BAB II TINJAUAN PUSTAKA. II.1.1 Definisi Kebijakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. II.1.1 Definisi Kebijakan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kebijakan II.1.1 Definisi Kebijakan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1990), definisi kebijakan adalah 1) kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan; 2) rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dan sebagainya); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran. Sedangkan definisi kebijaksanaan adalah kepandaian menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuan). Wikipedia Indonesia (2007) mendefinisikan kebijakan publik adalah keputusankeputusan yang mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan yang mengikat publik maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh otoritas politik, yakni mereka yang menerima mandat dari publik atau orang banyak, umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak. Selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang di jalankan oleh birokrasi pemerintah. Fokus utama kebijakan publik dalam negara modern adalah pelayanan publik, yang merupakan segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh negara untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas kehidupan orang banyak. Menyeimbangkan peran negara yang mempunyai kewajiban menyediakan pelayan publik dengan hak untuk menarik pajak dan retribusi; dan pada sisi lain menyeimbangkan berbagai kelompok dalam masyarakat dengan berbagai kepentingan serta mencapai amanat konstitusi. II-1

2 Siklus kebijakan publik sendiri bisa dikaitkan dengan pembuatan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Kebijakan publik menunjuk pada keinginan penguasa atau pemerintah yang idealnya dalam masyarakat demokratis merupakan cerminan pendapat umum (opini publik). Untuk mewujudkan keinginan tersebut dan menjadikan kebijakan tersebut efektif, maka diperlukan sejumlah hal: pertama, adanya perangkat hukum berupa peraturan perundangundangan sehingga dapat diketahui publik apa yang telah diputuskan; kedua, kebijakan ini juga harus jelas struktur pelaksana dan pembiayaannya; ketiga, diperlukan adanya kontrol publik, yakni mekanisme yang memungkinkan publik mengetahui apakah kebijakan ini dalam pelaksanaannya mengalami penyimpangan atau tidak. II.1.2 Kebijakan Perdagangan dalam Industri Otomotif Krugman (1991) menguraikan insentif-insentif industri otomotif yang sudah banyak digunakan di negara-negara berkembang pada umumnya, termasuk Indonesia. Insentif-insentif tersebut meliputi: 1. Tarif 2. Pelarangan/kuota impor kendaraan jadi (completely build-up, CBU) 3. Pembatasan ekspor sukarela (voluntary exsport restraint, VER) 4. Persyaratan kandungan lokal (local requirement) 5. Subsidi ekspor dan subsidi kredit ekspor 6. Kompensasi ekspor 7. Pengadaan pemerintah (national procurement) 8. Hambatan-hambatan birokrasi (red-tape barriers) II Tarif Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah. Tarif dapat dikenakan secara spesifik (specific tariffs) sebagai beban tetap atas unit barang yang diimpor, misalnya tarif sebesar $3 untuk setiap barel minyak impor. Tarif II-2

3 juga dapat dikenakan secara ad valorem (ad valorem tariffs) atau tarif yang dikenakan berdasarkan persentase tertentu dari nilai barang yang diimpor, misalnya tarif sebesar 25% atas nilai mobil yang diimpor. Dari sisi barang, tarif berperan seperti biaya pengangkutan. Tinjau dari perekonomian Domestik dan Asing. Diasumsikan domestik adalah negara besar yang pangsa impornya dalam perdagangan internasional cukup besar sehingga mampu mempengaruhi harga dunia. Misalnya Domestik mengenakan pajak sebesar $50 untuk setiap mobil yang diimpor, pengirim tak akan bersedia mengangkut mobil kecuali kalau perbedaan harga di kedua pasar paling sedikit $50. Tarif meningkatkan harga di domestik dan menurunkan harga di asing. Pengenaan tarif dalam industri otomotif dilaksanakan dengan berbagai variasi di tiap negara. Beberapa model pengenaan tarif adalah sebagai berikut: a. Tarif bea masuk (BM) dan bea masuk tambahan (BMT) yang dikenakan terhadap impor kendaraan jadi (CBU). b. Tarif bea masuk terhadap komponen impor yang akan digunakan untuk perakitan kendaraan di dalam negeri. II Pelarangan/Kuota Impor Kendaraan Jadi (completely build up, CBU) Pembatasan impor (import quota) merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang boleh diimpor. Pembatasan ini biasanya dilakukan dengan memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan. Jika impor dibatasi, akibat langsungnya adalah bahwa pada tingkat harga semula (sebelum ada pembatasan) permintaan untuk barang yang bersangkutan lebih besar dari penawaran domestik plus impor. Keadaan ini menyebabkan harga lebih tinggi sampai kesetimbangan baru tercapai. Akhirnya, pembatasan impor akan meningkatkan harga di dalam negeri yang besarnya sama dengan tarif yang menurunkan impor ke tingkatan yang sama (kecuali dalam kasus monopoli di dalam negeri, di mana pembatasan menyebabkan kenaikan harga yang lebih besar lagi). II-3

4 Perbedaan dampak dari kuota dan tarif adalah bahwa dengan kuota pemerintah tak memperoleh pendapatan. Pemegang lisensi dapat mengimpor dan menjualnya di dalam negeri dengan harga yang lebih tinggi. Keuntungan yang diperoleh pemegang lisensi dikenal sebagai rente pembatasan (quota rente). Dalam menghitung biaya dan manfaat dari pembatasan impor, masalah utamanya adalah menentukan siapa yang memperoleh keuntungan. Jika hak menjual di pasaran di dalam negeri diberikan kepada pemerintah negara pengekspor, seperti sering terjadi, alih keuntungan ke luar negeri menyebabkan biaya kuota secara nyata lebih besar dibandingkan dengan kasus tarif yang sepadan. Ada dua catatan mengenai kebijakan otomotif di Indonesia. Catatan pertama adalah, di Indonesia kebijakan kuota impor pernah dikombinasikan dengan tarif. Dampak dari pengkombinasian ini adalah keuntungan (rents) yang berkaitan dengan kuota lebih kecil dibandingkan dengan tanpa kombinasi atau dengan kata lain, memungkinkan pemerintah Indonesia menyerap sebagian dari keuntungannya. Catatan kedua adalah hak menjual lisensi impor di Indonesia dialokasikan kepada beberapa perusahaan dagang milik negara. Dengan demikian keuntungan yang tak diserap tarif jatuh secara tidak langsung kepada pemerintah Indonesia. II Pembatasan Ekspor Sukarela (voluntary export restraint, VER) VER adalah suatu pembatasan (kuota) atas perdagangan yang dikenakan oleh pihak negara pengekspor dan bukan pengimpor. Contoh yang paling klasik adalah pembatasan atas ekspor mobil ke Amerika Serikat yang dilakukan oleh Jepang. VER pada umumnya dilaksanakan atas permintaan negara pengimpor dan disepakati oleh negara pengekspor untuk mencegah pembatasan-pembatasan perdagangan lainnya. VER mempunyai keuntungan-keuntungan politik dan legal yang membuatnya menjadi perangkat kebijakan perdagangan yang lebih disukai dalam beberapa tahun belakangan. Namun, dari sudut pandang ekonomi, VER II-4

5 serupa dengan kuota impor di mana lisensi diberikan kepada pemerintah asing dan karena itu sangat mahal bagi negara pengimpor. VER selalu lebih mahal bagi negara pengimpor dibandingkan dengan tarif yang membatasi impor dengan jumlah yang sama. Bedanya, apa yang menjadi pendapatan pemerintah dalam tarif menjadi rent yang diperoleh pihak asing dalam VER, sehingga VER nyata-nyata mengakibatkan kerugian. Perjanjian VER paling tersohor di luar otomotif adalah Multifibre Arrangement, suatu kesepakatan untuk membatasi ekspor tekstil ke Amerika Serikat dari 22 negara. Kesepakatankesepakatan VER itu juga dikenal dengan Orderly Marketing Agreements (OMA). II Persyaratan Kandungan Lokal Ketentuan kandungan lokal telah digunakan secara luas oleh negara-negara berkembang yang berikhtiar mengalihkan basis manufaktur otomotifnya dari perakitan kepada pengolahan bahan-bahan antara (intermediate goods) seperti industri komponen. Dari sisi pandang sebagian produsen domestik, peraturan-peraturan kandungan lokal memberikan perlindungan dalam bentuk yang sama dengan kuota impor. Namun dari sisi pandang perusahaan yang harus membeli di pasaran lokal, dampaknya agak berbeda. Kandungan lokal tidak menetapkan suatu pembatasan ketat atas impor. Peraturan ini membolehkan perusahaan-perusahaan mengimpor lebih banyak, menyebabkan mereka juga harus membeli lebih banyak di pasar domestik. Ini berarti, bagi perusahaan harga efektif dari input adalah rata-rata dari harga input yang diimpor dan yang diproduksi di dalam negeri. Misalkan biaya impor suku cadang mobil Timor sebesar $ Misalkan juga harga suku cadang dalam negeri $10.000, tetapi Kia Timor Motor hanya diharuskan menggunakan 50% suku cadang domestik. Dengan demikian perusahaan-perusahaan perakitan akan menanggung biaya rata-rata suku cadang II-5

