SELF-ORGANIZING HARDWARE UNTUK APLIKASI SELF-EVOLVING ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TIPE ADAPTIVE RESONANCE THEORY (ART)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SELF-ORGANIZING HARDWARE UNTUK APLIKASI SELF-EVOLVING ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TIPE ADAPTIVE RESONANCE THEORY (ART)"

Transkripsi

1 SELF-ORGANIZING HARDWARE UNTUK APLIKASI SELF-EVOLVING ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TIPE ADAPTIVE RESONANCE THEORY (ART) ARWIN Mahasiswa S-2 Teknik Kmputer, STEI, ITB Abstrak Implementasi aplikasi berbasis Jaringan Syaraf Tiruan (JST) pada perangkat keras (hardware) tidak sesignifikan implementasinya di perangkat lunak (sftware) sehingga selah-leh telah terjadi stagnasi pada satu level tertentu. Di sisi lain, JST tipe tertentu memiliki kelebihan untuk aplikasi-aplikasi kmpleks yang memerlukan penglahan paralel pada pengenalan pla dan klasifikasi, sehingga dapat dikembangkan untuk menyesuaikan kebutuhan mendatang. Perkembangan teknlgi FPGA saat ini memungkinkan untuk melakukan implementasi JST berevlusi (evlve) melalui knfigurasi ulang n-site pada perangkat keras berevlusi secara langsung (run-time evlvable recnfigurable hardware). Di dalam makalah ini akan disampaikan knsep self-rganizing hardware (SOHW) berbasis pada recnfigurable hardware (RCHW) dan evlvable hardware (EHW) untuk implementasi aplikasi-aplikasi pengenalan dan klasifikasi berbasiskan Self-Evlving Artificial Neural Netwrk (SE-ANN) tipe Adaptive Resnance Thery (ART) beserta kndisi-kndisi untuk persyaratan implementasinya. Keywrd : FPGA, self-rganizing hardware, evlvable hardware, recnfigurable hardware, ART. I. PENDAHULUAN Implementasi aplikasi berbasis Jaringan Syaraf Tiruan (JST) pada perangkat keras (hardware) tidak sesignifikan implementasinya di perangkat lunak (sftware) sehingga selah-leh telah terjadi stagnasi pada level tertentu. Implementasi JST ke perangkat lunak dinilai lebih menguntungkan terutama pada aplikasiaplikasi yang menggunakan neurn kurang dari 100 unit karena lebih mudah direknfigurasi bila hasil aplikasinya belum memuaskan. Implementasi JST ke perangkat keras akan menjadi penting ketika aplikasiaplikasi tersebut memerlukan lebih dari neurn dan sinapsis [7]. Di sisi lain, untuk masalahmasalah yang bersifat kmpleks dan memerlukan penyelesaian secara paralel seperti pengenalan pla dan klasifikasi, JST memberikan perfrma yang jauh lebih baik ditinjau dari segi waktu dibandingkan kmputer yang dimtri leh dprsesr sekalipun [6]. Kemampuan penglahan paralel ini dapat dilakukan karena susunan JST yang massively-parallel sehingga suatu permasalahan yang kmpleks didistribusikan kepada neurn-neurn tetangganya (neighbring neurns) dan bekerja bersama-sama secara paralel untuk menyelesaikannya. Di dalam suatu prses penyelesaian permasalahan menggunakan JST, terdapat dua fase yang harus dilalui yakni fase pembelajaran atau pelatihan (learning/training phase) dan fase pengenalan (recgnitin phase). Pada fase pembelajaran, JST dikenalkan dengan sejumlah pla latihan yang telah disiapkan sedemikian rupa (pre-prcessing) yang mewakili data yang harus dipelajari leh JST. Salah satu karakteristik menarik dari JST adalah adaptif, yakni suatu kemampuan untuk mengadaptasi adanya pla baru yang dikenalkan kepadanya. Oleh karena itu, dalam masa pembelajaran JST akan menyimpan pengetahuan yang telah dipelajarinya secara adaptif dengan cara mengubah (1) bbt sambungan (synaptic weights) [5] dan atau (2) arsitektur jaringannya (tplgi) [2]. Bbt-bbt dan tplgi JST ini akan berubah seiring dengan

2 semakin bertambahnya pengetahuan yang dimilikinya atau kuantitas pla yang telah ia kenal. Salah satu cnth JST yang menyimpan pengetahuan tentang pla yang telah dikenalnya dengan cara mengubah tplginya adalah Adaptive Resnance Thery (ART). Pada umumnya untuk aplikasi-aplikasi pengenalan pla dan klasifikasi, JST mdel ART dan mdifikasinya lebih banyak digunakan dibandingkan dengan JST Multilayer Perceptrn (MLP) dengan algritma pembelajaran backprpagatin standar karena keunggulannya dalam kecepatan dan keakuratan hasil (utput), sebagai cnth lihat [1]. Kelebihan ART ini disebabkan leh karakteristik adaptifnya yang akan merubah tplginya dengan cara membentuk cluster baru ketika menemui pla baru yang belum pernah ia pelajari sebelumnya yang dikenalkan kepadanya dan menyimpannya di dalam memrynya. Bila suatu ketika pla yang sama diberikan kepadanya, dengan segera ia akan melihat kembali pengetahuannya dan dengan segera mencckkannya dengan cepat. Dengan karakteristik ini, ART diglngkan sebagai Self-Evlving Artificial Neural Netwrk (SE- ANN) dan berbeda dengan tipe Evlving Artificial Neural Netwrk (EANN) sebagaimana disampaikan dalam [16] yang menggunakan pendekatan Evlutinary Algrithm (EA) untuk mengevlusi bbtbbt sambungan, arsitektur atau aturan pembelajaran JST. Untuk mengimplementasikan suatu mdel JST ke bentuk perangkat kerasnya, [10] menyampaikan pandangan bahwa tantangantantangan mendasar dalam implementasi JST ke perangkat keras adalah kmpetisi perangkat keras dengan fleksibilitas tplgi dan strategi pembelajaran yang diaplikasikan pada JST sehingga recngufirabilty harus diperhatikan sejak awal perancangan perangkat keras. [9] [10] melakukan penelitian untuk mengimplementasikan arsitektur unsupervised JST yang dinamakan dengan Flexible Adaptable-Size Tplgy (FAST) ke Field Prgrammable Gate Array (FPGA) untuk aplikasi klasifikasi dan segmentasi citra. FAST adalah JST yang secara dinamis mengadaptasi ukurannya dengan cara menambah jumlah neurn pada lapisan utput-nya bila ditemukan vektr input yang berbeda. Dalam knteks FPGA, adaptasi tplgi adalah karakteristik FPGA yang dapat diknfigurasi secara dinamis untuk mengakmdir JST dengan karakteristik tplgi termdifikasi (mdifiable tplgy) [18]. Pada sisi yang berbeda, penelitian juga dilakukan untuk mendapatkan suatu perangkat keras yang dapat merubah arsitektur dan tingkah lakunya secara dinamis dan mandiri dengan berinteraksi dengan lingkungannya dengan mengadpsi knsep evlusi alami [14] yang dinamakan dengan Evlvable Hardware (EHW). Karakteristik EHW ini memberikan peluang besar untuk implementasi SE-ANN seperti ART namun mengkmbinasikan kedua jenis teknlgi ini akan memunculkan isu-isu baru yang menarik. Oleh karena itu di dalam naskah ini disampaikan knsep Self-Organizing Hardware (SOHW) untuk aplikasi SE-ANN tipe ART dengan mengadpsi karakteristik yang dimiliki leh EHW. Pada Bagian II akan disampaikan knsep dasar ART bersama dengan algritma pembelajarannya. Bagian III berisi knsep FPGA yang dilanjutkan dengan knsep EHW pada Bagian IV. Pada Bagian V disampaikan knsep SOHW dan cara implementasi ART pada SOHW. Naskah ditutup leh Bagian VI yang menyampaikan kesimpulan hasil studi literatur ini. II. JST MODEL ADAPTIVE RESONANCE THEORY A. Knsep Dasar JST-ART dirancang untuk memudahkan pengntrlan derajat kemiripan pla yang ditempatkan pada cluster yang sama. ART dirancang untuk mengatasi masalah stabilitas-plastisitas (stability-plasticity) kemampuan untuk menyimpan infrmasi yang telah dipelajari ketika ada infrmasi baru yang dihadapi leh JST lainnya. Arsitektur dasar JST ART terdiri atas : satu lapisan penglahan masukan dan juga sebagai lapis perbandingan pla yang disebut dengan lapisan F 1, unit-unit cluster atau lapis pengenalan yang disebut dengan lapisan F, dan suatu mekanisme untuk mengntrl 2 derajat kemiripan pla-pla untuk ditempatkan pada cluster yang sama yang 2

3 disebut dengan mekanisme Reset. Lapisan F 1 terdiri atas dua bagian : bagian masukan dan bagian antarmuka (interface). Bagian antarmuka mengkmbinasikan sinyal-sinyal dari bagian masukan dan lapisan F 2, yang nantinya digunakan dalam membandingkan kemiripan sinyal masukan dengan vektr bbt untuk unit cluster yang telah dipilih sebagai caln yang diperblehkan untuk mempelajari pla masukan yang dimasukkan. Untuk memudahkan pemahaman, pada lapisan F 1, bagian masukan diberi ntasi F1 ( ) F1 ( b ). a dan bagian antarmuka diberi ntasi Untuk mengntrl kemiripan pla-pla agar ditempatkan pada cluster yang sama, terdapat dua buah jalur masing-masing bersama dengan bbt-bbtnya, di antara setiap unit di dalam bagian antarmuka lapisan masukan dengan setiap unit cluster. Unit-unit ke- i lapisan F 1 dihubungkan ke unit-unit ke- j lapisan F 2 leh bbt-bbt bttm-up, b ij, sedangkan unit-unit ke- j lapisan F 2 dihubungkan ke unit-unit ke- i lapisan F 1 leh bbt-bbt tp-dwn, t ji. Lapisan F 2 adalah lapisan kmpetitif, artinya unit cluster dengan jumlah masukan terbesar menjadi caln kuat yang diperblehkan mempelajari pla masukan. Aktivasi semua unit lapisan F 2 dibuat nl. Unit-unit antarmuka selanjutnya mengkmbinasikan infrmasi dari unit masukan dan unit cluster. Suatu unit cluster diperblehkan mempelajari pla masukan tergantung kepada kemiripan vektr tp-dwn-nya dengan vektr masukan. Hal ini diatur leh unit reset berdasarkan pada sinyal-sinyal yang diterimanya dari bagian F a dan bagian antarmuka masukan 1 ( ) F1 ( b ) pada lapisan F 1. Jika unit cluster tersebut tidak diperblehkan untuk mempelajari pla masukan yang masuk, ia dinn-aktifkan dan satu unit cluster baru dipilih sebagai caln kuat lainnya. Dalam aplikasinya terdapat dua jenis JST ART, yaitu ART1 yang dirancang untuk berperasi pada vektr-vektr masukan biner dan ART2 yang berperasi pada vektrvektr masukan yang bernilai analg. Pada naskah ini akan digunakan JST ART-1 yang berperasi pada dmain digital 0 dan 1 untuk implementasi pada perangkat digital FPGA. B. Arsitektur Jaringan Arsitektur JST-ART1 terdiri dari dua bagian, yaitu unit-unit kmputasinal dan unit-unit pelengkap (suplemental). 1) Unit-unit Kmputasinal. Unit kmputasinal terdiri dari lapisan F 1 (bagian masukan dan antarmuka), lapisan F 2, dan unit reset. Setiap unit di dalam lapisan masukan, F1 ( a ), dihubungkan ke setiap unit F b, yang di dalam lapisan antarmuka, ( ) berkaitan. Setiap unit di dalam lapisan F b dihubungkan ke unit F1 ( a ) dan 1 ( ) reset yang untuk selanjutnya dihubungkan ke setiap unit di lapisan F 2. Setiap unit di dalam lapisan F1 ( b ) dihubungkan ke setiap unit di dalam lapisan F 2 leh dua jalur bbt. Unit X i di dalam lapisan F1 ( b ) dihubungkan ke unit Y j lapisan F 2 leh bbt-bbt bttm-up, b ij. Sedangkan unit Y j pada lapisan F 2 dihubungkan ke unit X pada lapisan F ( ) i 1 1 b leh bbt-bbt tp-dwn, t ji. Lapisan F 2 adalah lapisan kmpetitif dan hanya simpul yang mempunyai nilai net masukan yang terbesar yang mempunyai aktivasi yang tidak sama dengan nl. Gambar 1. Arsitektur JST ART1 yang disederhanakan. 3

4 2) Unit-unit Pelengkap (Suplemental). Unit-unit pelengkap menyediakan suatu mekanisme sehingga kmputasi yang dilakukan leh algritma ART1 dapat dilaksanakan dengan menggunakan prinsipprinsip JST. Unit-unit tersebut disebut juga dengan unit-unit Gain Cntrl, G1 dan G 2. Arsitektur JST-ART1 selengkapnya diperlihatkan pada Gambar 1. C. AlgritmaPembelajaran [3] Secara sederhana, algritma pembelajaran JST ART1 adalah sebagai berikut : Tahap 0 Inisialisasi parameter-parameter L > 1 dan 0 < ρ 1. Inisialisasi bbt-bbt L 0< bij ( 0) < L 1 + n t 0 = 1. dan ( ) Tahap 1 ji Selama kndisi henti = false, kerjakan tahap 2 sampai 13. Tahap 2 Untuk setiap masukan latihan, kerjakan tahap 3 sampai 13. Tahap 3 Tetapkan aktivasi semua unit F 2 = 0 Tetapkan aktivasi unit-unit masukan F a = s, vektr masukan. ( ) 1 Tahap 4 Hitung nrmalisasi vektr masukan s s = s. i i Tahap 5 Kirim sinyal masukan dari F1 ( ) F1 ( b ). x = s. i i a ke Tahap 6 Untuk setiap simpul F 2 yang tidak dihambat : Jika y j 1, maka Tahap 7 y = b x j ij i i Selama reset = true, kerjakan tahap 8 sampai 11 Tahap 8 Cari unit pemenang, J, sehingga y = y untuk setiap simpul j. Jika J j y J = 1, maka semua simpul dihambat dan pla ini tidak dapat dikelmpkkan. Tahap 9 Hitung ulang aktivasi x untuk F1 ( b ) : xi sitji Tahap 10 =. Hitung nrmalisasi vektr x : x = x. i i Tahap 11 Uji reset : x Jika ρ, maka y J = 1 s (hambat simpul J ) dan lanjutkan mulai tahap 7 lagi. x Jika s > ρ, lanjutkan ke tahap 12. Tahap 12 Perbaharui bbt-bbt untuk simpul J : Lxi bij ( baru) = L 1 + x 4

5 Tahap 13 ( ) t ji baru = x i. Uji kndisi berhenti. III. FIELD PROGRAMMABLE GATE ARRAY (FPGA) A. Knsep Dasar FPGA adalah suatu array unit-unit penglahan bit yang fungsi and interkneksinya dapat diprgram setelah fabrikasi. Sebagian besar tradisinal FPGA menggunakan Lkup Table (LUT) kecil untuk melayani elemen-elemen kmputasinal terprgram. LUT-LUT ini dihubungkann (wired) satu dengan lainnya melalui suatuu interkneksii terprgram yang cukup memakan tempat di setiap sel FPGA. Pada mumnya perangkat-perangkat kmersial menggunakan 4 LUT karena menghemat tempat [14]. FPGA dapat diprgram pada tiga level yang berbeda yakni fungsi dari sel-sel atau gerbang (gate) lgikanya, interkneksi antara sel-selnya dan input dan utput-nya. Ketiga level tersebut diknfigurasii melalui satu urutan (string) bit yang dimasukkan dari sumber luar. Bit-bit knfigurasi ini kemudian akan memberitahukan kepada setiap sel atau gerbang dan interkneksinya bagaimana harus bertingkah laku. Knfigurasi ini dapat dilakukan beberapa kali hingga diperleh suatu rangkaian seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, FPGA dikatakan sebagai device yang recnfigurablee [13]. Sifat recnfigurable ini memberikan sarana yang sangat tepat untuk mengimplementasikan JST ART yang memiliki karakteristik adaptif atau dapat mereknstruksi arsitektur jaringannya secara mandiri. Perubahan arsitektur akan berdampak pada penambahan atau pengurangann cluster seiring dengan penambahan atau pengurangan pla yang telah diajarkan padanya. Gambar 2. FPGA dengan 4-LUT dimana setiap LUT mempunyai 3 input dan 1 utput [14]. IV. EVOLVABLE RECONFIGURABLE HARDWARE A. Evlvable Hardware dan Recnfigurable Di dalam definisinya, EHW adalah perangkat keras yang dapat merubah arsitekturnya secara dinamis dan mandirii seiring dengan perubahan lingkungannya [17]. RCHW pada dasarnya adalah perangkat keras yang berbasiskan pada lgika-lgika terknfigurasi. Kedua tipe perangkat keras tersebut diimplementasikan pada perangkat yang sama yakni FPGA. Perbedaan tegas di antara keduanya adalah EHW menggunakan knsep evlusi untuk mendapatkan suatu perangkat keras yang ptimal untuk suatu aplikasi atau ptimisasi, sedangkan RCHW menggunakan prsedur standar di dalam perancangan suatu perangkat keras untuk aplikasi tertentu. Gambar 3. Bidang EHW muncul dari pertemuan tiga ilmu pengetahuan [4]. 5

6 Gambar 4. Kerangka umum EA. Dengan kata lain, di dalam EHW terdapat suatu kecerdasan alami yang diterapkan sehingga terdapat suatu mekanisme evlusi untuk menghasilkan generasi perangkat keras berikutnya yang lebih baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa RCHW adalah subset dari EHW. Istilah Evlvable Recnfigurable Hardware (ERCHW) ditujukan kepada suatu perangkat keras yang mampu merubah dan mereknfigurasi arsitekturnya secara dinamis seiring dengan perubahan lingkungannya. Di sini dimunculkan istilah Self-Organizing Hardware (SOHW) yang merujuk kepada perangkat keras tipe tersebut di atas namun dengan karakteristik tertentu. SOHW akan dibahas lebih lanjut pada Bagian V. Bidang EHW muncul ke permukaan sebagai dampak dari perpaduan beberapa bidang ilmu pengetahuan sebagaimana dipresentasikan pada Gambar 3. Perancangan sistem melalui pendekatan yang mengadpsi prses evlusi alami telah berhasil dilakukan dengan ditemukannya teknlgi JST dan telah diaplikasikan ke berbagai bidang. JST lebih banyak diaplikasikan melalui sftware walaupun tidak sedikit yang telah diaplikasikan ke hardware walaupun terbatas. Implementasi hardware lebih menguntungkan ditinjau dari aspek waktu penglahan data. Dengan knsep evlusi alami, dikembangkan algritma-algritma yang dinamakan dengan Evlutinary Algrithm (EA). EA meliputi algritmaalgritma utama sebagai berikut : Genetic Algrithm (GA). Genetic Prgramming (GP). Evlutinary Prgramming (EP). Evlutin Strategies (ES). B. Pembangkitan Generasi Terbaik EA mewakili satu kelas algritma pencarian stkastik berbasiskan ppulasi yang dibangun dari ide-ide dan prinsip-prinsip evlusi alami. Satu fitur penting dari algritma-algritma di atas adalah strategi pencarian berbasis ppulasi. Individu-individu di dalam ppulasi berkmpetisi dan saling bertukar infrmasi dalam melakukan tugas-tugas tertentu. Secara umum prses yang berlangsung di dalam EA dipresentasikan pada Gambar 4 berikut ini. Perbedaan utama antara GA dan GP adalah pada representasi krmsm atau individu. Gambar 5. Mekanisme pembangkitan generasi baru. 6

7 Gambar 6. Algritma pengevlusian perangkat keras. GA mengrganisasikan gen dalam bentuk array, sedangkan GP mengaplikasikannya dalam bentuk sebuah phn gen. Namun keduanya sama-sama menggunakan prses crssver dan mutasi. EP hanya menggunakan prses mutasi saja karena ia tidak ada batasan representasi gen. Crssver adalah prses kawin silang untuk mendapatkann generasi terbaik, sedangkan mutasi adalah prses pembalikan susunann bit krmsm dengan tujuan yang sama. Mekanisme crssver dan mutasi diperlihatkan pada Gambar 5. Setiap individu di dalam ppulasi disebut juga dengann gentype dan masing-masing mengandungg satu representasi dari suatu rangkaian dengan satu himpunan kmpnen dan interkneksinya. Dalam crssver, parameter-parameter pasangan rangkaian yang dipilih dipertukarkan untuk dengan peratr crssver dan mutasi. membangkitkan dua keturunan. Selanjutnya, rangkaian terbaik dapat disalinkan langsung ke generasi berikutnya. Mutasi dapat juga terjadi dan melibatkan pembalikan beberapa gen dalam krmsm. Hal ini membuat krmsmkrmsm sedikit berbeda dari yang hanya dihasilkan dari perkawinan kedua induknya. Ketika jumlah rangkaian- rangkaian di dalam ppulasi induk, ppulasi keturunan baru telah siap untuk menjadi ppulasi induk berikutnya dan ppulasi induk asli dihapus. Pemilihan acak dilakukan pada rangkaian keturunan menyamai jumlah pemilihan induk yang akan dikmbinasikan. C. Knsep Evlusi Hardware Sejauh ini, mekanisme adaptasi EHW berdasarkan pada EA dan algritma yang paling umum digunakan adalah GA. Suatu rangkaian dapat direpresentasikan ke dalam beberapa cara yang berbeda. Untuk rangkaian digital, teknik yang paling umum digunakan adalah representasi level gerbang. Representasi ini berisi penjelasan mengenai gerbang yang akan digunakan dan interkneksinya. Ini kemudian dikdekan ke suatu knfigurasi bilangan biner yang selanjutnya diaplikasikan kepada recnfigurable device seperti FPGA. Secara sederhana algritma untuk mengevlusikan perangkat keras ditampilkan pada Gambar 6. Gambar 7. Knsep evlusi hardware. Pada GA ini, perancang cukup mendefinisikan n sekelmpkk vektr-vektr latihan yang berisi pemetaan input dan utput rangkaian, dan secara tmatis algritma ini 7

8 Gambar 8. Mekanisme evlusi EHW [7]. akan menyelesaikan perancangan rangkaiannya. Satu ppulasi yang merepresentasikan rangkaian dibangkitkan secara acak. Tingkah laku setiap rangkaian dievaluasi dan rangkaian terbaik dikmbinasikan untuk mendapatkan generasi baru dan diharapkan menjadi rangkaian yang lebih baik dari pendahulunya. Setelah melalui serangkaian iterasi, rangkaian yang paling layak (fittest) akan bertingkah laku sebagaimanaa spesifikasi awal yang diberikan padanya. Prses ini dapat dilihat pada Gambar 7. Bagian yang sangat membutuhkan kmputasi di dalam GA adalah evaluasi setiap rangkaian atau disebut dengan kmputasi nilai fitness. Prsess ini melibatkan pemasukan data ke setiap rangkaian dan penghitungan kesalahan karena deviasi dari utput yang telah dispesifikasikan. D. Mekanisme Evlusi Hardware Masih ada beda pendapat mengenai EHW yakni masih adanya ketidak yakinan prses evlusi pada hardware yakni mengevlusikan mengevlusikan rangkaian perilaku atau rangkaian. Mengevlusikan hardware sangat kecil kemungkinannya karena akan berdampak fatal bagi hardware itu sendiri, sehingga yang dievaluasi adalah perilaku rangkaian. Dengan kataa lain, EHW dapat dipandang sebagai pendekatan evlusi dalam merancang perilaku hardware dan bukan merancang hardware secara langsung. Oleh karena itu, perancang harus mengetahui perilaku rangkaian yang tepat pada lingkunga dimana ia akan diaplikasikan. EHW dapat dikategrikan berdasarkan pada lkasi simulasi, ekstrinsik dan instrinsik. EHW ekstrinsik mensimulasikan prses evlusi padaa sftware dan hanya memasukkan knfigurasi terbaik kepada hardware pada setiap generasi. EHW intrinsik langsung melakukan prses evlusi di dalam hardware yakni setiap krmsm digunakan untuk mereknfigurasi hardware atau dengan kata lain, hardware akan diknfigurasi sebanyak jumlah ppulasi pada setiap generasi. Mde ini dapat juga disebut dengan mengevlusikan hardware secara ffline EHW (OFL) dan n-line EHW (ONL). Prses ini dipresentasikan pada Gambar 8. V. SELF-ORGANIZING HARDWARE Telah disinggung pada Bagian I bahwa menggabungka an teknlgi JST dan EHW akan memunculkan isu-isu baru yang menarik yakni mengapa harus digabungkan padahal mereka telah mempunyai dmain masing-masing g dan sudah banyak JST yang telah di-hardware-kan. Lalu dimana sisi menariknya? Dalam suatu perancangan rangkaian setelah ia selesai dirancang dan kemudian ditransfer 8

9 ke bentuk hardware-nya, ia akan melakukan fungsi sebagaimana requirement yang diberikan kepadanya. Bila pada suatu ketika paska prduksi ditemukan bahwa terdapat requirement yang belum dipenuhi atau diperlukan pengembangan lebih lanjut, dapat dibayangkan betapa besar upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal ini terlebih bila prduk tersebut dalam bentuk Applicatin Specific Integrated Circuits (ASICs). EHW memberikan satu slusi untuk mengatasi permasalahan tersebut khususnya untuk prduk-prduk paska prduksi dan salah satu diantaranya adalah prduk-prduk rangkaian berbasiskan pada JST. Oleh karena itu knsep SOHW ini diharapkan memberikan alternatif lain untuk mengimplementasikan JST ke hardware. Namun untuk menggabungkan kedua teknlgi tersebut agar menjadi SOHW yang saling melengkapi, diperlukan pemahaman terhadap karakteristik keduanya dan bagaimana knsep evlusi hardware selaras dengan evlusi JST pada fase pelatihan dan fase pengenalan. A. Karakteristik JST ART1 dan EHW 1) ART1. Telah disampaikan pada bagian sebelumnya bahwa sifat JST adalah adaptif yakni mampu merespn perubahan lingkungannya dengan dinamis dengan cara memdifikasi bbtbbt sambungannya, arsitekturnya atau aturan pembelajarannya. JST melakukan respn dengan melakukan perubahan tplgi dengan menambah atau mengurangi cluster kategri pla yang dipelajarinya dengan mekanisme winnertakes-all. Prses perubahan tplgi ini dilakukan secara tmatis tanpa adanya intervensi dari manusia sehingga dapat dikatakan JST ART1 melakukan selfrganizing pada dirinya sendiri agar jumlah cluster selaras dengan jumlah pla yang dikenalnya. Pada fase pengenalan, JST ART melakukan prses pengenalan pla secara langsung atau n-line dan bila ada pla baru yang belum pernah ia kenal, pla tersebut akan dipaksakan masuk ke dalam salah satu kategri yang telah dikenalnya. Oleh karena itu pada fase pengenalan, nilai parameter vigilance diturunkan di bawah 1 agar JST ART tidak begitu sensitif terhadap perbedaan pla yang tipis. Dalam aplikasi kritis perbedaan pla yang tipis ini dapat berdampak fatal bagi prses selanjutnya. Oleh karena itu pada fase pengenalan JST ART1 harus tetap mampu menerima pla input baru yang belum pernah dikenalnya dan menciptakan cluster baru untuk pla tersebut. Untuk dapat memenuhi kebutuhan ini diperlukan hardware yang mampu mengadaptasi perubahan arsitektur jaringan JST ini. 2) EHW. Pada dasarnya karakteristik utama EHW adalah kecerdasannya dalam merespn perubahan lingkungan dengan cara memdifikasi arsitektur dan perilakunya secara mandiri dengan mengadpsi knsep evlusi alami atau evlvable. Dengan kemampuannya dalam berevlusi ini rangkaian berbasis EHW dapat direknfigurasi berulang kali yang pada akhirnya akan diperleh rangkaian terbaik yang telah memenuhi requirement sebagaimana dispesifikasikan sebelum prses pembangunan rangkaian dimulai. Sebagaimana disampaikan pada Bagian IV, bagian yang sangat membutuhkan kmputasi tinggi di dalam GA adalah evaluasi setiap rangkaian untuk memperleh nilai fitness. Ukuran fitness menentukan apa yang harus dikerjakan dan merupakan mekanisme untuk berkmunikasi dengan requirement pada level yang lebih tinggi. Oleh karena itu diperlukan mdifikasi algritma JST ART1 agar ia dapat diimplementasikan dengan mudah ke hardware dan menghasilkan pemetaan input-uput yang lebih sederhana untuk meminimalkan waktu dalam prses evlusi di dalam EHW. B. Cara Kerja SOHW Dengan memanfaatkan karakteristik kedua teknlgi tersebut di atas, SOHW dapat ditinjau dari dua perspektif yakni evlusi penuh dan evlusi tidak penuh dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. 1) Evlusi Tidak Penuh. Pada perspektif evlusi tidak penuh, ART1 dan EHW melakukan prses evlusi baik pada fase pelatihan maupun pada fase pengenalan. Pada fase pelatihan, ART1 akan melakukan prses pengenalan pla dan mengelmpkkannya ke dalam cluster yang berbeda berdasarkan karakteristik pla-pla 9

10 tersebut. Setelah fase pelatihan selesai, dilakukan ekstraksi pemetaan input-utput ART1 dan selanjutnya dikirimkan ke GA untuk melakukan prses sintesa rangkaian. Setelah rangkaian terbaik diperleh, knfigurasi ini kemudian disalinkan ke dalam FPGA menjadi bentuk hardware. prses pembelajaran ulang untuk membentuk cluster baru untuk pla tersebut. Peta inpututput yang baru kemudian dikirimkan ke GA untuk disintesa mendapatkan knfigurasi bit baru. Knfigurasi baru ini kemudian disalinkan ke FPGA untuk membentuk rangkaian baru. Prses yang sama akan berulang bila ditemukan pla baru. Persyaratan utama di sini adalah parameter vigilance harus diatur sama dengan 1. Mekanisme ini lebih menekankan pada mde perasi EHW ff-line atau ekstrinsik karena evlusi dilakukan dengan bantuan sftware dan hanya keturunan dengan knfigurasi rangkaian terbaik yang akan disalinkan pada FPGA. Prses ini dipresentasikan pada Gambar 9. Gambar 9. Mde evlusi tidak penuh SOHW. Gambar 10. (a) Algritma ART1 m. Pada fase pengenalan, bila ART1 memperleh pla input yang belum pernah dikenalnya maka ART1 harus melakukan 2) Evlusi Penuh. Pada mekanisme ini, ART1 dan EHW melakukan prses evlusi baik pada fase pelatihan maupun pada fase pengenalan untuk menghasilkan rangkaian 10

11 terbaik. Perbedaan penting dengan mekanisme evlusi penuh adalah pada fase pengenalan hanya EHW yang melakukan prses evlusi untuk mereknfigurasi rangkaiannya menyesuaikan dengan pla baru yang belum dikenal pada fase pelatihan. Artinya EHW yang melakukan pengenalan sebagai backup ketika ART1 gagal melakukan tugasnya. Agar mekanisme SOHW ini dapat dicapai, digunakan algritma ART1 yang telah dimdifikasi leh [12] menjadi ART1 m atau ART1-mdified sebagaimana ditampilkan pada Gambar 10(a). Mekanisme evlusi tidak penuh ini menampilkan mde perasi EHW n-line atau instrinsik dimana evlusi disimulasikan langsung pada hardware, artinya EHW beradaptasi selaras dengan perubahan lingkungan secara dinamis dan mandiri. Prses ini ditampilkan pada Gambar 10(b). C. Keterbatasan Adaptasi n-line mensyaratkan bahwa EHW mampu merubah arsitektur rangkaiannya ketika berperasi pada lingkungan nyata. Di samping itu, adaptasi n-line juga merupakan prses incremental sehingga EHW harus mampu menyimpan infrmasi rangkaian sebelumnya untuk menurunkan keturunan berikutnya tanpa arus mengulang prses dari awal sebagaimana karakteristik EA yang digunakan untuk mengevlusikan rangkaian. Hal ini disebut juga dengan stabilityplasticity dilemma, permasalahan yang pernah dihadapi JST sebelum ditemukannya ART. Dengan keterbatasan tersebut, prses evlusi hardware pada umumnya dilakukan secara ff-line karena belum ditemukan suatu mekanisme untuk mencegah munculnya keturunan baru yang tidak lebih baik dari induknya. Keturunan yang tidak baik akan berdampak fatal pada rangkaian yang diprduksinya atau lingkungan fisik dimana ia dievlusikan secara n-line. VI. KESIMPULAN Dari studi literatur yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa SOHW sangat mungkin untuk diimplementasikan dengan memadukan karakteristik menguntungkan dari teknlgi JST dan EHW. SOHW akan sangat memberikan keuntungan bila ia mampu melakukan evlusi secara n-line. Adaptasi n-line tidak dapat dilakukan dengan menggunakan EA yang diaplikasikan pada EHW saat ini. Agar EHW mampu melakukan adaptasi secara n-line, permasalahan stability-plasticity atau ketidak mampuan menyimpan infrmasi rangkaian sebelumnya harus diatasi terlebih dulu. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengadpsi penyelesaian stability-plasticity pada JST dan menerapkannya pada EHW dengan metde-metde tertentu. Gambar 10. (b) Mde evlusi penuh SOHW. 11

12 Referensi [1] Busque, Martin, and Parizeau, Marc, A Cmparisn f Fuzzy ARTMAP and Multilayer Perceptrn fr Handwritten Digit Recgnitin, 31 Octber 1997, Cmputer Visin and Systems Labratry Universit e Laval, Sainte-Fy (Quebec), Canada. [2] Carpenter, Gail A., and Grssberg, Stephen, A Massively Parallel Architecture fr a Self- Organizing Neural Pattern Recgnitin Machine, Cmputer Visin, Graphics, and Image Prcessing,1987, Vlume 37, pp [3] Fausset, Laurene, Fundamentals f Neural Netwrks: Architectures, Algrithms and Applicatins, Prentice-Hall, New Jersey, USA, 1994, pp [4] Grdn, Timthy W., and Bentley, Peter J., On Evlvable Hardware, dwnlad tanggal 5 Desember 2006, pukul WIB. [5] Haykin, Simn, Neural Netwrks: A Cmprehensive Fundatin, IEEE Cmputer Sciety Press, USA, [6] Iba, Hitshi; Iwata, Masaya and Higuchi, Tetsuya, Gate-level Evlvable Hardware: Empirical Study and Applicatin, Evlutinary Algrithms in Engineering Applicatins, pp , Springer-Verlag, [7] Kim, Jin Hyung, Neural Netwrks Intrductin, CS679 Lecture Ntes, Cmputer Science Department, KAIS, Krea, [8] Lindsey, Clark S., Neural Netwrks in Hardware: Architectures, Prducts and Applicatins, HardwareNNWCurse/hme.html, dwnlad tanggal 24 Npember 2006, pukul WIB. [9] Pérez-Uribe, Andrés and E. Sanchez, FPGA Implementatin f an Adaptable-Size Neural Netwrk, Prceeding f Sixth Internatinal Cnference n Artificial Neural Netwrks, 1996, pp , Springer-Verlag. [10] Pérez-Uribe, Andrés and Sanchez, E., Neural netwrk structure ptimizatin thrugh nline hardware evlutin, Prceedings f the Wrld Cngress n Neural Netwrks (WCNN 96), 1996, San Dieg, CA, pp [11] Schurmann, Felix; Steffen Hhmann; Jhannes Schemmel, and Karlheinz Meier, Twards an Artificial Neural Netwrk Framewrk, Prceedings f the 2002 NASA/DOD Cnference n Evlvable Hardware (EH 02), [12] Serran-Gtarredna, Teresa and Linares- Barrancn, Bernabé, A Mdified ART1 Algrithms mre suitable fr VLSI Implementatins, Neural Netwrks, 13 Nvember [13] Sipper M., Geke M, Mange D., Stauffer A., Sanchez E., and Tmassini M., The firefly machine: Online evlware, Prceeding 1997 IEEE Cnference Evlutinary Cmputatin (ICEC 97). 1997, Piscataway, NJ: IEEE, pp [14] Trimberger S., Field Prgrammable Gate Arrays, Kluwer Academic, Nrwell, Mass., USA, [15] Trresen, Jim, Evlvable Hardware as a New Cmputer Architecture, ssgrr2002_2.pdf, dwnlad tanggal 4 Desember 2006, jam WIB. [16] Ya, X., Evlving Artificial Neural Netwrks, Prceedings f the IEEE, 7(9): , September [17] Ya, Xin and Higuchi, Tetsuya, Prmises and Challenges f Evlvable Hardware, IEEE Transactins n Systems, Man, and Cybernetics Part C: Applicatins and Reviews, Vl. 29, N. 1, February [18] Zhu, J. and Shuttn, Peter, FPGA Implementatins f Neural Netwrks a Survey f a Decade f Prgress, dwnlad tanggal 4 Desember 2006, jam WIB. Arwin D.W. Sumari meraih gelar S- 1 dari Teknik Elektr, Institut Teknlgi Bandung (ITB), Bandung, Indnesia pada tahun 1996 dan sekarang sedang mengejar gelar S-2 bidang Teknik Kmputer di Seklah Teknik Elektr dan Infrmatika (STEI), ITB, Bandung. Dia juga serang Perwira TNI AU lulusan Akademi TNI Angkatan Udara (AAU), Ygyakarta, Indnesia tahun 1991 dengan pangkat terakhir Mayr Elektrnika (Lek). Saat ini berdinas di AAU sebagai Dsen di Departemen Elektrnika (Deplek) setelah sebelumnya menangani Full Missin Simulatr F-16A di Lanud Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur antara tahun Mayr Lek Arwin pernah menjadi In Plant Team Leader dan Sftware Engineer Simulatr F- 16A di Thmsn Training and Simulatin Ltd. (TT&SL), Crawley, United Kingdm pada tahun Dia memegang beberapa kualifikasi Simulatr F-16A untuk System Administratr (SA), Flight Simulatr Maintenance Engineer (FSME), Flight Simulatr Instructr (FSI) dan Visual Database Mdeling Engineer (VDBM). Dia juga pernah menjadi anggta Himpunan Ahli Intelejensia Artifisial Indnesia (HAIAI) pada tahun Mayr Lek Arwin D.W. Sumari dapat dihubungi melalui alamat daemn00idaf@yah.cm dan then.must.win@htmail.cm atau kunjungi situs pada alamat dan 12

Modifikasi Motif Kain Tradisional Menggunakan Cellular Automata

Modifikasi Motif Kain Tradisional Menggunakan Cellular Automata Mdifikasi Mtif Kain Tradisinal Menggunakan Cellular Autmata Purba Daru Kusuma Prgram Studi Sistem Kmputer Universitas Telkm Bandung, Indnesia purbdaru@gmail.cm Abstrak Metde cellular autmata telah diimplementasikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Data dan Informasi. Sistem Informasi. Komponen sistem informasi. Basis data

PENDAHULUAN. Data dan Informasi. Sistem Informasi. Komponen sistem informasi. Basis data UNIVERSITAS UNIVERSAL BATAM 2016 PENDAHULUAN Data dan Infrmasi Data merupakan nilai (value) yang turut merepresentasikan deskripsi dari suatu bjek atau kejadian (event) Infrmasi merupakan hasil dari penglahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Sejak komputer ditemukan, para peneliti telah berpikir adakah kemungkinan agar

BAB 2 LANDASAN TEORI. Sejak komputer ditemukan, para peneliti telah berpikir adakah kemungkinan agar BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Machine Learning Sejak kmputer ditemukan, para peneliti telah berpikir adakah kemungkinan agar kmputer dapat belajar. Jika kita mengerti bagaimana cara memprgram kmputer agar mereka

Lebih terperinci

Software Requirement (Persyaratan PL)

Software Requirement (Persyaratan PL) Sftware Requirement ( PL) Arna Fariza 1 Rekayasa Perangkat Lunak Tujuan Memperkenalkan knsep persyaratan user dan sistem Menjelaskan persyaratan fungsinal dan nnfungsinal Menjelaskan bagaimana persyaratan

Lebih terperinci

KOMPUTASI PARALEL ASINKRON PADA JARINGAN SARAF TIRUAN

KOMPUTASI PARALEL ASINKRON PADA JARINGAN SARAF TIRUAN Seminar asinal Aplikasi Teknlgi Infrmasi 28 (SATI 28) ISS: 197-22 KOMUTASI ARALEL ASIKRO ADA JARIGA SARAF TIRUA Agus Virgn Departemen Teknik Elektr rdi Teknik Kmputer Institut Teknlgi Telkm Jl. Telekmunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PLN, di ganti menjadi kwh meter digital yang dapat memberikan nilai lebih

BAB I PENDAHULUAN. PLN, di ganti menjadi kwh meter digital yang dapat memberikan nilai lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknlgi selalu berkembang setiap saat, ada saja yang dilakukan manusia untuk memberikan kemudahan pada kehidupan sehari-hari. Salah satu cnth kemudahan

Lebih terperinci

Kompresi Pohon dengan Kode Prüfer

Kompresi Pohon dengan Kode Prüfer Kmpresi Phn dengan Kde Prüfer Ygi Salm Mangntang Pratama(13511059) 1 Prgram Studi Teknik Infrmatika Seklah Teknik Elektr dan Infrmatika Institut Teknlgi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indnesia

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN (GBPP) Matakuliah : Sistem Digital Lanjut Kde : TKC305 Teri : 2 sks Praktikum : 1 sks Deskripsi Matakuliah Standar Kmpetensi Prgram Studi : TKC305 Sistem Digital Lanjut

Lebih terperinci

Teknik Informatika S1

Teknik Informatika S1 Teknik Infrmatika S1 Object Oriented Analysis and Design Pendahuluan Disusun Oleh: Egia Rsi Subhiyakt, M.Km, M.CS Teknik Infrmatika UDINUS egia@dsn.dinus.ac.id +6285740278021 AGENDA PERKULIAHAN Kntrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 REVOLUSI KOMUNIKASI KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 REVOLUSI KOMUNIKASI KOMPUTER BAB I PENDAHULUAN 1.1 REVOLUSI KOMUNIKASI KOMPUTER Di tahun 1970-an dan awal 1980-an terlihat perpaduan dari bidang ilmu kmputer dan kmunikasi data yang secara mendalam mengubah teknlgi, prduksi-prduksi

Lebih terperinci

DESAIN FUZZY STATE MACHINE UNTUK MENGHASILKAN VARIASI RESPON NPC (NON-PLAYABLE CHARACTER) PADA SEBUAH GAME

DESAIN FUZZY STATE MACHINE UNTUK MENGHASILKAN VARIASI RESPON NPC (NON-PLAYABLE CHARACTER) PADA SEBUAH GAME DESAIN FUZZY STATE MACHINE UNTUK MENGHASILKAN VARIASI RESPON NPC (NON-PLAYABLE CHARACTER) PADA SEBUAH GAME Surya Adi Wijaya 1, Susi Juniastuti 2, Supen Mardi SN 3, Mch. Hariadi 4 Pasca Sarjana Jurusan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN (GBPP) Matakuliah : Lgika Fuzzy Kde : TSK-710 Teri : 2 sks Praktikum : - Deskripsi Matakuliah Standar Kmpetensi Prgram Studi : Himpunan Fuzzy dan Lgika Fuzzy: mtivasi,

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan untuk Investasi Perumahan Area Malang Menggunakan Algoritma Bayesian

Sistem Pendukung Keputusan untuk Investasi Perumahan Area Malang Menggunakan Algoritma Bayesian 13 Sistem Pendukung Keputusan untuk Investasi Perumahan Area Malang Menggunakan Algritma Bayesian Mhammad Taufan AZ, Sunary dan Wijn Abstrak Faktr yang menjadi pertimbangan dalam menentukan keputusan untuk

Lebih terperinci

DATA & INFORMASI DALAM SISTEM INFORMASI BISNIS ASIH ROHMANI,M.KOM

DATA & INFORMASI DALAM SISTEM INFORMASI BISNIS ASIH ROHMANI,M.KOM DATA & INFORMASI DALAM SISTEM INFORMASI BISNIS ASIH ROHMANI,M.KOM PENGERTIAN DATA Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. PENGERTIAN DATA Data adalah deskripsi

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Genetika Dalam Menyelesaikan Sebuah Persoalan Anagram Scrabble

Implementasi Algoritma Genetika Dalam Menyelesaikan Sebuah Persoalan Anagram Scrabble Implementasi Genetika Dalam Menyelesaikan Sebuah Persalan Anagram Scrabble Mhammad Gilang Kautzar HW Prgram Studi Teknik Infrmatika, Institut Teknlgi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung e-mail: if15101@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG

BAB III TEORI PENUNJANG 8 BAB III TEORI PENUNJANG 3.1 Bimbingan dan Penyuluhan Prayitn dan Erman Amti (2004:99) mengemukakan bahwa bimbingan adalah prses pemberian bantuan yang dilakukan leh rang yang ahli kepada serang atau

Lebih terperinci

DESAI EVALU IMPLEM BAB I PENDAHULUAN

DESAI EVALU IMPLEM BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Pertemuan ke : 1 Alkasi waktu : 0,5 Jam Kmpetensi dasar : 1. Mahasiswa mampu memahami pentingnya mempelajari perancangan antarmuka pengguna. Indikatr : 1. Menuliskan dan menjelaskan knsep

Lebih terperinci

ESTIMASI PRODUKTIVITAS PEKERJA KONSTRUKSI DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK

ESTIMASI PRODUKTIVITAS PEKERJA KONSTRUKSI DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK ESTIMASI PRODUKTIVITAS PEKERJA KONSTRUKSI DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK Lila Ayu Ratna Winanda Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Pekerjaan konstruksi yang tengah menggeliat bangkit tidak

Lebih terperinci

Konsep Sistem Informasi Manajemen

Konsep Sistem Informasi Manajemen Knsep Sistem Infrmasi Manajemen Sistem Infrmasi Sistem Infrmasi telah menjadi pndasi bagi mdel dan prses bisnis Sistem Infrmasi memungkinkan distribusi pengetahuan: suatu sistem kmunikasi antara manusia

Lebih terperinci

CHAPTER 1. Revolusi ini telah menghasilkan kenyataan yang menarik, antara lain :

CHAPTER 1. Revolusi ini telah menghasilkan kenyataan yang menarik, antara lain : CHAPTER 1 PENDAHULUAN 1.1 REVOLUSI KOMUNIKASI KOMPUTER Di tahun 1970-an dan awal 1980-an terlihat perpaduan dari bidang ilmu kmputer dan kmunikasi data yang secara mendalam mengubah teknlgi, prduksi-prduksi

Lebih terperinci

Desain Software. Arna Fariza PENS. Rekayasa Perangkat Lunak. Materi. Apakah desain software itu? Apakah modularisasi itu? Model

Desain Software. Arna Fariza PENS. Rekayasa Perangkat Lunak. Materi. Apakah desain software itu? Apakah modularisasi itu? Model Desain Sftware Arna Fariza PENS 1 Materi Apakah desain sftware itu? Apakah mdularisasi itu? Mdel 2 Apakah Desain Sftware itu? Desain adalah prses mengubah persyaratan sistem ke dalam prduk yang lengkap

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

Jaringan Komputer, Pertemuan 9. Routing

Jaringan Komputer, Pertemuan 9. Routing Ruting 1. Pengertian Ruting Ruting IP adalah prses pengiriman data dari satu hst dalam satu netwrk ke hst dalam netwrk yang lain melalui suatu ruter. Agar ruter dapat mengetahui bagaimana meneruskan paket

Lebih terperinci

Kecerdasan Buatan/ Artificial Intelligence

Kecerdasan Buatan/ Artificial Intelligence Kecerdasan Buatan/ Artificial Intelligence Knsep Dasar AI Imam Chlissdin, S.Si., M.Km. Pkk Bahasan 1. Apa itu AI/Kecerdasan Buatan? 2. Fndasi AI/Kecerdasan Buatan 3. Sejarah Kecerdasan Buatan 4. AI Saat

Lebih terperinci

Studi Pohon Steiner dan Penggunaannya dalam Perancangan Chip dan Jaringan

Studi Pohon Steiner dan Penggunaannya dalam Perancangan Chip dan Jaringan Studi Phn Steiner dan Penggunaannya dalam Perancangan Chip dan Jaringan Samuel Simn NIM: 15060 Prgram Studi Teknik Infrmatika ITB, Bandung Email: if160@students.if.itb.ac.id Abstrak Makalah ini membahas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Anatomi Ayam Pengetahuan tentang anatomi ayam sangat diperlukan dan penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar

Lebih terperinci

Bohal K. Simorangkir UTSU Agustus 2013

Bohal K. Simorangkir UTSU Agustus 2013 BASIS DATA I 1 Bhal K. Simrangkir UTSU Agustus 2013 PENDAHULUAN (1) Aplikasi basis data tradisinal merupakan infrmasi yang disimpan dan diakses melalui kumpulan data dalam bentuk data teks maupun numerik.

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan PEMBAHASAN

BAB 4. ANALISIS dan PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS dan PEMBAHASAN 4.1 Prfil Perusahaan PT. Megah Lestar Packind adalah perusahaan yang bergerak di bidang Percetakan kardus yang mulai berdiri sejak 9 Maret 1988 dengan lkasi yang bertempat

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Backtracking dalam Permainan Futoshiki Puzzle

Penerapan Algoritma Backtracking dalam Permainan Futoshiki Puzzle Penerapan Algritma Backtracking dalam Permainan Futshiki Puzzle Juli Savigny, 13513084 Prgram Studi Teknik Infrmatika Seklah Teknik Elektr dan Infrmatika Institut Teknlgi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA Pembimbing: Desi Fitria Utami M0103025 Drs. Y. S. Palgunadi, M. Sc

Lebih terperinci

permintaan. Sedangkan untuk faktor - faktor lain dianggap tetap (tidak diteliti). Penelitian

permintaan. Sedangkan untuk faktor - faktor lain dianggap tetap (tidak diteliti). Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian Pada penelitian ini akan membahas bagaimana menentukan atau memperkirakan vlume prduksi berdasarkan variabel bahan baku, jam kerja, biaya prduksi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini akan semakin tinggi.apalagi pada tahun ini terjadi kenaikan harga bahan bakar

BAB 1 PENDAHULUAN. ini akan semakin tinggi.apalagi pada tahun ini terjadi kenaikan harga bahan bakar 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan dalam dunia usaha akan selalu terjadi bahkan peningkatan persaingan ini akan semakin tinggi.apalagi pada tahun ini terjadi kenaikan harga bahan bakar

Lebih terperinci

system) yang elemennya terdiri dari hardware, software dan brainware. Ketiga

system) yang elemennya terdiri dari hardware, software dan brainware. Ketiga PENGETAHUAN DASAR KOMPUTER 1. Knsep Kmputer Dari beberapa pendapat tentang definisi kmputer, maka yang disebut dengan kmputer adalah perangkat elektrnik yang dapat menerima masukan (input), dan selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memarkirkan mobilnya di tempat-tempat perparkiran yang cukup sibuk seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. memarkirkan mobilnya di tempat-tempat perparkiran yang cukup sibuk seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin banyaknya pemilik mbil di kta besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya akan menimbulkan masalah bagi pemilik mbil untuk memarkirkan mbilnya di tempat-tempat

Lebih terperinci

Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)

Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) Knsep Dasar AI Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) Ign.F.Bayu Andr.S, M.km 25/04/2014 bayuandr.cm 1 Pkk Bahasan 1. Sejarah Kecerdasan Buatan 2. Apa itu AI / Kecerdasan Buatan 3. Fndasi AI / Kecerdasan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Berdasarkan System Development Life Cycle (SDLC) metode waterfall yang

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Berdasarkan System Development Life Cycle (SDLC) metode waterfall yang BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Berdasarkan System Develpment Life Cycle (SDLC) metde waterfall yang digunakan dalam pembuatan aplikasi penentuan harga jual, terdapat beberapa tahapan yang terdiri

Lebih terperinci

PEMBUATAN APLIKASI PEMINDAI UANG KERTAS DENGAN ALGORITMA VIOLA-JONES

PEMBUATAN APLIKASI PEMINDAI UANG KERTAS DENGAN ALGORITMA VIOLA-JONES Seminar Nasinal Teknlgi Infrmasi dan Multimedia 2016 PEMBUATAN APLIKASI PEMINDAI UANG KERTAS DENGAN ALGORITMA VIOLA-JONES Sidik Hadi Kurniadi1), Akhmad Adi Edvant2) 1), 2) Teknik Infrmatika STMIK AMIKOM

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM INTRODUCTION Jaringan Saraf Tiruan atau JST adalah merupakan salah satu representasi tiruan dari otak manusia yang selalu

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Oleh: ABD. ROHIM (1206 100 058) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Oleh Peserta PKL beranggotakan : Mokhammad Ali Imron Jamaal Wira Prasaja Candra Mukti Wijaya Ilham Mashudi. Dosen Pembimbing : Anita, S.

Oleh Peserta PKL beranggotakan : Mokhammad Ali Imron Jamaal Wira Prasaja Candra Mukti Wijaya Ilham Mashudi. Dosen Pembimbing : Anita, S. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS FASILITAS KEBERSIHAN DI KOTA MALANG DENGAN MEMANFAATKAN FITUR PEMETAAN LEAFLET (Studi Kasus Pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kta Malang) Oleh Peserta PKL beranggtakan : Mkhammad

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DATABASE JARINGAN JALAN KOTA MAKASSAR BERBASIS GIS OPEN SOURCE

PENYUSUNAN DATABASE JARINGAN JALAN KOTA MAKASSAR BERBASIS GIS OPEN SOURCE PRO S ID IN G 20 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Arsitektur Elektr Gelgi Mesin Perkapalan Sipil PENYUSUNAN DATABASE JARINGAN JALAN KOTA MAKASSAR BERBASIS GIS OPEN SOURCE Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

Oleh: Ulir Rohwana ( ) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. M. Isa Irawan, M.T.

Oleh: Ulir Rohwana ( ) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. M. Isa Irawan, M.T. Oleh: Ulir Rohwana (1209 100 702) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. M. Isa Irawan, M.T. DAFTAR ISI I II III IV V VI PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA METODOLOGI PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI HASIL DAN PENGUJIAN

Lebih terperinci

PENGANTAR SISTEM KENDALI

PENGANTAR SISTEM KENDALI 1 I PENGANTAR SISTEM KENDALI Deskripsi : Bab ini memberikan gambaran secara umum mengenai sistem kendali, definisi-definisi, pengertian sistem kendali lingkar tertutup dan sistem kendali lingkar terbuka,

Lebih terperinci

DESAIN ALGORITMA DAN SIMULASI ROUTING UNTUK GATEWAY AD HOC WIRELESS NETWORKS

DESAIN ALGORITMA DAN SIMULASI ROUTING UNTUK GATEWAY AD HOC WIRELESS NETWORKS DESAIN ALGORITMA DAN SIMULASI ROUTING UNTUK GATEWAY AD HOC WIRELESS NETWORKS Staff Pengajar Jurusan Pendidikan Teknlgi dan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana, Kupang

Lebih terperinci

LAMPIRAN IT POLICY. komputer bagi karyawan yang masuk dan karyawan yang keluar serta bagi

LAMPIRAN IT POLICY. komputer bagi karyawan yang masuk dan karyawan yang keluar serta bagi LAMPIRAN IT POLICY Ruang Lingkup IT plicy ini mencakup hal hal seperti: 1. Karyawan baru dan karyawan keluar 2. Penggunaan kmputer 3. Pengendalian akses kntrl 4. Keamanan data 5. Hardware 6. Pengendalian

Lebih terperinci

PERTEMUAN. Modul I/O. 1. Komponen-komponen Komputer SEPERTI : CENTRAL PROCESSING UNIT MEMORY. memory

PERTEMUAN. Modul I/O. 1. Komponen-komponen Komputer SEPERTI : CENTRAL PROCESSING UNIT MEMORY. memory CPU 1. Kmpnen-kmpnen Kmputer memry PERTEMUAN MAR MBR : Instruksi Instruksi : I/O AR I/O BR Mdul I/O Buffer Data Data 1 2 CENTRAL PROCESSING UNIT CPU umumnya berada dalam kntrl CPU bertukar data dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini terlebih dahulu akan dibahas tentang identifikasi permasalahan, analisis permasalahan, slusi permasalahan dan perancangan sistem dalam rancang bangun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap usaha yang didirikan dengan orientasi laba (keuntungan) mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap usaha yang didirikan dengan orientasi laba (keuntungan) mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Setiap usaha yang didirikan dengan rientasi laba (keuntungan) mempunyai tujuan untuk mencapai laba (keuntungan) yang ptimal, sehingga kelangsungan hidup badan usaha

Lebih terperinci

BAB 3. TINJAUAN PROFESI DI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI

BAB 3. TINJAUAN PROFESI DI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI ETIKA PROFESI : Etika dan Prfesinalisme Pekerja di Bidang Teknlgi Infrmasi BAB 3. TINJAUAN PROFESI DI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI K utipan di samping adalah jawaban familiar yang diberikan Sebuah leh I

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

E-journal Teknik Informatika, Volume 5, No. 1 (2015), ISSN :

E-journal Teknik Informatika, Volume 5, No. 1 (2015), ISSN : E-jurnal Teknik Infrmatika, Vlume 5, N. 1 (2015), ISSN : 2301-8364 1 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE TECHNIQUE FOR ORDER PREFERENCE BY SIMILARITY TO IDEAL SOLUTION DI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PRINSIP AGILE SOFTWARE DEVELOPMENT

LATAR BELAKANG PRINSIP AGILE SOFTWARE DEVELOPMENT LATAR BELAKANG Agile Sftware develpment adalah salah satu metdlgi dalam pengembangan sebuah perangkat lunak. Kata Agile berarti bersifat cepat, ringan, bebas bergerak, waspada. Kata ini digunakan sebagai

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

PROPOSAL VPN SIMDA ONLINE

PROPOSAL VPN SIMDA ONLINE PROPOSAL VPN SIMDA ONLINE 1 PROPOSAL JARINGAN VPN BERBASIS APLIKASI VPN DIALER PENDAHULUAN Virtual Private Netwrk (VPN) adalah sebuah teknlgi kmunikasi yang memungkinkan untuk dapat terkneksi ke jaringan

Lebih terperinci

Dindin Nugraha. I. Otomatiskan Semuanya. Lisensi Dokumen:

Dindin Nugraha. I. Otomatiskan Semuanya. Lisensi Dokumen: Kuliah Umum IlmuKmputer.Cm Cpyright 2003 IlmuKmputer.Cm Pengantar Pengellaan Sistem Dindin Nugraha dinesea@lycs.cm Lisensi Dkumen: Cpyright 2003 IlmuKmputer.Cm Seluruh dkumen di IlmuKmputer.Cm dapat digunakan,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO TELKOM UNIVERSITY

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO TELKOM UNIVERSITY RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO TELKOM UNIVERSITY MATA KULIAH KODE RUMPUN MK BOBOT (SKS) SEMESTER DIREVISI Sftware Defined netwrking XXX Jarigan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI MONITORING BANDWIDTH INTRANET DI PUSPIPTEK-BPPT

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI MONITORING BANDWIDTH INTRANET DI PUSPIPTEK-BPPT PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI MONITORING BANDWIDTH INTRANET DI PUSPIPTEK-BPPT Susant Raya Stx.raya@gmail.cm Suma Handi Winata handi.winata@yah.cm William william.tjhaw@gmail.cm Taslim Rchmadi ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON Liza Afriyanti Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Islam

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MODUL PENGKATEGORIAN DAN PENGELOMPOKKAN TOPIK OTOMATIS PADA APLIKASI FORUM phpbb

RANCANG BANGUN MODUL PENGKATEGORIAN DAN PENGELOMPOKKAN TOPIK OTOMATIS PADA APLIKASI FORUM phpbb JURNAL TEKNIK POMITS Vl. 2, N. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Pr) 1 RANCANG BANGUN MODUL PENGKATEGORIAN DAN PENGELOMPOKKAN TOPIK OTOMATIS PADA APLIKASI FORUM phpbb Arthur Hlng P.N, Daniel O.S., S.Km,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK. agar pekerjaan jauh lebih efisien serta meminimalisir terjadinya human eror. Untuk

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK. agar pekerjaan jauh lebih efisien serta meminimalisir terjadinya human eror. Untuk BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK Berdasarkan hasil analisis sistem yang sedang berjalan pada CV. Sinergi Design, prses perhitungan gaji masih menggunakan rumus sendiri sehingga dalam prses pembuatan lapran

Lebih terperinci

TELEKOMUNIKASI: Konsep Fundamental Telekomunikasi

TELEKOMUNIKASI: Konsep Fundamental Telekomunikasi TELEKOMUNIKASI: Knsep Fundamental Telekmunikasi Sigit Kusmaryant, Ir., M.Eng. Teknik Elektr, Fakultas Teknik - Universitas Brawijaya Email : sigitkus@ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 1.1 Pengantar 1.2 Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

Desain Proyek Efektif: Menggunakan Pengetahuan Pemecahan Masalah

Desain Proyek Efektif: Menggunakan Pengetahuan Pemecahan Masalah Desain Pryek Efektif: Menggunakan Pengetahuan Pemecahan Masalah Menciptakan Slusi Menyelesaikan masalah mengambil tempat di mana pun kita dihadapi leh halangan atau tantangan untuk mencapai sebuah cita-cita.

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Matakuliah : Teknik Interface dan Peripheral Kde : TKC-210 Teri : 2 sks Praktikum : 1 sks Deskripsi Matakuliah Standar Kmpetensi Prgram Studi : Di kuliah TKC210

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

ANALISA REWORK PADA KEGIATAN KONSTRUKSI PROYEK LOW RISE BUILDING DI PAKUWON CITY, SURABAYA TIMUR

ANALISA REWORK PADA KEGIATAN KONSTRUKSI PROYEK LOW RISE BUILDING DI PAKUWON CITY, SURABAYA TIMUR ANALISA REWORK PADA KEGIATAN KONSTRUKSI PROYEK LOW RISE BUILDING DI PAKUWON CITY, SURABAYA TIMUR Handaru Witjaksana dan Tri Jk Wahyu Adi Prgram Studi Magister Manajemen Teknlgi Bidang Keahlian Manajemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dasar Penjadwalan Prduksi Lading dan Scheduling merupakan salah satu pin dalan fungsi dan kegiatan pengawasan prduksi. Pemuatan (Lading) mempunyai

Lebih terperinci

Silo Simulation. Tidak dibenarkan mengcopy file dari computer lab PLC 1. Terdapat tombol selektor :

Silo Simulation. Tidak dibenarkan mengcopy file dari computer lab PLC 1. Terdapat tombol selektor : Tidak dibenarkan mengcpy file dari cmputer lab PLC 1 Sil Simulatin Terdapat tmbl selektr : Jika selektr terhubung ke A maka I:1/05 akan aktif. Maka sil akan berfungsi sesuai prses mde A. Jika selektr terhubung

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA GREEDY PADA PERMAINAN CAPSA SUSUN

PENGGUNAAN ALGORITMA GREEDY PADA PERMAINAN CAPSA SUSUN PENGGUNAAN ALGORITMA GREEDY PADA PERMAINAN CAPSA SUSUN Calvin Irwan 13507010 Prgram Studi Teknik Infrmatika Seklah Teknik Elektr dan Infrmatika Institut Teknlgi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indnesia

Lebih terperinci

PEMODELAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) PERGURUAN TINGGI POLITEKNIK

PEMODELAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) PERGURUAN TINGGI POLITEKNIK PEMODELAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) PERGURUAN TINGGI POLITEKNIK Ek Subyantr* 1, Septafiansyah Dwi Putra 2 1,2 Pliteknik Negeri Lampung; Jl. Sekarn Hatta N. 10, Rajabasa Bandar Lampung Eknmi

Lebih terperinci

untuk ASIC tinggi, algoritma harus diverifikasi dan dioptimalkan sebelum implementasi. Namun dengan berkembangnya teknologi VLSI, implementasi perangk

untuk ASIC tinggi, algoritma harus diverifikasi dan dioptimalkan sebelum implementasi. Namun dengan berkembangnya teknologi VLSI, implementasi perangk IMPLEMENTASI SERIAL MULTIPLIERS 8 BIT KE DALAM IC FPGA SEBAGAI PENDUKUNG PERCEPATAN OPERASI PERKALIAN DALAM KOMPRESI CITRA Drs. Lingga Hermanto, MMSi 1 Iman Ilmawan Muharam 2 1. Dosen Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagai negara agraris, Indnesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam yang jika dikella dengan tepat, kekayaan tersebut mampu diandalkan menjadi andalan

Lebih terperinci

5. Kinerja. 6. Tipe Fisik. 7. Karakteristik Fisik. 8. Organisasi

5. Kinerja. 6. Tipe Fisik. 7. Karakteristik Fisik. 8. Organisasi Arsitektur Sistem Kmputer MEMORI Memri adalah bagian dari kmputer tempat prgram prgram dan data data disimpan. Istilah stre atau strage untuk memri, meskipun kata strage sering digunakan untuk menunjuk

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL QUALITY MANAGEMENT SYSTEM (QMS) PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

PENGEMBANGAN MODEL QUALITY MANAGEMENT SYSTEM (QMS) PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH PENGEMBANGAN MODEL QUALITY MANAGEMENT SYSTEM (QMS) PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH Tit Mau Pelu Benjamin*, Yudha Prasetyawan, Ahmad Rusdiansyah Prgram Pasca Sarjana, Bidang Keahlian Manajemen Kualitas

Lebih terperinci

TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA

TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA Iwan Suhardi, Toleransi Jaringan Syaraf Tiruan TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA Iwan Suhardi Jurusan

Lebih terperinci

DESAIN PRODUK : RANCANGAN TEMPAT LILIN MULTIFUNGSI DENGAN PENDEKATAN 7 LANGKAH NIGEL CROSS

DESAIN PRODUK : RANCANGAN TEMPAT LILIN MULTIFUNGSI DENGAN PENDEKATAN 7 LANGKAH NIGEL CROSS Jurnal Teknvasi Vlume 04, Nmr 01, 2017, 32-41 SSN : 2355-701 DESAN PRDUK : RANCANGAN TEMPAT LLN MULTFUNGS DENGAN PENDEKATAN 7 LANGKAH NGEL CRSS Fahmi Sulaiman 1* 1 Prgram Studi Teknik ndustri, Pliteknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan kata dalam dunia teknologi informasi merupakan suatu permasalahan yang tidak asing dalam bidang kecerdasan buatan. Pengenalan kata dalam bidang kecerdasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

Vol. 13, No.3, Desember 1999

Vol. 13, No.3, Desember 1999 Vl. 13, N.3, Desember 1999 PENGENDALIAN MUKA AIR TANAH MENGGUNAKAN SISTEM KENDALl F AZI SEDERHANA Grundwater Level Cntrl with a Simple Fuzzy Cntrl System X Marzan A. Iskandar l, Yanti Susanti 2, Satyant

Lebih terperinci

Peranan Geographic Information System (GIS) pada Operasi Udara

Peranan Geographic Information System (GIS) pada Operasi Udara 1 Peranan Geographic Information System (GIS) pada Operasi Udara Oleh : Mayor Lek Arwin D.W. Sumari, S.T. Kasubdep Sislek Deplek AAU Bayangkan betapa mudahnya bila hanya dengan menekan tombol atau me-klik

Lebih terperinci

Pengelompokan Huruf Cetak Menggunakan Algoritma Adaptive Resonance Theory 1 (ART 1)

Pengelompokan Huruf Cetak Menggunakan Algoritma Adaptive Resonance Theory 1 (ART 1) Pengelompokan Huruf Cetak Menggunakan Algoritma Adaptive Resonance Theory 1 (ART 1) Elisabeth Lany Oktorina/0222135 Email: geffen_ladi@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jln.Prof.Drg.Suria

Lebih terperinci

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 65-72 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE

Lebih terperinci

ANALISIS KELEMAHAN SISTEM LAMA Hanif Al Fatta M.Kom

ANALISIS KELEMAHAN SISTEM LAMA Hanif Al Fatta M.Kom ANALISIS KELEMAHAN SISTEM LAMA Hanif Al Fatta M.Km Abstraks Dalam teri rekayasa perangkat lunak ada 2 jenis prduk perangkat lunak. Prduk generik, yaitu prduk yang dibuat dan ditentukan fungsinalitasnya

Lebih terperinci

BAB 1 Pengenalan Pemrograman Komputer

BAB 1 Pengenalan Pemrograman Komputer BAB 1 Pengenalan Pemrgraman Kmputer 1.1 Tujuan Bagian ini akan membahas dasar dasar kmpnen dari kmputer meliputi hardware (perangkat keras) dan sftware (perangkat lunak). Kami juga akan menyertakan gambaran

Lebih terperinci

JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL. Yang dibimbing oleh Roro Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E.

JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL. Yang dibimbing oleh Roro Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E. JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL Disusun dan diajukkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Operasinal (Praktikum) Yang dibimbing leh Rr Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E. Disusun Oleh :

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBIMBINGAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH ONLINE (KTI ONLINE) TAHUN 2010 BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEMBIMBINGAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH ONLINE (KTI ONLINE) TAHUN 2010 BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PEMBIMBINGAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH ONLINE (KTI ONLINE) TAHUN 2010 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara antara lain melalui

Lebih terperinci

Kalkulasi Bantuan Korban Bencana Alam Menggunakan Sistem Pakar (Help Victims Of Natural Disasters Calculation Using Expert System)

Kalkulasi Bantuan Korban Bencana Alam Menggunakan Sistem Pakar (Help Victims Of Natural Disasters Calculation Using Expert System) Kalkulasi Bantuan Krban Bencana Alam Menggunakan Sistem Pakar (Help Victims Of Natural Disasters Calculatin Using Expert System) Khtimul Anwar 1), Hindayati Mustafidah 2) 12 Prgram Studi Teknik Infrmatika

Lebih terperinci

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN Optimasi Penjadwalan Mata Kuliah Dengan Algoritma Genetika Andysah Putera Utama Siahaan Universitas Pembangunan Pancabudi Jl. Gatot Subroto Km. 4,5, Medan, Sumatra Utara, Indonesia andiesiahaan@gmail.com

Lebih terperinci

Analisis Performansi Kolektor Surya Pemanas Air Dengan Pelat Kolektor Bentuk-V

Analisis Performansi Kolektor Surya Pemanas Air Dengan Pelat Kolektor Bentuk-V Banjarmasin, 7-8 Oktber 2 Analisis Perfrmansi Klektr Surya Pemanas Air Dengan Pelat Klektr Bentuk-V Jalaluddin1,a *, Effendi Arief2,b dan Rustan Tarakka3,c 1,2 dan 3 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N Latar Belakang

P E N D A H U L U A N Latar Belakang KLASIFIKASI KEKERAPAN KUNJUNGAN LOKASI BERBASIS LOCATION BASED SERVICE (LBS) MENGGUNAKAN SELF-ORGANIZING MAP (SOM) Oleh : Dhanang Fitra Riaji (NRP : 2208205737) PROGRAM MAGISTER JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan pola (pattern recognition) dapat diartikan sebagai proses klasifikasi dari objek atau pola menjadi beberapa kategori atau kelas. Dan bertujuan untuk pengambilan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN WEB SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN PROMOSI PADA IKAPEMTA BATIK. Naskah Publikasi. diajukan oleh. Jeprianto

ANALISIS DAN PERANCANGAN WEB SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN PROMOSI PADA IKAPEMTA BATIK. Naskah Publikasi. diajukan oleh. Jeprianto ANALISIS DAN PERANCANGAN WEB SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN PROMOSI PADA IKAPEMTA BATIK Naskah Publikasi diajukan leh Jepriant 07.12.2552 kepada JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi saat ini sangatlah pesat. Berbagai ragam jenis informasi dapat diakses dari berbagai jenis media. Image digital merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN A. Latar Belakang Saat ini dunia yang kita tempati berada dalam genggaman revlusi teknlgi dan revlusi infrmasi, mulai dari internet, peningkatan kemampuan micrprcessr, kmputer

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA

STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA (Agustinus N., et al. STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA Agustinus Noertjahyana

Lebih terperinci

RAY TRACER PENGUJIAN CAHAYA LED. B. M. Wibawa, I M. Joni, F. Faizal, V. Hutabalian, K. Heru dan C. Panatarani

RAY TRACER PENGUJIAN CAHAYA LED. B. M. Wibawa, I M. Joni, F. Faizal, V. Hutabalian, K. Heru dan C. Panatarani Prsiding Seminar Nasinal Sains dan Teknlgi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 Nvember 2008 RAY TRACER PENGUJIAN CAHAYA LED B. M. Wibawa, I M. Jni, F. Faizal, V. Hutabalian, K. Heru dan C. Panatarani Grup

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PENJADWALAN DAN PENILAIAN SEKOLAH BERDASAR KURIKULUM 2013 (STUDI KASUS : SMA PGRI SUMBERREJO)

SISTEM INFORMASI PENJADWALAN DAN PENILAIAN SEKOLAH BERDASAR KURIKULUM 2013 (STUDI KASUS : SMA PGRI SUMBERREJO) SISTEM INFORMASI PENJADWALAN DAN PENILAIAN SEKOLAH BERDASAR KURIKULUM 2013 (STUDI KASUS : SMA PGRI SUMBERREJO) Friesta Isyateen S 1, Rangsang Purnama 2, Latifah Rifani 3 1,2,3 Prgram Studi Sistem Infrmasi,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci