BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Pekalongan, merupakan sebuah kota yang terletak di pantai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Pekalongan, merupakan sebuah kota yang terletak di pantai"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pekalongan, merupakan sebuah kota yang terletak di pantai utara provinsi Jawa Tengah. Karesidenan Pekalongan memiliki pelabuhan perikanan terbesar dan sering menjadi tempat singgah bagi para pedagang asing. Wilayah ini juga terkenal dengan komoditi batik pesisirnya. Pada abad ke-20, mayoritas masyarakat Pekalongan memeluk agama Islam. Masuknya agama Islam di Pekalongan diperkirakan sejak abad ke-17, dengan ditemukannya makam Tumenggung Among Negoro di daerah Sapuro. Di dalam nisan tertulis beliau wafat tahun 1666M. Selain itu terdapat Masjid Koeno Sapoero yang dibangun pada tahun 1714M. 1 Di sisi lain, agama Katolik juga mulai masuk ke karesidenan Pekalongan. Awalnya karesidenan Pekalongan sendiri sebenarnya termasuk dalam daerah tujuan misi oleh imam-imam dari Serikat 1 diakses tanggal 1 Maret 2012, pukul 03:00.

2 2 Jesus (SJ). 2 Umat Katolik yang berada di wilayah afdeling Pekalongan dan sekitarnya saat itu dilayani oleh imam-imam SJ dari Semarang dan Cirebon. Saat itu daerah afdeling Pekalongan masih merupakan sebuah stasi dari Paroki Tegal. 3 Pelayanan tersebut dapat terlaksana karena adanya jalur kereta api yang memungkinkan imam-imam dari Semarang dan Cirebon untuk melakukan kunjungan ke karesidenan Pekalongan. Pada tanggal 13 November 1926, sebuah surat datang dari Kardinal Van Rossum, Prefek Propaganda Fide kepada Protektor MSC untuk menanyakan kesanggupan imam-imam MSC untuk mengemban tugas pelayanan di karesidenan Pekalongan. Maka pada tahun 1927, berangkatlah 3 imam MSC menuju daerah tersebut. Perkembangan penyebaran agama Katolik di wilayah Pekalongan pun diawali oleh imam-imam MSC dari Belanda. Imam-imam yang datang yaitu Romo 4 BJJ. Visser MSC, Romo 2 Tim Penyusun Buku Refleksi 80 tahun Paroki Santo Petrus Pekalongan, Katolik Sakpore, (Pekalongan : Gereja Katolik Santo Petrus, 2010), hlm Panitia Pesta Emas Paroki Pekalongan, Peringatan 50 tahun Paroki Pekalongan : Oktober , (Pekalongan : Panitia, 1980) hlm Romo adalah sebutan untuk seorang imam yang berada di sebuah paroki. Romo sering juga disebut Romo.

3 3 B.Thien MSC dan Romo M. De Lange MSC. 5 Kehadiran para misionaris ini yang menjadi awal terbentuknya paroki Pekalongan pada tahun Seperti halnya misionaris Katolik lainnya, para misionaris harus berusaha agar kehadiran mereka tidak dianggap sebagai ancaman dalam struktur sosial dan kebudayaan masyarakat setempat, sehingga dapat mempertahankan pengajaran mereka di daerah tersebut. 6 Dalam melakukan pengajaran agama, para misionaris ini tidak sendirian, mereka dibantu oleh umat dalam mengenal dan berinteraksi dengan masyarakat. Selain itu para biarawati mulai didatangkan dari Batavia dan Belanda. Tenaga tambahan yang datang silih berganti ini tidak hanya berdiam diri. Mereka mulai menyelenggarakan karya-karya sosial ditengah masyarakat Pekalongan. Karya sosial merupakan sebuah kegiatan diselenggarakan pihak Misi yang bergerak dalam bidang pelayanan sosial masyarakat. Karya sosial tersebut berbentuk suatu fasilitas sosial yang vital bagi masyarakat, seperti sekolah, rumah sakit, panti 5 Tim Penyusun Buku Refleksi 80 tahun Paroki Santo Petrus Pekalongan, op.cit., hlm J.B. Hari Kustanto S.J., Agama-Agama Besar di Indonesia : Sejarah Masuk dan Faktor-Faktor yang Mempermudah Penerimaannya dalam majalah Rohani Th. XXXVI No. 3 Maret 1989, hlm. 93.

4 4 asuhan, dan lainnya. Karya sosial merupakan salah satu upaya pihak Misi untuk lebih berinteraksi dan beradaptasi dengan masyarakat setempat. Seperti analisa Steenbrink, ekspansi religius Katolik di Indonesia pada abad 20 adalah pendidikan. 7 Kaum misionaris yang berperan dalam awal karya pendidikan di Pekalongan adalah Kongregasi Suster Ursulin yang mengirimkan 4 orang anggotanya pada 26 Juni Para suster pun mulai berkarya dengan membuka ELS dan Frobelschool di Pekalongan pada 5 Agustus Karya sosial paroki Pekalongan tidak hanya dalam bidang pendidikan, tetapi juga dalam bidang kesehatan. Romo Visser mulai mencoba untuk membuat rumah sakit Misi demi meningkatkan pelayanan sosial kepada masyarakat. Maka datanglah tenaga bantuan dari Kongregasi SND di Tegelen. Mereka mengirimkan 3 orang anggotanya guna keperluan misi di bidang 7 Karel Steenbrink, Orang Orang Katolik di Indonesia : Pertumbuhan Yang Spektakuler Dari Sebuah Minoritas Yang Percaya Diri , (Maumere : Ledalero, 2006), hlm. 5 8 Y. Weitjens, Sejarah Gereja Katolik Indonesia jilid 3b : Wilayah - Wilayah Keuskupan dan Majelis Agung Waligereja Indonesia (MAWI) abad ke-20, (Jakarta : Bagian Dokumentasi Penerangan Kantor Waligereja Indonesia, 1974), hlm Ibid., hlm. 922.

5 5 kesehatan. Secara tidak langsung, kegiatan karya sosial yang merupakan salah satu kegiatan Misi Katolik ini merupakan pionir dari perkembangan fasilitas sosial yang ada di Pekalongan. B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai perkembangan karya-karya sosial Katolik di Pekalongan serta hubungan dengan masyarakat Pekalongan pada umumnya. Dari permasalahan di atas, maka timbullah pertanyaan sebagai berikut, bagaimana awal mula terbentuknya paroki Pekalongan? Lalu karya sosial apa saja yang dihasilkan serta apa tujuan dan alasan Paroki Pekalongan menyelenggarakan karya sosial tersebut sehingga bisa diterima masyarakat Pekalongan? Mengapa karya sosial tersebut bisa berkembang di tengah masyarakat Pekalongan? Faktor apa yang mendukung sehingga bisa terbentuknya karya sosial katolik tersebut? Siapa sajakah yang berperan didalamnya? Bagaimana tanggapan masyarakat Pekalongan terhadap karya tersebut? Bagaimana perkembangan karya sosial tersebut dan hubungannya dengan perkembangan paroki Pekalongan itu sendiri? Dalam penelitian ini digunakan cakupan temporal yang diawali pada tahun Alasan diawali pada tahun tersebut

6 6 karena pada tahun ini mulai tebentuknya paroki Pekalongan. Batas akhir penelitian ini diakhiri pada tahun 1960an ketika karya sosial di Pekalongan mulai bangkit kembali setelah vakum pada mas pendudukan Jepang. Sementara Pekalongan ditetapkan sebagai cakupan spasial dari penelitian ini, sebab wilayah ini merupakan wilayah dengan tingkat religius muslim yang tinggi. Hal ini sangat menarik perhatian, karena agama katolik dan karya sosial dapat berkembang didalamnya. Ini menunjukkan adanya hubungan yang harmonis antara pemeluk agama. Pada tahun 1930, Afdeling Pekalongan saat itu terdiri dari dua regentschappen, yaitu Pekalongan dan Batang. 10 Selain itu, letak paroki di Pekalongan ini sangat istimewa, karena terletak didekat Pecinan, kemudian dekat dengan daerah tempat tinggal kaum Eropa, dan di sekitarnya terdapat masyarakat muslim religius. Jika dilihat dari atas, maka letak paroki ini merupakan sentral dari pertemuan titik-titik tersebut. Hal ini menjadi menarik bila melihat hubungan sosial yang terjadi antara misionaris dan masyarakat setempat. 10 Panitia Pesta Emas Paroki Pekalongan, op.cit., hlm. 26.

7 7 C. Tujuan Penelitian Dalam melaksanakan suatu penelitian, tentunya selalu didasari dengan tujuan-tujuan tertentu. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk memberi informasi bagaimana nuansa perkembangan karya sosial Katolik di Pekalongan pada periode 1930 sampai 1960an. Penelitian ini ingin menyajikan perkembangan karya sosial Katolik di Pekalongan, apa saja karya sosial Katolik yang tercipta dalam bidang pendidikan dan kesehatan serta dampaknya terhadap perkembangan umat Katolik di Pekalongan. D. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang misi Katolik dan sejarah gereja memang sudah banyak ditulis oleh kalangan akademisi maupun non akademisi. Tulisan mengenai tema misi katolik dan sejarah gereja ini sebagian besar membahas aspek religius katolik itu sendiri dan perkembangan agama Katolik dari masa ke masa. Seperti buku Indonesianisasi : Dari Gereja Katolik di Indonesia menjadi Gereja Katolik Indonesia 11, yang didalamnya mengangkat apa itu Indonesianisasi di dalam gereja Katolik di 11 Huub J.W.M. Boelaars, Indonesianisasi : Dari Gereja Katolik di Indonesia menjadi Gereja Katolik Indonesia, (Yogyakarta : Kanisius, 2005).

8 8 Indonesia. Gereja Katolik di Indonesia awalnya adalah bagian dari misi para misionaris, kemudian sering dengan perkembangan waktu, misi ini dapat diterima menjadi bagian dari masyarakat Indonesia. Boelaars berpendapat Indonesianisasi adalah proses integrasi 2 unsur, yakni gereja dan masyarakat yang berkembang dan mencari penampilan bercorak Indonesia. 12 Tujuan Indonesianisasi adalah supaya gereja dapat diterima bangsa Indonesia, serta supaya Gereja menampakkan Universalitas-nya di dunia ini. 13 Sejarah Gereja Katolik Indonesia, yang terdiri 4 jilid, yaitu Umat Katolik Perintis - Awal Mula : Abad ke-14 abad ke-18 14, Wilayah Tunggal Prefektur - Vikariat : Abad ke-19 awal abad ke , kemudian Wilayah - Wilayah Keuskupan dan Majelis Agung 12 Ibid., hlm Ibid., hlm Vriens, G., Sejarah Gereja Katolik Indonesia jilid 1 : Umat Katolik Perintis Awal Mula Abad ke-14 abad ke-18, (Jakarta : Bagian Dokumentasi Penerangan Kantor Waligereja Indonesia, 1974). 15 G. Vriens, Sejarah Gereja Katolik Indonesia jilid 2 : Wilayah Tunggal Prefektur - Vikariat Abad ke-19 awal abad ke-20, (Jakarta : Bagian Dokumentasi Penerangan Kantor Waligereja Indonesia, 1974).

9 9 Waligereja Indonesia (MAWI) : abad ke dan Pengintegrasian di Alam Indonesia 17. Semua jilid tersebut diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan MAWI ini bertujuan untuk menampilkan dan mendokumentasikan perjalanan misi Katolik di Indonesia pada tiap wilayah secara mendetail dan kronologis (Abad 14-20). Selain itu, buku ini menerangkan proses perkembangan pembentukan perangkat Gereja Katolik yang disebut Hirarki Katolik di Indonesia. Buku ini memberi gambaran umum dan keseluruhan tentang misi di wilayah Indonesia. Dalam buku ini juga membahas tentang kegiatan-kegiatan misi, termasuk dalam penyelenggaraan karya sosial di tengah masyarakat. Tulisan yang membahas perkembangan gereja Katolik di beberapa wilayah, seperti Gereja dan Masyarakat : Sejarah Perkembangan Gereja Katolik Yogyakarta 18 karya Jan Weitjens, 16 Y. Weitjens, Sejarah Gereja Katolik Indonesia jilid 3a dan 3b : Wilayah - Wilayah Keuskupan dan Majelis Agung Waligereja Indonesia (MAWI) abad ke-20, (Jakarta : Bagian Dokumentasi Penerangan Kantor Waligereja Indonesia, 1974). 17 M.P.M. Muskens, Sejarah Gereja Katolik Indonesia jilid 4 : Pengintegrasian di Alam Indonesia, (Jakarta : Bagian Dokumentasi Penerangan Kantor Waligereja Indonesia, 1974). 18 Jan Weitjens, Gereja dan Masyarakat : Sejarah Perkembangan Gereja Katolik Yogyakarta, (Yogyakarta : Panitia Misa Syukur Pesta Emas Republik Indonesia, 1995).

10 10 mencoba menampilkan masuknya misi Katolik dan perkembangannya di Yogyakarta serta karya-karya misinya mulai dari abad 19. Tulisan mengenai perkembangan Katolik dengan karya sosial juga terdapat pada tulisan Gereja Hati Kudus Yesus Ganjuran : Rahmat yang Menjadi Berkat 19 ; buku ini diterbitkan untuk memperingati 80 tahun gereja Ganjuran berkarya. Tulisan ini menyajikan masuknya misi Katolik yang unik di daerah Ganjuran, karena misi tersebut dirintis oleh seorang pengusaha Belanda, bukan melalui peran misionaris. Misi dapat dilakukan oleh kaum awam dan melalui pendekatan kultural dan karya sosial di bidang pendidikan di daerah Ganjuran, sehingga misi dapat diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Dalam artikel yang berjudul De Katholieke Missie op Java dalam majalah Sint-Claverbond, 20 penulis yang seorang Romo yang ditugaskan di Surabaya, menyajikan suasana misi Katolik di pulau Jawa pada tahun Disini dapat dilihat perkembangan Katolik di pulau Jawa dari beberapa kota, seperti Batavia, 19 Dewan Paroki Ganjuran, Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran : Rahmat yang Menjadi Berkat. (Yogyakarta : Paroki Ganjuran, 2004). 20 A.J. Asselberg, De Katholieke Missie op Java, dalam Berichten uit Nederlandsch Oost-Indie voor de Leden van den Sint- Claverbond

11 11 Buitenzorg (Bogor), Bandung, Cheribon (Cirebon), Tegal, Magelang, Ambarawa, Yogyakarta dan Surabaya pada tahun Dibahas pula mengenai karya sosial katolik yang telah terbentuk seperti pendidikan dan fasilitas kesehatan serta asrama. Kajian yang membahas tentang Pekalongan antara lain Pekalongan Inspirasi Dunia. 21 Buku ini mengulas tentang Pekalongan dari sudut sejarah, ekonomi, budaya dan religiusitas. Namun dalam aspek religiusitas tersebut tidak disinggung sama sekali tentang masyarakat Katolik di wilayah Pekalongan. Buku ini lebih menyoroti aspek sosial dan kehidupan ekonomi masyarakat Pekalongan. Selain itu peran karya sosial Katolik di Pekalongan sama sekali tidak dibahas dalam tulisan ini. Tulisan mengenai perkembangan agama Katolik maupun perkembangan gereja Katolik di suatu wilayah memang sudah banyak disajikan, namun tulisan mengenai karya sosial Katolik, khususnya karya sosial Katolik di Pekalongan sangat menarik dan penting untuk dikaji, karena berdasarkan tinjauan diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan. 21 Emirul Chaq Aka, (eds)., Pekalongan Inspirasi Dunia. (Pekalongan : Pemerintah Daerah kota Pekalongan, The Pekalongan Institute dan Kirana Pustaka, 2008).

12 12 E. Sumber dan Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, tentunya dibutuhkan berbagai sumber untuk diolah menjadi data penelitian. Untuk memperoleh sumber tersebut, tentunya dibutuhkan suatu metode penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Dalam penelitian sejarah terdapat lima tahap yaitu pemilihan topik, pengumpulan sumber (Heuristik), kemudian kritik sumber (Verifikasi), interpretasi (Aufassung) dan penulisan (Darstellung). 22 Topik penelitian ini membahas perkembangan karya sosial Katolik di Pekalongan yaitu karya pensisikan dan karya kesehatan, maka sumber-sumber yang diperlukan adalah sumber tertulis. Sumber tertulis disini meliputi arsip, dokumen, buku dan foto dokumentasi. Selain itu penelitian ini menggunakan sumber dari artikel majalah, surat-surat resmi serta data statistik gereja dan kota. Penelitian ini pun menggunakan sumber tidak tertulis berupa sumber lisan. Untuk lebih memahami dan menambah pengetahuan tentang sejarah agama Katolik dan kota Pekalongan, digunakan bacaan-bacaan yang mendukung dan sesuai dengan tema 22 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah. (Yogyakarta : Bentang Pustaka, 2005), hlm. 90.

13 13 penelitian. Bacaan tersebut menjadi acuan untuk mendapatkan fakta dan menjadi petunjuk untuk menemukan sumber-sumber lainnya. Sumber-sumber lainnya yang dimaksud adalah arsip serta narasumber dan pelaku sejarah. Arsip yang digunakan dalam penelitian ini adalah arsip gereja dan arsip suster-suster SND. Arsip-arsip tersebut digunakan untuk melihat perkembangan karya-karya sosial Katolik di Pekalongan. Selain itu digunakan pula arsip perseorangan atau arsip pribadi. Arsip ini diperoleh dari para narasumber yang bersedia meminjamkan arsipnya demi penelitian ini. Dokumen merupakan sumber yang sangat membantu dalam proses penelitian, karena dokumen merupakan sumber yang dapat digunakan untuk menemukan fakta sejarah selain sumbersumber lainnya. Dokumen dapat berupa surat-surat resmi gereja, akte atau sertifikat berharga, catatan perjalanan, catatan perundingan, data statistik dan sebagainya. Untuk melengkapi semua sumber tersebut, penelitian ini juga menggunakan sumber berupa foto-foto dokumentasi. Foto dokumentasi dapat melengkapi penelitian ini karena foto-foto tersebut dapat memberi gambaran tentang situasi, keadaan dan

14 14 mungkin dapat melacak pelaku sejarah untuk selanjutnya jika memungkinkan akan menjadi narasumber dalam penelitian. Untuk memperoleh sumber-sumber tersebut, penelitian ini menggunakan tiga cara, yaitu observasi, studi pustaka dan wawancara narasusumber atau pelaku sejarah. Langkah observasi dilakukan untuk merekonstruksi peristiwa dan suasana di masa lampau. Observasi tersebut berguna untuk melihat secara nyata dimana saja lokasi penelitian ini dilakukan dan tempat-tempat mana saja yang dapat diteliti lebih lanjut yang berkaitan dengan tema penelitian. Studi pustaka merupakan langkah dimana penelitian dilakukan di perpustakaan dan kantor arsip. Studi pustaka dilakukan di seluruh perpustakaan di kota Yogyakarta, perpustakaan kota Pekalongan, perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UGM maupun Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada, dan perpustakaan Kolose Ignatius serta perpustakaan Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan. Studi pustaka juga dilakukan pada sumber-sumber yang terdapat pada cakupan spasial penelitian, yaitu di Gereja Santo Petrus Pekalongan, kantor arsip kota Pekalongan, serta kantor arsip suster SND pusat di Pekalongan.

15 15 Langkah yang ketiga adalah wawancara, yang menggunakan metode sejarah Lisan. Langkah ini digunakan untuk mendapatkan sumber lisan yang berasal dari pelaku dan penyaksi sejarah. Dengan hasil wawancara yang diperoleh, diharapkan semakin menguatkan dan menambah fakta-fakta baru dalam penelitian. Setelah mendapatkan berbagai sumber yang diperlukan, peneliti melakukan kritik terhadap sumber atau verifikasi sumber. Dalam langkah ini, ada 2 macam kritik yang dilakukan, yaitu kritik ekstern dan kritik intern. 23 Kritik ekstern adalah kritik yang dilakukan untuk membuktikan keaslian sumber dari bentuk fisik sumber tersebut. sedangkan kritik intern adalah kritik yang dilakukan utuk membuktikan bahwa informasi dalam sumber tersebut dapat dipercaya atau credible. Interpretasi sumber atau Auffasung adalah proses menganalisis dan melakukan sintesis terhadap sumber-sumber hasil verifikasi untuk menghasilkan fakta sejarah. Lalu fakta sejarah tersebut disajikan dalam bentuk tertulis dan menjadi sebuah karya tulis. Tahapan ini dinamakan penulisan atau Darstellung. Dalam penulisannya, penelitian ini menggunakan 23 Ibid., hlm. 100.

16 16 pendekatan sejarah sosial, karena perlunya melihat perubahan sosial yang terjadi selama kegiatan misi tersebut berlangsung. 24 F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam mengkaji hasil penelitian ini, maka diperlukan suatu sistematika penulisan yang kronologis dan sistematis. Untuk mengawali hasil penelitian ini disajikan bagian pengantar. Selanjutnya ditampilkan kehidupan sosial masyarakat Pekalongan. Disini akan diulas kehidupan masyarakat Pekalongan dari aspek struktur social, ekonomi, budaya dan etnis. Lalu akan dibahas pula mengenai terbentuknya paroki Pekalongan. Setelah itu dibahas tentang munculnya karya sosial katolik di Pekalongan, beserta siapa saja yang berperan dalam karyakarya tersebut. Faktor pendukung terbentuknya karya tersebut akan dipaparkan disini. Kemudian dibahas pula mengenai perkembangan karya sosial tersebut. Dipaparkan pula bagaimana hubungannya dengan masyarakat Pekalongan pada umumnya. Penulisan ini ditutup dengan hasil akhir dari penelitian ini yang berupa kesimpulan. 24 Menurut Kuntowijoyo, sejarah agama dapat ditulis dengan pendekatan sejarah sosial, karena hadirnya agama selalu mempengaruhi perubahan sosial masyarakat. Lihat Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2008), hlm. 166.

DAFTAR PUSTAKA. De Katholieke Missie in Nederlandsch oost-indie : Jaarboek 1931. Batavia : Centraal Missie Bureau, 1931.

DAFTAR PUSTAKA. De Katholieke Missie in Nederlandsch oost-indie : Jaarboek 1931. Batavia : Centraal Missie Bureau, 1931. DAFTAR PUSTAKA Arsip dan Terbitan Pemerintah De Katholieke Missie in Nederlandsch oost-indie : Jaarboek 1931. Batavia : Centraal Missie Bureau, 1931. De Katholieke Missie in Nederlandsch oost-indie : Jaarboek

Lebih terperinci

BAB III WILAYAH KERJA MISI DI INDONESIA. menguras tenaga dan pikiran para Misionaris Serikat Yesuit yang sudah berkarya

BAB III WILAYAH KERJA MISI DI INDONESIA. menguras tenaga dan pikiran para Misionaris Serikat Yesuit yang sudah berkarya BAB III WILAYAH KERJA MISI DI INDONESIA A. Wilayah Kerja Misi Indonesia sebagai salah satu wilayah misi Katolik yang luas sangat menguras tenaga dan pikiran para Misionaris Serikat Yesuit yang sudah berkarya

Lebih terperinci

BAB IV KARYA-KARYA SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH. Pembagian wilayah yang dilakukan oleh Vikariat Apostolik Batavia di Pulau

BAB IV KARYA-KARYA SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH. Pembagian wilayah yang dilakukan oleh Vikariat Apostolik Batavia di Pulau BAB IV KARYA-KARYA SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH Pembagian wilayah yang dilakukan oleh Vikariat Apostolik Batavia di Pulau Jawa khususnya Jawa Tengah membuat Serikat Yesuit lebih fokus melaksanakan karya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Foto Franciscus Georgius Yosephus van Lith S.J. Franciscus Georgius Yosephus van Lith S.J

Lampiran 1. Foto Franciscus Georgius Yosephus van Lith S.J. Franciscus Georgius Yosephus van Lith S.J LAMPIRAN 118 Lampiran 1. Foto Franciscus Georgius Yosephus van Lith S.J Franciscus Georgius Yosephus van Lith S.J Sumber: Rijckevorsel, 1952, Pastoor F. Van Lith S.J: de Stichter van de missie in Midden-Java

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup terkenal. Ordo Serikat Yesuit memliki peran yang sangat besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. cukup terkenal. Ordo Serikat Yesuit memliki peran yang sangat besar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ordo Serikat Yesuit atau SJ merupakan ordo biarawan Katolik modern yang cukup terkenal. Ordo Serikat Yesuit memliki peran yang sangat besar bagi perkembangan misi Katolik

Lebih terperinci

BAB II KEHADIRAN SERIKAT YESUIT DI NUSANTARA. perdagangan ke pusat rempah-rempah di Asia. Perdagangan Portugis ke Asia

BAB II KEHADIRAN SERIKAT YESUIT DI NUSANTARA. perdagangan ke pusat rempah-rempah di Asia. Perdagangan Portugis ke Asia BAB II KEHADIRAN SERIKAT YESUIT DI NUSANTARA A. Awal Misi di Maluku Misi Katolik di Nusantara dimulai ketika bangsa Portugis melaksanakan perdagangan ke pusat rempah-rempah di Asia. Perdagangan Portugis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang. diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus,

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang. diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus, mengatur, mengembangkan, dan menyelesaikan urusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa periode. perkembangan. Perkembangan pendidikan Indonesia bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa periode. perkembangan. Perkembangan pendidikan Indonesia bersamaan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa periode perkembangan. Perkembangan pendidikan Indonesia bersamaan dengan perkembangan sistem politik di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Gereja merupakan fasilitas pendukung kebutuhan manusia dalam mendekatkan diri dan beribadah kepada Tuhan. Gereja menjadi komunitas, wadah, dan sarana yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu dari permasalahan yang telah dirumuskan maka bentuk dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk

Lebih terperinci

GEREJA PAROKI SANTO YUSUP BATANG Dengan Penekanan Desain Tadao Ando

GEREJA PAROKI SANTO YUSUP BATANG Dengan Penekanan Desain Tadao Ando LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEREJA PAROKI SANTO YUSUP BATANG Dengan Penekanan Desain Tadao Ando Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

KARYA ORDO SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH AWAL ABAD XX. Oleh: HY. Agus Murdiyastomo, Husain Haikal, Ajat Sudrajat. ABSTRAK

KARYA ORDO SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH AWAL ABAD XX. Oleh: HY. Agus Murdiyastomo, Husain Haikal, Ajat Sudrajat. ABSTRAK KARYA ORDO SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH AWAL ABAD XX Oleh: HY. Agus Murdiyastomo, Husain Haikal, Ajat Sudrajat. ABSTRAK Agama Katolik adalah salah satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Walau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Batik merupakan salah satu jenis kain yang memiliki corak tertentu. Corak pada batik dibuat menggunakan lilin dan digambarkan diatas kain mori. Pembuatan batik dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan dan nilai-nilai rohani masyarakat. Kehidupan rohani menjadi semakin terdesak dari perhatian umat

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang. Tugas Akhir 122

Bab I Pendahuluan Latar Belakang. Tugas Akhir 122 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Wilayah Semarang dan sekitarnya merupakan salah satu pusat perkembangan Agama Katolik ditandai sejak tahun 1808 berawal dari Gereja Paroki pertama di Semarang yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. 1 Yang direkonstruksi ialah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an,

BAB I PENGANTAR. yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pendaratan ikan berlangsung selama 24 jam dan tidak ada waktu khusus kapal mendarat. Kegiatan pendaratan ikan pada pagi hari, kebanyakan orang adalah nelayan, buruh nelayan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu faktor pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memberikan ilmu pengetahuan serta menanamkan ajaran moral dan juga nasionalisme.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. suatu penelitian, hal ini dikarenakan metode merupakan salah satu faktor yang

METODE PENELITIAN. suatu penelitian, hal ini dikarenakan metode merupakan salah satu faktor yang 16 III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mengukur sebuah keberhasilan dalam suatu penelitian, hal ini dikarenakan metode merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan yang kedua, Gereja adalah umat Katolik itu sendiri. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan yang kedua, Gereja adalah umat Katolik itu sendiri. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar belakang penelitian Gereja dalam ajaran agama Katolik memiliki dua pengertian, yang pertama, gereja adalah bangunan untuk melaksanakan ibadah bagi umat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara dengan tingkat perkembangan yang sangat signifikan, perkembangan di Indonesia terjadi secara merata di setiap kota termasuk kota-kota

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarahnya, umat manusia tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan agama. Seperti halnya Indonesia yang menjadi ladang subur bagi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil penelitian sebagai jawaban dari tujuan penelitian adalah: (1887) dan Kota Raja di Aceh (1881)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil penelitian sebagai jawaban dari tujuan penelitian adalah: (1887) dan Kota Raja di Aceh (1881) BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang berhasil dirangkum oleh penulis berdasarkan hasil penelitian sebagai jawaban dari tujuan penelitian adalah: 1. Penyebaran agama Katolik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Berkaitan dengan akuntansi, organisasi dapat dibagi menjadi dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Berkaitan dengan akuntansi, organisasi dapat dibagi menjadi dua jenis BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Berkaitan dengan akuntansi, organisasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu akuntansi yang berkaitan dengan organisasi perusahaan (bisnis) yang dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Salatiga. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah: 1. Sekolah Guru B di Salatiga menjadi salah satu pilot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses industrialisasi dan pengembangan industri merupakan salah satu jalur kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya mempunyai kegiatan utama yang bergerak dibidang pertanian, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam di wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa BAB III METODOLOGI A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945 mengambil lokasi di Salatiga. B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab III berisi pemaparan mengenai metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan mengenai Pengaruh Pemikiran Harun Nasution Mengenai Islam Rasional Terhadap Pembangunan

Lebih terperinci

Bagian Pertama: Mengenal Mgr. Ignatius Suharyo Lebih Dekat

Bagian Pertama: Mengenal Mgr. Ignatius Suharyo Lebih Dekat Pendahuluan... Daftar lsi........................ 3 9 Bagian Pertama: Mengenal Mgr. Ignatius Suharyo Lebih Dekat 1. Dari Penggembala Bebek Menjadi Penggembala Umat... 15 2. Jejak Perjalanan Panggilan Sebagai

Lebih terperinci

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Ciputra News, 21 November Sumantri, Y, SJ. Akar dan Sayap, hal. 11, Kanisius Yogyakarta, 2002.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Ciputra News, 21 November Sumantri, Y, SJ. Akar dan Sayap, hal. 11, Kanisius Yogyakarta, 2002. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Keuskupan Agung Kupang pada tanggal 25 November 2013 meresmikan Taman Ziarah Yesus Maria di Oebelo. Taman Ziarah Yesus Maria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih khusus akan ditinjau adalah sejumlah bangunan peribadatan dari Gereja. maupun relokasi (pembangunan bangunan baru).

BAB I PENDAHULUAN. lebih khusus akan ditinjau adalah sejumlah bangunan peribadatan dari Gereja. maupun relokasi (pembangunan bangunan baru). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Kondisi pasca gempa yang pernah terjadi di Yogyakarta 27 Mei 2006 lalu masih dapat dirasakan dampaknya oleh sejumlah pihak hingga saat ini terutama

Lebih terperinci

RUMAH RETRET KATHOLIK DI AMBARAWA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KARYA YB. MANGUNWIJAYA

RUMAH RETRET KATHOLIK DI AMBARAWA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KARYA YB. MANGUNWIJAYA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RUMAH RETRET KATHOLIK DI AMBARAWA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KARYA YB. MANGUNWIJAYA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

PENYEBARAN AGAMA KATOLIK PADA MASYARAKAT CINA BENTENG:

PENYEBARAN AGAMA KATOLIK PADA MASYARAKAT CINA BENTENG: PENYEBARAN AGAMA KATOLIK PADA MASYARAKAT CINA BENTENG: 1952 1985 Theresia Meirisye Lusiana, Siswantari Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia theresia.meirisye@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di tahun 1958 Pemerintah Republik Indonesia melakukan kebijaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Di tahun 1958 Pemerintah Republik Indonesia melakukan kebijaksanaan 1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Di tahun 1958 Pemerintah Republik Indonesia melakukan kebijaksanaan ekonomi yaitu dengan melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan Belanda yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angkutan kota merupakan unsur yang penting dan. mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angkutan kota merupakan unsur yang penting dan. mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkutan kota merupakan unsur yang penting dan mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan lingkungan kehidupan kota yang produktif dan merupakan satu aspek dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metodologi penelitian yang digunakan peneliti untuk mengkaji skripsi yang berjudul Peranan K.H Mas Mansur Dalam Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. dimasuki oleh Belanda. Salah satu wilayah yang mendapatkan perhatian adalah

BAB I PENGANTAR. dimasuki oleh Belanda. Salah satu wilayah yang mendapatkan perhatian adalah BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Hati kami tak perlu mengecualikan tempat manapun diatas bumi, atau warna kulit manapun diatas bangsa-bangsa, asalkan ia memiliki keprihatinan istimewa terhadap Insulinde.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan III. METODE PENELITIAN A. Metode yang digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan menggunakan sumber primer dan sekunder sebagai objek penelitian. Metode Historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama Katolik masuk ke Indonesia melalui Bangsa Portugis pada tahun 1512 dengan tujuan untuk berdagang di daerah penghasil rempahrempah tepatnya di kepulauan Maluku.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kajian yang penulis ambil dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung Tahun 1901-1942. Untuk membahas berbagi aspek mengenai judul

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

FRANCISCUS GEORGIUS YOSEPHUS VAN LITH S.J.: KAJIAN SEJARAH PENDIDIKAN KATHOLIK DI JAWA TENGAH ( ) SKRIPSI

FRANCISCUS GEORGIUS YOSEPHUS VAN LITH S.J.: KAJIAN SEJARAH PENDIDIKAN KATHOLIK DI JAWA TENGAH ( ) SKRIPSI FRANCISCUS GEORGIUS YOSEPHUS VAN LITH S.J.: KAJIAN SEJARAH PENDIDIKAN KATHOLIK DI JAWA TENGAH (1896-1926) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang digunakanuntuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan Transportasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sasaran Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sanggar Nongsari yang berlokasi di Jln. Mawar No. 13 Kavling Tegal Padang Legok Serang Banten. Peneliti memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa Tengah mempunyai potensi yang tidak kalah pentingnya dengan daerah-daerah lain di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Semarang dan sebagian masuk wilayah Kabupaten Kendal

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Semarang dan sebagian masuk wilayah Kabupaten Kendal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Teritorial paroki Bongsari yang terbentang luas masuk wilayah kota Semarang, Kabupaten Semarang dan sebagian masuk wilayah Kabupaten Kendal mengakibatkan kurangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Pulau Bali dengan keindahan menjadi sebuah pulau tujuan wisata dari wisatawan domestik maupun mancanegara. Tidak sedikit dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang merupakan Ibukota Jawa Tengah yang saat ini mulai menunjukkan kemajuan di sektor ekonomi. Kawasan perekonomian Kota Semarang terpusat di wilayah Semarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai

Lebih terperinci

B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Kajian Pustaka F. Historiografi yang Relevan...

B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Kajian Pustaka F. Historiografi yang Relevan... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

KONGREGASI IMAM-IMAM HATI KUDUS YESUS (SCJ) KAPITEL JENDERAL XXII

KONGREGASI IMAM-IMAM HATI KUDUS YESUS (SCJ) KAPITEL JENDERAL XXII KONGREGASI IMAM-IMAM HATI KUDUS YESUS (SCJ) KAPITEL JENDERAL XXII Roma, 22 November 2007 Para Konfrater yang terkasih, Salam sejahtera dari Komisi Persiapan Kapitel Jenderal. Kami bertemu untuk pertama

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. Orang-orang Tionghoa asli sudah datang ke pulau Jawa jauh sebelum kedatangan orang Barat.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode historis. Menurut Kuntowijoyo, (1994: xii), metode sejarah adalah petunjuk pelaksanaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Katolik Santo Paulus bediri pada tahun 1939 terletak di Jalan Mohamad Toha nomor 19,Bandung. Awal mula gereja berdiri hanya memiliki sekitar kurang lebih 200

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan bangsa dibina melalui dunia pendidikan. Dunia pendidikan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan bangsa dibina melalui dunia pendidikan. Dunia pendidikan sangat erat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan hal yang dapat membangun bangsa dan menjadikan bangsa besar. Hal itu menekankan pendidikan sebagai prioritas untuk diperhatikan, anak bangsa yang akan meneruskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu wilayah tidak dapat dilepaskan dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu wilayah tidak dapat dilepaskan dari perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu wilayah tidak dapat dilepaskan dari perkembangan transportasi. 1 Hal ini tidak dapat dipungkiri mengingat transportasi memiliki peran yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meliza Faomasi Laoli, 2013 Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Meliza Faomasi Laoli, 2013 Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir abad ke-17, timbul suatu gerakan kebangunan rohani. Di negeri Jerman dan Belanda, gerakan ini disebut aliran Pietisme. Pietisme merupakan reaksi terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretasi, dan historiografi. Heuristik atau dalam bahasa Jerman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretasi, dan historiografi. Heuristik atau dalam bahasa Jerman BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari empat Langkah, yaitu heuristik, verifikasi (kritik), interpretasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menaklukkan Jayakarta dan memberinya nama Batavia 1. Batavia dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menaklukkan Jayakarta dan memberinya nama Batavia 1. Batavia dijadikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Belanda datang ke Indonesia pertama kali pada tahun 1569 dan melabuhkan kapalnya di pelabuhan Banten. Pada tahun 1610 mereka membangun benteng sebagai tempat pertahanan

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Misa Setiap Akhir Pekan Gereja Katolik Santa Maria 1500 umat 5 kali 7500 umat

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Misa Setiap Akhir Pekan Gereja Katolik Santa Maria 1500 umat 5 kali 7500 umat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Paroki Santa Maria Tak Bercela Surabaya merupakan salah satu paroki yang memiliki jumlah umat cukup banyak di Keuskupan Surabaya. Berawal dari satu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri Sandal Barepan selama 38 tahun tersebut, maka perlu digunakan suatu metode penelitian sejarah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pada umumnya dipahami bahwa warga gereja terdiri dari dua golongan, yaitu mereka yang dipanggil penuh waktu untuk melayani atau pejabat gereja dan anggota jemaat biasa.

Lebih terperinci

Pada kurun waktu sekitar tahun 1965 sampai dengan tahun 1980, kami sekelompok etnis dari Flores Timur berjumlah kurang lebih 20 kepala keluarga

Pada kurun waktu sekitar tahun 1965 sampai dengan tahun 1980, kami sekelompok etnis dari Flores Timur berjumlah kurang lebih 20 kepala keluarga Pada kurun waktu sekitar tahun 1965 sampai dengan tahun 1980, kami sekelompok etnis dari Flores Timur berjumlah kurang lebih 20 kepala keluarga Katholik yang berdiam di jl. Kebon Kacang termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Salatiga. Pertimbangan lokasi penelitian adalah : 1. Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur ada di Salatiga. 2. Salatiga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan mengenai metode dan teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis. Menurut buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia, bab

Lebih terperinci

RUMAH RETRET KHATOLIK DI TUNTANG DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNACULAR

RUMAH RETRET KHATOLIK DI TUNTANG DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNACULAR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RUMAH RETRET KHATOLIK DI TUNTANG DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNACULAR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arsip merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia, tanpa disadari

BAB I PENDAHULUAN. Arsip merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia, tanpa disadari BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang dan Permasalahan Arsip merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia, tanpa disadari kegiatan yang dilakukan manusia tidak lepas dari terciptanya arsip. Arsip mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi adalah sarana untuk mempercepat waktu. dalam mencapai suatu tujuan. Di Indonesia, transportasi terbagi

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi adalah sarana untuk mempercepat waktu. dalam mencapai suatu tujuan. Di Indonesia, transportasi terbagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah sarana untuk mempercepat waktu dalam mencapai suatu tujuan. Di Indonesia, transportasi terbagi menjadi tiga, yaitu transportasi darat, laut, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap informasi

BAB I PENDAHULUAN. berkepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap informasi 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi sangat diperlukan perusahaan, pemerintahan, perseorangan, maupun organisasi lain dalam hal memperoleh data-data keuangan yang penting, dan kemudian

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. yang naik turun dari status keadaan di masa yang lampau untuk memperoleh. yang akan datang (Mohammad Nasir, 2003: 48).

BAB III. METODE PENELITIAN. yang naik turun dari status keadaan di masa yang lampau untuk memperoleh. yang akan datang (Mohammad Nasir, 2003: 48). BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Penelitian ini mengguanakn metode penelitian historis atau metode sejarah, yaitu merupakan suatu usaha untuk memberikan interpretasi dari bagian trend

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang permasalahan

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang permasalahan BAB I Pendahuluan A. Latar belakang permasalahan Manusia membutuhkan sarana untuk mengungkapkan setiap pengalaman yang dia rasakan dan dia alami, yang di dalamnya manusia bisa berbagi dengan manusia yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan penguraian mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara bertahap, organisasi Muhammadiyah di Purwokerto tumbuh dan berkembang, terutama skala amal usahanya. Amal usaha Muhammadiyah di daerah Banyumas meliputi

Lebih terperinci

Theresiana Ani Larasati

Theresiana Ani Larasati MENGENAL CANDI GANJURAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBAGAI TEMPAT PEZIARAHAN DAN CAGAR BUDAYA Theresiana Ani Larasati Candi Ganjuran berada di dalam kompleks Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, agama Kristen dapat dikatakan sebagai agama yang paling luas tersebar

BAB I PENDAHULUAN. manusia, agama Kristen dapat dikatakan sebagai agama yang paling luas tersebar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ada banyak agama di dunia ini, dari semua agama yang dianut oleh manusia, agama Kristen dapat dikatakan sebagai agama yang paling luas tersebar di muka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terbentuknya Prefektur Apostolik Sumatera tahun Prefektur Apostolik

I. PENDAHULUAN. terbentuknya Prefektur Apostolik Sumatera tahun Prefektur Apostolik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masuk dan berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro tidak terlepas dari terbentuknya Prefektur Apostolik Sumatera tahun 1911-1923. Prefektur Apostolik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...Baruklinting mencabut lidi tersebut, dan dari lubang bekas lidi itu memancar air. Air mengalir terus-menerus, bahkan mulai membanjiri pemukiman penduduk. Mereka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III ini dipaparkan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan dalamskripsi yang berjudul Kehidupan Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa konflik Irlandia Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

Lebih terperinci