6 sebesar 0,5 x $ ,5 x $ = $8.000, yang akan tercermin dalam harga akhir mobil. Hal yang penting bahwa persyaratan kandungan lokal tidak menciptakan baik pendapatan pemerintah atau rente kuota; melainkan perbedaan antara harga impor dan harga barang domestik mengakibatkan harga rata-rata barang akhirnya lebih tinggi dibandingkan dengan harga impor, dan ini dibebankan kepada konsumen. Suatu temuan menarik dari peraturan kandungan lokal adalah dimungkinkannya peluang untuk berkelit dari ketentuan ini dengan tidak menggunakan suku cadang lokal dan kemudian tidak menjual produk akhirnya di dalam negeri melainkan mengekspornya. Di Indonesia, program kandungan lokal ini dimulai sejak akhir 1970-an ketika Departemen Perindustrian memperkenalkan program lokalisasi atau program penanggalan (deletionn program). Berdasarkan program ini, ditetapkanlah jadwal penghapusan (deletion schedule) atas dasar barang-per barang (on an itemby-item basis), yakni perusahaan perwakilan lokal diharuskan secara progresif menggunakan bagian dan komponen buatan lokal yang semakin lama semakin banyak dalam perakitan barang akhir (final goods) sebagaimana ditetapkan oleh jadwal penghapusan untuk industri tertentu itu. II Subsidi Ekspor dan Subsidi Kredit Ekspor Subsidi ekspor adalah pembayaran sejumlah tertentu kepada perusahaan atau perseorangan yang menjual ke luar negeri. Seperti tarif, subsidi ekspor dapat berbentuk spesifik (nilai tertentu per unit barang) atau ad valorem (persentase dari nilai yang diekspor). Jika pemerintah memberikan subsidi ekspor, pengirim akan mengeskpor barang sampai batas di mana selisih harga domestik dan harga luar negeri sama dengan nilai subsidi. II-6

7 Subsidi kredit ekspor hampir serupa dengan subsidi ekspor, hanya saja wujudnya dalam pinjaman yang disubsidi kepada pembeli. Amerika Serikat seperti juga kebanyakan negara, memiliki suatu lembaga pemerintah, Export-Import Bank, yang diarahkan untuk paling tidak memberikan pinjaman-pinjaman yang disubsidi untuk membantu ekspor. II Kompensasi Ekspor (export requirement) Kebijakan kompensasi ekspor adalah persyaratan yang mengharuskan perakitanperakitan otomotif domestik untuk mengekspor hasil produksi industri kendaraan bermotor sesuai dengan nilai komponen yang diimpor. Kebijakan kompensasi ekspor di Filipina dikombinasikan dengan kebijakankebijakan lain menjadikan Filipina sebagai salah satu negara yang memiliki industri otomotif yang cukup proteksionis. Kebijakan-kebijakan tersebut adalah pengenaan bea masuk impor komponen yang tinggi, persyaratan menggunakan kandungan lokal, dan pelarangan impor kendaraan jadi. Model proteksi yang dibuat adalah untuk menilai pengaruh larangan impor kendaraan jadi, persyaratan kandungan lokal, juga persyaratan ekspor dan interaksi di antara kebijakan-kebijakan tersebut. Model proteksi ini menggunakan analisis penawaran dan permintaan pada pasar persaingan sempurna. Dengan adanya kebijakan tersebut, maka harga kendaraan rakitan domestik menjadi: P A (1 ) Pc* (1 tk Xk( Pc Pc*) (II.1) S Pc Pc V ( Q ) A P A P C * P C tk Xk : harga kendaraan dalam negeri : harga komponen dalam negeri : harga komponen impor : tarif bea masuk komponen impor : nilai persyaratan ekspor komponen II-7

8 : jenis komponen yang dipakai : fraksi kandungan komponen lokal II Pengadaan Pemerintah (national procurement) Pembelian-pembelian oleh pemerintah atau perusahaan-perusahaan yang diatur secara ketat dapat diarahkan pada barang-barang yang diproduksi di dalam negeri meskipun barang-barang tersebut lebih mahal daripada yang diimpor. Contoh klasik adalah surat edaran pemerintah yanpg mewajibkan pembelian sedan Timor sebagai replika KIA Sephia terhadap seluruh instansi pemerintah dari pusat sampai daerah pada pertengahan 1990-an. II Hambatan-Hambatan Birokrasi (red-tape barriers) Sejalan dengan berlakunya perdagangan bebas, pemerintah suatu negara yang tetap berusaha melindungi industri otomotif domestiknya akan melakukannya secara informal. Berbagai macam hal bisa dilakukan untuk membelitkan standar kesehatan, keamanan, kualitas, lingkungan, hak-hak pekerja dan prosedur pabean sedemikian rupa sehingga merupakan perintang dalam perdagangan. Misalkan pemerintah mensyaratkan perlindungan hak pekerja dan audit lingkungan bagi setiap industri kendaraan bermotor yang ingin mengekspor produknya ke Indonesia. Atau pemerintah mengharuskan bongkar muat mobil impor hanya bisa dilakukan di pelabuhan Sabang yang hanya memiliki fasilitas kepabeanan yang minim sehingga menghambat kelancaran sekaligus mengurangi jumlah kendaraan impor. II.2 Sistem II.2.1 Pengertian Sistem Forrester (1968) mendefinisikan sistem sebagai sekelompok komponen yang beroperasi secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Law & Kelton II-8

9 (2000) mendefinisikan sistem sebagai sekumpulan entities yang bertindak dan berinteraksi bersama-sama untuk memenuhi tujuan akhir yang logis. Daellenbach (1995) mengemukakan bahwa sistem merupakan sekumpulan entities (barang maupun orang) yang berhubungan satu sama lain menurut cara tertentu dan diorganisasikan untuk suatu tujuan. Dari ketiga definisi mengenai sistem di atas, terlihat adanya persamaan tentang pengertian sistem. Sistem terbentuk atas berbagai komponen yang membentuk suatu interaksi yang khas untuk mencapai tujuan tertentu. Dikatakan khas karena interaksi terjadi menurut suatu cara tertentu sehingga dapat dibedakan dengan interaksi-interaksi lain di luar sistem yang dimaksud. Untuk tujuan yang berbeda, komponen-komponen yang sama mungkin akan bereaksi dengan cara berbeda. Keadaan sistem, selain dipengaruhi oleh perubahan di dalam sistem juga dipengaruhi oleh perubahan di luar sistem. Lingkungan sistem merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu lingkungan tempat aktivitas terjadi dan dapat mempengaruhi kondisi sistem tersebut. Aktivitas yang terjadi di dalam sistem itu sendiri disebut aktivitas endogen dan aktivitas yang terjadi di luar sistem disebut aktivitas eksogen (Sushil, 1993). II.2.2 Sistem Terbuka dan Sistem Tertutup Sushil (1993) mengklasifikasikan sistem menjadi dua, yaitu sistem terbuka (open loop system) dan sistem tertutup atau sistem dengan umpan balik (feed back loop systems). Sistem terbuka memiliki karakteristik bahwa output yang dihasilkan merupakan tanggapan atas input yang diberikan, tetapi output ini terisolasi dan tidak memiliki pengaruh terhadap input selanjutnya. Dalam sistem terbuka, kejadian masa lalu tidak memiliki kendali terhadap kejadian yang akan datang sehingga sistem terbuka tidak memiliki fungsi observasi terhadap performansi yang telah dicapai. Sedangkan dalam sistem tertutup, perilaku sistem dipengaruhi oleh output yang II-9

10 telah dikeluarkan sebelumnya. Sistem tertutup mempunyai struktur loop tertutup yang membawa informasi kejadian masa lalu dan digunakan untuk mengendalikan kejadian yang akan datang. Suatu sistem tertutup dapat menghasilkan dinamika yang dihasilkan oleh tanggapan sistem terhadap perilaku eksternal. Dinamika dalam sistem tertutup ini dihasilkan oleh suatu usaha sistem untuk mengendalikan kondisinya dalam menghadapi variasi eksternal. Gambaran perbandingan pemecahan masalah dengan pendekatan sistem terbuka (open loop systems) dan sistem tertutup (feed back loop systems) dapat dilihat pada Gambar II.1. Gambar II.1. Pendekatan sistem terbuka dan sistem tertutup (Richardson & Pugh, 1983) Pemecahan masalah dengan pendekatan sistem terbuka dilakukan dengan urutan problem plan action. Hal yang sering terlupakan dalam pemecahan masalah ialah bahwa tindakan koreksi yang kita lakukan akan mengubah kondisi sistem dan memunculkan permasalahan baru. Pendekatan ini disebut sebagai pendekatan sistem tertutup (feed back loop) seperti ditunjukkan dengan adanya garis putusputus pada Gambar II.1 di atas. Sebuah loop umpan balik yang akan mengatur suatu sistem, membutuhkan dua faktor untuk menjalankan operasinya, yaitu: Perbedaan antara hasil aktual dan hasil yang diinginkan; dan Kebijakan yang menentukan aksi yang dilakukan pada suatu perbedaan II.3 Model Suatu sistem dipelajari karena adanya kebutuhan untuk mengkaji hubungan antar berbagai komponen atau memprediksi performansi sistem tersebut pada berbagai kondisi yang berbeda. Gambar II.2. menggambarkan cara mempelajari sistem. II-10

11 Gambar II.2. Cara mempelajari suatu sistem (Law & Kelton, 2000) Jika pengubahan sistem secara fisik dan pengoperasiannya dalam kondisi-kondisi baru dimungkinkan cukup murah, maka eksperimen dengan sistem nyata merupakan cara terbaik, karena tidak terdapat keraguan mengenai masalah relevansi. Namun hal ini jarang sekali dapat dilakukan karena eksperimen semacam ini terlalu mahal dan dapat menganggu sistem yang bersangkutan. Atau terkadang sistem yang dipelajari itu sendiri belum ada (not exist), sehingga diperlukan suatu model yang dapat merepresentasikan sistem nyata. Dalam penggunaan model, selalu timbul pertanyaan mengenai validitas model, yaitu apakah model tersebut telah dapat merefleksikan sistem secara akurat atau tidak. II.3.1 Model Fisik dan Model Matematik Model fisik atau model ikonik jarang digunakan dalam penelitian operasional dan analisis sistem. Namun model fisik cukup berguna untuk mempelajari sistem rekayasa atau manajemen. Model yang banyak digunakan adalah model matematik. Model ini merepresentasikan suatu sistem dalam relasi-relasi logis dan kuantitatif yang kemudian dimanipulasi dan diubah untuk melihat reaksi dari model tersebut. Dengan demikian dapat diperkirakan bagaimana sistem nyata dari model itu bereaksi jika model matematik dari sistem tersebut merupakan model yang valid. II-11

12 II.3.2 Simulasi Model simulasi telah banyak digunakan dalam berbagai bidang, namun suatu metodologi tidak pernah ada yang ideal. Law & Kelton (2000) menguraikan beberapa kelebihan dan kelemahan metode simulasi untuk digunakan dalam memodelkan dan merepresentasikan sistem nyata. Kelebihan sistem simulasi dalam merepresentasikan sistem nyata antara lain: Kebanyakan sistem kompleks yang ditemui dalam dunia nyata memiliki elemen-elemen stokastik yang tidak dapat direpresentasikan dengan model matematik dan dievaluasi secara analitik, sehingga simulasi menjadi salah satu alternatif untuk mempelajari sistem ini. Melalui simulasi dapat didiagnosa permasalahan, karena dengan simulasi kita dapat memahami dengan baik interaksi antar variabel yang membentuk sistem kompleks. Hal ini akan meningkatkan pemahaman kita pada dampak yang ditimbulkan oleh setiap variabel terhadap performansi sistem secara keseluruhan. Simulasi dapat digunakan untuk mengestimasi performansi suatu sistem pada berbagai kondisi operasi yang diinginkan dengan menerapkan kebijakan, prosedur atau metode baru tanpa menganggu sistem nyatanya. Kita dapat membandingkan beberapa rancangan alternatif sekaligus melalui model simulasi untuk memilih rancangan terbaik sesuai dengan persyaratan yang diinginkan. Simulasi menyediakan pembuat kebijakan suatu tool untuk bekerja di lingkungan maya dimana mereka dapat menganalisis efek dari kebijakan yang mereka susun di masa depan. Dalam simulasi dimungkinkan untuk melakukan kontrol yang lebih baik terhadap kondisi eksperimen dibandingkan bila eksperimen dilakukan langsung terhadap sistem nyatanya. Simulasi memungkinkan kita untuk mempelajari suatu sistem atau fenomena yang belum pernah ada sebelumnya. II-12

13 Simulasi dapat digunakan secara sarana untuk training bagi tim kerja dalam rangka memperkenalkan metode atau kebijakan baru yang akan diterapkan pada suatu sistem. Sedangkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki metode simulasi antara lain: Untuk membangun model simulasi yang valid dan dapat merepresentasikan sistem nyata, diperlukan latihan khusus bagi pembuat model. Hasil simulasi kemungkinan sulit untuk diintepretasikan, karena sebagian besar output simulasi merupakan variabel random (karena didasarkan pada input yang random pula) sehingga sulit untuk menentukan apakah observasi merupakan hasil dari hubungan dalam sistem atau karena efek random. Untuk membangun dan menganalisis model simulasi, terkadang mahal dan diperlukan waktu yang panjang. Banyaknya output yang dihasilkan dari studi simulasi atau dampak persuasif dari animasi realistik seringkali menimbulkan tendensi untuk memberikan kepercayaan yang terlalu besar pada hasil studi dibandingkan dengan hasil justifikasi yang didasarkan pada pengalaman. II.4 Sistem Dinamis Forrester (1961) mendefinisikan dinamika industri sebagai berikut: Dinamika industri adalah penelitian tentang karakter informasi umpan balik pada sistem industri dan menggunakan model untuk merancang bentuk organisasi yang lebih baik dalam penentuan kebijakan. Forrester (1961) menjelaskan konsep dasar dinamika sistem secara detail dalam bentuk yang lebih teknis dengan menguraikan teori matematika dalam sistem umpan balik. Awalnya, penggunaan pendekatan sistem dinamis dipusatkan pada permasalahan yang timbul di dalam perusahaan. Akan tetapi tingkat perubahan dalam sistem menjadi lebih cepat dan kompleksitas permasalahan yang dihadapi para pengambil keputusan pun makin meningkat. Sehingga pada perkembangan selanjutnya, digunakan istilah System Dynamics untuk memberi arti yang lebih II-13

14 umum yaitu pemakaian sistem dinamis pada berbagai bidang, baik dalam pengetahuan alam maupun sosial. Metode sistem dinamis telah diaplikasikan pada berbagai permasalahan baik dalam sektor publik maupun swasta. Perusahaan-perusahaan besar dan sektor pemerintah menggunakan sistem dinamis dalam perancangan kebijakan dan strategi serta pengambilan keputusan taktis dan operasional. Permasalahan yang dapat diaplikasikan pada sistem dinamis minimal memiliki dua sifat umum, yaitu permasalahan tersebut bersifat dinamis, artinya masalah-masalah yang melibatkan kuantitas yang berubah sepanjang waktu seperti pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi nasional dan fluktuasi harga; serta masalah yang melibatkan ide umpan balik yang ditandai dengan adanya pengiriman dan pengembalian informasi. Meadows, et al (1982) di dalam Sterman (2000) mengungkapkan bahwa prinsip sentral dari sistem dinamis adalah untuk memeriksa permasalahan dengan perspektif yang berbeda dengan memperluas batasan dari mental model dari para pengambil kebijakan. Dengan demikian diharapkan pengambil kebijakan dapat mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dan efek samping dari aksi yang dilakukan, termasuk implikasinya terhadap lingkungan, budaya dan moral. Metode sistem dinamis menyediakan sarana untuk memperbaiki performansi. Pendekatan ini tidak hanya mempermasalahkan pengalokasian sumber, tetapi juga memahami perilaku yang terjadi. Selanjutnya berdasarkan pemahaman perilaku tersebut, dilakukan perancangan kebijakan untuk memperbaiki perilaku yang tidak dikehendaki. II.4.1 Dasar Metodologi Sistem Dinamis Metodologi dinamika sistem dibangun atas dasar tiga latar belakang disiplin yaitu manajemen tradisonal, cybernetics, dan simulasi komputer (Sushil, 1993). Prinsip dan konsep dari ketiga disiplin ini dipadukan untuk membangun sebuah metodologi untuk memecahkan permasalahan manajerial secara holistik, II-14

15 menghilangkan kelemahan dari masing-masing disiplin dan menggunakan kekuatan setiap disiplin untuk membentuk suatu sinergi. Dasar metodologi dinamika sistem dan input yang diberikan terhadap model dinamika sistem dapat dilihat pada Gambar II.3. Gambar II.3. Dasar metodologi dinamika sistem (Sushil, 1993) Manajemen Tradisional Manajemen tradisional adalah dunia nyata dari para praktisi manajerial yang mengandalkan pengalaman dan penilaian dari para manajer. Dasar utama dari manajemen tradisional adalah basis data mental dan model mental dengan kekuatan utama pada kekayaan informasi kualitatif yang didapat dari pengamatan dan pengalaman para manajer. Cybernetics Cybernetics adalah ilmu mengenai komunikasi dan kontrol yang didasari oleh teori umpan balik. Kekayaan informasi yang terkandung dalam basis data mental tidak dapat digunakan secara efektif tanpa adanya prinsip pemilihan informasi yang relevan dan strukturisasi informasi. Dengan adanya cybernetics, informasi yang ada dapat difiltrasi dan dihubungkan satu sama lain untuk membentuk struktur kausal dan umpan balik di dalam sistem. II-15

16 Simulasi Komputer Simulasi komputer digunakan untuk mempelajari konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku dinamis dari suatu sistem. Perkembangan yang pesat dalam dunia komputer membuat simulasi dapat dilakukan dengan biaya yang rendah. II.4.2 Struktur dan Perilaku Sistem Dinamis Perilaku dinamis yang fundamental dalam sistem dinamis meliputi exponential growth, goal seeking dan oscillation (Sterman, 2000). Exponential growth timbul dari feedback positif (self inforcing feedback). Pada perilaku exponential growth, kuantitas yang lebih besar (kecil) akan mengakibatkan net change yang besar (kecil) pula. Namun tidak ada kuantitas real yang dapat tumbuh selamanya. Karena itu, loop negatif dibutuhkan untuk membatasi pertumbuhan kuantitas ini. Loop negatif meliputi proses perbandingan antara kondisi aktual dengan kondisi yang diinginkan untuk kemudian diambil tindakan koreksi. Dalam konteks ini, sistem memiliki perilaku goal seeking yaitu perilaku yang timbul karena adanya feedback negatif (self controlling feedback). Perilaku ini menggambarkan suatu sistem yang berusaha mencapai kondisi equilibrium. Sementara oscillation muncul dari feedback negatif dengan time delay yang signifikan. Selama time delay, dalam mengidentifikasi efek dari aksi yang kita ambil, tindakan koreksi terus dilakukan untuk mengembalikan sistem ke kondisi equilibrium atau keadaan yang diinginkan (goal) dari sistem bahkan setelah dicapainya kondisi equilibrium. Sementara itu, interaksi non linear antar struktur umpan balik akan membangkitkan pola perilaku sistem yang lebih komplek (Sterman, 2000). Perilaku sistem yang ditimbulkan oleh interaksi non linear ini meliputi S-shaped growth, S-shaped growth with overshoot dan overshoot and collapse. Struktur dan perilaku dinamis suatu sistem dapat dilihat pada Gambar II.4. II-16

17 Gambar II.4. Struktur dan perilaku sistem dinamis (Sterman, 2000) II-17

18 II.4.3 Proses Pemodelan Sistem Dinamis Dalam kerangka berpikir sistem dinamis, permasalahan dalam suatu sistem dilihat tidak disebabkan oleh pengaruh luar (exogenous explaination) namun dianggap disebabkan oleh struktur internal sistem (endogenous explaination). Fokus utama dari metodologi dinamika sistem adalah memperoleh pemahaman atas suatu sistem (Gambar II.5). Gambar II.5. Kerangka berpikir sistem dinamis (Sushil, 1993) Model akan sangat efektif jika dirancang untuk permasalahan atau bagian kecil dari sebuah sistem daripada untuk pemodelan seluruh sistem itu sendiri. Sterman (2000) mengungkapkan always models are problem, never model a system. Dalam pemodelan dinamika sistem, pemecahan masalah meliputi enam langkah (Sushil, 1993; Sterman, 2000): 1. Identifikasi dan definisi masalah 2. Konseptualisasi sistem 3. Formulasi model 4. Simulasi dan validasi model II-18

19 5. Analisis kebijakan dan perbaikan 6. Implementasi kebijakan Pemahaman atas sistem melahirkan identifikasi dan definisi atas permasalahan yang terjadi dalam sistem tersebut. Pada tahapan ini, penting bagi pembuat model untuk mengidentifikasi tujuan pemodelan dengan jelas. Identifikasi tujuan yang jelas berdasarkan permasalahan di dalam sistem membantu dalam membuat kerangka model. Konseptualisasi sistem kemudian dilakukan atas dasar permasalahan yang didefinisikan. Ini akan menimbulkan pemahaman yang lebih mendalam atas sistem yang selanjutnya mungkin akan menimbulkan redefinisi masalah sampai konseptualisasi sistem dapat dinyatakan diterima. Didasari atas konseptualisasi sistem ini, selanjutnya model diformulasikan secara detail dalam persamaan matematik. Formulasi terus berlangsung dengan tujuan mendapatkan model logis yang dapat merepresentasikan sistem nyata. Kemudian model disimulasikan dan dilakukan validasi yang juga akan menimbulkan umpan balik tentang pemahaman sistem. Hasil validasi kemudian akan menimbulkan proses perbaikan dan reformulasi model. Akhirnya dilakukan analisis kebijakan pada model yang telah valid dan ini akan menambah pemahaman atas sistem. Kebijakan menimbulkan perbaikan selanjutnya diimplementasikan dan feed back dari sistem nyata diperoleh, yang pada akhirnya juga akan menambah pemahaman atas sistem. Seluruh langkah ini dan alat-alat operasional yang digunakan dapat dilihat pada Gambar II.6. II-19

20 Analisis situasi Pernyataan atas situasi permasalahn Langkah 1: Identifikasi dan definisi masalah Kualitatif Diagram hubungan kausal Diagram sub sistem Diagram struktur kebijakan Langkah 2: Konseptualisasi sistem Diagram alir Persamaan matematis Langkah 3: Formulasi model Kuantitatif Simulasi dan validasi Langkah 4: Simulasi dan validasi Analisis kebijakan dan pengembangan skenario Kualitatif + Kuantitatif Perbaikan kebijakan Implementasi kebijakan baru Langkah 5: Analisis kebijakan dan perbaikan Langkah 6: Implementasi Gambar II.6. Langkah-langkah dalam metodologi dinamika sistem (Sushil, 1993) Sama halnya dengan bentuk model yang lain, model sistem dinamis digunakan untuk merepresentasikan sistem nyata yang akan digunakan untuk memperoleh perilaku sistem pada berbagai kondisi yang berbeda-beda. Model ini menggunakan tiga cara berkomunikasi dalam merepresentasikan suatu sistem dan mengikuti urutan yang logis, yang dapat dilihat pada Gambar II.7. II-20

21 Gambar II.7. Cara merepresentasikan sistem nyata (Sushil, 1993) II.4.4 Diagram dalam Model Sistem Dinamis Berbagai jenis variabel saling berhubungan dan membentuk struktur umpan balik dalam sistem. Hubungan-hubungan ini direpresentasikan dalam bentuk diagram untuk melihat struktur sistem. Diagram-diagram yang tersedia dalam model dinamika sistem digunakan untuk membantu pengertian atas struktur permasalahan yang terjadi. Berbagai bentuk diagram yang digunakan adalah: Diagram sub sistem (sub system diagram) Diagram kausal (causal loop diagram) Diagram struktur kebijakan (policy structure diagram) Diagram alir (flow diagram) II Diagram Sub Sistem Diagram sub sistem menunjukkan arsitektur model secara keseluruhan. Diagram sub sistem dibuat dengan tujuan untuk merepresentasikan hubungan alir antara sub sistem-sub sistem dari suatu situasi permasalahan pada tingkat agregat. Representasi yang dilakukan meliputi struktur suatu sistem dalam bentuk sub sistem yang terlibat dan hubungan di dalam sistem berupa aliran sumber seperti II-21

22 material, tenaga kerja, order, uang, informasi dan sebagainya. Diagram sub sistem memberikan gambaran luas atas struktur aliran yang terjadi dalam suatu sistem dan usaha yang dikeluarkan untuk membangunnya relatif mudah. Gambar II.8. menjelaskan simbol-simbol yang dipergunakan dalam diagram sub sistem. Dalam diagram sub sistem, jika terdapat dua, tiga atau lebih sub sistem yang bergabung dan membentuk sub sistem yang lain, maka dapat digunakan persegi panjang yang lebih besar untuk merepresentasikan sub sistem tersebut gambaran tipikal diagram sub sistem dengan tiga sub sistem A, B dan C dimana sub sistem A dan B membentuk sub sistem D dapat dilihat pada gambar II.9. Gambar II.8. Simbol dalam diagram sub sistem (Sushil, 1993) Gambar II.9. Tipikal diagram sub sistem (Sushil, 1993) Representasi yang dilakukan pada diagram sub sistem memiliki beberapa kelemahan utama, yaitu: II-22

23 Diagram sub sistem tidak memberikan gambaran umpan balik yang terjadi dalam sistem, Jenis variabel yang tidak terlihat, Tidak menggambarkan struktur keputusan atau kebijakan. II Diagram Hubungan Kausal Diagram hubungan kausal merepresentasikan cara kerja suatu sistem. Tujuan utama diagram hubungan kausal adalah untuk menggambarkan hipotesis kausal dalam pengembangan model dimana struktur sistem direpresentasikan ke dalam bentuk agregat. Diagram ini digunakan untuk membantu pembuat model dalam mengkomunikasikan struktur umpan balik serta asumsi-asumsi yang mendasari pengembangan model. Melalui diagram hubungan kausal, kita dapat melihat pengaruh suatu variabel atas variabel lainnya. Pengaruh ini dapat berupa hubungan positif atau negatif. Hubungan pengaruh (sebab dan akibat) ini ditandai dengan notasi + (positif) atau - (negatif) pada ujung panah diagram hubungan kausal. Goodman (1984) di dalam Sushil (1993) menjelaskan aturan untuk menentukan notasi dalam diagram hubungan kausal: Tanpa memperhatikan variabel-variabel lainnya jika perubahan pada satu variabel mempengaruhi variabel lainnya dengan arah perubahan yang sama, maka hubungan antar variabel ini dinyatakan dengan tanda + (positif) Dengan tetap tidak memperhatikan variabel yang lain, jika perubahan pada satu variabel mempengaruhi variabel lainnya dengan arah perubahan yang berbeda, maka hubungan antar variabel ini dinyatakan dengan tanda - (negatif) Jika beberapa hubungan kausal digabungkan dan ditemukan bahwa terdapat suatu alur yang berawal dan berakhir pada variabel yang sama, maka kita dapat mengidentifikasikan sebuah loop umpan balik sebab akibat. Loop umpan balik ini II-23

24 memiliki polaritas yang ditentukan oleh hubungan-hubungan kausal di dalamnya. Polaritas dalam diagram hubungan kausal mendeskripsikan struktur sistem dan bukan perilaku dari variabel-variabel yang terlibat. Loop memiliki polaritas positif jika jumlah hubungan kausal negatif dalam loop tersebut adalah nol atau genap. Sebaliknya, loop memiliki polaritas nagatif bila jumlah hubungan kausal negatif yang terjadi adalah ganjil. Suatu situasi permasalahan biasanya akan terdiri dari beberapa loop umpan balik yang saling berhubungan dan hal ini dikenal dengan istilah sistem umpan balik. Pada Gambar II.10 dapat dilihat contoh sistem umpan balik dalam diagram hubungan kausal. + - Tingkat kelahiran Populasi + - Tingkat kematian Fraksi tingkat kelahiran Fraksi tingkat kelahiran Gambar II.10. Contoh diagram hubungan kausal (Sterman, 2000) Diagram hubungan kausal memiliki beberapa kelemahan (Sushil, 1993), yaitu: Tidak membedakan antara sub sistem fisik dan sub sistem informasi Tidak membedakan antara level dan rate Tidak menggambarkan keterangan rinci tentang jenis dari setiap variabel Diagram ini sulit digunakan untuk menggambarkan keputusan yang akan diambil atau kebijakan yang terlibat II Diagram Struktur Kebijakan Diagram struktur kebijakan digunakan untuk menggambarkan struktur keseluruhan dari kebijakan-kebijakan yang terdapat dalam sistem, menggambarkan keputusan-keputusan yang diatur oleh kebijakan tersebut dan elemen-elemen informasi yang mengatur kebijakan. Morecroft (1982) dalam Sushil (1993) menyatakan bahwa diagram struktur kebijakan dan diagram sub II-24

25 sistem relatif baru dikembangkan untuk dijadikan kerangka keputusan inheren dalam situasi manajerial. Diagram struktur kebijakan untuk seluruh sub sistem biasanya dibangun secara terpisah dan hubungan antar sub sistem ditunjukkan dalam diagram. Kemudian diagram-diagram tersebut disatukan untuk membentuk diagram struktur kebijakan untuk seluruh sistem. II Diagram Alir Tujuan utama diagram alir adalah untuk merepresentasikan struktur aliran secara rinci dari sistem dalam bentuk struktur kebijakan yang baik sehingga dapat digunakan untuk menyusun model matematik. Diagram ini memiliki tingkat ketelitian yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis diagram-diagram yang lain (Sterman, 2000). Struktur umum diagram alir dapat dilihat pada gambar II.11. Diagram alir memiliki kelebihan antara lain (Sushil, 1993); Sterman (2000): Telah membedakan antara sub sistem fisik dan sub sistem informasi, Telah membedakan setiap jenis variabel yang digunakan yaitu level atau stock, rate dan auxiliary dengan simbol yang berbeda, Memiliki hubungan satu-satu dengan persamaan matematik, Mengindikasikan adanya delay dalam sistem, Menunjukkan adanya smoothing terhadap beberapa variabel, Menunjukkan dengan jelas jenis fungsi-fungsi khusus yang digunakan dalam persamaan matematik. Gambar II.11. Struktur umum diagram alir (Sterman, 2000) II-25

26 II.4.5 Variabel dalam Model Sistem Dinamis Terdapat tiga jenis variabel utama dalam metode sistem dinamis yang harus diperlihatkan oleh pembuat model. Ketiga variabel utama tersebut adalah level atau stock, rate dan auxiliary. Stock (level) dan rate merupakan variabel sentral dalam dinamika sistem, sedangkan auxiliary merupakan variabel pelengkap secara teoritis yang menjelaskan secara lebih rinci pada variabel yang lain. Di samping ketiga variabel di atas, variabel lain yang digunakan dalam persamaan model sistem dinamis adalah konstanta, yaitu nilai yang tidak berubah atau mengalami perubahan yang sangat lambat selama kurun waktu simulasi. Ketiga jenis variabel utama dan aliran yang terjadi antar variabel dapat dilihat pada Gambar II.12. Gambar II.12. Jenis variabel dalam model sistem dinamis (Sushil, 1993) II Variabel Level atau Stock Variabel level atau stock merepresentasikan akumulasi atau integrasi suatu aliran dari waktu ke waktu. Aliran tersebut dapat berupa aliran fisik seperti aliran material, uang dan orang maupun aliran yang sifatnya intangible seperti aliran informasi. Stock menyatakan state dari sistem yang menyediakan informasi bagi pengambilan keputusan untuk melakukan suatu tindakan. Stock hanya dapat II-26

27 berubah melalui variabel rate. Stock merupakan akumulasi aliran masuk (inflow) dikurang aliran keluar (outflow) stock berada pada kondisi equilibrium ketika tidak terjadi pada perubahan stock yang berarti total inflow sama dengan total outflow. II Variabel Rate Jika stock menyatakan state dari suatu sistem, maka variabel rate pada dasarnya merupakan variabel keputusan yang diatur oleh satu atau lebih struktur kebijakan. Rate merupakan satu-satunya variabel yang dapat mengubah stock dan menentukan aliran masuk atau keluar, baik dari dan menuju stock. Rate tidak dapat diukur secara langsung pada suatu titik waktu tertentu melainkan diukur melalu selang waktu. II Variabel Auxiliary Variabel auxiliary adalah persamaan derivatif yang merupakan fungsi dari variabel lain, baik berupa konstanta maupun variabel eksogen. Dengan auxiliary, kita dapat merepresentasikan suatu struktur kebijakan secara lebih baik dan jelas. Jika variabel auxiliary dihilangkan maka detail dari struktur kebijakan tidak dapat tergambar di dalam model. II.4.6 Persamaan Matematik untuk Stock (Level) dan Rate Stock (level) mengakumulasi atau merupakan integrasi dari rate. Net flow ke stock menyatakan tingkat perubahan dari stock. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan integral di bawah ini: t Inflow( s) Outflow( s) ds Stock( t ) Stock( t) 0 t 0...(II.2) II-27

28 Persamaan integral di atas ekivalen dengan persamaan diferensial yang menyatakan bahwa nat rate perubahan dari stock adalah inflow dikurangi outflow. d( Stock) dt Inflow( t) Outflow( t)...(ii.3) II.4.7 Pengujian Model Sistem Dinamis Validasi model sistem dinamis pada dasarnya adalah suatu proses membangun kepercayaan pada kegunaan model sebagai alat perancang kebijakan. Model merupakan penyederhanaan dari sistem nyata dengan beberapa batasan dan asumsi yang menyertai. Greenberger, et. al 1976 dalam Sterman (2000) menyatakan: tidak ada dan tidak akan pernah ada sebuah model yang valid secara keseluruhan, namun kegunaan, imaji atau kepercayaan lebih tepat digunakan untuk mendeskripsikan sebuah model dibandingkan dengan validitas. Pertanyaan atas validitas suatu model sebaiknya ditinjau dari segi kecocokkan dan konsistensi model tersebut. Menurut Richardson & Pugh (1983)(dari Ida Giyanti, 2004), pertanyaan tentang validitas model akan lebih bermanfaat bila ditinjau dari dua pertanyaan berikut: Apakah model sesuai dengan tujuan dari permasalahan dari masalah yang akan dipecahkan? Apakah model konsisten dalam menggambarkan realita yang ingin ditampilkan? Pengujian terhadap model sistem dinamis secara umum dapat dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu: validasi struktur, validasi perilaku dan analisis sensitivitas (Sushil, 1993; Sterman, 2000). II-28

29 II Validasi Struktur Pengujian yang dapat dilakukan untuk menilai validitas struktur model antara lain (Sushil, 1993; Sterman, 2000): 1. Uji kecukupan batasan Uji kecukupan batasan digunakan untuk menilai: Apakah variabel-variabel penting yang menggambarkan permasalahan yang ingin dipecahkan telah diformulasikan secara endogen? Apakah variabel eksogen dan variabel yang tidak dicakup dalam model dapat diterima dan tidak bertentangan dengan pengetahuan sistem nyata? Dengan pembatasan tersebut apakah model telah dapat digunakan untuk memecahkan masalah dengan tujuan pemodelan yang dilakukan? 2. Uji kesesuaian struktur Uji kesesuaian struktur dilakukan dengan menguji: Apakah struktur model tidak berlawanan dengan pengetahuan yang ada tentang struktur dari sistem nyata? Apakah struktur-struktur utama dari sistem nyata telah dimodelkan? Apakah level agregasi dalam pemodelan dapat diterima? Tingkat kepercayaan atas ketepatan struktur model akan meningkat jika hasil pengujian menunjukkan bahwa struktur model tidak berlawanan dengan pengetahuan tentang struktur sistem nyata dan juga jika struktur-struktur utama dalam sistem telah dimodelkan. 3. Uji konsistensi dimensi Uji ini dilakukan untuk memeriksa keseimbangan dimensi peubah pada kedua sisi persamaan. Model harus menjamin keseimbangan dimensi antara peubah bebas dan peubah terikat yang membentuknya. 4. Uji kesesuaian parameter Uji kesesuaian parameter digunakan untuk memverifikasi apakah variabel dan parameter yang terlibat dalam model memiliki konsep yang berarti dalam sistem nyata. II-29

30 II Validasi Perilaku Pengujian yang dapat dilakukan untuk menilai validitas perilaku model antara lain (Sushil, 1993; Sterman, 2000): 1. Uji pada kondisi ekstrim Dalam uji ini, model dicoba pada kondisi ekstrim. Ketika model dicoba pada kondisi yang ekstrim, model harus mampu menunjukkan robustness-nya, dimana perilaku model mengikuti perilaku alami suatu kejadian. 2. Uji kesalahan integrasi Uji kesalahan integrasi digunakan untuk memeriksa sensitivitas model terhadap pemilihan time step dan metode integrasi dalam simulasi. Model harus disimulasikan dengan beberapa time step dengan metode integrasi yang berbeda. Ada dua metode integrasi yang digunakan dalam simulasi sistem dinamis, yaitu metode Euler dan Runge-Kutta. Idealnya, output simulasi tidak sensitif terhadap pemilihan time step, yang berarti model memberikan perlaku yang sama untuk time step yang berbeda. Pemilihan metode Euler dalam integrasi dapat diterima jika model tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan jika disimulasikan dengan metode Runge-Kutta. 3. Uji reproduksi perilaku Uji reproduksi perilaku digunakan untuk membandingkan perilaku model dengan perilaku sistem nyata. Untuk menilai kesesuaian perilaku model dengan sistem nyata, dapat diuji statistik. 4. Uji prediksi perilaku Uji prediksi perilaku dilakukan dengan test prediksi kejadian (event prediction test) yang memfokuskan pada dinamika alami suatu kejadian. Uji ini digunakan untuk melihat respon perilaku model ketika dilakukan perubahan secara tiba-tiba pada suatu peubah. II-30

31 II Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sensitivitas numerik, perilaku dan implikasi kebijakan ketika asumsi tentang parameter, batasan model dan level agregasi diubah pada range yang masuk akal. Karena dalam melakukan pemodelan, kita selalu berhadapan dengan ketidakpastian (uncertainty). II.4.8 Kelebihan dan Kelemahan Sistem Dinamis Sushil (1993) mengemukakan beberapa kelebihan dan kelemahan pemodelan sistem dengan metode sistem dinamis. Kelebihan metode sistem dinamis 1. Input utama diambil dari basis data mental dari para manajer sehingga model yang dibuat akan menjadi kaya informasi dan mudah digunakan dengan menggunakan pemikiran manajemen tradisional. 2. Memanfaatkan kelebihan pemikiran manusia dan mampu mengatasi kelemahan yang ada dengan mengikuti kelebihan penugasan antara human mind dan teknologi. 3. Dapat menyaring dan menstrukturkan basis data mental dari para manajer dengan menggunakan prinsip teori umpan balik dan cybernetics. 4. Didasarkan pada konsep bounded rationality sehingga menjadi model yang praktis. 5. Memberikan umpan balik dalam sistem sosial untuk memberi perlindungan terhadap perilaku yang berlawanan dengan intuisi (counterintuitif). 6. Memiliki fleksibilitas dalam konsep dan dalam pendekatan praktis untuk menghadapi situasi permasalahan yang berbeda. 7. Dapat digunakan dalam model dinamika sistem non linier. 8. Memberikan respon waktu dari variabel penting dalam sistem sehingga perilaku dinamik dapat dinilai dan diperbaiki. II-31

32 9. Dapat mengidentifikasi penyebab gejala permasalahan sehingga langkah yang diambil dapat digunakan untuk mendesain ulang kebijakan dan mengoreksi dan memperbaiki perilaku sistem. 10. Dapat digunakan dalam eksperimen kebijakan dengan mensimulasikan lingkungan yang biasanya tidak mungkin digunakan dalam sistem sebenarnya atau akan memerlukan biaya yang sangat mahal. 11. Menyediakan lingkungan studi atau lingkup kajian (microworlds) untuk pembahasan kebijakan yang efektif. 12. Memiliki alat bantu berupa diagram untuk mengembangkan struktur sebab akibat. Masukan dari grafik dapat digunakan untuk konseptualisasi maupun komunikasi. 13. Mendukung berbagai variasi fungsi matematika dan logika dalam kerangka kerja pemodelan. 14. Dapat memodelkan selang waktu (delay) aliran sumber daya dengan sangat efektif. 15. Didukung oleh perangkat lunak interaktif yang khusus dengan fasilitas grafik sehingga kemampuan pemograman untuk simulasi sebagai bagian dari pembuat model tidak begitu diperlukan. Kelemahan Metode Sistem Dinamis 1. Metodologi sistem dinamis bersifat deterministik. Jika model stokastik memiliki orde yang sangat tinggi maka model harus dikembangkan untuk perlakuan stokastik. 2. Mengasumsikan bahwa peubah keputusan sebagai peubah kontinu walaupun tidak diperlukan dalam sistem nyata. 3. Memerlukan banyak input data mental dan peranan manajerial yang intensif. Selain itu, model-model yang efektif hanya dapat dirancang oleh pembuat model yang telah berpengalaman. 4. Model diperluas secara eksponensial dengan menggunakan lebih banyak faktor endogen, dan hal tersebut menimbulkan kesulitan dalam menjaga agar model tetap sederhana. II-32

33 5. Model-model yang kompleks sulit untuk dikomunikasikan. 6. Validasi yang ekstensif dan analisis sensitivitas dapat mengacu pada analisis yang berlebihan, yang tidak diperlukan pada situasi yang diberikan. 7. Seringkali sangat sulit untuk mengenali struktur kebijakan pada peubah rate dan level, karena hanya mungkin mendefinisikannya secara kualitatif. 8. Perilaku dinamis hanya menunjukkan perkiraan yang tidak pasti. Hal tersebut tidak dapat digunakan untuk peramalan. 9. Tidaklah mungkin untuk mencapai solusi yang optimal. 10. Dapat menghasilkan model-model dengan bias manajerial. 11. Memiliki kekurangan dalam kekakuan sains. 12. Model-model yang dihasilkan menjadi satu kesatuan dan sulit untuk menangani keragaman pendapat manajerial. II.5 Teori Ekonomi Makro Analisis makro melihat kegiatan ekonomi sosial secara menyeluruh dimana pasarpasar produk tidak lagi dilihat secara terpisah. Di sini pasar dilihat sebagai satu pasar besar. Dalam perekonomian nasional yang dilihat sebagai satu sistem terdiri dari empat pasar besar yang saling berkaitan, yaitu: Pasar barang Pasar uang Pasar tenaga kerja Pasar luar negeri Seperti halnya pengertian pasar dalam ekonomi mikro, yaitu suatu mekanisme dimana pembeli dan penjual berinteraksi untuk menentukan tingkat harga barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan (Sukirno, 1999), maka suatu pasar besar dalam ekonomi makro dapat dibayangkan sebagai tempat bertemunya permintaan dan penawaran. Di pasar barang, permintaan agregat masyarakat akan barang dan jasa bertemu dengan seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh produsen dalam masyarakat, yang dikenal dengan penawaran agregat dalam suatu II-33

34 periode. Di pasar uang, permintaan masyarakat akan uang (karta dan giral) akan bertemu dengan sejumlah uang karta dan giral yang beredar. Sementara di pasar tenaga kerja, permintaan total akan tenaga kerja dari sektor dunia usaha dan pemerintah bertemu dengan jumlah angkatan kerja yang tersedia. Dan di pasar luar negeri, permintaan internasional akan hasil ekspor suatu negara akan bertemu dengan penawaran yang disediakan oleh eksportir. Di sisi lain kebutuhan negara akan barang impor bertemu dengan penawaran barang-barang impor dari luar negeri. II.5.1 Pelaku Ekonomi dalam Perekonomian Terbuka Dalam perekonomian terbuka, seperti ditunjukkan pada Gambar II.13, sektorsektor ekonomi dibedakan menjadi empat golongan: perusahaan, rumah tangga, pemerintah dan luar negeri. Gambar II.13. Aliran pendapatan dalam perekonomian terbuka (Sukirno, 1999) Penggunaan faktor-faktor produksi oleh sektor perusahaan akan mewujudkan aliran pendapatan ke sektor rumah tangga yang berupa gaji dan upah, sewa, bunga, dan keuntungan yaitu seperti ditunjukkan oleh aliran 1. Aliran II-34

35 pendapatan ini telah dikurangi oleh pajak keuntungan perusahaan (aliran 2), tetapi belum dikurangi oleh pajak pendapatan rumah tangga (aliran 3). Rumah tangga dalam perekonomian akan menggunakan pendapatan mereka untuk transaksi berikut ini: 1. Membeli barang dan jasa yang diproduksi sektor perusahaan dan pengeluaran konsumsi ini dinamakan sebagai konsumsi barang dan jasa yang diproduksikan di dalam negeri atau C dn (aliran 4). 2. Membayar pajak pendapatan kepada pemerintah, yaitu seperti ditunjukkan oleh aliran Mengimpor, yaitu membeli barang-barang yang diproduksi negara lain, yang ditunjukkan oleh aliran Menabung sisa pendapatan yang diperoleh ke lembaga keuangan dan ini digambarkan oleh aliran 6. Di samping oleh adanya aliran uang ke luar untuk membayar impor, perekonomian terbuka mewujudkan pula aliran pengeluaran ke sektor perusahaan yaitu aliran yang diakibatkan oleh pembayaran ekspor sektor perusahaan. Aliran pengeluaran yang diperoleh dari negara-negara luar ditunjukkan oleh aliran 10. Aliran 8 adalah pembelanjaan (pengeluaran) penanam modal (investor) untuk membeli barang modal dan peralatan modal dari sektor perusahaan. Sedangkan aliran 9 adalah pengeluaran pemerintah ke sektor perusahaan untuk membeli barang-barang kebutuhan administrasi pemerintah dan barang modal untuk investasi pemerintah. II.5.2. Keseimbangan Pendapatan Nasional Dari aliran pengeluaran ke berbagai sektor atas sektor perusahaan seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2, dapatlah disimpulkan bahwa dalam perekonomian terbuka komponen pengeluaran agregat dalam pendapatan nasional terdiri dari: II-35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Industri Pertumbuhan industri bisa dilihat dari sumbangan sektor industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Semakin besar sumbangan terhadap PDB maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan komponen otomotif baik untuk kendaraan baru (original equipment manufacture) dan spare parts (after market) cukup besar. Menurut data statistik jumlah populasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Indonesia memiliki potensi bahan baku industri agro, berupa buah buahan tropis yang cukup melimpah. Namun selama ini ekspor yang dilakukan masih banyak dalam bentuk buah segar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Langkah-Langkah Penelitian Untuk mencapai maksud dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan kemudian disusun metodologi penelitian yang terdiri dari langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL

BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL Pada bagian analisis kebijakan, terlebih dahulu akan dilakukan analisis pada model dasar, dan kemudian dilanjutkan dengan analisis penerapan skenario kebijakan yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB III SIMULASI Definisi Simulasi Tahapan Simulasi

BAB III SIMULASI Definisi Simulasi Tahapan Simulasi BAB III SIMULASI 3. 1. Definisi Simulasi Simulasi adalah proses merancang model dari suatu sistem yang sebenarnya, mengadakan percobaan-percobaan terhadap model tersebut dan mengevaluasi hasil percobaan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak kepada ketatnya persaingan, dan cepatnya perubahan lingkungan usaha. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Model Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K, 1984:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Informasi Sebelum merancang sistem perlu dikaji konsep dan definisi dari sistem.. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perkiraan Perkiraan adalah prediksi dari suatu variabel yang didasarkan pada nilai-nilai lampau yang diketahui dari variabel tersebut atau dari variabel lain yang berhubungan.

Lebih terperinci

Teknik Simulasi. Eksperimen pada umumnya menggunakan model yg dapat dilakukan melalui pendekatan model fisik atau model matametika.

Teknik Simulasi. Eksperimen pada umumnya menggunakan model yg dapat dilakukan melalui pendekatan model fisik atau model matametika. Teknik Simulasi Dalam mempelajari sistem dapat dilakukan dengan pendekatan eksperimental, baik dengan menggunakan sistem aktual, maupun menggunakan model dari suatu sistem. Eksperimen pada umumnya menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri agro memiliki arti penting bagi perekonomian Indonesia yang ditunjukkan oleh beberapa fakta yang mendukung. Selama kurun waktu 1981 1995, industri agro telah

Lebih terperinci

BAB IV KONSEPTUALISASI DAN METODE SYSTEM DYNAMICS

BAB IV KONSEPTUALISASI DAN METODE SYSTEM DYNAMICS BAB IV KONSEPTUALISASI DAN METODE SYSTEM DYNAMICS IV.1 Pendekatan System Dynamics Saswinadi Sasmojo menyatakan bahwa yang dimaksud dengan suatu sistem adalah fenomena yang telah terdefinisi strukturnya

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Dalam usaha mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, disusun suatu metodologi penelitian. Adapun langkah- langkah yang disusun adalah

Lebih terperinci

Analisis Model dan Simulasi. Hanna Lestari, M.Eng

Analisis Model dan Simulasi. Hanna Lestari, M.Eng Analisis Model dan Simulasi Hanna Lestari, M.Eng Simulasi dan Pemodelan Klasifikasi Model preskriptif deskriptif diskret kontinu probabilistik deterministik statik dinamik loop terbuka - tertutup Simulasi

Lebih terperinci

S U T A R T O NIM : Program Studi Teknik dan Manajemen industri

S U T A R T O NIM : Program Studi Teknik dan Manajemen industri PENGEMBANGAN MODEL KEBIJAKAN SEKTOR INDUSTRI KOMPONEN ELEKTRONIKA (KBLI 321) DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM TESIS Karya Tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penulisan ini dilakukan dengan menggunakan metoda System Dynamics yaitu sebuah simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 14 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Hierarki Analitik 2.1.1 Pengenalan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

Pertemuan 14. Teknik Simulasi

Pertemuan 14. Teknik Simulasi Pertemuan 14 Teknik Simulasi Pengantar Dalam mempelajari sistem dapat dilakukan dengan pendekatan eksperimental, baik dengan menggunakan sistem aktual, maupun menggunakan model dari suatu sistem. Eksperimen

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

PEMODELAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM INOVATIF

PEMODELAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM INOVATIF PEMODELAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM INOVATIF Nunu Noviandi Peneliti Utama Kajian Pemodelan Pengembangan PI-UMKM Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing 2010 1 Latar Belakang Kebijakan pengembangan

Lebih terperinci

SYSTEM DYNAMICS (Model Kuantitatif) oleh Dr. Andreo Wahyudi Atmoko, MSi.

SYSTEM DYNAMICS (Model Kuantitatif) oleh Dr. Andreo Wahyudi Atmoko, MSi. SYSTEM DYNAMICS (Model Kuantitatif) oleh Dr. Andreo Wahyudi Atmoko, MSi. TOPIK Teorem Struktur-Graph (Pattern) Stock Flow Pengenalan Program Dr. A. Wahyudi Atmoko, MSi. 2 1. Teorem Struktur Pola Systems

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI SYSTEM DYNAMICS

BAB III METODOLOGI SYSTEM DYNAMICS BAB III METODOLOGI SYSTEM DYNAMICS Dalam penelitian ini, analisis keandalan ketersediaan air baku Sungai Cikapundung Hulu dilakukan dengan menggunakan metoda system dynamics. Penggunaan system dynamics

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis (dynamics system). Metode

Lebih terperinci

Gambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu.

Gambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu. 52 6 PENGEMBANGAN MODEL 6.1 Analisis model sistem dinamis agroindustri gula tebu Sesuai dengan metodologi, maka rancang bangun sistem dinamis bagi pengambilan keputusan kompleks pada upaya pengembangan

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Simulasi 2.1.1. Pengantar Simulasi Dalam dunia manufaktur, simulasi digunakan untuk menentukan schedule produksi, inventory level, dan prosedur maintenance, merencanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara, baik itu negara maju maupun negara berkembang menginginkan adanya perkembangan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu

Lebih terperinci

1/14/2010. Riani L. Jurusan Teknik Informatika

1/14/2010. Riani L. Jurusan Teknik Informatika Riani L. Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 PreTest 1. Apa yang dimaksud dengan simulasi? 2. Berikan contoh simulasi yang saudara ketahui (minimal i 3)! 2 2 Definisi Simulasi (1)

Lebih terperinci

Materi 3 NERACA PEMBAYARAN. 1

Materi 3 NERACA PEMBAYARAN.  1 Materi 3 NERACA PEMBAYARAN http://www.deden08m.com 1 PENDAHULUAN (1) Berita di media masa tentang neraca pembayaran (BOP): fenomena Cina sebagai kekuatan ekonomi dunia yang baru. Ada tiga alasan mempelajari

Lebih terperinci

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Menjelaskan jenis dan instrumen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan yang sangat drastis. Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan yang sangat drastis. Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian tidak selamanya dapat terus menerus berkembang dengan baik, ada kalannya mengalami pertumbuhan bahkan terkadang mengalami penurunan yang sangat drastis.

Lebih terperinci

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Sebagai negara yang menganut sisitem perekonomian terbuka maka sudah barang tentu pertumbuhan ekonominya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL KEBIJAKAN INDUSTRI KOMPONEN OTOMOTIF TESIS. M U R S I T I NIM : Program Studi Teknik dan Manajemen Industri

PENGEMBANGAN MODEL KEBIJAKAN INDUSTRI KOMPONEN OTOMOTIF TESIS. M U R S I T I NIM : Program Studi Teknik dan Manajemen Industri PENGEMBANGAN MODEL KEBIJAKAN INDUSTRI KOMPONEN OTOMOTIF TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master dari Institut Teknologi Bandung Oleh: M U R S I T I NIM : 23406046 Program

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Keseimbangan Pasar Menurut Baye (2010), pembentukan harga keseimbangan pasar ditentukan oleh interaksi antara pemintaan dan penawaran pasar. Harga keseimbangan

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III. 1 System Dynamics sebagai suatu Metodologi System Dynamics mendesak para pengambil keputusan untuk melihat arena kebijakannya sebagai suatu paradigma atau model yang

Lebih terperinci

6/15/2015. Simulasi dan Pemodelan. Keuntungan dan Kerugian. Elemen Analisis Simulasi. Formulasi Masalah. dan Simulasi

6/15/2015. Simulasi dan Pemodelan. Keuntungan dan Kerugian. Elemen Analisis Simulasi. Formulasi Masalah. dan Simulasi Simulasi dan Pemodelan Analisis lii Model dan Simulasi Klasifikasi Model preskriptif deskriptif diskret kontinu probabilistik deterministik statik dinamik loop terbuka - tertutup Hanna Lestari, M.Eng Simulasi

Lebih terperinci

Pengantar Bisnis. Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Pengantar Bisnis. Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi & Bisnis Akuntansi 01 MK84014 Abstract Tujuan dan perkembangan dunia bisnis;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

Standar Audit SA 450. Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit

Standar Audit SA 450. Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit SA 0 Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PENGEVALUASIAN ATAS KESALAHAN PENYAJIAN YANG DIIDENTIFIKASI SELAMA AUDIT (Berlaku efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System Pengambilan Keputusan, Sistem, Pemodelan dan Dukungan Oleh : Imam Cholissodin S.Si., M.Kom Content 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pengambilan Keputusan Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan yaitu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Masalah Ruang Lingkup Penelitian Data yang Diperlukan...

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Masalah Ruang Lingkup Penelitian Data yang Diperlukan... 9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii LEMBAR PERNYATAAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Perekonomian Indonesia Modul ke: 11Fakultas Ekonomi & Bisnis Membahas Konsep Neraca Pembayaran Luar Negeri - Indonesia Abdul Gani,SE MM Program Studi Manajemen NERACA PEMBAYARAN REKENING NERACA PEMBAYARAN

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SISTEM, PEMODELAN DAN DUKUNGAN

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SISTEM, PEMODELAN DAN DUKUNGAN Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SISTEM, PEMODELAN DAN DUKUNGAN CONTENT 1. Pengambilan Keputusan 2. Proses Pemodelan 3. Fase Kecerdasan 4. Fase Desain 5. Fase

Lebih terperinci

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Dari pembahasan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi 2. Pengantar Ekonomi 2. MODEL PEREKONOMIAN MR Alfarabi Istiqlal. Pendahuluan. Model Perekonomian 4/3/2017 A. PEREKONOMIAN DUA SEKTOR

Pengantar Ekonomi 2. Pengantar Ekonomi 2. MODEL PEREKONOMIAN MR Alfarabi Istiqlal. Pendahuluan. Model Perekonomian 4/3/2017 A. PEREKONOMIAN DUA SEKTOR MODEL PEREKONOMIAN MR Alfarabi Istiqlal Pendahuluan Terbagi menjadi 3: a. Model Perekonomian dua sektor b. Model Perekonomian tiga sektor c. Model Perekonomian empat sektor 2 A. PEREKONOMIAN DUA SEKTOR

Lebih terperinci

Outline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM

Outline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM Outline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM Pendahuluan 0 Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM PURWOKERTO. Pemodelan Keputusan ABDUL AZIS, M.KOM

STMIK AMIKOM PURWOKERTO. Pemodelan Keputusan ABDUL AZIS, M.KOM Pemodelan Keputusan Kompetensi Dasar Mahasiswa dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan prosedur pengambilan keputusan. Mahasiswa dapat memodelkan keputusan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dibahas meliputi permasalahan - permasalahan atau prosedur - prosedur yang

BAB III LANDASAN TEORI. dibahas meliputi permasalahan - permasalahan atau prosedur - prosedur yang BAB III LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori yang digunakan untuk mendukung penyusunan laporan kerja praktek ini. Landasan teori yang akan dibahas meliputi permasalahan - permasalahan

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA III. NERACA PEMBAYARAN PENDAHULUAN REKENING NERACA PEMBAYARAN REKENING TRANSAKSI BERJALAN REKENING MODAL KETIDAKSESUAIAN STATISTIK REKENING

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA PROSES

BAB III DINAMIKA PROSES BAB III DINAMIKA PROSES Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami Dinamika Proses dalam Sistem Kendali. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti kuiah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia secara nasional menunjukkan bahwa kegiatan usaha mikro merupakan salah satu bidang usaha yang konsisten dan berkembang. Bahkan sejarah telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan perekonomian dunia pada era sekarang ini semakin bebas dan terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1981-2006 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Putri Irene Kanny Thursday, April 28, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-4 Arus lingkar pendapatan dalam perekonomian tertutup dua sektor Arus lingkar pendapatan

Lebih terperinci

Materi Minggu 2. Pengaruh Ekonomi Internasional Terhadap Keseimbangan Ekonomi

Materi Minggu 2. Pengaruh Ekonomi Internasional Terhadap Keseimbangan Ekonomi E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 10 Materi Minggu 2 Pengaruh Ekonomi Internasional Terhadap Keseimbangan Ekonomi Dari materi sebelumnya, kita mengerti bahwa Ekonomi Internasional adalah ilmu ekonomi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Proses pengembangan produk secara umum dibagi kedalam beberapa tahap yang biasanya disebut fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger dalam bukunya yang berjudul Perancngan

Lebih terperinci

BAB II MODEL Fungsi Model

BAB II MODEL Fungsi Model BAB II MODEL Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam bentuk yang lain dengan entitasnya. Model berisi informasi-informasi tentang suatu sistem yang dibuat dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP BAB I PENDAHULUAN Berita di media masa tentang neraca pembayaran (BOP): fenomena Cina sebagai kekuatan ekonomi dunia yang baru. Ada tiga alasan mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan

Lebih terperinci

BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI

BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI 4.1 TINJAUAN UMUM Tahapan simulasi pada pengembangan solusi numerik dari model adveksidispersi dilakukan untuk tujuan mempelajari

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

METODOLOGI Kerangka Pemikiran METODOLOGI Kerangka Pemikiran Semakin berkembangnya perusahaan agroindustri membuat perusahaanperusahaan harus bersaing untuk memasarkan produknya. Salah satu cara untuk memenangkan pasar yaitu dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB LANDASAN TEORI Efisiensi Menurut Vincent Gaspersz (998, hal 4), efisiensi adalah ukuran yang menunjukan bagaimana baiknya sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output Efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Perekonomian Indonesia Modul ke: Membahas Konsep Neraca Pembayaran Luar Negeri - Indonesia Fakultas Ekonomi & Bisnis Abdul Gani,SE MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id NERACA PEMBAYARAN REKENING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui

Lebih terperinci

Standar Audit SA 540. Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan

Standar Audit SA 540. Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan SA 0 Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan SA paket 00.indb // 0:: AM STANDAR AUDIT 0 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI, TERMASUK ESTIMASI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar Modal merupakan salah satu tempat (media) yang memberikan kesempatan berinvestasi bagi investor perorangan maupun institusional. Oleh karena itu, arah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. skala bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di

BAB II LANDASAN TEORI. skala bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di BAB II LANDASAN TEORI Perdagangan Internasional Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain. Proses ini seringkali digunakan oleh perusahaan dengan skala bisnis

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X PELAKU KEGIATAN EKONOMI KTSP & K-13 A. RUMAH TANGGA KELUARGA a. Peran Rumah Tangga Keluarga Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X PELAKU KEGIATAN EKONOMI KTSP & K-13 A. RUMAH TANGGA KELUARGA a. Peran Rumah Tangga Keluarga Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi PELAKU KEGIATAN EKONOMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan rumah tangga keluarga, rumah tangga produsen, rumah tangga pemerintah,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

Manajemen Sains. Pengenalan Riset Operasi. Eko Prasetyo Teknik Informatika

Manajemen Sains. Pengenalan Riset Operasi. Eko Prasetyo Teknik Informatika Manajemen Sains Pengenalan Riset Operasi Eko Prasetyo Teknik Informatika Univ. Muhammadiyah Gresik 2011 Pendahuluan Riset Operasi (Operations Research/OR) banyak diterapkan dalam menyelesaikan masalahmasalah

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1 PENDAPATAN NASIONAL Andri Wijanarko,SE,ME andri_wijanarko@yahoo.com 1 Output Nasional 2 Output Nasional (#1) Merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian untuk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Daya Saing Perdagangan Internasional pada dasarnya merupakan perdagangan yang terjadi antara suatu negara tertentu dengan negara yang

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci