BAB I PENGANTAR. Sebagai gerakan perempuan terbesar di Indonesia 1, banyak. pihak yang menilai bahwa gerakan PKK merupakan antiklimaks dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. Sebagai gerakan perempuan terbesar di Indonesia 1, banyak. pihak yang menilai bahwa gerakan PKK merupakan antiklimaks dari"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sebagai gerakan perempuan terbesar di Indonesia 1, banyak pihak yang menilai bahwa gerakan PKK merupakan antiklimaks dari konstelasi feminitas di negeri ini. 2 Mereka beranggapan, bahwa ideologi gerakan ini merupakan pengejawantahan dari kondisi kaum perempuan di Indonesia yang relatif ter sub-ordinasikan terhadap kaum laki-laki. Pada praktiknya pun demikian, gerakan ini dinilai sudah habis bersamaan dengan runtuhnya rezim Orde Baru pada pertengahan tahun Sebelumnya, pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto tersebut dapat dikatakan gerakan ini mencapai masa kejayaannya. Hal ini terjadi lantaran pada masa Orde Baru, gerakan PKK difungsikan untuk memperantarai kekuasaan negara dengan wilayah sosial, budaya, ideologis, politik dan ekonomi di 1Saskia E. Wieringa, Ibu or the Beast: Gender Interests in Two Indonesian Women's Organizations,Feminist Review, No. 41 (Summer, 1992), hlm Banyak buku-buku yang lahir dari mereka yang bisa dikatakan Feminis mengenai masalah ini, Seperti contohnya Julia Suryakusuma, Ibuisme Negara: Konstruksi Sosial Keperempuanan Orde Baru (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011)

2 2 kalangan masyarakat Indonesia menengah ke bawah. 3 Oleh sebab itu, tidak terlalu mengherankan jika banyak pihak yang menduga bahwa PKK terlahir pada masa Orde Baru. Pendapat diatas tidak sepenuhnya keliru, karena pada dasarnya PKK sebagai suatu bentuk gerakan yang tersistem dan menjadi wacana nasional memang diresmikan dan disebarkan secara luas pada periode ini. Namun juga tidak sepenuhnya benar. Mengapa? Jika dicermati lebih jauh mengenai tataran konsep serta ide-ide mengenai cikal-bakal gerakan ini, tidak bisa dibicarakan hanya pada masa Orde Baru saja, akan tetapi harus juga dibicarakan perihal pendidikan rumah tangga yang sudah terlembaga sejak jaman Kolonial Belanda. Gerakan PKK atau yang lebih familiar dengan sebutan gerakan Ibu-ibu PKK ini sangat erat kaitannya dengan sistem pendidikan tradisional untuk kaum perempuan yang terjadi pada masyarakat Indonesia. Pendidikan keperempuanan yang dimaksud ini adalah pendidikan yang dibangun dan dibentuk dengan tujuan khusus untuk memberikan keahlian bagi kaum perempuan, seperti 3 Ibid., hlm. 111

3 3 memasak, menenun, mencuci, dan pekerjaan rumah tangga 4 lainnya. Visi dari pendidikan sejenis ini adalah untuk menjadikan kaum perempuan sebagai calon istri dan ibu yang baik pada lingkup domestik, dalam bahasa lainnya bisa disebut juga pendidikan rumah tangga. Pendidikan sejenis ini mulai melembaga pada masa Hindia- Belanda 5, dan tetap berlanjut hingga pemerintahan Republik Indonesia terbentuk. Setelah mendapatkan legitimasi sebagai sebuah negara yang berdaulat dari kacamara internasional pada akhir tahun 1949, pemerintah mulai melakukan restorasi pendidikan terhadap masyarakat secara luas. Salah satu buktinya, Pemerintah Indonesia membentuk semacam pendidikan luar sekolah atau pendidikan 4Konsep ini mengacu pada pekerjaan perempuan di lingkungan domestik, yakni wilayah rumah tangganya sendiri. Dimana hal ini terjadi karena mayoritas adat dan budaya masyarakat Indonesia cenderung Patriarkat, terutama dari kalangan bangsawan, sehingga membagi dimensi ruang antara kaum perempuan yang lemahgemulai dan kaum laki-laki yang kuat-perkasa. Diskusi lebih lanjut lihat Sartono Kartodirdjo, Perkembangan Peradaban Priyayi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1987) hlm. 13 5Muharam E, Kebijaksanaan Pemerintah Kolonial Belanda Dalam Bidang Pendidikan Perempuan Pribumi di Hindia Belanda, Tesis S2, Universitas Indonesia, 1996, hlm 31

