekolah Pendeta. Hal ini berbeda dengan sistem pendidikan pada masa Jepang yang bersifat kemiliteran dan pendidikan ketika Indonesia merdeka mengalami perkembangan yang sangat pesat.
8 Dari buku ini penulis menjadikan sabagai acuan untuk dapat memberikan imformasi mengenai pendidikan di Sumatera Utara, yang mana dalam perkembangan pendidikan dapat juga dirasakan oleh masyarakat Desa Talun Kenas yaitu dengan berdirinya sekolah Kavri. Menurut Wardiman Djojonegoro, dalam bukunya Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia (1996), menjelaskan bahwa pendidikan sebagai sarana sosialisasi merupakan kegiatan manusia yang melekat dalam kehidupan masyarakat, sehingga usia pendidikan hampir sama tuanya dengan usia manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan berbagai rentang peradaban. Perjalanan panjang perkembangan pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan dapat ditelusuri sejak zaman Hindu dan Budha pada abad ke-5 zaman penjajahan, hingga Indonesia merdeka. Dari perkembangan sejak zaman itu, diperoleh gambaran bahwa pendidikan telah berlangsung sesuai dengan tuntutan zaman yang berbedabeda dengan penyesueian pada ideologi, tujuan serta sistem penyampaiannya. Dari buku ini penulis dapat menjadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian. Bahwa pendidikan yang telah berkembang dari zaman ke zaman selama lima puluh tahun perkembangan pendidikan di Indonesia khususnya bagi masyarakat Talun Kenas juga mengalami perkembangan pendidikan tersebut. Senantiasa memperlihatkan terjadinya pergeseran pandangan masyarakat terhadap pendidikan pada zamannya masing-masing. Secara garis besar, semula pendidikan hanya dipandang sebagai pembina budi pekerti, sikap dan perilaku, kemudian dipandang sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan warga negara yang dapat menunjang produktivitas yang dapat dilihat dari mulainya tingkat kesadaran
9 masyarakat Desa Talun Kenas untuk mengenyam pendidikan di Sekolah Yayasan Kavri. Menurut Made Piderta, dalam bukunya Landasan Kependidikan (1997), Menjelaskan bahwa Pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak menerima pendidikan sejak dini dari orang tuanya, dan mana kala anakanak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga mendidik anak-anaknya. Melalui pendidikan agama dan moral, begitu pula di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh guru dan dosen, Dari buku ini penulis dapat menjadikan acuan dalam penelitian, sebab buku ini banyak menjelaska mengenai konsep-konsep kependidikan dari berbagai bidang seperti bidang ekonomi, psikologi, sosial budaya, hukum, serta bidang sejarah. Buku ini sangat membantu penulis dalam mengungkapkan pendidikan dari setiap bidangnya, sehingga mampu menguraikan serta membedakan tujuan pendidikan dari segi yang berbeda. Menurut Syahrial De Saputra T, dalam bukunya Peranan Pendidikan Dalam Pembinaan Kebudayaan Nasional Daerah Sumatera Utara (1993), menjelaskan bahwa Pendidikan adalah suatu proses yang panjang dan mencakup keselururuhan yang dipelajari baik secara formal maupun non formal, yang menghasilkan kebudayaan bagi individu, membentuk kepribadiannya dan sosialisasi dirinya, yang keseluruhannya melengkapi dirinya untuk hidup sebagai warga masyarakat. (Beals and Hoijer,1959). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 2 tahun 1989 ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar Sedangkan yang dimaksud dengan kebudayaan
10 bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budaya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan yang terdapat di daerah-daera seluruh Indonesia usaha kebudayaan tersebut harus menuju ke arah kemajuan adab budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemajuan bangsa Indonesia. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1988 dinyatakan antara lain bahwa dalam sektor kebudayaan terus menciptakan suasana yang mendorong tumbuh dan berkembangnya rasa tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial, disiplin nasional serta sikap budaya yang mampu melakukan pengembangan pembangunan, ekonomi,sosial masyarakat serta dapat mendukung dan memelihara budaya bangsa. Buku-buku tersebut diatas dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian. Peranan pendidikan disetiap daerah tidak terlepas dari budayanya sendiri, sehingga anak-anak bangsa dapat melestarikan dan membangun budaya tersebut melalui pendidikan. 1.5 Metode Penelitian Untuk menjadikan suatu tulisan sejarah yang ilmiah maka penulisan sejarahmenggunakan metode sejarah. Metode sejarah terdiri beberapa tahap, yaitu
11 Heuristik (pengumpulan sumber), Verifikasi (kritik intern dan kritik ekstern), Interpretasi (analisis), dan terakhir Historiografi (penulisan) 6. Dalam tahap pertama dilakukan heuristik atau pengumpulkan data, penulis mencari atau mengumpulkan sumber melalui studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan dilakukan dengan mencari referensi sebanyak mungkin seperti buku-buku, arsip yang berhubungan dengan masalah penelitian di perpustakaan, misalnya perpustakaan USU, perpustakaan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kavri terutama dari Sekolah Yayasan Kavri dan juga buku-buku pedoman Sekolah kavri. Selain dari pada itu juga dilakukan melalui wawancara seperti bapak Tepat Barus (81) tahun, dan bapak Siang Ginting (57) tahun yang banyak mengetahui tentang pendirian sekolah tersebut. Setelah sumber-sumber yang diperlukan sudah terkumpul, Penulis melakukan penyeleksiaan atau penyaringan sumber dengan memverifikasikan atau mengkritik sumber-sumber yang telah diperoleh melalui kritik intern dan kritik ekstern agar memperoleh keabsahan dari sumber tersebut. Sumber yang telah terkumpul tidak semuanya dapat diterima sehingga perlu adanya sikap kritis terhadap sumber yang telah terkumpul. Dalam melakukan kritik ini, Penulis menentukan apakah dokumen atau data yang telah diperoleh asli atau tidak. Kritik seperti ini disebut dengan kritik ekstern. Setelah itu barulah dilakukan pengecekan apakah isi dari dokumen tersebut valid atau tidak. Dengan demikian dilakukan pula kritik intern yang menelaah dan menyeleksi kebenaran isi atau fakta baik yang bersifat tulisan (buku, artikel, arsip) maupun penulisan (wawancara). 6 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang, 1997.hal 89.
12 Selanjutnya sumber yang sudah menjadi fakta diinterpretasikan (ditafsirkan) agar memperoleh bentuk dan struktur dari fakta tersebut. Fakta-fakta yang telah dimiliki dirangkai menjadi satu membentuk suatu hipotesa yang selanjutnya akan dijadikan tulisan. Tahap yang terakhir sampailah pada penulisan sejarah (Historiografi). Dalam penulisan ini, penulis menguraikan peristiwa dan kisah sejarah dengan memakai kronologi waktu agar penulisan ini menjadi tulisan sejarah yang ilmiah.
BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan
BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari 13 fakultas yang ada di USU.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan salah satu fakultas dari 13 fakultas yang ada di USU.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan Barat, pendidikan di Sumatra Timur bersifat magis religius yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Manusia yang ingin mencapai tingkat kemajuan harus menempuh pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan satu dari sekian bangsa yang pernah mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa yang dijajah bangsa lain.
Lebih terperincimenyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode historis. Menurut Kuntowijoyo, (1994: xii), metode sejarah adalah petunjuk pelaksanaan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Pendidikan juga diperlukan jika ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Lebih terperinciUNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul PERKEMBANGAN FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Pendidikan itu diperoleh dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR Gambaran umum Kecamtan STM Hilir yang merupakan lokasi penilitian ini adalah, letak geografis, komposisi penduduk, dan perkembangan pemerintahan. Hal ini untuk
Lebih terperinciSTRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA
STRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA Sangkot Nasution Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SumateraUtara Abstrak: Tujuan dari sekolah yang didirikan oleh Zending adalah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan yang akan datang akan dicatat dalam peristiwa sejarah. Dengan ketiga cakupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Segala aktivitas manusia didunia ini yang terjadi di masa lampau, sekarang dan yang akan datang akan dicatat dalam peristiwa sejarah. Dengan ketiga cakupan
Lebih terperinci5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.
13. Mata Pelajaran Sejarah Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Ambarawa-Bawen dengan pertimbangan pemilihan lokasi penelitian tersebut adalah: 1. Sekolah Pendidikan Guru Mendut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Faktor utama terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat majemuk. Ratusan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat majemuk. Ratusan suku yang berstatus penduduk asli dan pendatang mendiami pulau-pulau di Indonesia yang jumlahnya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Salatiga. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah: 1. Sekolah Guru B di Salatiga menjadi salah satu pilot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia sehingga terjadi berbagai dimensi perubahan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana
20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana metode tersebut merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang besar, yang memiliki keberagaman kehidupan dengan berbagai macam peristiwa sejarah. Salah satunya adalah sejarah perusahaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa
BAB III METODOLOGI A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945 mengambil lokasi di Salatiga. B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu dari permasalahan yang telah dirumuskan maka bentuk dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan Pada awal abad ke 20 ada keinginan dari golongan orang Belanda untuk mengubah cara penjajahannya di Indonesia,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Salatiga. Pertimbangan lokasi penelitian adalah : 1. Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur ada di Salatiga. 2. Salatiga
Lebih terperinciBAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali
BAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN 3.1 Desain/Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali peristiwa yang terjadi di masa lalu, dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Sumatera Utara, dan lambat laun banyak bermunculan perkebunan tembakau, karet,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang Sumatera Utara. Diawali dengan kedatangan Jacobus Nienhuys ke pesisir timur Sumatera Utara pada 6 Juli 1863 dengan
Lebih terperinciPERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Sejarah Indonesia pada periode 1945-1950 merupakan sejarah yang menentukan masa depan bangsa ini, karena pada periode inilah bangsa Indonesia mencapai titik puncak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. 1 Yang direkonstruksi ialah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia. Kenyataan
Lebih terperinciRevolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan
Lebih terperinciBAB IV KARYA-KARYA SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH. Pembagian wilayah yang dilakukan oleh Vikariat Apostolik Batavia di Pulau
BAB IV KARYA-KARYA SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH Pembagian wilayah yang dilakukan oleh Vikariat Apostolik Batavia di Pulau Jawa khususnya Jawa Tengah membuat Serikat Yesuit lebih fokus melaksanakan karya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. yang menyatakan bahwa metode merupakan suatu cara atau jalan yang
14 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan faktor yang penting dalam memecahkan suatu masalah yang turut menentukan suatu penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
Lebih terperinciI. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti
I. METODE PENELITIAN A. Metode yang digunakan Penggunaan metode dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang penting, hal ini dikarenakan metode merupakan faktor yang penting dalam memecahkan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 1 Salah satu di antaranya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu lembaga
Lebih terperinciDESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI
DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka dimana, sebagian besar interaksi adalah sekelompok manusia yang bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung Shimabara, Kyushu. Sebagian besar pelaku dari gerakan ini adalah para petani dan ronin (samurai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1982; 121).
III. METODE PENELITIAN Di dalam penelitian, metode merupakan faktor penting untuk memecahkan masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Menurut winarno Surahkmad, metode adalah cara utama
Lebih terperinciPERANAN PEMUDA DALAM PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA TAHUN
PERANAN PEMUDA DALAM PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA TAHUN 1908 1928 SKRIPSI Oleh Citra Yuliyanti Eka Pertiwi NIM 080210302021 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Lebih terperinci66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)
66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan
Lebih terperincidari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang
PERIODISASI SEJARAH Apakah yang disebut dengan periodisasi? Pertanyaan tersebut kita kembalikan pada penjelasan sebelumnya bahwa sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Kata Methodist berasal dari kata Method yang artinya cara, jadi arti dari kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak monoton).
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretasi, dan historiografi. Heuristik atau dalam bahasa Jerman
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari empat Langkah, yaitu heuristik, verifikasi (kritik), interpretasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran
BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran kristus) dimulai dari kesadaran teologis oleh seorang pendeta Inggris bernama John Wesley,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan tradisional. Hal ini menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai negara sedang berkembang masyarakatnya berada dalam katagori transisi. Masyarakat mulai bergeser dari pola kehidupan tradisional menuju ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya mempunyai kegiatan utama yang bergerak dibidang pertanian, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam di wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang mampu melakukan olah cipta sebab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang mampu melakukan olah cipta sebab manusia memiliki pengetahuan. Pengetahuan adalah sumber pokok kekuatan manusia dan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
Lebih terperinciPENGARUH POLITIK ETIS TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh: Melinda Vikasari NIM
PENGARUH POLITIK ETIS TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN 1901-1942 SKRIPSI Oleh: Melinda Vikasari NIM 060210302106 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya sebuah konsep pembaruan sistem pembinaan terhadap narapidana yang ada di Indonesia ini tidak dapat dipisahkan dari sistem yang mendahuluinya. Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB II PENDIDIKAN DAN KEDUDUKAN SOSIAL GURU-GURU DI JAWA PADA AWAL ABAD XX. A. Pendidikan di Kalangan Bumiputera di Jawa pada Awal Abad XX
BAB II PENDIDIKAN DAN KEDUDUKAN SOSIAL GURU-GURU DI JAWA PADA AWAL ABAD XX A. Pendidikan di Kalangan Bumiputera di Jawa pada Awal Abad XX Pada masa penjajahan, stratifikasi penduduk dibedakan berdasarkan
Lebih terperinciPEDOMAN PRAKTIKUM.
PEDOMAN PRAKTIKUM 1 PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH Oleh : SUPARDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di tahun 1958 Pemerintah Republik Indonesia melakukan kebijaksanaan
1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Di tahun 1958 Pemerintah Republik Indonesia melakukan kebijaksanaan ekonomi yaitu dengan melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan Belanda yang berjumlah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan.
1 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan. Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. tersebut dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek studi.
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengertian Metodologi Dalam melakukan suatu penelitian, dapat digunakan berbagai macam metode, dimana metode tersebut dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan
Lebih terperinciMENJADI PENELITI SEJARAH Oleh: Miftahuddin
MENJADI PENELITI SEJARAH Oleh: Miftahuddin Awal sekali yang perlu ditekemukakan bahwa sesunguhnya dalam lingkup akademis anggapan bahwa semua manusia adalah sejarawan bagi dirinya sendiri adalah kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk keluar dari keadaan biasanya dan ini dipengaruhi oleh keberadaan ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Pribumi sangat tergantung pada politik yang dijalankan oleh pemerintah kolonial. Sebagai negara jajahan yang berfungsi sebagai daerah eksploitasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi
16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran media komunikasi sangat berjasa dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan, perasaan senasib sepenanggungan, dan pada akhirnya rasa nasionalisme yang mengantar bangsa
Lebih terperinciPada penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Historis karena
21 A. Metode yang digunakan Berdasarkan permasalahan yang penulis rumuskan maka untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga data relevansinya dengan tujuan yang akan dicapai. Pada penelitian ini penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, pendidikan merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. Hidup berdampingan secara damai antara warga negara yang beragam tersebut penting bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda antara tahun 1830 hingga akhir abad ke-19 dinamakan Culturstelsel (Tanam Paksa).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
32 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis, dari mulai tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan, hingga penulisan laporan penelitian.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu. mengambil obyek peristiwa-peristiwa pada masa lalu.
III. METODE PENELITIAN A. Metode yang digunakan Metode adalah cara yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu permasalahan di dalam suatu penelitian. Metode penelitian merupakan suatu cara atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang
Lebih terperinci2.sistem pendidikan, tingkat dan jenis sekolah yang didirikan Belanda. 3.Perkembangan suatu sistem pendidikan di Indonesia
Lampiran LEMBAR KENDALI PENGUMPULAN DATA PENELITIAN no Fokus penelitian Teknik pengumpulan data 1 Historiografi Studi pustaka pendidikan barat pada masa Kolonial Hindia-Belanda Iindikator Uraian Sumber
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir prestasi sepakbola di Sumatera Utara semakin menurun. Terakhir kali klub sepakbola Sumatera Utara menjuarai Liga Perserikatan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan
III. METODE PENELITIAN A. Metode yang digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan menggunakan sumber primer dan sekunder sebagai objek penelitian. Metode Historis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam periode , yang ditandai dengan munculnya konflik-konflik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketegangan politik terjadi di India menjelang kemerdekaanya dari Inggris dalam periode 1935-, yang ditandai dengan munculnya konflik-konflik komunal antara dua golongan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Menurut Winarno Surachmad, Metode adalah cara utama yang digunakan untuk
23 III. METODE PENELITIAN A. Metode 1. Pengertian Metode Dalam melakukan metode sebuah penelitian, digunakan metode peneltian. Metode yang di pilih dengan mempertimbangkan kesesuaian dengan objek studi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. yaitu suatu cara atau metode yang dimaksudkan dan terdapat dalam suatu ilmu
III. METODE PENELITIAN Metode Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik maka perlu adanya metode ilmiah, yaitu suatu cara atau metode yang dimaksudkan dan terdapat dalam suatu ilmu yang disebut
Lebih terperinci