Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006"

Transkripsi

1 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September, November, dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Dewan Gubernur Burhanuddin Abdullah Miranda S. Goeltom Maulana Ibrahim Maman H. Somantri Bun Bunan E.J. Hutapea Aslim Tadjuddin Hartadi A. Sarwono Siti Ch. Fadjrijah Gubernur Deputi Gubernur Senior Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur 1

2 Daftar Isi I. Statement Kebijakan Moneter... 3 II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter... 4 Inflasi... 4 Nilai Tukar Rupiah... 6 Kebijakan Moneter... 8 Strategi Kebijakan... 8 Suku Bunga Dana, Kredit, dan Uang Beredar Pasar Modal Kondisi Perbankan III. Respon Kebijakan Moneter

3 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 6 Juni 2006 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 12,50%. Keputusan tersebut diambil setelah melakukan evaluasi perkembangan ekonomi moneter dan perbankan terkini serta prospeknya ke depan, terutama dalam mencapai target inflasi yang telah ditetapkan. Pada bulan Mei 2006, tekanan terhadap kestabilan makroekonomi meningkat terutama dipicu oleh penyesuaian portofolio milik asing sebagai respon tehadap kemungkinan berlanjutnya kebijakan moneter ketat global, khususnya oleh the Fed. Di Indonesia, perilaku asing tersebut tercermin pada terjadinya aliran modal keluar dalam jumlah yang cukup besar sehingga memberikan tekanan yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Rupiah yang pada periode sebelumnya berada dalam kecenderungan menguat, pada Mei mengalami depresiasi sebesar 5,09% (mtm). Hasil asesmen menunjukkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah tersebut belum memberikan tekanan yang besar tehadap inflasi. Peningkatan inflasi bulanan pada Mei 2006 terutama didorong oleh faktor musiman tercermin pada kenaikan inflasi kelompok volatile foods seiring berlalunya panen raya. Inflasi IHK tercatat sebesar 0,37% (mtm) atau 15,60% (mtm). Ke depan, jika tidak ada kejutan ( (shock) ) yang substansial, inflasi IHK 2006 dan 2007 diperkirakan dapat berada pada kisaran sasarannya yakni masing-masing sebesar 8±1% dan 6±1% (yoy). Namun demikian, Bank Indonesia akan senantiasa mencermati berbagai faktor risiko baik eksternal maupun internal yang dapat berpengaruh terhadap stabilitas makroekonomi ke depan. Dari sisi eksternal, risiko tersebut terutama terkait dengan tingginya harga minyak, ketidakpastian arah suku bunga the Fed dan pengetatan kebijakan moneter global. Sementara dari sisi internal, risiko terhadap stabilitas makroekonomi terutama berasal dari potensi tekanan inflasi yang bersumber dari administered prices terkait rencana Pemerintah menaikkan Harga Pokok Penjualan (HPP) gabah dan tarif angkutan terutama kereta api kelas ekonomi. Ke depan, jika hasil asesmen menyeluruh terhadap prospek ekonomi menunjukkan bahwa tekanan terhadap risiko-risiko tersebut telah berkurang, maka penurunan suku bunga BI Rate lebih lanjut dapat dilakukan. 3

4 Untuk mendukung implementasi BI Rate tersebut, upaya pengelolaan likuiditas di perbankan dan pasar keuangan terus dilakukan. Secara operasional upaya pengelolaan likuiditas perbankan melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT) dengan menggunakan SBI dan FASBI serta instrumen FTO (Fine Tune Operation) akan terus dilanjutkan. Selain itu, penggunaan sterilisasi valas secara terukur akan ditempuh sesuai kebutuhan untuk membantu penyerapan likuiditas sekaligus mengurangi volatilitas nilai tukar rupiah di pasar valas. Demikian pula, koordinasi denganvœemerintah juga akan terus dijalin dalam kerangka upaya menjaga stabilisasi nilai Rupiah. II. PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER Pada bulan Mei 2006, perkembangan sektor eksternal berupa ekspektasi berlanjutnya siklus kebijakan moneter global telah memberikan tekanan terhadap kestabilan makroekonomi. Investor asing melakukan penyesuaian portofolio dengan menempatkan aset dalam dolar AS. Hal ini tercermin dari keluarnya aliran modal dalam jumlah yang cukup besar sehingga memberikan tekanan yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Namun demikian, kondisi domestik yang masih kondusif seperti -masih tingginya imbal hasil investasi dalam rupiah, peningkatan peringkat Indonesia oleh Moodys dan peningkatan cadangan devisa Indonesia yang cukup tinggimampu menahan pelemahan nilai tukar lebih lanjut. Gejolak nilai tukar rupiah tersebut sejauh ini belum memberikan tekanan yang berarti terhadap inflasi IHK Mei Peningkatan inflasi IHK bulanan pada Mei 2006 disebabkan oleh faktor musiman berupa berakhirnya masa panen raya. Dari sisi moneter, pelaksanaan kebijakan moneter secara umum sudah optimal di tengah besarnya pergerakan aliran modal asing. I n f l a s i Inflasi IHK pada bulan Mei 2006 baik secara bulanan maupun tahunan meningkat bila dibandingkan dengan bulan April 2006 sesuai dengan pola musimannya. Meningkatnya laju inflasi tersebut terkait dengan berakhirnya musim panen, khususnya beras. Kelompok bahan makanan, yang pada dua bulan sebelumnya mengalami deflasi, mengalami inflasi sebesar 0,28% 4