4 4 masyarakat guna memberikan pendidikan terkait kerumah-tanggaan hingga ke desa-desa. 6 Sejalan dengan hal di atas, pada sekitar tahun 1957, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menyelenggarakan seminar Home Economics di Bogor. Seminar ini dihadiri oleh wakilwakil berbagai instansi pemerintah, organisasi-organisasi perempuan dan lembaga kemasyarakatan. 7 Sebagai tindak lanjut dari seminar ini dibentuklah sebuah materi dari kementerian terkait mengenai Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), yang selanjutnya dikenal dengan nama 10 segi kehidupan keluarga atau 10 segi pokok PKK. Materi ini kemudian diimplementasikan dalam 2 jalur, yakni jalur sekolah formal melalui kurikulum pendidikan dan jalur non formal melalui kursus-kursus atau pendidikan non formal yang diselenggarakan Jawatan Pendidikan Masyarakat. 8 Selama masa konsolidasi untuk menyebarkan materi 10 segi kehidupan ini, pemerintah memutuskan untuk membentuk Pusat Latihan 6 Tim Penggerak PKK Pusat, Sejarah Gerakan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (Jakarta: Tim Penggerak PKK Pusat, 1993) hlm. 3 7Ibid., hlm. 5 8 Tim Penyusun Sejarah PKK Jawa Tengah, Sejarah Gerakan PKK di Jawa Tengah (Semarang: Yayasan Dono Dini, 1991), hlm. 10

5 5 Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PLPKK) pertama di Ragunan, Jakarta. Pendirian pusat latihan ini diharapkan untuk mencetak tenaga pelatih dan pendidik yang akan menyebarluaskan materi PKK tersebut. 9 Melalui undang-undang yang dikeluarkan pada tanggal 23 Januari 1950, Kabupaten Magelang ditetapkan sebagai wilayah administratif otonom di bawah Provinsi Jawa Tengah. 10 Sebelum memiliki Ibu Kota Kabupaten sendiri di daerah Mungkid, pemerintah daerah Kabupaten Magelang berkedudukan di Kota Magelang. Hadirnya undang-undang ini, menjadikan Kabupaten Magelang memiliki hak untuk mengatur urusan Rumah Tangga daerah sendiri, seperti Urusan umum, urusan Pemerintah umum, Agraria, Pengairan, Jalan, Gedung dan lain sebagainya termasuk pula di bidang pendidikan. Selain sekolah-sekolah formal seperti Sekolah Kepandaian Putri (SKP) dan Sekolah Guru Kepandaian Putri (SGKP) yang memberikan pelajaran-pelajaran domestik kepada kaum perempuan, Kabupaten 9Tim Penggerak PKK Pusat, op.cit., hlm Undang-undang No. 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Kabupaten-kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Tengah, Pasal 1 dan 2

6 6 ini juga telah memiliki pendidikan non formal bagi kaum perempuannya. Penggiat dari sekolah non formal ini kebanyakan datang dari kalangan organisasi perempuan seperti Perwari dengan sasaran kaum perempuan di pedesaan. Di dalam kaitannya dengan materi PKK, Kabupaten Magelang sebagai salah satu wilayah administratif Tingkat II Provinsi Jawa Tengah memiliki peranan yang sangat besar terkait penyebaran materi ini. Pada sekitar tahun 1963 di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang mendapat sebuah kehormatan dengan ditunjuk menjadi daerah Pusat Latihan PKK (PLPKK) pertama di Jawa Tengah. PLPKK ini ditempatkan di gedung PLPM (Pusat Latihan Pendidikan Masyarakat) yang dibentuk sekitar tahun Pada awalnya, sasaran PLPKK di Kecamatan Salaman ini terbatas hanya untuk penilik SD di Jawa Tengah, guru-guru SD dan TK, serta anggota dari organisasi perempuan di provinsi tersebut. 12 Pada sekitar tahun 1960-an, keadaan masyarakat di Kabupaten Magelang bisa dikatakan tidak stabil. Kecenderungan ekonomi yang semakin suram ketika era 60-an dengan diterapkannya 11Tim Penyusun Sejarah PKK di Jawa Tengah, op.cit., hlm Tim Penggerak PKK Pusat, op.cit., hlm. 11

7 7 sistem ekonomi yang bersifat nasional demokratis, nyatanya tidak terlalu berjalan dengan maksimal. Kecenderungan pengeluaran pemerintah yang setiap tahun semakin membesar akibat dari inflasi kenaikan harga-harga barang, membuat rakyat kecil semakin menderita. 13 Kondisi ini diperburuk dengan banyak desa-desa di Kabupaten Magelang yang terjangkit penyakit H.O (honger odem) atau busung lapar. 14 Berangkat dari hal tersebut, ibu Istriati Moenadi, selaku istri gubernur Jawa Tengah dan juga ketua umum Organisasi Pertiwi, berinisiatif untuk mempelajari materi pendidikan yang diajarkan di PLPKK Salaman tersebut untuk kemudian diterapkan di dalam salah satu program wajib organisasi Perwari. Pada akhirnya materi PKK ini dimasukkan kedalam program Pertiwi dan masuk dalam seksi Pendidikan Pertiwi. Bersamaan dengan itu, respon yang dikeluarkan oleh gubernur Jawa Tengah, Moenadi, sangat positif terhadap penyebarluasan materi PKK ini. Pada tahun 1967 Gubernur Moenadi memberikan instruksi untuk mengadakan latihan PKK kepada para kaum perempuan, terutama mereka yang aktif di organisasi-organisasi perempuan Jawa Tengah. Hingga pada 13 Nugroho Notosusanto, et al., Sejarah Nasional Indonesia VI (Jakarta: Balai Pustaka, 1984) hlm Agus Dono Karmadi, dkk., Moenadi: Gubernur Jawa Tengah Periode ( Semarang: Proyek Inventarisasi Sejarah dan Peninggalan Purbakala, 1994), hlm. 110

8 8 akhirnya munculah kader-kader atau tenaga operasional yang menyebarkan materi PKK dari pelatihan itu kepada masyarakat luas. Dengan tercetaknya kader-kader ini, kepengurusan PKK segera dibentuk dari tingkat propinsi hingga tingkat pemerintahan paling bawah seperti desa. Disepakati kemudian, bahwa ketua umum maupun ketua-ketua untuk setiap jenjang pemerintahan secara fungsional dijabat oleh istri kepala daerah setempat. Sedangkan anggotanya adalah sukarelawan dari tokoh-tokoh masyarakat. Kaderkader ini kemudian bergerak dengan berpedomankan materi PKK, yakni 10 segi kehidupan keluarga dan terjun langsung hingga menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Pada tahun 1969 tercatat bahwa Kabupaten Magelang telah memiliki kepengurusan PKK tingkat kabupaten untuk pertama kalinya, dengan istri dari bupati masa itu yang menjabat sebagai ketuanya, yakni Ibu Achmad. B. PERMASALAHAN DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN Pokok permasalahan skripsi yang memilih tema sosial-politik ini, adalah perkembangan gerakan PKK di Kabupaten Magelang pada masa Orde Baru. Berdasarkan pokok permasalahan utama tersebut dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian; kapan tepatnya materi PKK atau 10 Segi Pokok Kehidupan mulai masuk di wilayah

9 9 ini, bagaimana terciptanya kader-kader Tim Penggerak PKK, siapa saja orang-orang yang memiliki peranan penting di dalam proses pembentukan kader tersebut, dalam bentuk apa kader- kader ini melakukan fungsi sosial di dalam masyarakat Kabupaten Magelang dan sejauh mana negara melakukan kendali terhadap gerakan ini. Dalam setiap penulisan karya ilmiah, terutama keilmuan sejarah, pembatasan temporal dan spasial merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar kembali. Hal ini mengingat, penulisan sejarah bersifat Diakronis 15, yakni memanjang dalam waktu sehingga dibutuhkan kefokusan ruang lingkup penelitian. 1. Lingkup Spasial Lingkup spasial penelitian ini secara khusus adalah Kabupaten Magelang. Alasan diambilnya wilayah ini sebagai objek penelitian adalah karena pada wilayah ini menjadi saksi kemunculan kaderkader PKK pertama, sebelum menjadi wacana nasional 2. Lingkup Temporal Lingkup temporal penelitian ini adalah periode atau bisa dikatakan masa Orde Baru. Hal ini berkaitan dengan semakin 15 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang Budaya, 1995),hlm.108.

10 10 kuatnya peran negara terhadap kendali gerakan PKK yang memiliki struktur kepengurusan hingga di desa-desa. Pada masa ini pula, PKK diresmikan sebagai suatu gerakan atau organisasi yang mendukung program-program pembangunan Pemerintah Orde Baru. C. TUJUAN PENELITIAN Setiap karya ilmiah atau penelitian ilmiah tentu memiliki tujuan yang ingin dicapainya masing-masing, sehingga dengan kapasitasnya sebagai produk intelektual dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat secara luas. Begitu pun dalam hasil penelitian ini. Ada 2 kategori tujuan yang diharapkan dapat terpenuhi,yakni tujuan Substantif dan tujuan Historiografi. Tujuan Substantif: Melihat konstruksi sosial-budaya yang dilembagakan oleh negara, mampu untuk membuat stereotype mengenai arti dari sebuah kebenaran bagi masyarakat. Menganalisa posisi dan peran Gerakan PKK pada masa Orde Baru.

11 11 Tujuan Historiografis: Memberikan sudut pandang alternatif dalam melihat peristiwa-peristiwa sejarah di Indonesia, khususnya masalah perempuan Indonesia dari sudut pandang historis. Mendokumentasikan sejarah gerakan PKK di Kabupaten Magelang D. TINJAUAN PUSTAKA Kajian-kajian yang memiliki relevansi dengan tema Peranan Organisasi Wanita dalam perspektif historis di Indonesia telah banyak dilakukan oleh para ilmuwan (Saskia E. Wieringa, 2010; Julia Suryakusuma, 2011; Cora Vreede-De Stuers, 2008; Amurwani D. Lestari, 2011). Hal ini tentu akan memudahkan penulis untuk mencari semacam Framework dari aspek Historiografis. Guna mempermudah pemahaman kerangka historiografis tersebut, penulis mengklasifikasikan beberapa penelitian atau kajian yang terkait dengan tema ke dalam beberapa kategori. Ada 3 kategori yang diklasifikasikan untuk membuat daftar tinjauan terkait. Kategori yang pertama adalah dinamika gerakan perempuan di Indonesia, lalu Kategori kedua adalah peranan perempuan dalam pembangunan

12 12 desa pada masa Orde Baru, selanjutnya kategori yang terakhir adalah beberapa karya ilmiah yang menyinggung terbentuknya gerakan PKK. Untuk kategori pertama yakni dinamika gerakan perempuan di Indonesia. Ada lima karya tulis yang penulis tinjau. Yang pertama adalah buku Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia 16 karangan Tim KOWANI (Kongres Wanita Indonesia). Buku ini secara komprehensif memberikan gambaran terhadap sejarah organisasiorganisasi perempuan yang ada di Indonesia berikut peran sertanya di dalam periode sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan bangsa Indonesia. Akan tetapi, buku ini membatasi kajiannya terhadap perkembangan pergerakan wanita sebagai kesatuan pergerakan dan bukan perkembangan organisasi wanita satu-persatu secara mendetail. Lalu Karya Ilmiah selanjutnya adalah Sejarah Perempuan Indonesia: Gerakan dan Pencapaian 17 yang ditulis oleh Cora Vreede-de Stuers merupakan karya Indonesianis pertama yang mengungkapkan pergerakan perempuan nasional, baik dalam hal 16 Kowani, Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1978). 17 Cora Vreede-de Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia: Gerakan dan Pencapaian (Jakarta: Komunitas Bambu, 2008)

13 13 melawan adat maupun kolonial. Ada dua hal yang kiranya menjadi penting di dalam buku ini. Yang pertama, Cora secara jeli merekonstruksi mengenai identitas Perempuan Indonesia yang ditinjau dari asal-usul sosio-kulturalnya dan yang kedua adalah ia mampu untuk merekonstruksi kesadaran personal, kesadaran berorganisasi, hingga berujung kepada gerakan perempuan nasional dalam himpunan Perikatan Perempuan Indonesia (PPI). Karya ilmiah selanjutnya dari kategorisasi serupa adalah hasil disertasi Saskia E. Wieringa yang berjudul Penghancuran Gerakan Perempuan: Politik Seksual di Indonesia Pascakejatuhan PKI. 18 Buku ini menjelaskan mengenai pembungkaman Gerwani, sebagai organisasi perempuan terbesar pada masa itu, secara represif oleh rejim Orde Baru. Yang menarik adalah, jika studi Saskia ini dihubungkan dengan studi Cora Vreede de-stuers yang sama-sama berasal dari Belanda, maka terentanglah periodesasi gerakan perempuan di Indonesia yang bergerak secara diskontinuitas. Cora memulai dari kebangkitan perempuan kala membangun gerakan awal pada abad ke-20 dan Saskia melanjutkan dengan awal 18 Saskia E. Wieringa, Penghancuran Gerakan Perempuan: Politik Seksual di Indonesia Pascakejatuhan PKI (Yogyakarta: Galang Press, 2010)

14 14 penghancuran gerakan perempuan itu pada paro abad ke-20. Lalu buku terakhir juga ditulis oleh Saskia E. Wieringa dengan judul Kuntilanak Wangi: Organisasi-organisasi Perempuan sesudah Buku ini sebetulnya hasil penelitian singkat Saskia sebelum menulis desertasinya. Bisa dikatakan, karya ini merupakan tempat dimana Saskia menemukan Viewpoint pertamanya, terkait masalah organisasi-organisasi perempuan yang ada di Indonesia, terutama masalah Gerwani. Buku selanjutnya adalah buku yang berbahasa Belanda dengan judul De Inheemsche Vrouwenbeweging in Nederlandsch-Indie en het aandeel daarin van het Inheemsche meisje. 20 Buku ini memberi gambaran terkait organisasi-organisasi perempuan pribumi yang muncul pada masa pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda. Secara umum, buku ini hampir serupa dengan kajiannya Saskia E. Wieringa, namun yang membedakannya adalah buku ini hanya memberikan gambaran singkat mengenai organisasi-organisasi perempuan sebelum masa kemerdekaan Republik Indonesia 19Saskia Wieringa, Kuntilanak Wangi: Organisasi-organisasi Perempuan Sesudah 1950 (Jakarta: Kalyanitra, 1998) 20 Departement Van Onderwijs en Eeredients, De Inheemsche Vrouwenbeweging in Nederlandsch-Indie en het aandeel daarin van het Inheemsche meisje (Batavia: Landsdrujjerij, 1932)

15 15 Kategori selanjutnya, yakni peranan perempuan dalam pembangunan desa pada masa Orde Baru. Ada dua karya ilmiah yang penulis tinjau disini, pertama adalah buku yang ditulis oleh Pudjiwati Sajogjo dengan judul Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa. 21 Di dalam buku ini, Pudjiwati Sajogyo lebih menitikberatkan kepada permasalahan di sekitar analisis Peran Serta perempuan pada berbagai kedudukan atau posisi dalam keluarga, rumah tangga dan masyarakat luas, khususnya di desa. Dengan menggunakan pendekatan struktural fungsional yang terinspirasi dari Marion J. Levy, ada tiga hal penting yang disajikan oleh Pudjiwati. Pertama-tama adalah mengungkapkan kenyataan mengenai pola integrasi perempuan dalam hal produksi (nafkah), lalu yang kedua adalah mengenai pola integrasi perempuan dalam hal pekerjaan produktif yang tidak langsung menghasilkan dan terakhir mengenai partisipasi perempuan dalam proses pengambilan suatu keputusan. Karya ilmiah berikutnya yang ditinjau adalah Laporan Penelitian dari Dosen Antropologi FIB UGM, Pujo Semedi Hargo Yuwono, yang berjudul Peranan Perempuan Dalam Pembangunan 21 Pudjiwati Sajogyo, Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa (Jakarta: CV Rajawali, 1983)

16 16 Desa. 22 Hampir serupa dengan yang dikaji oleh Pudjiwati Sajogjo, yakni peran kaum perempuan dalam proses pembangunan di wilayah pedesaan, hanya Pujo lebih menitikberatkan penelitiannya di ranah Mikro, yakni di Desa Mangunan, Bantul. Berikutnya, ada lima karya ilmiah dalam klasifikasi terakhir. Buku yang pertama lahir dari tesis Julia Suryakusuma yang berjudul Ibuisme Negara: Konstruksi Sosial Keperempuanan Orde Baru. 23 Buku klasik mengenai konstruksi sosial keperempuanan di Indonesia ini, memperlihatkan Peribuan sebagai perantara hegemoni Negara otoriter paternalistik di segala bidang kehidupan yang menjamin kepatuhan rakyat. Buku ini pula menyajikan landasan kokoh untuk memahami gejala PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) sebagai organisasi perempuan ciptaan rezim Orde Baru sebagai upaya terselubung menguasai masyarakat. Karya selanjutnya adalah penelitian singkat berbentuk Jurnal Ilmiah yang dibuat oleh Saskia E. Wieringa Ibu or The Beast: Gender Interests in Two Indonesian 22Pujo Semedi Hargo Yuwono, Peranan Perempuan dalam Pembangunan Desa, Laporan Penelitian, FIB UGM, Julia Suryakusuma, op.cit.

17 17 Womans Organizations. 24 Penelitian singkat dari Saskia ini menghadirkan perbandingan secara struktural, ideologis, aktivitas, dan posisinya dalam negara antara dua organisasi perempuan terbesar yang dipisahkan oleh waktu, yakni Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) dengan PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga). Secara berani Saskia menyimpulkan bahwa Gerwani lahir dari para perempuan-perempuan yang kritis dan aktif untuk membangun Negara melalui cara pandang feminis, sedangkan PKK hadir dan muncul ke permukaan sebagai sebuah organisasi perempuan yang justru semakin melegitimasikan dan menguatkan subordinasi perempuan terhadap laki-laki. Selanjutnya karya Soenarti Hatmono yang berjudul Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. 25 Buku klasik ini merupakan buku pegangan PKK untuk sekolah umum dan Vak, terutama di Sekolah Lanjutan Atas (SLA) pada saat itu. Buku ini memberikan gambaran singkat mengenai latar-belakang terbentuknya ideologi PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga) yang menjadi cikal-bakal 24Saskia E. Wieringa, Ibu or The Beast: Gender Interests in Two Indonesian Womens Organization, Feminist Review, No. 41 (Summer, 1992), page Soenarti Hatmanto, Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1977)

18 18 dibentuknya organisasi PKK oleh Orde Baru. Soenarti Hatmono menguraikan ideologi PKK sebenarnya sudah terbentuk pada masa sebelum kemerdekaan dengan hadirnya sekolah-sekolah pendidikan keterampilan bagi perempuan pada masa itu yang tidak sedikit jumlahnya. Lalu yang terakhir ada dua karya yang sejenis, datang dari Kiayati Yusriyah Sudaryanto 26 dan tim penggerak PKK pusat. 27 Kedua buku ini menguraikan sedikit gambaran mengenai sejarah pkk sebagai suatu gerakan perempuan di dalam perspektif kekeluargaan. E. METODE DAN SUMBER PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang dikembangkan dalam bentuk deskriptif-analitis. Selaras dengan tema yang digarap, maka pendekatan yang digunakan adalah sosial-politik. Kendati demikian, sebagai satu tulisan ilmiah sejarah maka sudah seharusnya 26 Kiayati Yusriyah Sudaryanto, PKK: Gerakan Perempuan Dikendalikan Oleh Laki-Laki?, dalam Mayling Oey-Gardiner(ed.), Perempuan Indonesia: Dulu dan Kini. ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 1996) 27Tim Penggerak PKK Pusat, Sejarah Gerakan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (Jakarta: Tim Penggerak PKK Pusat, 1993)

19 19 menggunakan metode sejarah 28 dengan langkah-langkah sebagai berikut ; a) Mencari materi untuk dikerjakan atau mencari sumber informasi (Heuristik) Ada pun pengumpulan data (Heuristik) akan dilakukan dalam dua cara, yakni : 1. Kepustakaan (Library Research) Cara penelitian dengan metode ini memusatkan pencarian pada sumber-sumber pustaka, yakni dengan mengambil, menelaah, dari buku-buku, surat kabar, ataupun literaturliteratur lain yang berhubungan dengan tema yang akan dikerjakan. Beberapa tempat yang penulis kunjungi terkait penelitian nanti diantaranya, Perpustakaan FIB UGM, Perpustakaan UPT UGM, Perpustakaan Ignatius, Perpustakaan Kota Yogyakarta, Perpustakaan Daerah Yogyakarta, Arsip Nasional RI, Arsip Daerah Jawa Tengah, Arsip Kabupaten 28Metode Sejarah menurut Garraghan, dapat diartikan sebagai sebuah bagian penting yang sistematik dan aturan-aturan yang dibentuk untuk tujuan membantu secara efektif dalam mengumpulkan sumber-sumber material sejarah, menilai sumbersumber tersebut secara kritis dan memberikan sebuah sintesis (umumnya dalam bentuk tertulis) dari hasil pencarian yang dicapai. Mengenai hal ini lihat Gilbert J. Garraghan. A Guide to Historical Method ( New York, Fordham University Press, 1957), hlm.33

