BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang balas budi Pemerintah Kolonial terhadap penduduk tanah jajahannya di Hindia Belanda. Penerapan politik ini menekankan pada tiga program, yaitu pengairan, pendidikan, dan perpindahan penduduk. 1 Politik Etis mengisyaratkan sejumlah sumbangan dari Pemerintah Kolonial untuk penduduk bumiputera dalam hal pengembangan sekolah, pelayanan kesehatan, transportasi dan pembangunan infrastruktur lainnya. 2 Program-program pengembangan tersebut bertujuan untuk mencerdaskan rakyat, meningkatkan kesejahteraan umum, dan meratakan kemakmuran. Salah satu akibat diterapkannya Politik Etis ini dapat dilihat di Purworejo. 1 Ricklefs, M. C., Sejarah Indonesia Modern , (Jakarta: Serambi, 2008), hlm Gouda, Frances, Dutch Culture Overseas: Praktik Kolonial di Hindia Belanda, (Jakarta: Serambi, 2007), hlm. 53.

2 2 Dua penelitian masing-masing dilakukan oleh Musadad 3 dan Didien Ngadinem 4 menegaskan bahwa Purworejo yang dahulu termasuk ke dalam Karesidenan Bagelen memang sudah dilirik oleh Pemerintah Kolonial karena daerahnya yang subur. Letak Purworejo juga sangat strategis karena berada pada jalur lalu lintas perdagangan yang sangat menunjang kehidupan perekonomian. Sejak berakhirnya Perang Diponegoro, Purworejo dijadikan daerah yang penting bagi kepentingan politik Pemerintah Kolonial. Dalam rangka menumbuhkan tingkat perekonomian di wilayah ini, Pemerintah Kolonial mengawali pembangunan fisik pada pembangunan sarana penunjang militer. Sarana tersebut meliputi benteng, tangsi militer, perumahan perwira, asrama tentara, dan juga fasilitas lain seperti pendidikan umum bagi warga keturunan Eropa maupun bumiputera. 5 Setelah itu dibangunlah infrastruktur lain untuk menunjang kehidupan aktivitas masyarakat seperti sarana transportasi, pasar, dan instansi pemerintah. 3 Musadad, Dari Pemukiman Benteng ke Kota Administrasi (Tata Ruang Kota Purworejo Tahun ). Tesis Jurusan Sejarah FIB UGM, Didien Ngadinem, Perkembangan Daerah Karesidenan Bagelen Pertengahan Abad XIX (Sebuah Study Sejarah Sosial- Ekonomi). Skripsi Jurusan Sejarah UGM, Musadad, Arsitektur dan Fungsi Stasiun Kereta Api Bagi Perkembangan Kota Purworejo Tahun Laporan Penelitian Jurusan Arkeologi FIB UGM, 2002, hlm. 9.

3 3 Terkait pembangunan infrastruktur pemerintah di Purworejo pada masa kolonial, gedung sekolah memang yang paling banyak jumlahnya. Dapat dikatakan bahwa Pemerintah Kolonial memberikan perhatian yang besar terhadap kemajuan pendidikan. Tujuan dari pendidikan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas kemampuan sumber daya manusia yang akan memenuhi kebutuhan tenaga kerja di kursi pemerintahan. Bagi Pemerintah Kolonial akan terasa berat jika mengirimkan tenaga ahli dari Belanda untuk datang ke Indonesia karena membutuhkan biaya besar. 6 Mereka lebih memilih jalan lain dengan melatih penduduk bumiputera di bangku sekolah karena tenaga mereka nantinya dapat dibayarkan dengan gaji yang murah. Meski demikian, bagi penduduk bumiputera untuk memperoleh posisi dalam pemerintahan merupakan sebuah prestise tersendiri karena sebelumnya hanya orang yang berasal dari keturunan bangsawan saja yang memperoleh posisi tersebut. Diperkenalkannya sekolah bercorak Barat dari tingkat menengah ke atas memungkinkan adanya keunggulan berbagai macam ilmu, sehingga proses pelebaran diferensiasi kerja juga 6 S. Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia, (Bandung: Jemmars, 1983), hlm

4 4 menjadi lebih cepat. 7 Semakin berkembanganya pendidikan kolonial ini merupakan akar perubahan sosial yang mempengaruhi elite bumiputera. Kebutuhan akan tenaga birokrasi bumiputera yang berpendidikan Barat bertambah besar seiring meluasnya kekuasaan Belanda. Sebelumnya kedudukankedudukan tinggi dalam hierarki kepegawaian bumiputera biasa diberikan atas dasar asal keturunan (ascribed status). Namun sejak politik kolonial mulai memperhatikan pendidikan di wilayah Hindia Belanda, persaingan untuk menduduki suatu jabatan tertentu mulai terbuka. 8 Sementara penelitian-penelitian yang sudah ada, misalnya oleh Musadad dan Didien Ngadinem yang telah disebutkan, mengulas tumbuh dan berkembangnya Purworejo sebagai kota kolonial yang penting bagi pemerintah Hindia Belanda, dampak dari transisi Purworejo menjadi wilayah urban belum banyak dikaji. Hal ini khususnya menyangkut dinamika sosial penduduk yang terkait dengan baik perpindahan penduduk maupun perubahan struktur sosial ekonomi mereka. Dua aspek dinamika ini (perpindahan penduduk dan perubahan struktur sosial 7 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia V, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), hlm Niel, Robert van, Munculnya Elite Modern Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya: 1984), hlm

5 5 ekonomi) dipahami sebagai mobilitas sosial penduduk. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengulas tentang dinamika penduduk dan perubahan sosial yang terjadi sebagai akibat secara langsung maupun tidak langsung dari perkembangan pendidikan kolonial. B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, pokok permasalahan yang akan dikaji adalah dinamika kehidupan sosial penduduk di Kabupaten Purworejo sebagai akibat dari perkembangan pendidikan. Permasalahan pokok tersebut kemudian memunculkan pertanyaan yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mencari jawaban atas permasalahan tersebut, yaitu: 1. Bagaimana perkembangan pendidikan di Purworejo pada periode ? 2. Bagaimana perkembangan pendidikan tersebut mempengaruhi dinamika sosial penduduk? Ruang lingkup penelitian ini menggunakan spasial regentschap Purworejo yang pada tahun 1831 merupakan ibukota karesidenan Bagelen. Purworejo menjadi pusat kekuatan militer Belanda sejak berlangsungnya Perang Diponegoro karena posisinya yang strategis dan sangat menguntungkan

6 6 pemerintahan Belanda. Daerah ini semakin berkembang dengan didirikannya bangunan-bangunan milik pemerintah Belanda seperti benteng, asrama militer, rumah sakit, dan sekolah-sekolah Eropa. Batasan waktu kajian skripsi ini adalah tahun 1900 yaitu sejak diberlakukannya Politik Etis hingga tahun 1942 yaitu ketika pemerintahan kolonial di Hindia Belanda berakhir. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat fenomena perubahan sosial di Purworejo pada tahun sebagai dampak perkembangan pendidikan yang merupakan salah satu program pelaksanaan Politik Etis. Penafsiran sumber-sumber yang tersedia akan membantu menjelaskan penyebab terjadinya perubahan sosial tersebut. Hasil yang diharapkan dari tulisan ini adalah karya sejarah yang berbentuk analisis deskriptif untuk mendokumentasikan peristiwa sejarah di Purworejo sehingga bisa menambah khazanah bagi ilmu sejarah. D. Kerangka Konseptual Pendidikan yang berkembang pada masa kolonial meliputi pendidikan formal dan non formal yang didirikan oleh pemerintah maupun swasta. Pada masa berlangsungnya Politik Etis,

7 7 pendidikan mempunyai beberapa ciri khas politik kolonial seperti gradualisme, dualisme, kontrol sentral yang kuat, keterbatasan tujuan, prinsip konkordansi, dan belum adanya perencanaan pendidikan yang sistematis. 9 Berdasarkan penelitian Pitirim A. Sorokin, lembaga pendidikan dapat dikatakan sebagai social elevator karena menjadi saluran konkrit gerak sosial vertikal dari kedudukan paling rendah ke kedudukan paling tinggi dalam masyarakat. 10 Diantara banyaknya pendidikan formal dan non formal yang muncul pada masa kolonial, pendidikan Barat menjadi idaman banyak orang karena memunculkan penghargaan bagi seseorang tanpa memandang asal-usul keturunannya. 11 Pendidikan Barat melahirkan golongan intelektual dan tenaga terdidik yang mumpuni sebagai pengisi jabatan dalam pemerintahan maupun swasta. Para intelektual yang tidak hanya berasal dari kalangan bangsawan tersebut kemudian menjadi elite baru karena mengalami kenaikan status sosial. Dalam hal ini, pendidikan 9 S. Nasution, op.cit., hlm Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar. (Jakarta: CV Rajawali, 1982), hlm Djoko Soekiman, Kebudayaan Indis dari Zaman Kompeni sampai Revolusi. (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), hlm. 41.

8 8 menjadi titik balik perubahan struktur masyarakat karena menyebabkan terjadinya mobilitas sosial dalam masyarakat. Perkembangan pendidikan menjadi faktor pendorong terjadinya perubahan sosial karena berdampak pada perubahan struktur dalam masyarakat. Selo Soemardjan mengatakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya seperti nilai-nilai, sikap, dan perilaku diantara anggota-anggota masyarakat tersebut. 12 Pendidikan yang berkembang pada masa kolonial adalah salah satu bentuk modernisasi sehingga masyarakat yang bersifat tradisional kemudian mengalami transisi ke arah modern. Tingkat literasi dan pengetahuan masyarakat meningkat, serta muncul sektor pekerjaan baru yang memerlukan keterampilan. Output dari pendidikan dapat menempati sektor pekerjaan baru tersebut sehingga mereka mengalami perubahan status sosial. Organisasiorganisasi sosial kemasyarakatan yang bersifat modern mulai bermunculan seiring diperkenalkannnya ide kemajuan oleh intelektual-intelektual baru yang telah mengubah cara pandang masyarakat sekitarnya untuk terlepas dari belenggu penjajahan kolonial. 12 Isjoni Ishaq, Masyarakat dan Perubahan Sosial. (Pekanbaru: Unri Press, 2002), hlm. 12.

9 9 Pendidikan pada masa kolonial yang dikaji dalam penelitian ini merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya dinamika sosial. Pendidikan menjadi prestise dan suatu keharusan untuk sebuah status sosial dalam masyarakat disamping garis keturunan dan jumlah kekayaan. Dalam prakteknya, pendidikan sebagai salah satu program dari Politik Etis yang mempunyai tujuan awal untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk tanah jajahan justru bersifat diskriminatif baik secara rasial maupun gender. 13 Pendidikan pada awalnya hanya terbuka untuk anak keturunan Eropa dan anak bangsawan bumiputera saja karena secara finansial mereka mampu untuk membayar biaya sekolah yang tinggi. Selain itu, pengetahuan tentang bahasa Belanda juga menjadi syarat utama karena merupakan bahasa pengantar yang digunakan pada sekolah bercorat Barat. Bahkan, sekolah juga terbatas bagi anak-anak perempuan karena peran mereka hanya melakukan pekerjaan rumah saja sehingga tidak perlu mendapatkan pendidikan Taufik Abdullah dan A. B. Lapian (ed.), Indonesia dalam Arus Sejarah 5: Masa Pergerakan Kebangsaan. (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2012), hlm Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, op.cit., hlm. 237.

10 10 Pendidikan dan perubahan sosial adalah dua hal yang saling berkaitan. Pendidikan kolonial yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terdidik telah mengakibatkan terjadinya dinamika penduduk dan perkembangan intelektualitas. Penduduk terdorong semakin maju dan mengalami mobilitas vertikal untuk mendapatkan status sosial dan gaji yang tinggi sesuai dengan pendidikan yang mereka tempuh. E. Tinjauan Pustaka Sejauh ini penulis membaca literatur yang berkaitan dengan tema pendidikan pada masa kolonial, mulai dari tulisan peneliti Indonesia hingga peneliti asing. Namun demikian kajian tentang dampak pendidikan terhadap perubahan sosial di Kabupaten Purworejo belum banyak yang menyinggungnya secara detail. Sumber pustaka yang penulis gunakan untuk melakukan penelitian ini berupa sumber sekunder, yaitu buku, jurnal dan beberapa laporan penelitian yang secara tematis, temporal dan spasial hampir sama dengan penelitian ini. Maka dari itu penulis menggunakan beberapa buku, jurnal dan laporan penelitian yang relevan untuk tema penelitian sejarah ini.

11 11 Tulisan yang digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini adalah tesis karya Musadad yang berjudul Dari Pemukiman Benteng ke Kota Administrasi (Tata Ruang Kota Purworejo Tahun ). Tesis ini digunakan untuk melihat tata ruang kota Purworejo pada masa pemerintahan Belanda, termasuk bangunan sekolah-sekolah kolonial yang berdiri. Terdapat perkembangan fasilitas dan jaringan jalan di kota Purworejo pada masa pemerintahan kolonial. Hal tersebut menjadi salah satu akibat diterapkannya Politik Etis. Aktivitas kota Purworejo membutuhkan perubahan ruang yang semula berupa tanah kosong menjadi ruang kultural dengan didirikannya infrastruktur pemerintah. Munculnya institusi pendidikan mendukung terjadinya perubahan ruang-ruang kota yang berawal dari lahan kosong menjadi sekolah-sekolah beserta asramanya. Selanjutnya pengaruh Politik Etis sangat mewarnai kehidupan penduduk Purworejo yang tampak dari banyaknya jumlah gedung sekolah yang mendominasi tata ruang kota Purworejo hingga tahun Dalam tesis ini disebutkan bahwa pada tahun 1930 jumlah gedung untuk institusi pendidikan menempati urutan pertama karena ada harapan dari masyarakat ketika menggunakan fasilitas gedung tersebut akan mendapatkan penghidupan yang lebih baik

12 12 di masa mendatang. Tesis ini sangat bermanfaat untuk melihat perkembangan pendidikan di Purworejo secara fisik bangunannya, serta dinamika penduduk yang terjadi setelah banyak penduduk yang mengakses pendidikan di sekolah-sekolah kolonial. Selanjutnya skripsi karya Didien Ngadinem yang berjudul Perkembangan Daerah Karesidenen Bagelen Pertengahan Abad XIX (Sebuah Study Sejarah Sosial-Ekonomi). Skripsi ini memberikan gambaran tentang keadaan sosial-ekonomi penduduk karesidenan Bagelen pada masa sesudah Perang Diponegoro. Berakhirnya Perang Diponegoro membuat Pemerintah Kolonial mengubah politik pemerintahannya dengan menerapkan sistem tanam paksa. Daerah karesidenan Bagelen ini menjadi daerah yang subur dan strategis bagi kepentingan politik Pemerintah Kolonial Belanda. Di daerah ini banyak didirikan benteng, asrama militer, serta fasilitas lain yang berhubungan dengan kemiliteran seperti pendidikan umum baik untuk warga keturunan Eropa maupun bumiputera. Pendidikan ini sangatlah penting untuk meningkatkan kapasitas kemampuan sumber daya manusia di kemudian hari. Hal ini menjadi catatan penting bagi penulis untuk melihat lebih jauh awal perkembangan pendidikan sekaligus dinamika sosial ekonomi di Purworejo yang pada abad XIX adalah bagian dari karesidenan Bagelen.

13 13 Disertasi karya Agus Suwignyo yang berjudul The Breach in the Dike: Regime Change and The Standardization of Public Primaryschool Teacher Training In Indonesia, membahas mengenai transformasi pendidikan guru Sekolah Dasar yang berubah dari waktu ke waktu mengikuti perkembangan kurikulum pengajaran. Meskipun fokus pada pendidikan guru, disertasi ini tetap memberikan penjelasan tentang perkembangan pendidikan pada masa kolonial secara luas, berikut transformasi yang terjadi pada sekolah-sekolah tersebut sebagai akibat dari konkordansi (kesetaraan). Bahkan kehidupan sosial masyarakat pada setting kolonial tidak luput dari pemaparan. Laporan Penelitian Andry Nurtjahjo L. yang berjudul Pendidikan Kolonial dan Mobilitas Sosial Penduduk Bumiputra ( ) dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian ini karena membahas pendidikan kolonial secara umum di wilayah Hindia Belanda pada masa diterapkannya Politik Etis. Penelitian tersebut melihat pengaruh pendidikan kolonial dalam memunculkan dinamika sosial di kalangan penduduk bumiputera. Pada masa kolonial, mobilitas sosial yang terjadi di kalangan masyarakat bersifat tertutup karena didasari oleh faktor keturunan. Akan tetapi seiring dengan berkembangnya pendidikan pada periode Politik Etis, terbuka kesempatan bagi masyarakat kelas sosial menengah kebawah yang telah memperoleh

14 14 pendidikan untuk ikut berkompetisi dalam mendapatkan pekerjaan sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Hal inilah yang menyebabkan pendidikan kolonial menjadi salah satu sarana terjadinya mobilitas sosial di kalangan masyarakat bumiputera. Mereka yang mendapatkan pekerjaan dengan berbekal pendidikan mengalami kenaikan status sosial di masyarakat karena menduduki posisi yang juga tersedia bagi kalangan elite. Terdapat kemiripan antara tulisan ini dengan penelitian yang akan dilakukan, namun yang membedakan adalah spasialnya. Penelitian yang dilakukan oleh Andry Nurtjahjo L. ini membahas sejarah pendidikan kolonial dan dinamika penduduk bumiputera yang terjadi sebagai akibat dari modernisasi pendidikan di wilayah Hindia Belanda, sedangkan yang akan ditulis oleh penulis adalah mengenai pendidikan secara luas (formal dan non formal) pada masa kolonial serta perubahan sosial yang terjadi pada spasial yang lebih kecil yaitu di Kabupaten Purworejo. Buku karya S. Nasution yang berjudul Sejarah Pendidikan Indonesia mengandung fakta-fakta menarik tentang perkembangan pendidikan di Indonesia pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Buku ini fokus pada sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia, khususnya sekolah-sekolah milik pemerintah pada tahun Pada masa ini terbentuk

15 15 suatu sistem pendidikan yang lengkap bagi penduduk bumiputera untuk memperoleh pendidikan dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi meskipun harus menghadapi berbagai problematika ekonomi maupun tekanan politik dari Pemerintah Kolonial. Buku berjudul Pendidikan di Indonesia karya S. L. van der Wal menyajikan fakta-fakta mengenai perkembangan pendidikan di wilayah Hindia Belanda pada masa pemerintahan kolonial. Buku ini berisi tentang surat-surat keputusan dan laporan-laporan mengenai perkembangan pendidikan di wilayah Hindia Belanda. Pendidikan yang dijelaskan di sini mencakup pendidikan secara luas yaitu mengenai sekolah pemerintah, sekolah swasta, dan pendidikan non formal seperti kursus-kursus Bahasa Belanda. Perkembangan bahan bacaan rakyat oleh Volkslectuur untuk mendukung perluasan pengetahuan penduduk Hindia Belanda juga disinggung dalam buku ini. Informasi mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial dalam bidang pendidikan sangat bermanfaat untuk menyusun penelitian mengenai pendidikan dengan spasial yang lebih kecil ini. F. Metode dan Sumber Penelitian Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terbagi dalam lima tahap, yaitu (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan

16 16 sumber baik dokumen maupun sumber lisan yang relevan dengan tema ini, (3) verifikasi atau kritik sumber yang meliputi kritik intern dan kritik ekstern untuk menguji keabsahan dan keakuratan sumber, (4) interpretasi yang meliputi penafsiran dan penyusunan fakta yang masih berserakan secara kronologis, dan (5) penulisan sejarah. 15 Hal ini dimaksudkan agar hasil dari tulisan ini nantinya mampu menjadi suatu karya sejarah yang ilmiah. Pemilihan topik dilakukan berdasarkan minat dan kedekatan penulis dengan obyek penelitian serta nantinya workable. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami peristiwa di masa lampau sehingga langkah utama yang diambil adalah pengumpulan sumber. Sumber tertulis yang digunakan berupa arsip, buku, skripsi, tesis, disertasi, surat kabar dan dokumen-dokumen yang tidak diterbitkan. Sumber ini diperoleh dari perpustakaan Jurusan Sejarah FIB UGM, perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UGM, Perpustakaan Pusat UGM, Perpustakaan Pusat Studi Asia Tenggara, Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Yogyakarta, Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Purworejo, Arsip Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Badan Arsip dan 15 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang, 2005), hlm

17 17 Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah serta dokumen koleksi pribadi. Penulis juga mencari sumber data dengan menggunakan akses internet untuk mengunduh beberapa dokumen lama dalam format digital. Selanjutnya sumber ini disaring kembali untuk mendapatkan data yang relevan dan tidak relevan. Verifikasi sumber dilakukan untuk mendapatkan sumbersumber yang benar-benar kredibel, dimulai dari pengecekan kertas yang digunakan untuk menulis sumber, bentuk tulisan dan juga bahasa yang digunakan. Proses analisis juga dilakukan dengan cara yang sesuai dalam penelitian sejarah yaitu berupa kritik sumber. Tahap selanjutnya adalah interpretasi dari sumber yang ditemukan, kemudian menuliskan hasil penelitian secara analisis deskriptif. G. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah pengantar yang terdiri dari latar belakang, permasalahan dan ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, kerangka konseptual, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bagian pengantar ini berisi tentang deskripsi yang mengantarkan pada pembahasan mengenai fokus penelitian.

18 18 Bab II membahas perkembangan administrasi dan kehidupan sosial ekonomi penduduk Purworejo dalam skema kebijakan kolonial pada awal abad XX. Bagian ini akan menjelaskan mengenai perkembangan administrasi pemerintahan dan tata ruang, demografi, infrastruktur, serta kehidupan sosial ekonomi penduduk Purworejo pada masa pemerintahan kolonial. Bab III membahas perkembangan pendidikan di Purworejo pada tahun 1900-an. Pendidikan tersebut meliputi pendidikan formal dan non formal yang didirikan oleh pemerintah maupun swasta. Pendidikan formal meliputi sekolah berbahasa Belanda dan sekolah vernakular, sedangkan pendidikan non formal meliputi pondok pesantren dan lembaga kursus. Bab IV membahas perubahan sosial penduduk Purworejo sebagai akibat perkembangan pendidikan. Perubahan sosial ini dapat dilihat dari tingkat literasi, diferensiasi pekerjaan, serta munculnya organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan. Bab V berisi kesimpulan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya mempunyai kegiatan utama yang bergerak dibidang pertanian, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebudayaan dan gaya hidup Indis. Pada awal abad XX dalam kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebudayaan dan gaya hidup Indis. Pada awal abad XX dalam kehidupan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penjajahan Belanda pada kurun abad XVIII hingga abad XX tak hanya melahirkan kekerasan, tapi juga memicu proses pembentukan kebudayaan khas, yakni kebudayaan dan gaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad XX merupakan sebuah zaman baru dalam politik kolonial yang dengan diberlakukannya politik etis. Politik etis merupakan politis balas budi Kolonial dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia sehingga terjadi berbagai dimensi perubahan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Salatiga. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah: 1. Sekolah Guru B di Salatiga menjadi salah satu pilot

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya industri-industri besar maupun kecil di Indonesia. Pembangunan sektor-sektor industri ini muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu faktor pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memberikan ilmu pengetahuan serta menanamkan ajaran moral dan juga nasionalisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Permasalahan. Dewasa ini kebutuhan akan informasi semakin besar dan luas. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Permasalahan. Dewasa ini kebutuhan akan informasi semakin besar dan luas. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Dewasa ini kebutuhan akan informasi semakin besar dan luas. Dalam melakukan kegiatan berorganisasi, kebutuhan akan informasi merupakan kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda antara tahun 1830 hingga akhir abad ke-19 dinamakan Culturstelsel (Tanam Paksa).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian yang penulis kaji mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metodologi penelitian yang digunakan peneliti untuk mengkaji skripsi yang berjudul Peranan K.H Mas Mansur Dalam Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan negara-negara lain di dunia, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN APARTEMEN DI SEMARANG 1

BAB 1 PENDAHULUAN APARTEMEN DI SEMARANG 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semarang termasuk dalam sepuluh peringkat kota metropolitan terbesar di Indonesia dan merupakan ibu kota Jawa Tengah yang didominasi oleh bangunan- bangunan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

PENATAAN MUSEUM KERETA API AMBARAWA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post Modern Neo-Vernacular

PENATAAN MUSEUM KERETA API AMBARAWA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post Modern Neo-Vernacular LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN MUSEUM KERETA API AMBARAWA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post Modern Neo-Vernacular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang. Pergerakan ini bertujuan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Untuk menunjang segala aktifitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Secara umum, penelitian atau riset dapat diartikan sebagai suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Perumusan Masalah 1. Latar belakang dan pertanyaan penelitian Berkembangnya arsitektur jaman kolonial Belanda seiring dengan dibangunnya pemukiman bagi orang-orang eropa yang tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tradisional pertama yang bergerak dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan yang awalnya sangat berperan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang digunakanuntuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka dimana, sebagian besar interaksi adalah sekelompok manusia yang bekerja

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. pada masa Orde Baru , (Yogyakarta: FIB UGM, 2013), hlm. 1.

BAB I Pendahuluan. pada masa Orde Baru , (Yogyakarta: FIB UGM, 2013), hlm. 1. 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Rojolele merupakan salah satu varietas lokal yang terkenal di wilayah Jawa Tengah. Varietas tersebut diakui masyarakat berasal dari Delanggu. Pemberian nama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. realitas subyektif yang dianut oleh objek penelitian, dalam hal ini adalah Jaringan

BAB III METODE PENELITIAN. realitas subyektif yang dianut oleh objek penelitian, dalam hal ini adalah Jaringan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mempertimbangkan : 1) realitas subyektif yang dianut oleh objek penelitian, dalam hal ini adalah Jaringan

Lebih terperinci

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu dari permasalahan yang telah dirumuskan maka bentuk dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kota pastinya memiliki nilai sejarah tersendiri, dimana nilai sejarah ini yang menjadi kebanggaan dari kota tersebut. Peristiwa peristiwa yang telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Faktor utama terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia senantiasa menyesuaikan diri dengan kondisi geografis tempat tinggal mereka. Kondisi inilah yang menyebabkan mengapa sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 1 Untuk mendapatkan data dan. menggunakan metode penelitian hukum sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 1 Untuk mendapatkan data dan. menggunakan metode penelitian hukum sebagai berikut: 29 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang akan digunakan untuk mendapatkan suatu data dari obyek penelitian, dan kemudian data tersebut diolah untuk mendapatkan data yang lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri Sandal Barepan selama 38 tahun tersebut, maka perlu digunakan suatu metode penelitian sejarah sebagai

Lebih terperinci

Makalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI

Makalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI Makalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI Oleh: Zulkarnain JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 SISTEM TANAM PAKSA Oleh: Zulkarnain Masa penjajahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM.

PEDOMAN PRAKTIKUM. PEDOMAN PRAKTIKUM 1 PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH Oleh : SUPARDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PADA MASA KOLONIAL

PENDIDIKAN PADA MASA KOLONIAL PENDIDIKAN PADA MASA KOLONIAL DISUSUN UNTUK TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER Penyusun : Nama : Pulung Septyoko Nim : 21545 Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sosiologi 2008 Pendahuluan.

Lebih terperinci

MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL

MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL Fredy Hermanto, S. Pd., M.Pd. PPG DALAM JABATAN Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Kalimat ini tercantum dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia, dan alinea ke-4 (empat)

Lebih terperinci

Daftar Isi PENDIRIAN MUSEUM MUHAMMADIYAH PROPOSAL 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN 1 LATAR BELAKANG SEJARAH PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

Daftar Isi PENDIRIAN MUSEUM MUHAMMADIYAH PROPOSAL 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN 1 LATAR BELAKANG SEJARAH PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH PIMPINAN PUSAT PROPOSAL PENDIRIAN MUSEUM Daftar Isi 1 LATAR BELAKANG SEJARAH 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN MUSEUM LATAR BELAKANG SEJARAH 2 Latar Belakang Kolonialisme Belanda yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1 Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak sekitar 40 km arah Timur dari ibukota Kabupaten Simalungun,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN Untuk memberikan gambaran mengenai bagaimana penelitian ini dilaksanakan, berikut akan dipaparkan mengenai metode yang digunakan: 3.1. Desain dan Jenis Penelitian Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, di era globalisasi pekembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, di era globalisasi pekembangan teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Seiring berjalannya waktu, di era globalisasi pekembangan teknologi menjadi lebih maju dan modern. Pesatnya perkembangan teknologi informasi mengantarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun tidak lepas dari intrik-intrik politik dan memiliki tujuan didalamnya, hal yang pada awalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada dalam kelompok, komunitas, atau masyarakatnya (Mutakin, 2002:1). Tentu saja manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memiliki peran yang penting dalam suatu negara yakni sebagai saran untuk menciptakan manusia yang unggul. Pendidikan tidak bisa terlepas dari kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Pribumi sangat tergantung pada politik yang dijalankan oleh pemerintah kolonial. Sebagai negara jajahan yang berfungsi sebagai daerah eksploitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palembang, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan saat ini menjadi salah satu kota tujuan di tanah air. Hal ini dikarenakan kondisi kota Palembang yang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dengan arus lalu lintas transportasi. Semua kebutuhan dan kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1970-an, Yogyakarta mendapat predikat sebagai kota. sepeda. Predikat ini mempunyai sejarah jauh ke belakang, yakni

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1970-an, Yogyakarta mendapat predikat sebagai kota. sepeda. Predikat ini mempunyai sejarah jauh ke belakang, yakni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 1970-an, Yogyakarta mendapat predikat sebagai kota sepeda. Predikat ini mempunyai sejarah jauh ke belakang, yakni sejak awal abad XX. Ini artinya keberadaan sepeda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintahan Soeharto adalah pemerintahan yang berlangsung selama kurang lebih 32 tahun. Dalam memerintah, Soeharto terkenal dengan ketegasannya. Di bawah pemerintahannya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam kesimpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola dasar pembangunan nasional meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga pembangunan seluruh rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi perkembangan kota-kota di Indonesia. Menurut Roosmalen setidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan jaman, perkembangan dalam berbagai bidang kini semakin terasa di Indonesia. Kemajuan teknologi telah membawa suatu pengaruh yang cukup signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU SEJARAH

PENGANTAR ILMU SEJARAH Resume Buku PENGANTAR ILMU SEJARAH Karya: Prof. Dr. Kuntowijoyo Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah Indonesia, perjuangan perempuan di Indonesia telah ada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah Indonesia, perjuangan perempuan di Indonesia telah ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut sejarah Indonesia, perjuangan perempuan di Indonesia telah ada sejak abad ke-9 Masehi. Tokoh-tokoh pejuang perempuan yang terkenal dalam sejarah misalnya: Martha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif dengan pendekatan 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Moloeng (2007:4) mendefinisikan penelitian

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus

BAB VI KESIMPULAN. Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus BAB VI KESIMPULAN Berbagai penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan wacana agama Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus tema etika, dan moralitas agama

Lebih terperinci

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini berisi pemaparan mengenai metode dan teknik penelitian yang penulis gunakan dalam mengkaji permasalahan berkenaan dengan Kiprah Politik Paguyuban Pasundan Periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seirama dengan tata kehidupan masyarakat maupun dengan tata pemerintahan. 1

BAB I PENDAHULUAN. seirama dengan tata kehidupan masyarakat maupun dengan tata pemerintahan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Arsip merupakan sesuatu yang hidup, tumbuh, dan terus berubah seirama dengan tata kehidupan masyarakat maupun dengan tata pemerintahan. 1 Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh pemecahan terhadap segala permasalahan. Sedangkan penelitian itu sendiri merupakan rangkaian kegiatan ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri merupakan unsur pokok dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri merupakan unsur pokok dalam melaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan sektor industri merupakan unsur pokok dalam melaksanakan pembangunan jangka panjang, yaitu struktur ekonomi yang seimbang di dalamnya terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kisaran adalah ibu kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang bejarak 160 km dari Kota Medan ( ibu kota Provinsi Sumatera Utara). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1. 1 Haryoto Kunto, hal 82 2 Tim Telaga Bakti, hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1. 1 Haryoto Kunto, hal 82 2 Tim Telaga Bakti, hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk hidup, memiliki sifat yang khas yaitu selalu bergerak dari satu tempat ke tempat yang lainnya sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di Indonesia. Keadaan sosial dan ekonomi di Indonesia begitu buruk terutama untuk pendidikan pribumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

PEMETAAN STANDAR ISI

PEMETAAN STANDAR ISI PEMETAAN STANDAR ISI MATA PELAJARAN KELAS / SEMESTER : SEJARAH : X I IPS / I STANDART KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR THP INDIKATOR THP MATERI POKOK 1. Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa negara-negara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, manusia membutuhkan kemampuan untuk menguasai lebih dari satu bahasa untuk menunjang karir, pergaulan, dan pendidikan. Karena dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk

Lebih terperinci