5 (%) y-o-y Grafik 2.1. Disagregrasi IHK Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi IHK Inti (exclusion) Volatile Food Administered (kanan) 0,07 0,17 0,28 0,3 0,3 0,57 Sumbangan Inflasi 0 0,5 1 1,5 2 2,5 Persen Grafik 2.2. Inflasi dan Sumbangan Inflasi per Kelompok (Mei 2006, mtm) (%) y-o-y 2, (mtm) sehingga memberikan sumbangan ke inflasi IHK sebesar 0,07%. Berdasarkan kelompoknya, penyumbang terbesar terhadap inflasi adalah kelompok sandang yang memberikan sumbangan sebesar 0,11% (Grafik 2.2). Selain itu, komoditas yang juga mengalami inflasi cukup tinggi adalah emas perhiasan, bawang putih, daging ayam ras, tarif rumah kontrak, dan bensin. Dengan perkembangan tersebut, inflasi bulanan dan tahunan pada Mei 2006 masing-masing mencapai 0,37% (mtm) dan 15,60% (yoy), meningkat dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 0,05% (mtm) dan 15,40% (yoy). Apabila dihitung berdasarkan tahun kalender, laju inflasi selama Januari-Mei 2006 mencapai 2,41% (ytd). Laju inflasi administered prices pada bulan Mei 2006 relatif stabil sehubungan dengan tidak adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga. Secara bulanan, laju inflasi administered prices tercatat sebesar 0,23% (mtm), sehingga secara tahunan mencapai 31,04% (yoy). Laju inflasi administered prices tersebut stabil dibanding dengan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,15% (mtm) atau 30,80% (yoy). Adapun kenaikan administered prices pada bulan Mei 2006 lebih disebabkan oleh kenaikan harga Pertamax dan Pertamax Plus masing-masing sebesar 8,6% (mtm) dan 12% (mtm) yang pencatatannya dalam IHK masuk ke dalam harga bensin premium (administered prices). Selain itu, kenaikan harga rokok, rokok kretek dan skenaikan harga minyak tanah di tingkat pengecer (bukan di tingkat agen/pangkalan yang merupakan harga yang diatur oleh Pemerintah) turut memberikan sumbangan terhadap kenaikan administered prices. Kelompok volatile foods pada bulan Mei 2006 mengalami inflasi sebesar 0,37% (mtm) setelah dua bulan sebelumnya mengalami deflasi. Inflasi volatile foods tersebut terutama didorong oleh kenaikan harga beras yang mencapai 1,07% (mtm). Kenaikan harga beras tersebut disebabkan oleh beberapa faktor: pertama, berakhirnya musim panen rendeng yang mengakibatkan berkurangnya pasokan beras terutama untuk daerah di luar pulau Jawa. Hal ini merupakan pola musiman yang selalu berulang setiap tahunnya. Kedua, tersendatnya pasokan di beberapa wilayah akibat mahalnya ongkos transportasi. Dan ketiga, aksi spekulasi berupa penimbunan beras di tingkat pedagang sebagai antisipasi kenaikan HPP gabah dan beras yang biasanya mengikuti kenaikan harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi. Adapun selain komoditas beras, komoditas yang juga mengalami kenaikan harga cukup tinggi adalah daging ayam dan bawang putih. Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan inflasi volatile foods meningkat dari 18,86% pada April 2006 menjadi 19,36% pada Mei

6 Laju inflasi inti secara bulanan dan tahunan tercatat sebesar 0,44% (mtm) dan 9,54% (yoy) di bulan Mei 2006, meningkat bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 0,32% (mtm) dan 9,43% (yoy). Tekanan inflasi inti terutama berasal dari faktor eksternal berupa imported inflation karena meningkatnya harga emas dunia. Selain itu, meningkatnya tekanan inflasi dari sektor eksternal juga tercermin pada inflasi barang impor dan core traded yang mulai meningkat. Di sisi lain, nilai tukar yang mengalami depresiasi untuk pertama kalinya sejak awal tahun belum menimbulkan tekanan inflasi yang signifikan (Grafik 2.3). Sementara itu, tekanan inflasi yang bersumber dari ekspektasi inflasi serta interaksi antara permintaan dan penawaran relatif minimal. Ekspektasi inflasi masyarakat sampai saat ini masih terjaga meskipun berada pada level yang tinggi. Bertahannya ekspektasi inflasi pada level yang tinggi terkait dengan masih terdapatnya beberapa faktor risiko tekanan inflasi pada jangka waktu yang lebih panjang seperti perkembangan harga minyak dunia serta kebijakan administered prices. Kondisi tersebut tercermin pada ekspektasi inflasi masyarakat dan pedagang hasil Survei Konsumen (Grafik 2.4 dan 2.5), Produsen, Persepsi Pasar serta hasil Concensus Forecast. Nilai Tukar Rupiah Pada bulan Mei 2006, rupiah terdepresiasi dan diiringi oleh meningkatnya volatilitas. Rupiah yang sempat menguat pada awal bulan mencapai Rp 8.722/USD terdepresiasi tajam pada pertengahan bulan mencapai Rp 9.245/USD. Secara rata-rata bulanan, rupiah melemah 0,76% dari Rp 8.939/USD menjadi Rp 9.008/USD (Grafik 2.6). Sepanjang 2006, secara rata-rata rupiah mencapai Rp 9.172/USD. Pergerakan rupiah dalam range yang melebar ini menyebabkan volatilitas rupiah meningkat menjadi 2,54% dari 1,31% pada bulan sebelumnya (Grafik 2.7). Tekanan terhadap rupiah terutama disebabkan oleh perkembangan sektor eksternal berupa perubahan ekspektasi kebijakan moneter di AS. Meningkatnya tekanan inflasi di AS menimbulkan ekspektasi baru bahwa siklus pengetatan moneter di AS akan terus berlanjut. Kebijakan moneter yang ketat tersebut diperkirakan akan terus berlangsung sampai dengan 2007 dan suku bunga FedFund diperkirakan akan mencapai sekitar 6%. Sebelumnya, the Fed diperkirakan akan mengambil kebijakan netral setelah menaikkan suku bunga 25 bps menjadi 5% pada 10 Mei Perubahan ekspektasi ini mendorong terjadinya pelepasan saham di pasar %, yoy %, yoy Depresiasi Apresiasi Depresiasi / Apresiasi Rp/USD (skala kiri) Inflasi Barang Impor Inflasi Core Traded Grafik 2.3. Nilai Tukar vs Inflasi Barang Impor dan Core Traded Indeks bulan yad 3 bulan yad 1 bulan yad 100 JanMarMei Jul SepNov JanMarMei Jul SepNov JanMarMei Jul SepNov JanMar 2003 Grafik 2.4. Ekspektasi Harga Pedagang Indeks Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb AprJun Ags Okt Des Feb Apr 2003 Grafik 2.5. Ekspektasi Harga Konsumen 6 bulan ke depan