20 20 Magelang, Museum Pers di Solo, Kantor PKK Pusat Jakarta, Kantor PKK Jawa Tengah, dan Kantor PKK Magelang. 2. Wawancara (Interview) Guna melengkapi kelangkaan dokumen tertulis, dilakukan wawancara di lapangan terhadap orang-orang yang terlibat dengan tema penelitian ini. Ada beberapa informan yang turut berpartisipasi di dalam objek penelitian ini. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di bagian Daftar Pustaka. b) Penilaian terhadap materi atau sumber dari sudut pandang nilai bukti (Critism), tahap ini dikenal sebagai kritik sumber. Penulis akan menggunakan pendekatan kritik eksternal dan kritik internal pada proses ini. c) Pernyataan resmi atas penemuan heuristik dan kritik, yang termasuk dalam tahap ini adalah kumpulan-kumpulan data sejarah dan presentasi yang diberikan (umumnya dalam bentuk tertulis), dimana disinilah akan muncul kebenaran objektif dan signifikan. Tahap ini adalah tahap sintesis dan eksposisi.

21 21 d) Langkah selanjutnya adalah interpretasi yakni terdiri dari analisis dan sintesisis 29 hasil dari interpretasi inilah akan menemukan fakta-fakta. Fakta-fakta inilah yang kemudian menjadi bahan penulisan dan siap disajikan dalam tulisan yang sistematis. F. SISTEMATIKA PENULISAN Tulisan ini diawali dengan melihat sisi historis dari wilayah Kabupaten Magelang sebagai ruang atau spasial pada kajian penelitian ini. Di dalamnya juga ditambahkan kehidupan sosial masyarakat, terutama posisi perempuan di dalam sistem sosial yang terjadi di wilayah ini. Pada bab selanjutnya, penulis mulai menghadirkan rentetan peristiwa kronologis munculnya PKK sebagai sebuah gerakan dengan hadirnya para kader yang mengemban misi menyebarluaskan 10 Segi Pokok Kehidupan. Di samping itu dalam bab yang sama penulis melakukan sebuah rekonstruksi kegiatan penyebaran materi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang terdapat di Kabupaten Magelang, tepatnya di gedung PLPM, hingga kemudian berkembang 29Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta : Benteng Pustaka, 2005),hlm

22 22 menjadi sebuah gerakan perempuan terbesar di Kabupaten Magelang. Kemudian dalam bab 4 dijelaskan dinamika gerakan PKK Kabupaten Magelang, seperti aktivitas apa saja yang dilakukan dan bagaimana kebijakan negara mempengaruhi pola kerja dari gerakan ini. Penulis mengakhiri penelitian melalui suatu kesimpulan pada bab terakhirnya. Salah satu isi dari kesimpulan ini adalah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan di permasalahan penelitian. Di dalam kesimpulan ini pula, penulis memberikan gambaran periodesasi peristiwa-peristiwa penting yang ditemukan di dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA. Data Monografi Kelompok Kerja II TP PKK Kabupaten Magelang dari Magelang: TP PKK Kabupaten Magelang

DAFTAR PUSTAKA. Data Monografi Kelompok Kerja II TP PKK Kabupaten Magelang dari Magelang: TP PKK Kabupaten Magelang DAFTAR PUSTAKA ARSIP/DOKUMEN Data Monografi Kelompok Kerja II TP PKK Kabupaten Magelang dari 1984-1999. Magelang: TP PKK Kabupaten Magelang Data Monografi Kelompok Kerja III TP PKK Kabupaten Magelang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang. diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus,

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang. diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus, mengatur, mengembangkan, dan menyelesaikan urusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Gerakan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) atau yang. lebih dikenal saat ini dengan Gerakan Pemberdayaan Kesejahteraan

BAB V KESIMPULAN. Gerakan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) atau yang. lebih dikenal saat ini dengan Gerakan Pemberdayaan Kesejahteraan BAB V KESIMPULAN Gerakan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) atau yang lebih dikenal saat ini dengan Gerakan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga telah mengalami perjalanan historisnya yang panjang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. 1 Yang direkonstruksi ialah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjuangan yang dilakukan oleh kaum wanita di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perjuangan yang dilakukan oleh kaum wanita di Indonesia terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan yang dilakukan oleh kaum wanita di Indonesia terjadi sejak masa penjajahan Hindia Belanda. Pada abad ke-20 beberapa tokoh pejuang kaum wanita mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional telah memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu dalam penerimaan siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an,

BAB I PENGANTAR. yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pendaratan ikan berlangsung selama 24 jam dan tidak ada waktu khusus kapal mendarat. Kegiatan pendaratan ikan pada pagi hari, kebanyakan orang adalah nelayan, buruh nelayan

Lebih terperinci

MUATAN LOKAL DAN SEJARAH GARUT: PERSPEKTIF PAEDAGOGIS *)

MUATAN LOKAL DAN SEJARAH GARUT: PERSPEKTIF PAEDAGOGIS *) MUATAN LOKAL DAN SEJARAH GARUT: PERSPEKTIF PAEDAGOGIS *) Oleh: Andi Suwirta **) Pada tahun 1990-an, materi dalam Kurikulum Sejarah mulai diperkenalkan apa yang disebut dengan muatan lokal (mulok). Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain sumber daya manusia (man), sumber daya pembiayaan (money), sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. lain sumber daya manusia (man), sumber daya pembiayaan (money), sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi pasti mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang perlu dicapai melalui pelaksanaan kebijakan dan kegiatan organisasi secara terpola, terpadu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian yang penulis kaji mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Logo adalah tanda, lambang, ataupun simbol yang mengandung makna dan digunakan sebagai identitas sebuah organisasi, perusahaan atau individu agar mudah diingat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia, peran pemuda tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini dapat kita ketahui dari sejak masa lahirnya Budi

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah Indonesia, perjuangan perempuan di Indonesia telah ada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah Indonesia, perjuangan perempuan di Indonesia telah ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut sejarah Indonesia, perjuangan perempuan di Indonesia telah ada sejak abad ke-9 Masehi. Tokoh-tokoh pejuang perempuan yang terkenal dalam sejarah misalnya: Martha

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul relevansi pemikiran Mohammad Hatta di KUD Grabag pada era reformasi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. pada masa Orde Baru , (Yogyakarta: FIB UGM, 2013), hlm. 1.

BAB I Pendahuluan. pada masa Orde Baru , (Yogyakarta: FIB UGM, 2013), hlm. 1. 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Rojolele merupakan salah satu varietas lokal yang terkenal di wilayah Jawa Tengah. Varietas tersebut diakui masyarakat berasal dari Delanggu. Pemberian nama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi perkembangan kota-kota di Indonesia. Menurut Roosmalen setidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di Indonesia. Keadaan sosial dan ekonomi di Indonesia begitu buruk terutama untuk pendidikan pribumi

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang besar, yang memiliki keberagaman kehidupan dengan berbagai macam peristiwa sejarah. Salah satunya adalah sejarah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metodologi penelitian yang digunakan peneliti untuk mengkaji skripsi yang berjudul Peranan K.H Mas Mansur Dalam Perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai metode serta teknik penelitian yang digunakan peneliti untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi

Lebih terperinci

Gerwani dan Tragedi 1965

Gerwani dan Tragedi 1965 http://news.detik.com/read/2013/09/30/154108/2373384/10/sejarah-gerwis-dan-munculnya-gerwani?nd772204btr Senin, 30/09/2013 15:41 WIB Gerwani dan Tragedi 1965 Sejarah Gerwis dan Munculnya Gerwani Idham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya mempunyai kegiatan utama yang bergerak dibidang pertanian, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum

BAB I PENDAHULUAN. Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LatarBelakang Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum perempuan, sebagian besar masyarakat tentu lebih mengenal R.A Kartini. Memang, banyak tokoh perempuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai

III. METODE PENELITIAN. Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai III. METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan Pariwisata adalah asset yang dimiliki oleh Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan Pariwisata adalah asset yang dimiliki oleh Negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sejarah dan Pariwisata adalah asset yang dimiliki oleh Negara yang harus dijaga dan dilestarikan. Sejarah dan pariwisata adalah dua hal yang harus kita pelihara dan

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kajian yang penulis ambil dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung Tahun 1901-1942. Untuk membahas berbagi aspek mengenai judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut Tahun 1985-1998 ini menggunakan

Lebih terperinci

2014 PEMIKIRAN MUBYARTO TENTANG EKONOMI INDONESIA

2014 PEMIKIRAN MUBYARTO TENTANG EKONOMI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Ekonomi disuatu Negara memang sudah menjadi sebuah keharusan yang tidak bisa ditinggalkan atau dikesampingkan karena pada hakikatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 13 fakultas yang ada di USU.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dari 13 fakultas yang ada di USU.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan salah satu fakultas dari 13 fakultas yang ada di USU.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan fakultas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. atau tujuan pemecahan masalah (P. Joko Subagyo, S.H 2006 : 1).

METODE PENELITIAN. atau tujuan pemecahan masalah (P. Joko Subagyo, S.H 2006 : 1). 17 III. METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian merupakan langkah penting karena metode dapat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah penelitian. Metode berasal dari bahasa Yunani methodos berarti

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (PLPG IPS)

KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (PLPG IPS) KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (PLPG IPS) KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU (KSG) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 0 KISI-KISI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang digunakanuntuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1958 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan Nasionalisasi perusahaan asing. Salah satunya Pabrik Gula (PG) Karangsuwung yang berubah status menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang sederajat dengan laki-laki hanya saja terdapat perbedaan fisik dan kodrat. Sebagai sesama manusia, laki laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG 1. 2.1. Profil Singkat Badan Pusat Statistik Kota Magelang BPSadalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. pembangunan masyarakat di pedesaan. Melalui program KKN, mahasiswa di

BAB I PENGANTAR. pembangunan masyarakat di pedesaan. Melalui program KKN, mahasiswa di BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu kegiatan intrakurikuler yang memiliki tujuan memadukan pelaksanaan konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi, melalui upaya pengerahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi bangsa Indonesia pada masa awal kemerdekaan masih sangat buruk. Proses pergantian pemerintahan dari kolonial ke republik menimbulkan gejolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran media komunikasi sangat berjasa dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan, perasaan senasib sepenanggungan, dan pada akhirnya rasa nasionalisme yang mengantar bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. TempatPenelitian Penelitian yang berjudul peran liga demokrasi dalam demokrasi terpimpin, menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewan Mahasiswa dan Majelis Mahasiswa merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Dewan Mahasiswa dan Majelis Mahasiswa merupakan lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewan Mahasiswa dan Majelis Mahasiswa merupakan lembaga kemahasiswaan tingkat universitas pertama kali dikenalkan sekitar 1952 pada jamannya Kusnadi Hardjosoemantri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengkaderan, perjuangan ataupun pergerakan. Bila ditelusuri, kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN. pengkaderan, perjuangan ataupun pergerakan. Bila ditelusuri, kaum perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perempuan 1 Indonesia turut berperan aktif dalam organisasi pengkaderan, perjuangan ataupun pergerakan. Bila ditelusuri, kaum perempuan adalah kelompok

Lebih terperinci

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Namibia merupakan negara mandat dari Afrika Selatan setelah Perang Dunia I. Sebelumnya, Namibia merupakan negara jajahan Jerman. Menurut Soeratman (2012,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal - usul, dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal - usul, dan/atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa

penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa 21 A. Metode yang digunakan Berdasarkan permasalahan yang penulis rumuskan maka untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga data relevansinya dengan tujuan yang akan dicapai. Pada penelitian ini penulis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sesuai dengan karakteristik objek penelitian berupa berbagai peristiwa di masa lampau, maka metode penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk menyusun karya ilmiah ini,

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 71 Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Jl. Medan Merdeka Barat Nomor 15, Jakarta 10110 Telepon/Faksimile (021) 3805542

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode adalah cara atau jalan yang digunaan peneliti untuk menyelesaikan suatu masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara atau jalan yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara atau jalan yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode adalah cara atau jalan yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu permasalahan di dalam suatu kegiatan penelitian. Metode yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. organisasi-organisasi pergerakan yang lain. Budi Utomo, disamping dikenal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. organisasi-organisasi pergerakan yang lain. Budi Utomo, disamping dikenal BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Munculnya berbagai perkumpulan atau organisasi berlandaskan pendidikan dan politik bertugas untuk mensejahterakan bangsa Indonesia terutama di bidang pendidikan agar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang peneliti gunakan untuk mengkaji skripsi yang berjudul Pemikiran Imam Khomeini Tentang Wilayatul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat.

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pergerakan nasional yang muncul di kalangan pribumi lahir dari rasa persatuan dan kemanusiaan yang tinggi dari para golongan terpelajar yang pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Salatiga. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah: 1. Sekolah Guru B di Salatiga menjadi salah satu pilot

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN KADER PKK SEBAGAI MOTOR PEMBANGUNAN

MODEL PENGEMBANGAN KADER PKK SEBAGAI MOTOR PEMBANGUNAN MODEL PENGEMBANGAN KADER PKK SEBAGAI MOTOR PEMBANGUNAN Oleh: Trisakti Handayani Pada: Capacity Building bagi Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Malang: Optimalisasi Peran Perempuan dalam Pembangunan 25

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2)

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) RESUME BUKU Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) Penulis : Sartono Kartodirdjo Judul : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (penelitian kancah / field research) dilakukan di dalam medan yang sebenarnya untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ-organ yang menjalankan fungsi masyarakat. Lembaga dapat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ-organ yang menjalankan fungsi masyarakat. Lembaga dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga dalam artian sosiologi, dapat ditemukan dalam buku Herbert Spencer yang berjudul First Principles, maksudnya lembaga digambarkan sebagai organ-organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka dimana, sebagian besar interaksi adalah sekelompok manusia yang bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah salah satu partai yang berjaya pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah salah satu partai yang berjaya pada masa BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah salah satu partai yang berjaya pada masa orde lama. PKI memiliki tujuan mengubah ideologi Pancasila menjadi komunis. Keterlibatan

Lebih terperinci

STUDI LAPANGAN BAGI PENELITIAN SEJARAH

STUDI LAPANGAN BAGI PENELITIAN SEJARAH STUDI LAPANGAN BAGI PENELITIAN SEJARAH MAKALAH disampaikan dalam kegiatan Bimbingan Teknis Penelitian, diselengggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung, di Hotel Agusta Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Untuk mengetahui kejadian di masa lampau itu kita dapat dipelajari dari buktibukti yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Historis. Menurut H. Roeslan Abdulgani yang dikutip oleh Hugiono dan P.K.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Historis. Menurut H. Roeslan Abdulgani yang dikutip oleh Hugiono dan P.K. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Historis Menurut H. Roeslan Abdulgani yang dikutip oleh Hugiono dan P.K. Poerwantana mengatakan sejarah adalah Salah satu bidang ilmu yang meneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angkutan kota merupakan unsur yang penting dan. mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angkutan kota merupakan unsur yang penting dan. mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkutan kota merupakan unsur yang penting dan mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan lingkungan kehidupan kota yang produktif dan merupakan satu aspek dari

Lebih terperinci