BAB I PENGANTAR. Keberadaan kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia tidak pernah. lepas dari kekuatan militernya. Militer merupakan sebuah kekuatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. Keberadaan kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia tidak pernah. lepas dari kekuatan militernya. Militer merupakan sebuah kekuatan"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Keberadaan kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia tidak pernah lepas dari kekuatan militernya. Militer merupakan sebuah kekuatan yang utama dalam menjaga kestabilan dan keamanan wilayah kekuasaan Hindia Belanda. Kekuatan militer juga merupakan institusi modern pada masanya dan sebagai penentu berbagai modernitas yang terjadi, militer juga memiliki peran sebagai agen modernitas. Maka tidak mengherankan apabila elemen elemen di dalamnya juga mengandung unsur modernisasi. Salah satu elemen yang mengalami modernitas adalah elemen kesehatan, yang ditandai dengan keberadaan rumah sakit militer sebagai sarana pemerintah dalam sistem kesehatan Hindia Belanda. Rumah sakit militer sebagai elemen modern dalam bidang kesehatan memiliki tugas dan peranan sebagai sarana untuk penjaga kesehatan dan mengobati anggota militer yang sakit. Modernisasi rumah sakit militer terlihat dari penyediaan peralatan dan para tenaga medis yang dimiliki. Para dokter yang dipekerjakan di rumah sakit 1

2 militer jauh lebih banyak ketimbang rumah sakit non militer. Modernisasi peralatan medis juga semakin ditingkatkan setiap tahunnya. Bahkan ketika jaman pemerintahan Daendels, rumah sakit militer banyak mengalami kemajuan yang luar biasa 1. Keberadaan rumah sakit militer merupakan sebuah wujud nyata keseriusan pemerintah Hindia Belanda dalam menjaga kesehatan anggota militernya. Disamping untuk menjaga kesehatan para anggota militer, rumah sakit militer juga sebagai sarana mengembangkan ilmu kedokteran Barat di wilayah Hindia Belanda. Dalam perwujudannya tersebut rumah sakit militer juga dilengkapi dengan poliklinik 2. Sasaran utama rumah sakit militer adalah para anggota militer dan keluarganya. Bagi pemerintah Hindia Belanda keberadaan mutu kesehatan para anggota militer merupakan hal yang paling utama. Karena kekuatan militer yang baik dalam sebuah wilayah sangat bergantung pada keadaan mutu kesehatan para anggotanya. 1 D. Schouten, Geneeskundige In Nedeerlandsch-Indie, Gedurende de negentiende eeuw (Weltevreden: DVG, 1936), hlm Satrio, dkk., Sejarah Kesehatan Nasional Indonesia Jilid I, (Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1978), hlm

3 Kesehatan para anggota militer merupakan sebuah faktor penting untuk mencapai keberhasilan dalam sebuah tugas militer. Maka, para anggota militer dalam melakukan kewajiban tugasnya harus diimbangi dengan kesehatan fisik dan mental yang baik pula. Banyaknya operasi militer yang terjadi di daerah membuat tugas wajib berperang para anggota militer semakin banyak. Dengan banyaknya tugas wajib perang tersebut, aktivitas tubuh para anggota militer menjadi meningkat sehingga keadaan kesehatan dana daya tubuh para anggota militer menjadi mudah lelah dan melemah. Hal tersebut mengakibatkan tubuh rentan terserang banyak penyakit. Penyakit yang menjangkiti para anggota militer pun sangat beragam. Hal ini dikarenakan banyaknya daerah tugas yang harus didatangi. Seperti yang pernah terjadi pada anggota militer korps Afrika dan korps serdadu Eropa yang selama bertugas di beberapa wilayah konflik diketahui beberapa diantaranya yang meninggal karena diserang oleh beberapa penyakit 3. Salah satu penyakit yang menyerang selama berada di daerah perang adalah penyakit yang berasal dari virus penyakit kelamin, seperti Herpes, Syphilis, Morbiveneris dan beberapa 3 Ineke van Kessel, Serdadu Afrika Di Hindia Belanda , (Jakarta; Komunitas Bambu, 2011), hlm;

4 penyakit kelamin lainnya 4. Virus - virus ini banyak ditemukan di lingkungan sosial militer. Baik virus yang dibawa dari lingkungan sosial selama bertugas di daerah maupun lingkungan sosial di dalam barak. Serangan virus virus penyakit kelamin yang menyebabkan banyaknya anggota militer terjangkit beberapa jenis penyakit kelamin cukup meresahkan pemerintah Hindia Belanda sepanjang abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Keresahan pemerintah Hindia Belanda tersebut dikarenakan banyaknya laporan tentang jumlah anggota militer yang terserang penyakit kelamin. Hingga akhir abad ke-19 pun jumlah anggota militer yang terjangkit penyakit kelamin semakin meningkat. Seperti yang pernah dilaporkan oleh Dinas Kesehatan mengenai data anggota militer yang terjangkit penyakit kelamin 5. Dengan banyaknya jumlah anggota militer yang terjangkit penyakit 4 Di dalam data data arsip tidak ditemukan data data yang menjelaskan nama nama virus lain tersebut. Hal ini dimungkinkan karena perkembangan dunia kesehatan pada masa kolonial belum semaju saat ini. 5 Dalam data arsip disebutkan bahwa; untuk kasus morbiveneris paling banyak terjadi pada tahun 1887 dan Sedangkan paling sedikit terjadi pada tahun Sedangkan untuk kasus penyakit Syphilis sendiri mengalami peningkatan jumlah penderita ada di tahun Sedangkan untuk jumlah pengidap paling sedikit ada di tahun Sumber BT. 10 Agustus 1891 No. 4; Burgelijk Geneeskundige Dienst van 260, tanggal 8 April

5 kelamin, maka keberadaan dunia militer sebagai lembaga utama yang bertanggung jawab menopang dan menjaga stabilitas keamanan dan kekuatan pemerintah kolonial akan terancam. Kekawatiran pemerintah Hindia Belanda terhadap peningkatan jumlah anggota militer yang menderita penyakit pada abad ke-19, dibarengi pula dengan maraknya dunia prostitusi di wilayah Hindia Belanda pada abad ke-19. Pemerintah Hindia Belanda melihat maraknya dunia prostitusi dan pelacuran terselubung akan membawa dampak yang buruk pada perkembangan sosial dan kesehatan dalam masyarakat. Salah satu dampak buruk yang ditimbulkan adalah munculnya wabah penyakit kelamin 6. Dengan adanya dampak yang ditimbulkan, pemerintah Hindia Belanda mulai terusik dengan keberadaan dunia prostitusi serta para pekerjanya. Sehingga pemerintah mulai mencurigai para wanita pekerja di dunia prostitusi sebagai agen pembawa dan penyebar virus penyakit kelamin. Kecurigaan pemerintah Hindia Belanda tersebut didukung dengan adanya Surat Laporan Komandan Pasukan Departemen 6 Peter Boomgaard, Children of the Colonial State : Population Growth and Economic Development in Java, ,(Amsterdam : Free University Press,1989), hlm

6 Pertahanan Keamanan kepada Gubernur Jendral Hindia Belanda pada tanggal 15 November 1900 No Suratnya itu mengatakan bahwa berdasarkan penelitian terhadap prostitusi di wilayah Hindia Belanda, disinyalir bahwa dari para wanita inilah anggota militer terkena penyakit kelamin. Dalam laporan itu juga disebutkan bahwa jumlah anggota militer yang terjangkit cukup besar, yaitu mencapai personil pertahunnya. Dengan adanya laporan tersebut maka keadaan penyakit kelamin di kalangan militer yang disebabkan oleh prostitusi sangat memperihatinkan. Sehingga pemerintah Hindia Belanda perlu turun tangan untuk mengatasi wabah penyakit kelamin di kalangan anggota militer. B. Permasalah dan Ruang Lingkup. Masalah pokok yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai meluasnya penderita penyakit kelamin dikalangan militer dan tindakan pemerintah Hindia Belanda untuk mengatasi masalah tersebut. Masalah wabah penyakit kelamin yang pernah menyerang para anggota militer merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kesehatan para anggota militer. Dalam 7 Satrio, dkk., op.cit., hlm

7 penelitian ini, fokus utama ada pada sebab dan proses mewabahnya penyakit kelamin dikalangan anggota militer. Penelitian ini dimulai dengan membahas mengenai kehidupan sosial para anggota militer yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan serta proses masuknya penyakit kelamin di kalangan anggota militer Hindia Belanda. Sehingga muncul pertanyaan bagaimana proses masuk dan berkembang wabah penyakit kelamin dikalangan militer Hindia Belanda? pertanyaan ini membahas mengenai sejak kapan, faktor apa saja yang menyebabkan penyakit kelamin menjangkiti para anggota militer Hindia Belanda. Selanjutnya timbul pertanyaan, sejauh mana kepedulian pemerintah Hindia Belanda terhadap keberadaan penyakit kelamin di kalangan anggota militer Hindia Belanda? dan pertanyaan terakhir mengenai, seperti apa reaksi pemerintah terhadap wabah penyakit kelamin yang menyerang para anggota militer Hindia Belanda serta apa saja bentuk bentuk keseriusan pemerintah Hindia Belanda untuk menanggulangi wabah penyakit kelamin di kalangan korps militer Hindia Belanda?. Ruang lingkup dari penelitian ini adalah hubungan antara dunia militer dan dunia kesehatan yang dibahas ke dalam satu tema besar mengenai sejarah pemberantasan penyakit kelamin di kalangan 7

8 anggota militer oleh pemerintah Hindia Belanda. Oleh karena itu wilayah Negara Hindia Belanda sebagai wilayah kajian dalam penelitian ini. Sedangkan untuk periodesasi dimulai dari akhir abad ke-19 hingga tahun 1920an yang diawali munculnya UU kesehatan antara militer dan sipil. Hal penting lain ada pada tindakkan tindakkan dalam bentuk beberapa kebijakan kesehatan yang diambil oleh pemerintah Hindia Belanda terkait wabah penyakit kelamin di kalangan militer sepanjang akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Wilayah kajian dalam penelitian ini mencakup wilayah militer pada masa Hindia Belanda. Pemilihan tahun awal penelitian ini adalah tahun 1800an karena pada tahun ini mulai gencar masuk wabah virus penyakit kelamin di kalangan militer Hindia Belanda. Sehingga sepanjang tahun 1800an hingga awal 1900an terjadi banyak peristiwa kesehatan di kalangan militer khususnya mengenai masalah penyakit kelamin. Akhir temporal dari penelitian ini adalah tahun 1920 karena pada tahun ini mulai ditetapkannya prosedur penanganan medis. Prosedur ini berupa UU Kesehatan mengenai pembagian penanganan kesehatan untuk kalangan militer dan sipil. 8

9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penulisan karya ini memiliki empat tujuan utama yaitu pertama, mengetahui bentuk kehidupan seksual para anggota militer pemerintah Hindia Belanda dengan menggali arsip dan data militer pada masa tahun 1800an hingga 1920an. Kedua, memahami proses masuk dan berkembangnya wabah penyakit kelamin di kalangan anggota militer. Ketiga, Menganalisa penyebab meningkatnya jumlah penderita penyakit kelamin pada tahun an di kalangan anggota militer yang. Setelah mengamati proses prosistusi di kalangan militer. Tujuan keempat adalah menganalisi reaksi dan tindakan pemerintah Hindia Belanda dalam menangani masalah peningkatan jumlah penderita wabah penyakit kelamin dikalangan anggota militer Hindia Belanda. Setelah pemerintah bereaksi dengan mengeluarkan banyak kebijakan, maka tujuan akhir atau kelima dalam penulisan karya ini adalah melihat dampak yang dihasilkan dari kebijakan pemerintah Hindia Belanda tersebut. Dampak dalam karya ini dibagi dalam dua bagian, yaitu: melihat dampak sosial dan melihat dampak di dunia kesehatan militer. 9

10 D. Tinjauan Pustaka Penelitian dengan tema sejarah kesehatan dalam dunia akademis bukanlah hal yang baru lagi. Tulisan dengan tema tema tersebut sudah cukup banyak. Baik yang secara langsung membahasa atau hanya menyertakannya saja sebagai suatu subbab dalam sebuah karya tulis. Sedangkan penelitian sejarah kesehatan yang secara khusus menekankan kasus mengenai penyakit kelamin di kalangan militer maupun dunia kesehatan militer bisa dikatakan belum terlalu banyak. Salah satu karya ilmiah yang menggambarkan mengenai dunia kesehatan militer adalah tulisan Baha Uddin 8. Dalam karya tulis ilmiahnya Baha Uddin menuliskan mengenai penanganan dan kebijakan kesehatan dalam dunia militer. Beliau memberikan penjelasan mengenai bagaimana pemerintah kolonial dalam menjalankan kebijakannya mengelola kesehatan pada tahun sebelum 1906an. Adanya data pembanding mengenai penanganan kesehatan masyarakat sipil oleh pemerintah kolonial melalui dinas kesehatan kolonial memberikan gambaran kuat dalam menggambarkan pola pikir kritis si penulis. 8 Baha Uddin, Dari Subsidi Hingga Disentralisasi; Kebijakkan Pelayanan Kesehatan Kolonial di Jawa ( an), Tesis S-2 Program Studi Sejarah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,

11 Sedangkan pada tulisan milik Gani A. Jaelani 9, dijelaskan dalam karyanya tersebut Gani mencoba membuktikan mengenai keberadaan penyakit Syphilis sebagai penyakit kelamin yang mematikan di kalangan masyarakat Jawa pada tahun tersebut. Kejelian melihat sebuah penyakit Syphilis dari beberapa elemen masyarakat dan bagaimana proses pencegahannya. Ia ingin memberikan sebuah gambaran yang nyata mengenai perkembangan penyakit kelamin itu sendiri dari dua elemen masyarakat yaitu para pekerja perkebunan dan militer. Keberadaan penyakit kelamin sendiri yang timbul di dalam dunia militer ternyata tidak begitu saja muncul. Adanya banyak faktor sosial di luar militer yang menjadi penyebab. Salah satu faktor sosial tersebut adalah mengenai pola seksual dalam masyarakat. Pola inilah yang diteliti oleh Gayung Kasuma 10 dalam karya tesisnya, pada karyanya tersebut masalah sosial, pola seksual yang bebas, prostitusi dan aborsi memiliki keterkaitan satu sama lain. Lebih mendalam lagi mengenai 9 Gani A. Jaelani, Penyakit kelamin di Jawa , (Syabas Book, Bandung, 2013). 10 Gayung Kusuma, Perubahan Sosial dan Kecenderungan Masyarakat Kahidupan Seksual di Jawa Awal Abad XX, Tesis S-2 Program Studi Sejarah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,

12 faktor faktor yang perlu diketahui sebagai pendukung perkembangan penyakit kelamin di kalangan militer. Selain faktor sosial sebagai pendukung, munculnya wanita sebagai salah satu faktor penyebaran penyakit kelamin ke dalam kehidupan militer memang tidak dapat dipungikiri. Dengan adanya peran wanita sebagai pelaku prostitusi terselubung di dalam pemrintahan membuat munculnya usaha pemerintah Hindia Belanda untuk memenuhi pasokan wanita secara tidak langsung pada masa itu. Dalam karya buku milik Leonard Blusse 11, ia menulis mengenai bagaimana keadaan sosial dan ekonomi masa kolonial memberikan dampak yang luar biasa besar terhadap para wanita dan masyarakatnya. Peran para wanita cukup besar bila digambarkan dalam karyanya. Wanita sebagai pelaku prostitusi juga dijelaskan oleh Lamijo 12. Lamijo menjelaskan bahwa pelacuran merupakan fenomena sosial yang senantiasa hadir dan berkembang di setiap putaran roda zaman. 11 Leonard Blusse, Persekutuan Aneh. Pemukiman Cina, Wanita Peranakan, dan Belanda Di Batavia, (Yogyakarta: LKIS, 2004). 12 Lamijo, Prostitusi di Jakarta Dalam Tiga Kekuasaan, : Sejarah dan Perkembangannya, Lembaran Sejarah IV(2), Yogyakarta:

13 Dimana pelacuran tidak pernah habis untuk dikupas, apalagi di hapuskan. Karya Lamijo dalam mengupas masalah prostitusi dalam tiga Zaman mampu melihat efek yang terjadi dalam dunia prostitusi setalah tahun 1920 di Jawa khususnya Batavia dengan sangat baik. Dimana ia menggambarkan bahwa prostitusi tidak begitu saja berdiri namun banyak faktor pendukung yang menyertai. Seperti yang ia katakana bahwa pasca UU Agraria tahun 1870 memberikan banyak dampak dalam pola kehidupan masyarakat yang mampu mengarahkan pada sebuah kebutuhan selain primer sekunder dan tersier yaitu kebutuhan mengenai hiburan. Kebutuhan akan hiburan mendorong seseorang menjadi pelaku dalam prostitusi, John Ingleson 13 menuliskan bahwa modernitas ekonomi perkebunan yang terjadi sepanjang tahun 1870an hingga menuju tahun 1900an menjadi salah satu faktor akan munculnya masalah pola seksual menjadi lebih bebas dan terbuka. Hal ini disebabkan karena banyaknya permintaan akan buruh sebagai pekerja dalam sektor ekonomi khususnya perkebunan, untuk melakukan 13 Ingleson, John, Prostitution in Colonial Java, dalam David P. Chandler dan M.C. Ricklefs (eds.), Nineteenth and Twentieth Century Indonesia: Essays in honour of Professor J.D Legge. Victoria: Southeast Asian Studies,

14 perpindahan dari tempat asal menuju ke tempat kerja yang baru. Perpindahan tersebut dengan meninggalkan keluarga asal dan istri atau pasangan. Dengan adanya keadaan yang jauh dari keluarga maka kebutuhan seksual dipenuhi di wilayah tinggal yang baru. Sehingga keadaan hubungan seks yang bebas dan terbuka ini menjadi hal biasa bagi para pekerja perkebunan yang jauh dari keluarga dan pasangan. Keadaan mengenai kesadaran akan kehidupan seks yang bebas ternyata tidak dibarengi dengan kesadaran akan kesehatan, sehingga para pelaku prostitusi kurang memahami akibat dari kehidupan seks yang bebas. Selain itu kurangnya kepedulian pemerintah terhadap keadaan minim pengetahuan kesehatan juga menjadi pendukung masuknya penyakit kelamin. Seperti yang ditulis oleh Peter Boomgaar 14, ia menuliskan mengenai dunia kesehatan pada awalnya masa kolonial dimana dunia kesehatan di kalangan masyarakat Eropa yang terbawa oleh penduduk Eropa yang tinggal di Hindia belanda mengalami perbedaan yang sangat jauh dengan cara penanganan masyarakat pribumi yang masih sangat tradisional bila dilihat dengan kaca mata saat ini. Adanya pembedaan penanganan yang terjadi 14 Peter Boomgaard, Health Care In Java, Past and Present, (Leiden: KITLV Press, 1996) 14

15 dikalangan masyarakat menjadikan kebijakkan pemerintah perlu untuk dikaji kembali terkait pemberantasan penyakit kelamin. Kebijakkan kebijakkan kesehatan pemerintah kolonial secara umum dapat dilihat dalam karya yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan yang berjudul Sejarah Kesehatan Nasional Indonesia Jilid Pada buku ini digambarkan mengenai penyelenggaraan kesehatan pada tiga pembagian masa yaitu: pada masa penjajahan Belanda tahun , masa pendudukkan Jepang , hingga pada masa perang kemerdekaan Kejelian dan totalitas para penulis sebelumnya inilah yang membuat penulis tertantang untuk menulis sebuah karya mengenai sejarah kesehatan, khususnya sejarah kesehatan di dunia militer pada masa kolonial. Jika melihat dari berbagai karya karya di atas belum ada yang membahas secara khusus mengenai strategi pemberantasan penyakit kelamin di kalangan militer dan apa saja penyakit penyakit yang menjangkiti para anggota militer, dengan memasukkan beberapa literatur dunia medis sebagai acuan untuk melihat data arsip penyakit 15 Satrio, dkk, Sejarah Kesehatan Nasional Indonesia I, (Jakarta: Depkes, 1978). 15

16 serta gejala yang ditimbulkan. serta dampak apa yang timbul dalam dunia kesehatan militer. E. Kerangka Konseptual Keberadaan manusia dengan lingkungannya merupakan sebuah hubungan yang saling memberikan pengaruh satu sama lain. Manusia sebagai pengkonsumsi semua hal yang disediakan oleh lingkungan merupakan sebuah kewajaran sebagai pemenuh kebutuhan hidup. Ketika pola lingkungan yang berprostitusi terbentuk maka akan timbul resiko. Salah satu resiko yang muncul adalah resiko kesehatan. Resiko kesehatan tersebut bisa berupa penyakit. Penyakit yang muncul salah satunya adalah penyakit kulit dan kelamin. Penyakit kulit dan kelamin muncul juga dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak sehat serta pengetahuan masyarakat disekitarnya yang kurang mengerti mengenai berhubungan seksual secara sehat. Penyakit kelamin tidak menyebar begitu saja. Bila berada dalam lingkungan prostitusi maka dapat dilihat bahwa para PSK sebagai salah satu agen pembawa dan penyebar penyakit kelamin. Menurut Sarwono perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta 16

17 tindakkannya yang berhubungan dengan kesehatan. Beberapa Aspek dari dalam individu juga sangat berpengaruh terhadap pembentukkan dan perubahan perilaku dalam persepsi, motivasi dan emosi. Salah satu aspek yang turut menentukan perilaku individu dalam masyarakat adalah motivasi yang timbul karena adanya suatu kebutuhan atau norma yang harus dipenuhi 16 Kondisi sosial para anggota militer pada abad ke 19 memang tidak pernah lepas dari berbagai macam tugas wajib dari pemerintah Hindia Belanda. Salah satunya adalah menjaga stabilitas keamanan pemerintah Hindia Belanda. Berbagai macam pergolakkan yang terjadi di daerah membuat mereka harus selalu sehat dan siap. Dengan adanya kesadaran ini maka pemerintah menjadikan militer sebagai sebuah institusi yang modern, termasuk dalam masalah penanganan kesehatan. Munculnya wabah penyakit kelamin dikalangan anggota militer menjadi sebuah ketakutan tersendiri untuk pemerintah. Salah satu ketakutan tersebut mengenai ancaman pergolakan kekuatan daerah yang mengancam keberadaan pemerintah Hindia Belanda. Namun 16 Sarwono, S., Sosiologi Kesehatan, (Yogyakarta; Gadjah Mada U niversity Press, 1997) hlm

18 dalam sisi para keanggotaan militer sendiri dapat dilihat bahwa keberadaan penyakit kelamin yang menjangkiti mereka merupakan sebuah konsekuensi wajar akan perilaku seksual yang tidak sehat. Menurut Ogden L proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara lain adalah faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor dari luar seperti budaya, pelayanan, demografi, epidemiologi, kultur dan konsekuensi dari perilaku itu sendiri. Faktor dari dalam antara lain pengetahuan, sikap, tujuan, besarnya resiko dari perilaku, besarnya norma sosial yang mempengaruhi 17. Rutinitas serta aktivitas sosial di dalam barak para anggota militer menjadi salah satu faktor penting yang melatar belakangi proses masuknya penyakit kelamin. Tuntutan kebutuhan biologis setiap anggota, pertukaran budaya dan keberadaan para PSK yang belum terawasi, minimnya pengetahuan seksual membuat sebuah dorongan besar untuk timbulnya penyakit kelamin. Dengan munculnya penyakit kelamin ini secara tidak langsung akan menggangu kesehatan para 17 Ogden. L, Shepperd, M. Smith, A.W, The Prevention Marketing Ini tiative. Applying Prevention Marketing (1996), hlm

19 anggota. Dengan adanya anggota militer yang tidak sehat maka kekuatan pemerintah juga akan terganggu. Adanya kenyataan ini secara tidak langsung pemerintah kolonial mulai membangun jaringan kesehatan di dalam militer sendiri. Ketakutan yang terjadi pada pemerintah menyebabkan munculnya beberapa peraturan yang dirasa sangat menyudutkan para PSK. Namun dengan adanya penyakit kelamin yang mewabah, secara tidak langsung akan memunculkan banyak akibat yang timbul dalam dunia medis militer. F. Sumber Penulisan dan Metode Penelitian Penulis dalam melakukan penulisan karya ini menggunakan metode penelitian sejarah menurut Kuntowijoyo. Dalam memperoleh jawaban dari permasalah penelitian tersebut penulis melakukan beberapa tahap penelitian sebagai berikut: (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), (4) interpretasi: analisis dan sintesis, dan (5) penulisan 18, meskipun tidak sepenuhnya tahapan dilakukan, namun sebagian besar penulis 18 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang, 2005), hlm

20 beracuan pada langkah langkah tersebut. Sehingga pada prosesnya penulis melakukan tahap tahap sebagai berikut : F.I. Pemilihan topik. Dalam pemilihan topik yang digunakan, penulis memilih topik mengenai wabah penyakit kelamin yang pernah menyerang kalangan di Militer pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Pada awal pemilihan topik mengalami banyak revisi karena terkait masalah sosial di dunia militer dan dunia kesehatan militer Hindia Belanda. Sebelum pada akhirnya ditentukan topik ini ada beberapa topik yang pernah terpikirkan untuk diajukan. Namun dengan adanya sumber dan beberapa kekosongan penelitian mengenai masalah sejarah kesehatan di Indonesia yang sudah pernah ditulis maka pemilihan topik ini menjadi menarik. Menarik karena belum banyak dijumpai yang menulis mengenai topik kesehatan dengan latar belakang kehidupan sosial dan kehidupan kesehatan para anggota militer Hindia Belanda. F.II. Pengumpulan sumber. Sumber yang digunakan penulis dalam karya ini adalah sumber sumber dari dinas kesehatan militer pada masa Hindia Belanda di pusat dan dari dinas kesehatan sipil serta dinas kesehatan militer yang berada di daerah. Sumber sumber ini masuk ke dalam kelompok 20

21 sumber primer 19. Beberapa sumber arsip yang digunakan antara lain adalah : 1. Arsip laporan dan data data anggota militer yang terserang penyakit kelamin mulai tahun 1870 sampai Data statistik mengenai jumlah anggota militer yang terserang penyakit kulit dan kelamin 3. Surat dinas kesehatan militer kepada komisi kesehatan. 4. Surat dari konsul jendral mengenai laporan jumlah anggota militer yang terkena Syphilis tanggal 9 juni Arsip arsip yang digunakan tersebut merupakan kumpulan arsip dari ANRI. Untuk pencarian sumber primer di ANRI sendiri memang masih belum mengalami banyak kesulitan karena untuk laporan kesehatan secara umum sendiri oleh pihak ANRI dikelompokkan pada bindel arsip Medica dan sebagian lagi sudah terkelompok pada buku khusus mengenai kumpulan arsip kebijakan pemerintah. 19 Sumber primer adalah kesaksian seseorang atas suatu peristiwa yang disaksikan berdasarkan mata kepala sendiri atau panca indra yang lain, atau dengan alat mekanis seperti diktafon, yakni orang atau alat yang hadir pada peristiwa yang diceriterakan. Disebut juga saksi pandangan mata. Louise Gottchalk, Mengerti Sejarah (Jakarta: UI Press, 1986) hlm

22 Selain arsip laporan dan data dari para anggota militer yang terjangkit penyakit kelamin, penulis juga menggunakan data gambar para anggota militer berseragam sebagai latar sosial penggambaran kehidupan militer dan bentuk para anggota militer Hindia Belanda. Gambar mengenai kehidupan sosial para masyarakat Hindia Belanda juga digunakan sebagai sumber dalam penulisan. Penulis menggunakan gambar masyarakat pribumi pada abad ke-19 sebagai penunjang gambaran keadaan masyarakat pribumi di Hindia Belanda. Selain itu arsip gambar mengenai beberapa Rumah Sakit abad ke-19 juga menjadi sumber informasi bagi penulis dalam menuliskan latar belakang kehidupan kesehatan masyarakat dan anggota militer di abad ke-19. Setelah melakukan pengumpulan sumber dan data penulisan, penulis melakukan pemahaman makna yang terkandung dalam sumber-sumber sejarah tersebut. Maka pada makna yang terkandung dalam sumber sumber ini kemudian dirangkaikan dalam suatu kesatuan yang logis dan sistematis menjadi sebuah interpretasi yaitu penyajian pikiran yang baru berdasarkan sumber sumber yang telah 22

23 dianalisis dalam bentuk tertulis 20. Setelah selesai diseleksi, maka sumber data data yang diperoleh tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sehingga kemudian dilakukan analisa mengenai sebab, proses dan upaya yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi wabah penyakit kelamin di kalangan militer Hindia Belanda. F.III. Penulisan Tahapan akhir adalah penulisan dari semua tahapan diatas yang telah dilalui. Penulisan ini adalah tahap akhir dari penelitian yang akan dilakukan. Menurut Berkhoefer 21 tidak ada sintesis tanpa adanya eksplanasi. Dimana eksplanasi terdiri dari pernyataan yang harus dijelaskan dan dalam penulisan ini ada pernyataan yang harus runtut untuk memudahkan pembaca mulai dari pernyataan bentuk bentuk keadaan sosial, kebijakkan kebijakkan, pola penyakit dan penyebarannya hingga dampak dari pemberantasan penyakit kelamin di kalangan militer terhadap dunia kesehatan militer yang mana harus hlm Teuku Ibrahim Alfian, Metode Penelitian Sejarah Aceh, (1994), 21 Berkhofer F Robert, Behavior Approach to Historical Analisys, (New York: The Free Press, 1971), hlm

24 dijelaskan selama dan setelah proses pemberantasan penyakit kelamin di kalangan militer. G. Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini dibagi menjadi beberapa bab, antara lain; Bab I berisi tentang alasan dan tujuan membahas mengenai sejarah pemberantasan penyakit kelamin di kalangan militer pada awal abad ke-19 hingga akhir abad ke-20. Adanya beberapa fakta menarik yang dipaparkan untuk menjelaskan pentingnya tema ini untuk dikupas lebih lanjut. Serta memberikan landasan mengenai gambaran dan isi karya penulisan secara garis besar. Pada bab II secara garis besar berisi tentang kehidupan sosial baik dari luar ke dalam atau dari dalam ke luar, kesehatan dan perang para anggota dan dunia militer. Dalam menjelaskan kehidupan militer akhir abad-19 hingga awal abad-20 tersebut bab II dibagi lagi menjadi beberapa sub bab, antara lain ; (1) dunia perang (2) dunia sosial para anggota militer (3) dunia kesehatan militer. Pada bab III membahas mengenai militer dan penyakit kelamin serta proses masuknya wabah penyakit kelamin di kalangan militer. Pada bab III dibagi menjadi ; (1) penyakit kelamin secara umum di mata dunia kesehatan, (2) proses masuk, menular dan menyebarnya wabah penyakit kelamin di 24

25 kalangan militer, (3) pada sub bab ke 3 dibahas mengenai keberadaan penyakit kelamin di kalangan militer. Pada bab ke IV dibagi menjadi 2 sub bab sebagai berikut; (1) Membahas mengenai strategi dan penerapan kebijakan yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda sebagai upaya untuk melakukan pemberantasan penyakit kelamin di kalangan para anggota militer. (2) membahas mengenai pengaruh yang timbul akibat kebijakkan pemerintah Hindia Belanda dalam pemberantasan penyakit kelamin di kalangan para anggota militer. Selanjutnya sub bab ini diuraikan mengenai beberapa dampak yang muncul dari segi penanganan kesehatan militer dan penanganan kesehatan sipil. Munculnya dampak yang ditimbulkan dalam kehidupan sosial masyarakat pasca dikeluarkannya kebijakan kebijakan pemerintah Hindia Belanda terkait penanganan dan pemberantasan penyakit kelamin di kalangan anggota korps militer Hindia Belanda. Bab V adalah bab penutup yang berisi mengenai kesimpulan dari penelitian tentang penyakit kelamin di kalangan korps militer Hindia Belanda akhir abad ke-19 hingga awal abad ke

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Pribumi sangat tergantung pada politik yang dijalankan oleh pemerintah kolonial. Sebagai negara jajahan yang berfungsi sebagai daerah eksploitasi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan Yang Maha Esa memberikan anugerah kepada manusia yaitu sebuah kehidupan yang harus dihormati oleh setiap orang. Kehidupan yang diberikan oleh Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human Health Organization) dalam penanggulangan HIV/AIDS di Kota Medan. Dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perorangan saja, akan tetapi juga bisa terdapat pada instansi-instansi swasta dan

BAB I PENDAHULUAN. perorangan saja, akan tetapi juga bisa terdapat pada instansi-instansi swasta dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dunia yang semakin menyatu dan meningkatnya interdependensi global seperti sekarang telah membuat sistem perekonomian nasional kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi perkembangan kota-kota di Indonesia. Menurut Roosmalen setidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. Kompleksnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelacuran merupakan salah satu fenomena sosial dalam masyarakat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pelacuran merupakan salah satu fenomena sosial dalam masyarakat yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelacuran merupakan salah satu fenomena sosial dalam masyarakat yang sangat kompleks, baik dari segi sebab-sebabnya, prosesnya maupun implikasi sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang pengguguran kandungan atau aborsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1, aborsi /abor.si/ berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep dan strategi pembangunan kesehatan telah mengalami pergeseran, yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah berorientasi kepada

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang digunakanuntuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan Transportasi

Lebih terperinci

2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA

2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari sebuah interaksi. Interaksi yang berlangsung dapat mendorong para pelaku untuk

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit cacar ular telah terjadi dari waktu ke waktu selama ribuan tahun, penyakit cacar muncul disebabkan oleh virus cacar yang muncul dalam populasi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran media komunikasi sangat berjasa dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan, perasaan senasib sepenanggungan, dan pada akhirnya rasa nasionalisme yang mengantar bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu tanggal 6 Agustus 1945, keesokan harinya tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua jatuh di Kota Nagasaki, Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 1 Salah satu di antaranya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu lembaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang III. METODE PENELITIAN Penelitian Hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsipprinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. 30 A. Pendekatan Masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut catatan sejarah, Sumedang mengalami dua kali merdeka dan berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan Mataram dan masa kabupatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang berisiko di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut seolah-olah berjalan dengan mulus. mewah yang dapat dibanggakan dan menjadi pusat perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut seolah-olah berjalan dengan mulus. mewah yang dapat dibanggakan dan menjadi pusat perhatian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial budaya, politik, ekonomi, teknologi, serta pertumbuhan penduduk yang cukup cepat, langsung atau tidak langsung telah mempengaruhi tatanan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya mempunyai kegiatan utama yang bergerak dibidang pertanian, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam di wilayah

Lebih terperinci

SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG

SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG Jurnal Sejarah. Vol. 1(1), 2017: 151 156 Pengurus Pusat Masyarakat Sejarawan Indonesia DOI: 10.17510/js.v1i1. 59 SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG Sumber Gambar: Tempo.co Professor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI T E S I S

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI T E S I S MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI T E S I S Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waria atau banci adalah laki-laki yang berorientasi seks wanita dan berpenampilan seperti wanita, (Junaidi, 2012: 43). Waria adalah gabungan dari wanita-pria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II ( ) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata

BAB I PENDAHULUAN. II ( ) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini sumber-sumber literatur tentang sejarah Perang Dunia II (1939-1945) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata

Lebih terperinci

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual a. Penyebab penyakit (agent) Penyakit menular seksual sangat bervariasi dapat berupa virus, parasit, bakteri, protozoa (Widyastuti, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan manusia laki-laki dan perempuan secara alamiah mereka mempunyai daya tarik antara satu dengan yang lainnya. dan pada dasarnya manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial, yang berarti saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain. Di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial tersebut

Lebih terperinci

BAB I PERANAN POLISI DALAM PELAKSANAAN PENERTIBAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA SURAKARTA

BAB I PERANAN POLISI DALAM PELAKSANAAN PENERTIBAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA SURAKARTA 1 BAB I PERANAN POLISI DALAM PELAKSANAAN PENERTIBAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA SURAKARTA A. Latar Belakang Masalah Secara sosiologis kemajuan atau pertumbuhan suatu kota akan dibarengi dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Sejarah Puskesmas Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda pada abad ke-16 yaitu adanya upaya pemberantasan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai penanggulangannya, merupakan masalah yang sangat kompleks. Penularan HIV- AIDS saat ini tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena perilaku seks bebas di kalangan remaja mengakibatkan terjadinya kecenderungan meningkatnya pelaku seks pranikah, penderita HIV/AIDS, dan kasus Aborsi. Fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dengan judul skripsi Peranan Polisi Pengawas Aliran Masyarakat Ditengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil dan makmur, sejahtera, tertib dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan pandemi global yang menimbulkan dampak kesehatan, sosial, ekonomi, dan politik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit infeksi dan salah satunya adalah penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Selain itu, pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III ini dipaparkan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan dalamskripsi yang berjudul Kehidupan Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktek serupa perbudakan

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 1 KEBERMAKNAAN HIDUP PADA ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) WANITA (STUDI KUALITATIF MENGENAI PENCAPAIAN MAKNA HIDUP PADA WANITA PASCA VONIS TERINFEKSI HIV/AIDS) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, kedudukan perempuan berada

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, kedudukan perempuan berada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, kedudukan perempuan berada di bawah pengaruh laki-laki. Kadang perempuan dijadikan alat politik untuk memperoleh kekuasaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu faktor pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memberikan ilmu pengetahuan serta menanamkan ajaran moral dan juga nasionalisme.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu hukum yang berusaha mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangungunan kesehatan ini

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangungunan kesehatan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pada 20 Agustus tahun 1746 oleh Gubernur Jenderal G.W.Baron Van Imhoff mendirikan Kantor Pos dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit menular akibat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang

I. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya pemberitaan di media massa terkait dengan tindak kekerasan terhadap anak di sekolah, nampaknya semakin melegitimasi tuduhan miring soal gagalnya sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dan eksistensi kota, bangunan dan kawasan cagar budaya merupakan elemen lingkungan fisik kota yang terdiri dari elemen lama kota dengan nilai historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak kandungan zat berbahaya di dalam rokok. Bahaya penyakit akibat rokok juga sudah tercantum dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda antara tahun 1830 hingga akhir abad ke-19 dinamakan Culturstelsel (Tanam Paksa).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan tetapi merupakan masalah lama yang baru banyak muncul pada saat sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara keseluruhan akan menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan persepsi tentang kesehatan tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1] BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berperan sebagai sistem kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad 19 dalam sejarah merupakan abad terjadinya penetrasi birokrasi dan kekuasaan kolonialisme Belanda yang di barengi dengan Kapitalisme di beberapa wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya fisik, mental,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya fisik, mental, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam menjalani hidup, setiap manusia akan menemui berbagai permasalahan. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk yang besar. Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk yang besar. Penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk yang besar. Penduduk yang besar, sehat dan produktif merupakan potensi dan kekuatan efektif bangsa. Begitu pula sebaliknya

Lebih terperinci

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2)

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) RESUME BUKU Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) Penulis : Sartono Kartodirdjo Judul : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad XX merupakan sebuah zaman baru dalam politik kolonial yang dengan diberlakukannya politik etis. Politik etis merupakan politis balas budi Kolonial dengan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perubahan yang terjadi di Indonesia selama setengah abad ini sesungguhnya telah membawa masyarakat ke arah yang penuh dengan fragmentasi dan kohesi sekaligus (Abdullah,

Lebih terperinci

DINAMIKA KOGNISI SOSIAL PADA PELACUR TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

DINAMIKA KOGNISI SOSIAL PADA PELACUR TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DINAMIKA KOGNISI SOSIAL PADA PELACUR TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : WENY KUSUMASTUTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, kesehatan, keamanan termasuk juga kecelakaan kerja. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, kesehatan, keamanan termasuk juga kecelakaan kerja. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Melakukan manajemen resiko berarti merencanakan masa depan dengan lebih sistematis, matang dan terencana. Kita semua menginginkan jaminan kemakmuran,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Perkembangan pendidikan rendah di Yogyakarta pada kurun. waktu dipengaruhi oleh berbagai kebijakan, terutama

BAB V KESIMPULAN. Perkembangan pendidikan rendah di Yogyakarta pada kurun. waktu dipengaruhi oleh berbagai kebijakan, terutama BAB V KESIMPULAN Perkembangan pendidikan rendah di Yogyakarta pada kurun waktu 1907-1939 dipengaruhi oleh berbagai kebijakan, terutama kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial. Kebijakan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, sehingga perlu mendapat perhatian khusus secara global. Hal ini diperjelas dengan diangkatnya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Informed Consent. Penjelasan prosedur

Lampiran 1. Informed Consent. Penjelasan prosedur Lampiran 1 Penjelasan prosedur Informed Consent Anda diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian yang yang akan dilakukan oleh Gaby Gabriela Langi, SKM, mahasiswa Minat Utama Epidemiologi Lapangan Program

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU SEJARAH

PENGANTAR ILMU SEJARAH Resume Buku PENGANTAR ILMU SEJARAH Karya: Prof. Dr. Kuntowijoyo Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama bagi masyarakat di seluruh dunia. Kanker yang khusus menyerang kaum wanita salah satunya ialah kanker serviks atau kanker leher

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang bersifat menular. Mycobacterium Tuberculosis telah menginfeksi sepertiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan menurunnya angka kelahiran adalah permasalahan yang banyak dialami negara maju, salah satu negara yang mengalaminya adalah Jepang. Jepang telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini meneliti tentang fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta, dengan mengambil lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Juni 1944, tentara Sekutu berhasil mendarat di Prancis dalam sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kepadatan penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kepadatan penduduknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang kepadatan penduduknya cukup tinggi dengan tingkat permasalahan yang kompleks. Praktek prostitusi merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan, dan berbagai

Lebih terperinci

Makalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI

Makalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI Makalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI Oleh: Zulkarnain JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 SISTEM TANAM PAKSA Oleh: Zulkarnain Masa penjajahan yang

Lebih terperinci

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Perkebunan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian regional secara keseluruhan. Sistem perkebunan masuk ke Indonesia pada akhir Abad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh United States Bureau of Mines (USBM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir dekade ini telah di jumpai berbagai macam penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman modern seperti saat ini membawa masyarakat harus bisa beradaptasi dalam segala aspek kehidupan. Modernisasi pada dasarnya dapat membawa dampak positif dan negatif

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis

Lebih terperinci

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk

Lebih terperinci