7 Rp/USD Rata-rata Nilai Tukar Bulanan Rata-rata Nilai Tukar Triwulanan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Grafik 2.6. Rata-rata Nilai Tukar Rupiah Persen Volatilitas Rata-rata Bulanan Grafik 2.7. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah 2,54 Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Mata Uang EUR PHP IDR THB SGD KRW JPY -1,45-0,76 Depresiasi 0,08 1,23 1,58-2,00-1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 Persen Grafik 2.8. Apresiasi/Depresiasi Mei 2006 Apresiasi 4,15 4,61 saham AS, yang kemudian berimbas ke pasar saham di kawasan Euro serta berbagai negara di Asia termasuk Indonesia. Akibatnya, mata uang global bergerak melemah terhadap USD sejak pertengahan Mei, walaupun secara rata-rata bulanan masih menguat dibanding bulan sebelumnya oleh karena penguatan yang terjadi di awal Mei 2006 (Grafik 2.8). Di Indonesia, perkembangan eksternal tersebut juga memicu tindakan profit taking oleh investor asing setelah sekian lama harga saham terus meningkat dan nilai tukar rupiah terus menguat. Selain melepaskan saham, investor asing juga melikuidasi investasinya pada SUN dan SBI. Kondisi tersebut menyebabkan keluarnya aliran modal dari investasi asing dan menyebabkan rupiah terdepresiasi. Perkembangan ekonomi global juga masih diwarnai oleh tingginya harga minyak. Selama bulan Mei 2006 harga minyak tidak mengalami perubahan yang signifikan meskipun sempat melonjak mencapai USD74,6 per barrel (jenis WTI). Pada akhir Mei 2006 harga minyak ditutup pada level USD 71,29 per barrel, sedikit lebih rendah dibanding posisi April sebesar USD 71,88 per barrel (Grafik 2.9). Ke depan, harga minyak diperkirakan masih bertahan pada level di atas USD 70/barrel. Meskipun meningkat, belum terlihat adanya pengaruh yang signifikan dari tingginya harga minyak dunia ke perekonomian domestik. Penyesuaian harga BBM pada Oktober 2005 telah berhasil mengurangi konsumsi BBM dalam negeri. Secara rata-rata bulanan konsumsi BBM dalam negeri turun menjadi sekitar 29,4 juta barrel dibandingkan ratarata 3 tahun terakhir yang mencapai 32,6 juta barrel. Sementara itu, dampaknya terhadap peningkatan defisit fiskal juga masih terbatas dan tidak menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan. Dari sisi domestik, belum ada perubahan yang berarti, kecuali indikasi faktor risiko yield spread yang sedikit meningkat. Dari berbagai indikator faktor fundamental yang mempengaruhi nilai tukar rupiah, belum terlihat adanya perubahan yang berarti dan berkontribusi terhadap pelemahan nilai tukar rupiah. Namun, salah satu indikator risiko (yield spread) mulai sedikit meningkat (Grafik 2.10). Sentimen negatif terhadap rupiah juga sedikit dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi triwulan I/ 2006, sebesar 4,6% (yoy) dibandingkan 4,9% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, membaiknya rating Indonesia oleh Moody»s merupakan salah satu berita positif yang diperkirakan dapat mendukung nilai tukar rupiah ke depannya. 7

8 Imbal hasil rupiah masih menarik dibandingkan kawasan regional lainnya. Selisih imbal hasil nominal (uncovered interest rate differential 1 - UCIP) relatif masih tinggi, sebesar 7,7% dibandingkan dengan level pada saat terjadi aliran modal keluar di 2005 sekitar 6,4% (Grafik 2.11). Sementara dengan memperhitungkan faktor risiko (covered interest differential 2 -CIP), selisih suku bunga juga masih cukup tinggi, tercatat sebesar 5,6% (Grafik 2.12). Kedua level selisih suku bunga tersebut masih lebih tinggi dibandingkan negara-negara tetangga. Hal yang sama juga terjadi pada SUN yang memberikan yield spread yang menarik dibanding negara regional lainnya. Pada saat ini, yield spread antara SUN dan US T-Note mencapai sekitar 6,5%. Secara fundamental, kinerja neraca pembayaran menunjukkan kondisi cukup menggembirakan. Posisi aktiva bersih luar negeri (NFA) yang merupakan indikasi kecukupan pasokan permintaan valas telah meningkat dan mencapai USD 35,7 miliar per Februari Peningkatan NFA tersebut didukung oleh membaiknya kondisi neraca pembayaran (NPI) karena membaiknya harga komoditas internasional, melemahnya impor, dan tingginya aliran modal portofolio. Dengan demikian, surplus NPI diperkirakan akan terus meningkat meskipun dengan besaran yang menurun. Surplus NPI pada triwulan II diperkirakan akan menjadi sekitar USD 2,8 miliar, dari triwulan I yang mencapai USD 5,6 miliar. Perkembangan NPI tersebut mendorong peningkatan cadangan devisa. Pada akhir Mei 2006, cadangan devisa tercatat sebesar USD 44,2 miliar, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar USD 42,8 miliar. $/barel rata2 minas 2006 = rata2 brent 2006 = rata2 WTI 2006 = rata2 IMF 2006 = Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Sumber: Bloomberg Grafik 2.9. Perkembangan Harga Minyak Dunia Rp/USD Minas Brent Crude Oil WTI Grafik Yield Spread Govt Bond RI dan AS Persen ,5 IDR/USD Yield Spread ,0 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei ,0 3,5 3,0 2,5 2,0 Kebijakan Moneter Strategi Kebijakan Pada RDG 9 Mei 2006 yang lalu, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 12,50%. Keputusan ini diambil setelah melakukan asesmen secara menyeluruh terhadap 1 Uncovered interest rate differential = suku bunga domestik (JIBOR 1 bulan) suku bunga luar negeri (SIBOR 1 bulan). 2 Covered interest rate differential = suku bunga domestik (JIBOR 1 bulan) suku bunga luar negeri (SIBOR 1 bulan) perbedaan suku bunga antara obligasi Pemerintah Indonesia dengan obligasi Pemerintah Amerika yang berjangka waktu sama (US T-Note) yang digunakan sebagai proksi risiko. Persen 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0-2,0-4,0 Indonesia Philipina Malaysia Australia Thailand Korea Singapore New Zealand Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Grafik Uncovered Interest Rate Parity 8

9 Persen 8.0 Indonesia Philipina 6.0 Malaysia Korea SepOktNovDes Jan FebMarAprMei Jun Jul AgsSepOktNovDes Jan Feb MarAprMei Grafik Covered Interest Rate Parity perekonomian hingga April 2006 yang menunjukkan masih berlanjutnya kestabilan makroekonomi dan prospek tercapainya sasaran inflasi Penurunan suku bunga tersebut diharapkan mampu memberi sinyal positif terhadap upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan dapat menjaga kestabilan kondisi pasar keuangan. Bank Indonesia juga memberlakukan secara efektif kebijakan-kebijakan di bidang nilai tukar. Kebijakan ini meliputi; (1) Pelarangan margin trading rupiah terhadap semua valas, (2) Pemberlakuan intervensi swap valas sebagai instrumen Operasi Pasar Terbuka untuk jangka waktu 1 s.d. 7 hari, (3) Penyediaan fasilitas swap untuk kepentingan investor dalam rangka lindung nilai (hedging) risiko nilai tukar untuk jangka waktu 3 s.d. 6 bulan dengan kemungkinan diperpanjang, (4) Penyempurnaan ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN) yaitu mencabut ketentuan kewajiban memelihara PDN antar valuta asing, mewajibkan bank untuk memelihara PDN sepanjang hari dan mengenakan sanksi denda dan administratif bagi pelanggaran ketentuan PDN, dan (5) Pembatasan transaksi rupiah antara bank dengan pihak nonresiden. Pelaksanaan kebijakan moneter secara umum sudah optimal di tengah pergerakan aliran modal asing. Penyerapan likuditas dilakukan secara optimal pasca implementasi sistem fixed rate tender (FRT) 3 pada lelang SBI 1 bulan sejak 10 Mei Hal ini tercermin pada rasio bid to matured yang meningkat menjadi 112,2%. Selain itu, penonaktifan FASBI 7 hari telah mendorong terjadinya peralihan dana ke instrumen yang lebih panjang yaitu SBI 1 bulan. Hal ini tercermin pada porsi penempatan SBI terhadap total operasi pasar terbuka (tanpa SUN) yang meningkat dari sekitar 89% pada April menjadi sekitar 93,5% pada Mei Sinergi kebijakan diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. Langkah-langkah kebijakan moneter di atas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan stabilisasi makroekonomi secara keseluruhan. Sebagaimana perkiraan sebelumnya seperti yang dijelaskan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) Triwulan I- 2006, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2006 mengalami perlambatan, sebagaimana perkiraan awal. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik, sinergi kebijakan antara Bank Indonesia dan Pemerintah perlu terus ditempuh guna mempercepat 3 Fixed Tender Rate (FTR) adalah suatu prosedur lelang dimana suku bunga lelang terlebih dulu ditetapkan sebelum lelang dilaksanakan. Dalam hal ini, Bank Indonesia mengumumkan suku bunga SBI yang akan diterima sebelum lelang SBI dimulai. 9

10 pembalikan siklus ekonomi atau mengurangi akselerasi perlambatan pertumbuhan. Demikian pula, upaya mendorong perekonomian menuju keseimbangan internal dan eksternal perlu diprioritaskan dengan menerapkan kebijakan fiskal dan moneter secara lebih konsisten. Baik kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal perlu terus diarahkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. Suku Bunga Seiring dengan penurunan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 12,50%, suku bunga instrumen moneter juga mengalami penurunan pada bulan Mei Suku bunga FASBI 7 hari dan FASBI O/N menjadi 10,50% dan 7,50%, masing-masing turun sebesar 25 bps dari level sebelumnya di bulan April Sementara itu pada bulan Mei 2006 beberapa keputusan di bidang kebijakan operasional telah mulai dilaksanakan, antara lain pelaksanaan Fixed Rate Tender (FRT) untuk lelang SBI 1 bulan, penjarangan lelang SBI 3 bulan (sebelum nantinya akan dihapuskan) serta diskresi penyediaan window FASBI 7 hari. FRT telah mulai dilaksanakan pada lelang SBI 1 bulan tanggal 10 Mei Dengan pelaksanaan FRT, suku bunga lelang SBI 1 bulan akan selalu sama dengan BI Rate. Selain itu, target indikatif tidak perlu lagi diumumkan. Dengan demikian, pelaksanaan lelang menjadi lebih sederhana. Bersamaan dengan pelaksanaan FRT untuk lelang SBI 1 bulan, untuk pertama kalinya dilakukan penjarangan lelang SBI 3 bulan dari 1 bulan sekali menjadi 3 bulan sekali. Sementara itu, per 2 Mei 2006 window FASBI 7 hari ditutup sampai waktu yang belum ditentukan. Meskipun demikian, terdapat diskresi penyediaan window fasilitas FASBI 7 hari untuk menyediakan atau mengurangi likuiditas dalam upaya memperkuat pengelolaan likuiditas pasar uang jangka pendek di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) paska pelaksanaan FRT. Dengan pelaksanaan kebijakan operasional yang baru ini, operasi moneter tetap diarahkan untuk menyelaraskan arah umum kebijakan moneter yang disampaikan melalui BI Rate dengan perkembangan aktual kondisi pasar uang antar bank, baik dari sisi level maupun suku bunga yang terjadi. Penurunan BI Rate pada bulan Mei ini diikuti oleh penurunan suku bunga simpanan. Dalam periode laporan, suku bunga penjaminan deposito rupiah 1 bulan tetap berada pada level 12,50%. Namun, suku bunga deposito per 18 Mei 2006 di seluruh bank menurun dan berada pada 10

11 Tabel 2.1 Perkembangan Berbagai Suku Bunga Suku Bunga Des-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 BI Rate 12,8 12,8 12,8 12,8 12,8 12,5 Dep 1 WA 12,0 12,0 11,9 11,8 11,7 n.a. Dep 1 CR 10,4 10,6 10,4 10,4 10,5 11,2 Penjaminan Dep 1 13,0 12,8 12,8 12,5 12,5 13,0 Base Lending Rate 16,2 16,1 16,1 16,0 16,0 16,0 Kredit Modal Kerja 16,2 16,3 16,3 16,4 16,3 n.a. Kredit Inv, 15,7 15,8 15,9 15,9 15,9 n.a. Kredit Kons, 16,8 17,1 17,3 17,5 17,7 n.a. kisaran 9% - 12,5%. Sementara itu, secara rata-rata tertimbang (weighted average) suku bunga deposito rupiah 1 bulan pada bulan April 2006 tercatat 11,7% (Tabel 2.1), sedikit menurun dibanding bulan sebelumnya sebesar 11,8%. Penurunan suku bunga deposito ini merupakan kelanjutan dari tren suku bunga deposito yang telah menurun sejak bulan Februari 2006 (Grafik 2.13). Suku bunga kredit masih relatif stabil di tengah tren penurunan suku bunga simpanan. Pada bulan Mei 2006, base lending rate (BLR) cenderung stabil, yang tercermin pada relatif tidak berubahnya suku bunga kredit efektif untuk semua jenis kredit. Secara weighted average, pada akhir April 2006 suku bunga KMK (Kredit Modal Kerja), KI (Kredit Investasi) dan KK (Kredit Konsumsi) tercatat masing-masing sebesar 16,3%, 15,9% dan 17,7% (Tabel 2.1). Tingkat suku bunga kredit tersebut relatif tidak berubah dibanding bulan sebelumnya. Dengan perkembangan suku bunga tersebut, maka selisih suku bunga kredit dan simpanan masih sedikit meningkat. Persen BI Rate* Kredit Investasi Depo 1 bl Kredit Konsumsi Kredit Modal Kerja Penjaminan Depo 1 bl Grafik Perkembangan Berbagai Suku Bunga Dana, Kredit, dan Uang Beredar Stabilnya BI Rate sampai April 2006 direspon oleh melambatnya laju pertumbuhan dana masyarakat dan laju pertumbuhan kredit. Pertumbuhan deposito yang sejak awal 2005 terus meningkat mulai melambat pada Maret 2006 (Grafik 2.14). Sementara itu, pertumbuhan giro dan tabungan yang melambat juga mulai mendorong perlambatan pada pertumbuhan total simpanan masyarakat. Sampai dengan akhir April 2006, total DPK (Dana Pihak Ketiga) tumbuh sebesar 14,8%, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 17,2% (Grafik 2.15). 11

12 Dari sisi kredit, selama bulan April 2006 kredit perbankan tumbuh sebesar 16,5% (yoy), melambat baik dari bulan sebelumnya sebesar 17,0% (yoy), maupun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 26,9% (yoy). Akan tetapi secara year to date, pertumbuhan kredit secara total mulai positif, terutama ditopang oleh pertumbuhan kredit channeling dan konsumsi. Pada akhir April 2006, uang beredar dalam arti sempit (M1) dan arti luas (M2) mengalami perkembangan yang positif. Secara nominal, laju pertumbuhan tahunan M1 mencapai 14,7%, meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 10,7%. Sebaliknya, laju pertumbuhan M2 kembali melambat menjadi 14,7% dari bulan sebelumnya sebesar 17,1% (Grafik 2.16). Dibanding beberapa tahun sebelumnya, pertumbuhan nominal M2 tersebut dapat dikatakan cukup tinggi. Walaupun demikian, pertumbuhan secara riil 4 masih jauh lebih rendah dibanding sebelum krisis 5. Adapun penciptaan uang (money multiplier) M2 sedikit meningkat sejalan dengan trennya selama 1 tahun terakhir. Pada bulan laporan, kenaikan money multiplier disumbang oleh perkembangan M2 di tengah menurunnya base money. Sementara itu, kebutuhan masyarakat akan uang kartal masih mengalami peningkatan sebagaimana tercermin dari masih cenderung naiknya rasio uang kartal terhadap DPK 6 (Grafik 2.17). Pasar Modal Pada awal Mei 2006 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Jakarta sempat mencapai level tertinggi baru paska penurunan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 12,50%. Penurunan BI Rate pada tanggal 9 Mei 2006 yang sesuai dengan ekspektasi pasar langsung mendapat tanggapan positif dari investor di pasar modal, termasuk di pasar saham. Perkembangan ini tercermin dari semakin maraknya perdagangan saham selama kurun waktu awal Mei hingga menyebabkan indeks terus meningkat dan kembali mencapai level tertinggi di level 1.553,62 pada 12 Mei 2006 (Grafik 2.19). Masih cukup besarnya aliran modal masuk pada saat itu serta beberapa sentimen positif dari perkembangan bursa regional dan dunia yang mengalami penguatan diperkirakan menjadi faktor pendukung yang ikut mendorong IHSG pada periode awal laporan. 4 Diperhitungkan dengan inflasi IHK. 5 Pada 1996 rata-rata pertumbuhan tahunan M2 riil mencapai 20,3%. 6 Untuk simpanan valas menggunakan kurs tetap Rp 9.500/USD. (%, y-o-y) (10) (20) Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar sumber: DPNP Total DPK Tabungan Giro Deposito Grafik Perkembangan Dana (%, y-o-y) Total DPK Total Kredit rkredit (rata-rata) rdepo (rata-rata) Suku Bunga Kredit dan Depo (%) 3 6 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar sumber: DPNP Grafik Perkembangan Dana vs Kredit (1) (4) (7) Y-o-Y % Nominal M0 M1 M Grafik Pertumbuhan Nominal M0, M1, dan M

13 Sumber: CEIC 03 Jan 13 Jan 23 Jan 02 Feb 12 Feb 22 Feb 04 Mar 14 Mar 24 Mar 03 Apr 13 Apr 23 Apr Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2006 Persen M2/M0 8,00 7,00 6,00 5,00 MM2 (M2/M0) C/DPK Grafik Perkembangan C/DPK dan Angka Pengganda M2 IHSG C/DPK 14,00 13,00 12,00 11,00 10,00 9,00 8,00 7,00 6,00 5, Net Foreign (Miliar Rp) IHSG Net Beli -600 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Sumber : BEJ Grafik IHSG dan Net Beli Asing IHSG BI Rate Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Sumber: CEIC Grafik IHSG dan BI Rate SBI/BI Rate % Jan-Apr 2005 IHSG SBI/BI Rate (%) , ,5 8, , ,5 7, IHSG 6, RRT SBI 1 bln 6,5 6, IHSG Kondisi bullish bursa saham tidak bertahan lama karena dalam kurun waktu dua pekan berikutnya indeks mengalami koreksi yang sangat tajam. Koreksi tersebut dipicu oleh aksi ambil untung yang dilakukan oleh investor terkait dengan tren penurunan di bursa regional lainnya. Penurunan indeks bursa regional dipicu oleh perkiraan bahwa AS akan meneruskan kebijakan peningkatan suku bunganya guna menekan inflasi. Koreksi yang terjadi menyebabkan IHSG sempat berada di level 1.309,045. Menjelang akhir Mei 2006, IHSG mulai terkonsolidasi menuju penguatan seiring dengan peningkatan indeks bursa regional. Pada akhir bulan, IHSG ditutup menguat di level 1.329,996. Secara bulanan, IHSG mengalami koreksi sebesar 134,410 poin atau sebesar -9,2%. Koreksi ini merupakan penurunan yang terbesar dibanding dengan perkembangan bursa regional dan dunia. Meskipun demikian, faktor fundamental makroekonomi Indonesia dan individual emiten terlihat tidak memberikan informasi negatif bagi perkembangan pasar modal. Bahkan pada periode laporan ini beberapa emiten mulai membagikan deviden. Koreksi IHSG juga dipicu oleh aksi jual investor asing yang cukup besar dan diikuti oleh investor domestik. Fluktuasi yang terjadi pada pasar saham dan pasar valas mempengaruhi investor asing untuk melepas sahamnya, untuk selanjutnya dikonversikan ke dalam valas seperti tercermin dari pergerakan yang searah antara penurunan IHSG dengan pelemahan nilai tukar. Perilaku investor asing tersebut juga terjadi pada portofolio SBI dan SUN di mana pada periode Mei terjadi pelepasan aksi jual pada portofolio saham, SBI dan SUN. Selama kurun waktu tersebut investor asing tercatat sudah melakukan penjualan sebesar Rp 0,8 triliun sehingga selama bulan Mei 2006 investor asing hanya membukukan net beli sebesar Rp 0,7 triliun, menurun jauh dibanding rata-rata net beli beberapa bulan terakhir yang tercatat sebesar Rp 2,4 triliun. Berdasarkan aktivitas pemodal, net beli asing juga mengalami penurunan yang drastis dari sebelumnya sebesar Rp 169 miliar menjadi sebesar Rp 34 miliar per hari. Gejolak yang terjadi di pasar modal dan nilai tukar ikut mempengaruhi aktivitas perdagangan SUN. Pada mulanya, realisasi kebijakan penurunan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada tanggal 9 Mei 2006 semakin mendorong maraknya perdagangan SUN. Aktivitas perdagangan SUN secara rata-rata harian mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, adanya kesamaan antara ekspektasi investor terhadap penurunan suku bunga dengan kebijakan, pada awalnya membuat yield RRT seluruh seri FR berada di bawah level 12%. Untuk 13

14 FR002 (mewakili tenor < 5 tahun) sebesar 11,45%, FR025 (mewakili tenor 5-7 tahun) sebesar 11,51%, dan FR020 (mewakili tenor > 7 tahun) sebesar 11,53%. Akan tetapi, melemahnya harga saham dan terdepresiasinya rupiah pada pertengahan bulan Mei menyebabkan investor SUN melepas portofolionya sehingga menyebabkan harga SUN terkoreksi dan yield sedikit mengalami peningkatan. Vol (Rp t) 100,0 80,0 60,0 40,0 Vol Frek Frek Kelompok non residen sempat melakukan aksi jual yang sangat besar dengan counter-party kelompok bank non rekap dan reksadana. Aksi jual SUN dilakukan oleh investor asing dengan melepas sekitar Rp 4 triliun dalam kurun waktu Mei 2006 sehingga menurunkan porsi kepemilikan asing di pasar SUN. Jumlah kepemilikan asing menjadi sekitar Rp 48 triliun dari posisi sebelumnya yang sempat mencapai Rp 51 triliun. Adanya penjualan yang cukup besar dari investor non residen tersebut mendorong harga menjadi turun dan pada gilirannya menggeser posisi yield curve ke atas. Namun pada akhir Mei 2006, investor asing terlihat mulai masuk kembali pada portofolio SUN meski dalam jumlah kecil. Secara keseluruhan, total net beli asing selama bulan Mei 2006 tercatat sebesar Rp 0,1 triliun (Grafik 2.21). Kondisi di pasar SUN tersebut menyebabkan penawaran terhadap lelang SUN FR0026 ( (reopening) ) dan FR0037 (perdana) sedikit berkurang. Dari target indikatif yang diumumkan Pemerintah sebesar Rp 3,0 triliun untuk kedua seri tersebut, penawaran yang masuk hanya sekitar Rp 3,2 triliun, lebih rendah dari kedua lelang sebelumnya yang bisa mencapai diatas Rp 10 triliun. Kondisi pasar modal yang sedang bearish diperkirakan mempengaruhi investor SUN dalam melakukan bidding sehingga jumlah penawaran yang masuk tidak oversubscribed seperti lelang SUN beberapa kali sebelumnya. Kondisi ini juga tercermin dari permintaan yield yang cukup tinggi sehingga Pemerintah hanya memenangkan Rp 1,3 triliun untuk FR0037, sementara untuk FR0026 dinyatakan tidak ada pemenang. Dari sisi investor, di tengah perkembangan yang terjadi, kelompok non residen masih menunjukkan minat yang relatif besar dibanding kelompok lainnya. Dalam lelang tersebut kelompok asing mendapat porsi sebesar 46,54% (Rp 605 miliar), diikuti oleh kelompok bank swasta nasional sebesar 21,95% (Rp 285 miliar) dan bank persero serta lainnya sekitar 11%. Dalam 3 bulan ke depan, Pemerintah akan kembali melakukan lelang pada tanggal 13 Juni, 11 Juli, dan 15 Agustus ,0 0,0 0 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei* Grafik Aktivitas Perdagangan SUN Vol (Rp t) 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00-5,00-10,00-15,00-20,00-25,00 0,2 B. Rekap B. Non Rekap 0,0 2,3 0,1-0,1-5,2 Beli Jual 0,1 Asuransi Reksadana Dapen Sekuritas Non-Res Grafik Aktivitas Beli-Jual SUN Mei ,0 Net Dll 14

15 Kondisi Perbankan Secara umum, sampai dengan bulan Mei kinerja perbankan nasional semakin baik. Dari berbagai indikator yang ada menunjukkan perkembangan tersebut seperti jumlah kredit yang terus meningkat dan menurunnya resiko kredit bermasalah. Pada akhir April 2006 total kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp 733,4 triliun, meningkat sebesar Rp 10,7 triliun dibanding bulan sebelumnya. Jumlah peningkatan ini merupakan yang terbesar selama setengah tahun terakhir. Hal ini pada gilirannya mendorong loan to deposit ratio (LDR) untuk meningkat menjadi 52.7% dibandingkan dengan 52.3% pada bulan sebelumnya (Tabel 2.2). Sementara itu, kualitas kredit yang disalurkan juga membaik. Hal ini tercermin dari menurunnya rasio kredit bermasalah (non performing loan/ NPL) dari 9,4% (gross) pada bulan Maret 2006 menjadi 9,2% pada bulan April Dengan demikian, peningkatan jumlah kredit yang cukup besar serta peningkatan LDR yang diiringi dengan penurunan NPL (gross) menunjukkan bahwa kinerja perbankan nasional semakin membaik. Tabel 2.2 Kondisi Umum Perbankan Indikator Utama Des Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Total Aset (T Rp) 1.272, , , , , , , , , , ,9 DPK (T Rp) 963, , , , , , , , , , ,2 Kredit (T Rp) 595,1 677,6 702,2 715,3 719,9 722,4 730,2 714,2 714,7 722,7 733,4 LDR (%) 50,0 53,9 54,5 54,2 54,8 54,1 53,2 51,8 51,7 52,3 52,7 NPLs Gross (%) 5,8 8,5 8,9 8,8 8,4 8,7 8,3 8,7 9,3 9,4 9,2 NPLs Net (%) 1,7 4,5 5,0 5,0 4,7 5,0 4,8 5,1 5,7 5,6 5,6 CAR (%) 19,4 19,4 18,9 19,4 19,4 19,6 19,5 21,5 21,2 21,7 21,5 NIM (%) 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 15

16 III. RESPON KEBIJAKAN MONETER Respon kebijakan moneter diarahkan untuk pengendalian inflasi agar tetap berada pada lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan Pemerintah, dengan mempertimbangkan prospek dan faktor risiko yang berpengaruh terhadap prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan. Sesuai dengan asesmen perekonomian sampai dengan bulan Mei 2006, terdapat gangguan terhadap kestabilan makroekonomi sebagaimana tercermin dari pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi nilai tukar rupiah tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal terutama akibat penguatan dolar AS akibat berlanjutnya siklus pengetatan moneter. Meskipun dampaknya terhadap inflasi belum dirasakan pada bulan ini namun hal tersebut harus tetap diwaspadai agar tidak menimbulkan tekanan terhadap inflasi ke depan yang dapat melalui dampak pass through dan ekspektasi inflasi. Dengan mempertimbangkan asesmen terkini perkembangan ekonomi moneter dan perbankan serta sasaran inflasi, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia tanggal 6 Juni 2006 memutuskan bahwa BI rate tetap dipertahankan pada level 12,50%. Kebijakan tersebut diambil dengan pertimbangan utama bahwa proyeksi inflasi tidak berubah kisarannya. Selain itu, BI melihat bahwa langkah tersebut merupakan upaya pre-emptive dalam menghadapi risiko eksternal dan internal yang berpotensi mengganggu stabilitas makroekonomi, terutama stabilitas nilai tukar rupiah. Ke depan, jika hasil asesmen menyeluruh terhadap prospek ekonomi menunjukkan bahwa risiko-risiko tersebut telah berkurang, maka penurunan BI Rate lebih lanjut dapat dilakukan. Selain itu, langkahlangkah penguatan koordinasi dengan Pemerintah melalui berbagai forum khususnya Rakortas maupun Tim Pengendalian Inflasi akan terus difokuskan pada upaya meminimalkan dampak kebijakan administered prices. 16

17 Indikator Terkini SEKTOR KEUANGAN SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 1 bln 1) Suku bunga SBI 3 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) IHSG Indeks 3) BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum Jul Ags Sep Okt Nov Des 8,49 9,51 10,00 11,00 12,25 12,75 12,75 12,74 12,73 12,74 12,50 8,45 8,54 9,25 12,09 12,83 12,83 12,92 12,92-12,75 12,16 7,22 7,55 9,16 10,43 11,46 11,98 12,01 11,85 11,77 11,70-7,03 7,19 8,51 9,38 10,72 11,75 12,23 12,32 11,61 11,51-7,80 7,98 10,78 10,40 10,71 11,35 11,49 11,66 11,77 11,95 11, Jan Feb Mar Apr Mei H A R G A Inflasi bulanan (%) y-y % 0,78 0,55 0,69 8,70 1,31-0,04 1,36 0,58 0,03 0,05 0,37 7,84 8,33 9,06 17,89 18,38 17,11 17,03 17,92 15,74 15,40 15,60 SEKTOR EKSTERNAL Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) Net International Reserve (juta USD) INDIKATOR KUARTALAN Pertumbuhan PDB (% yoy) Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor ,99 21,02 20,22 22,58 23,29 24,83 24,95 25,71 30,50 32,73 33, Tw. IV Tw. IV Tw. I * 2006* Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I 4,21 7,13 6,25 5,63 5,63 4,90 4,59 5,72 3,42 2,03 2,63 5,52 7,33 4,28-0,46 16,08 14,11 15,58 9,37 1,78 2,89-171,59 552,88 131,38-107,06-40,60-156,87-32,20 5,16 22,18 11,80 11,19 4,76 7,41 10,75 1,44 31,16 18,84 17,86 10,56 3,74 5,01 * angka sementara * angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 r) revisi 1) minggu terakhir 2) rata2 tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS 17

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 26 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 Kondisi moneter pada triwulan II-2006 masih menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Hal ini tercermin dari nilai tukar yang masih menguat, inflasi

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2005

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Ekonomi, Moneter dan Keuangan

Ekonomi, Moneter dan Keuangan Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-27 Kondisi selama triwulan IV-27 menunjukkan perkembangan makroekonomi yang semakin baik dengan stabilitas yang

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2005

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2005 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2 Laju inflasi IHK pada triwulan IV-2 mengalami peningkatan yang tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006 Kinerja neraca pembayaran yang mencatat surplus cukup besar telah mendukung penguatan nilai tukar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Mei 213 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 Indeks 17 1 13 1 9 7 Kadin-Roy Morgan AC Nielsen BI BPS Danareksa

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2005

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2005 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2005 Laju inflasi IHK pada triwulan III-2005 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama berasal dari kenaikan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER November 2013 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 3 T i n j a

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Ikhtisar. Kestabilan ekonomi relatif terjaga.

Ikhtisar. Kestabilan ekonomi relatif terjaga. Ikhtisar Kestabilan ekonomi relatif terjaga. Pada April, laju inflasi masih relatif terkendali......, sementara itu nilai tukar sedikit tertekan namun masih terkendali. Perkembangan berbagai indikator

Lebih terperinci

Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni 2005

Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni 2005 Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni IKHTISAR Pertumbuhan ekonomi masih positif. Bulan Juni mencatat inflasi. Nilai tukar rupiah melemah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif dan

Lebih terperinci

Ikhtisar. Perekonomian tahun 2003 relatif stabil dan membaik. Inflasi Desember 2003 menurun dibanding November...

Ikhtisar. Perekonomian tahun 2003 relatif stabil dan membaik. Inflasi Desember 2003 menurun dibanding November... Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Desember Ikhtisar Perekonomian tahun relatif stabil dan membaik. Inflasi Desember menurun dibanding November......diikuti dengan kurs yang masih stabil...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 Tim Penulis Laporan triwulan I-2003, Bank Indonesia Kondisi moneter selama triwulan I-2003 tetap stabil dan terkendali meskipun belum

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

Ikhtisar. Kinerja ekonomi Indonesia menunjukkan. perkembangan. yang membaik. Pada Februari,

Ikhtisar. Kinerja ekonomi Indonesia menunjukkan. perkembangan. yang membaik. Pada Februari, Ikhtisar Kinerja ekonomi Indonesia menunjukkan perkembangan yang membaik. Pada Februari, perkembangan harga mencatat deflasi......, nilai tukar yang relatif stabil... Perkembangan beberapa indikator makroekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter Desember 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA

PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA RINGKASAN 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 3 PEREKONOMIAN GLOBAL 4 PROSPEK PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Ikhtisar. Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan.

Ikhtisar. Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan. Ikhtisar Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan. Pada Maret, laju inflasi masih relatif terkendali......, nilai tukar yang relatif stabil... Perkembangan perekonomian selama

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Ikhtisar. Kondisi eksternal masih kondusif dan permintaan domestik masih tinggi.

Ikhtisar. Kondisi eksternal masih kondusif dan permintaan domestik masih tinggi. Ikhtisar Kondisi eksternal masih kondusif dan permintaan domestik masih tinggi. Inflasi menunjukkan peningkatan. Nilai tukar rupiah stabil. Suku bunga instrumen moneter masih stabil. Perkembangan kondisi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

Ikhtisar. Perkembangan ekonomi masih membaik.

Ikhtisar. Perkembangan ekonomi masih membaik. Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Mei 2004 Ikhtisar Perkembangan ekonomi masih membaik. Laju inflasi Mei lebih rendah dari April......, sementara nilai tukar melemah. Suku bunga relatif stabil.

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

Ikhtisar. Sampai dengan akhir tahun 2004, kestabilan makroekonomi dapat terus dipertahankan. Perkembangan harga pada Desember mencatat inflasi.

Ikhtisar. Sampai dengan akhir tahun 2004, kestabilan makroekonomi dapat terus dipertahankan. Perkembangan harga pada Desember mencatat inflasi. Ikhtisar Sampai dengan akhir tahun 2004, kestabilan makroekonomi dapat terus dipertahankan. Perkembangan harga pada Desember mencatat inflasi. Nilai tukar rupiah cenderung melemah. Sampai dengan akhir

Lebih terperinci

Ikhtisar. Perkembangan ekonomi secara umum masih stabil.

Ikhtisar. Perkembangan ekonomi secara umum masih stabil. Ikhtisar Perkembangan ekonomi secara umum masih stabil. Inflasi kembali mengalami penurunan......, nilai tukar rupiah menguat. Suku bunga instrumen moneter relatif stabil. Perkembangan ekonomi makro sampai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

Ikhtisar. Indikator makroekonomi menunjukkan perkembangan yang stabil.

Ikhtisar. Indikator makroekonomi menunjukkan perkembangan yang stabil. Ikhtisar Indikator makroekonomi menunjukkan perkembangan yang stabil. Penurunan laju inflasi terus berlanjut...diikuti dengan kurs yang menguat... Perekonomian Indonesia pada Januari 2004 masih menunjukkan

Lebih terperinci

Ikhtisar. Ekonomi diperkirakan tumbuh 5% (y-o-y). Perkembangan harga pada bulan Nopember mencatat inflasi.

Ikhtisar. Ekonomi diperkirakan tumbuh 5% (y-o-y). Perkembangan harga pada bulan Nopember mencatat inflasi. Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Nopember Ikhtisar Ekonomi diperkirakan tumbuh 5% (y-o-y). Perkembangan harga pada bulan Nopember mencatat inflasi. Nilai tukar rupiah tetap stabil. Perkembangan

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 10 Juli 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 Tinjauan Kebijakan Moneter September 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG)

Lebih terperinci

Ikhtisar. Perkembangan makroekonomi masih sesuai dengan proyeksi awal tahun. Perkembangan harga mencatat deflasi. Nilai tukar rupiah stabil.

Ikhtisar. Perkembangan makroekonomi masih sesuai dengan proyeksi awal tahun. Perkembangan harga mencatat deflasi. Nilai tukar rupiah stabil. Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Februari 2005 Ikhtisar Perkembangan makroekonomi masih sesuai dengan proyeksi awal tahun. Perkembangan harga mencatat deflasi. Nilai tukar rupiah stabil.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan I 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan I 2004, Bank Indonesia Membaiknya

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter

Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan

Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan Inflasi Akhir semester I 2009 Inflasi sebesar 0,11% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,10 terjadi pada penghujung Jun. Inflasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Ikhtisar. Kondisi makro ekonomi dan moneter relatif stabil. Laju inflasi Juni lebih rendah dari Mei...

Ikhtisar. Kondisi makro ekonomi dan moneter relatif stabil. Laju inflasi Juni lebih rendah dari Mei... Ikhtisar Kondisi makro ekonomi dan moneter relatif stabil. Laju inflasi Juni lebih rendah dari Mei......, sementara nilai tukar masih mengalami tekanan. Suku bunga relatif stabil kecuali suku bunga kredit.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Perekonomian Indonesia triwulan IV 2013 dan Januari 2014 menunjukkan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan tahun 2013 mulai

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

Ikhtisar. Perkembangan ekonomi ditandai oleh kenaikan kegiatan ekonomi. Laju inflasi Juli lebih rendah dari Juni...

Ikhtisar. Perkembangan ekonomi ditandai oleh kenaikan kegiatan ekonomi. Laju inflasi Juli lebih rendah dari Juni... Ikhtisar Perkembangan ekonomi ditandai oleh kenaikan kegiatan ekonomi. Laju inflasi Juli lebih rendah dari Juni......, sementara nilai tukar rupiah menguat. Suku bunga instrumen moneter relatif stabil.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% RD Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci