FI-3104 FISIKA KUANTUM 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FI-3104 FISIKA KUANTUM 1"

Transkripsi

1 Catatan Kuliah FI-3104 FISIKA KUANTUM 1 oleh: Prof. Freddy P. Zen, D. Sc fpzen@fi.itb.ac.id Laboratorium Fisika Teoretik, FMIPA-ITB terakhir diperbaharui pada 6 Januari 010.

2 Daftar Isi Daftar Isi Daftar Gambar ii iii 1 Gejala Kuantum Radiasi Benda Hitam Gejala radiasi termal Hukum Stefan Hukum Raleygh-Jeans Model osilator harmonik Energi rata-rata osilator Rapat jumlah osilator Kerapatan energi radiasi Teori kuantum radiasi Planck Efek Fotolistrik Efek Compton Hipotesis de Broglie Dasar-dasar Kuantum 1.1 Perbedaan Fisika Klasik dan Kuantum Fungsi Gelombang Operator Sifat-sifat operator Operator Hermitian Pengukuran Serentak dan Berurutan i

3 DAFTAR ISI ii 3 Persamaan Schrödinger Arus Rapat Probabilitas Kasus Stasioner Partikel Bebas Partikel dalam kotak potensial takhingga 1 dimensi Partikel dalam Sumur Potensial Berhingga Partikel dalam Daerah dengan Potensial Tangga Partikel dalam Daerah dengan Potensial Penghalang Osilator Harmonik Atom Hidrogen Postulat Bohr tentang Atom Hidrogen Teori Kuantum tentang Atom Hidrogen Daftar Pustaka 38 FI3104 Fisika Kuantum 1 009

4 Daftar Gambar 1.1 Kurva intensitas radiasi termal per satuan panjang gelombang Perbandingan antara hasil yang didapat hukum Raleygh-Jeans dan Teori Kuantum Planck Skema efek Compton Grafik tan y λ y y dan cot y λ y y iii

5 Bab 1 Gejala Kuantum 1.1 Radiasi Benda Hitam Gejala radiasi termal Kajian tentang radiasi benda hitam bertujuan menjelaskan fenomena yang terkait dengan intensitasi radiasi daya emisi suatu benda pada temperatur tertentu. Pada tahun 179, T. Wedjwood mendapati bahwa sifat universal dari sebuah objek yang dipanaskan tidak bergantung pada komposisi dan sifat kimia, bentuk, dan ukuran benda. Selanjutnya, pada tahun 1859 G. Kirchoff membuktikan sebuah teorema yang didasarkan pada sifat termodinamika benda bahwa pada benda dalam kesetimbangan termal, daya emisi pancar dan daya absorbsi serap sama besar. Ide Kirchoff dinyatakan dalam sebuah persamaan e f J f, T A f, 1.1 dengan e f adalah daya emisi per frekuensi cahaya tiap satuan luas, f adalah frekuensi cahaya, T suhu mutlak benda, dan A f daya absorbsi yaitu fraksi daya masuk yang diserap per frekuensi tiap satuan luas. Benda hitam didefinisikan sebagai benda yang definisi menyerap semua radiasi elektromagnetik yang mengenainya, sehingga benda tersebut benda menjadi berwarna hitam, atau pada persamaan 1.1 berlaku A f 1 sehingga e f hitam J f, T daya emisi per frekuensi per satuan luas hanya bergantung pada f dan T saja Hukum Stefan Pada tahun 1879, J. Stefan menemukan secara eksperimental bahwa daya total tiap satuan luas yang dipancarkan oleh benda padat pada semua frekuensi bergantung pada 1

6 1.1 Radiasi Benda Hitam Gambar 1.1 Kurva intensitas radiasi termal per satuan panjang gelombang. Jumlah radiasi yang dipancarkan luas daerah di bawah kurva bertambah seiring dengan naiknya temperatur. Gambar diambil dari [1] pangkat empat dari suhu T 4, atau e total 0 e f f, T df aσt 4, 1. dengan 0 < a < 1 merupakan koefisien serap dan σ 5, W.m.T 4 adalah tetapan Stefan-Boltzman. Contoh. Hukum Stefan dapat diterapkan untuk memperkirakan suhu di permukaan bintang. Sebagai contoh, kita akan memperkirakan suhu di permukaan matahari. Diketahui jejari matahari adalah R S 7, m, jarak rata-rata matahari ke bumi adalah R 1, m, dan fluks daya per satuan luas energi matahari yang terukur di permukaan bumi adalah 1400 Wm. Seluruh energi yang dipancarkan matahari dapat dianggap berasal dari reaksi nuklir yang terjadi di dalamnya, bukan berasal pantulan dari radiasi yang mengenainya seluruh radiasi yang mengenai matahari dianggap terserap sempurna. Sehingga, matahari dapat dianggap sebagai benda hitam a 1. Energi radiasi total yang mengenai bumi dan titik-titik lain di alam semesta yang berjarak R dari matahari adalah e t R 4πR, sedangkan energi total yang meninggalkan permukaan matahari adalah e t R S 4πRS. Menurut hukum kekekalan energi, besar kedua energi tersebut haruslah sama, sehingga e t R 4πR e t R S 4πRS e t R S e t R R RS. 1.3 FI3104 Fisika Kuantum 1 009

7 1.1 Radiasi Benda Hitam 3 Lalu, menurut hukum Stefan e t R S σt 4, sehingga diperoleh et RR T σr S 1/4 1400W m 1, m RR 5, W.m.T 4 7, m 1/4 5800K. 1.4 Berdasarkan persaaan 1.1, untuk benda hitam akan berlaku e f Jf, T. Selanjutnya, didefinisikan besaran kerapatan spektrum energi per satuan volume per satuan definisi frekuensi uf, T, sehingga untuk cahaya kecepatannya c akan diperoleh uf, T Jf, T uf, T c Berdasarkan kurva spektrum radiasi benda hitam, Wien membuat tebakan bentuk fungsi tebakan kerapatan spektrum energi tersebut sebagai uf, T Af 3 e βf T. Ternyata bentuk fungsi tersebut dikonfirmasi secara eksperimental oleh Paschen untuk λ 1 4 µm infra merah dan T K hasil eksperimen untuk λ lebih besar menyimpang dari prediksi Wien. Wien Hukum Raleygh-Jeans Model osilator harmonik Bentuk kurva spektrum pancar benda hitam juga coba dijelaskan melalui hukum Rayleigh- Jeans. Menurut hukum tersebut, benda hitam dimodelkan sebagai sebuah rongga, dan cahaya yang memasukinya membentuk gelombang berdiri. Energi radiasi per satuan volume per satuan frekuensi merupakan moda dari osilator-osilator harmonik per satuan volume dengan frekuensi yang terletak pada selang f dan f +df. Sehingga, kerapatan energi dapat dinyatakan sebagai uf, T df ĒN fdf 1.6 dengan Nf menyatakan rapat jumlah osilator per satuan volume per satuan frekuensi. definisi Benda hitam dianggap berada pada kesetimbangan termal, sehingga terbentuk gelombang elektromagnetik berdiri di dalam rongga gelombang berdiri EM ekivalen dengan osilator satu dimensi. Fungsi probabilitas osilator klasik memenuhi fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann, P ɛ P 0 e ɛ ɛ 0 k B T, 1.7 N f distribusi Maxwell- Boltzmann FI3104 Fisika Kuantum 1 009

8 1.1 Radiasi Benda Hitam 4 dengan ɛ 0 adalah energi dasar terendah osilator, ɛ energi osilator, P 0 P ɛ 0 merupakan peluang osilator memiliki energi sebesar ɛ 0, k B konstanta Boltzmann, dan T suhu mutlak sistem dalam hal ini rongga. Energi rata-rata osilator Energi rata-rata osilator dihitung dengan memanfaatkan fungsi probabilitas 1.7, ɛ ɛ ɛp ɛ, 1.8 P ɛ atau untuk nilai energi yang sinambung kontinyu, notasi jumlah berubah menjadi integral. Lalu dengan mengingat persamaan 1.7, diperoleh ɛ 0 ɛp 0 e ɛ ɛ0 k B T dɛ 0 P 0 e ɛ ɛ0 k B T dɛ ɛ 0 ɛe ɛ 0 e ɛ k B T dɛ k B T dɛ. 1.9 Pembilang dan penyebut pada persamaan terakhir dapat dihitung dengan cara sebagai berikut. Misalkan β k B T 1, maka penyebut persamaan terakhir menjadi 0 e βɛ dɛ 1 β e βɛ ɛ0 1 β Lalu, dengan memanfaatkan hubungan tersebut, dapat diperoleh d e βɛ dɛ d 1 dβ 0 dβ β d e βɛ dɛ 1 dβ β 0 0 Sehingga, energi rata-rata osilator adalah 0 ɛ ɛe k B T dɛ 1 β ɛ ɛe k B T dɛ 1 β ɛ 0 ɛe ɛ 0 e ɛ k B T dɛ k B T dɛ β β 1 1 β k BT. 1.1 Rapat jumlah osilator Tinjau sebuah kubus dengan panjang rusuk L yang di dalamnya terdapat gelombang elektromagnetik stasioner. Berdasarkan persamaan Maxwell, diperoleh persamaan gelombang stasioner untuk medan elektromagnetik berbentuk E + k E 0, 1.13 FI3104 Fisika Kuantum 1 009

9 1.1 Radiasi Benda Hitam 5 dengan + +, x y z E EEx, E y, E z, serta E x, E y, dan E z masingmasing merupakan fungsi dari koordinat x, y, z. Dengan menganggap berlakunya separasi variabel pada tiap komponen medan E, misalnya E x x, y, z uxvywz, dan k k x + k y + k z diperoleh dengan solusi d u dx + k xu 0, 1.14 d v dy + k yv 0, 1.15 d w dz + k zw 0, 1.16 ux B x cosk x x + C x sink x x, 1.17 vy B y cosk y y + C y sink y y, 1.18 wz B z cosk z z + C z sink z z Selanjutnya, diterapkan syarat batas bahwa u v w 0 pada x y z 0 dan x y z L, sehingga B x B y B z 0 dan k x,y,z n x,y,z π/l dengan n x,y,z merupakan bilangan bulat positif. Dengan demikian, diperoleh ux C x sink x x, 1.0 vy C y sink y y, 1.1 wz C z sink z z, 1. yang memberikan solusi untuk komponen E x E x x, y, z A sink x x sink y y sink z z, 1.3 dan berlaku pula dengan n menyatakan jumlah osilator dalam kotak. k π n L x + n y + n n π z L, 1.4 Sebuah kotak dalam ruang k dimensi/satuannya m 1 dengan volume π L 3 berisi satu buah gelombang berdiri. Sebuah elemen volum berbentuk kulit bola berjejari k yang terletak pada sebuah kotak dengan rusuk k memiliki volum 1 8 4πk dk karena kotak berusuk k menempati satu oktan/perdelapan dari sebuah bola berjejari k. Lalu, diperoleh Nk yaitu rapat jumlah gelombang berdiri dengan bilangan gelombang terletak antara k dan dk, Nkdk 1 8 4πk dk 3 L3 k dk. 1.5 π π L FI3104 Fisika Kuantum 1 009

10 1.1 Radiasi Benda Hitam 6 Dengan mengingat bahwa terdapat dua keadaan polarisasi untuk setiap modus gelombang EM, diperoleh jumlah gelombang berdiri tiap satuan volume V L 3 sebesar N kdk Nkdk V k dk π, 1.6 atau dengan memanfaatkan hubungan besaran-besaran gelombang EM k π λ dan c λf diperoleh Kerapatan energi radiasi N fdf 8πf c 3 df N λdλ 8π dλ. 1.7 λ4 Berdasarkan hasil untuk Ē dan N f seperti di atas, diperoleh nilai kerapatan energi radiasi uf, T df 8πf c 3 k B T df uλ, T dλ 8π λ 4 k BT dλ. 1.8 Hasil ini memungkinkan terjadinya bencana ultraviolet, bahwa rapat energi untuk cahaya bencana dengan panjang gelombang kecil atau frekuensi besar dapat bernilai takhingga. Dan ini bertentangan dengan hasil eksperimen. UV Teori kuantum radiasi Planck Untuk mengatasi masalah yang timbul pada hukum Rayleigh-Jeans, Max Planck mempostulatkan bahwa energi osilator adalah sebanding dengan frekuensi gelombang, ɛ n postulat nhf n bilangan bulat positif dan h konstanta Planck. Penerapan postulat ini ke persamaan untuk energi rata-rata menurut statistik Maxwell-Boltzman persamaan 1.8 memberikan ɛ nhf k n0 nhfe B T nhf k n0 e B T Dengan mengingat rumus jumlah pada deret geometri,. 1.9 Planck n0 r n 1 1 r r < 1, 1.30 maka penyebut persamaan energi rata-rata tersebut dapat dituliskan sebagai n0 e hf k B T n 1 1 e hf k B T 1.31 FI3104 Fisika Kuantum 1 009

11 1.1 Radiasi Benda Hitam 7 Bagian pembilang dihitung seperti pada persamaan Misalkan α hf k B T, maka n ne αn d dα d dα n e αn 1 1 e hf k B T e α 1 e α. 1.3 Jadi, diperoleh energi rata-rata ɛ hf 1 e hf k B T e hf k B T 1 e hf k B T hfe hf k B T 1 e hf k B T hf e hf k B T 1 Selanjutnya, diperoleh rapat energi radiasi uf, T df 8πf hf c 3 df uλ, T dλ e hf k B T 1 8πhc dλ λ 5 e hf k B T Terlihat bahwa postulat Planck mampu mengatasi masalah yang muncul pada hukum Rayleigh-Jeans. Bahkan, hasil ini sesuai dengan data eksperimen Gambar??. Postulat Gambar 1. Kurva intensitas radiasi termal menurut hukum Raleygh-Jeans dan Teori Kuantum Planck. Terlihat bahwa teori Planck sesuai dengna hasil eksperimen yang dinyatakan oleh titik, sedangkan hukum Raleygh-Jeans hanya sesuai untuk daerah panjang gelombang besar. Gambar diambil dari [1] FI3104 Fisika Kuantum 1 009

12 1. Efek Fotolistrik 8 Planck juga mampu menjelaskan hukum Stefan-Boltzman. Substitusi persamaan rapat energi radiasi ke persamaan untuk radiasi total, menghasilkan e t c 4 λ0 λ0 uλ, T dλ 8πhc dλ λ 5 e hf k B T Ambil x dengan hc λk B T sehingga dx hc λ k B T dλ atau dλ λ k B T hc e t k 0 BT hc πhc x πk4 B T 4 h 3 c π5 k 4 B 15h 3 c T 4 merupakan konstanta Stefan-Boltzmann. x 3 x0 e x 1 dx }{{} π4 15 hc dx k B T x hc xk B T 5 e x 1 dx hc dx k B T, sehingga x σt 4, 1.36 σ π5 k 4 B 15h 3 c 5, W.m K Soal Latihan 1. Turunkan hukum pergeseran Wien, λ m T C, dengan memaksimumkan uλ, T. 1. Efek Fotolistrik Tugas 1 8 Agustus 009 Gejala Kuantum: Efek Fotolostrik dikumpulkan sebelum Jum at, 4 September Beri penjelasan tentang efek fotolistrik yang menganggap bahwa cahaya berbentuk kuanta partikel!. Hitung kecepatan photoelectron yang dilepas dari bahan seng zinc, dengan stopping potential 4,3 ev yang diberi cahaya ultraviolet. Dibanding kecepatan cahaya, berapa persen besar kecepatan tersebut? FI3104 Fisika Kuantum 1 009

13 1.3 Efek Compton Cahaya dengan intensitas 1,0 µw/cm jatuh pada permukaan besi seluas 1,0 cm. Anggap bahwa besi memantulkan 96% cahaya yang mengenainya dan hanya 3% dari energi yang terserap terletak pada daerah ultraviolet. a Hitunglah intensitas yang dipakai untuk menghasilkan efek fotolistrik! b Jika panjang gelombang sinar ultraviolet adalah 50 nm, hitunglah banyaknya elektron yang diemisikan tiap detik! c Hitunglah besar arus yang ditimbulkan pada efek fotolistrik! d Jika frekuensi cut off f 0 1, Hz, carilah fungsi kerja φ 0 untuk besi! 1.3 Efek Compton 19 Efek Compton adalah gejala yang timbul jika radiasi sinar x berinteraksi dengan partikel elektron. Foton sinar x bersifat sebagai partikel dengan momentum p hf c h λ. Skema efek Compton diberikan pada gambar 1.3. Efek Compton dapat dijelaskan meng- Gambar 1.3 Skema efek Compton. Foton datang dengan momentum p dan menumbuk elektron yang diam. Lalu foton terhambur dengan momentum p dan elektron terhambur dengan momentum p e. Sudut hamburan foton θ dihitung terhadap arah datangnya. Gambar diambil dari [1] gunakan konsep momentum dan tumbukan. Tumbukan dianggap bersifat lenting sempurna, sehingga berlaku hukum kekekalan energi, E + m e c E + E e E e hf hf + m e c dengan E adalah energi foton sebelum tumbukan, m e c energi elektron sebelum tumbukan berupa energi diam, E energi foton setelah tumbukan, dan E e energi elektron setelah tumbukan. Seperti kasus tumbukan pada umumnya, pada peristiwa efek Compton juga berlaku kekekalan momentum. Pada arah sumbu x searah dengan arah datang foton p p cos θ + p e cos φ p + p cos θ pp cos θ p e cos φ 1.39 FI3104 Fisika Kuantum 1 009

14 1.4 Hipotesis de Broglie dengan p momentum foton sebelum tumbukan, p momentum foton setelah tumbukan, p e momentum elektron setelah tumbukan, dan φ sudut hambur elektron dihitung terhadap arah foton datang. Pada arah sumbu y tegaklurus arah datang foton p sin θ p e sin φ p sin θ p e sin φ Jumlah dari kedua persamaan terakhir menghasilkan p + p pp cos θ p e Dengan mengingat hubungan antara momentum dengan frekuensi, persamaan terakhir dapat ditulis menjadi hf p e + c Di lain pihak, elektron memenuhi persamaan energi relativistik, hf h ff c c cos θ. 1.4 E e p e c + m e c Substitusi persamaan 1.38 dan 1.4 ke persamaan terakhir, menghasilkan [ hf hf hf + m e c + c ] hf h ff c c cos θ. + m e c 1.44 Setelah disederhanakan, persamaan tersebut menghasilkan f m e c + fm e c hff hff cos θ m e c c λ c λ hc 1 cos θ λλ λ λ h 1 cos θ, 1.45 m e c yang menyatakan hubungan antara panjang gelombang foton terhambur λ dan sudut hamburannya θ dengan panjang gelombang foton datang λ dan massa diam elektron m e. Persamaan tersebut telah sesuai dengan hasil percobaan. 1.4 Hipotesis de Broglie 194 Pada kasus radiasi benda hitam, efek fotolistrik, dan efek Compton telah ditunjukkan bahwa cahaya yang sebelumnya dikenal sebagai gelombang ternyata memiliki sifat partikel. Berdasarkan kenyataan tersebut, de Broglie membuat hipotesis bahwa partikel FI3104 Fisika Kuantum 1 009

15 1.4 Hipotesis de Broglie pun dapat memiliki sifat gelombang. Panjang gelombang dari sebuah partikel bergantung pada momentumnya, dengan hubungan yang sama seperti pada gelombang λ h p h mv, 1.46 dengan m massa partikel dan p kecepatannya. FI3104 Fisika Kuantum 1 009

16 Bab Dasar-dasar Kuantum Terdapatnya gejala-gejala fisis yang tidak dapat dijelaskan menggunakan hukum-hukum fisika yang telah ada mendorong para ilmuwan untuk menyadari akan perlunya cara pandang baru dalam memahami dan menjelaskan gejala fisis..1 Perbedaan Fisika Klasik dan Kuantum Perbedaan antara Fisika klasik dan kuantum dapat dipandang dari dua sisi: formulasi dan pengamatan. Pada tingkat perumusan formulasi, dinamika partikel dalam Fisika klasik digambarkan oleh hukum dinamika Newton, F m d x dt d p dt,.1 dengan solusi berupa ruang fasa { r, p}. Sedangkan pada fisika kuantum, dinamika sistem digambarkan oleh persamaan Schrödinger, m + V r, t Ψ r, t EΨ r, t,. dengan solusi Ψ r, t disebut fungsi gelombang, vektor keadaan, atau amplitudo probabilitas. Fungsi Ψ r, t tidak memiliki makna fisis, namun informasi fisis bisa didapatkan darinya. Pada tingkat pengamatan, hasil pengamatan berupa { r, p} pada fisika klasik sama persis dengan prediksi yang diberikan oleh formulasi. Dengan demikian, menurut fisika klasik pengukuran sama sekali tidak mengganggu keadaan sistem. Sementara itu, pada fisika kuantum pengukuran akan mengganggu sistem, sehingga hasil pengukuran selalu mengandung ketidakpastian terhadap nilai sesungguhnya. Nilai Ψ r, t menyatakan fungsi probabilitas sesuai interpretasi Born, dan antarvariabel konjugat memenuhi keti- 1

17 . Fungsi Gelombang 13 Tabel.1: Operator dalam kuantum. dakpastian Heisenberg, r. p.3 E. t..4. Fungsi Gelombang Agar dapat menggambarkan sistem fisis secara mudah, fungsi gelombang Ψ haruslah memenuhi syarat-syarat berikut: 1. Invarian tidak berubah terhadap perkalian dengan sebuah skalar, sehingga Ψ dan aψ a C menggambarkan keadaan kuantum yang sama.. Invarian terhadap pergeseran fasa, sehingga e iδ Ψ δ R bermakna fisis sama dengan Ψ. 3. Memenuhi lim x Ψ 0, atau Ψ konvergen pada x. 4. Sinambung kontinyu dan mulus smooth pada seluruh ruang..3 Operator Dalam kuantum, besaran-besaran fisis diperoleh dengan menerapkan operator-operator kepada fungsi gelombang Ψ. Contoh operator dalam kuantum dan besaran yang bersesuaiab dengannya pada fisika klasik diberikan pada tabel.1. Operator bekerja secara serial kepada fungsi gelombang, sehinga menghasilkan observabel fisis. Karena bekerja secara serial, maka pada umumnya hasil pengukuran dua observabel fisis yang dilakukan berurutan akan bergantung pada urutan pengukuran, Â ˆBΨ ˆBÂΨ. Contoh. Operator posisi dan momentum masing-masing dinyatakan sebagai ˆx x dan ˆp i atau atau dalam satu dimensi ˆp i x. Bekerjanya kedua operator tersebut kepada Ψ menghasilkan: ˆpˆxΨx i x ˆxˆpΨx x i Ψ x xψ i i Ψ + x Ψ x x Ψ x.5..6 FI3104 Fisika Kuantum 1 009

18 .3 Operator 14 Selisih kedua persamaan tersebut adalah sehingga diperoleh hubungan komutasi dengan [Â, ˆB] Â ˆB ˆBÂ. Nilai rata-rata dari suatu observabel dinyatakan oleh ˆpˆx ˆxˆp Ψx i Ψx,.7 A [ˆp, ˆx] i,.8 Ψ xâψxdx,.9 misalnya nilai rata-rata operator momentum pada ruangwaktu adalah p Ψ x i Ψxdx,.10 x atau dalam ruang momentum-energi.3.1 Sifat-sifat operator p Ψ ppψpdp..11 [A, B] AB BA [B, A],.1 [A, α] 0 dengan α bilangan kompleks,.13 [αa, B] α [A, B] [A, αb],.14 [AB, C] ABC CAB ABC ACB + ACB CAB A BC CB + AC CA B A [B, C] + [A, C] B,.15 [A, BC] B [A, C] + [A, B] C,.16 [AB, CD] AC [B, D] + A [B, C] D + C [A, D] B + [A, C] DB..17 Dengan memanfaatkan hubungan aljabar di atas dan hubungan komutasi operator posisi dan momentum, diperoleh hubungan yang bermanfaat berikut: [ˆx, ˆp] i, [ˆx, ˆp ] ˆp [ˆx, ˆp] + [ˆx, ˆp] ˆp i ˆp, [ˆx, ˆp 3 ] [ˆx, ˆp ˆp ] ˆp i.18 FI3104 Fisika Kuantum 1 009

19 .4 Pengukuran Serentak dan Berurutan 15 Berdasarkan hubungan di atas, diperoleh hubungan yang lebih umum berupa.3. Operator Hermitian [ˆx, ˆp n ] ni ˆp n 1 i dˆpn dˆp..19 Suatu matriks H dikatakan hermitian jika berlaku H H, dengan tanda menyatakan konjugat transpos. Nilai eigen dari sebuah matriks hermitian bersifat riil. Dalam mekanika kuantum, nilai observabel fisis diberikan oleh nilai eigen dari operator yang berkaitan. Agar memiliki makna fisis, nilai eigen dari matriks operator tersebut haruslah bernilai riil. Sehingga, representasi matriks dari operator-operator dalam mekanika kuantum haruslah berupa matriks hermitian. Contoh. Operator posisi ˆp i x merupakan operator Hermitian, karena nilai rata-ratanya riil. Bukti untuk pernyataan ini adalah sebagai berikut: p Ψ i Ψdx x i i i Ψ Ψ Ψ x dx d Ψ dx + i ˆpΨ Ψdx dψ dx Ψ dc i dψ dx Ψdc ˆp..0 Dengan cara yang sama dapat dibuktikan pula bahwa operator energi Ê i x juga hermitian..4 Pengukuran Serentak dan Berurutan Pada dasarnya, karena operator kuantum bekerja secara serial, maka dua pengukuran atau lebih hanya dapat dilakukan secara berurutan, dan tidak dapat dilakukan secara serentak. Akan tetapi, selang waktu antarpengukuran dapat dibuat sangat singkat sehingga keadaan sistem belum banyak berubah dan pengukuran dua besaran atau lebih dapat dianggap serentak. Ketidakpastian dari dua pengukuran serentak ˆQ 1 dan ˆQ diberikan oleh ˆQ 1 ˆQ 1 [ ˆQ1, ˆQ ]..1 FI3104 Fisika Kuantum 1 009

20 .4 Pengukuran Serentak dan Berurutan 16 [ Pada fisika klasik, selalu didapatkan ˆQ1, ˆQ ] karena operator ˆQ merupakan skalar sehingga ˆQ 1 ˆQ 0. Dengan demikian, dalam fisika klasik dua pengukuran dapat dilakukan tanpa ketidakpastian kecuali ketidakpastian yang disebabkan karena kekurangan pada alat atau pengukur. FI3104 Fisika Kuantum 1 009

21 Bab 3 Persamaan Schrödinger Dinamika sisten kuantum dinyatakan oleh persamaan Schrödinger, yang merupakan persamaan gerak untuk Ψ r, t, ĤΨ r, t i Ψ r, t, 3.1 t dengan Ĥ adalah operator energi total. Pada fisika klasik telah diketahui bahwa energi total adalah jumlah dari energi kinetik K 1 mv p m dan energi potensial V V r, t. Dengan menuliskan besaran momentum p dan potensial V dalam bentuk operator, diperoleh operator energi total i Ĥ m + ˆV r, t m + ˆV r, t, 3. dengan ˆV adalah operator energi potensial. Dengan demikian, persamaan Schrödinger dituliskan sebagai m + ˆV Ψ r, t r, t Ψ r, t i. 3.3 t Dengan diketahuinya ˆV, akan diperoleh solusi persamaan diferensial untuk Ψ yang menggambarkan dinamika sistem kuantum. 3.1 Arus Rapat Probabilitas Rapat probabilitas menemukan partikel di titik x pada saat t adalah P x, t Ψx, t. 3.4 Maka rapat probabilitas menemukan partikel pada daerah a x b adalah P a x b, t 17 b a P x, tdx

22 3. Kasus Stasioner 18 Sehingga, perubahan P terhadap t dapat dinyatakan sebagai d dt [P a x b, t] d dt d dt b a b a b a P x, tdx Ψ x, tψx, tdx dψ x, t Ψx, t + Ψ dψx, t x, t dx. 3.6 dt dt Dengan mengingat kembali persamaan Sechrödinger satu dimensi untuk partikel bebas V 0, serta memperhatikan d Ψ dψ dx dx Ψ t i Ψ m x dψ dx {}}{ dψ dx d dψ dx dx Ψ d Ψ dx Ψ + dan Ψ t dψ dx +Ψ d Ψ dx Ψ d Ψ dx d dx dψ dx {}}{ dψ dx dψ dx Ψ Ψd dx i Ψ m x, 3.7 d dx Ψ dψ dx Ψ dψ dx dψ dx dψ dx, 3.8, 3.9 maka arus probabilitas dapat dituliskan sebagai d b [P a x b, t] i Ψ dt a m x Ψ + i m i m i m i m b a b a d Ψ dψ dx dx Ψ dψ dx d dx [ Ψ dψ dx ΨdΨ dx Ψ d dx ] b x Ψ + dψ dx dx + d dx Ψ dψ dx Ψ dψ dx dx dψ dx dx xa Akhirnya, secara umum didefinisikan besaran rapat arus probabilitas sebagai dp x, t jx, t i [ ] Ψ dψx, t x, t Ψx, t dψ x, t dt m dx dx 3. Kasus Stasioner definisi rapat arus probabilitas Pada kasus gelombang yx, t A sinkx ωt, gelombang berdiri/stasioner dinyatakan oleh fungsi yx, t A sin kx cos ωt. Terlihat bahwa fungsi gelombang dapat dipisahkan separable menurut variabel-variabel yang menyusunnya. Dengan demikian, kasus stasioner pada kuantum digambarkan oleh Ψ r, t ψ rt t. 3.1 FI3104 Fisika Kuantum 1 009

23 3.3 Partikel Bebas 19 Substitusi persamaan ini ke persamaan Schrödinger menghasilkan T t m + ˆV T t r, t ψ r i ψ r t 1 m ψ r + V rψ r ψ r i T t T t t Terlihat bahwa ruas kiri dari persamaan di atas hanya merupakan fungsi dari posisi sedangkan ruas kanannya hanya fungsi dari waktu. Sehingga kedua ruas haruslah bernilai konstan, misal E, dengan dimensi energi. Sehingga diperoleh dua persamaan terpisah, m ψ r + V rψ r Eψ r, 3.14 dt dt i T te T t e iet/ Sehingga solusi persamaan Schrödinger ditulis sebagai Ψ r, t ψ re iet/, dengan ψ r akan ditentukan oleh V r. 3.3 Partikel Bebas Pada partikel bebas adalah partikel yang berada pada daerah dengan potensial V 0. Untuk kasus ini, persamaan Schrödinger bebas waktu menjadi berbentuk d ψx m dx Eψx d ψx dx me ψx Solusi persamaan diferensial tersebut adalah ψx e λx dengan λ me atau λ 1, me ±i. Sehingga solusi umum persamaan Schrödinger untuk partikel bebas ini adalah q ψx Ae i me q x + Be i me x A cos kx + i sin kx + B cos kx i sin kx ; k A + B cos kx + ia B sin kx me C cos kx + D sin kx Karena tidak ada syarat batas apapun, nilai k n dapat bernilai berapapun asal riil dan berhingga, sehingga energi E pun dapat bernilai berapapun riil dan berhingga. 3.4 Partikel dalam kotak potensial takhingga 1 dimensi. Sebuah partikel berada dalam daerah dengan potensial 0, L V x x L, lainnya FI3104 Fisika Kuantum 1 009

24 3.4 Partikel dalam kotak potensial takhingga 1 dimensi. 0 Pada daerah x < L dan x > L, nilai potensial menuju takhingga sehingga persamaan Schrödinger untuk daerah ini adalah lim V d m dx + V Karena nilai E berhingga, maka haruslah ψx 0. adalah ψx lim V ψx Eψx V Pada daerah L < x < L, V 0 sehingga persamaan Schrödinger untuk daerah ini d ψx m dx Eψx d ψx dx me ψx. 3.0 Serupa dengan kasus partikel bebas, solusi umum persamaan Schrödinger untuk daerah dalam kotak potensial ini adalah q ψx Ae i me q x + Be i me x C cos kx + D sin kx. 3.1 Selanjutnya, diterapkan syarat batas kesinambungan fungsi gelombang pada titik batas x L dan x L, bahwa ψ L ψ L 0 sebagai berikut Sehingga, dapat dipilh dua kasus khusus: ψ L kl kl C cos D sin 0 3. L kl kl ψ C cos + D sin C 0 dan D 0, sehingga sin ± kl C 0 dan D 0, sehingga cos ± kl 0 atau k nπ L, dengan n 1,, 3, atau k n 1π L, dengan n 1,, 3,.... Dengan demikian, solusi lengkap persamaan Schrödinger terdiri atas solusi ganjil berupa fungsi cos yang genap dan solusi genap berupa fungsi sin yang ganjil sebagai berikut C cos k n x, ψx D sin k n x, n ganjil, n genap. 3.4 Lalu berdasarkan nilai k yang diperoleh di atas, didapatkan nilai eigen energi E π ml n, n 1,, 3, Nilai konstanta C dan D diperoleh dari normalisasi fungsi gelombang ψx sebagai nilai eigen energi partikel dalam kotak potensial FI3104 Fisika Kuantum 1 009

25 3.5 Partikel dalam Sumur Potensial Berhingga 1 berikut 1 Sehingga diperoleh C ψx L L C k n C k n C cos k n x dx L L cos kn x + 1 L sin kn x + k n x k n d k n x C L. 3.6 L L. Dengan cara yang sama diperoleh pula D L. 3.5 Partikel dalam Sumur Potensial Berhingga Sebuah partikel berada dalam daerah dengan potensial V 0, L V x x L 0, lainnya. 3.7 Untuk kasus energi partikel V 0 Schrödinger bebas waktu untuk partikel ini adalah: pada x < L dan x > L, V x 0 sehingga, < E < 0, penerapan syarat batas pada persamaan d ψx m dx Eψ ψx C 1 e Kx + D 1 e Kx, dengan K me. 3.8 Karena pada x harus berlaku ψx 0, maka haruslah D 1 0 sehingga ψx C 1 e Kx. pada L < x < L. V x V 0 sehingga, d ψx m dx V 0 ψx Eψx d ψx dx m V 0 E ψx. 3.9 Karena E < V, maka solusi persamaan tersebut adalah ψx A cos qx + B sin qx, mv dengan q 0 E. pada x > L, V x 0 sehingga diperoleh hasil mirip pada x < L dengan menerapkan syarat lim x ψx 0, yaitu ψx D e Kx. namun Dengan dengan demikian, diperoleh solusi lengkap C 1 e Kx, x < L ψx A cos qx + B sin qx, L < x < L 3.30 D e Kx, x > L. FI3104 Fisika Kuantum 1 009

26 3.6 Partikel dalam Daerah dengan Potensial Tangga Tetapan-tetapan yang ada pada solusi di atas ditentukan dengan menerapkan syarat batas keinambungan fungsi dan turunanya pada daerah x ± L ±a. pada x a: C 1 e Ka A cos qa B sin qa 3.31 C 1 Ke Ka q A sin qa + B cos qa. 3.3 pada x a D e Ka A cos qa + B sin qa 3.33 D Ke Ka q A cos qa + B sin qa Dengan membagi persamaan 3.3 dengan 3.31 serta 3.34 dengan 3.33, diperoleh K q A sin qa + B cos qa A cos qa B sin qa q A sin qa + B cos qa A cos qa + B cos qa Dengan menyelesaikan persamaan terakhir, akan diperoleh AB AB Jadi, salah satu dari A dan B haruslah bernilai nol. Jika keduanya bernilai nol, maka akan diperoleh ψx 0 di daerah a, a, dan ini tidak boleh terjadi. Dengan demikian, solusi untuk daerah a, a adalah ψx A cos qa atau ψx B sin qa. Substitusi hasil ini ke persamaan 3.35 akan menghasilkan K q tan qa dan K cot qa. Dengan memperkenalkan sebuah tetapan λ mv 0a dan menuliskan y mv qa 0 E a, maka untuk kedua solusi di atas dapat dituliskan tan y K q λ y y dan cot y λ y lihat gambar 3.1. y. Selanjutnya, solusi untuk nilai y ditentukan dengan metode grafik 3.6 Partikel dalam Daerah dengan Potensial Tangga Suatu partikel berada pada daerah dengan potensial 0, x < 0 V x V 0, x 0. Solusi persamaan Schrödinger bebas waktu untuk kasus ini adalah Ae ikx + Be ikx me, x < 0, k ψx De Kx, x 0, K mv 0 E FI3104 Fisika Kuantum 1 009

27 3.6 Partikel dalam Daerah dengan Potensial Tangga 3 λ y λ y Gambar 3.1 Grafik tan y y atas dan cot y y bawah. Pada kedua grafik di atas, tan y dan cot y sama-sama naik. Titik-titik potong pada kedua grafik di atas menyatakan nilai eigen diskrit untuk q yang berkaitan dengan E. Penerapan syarat batas pada x 0 menghasilkan A + B D dan ik A B KD Dari persamaan tersebut, diperoleh B A ik+k ik K. Substitusi hasil ini ke persamaan 3.39 menghasilkan D A k k+ik. Selanjutnya, nilai B A dan D A menyatakan probabilitas partikel pantul dan transmisi, dan disebut koefisien reflektansi dan koefisien transmisi. Dengan demikian, solusi lengkap untuk kasus potensial tangga adalah [ ] A e ikx + k ik k+ik e ikx me, x < 0, k ψx A k k+ik e Kx mv, x 0, K 0 E. Lalu, probabilitas partikel pantul untuk kasus ini adalah e ikx. A ψ pantul x k + ik A k ik k ik k + ik 3.40 e ikx A FI3104 Fisika Kuantum 1 009

28 3.7 Partikel dalam Daerah dengan Potensial Penghalang 4 Sedangkan probabilitas gelombang transmisinya e Kx. A ψ transmisi x A k k ik k k + ik 4k e Kx k + K A e Kx. 3.4 Terlihat bahwa lim x ψ transmisi x 0. Selanjutnya, arus probabilitas pada tiap daerah adalah: pada x < 0 j datang i [ ] A ik A ik k m m A, 3.43 j pantul k m A pada x 0 j transmisi Lalu, bagaimanakah jadinya jika E > V 0? Solusi umum untuk kasus ini akan berupa Ae ikx + Be ikx me, x < 0, k ψx 3.46 Ce ikx + De ikx, x 0, K me V 0. Untuk partikel yang datang dari arah kanan ke kiri, diperoleh D 0. menerapkan syarat batas seperti sebelumnya, akan diperoleh ψ E x [ A e ikx + k K A k k+k k+k e ikx ], x < 0, k e ikx, x 0, K me me V 0. Lalu dengan 3.47 Lalu, dengan menuliskan amplitudo probabilitas pantul ρ B A dan amplitudo probabilitas transmisi τ D A, diperoleh probabilitas pantul dan transmisi sebagai berikut: ρ k K k + K R j pantul 0, 3.48 τ 4kK k + K T j datang j transmisi j datang Partikel dalam Daerah dengan Potensial Penghalang Suatu partikel berada pada daerah dengan potensial penghalang berbentuk V 0, 0 x L V x 0, lainnya FI3104 Fisika Kuantum 1 009

29 3.7 Partikel dalam Daerah dengan Potensial Penghalang 5 Solusi umum persamaan Schrödinger untuk kasus ini adalah Ae ikx + Be ikx, x < 0 ψx Ce Kx + De Kx, 0 x L Ee ikx + F e ikx, x > L, 3.51 me mv dengan k dan K 0 E. Jika dianggap partikel bergerak dari kiri ke kanan dan tidak ada partikel yang bergerak dari kanan ke kiri, diperoleh F 0. Lalu dengan menerapkan syarat kesinambungan fungsi dan turunannya di x 0 dan x L, diperoleh A + B C + D, 3.5 ik A B K C + D, 3.53 Ce KL + De KL Ee ikl 3.54 K Ce KL + De KL ikee ikl Jumlah dari persamaan 3.5 dan 3.53 serta 3.54 dan 3.55 akan menghasilkan ika Cik K + Dik + K, 3.56 KDe KL K + ik Ee ikl 3.57 Selisih persamaan 3.54 yang dikalikan dengan K dengan persamaan 3.55 adalah Substitusi 3.57 dan 3.58 ke 3.56 memberikan E A C K ik K eik+kl E ikK K ik e ik+kl + K + ik e ik KL 4ikKe ikl K + ik e KL K ik e KL 4ikKe ikl K k + ikk e KL K k ikk e KL 4ikKe ikl K k e KL e KL + ikk e KL + e KL ikke ikl K k sinh KL + ikk cosh KL FI3104 Fisika Kuantum 1 009

30 3.8 Osilator Harmonik 6 Dengan demikian, diperoleh koefisien transmitansi τ E A E E A A kk K k sinh KL + 4K k cosh KL kk K k cosh KL sinh KL + K k cosh KL + K 4 + k 4 sinh KL kk K k + K k 1 + sinh KL + K 4 + k 4 sinh KL kk Kk + K + k sinh KL, 3.60 ingat bahwa cosh x sinh x 1. Terlihat bahwa nilai KL yang kecil, akan menyebabkan semakin besar kemungkinan partikel menembus potensial penghalang T Osilator Harmonik Fungsi potensial untuk kasus osilator harmonik berbentuk V x 1 kx, sehingga persamaan Schrödinger untuk kasus ini berbentuk d ψx m dx + 1 kx ψx Eψx Solusi persamaan tersebut diambil berbentuk ψx φxe x dengan φx memenuhi persamaan diferensial Hermite d φ dx xdφ + λ 1 φ 0, 3.6 dx dengan nilai λ berkaitan dengan energi menurut E 1 λ ω. Solusi untuk φx ditentukan melalui metode Frobenius. Misal φx k0 a kx k+α, dengan α tetapan yang akan dicari kemudian. terhadap x sebagai berikut: Selanjutnya, diperoleh turunan pertama dan kedua dari φx φ x φ x a k k + α x k+α k0 a k k + α k + α 1 x k+α k0 Dengan demikian, persamaan Hermite dapat dituliskan menjadi k0 { k + α k + α 1 a k x k+α [ k + α λ 1] a k x k+α} FI3104 Fisika Kuantum 1 009

31 3.8 Osilator Harmonik 7 Untuk suku pertama k 0, diperoleh persamaan α α 1 a 0 x α α λ + 1 a 0 x α 0, 3.66 yang hanya akan dipenuhi jika α 0 atau α 1 dan α λ Lalu untuk memudahkan diambil solusi α 0, sehingga persamaan Hermite menjadi k0 { k k 1 a k x k [k λ 1] a k x k} Persamaan tersebut akan berlaku jika koefisien dari setiap suku dalam deret tersebut bernilai nol, suku x : a a 0 tetapan sembarang, suku x 1 : a a 1 tetapan sembarang, suku x 0 : a. 1 a 0 0 λ a 1 λ a 0 suku x 1 : a a 1 λ λ 1 a 3 a 1 3. suku x : a a. λ λ 1 a 4 a atau didapat rumus rekursif, a k+ k λ 1 k + k + 1 a k Dengan demikian φx merupakan jumlah dari solusi ganjil k ganjil dan genap k genap. Selanjutnya dilakukan uji konvergensi dari solusi ψx φxx x. Karena lim x e x 0 artinya e x konvergen, maka konvergensi dari ψx hanya ditentukan oleh φx. Uji perbandingan ratio test terhadap φx: pada k : a k+ x k+ lim k a k x k Jadi φx pada kasus ini konvergen untuk semua x. pada k >> λ: a k+ x k+ lim k>>λ a k x k k λ 1 lim k k + k + 1 x 0, 3.69 k λ 1 lim k>>λ k + k + 1 x x k Untuk menentukan konvergensi pada kasus ini, dipilih deret yang sifat konvergensinya mirip dengan x k, yaitu ex sebab e x k0 xk, dengan k genap. k! FI3104 Fisika Kuantum 1 009

32 3.8 Osilator Harmonik 8 Bukti untuk kemiripan sifat konvergensi kedua fungsi diberikan melalui uji perbandingan untuk e x sebagai berikut. U n+1 a k+x k+ U n a k x k xk+ k+ xk! x k k x 3.71! + 1, x. Jadi, ψx φxe e x e x e x. Dengan U sehingga lim n+1 k>>λ U n demikian ψx bersifat divergen dan tidak dapat berperan sebagai fungsi gelombang. Agar ψx konvergen, φx dibuat konvergen dengan cara memotong nilai k hanya sampai nilai tertentu berhingga. Dengan mengambil pangkat tertinggi pada deret untuk φx sebagai k, maka a k+ a k Lalu, berdasarkan persamaan 3.68 diperoleh λ k + 1, sehingga akhirnya diperoleh nilai energi dari osilator harmonik berbentuk E 1 λ ω k + 1 ω. 3.7 Solusi lengkap dari persamaan Schrödinger bebas waktu untuk kasus osilator harmonik adalah berbentuk ψx A n ψxe x, 3.73 dengan A n adalah amplitudo tetapan yang diperoleh melalui normalisasi fungsi gelombang. Secara umum, fungsi Hermite φx dapat dituliskan sebagai H n x yang memenuhi persamaan diferensial Hermite bentuk d H n x dx x dh nx dx k + nh n x Selanjutnya, persamaan gelombang dapat dituliskan sebagai ψx A n H n xe x. Normalisasi fungsi gelombang menghendaki ψmxψ n xdx A ma n HmxH n xe x δ mn Fungsi pembangkit untuk fungsi Hermite berbentuk gx, h e xh h n0 H n x hn n!, 3.76 dengan h sebuah parameter. Dengan memanfaatkan fungsi pembangkit tersebut, dapat diperoleh e x g x, h e x h +h n m e x H m H n h m+n m!n! FI3104 Fisika Kuantum 1 009

33 3.8 Osilator Harmonik 9 Integrasi persamaan tersebut pada selang, memberikan rrl e x h +h dx n m h n e h e x h d x h n n! h n e h π Sehingga diperoleh n h n n! π n n h n π n n! h n n! n n Substitusi hasil ini ke persamaan 3.75 memberikan h n n! e x H m H n h m+n m!n! dx e x H ndx e x H ndx e x H ndx e x H ndx e x H ndx n n! π A na n e x Hndx 1 A n n n! π Solusi total untuk kasus osilator harmonik adalah Ψx, t A n H n e x e iet dengan energi E n + 1 ω. Heisenberg mempelajari kasus osilator harmonik ini dengan menggunakan metode mekanika matriks, dan mendapatkan hasil yang sama. Heisenberg menyatakan fungsi gelombang sebagai vektor keadaan ψ n, dan mendapatkan nilai eigen energi dengan mengerjakan operator energi Hamiltonian yang dinyatakan dalam operator kreasi dan anihilasi osilator harmonik. Cara Heisenberg Mekanika Matriks untuk Osilator Harmonik Definisikan operator energi osilator harmonik Ĥ 1 m ˆp + 1 kˆx, 3.80 dengan ˆp dan ˆx masing-masing menyatakan operator momentum dan posisi kedua operator tersebut memenuhi hubungan komutasi [ˆx, ˆp] i I, I adalah matriks identitas. Jika Ĥ dikerjakan pada fungsi gelombang ψ E akan diperoleh Ĥ ψ E E ψ E. Ambil k m 1 sehingga Ĥ 1 ˆp + ˆx dan [ˆx, ˆp] ii. Definisikan operator â sebagai operator anihilasi dan kreasi, serta i ˆp iˆx dan â i ˆp + iˆx, 3.81 ˆN â â 3.8 FI3104 Fisika Kuantum 1 009

34 3.8 Osilator Harmonik 30 sebagai operator jumlah yang memenuhi ˆN n n n. Hubungan komutasi antara operator-operator di atas adalah [ â, â ] I, Operator energi dapat dinyatakan sebagai Ĥ 1 [ ] ˆN, â â, [ ˆN, â ] â ââ + â â 1 { â, â }, 3.84 notasi {A, B} AB + BA disebut antikomutasi. Dengan memanfaatkan hubungan komutasi antar operator di atas dan definisi operator jumlah, operator energi dapat dituliskan sebagai Ĥ 1 [ I + â â 1 I + ˆN ] + â â ˆN + I Dengan hubungan terakhir ini, dapat diperoleh fakta bahwa operator energi dan jumlah saling linear dan saling komut, sehingga keduanya dapat memiliki vektor eigen yang sama ψ E n. Selanjutnya, diperoleh Ĥ ψ E ˆN + I n E ψ E n + 1 n, atau E n n Hasil ini sama persis dengan persamaan 3.7. FI3104 Fisika Kuantum 1 009

35 Bab 4 Atom Hidrogen 4.1 Postulat Bohr tentang Atom Hidrogen Teori kuantum telah berhasil membuktikan postulat Planck tentang osilator harmonik. Pada bagian ini, akan diberikan pembuktianteori kuantum untuk postulat Bohr tentang atom hidrogen bahwa tingkat-tingkat energi atom H adalah E n 13,6 ev. n Menurut postulat Bohr, elektron dalam atom hidrogen mengelilingi inti atom proton pada orbit stasioner berbentuk lingkaran misal dengan jejari a. Pada orbit elektron, gaya Coulumb berperan sebagai gaya sentripetal, sehingga berlaku 1 Ze 4πε 0 a mv a Sehingga energi kinetik elektron adalah mv 1 4πε 0 Ze a. 4.1 K 1 mv 1 8πε 0 Ze a. 4. Postulat Bohr: keadaan stasioner sistem dikarakterisasi oleh momentum sudut Berdasarkan postulat tersebut, diperoleh v n ma. Substitusi nilai v tersebut ke persamaan gaya sentripetal menghasilkan Lalu, diperoleh energi total elektron p φ mva n, n 1,, 3, a 4πε mze n 0, 58n Å. 4.4 E K + V 1 mv 1 Ze 4πε 0 a 1 Ze 8πε 0 a 13, 6 n ev

36 4. Teori Kuantum tentang Atom Hidrogen 3 4. Teori Kuantum tentang Atom Hidrogen Atom hidrogen terdiri atas proton dan elektron. Misal posisi kedua partikel tersebut menurut suatu kerangka koordinat kerangka lab masing-masing r 1 dan r. Operator energi Hamiltonian untuk sistem ini adalah Ĥ ˆp 1 m 1 + ˆp m 1 4πε 0 e r 1 r m 1 1 m 1 e 4πε 0 r 1 r. 4.6 Sehingga persamaan Schrödinger dituliskan sebagai m 1 Ψ 1 m Ψ 1 e 4πε 0 r 1 r Ψ E totalψ. 4.7 Persamaan diferensial di atas sulit untuk dipecahkan karena tercampurnya variabel posisi kedua partikel r 1 dan vecr. Agar lebih mudah dipecahkan, persamaan tersebut dituliskan dalam sistem koordinat pusat massa R dan relatif r r 1 r sebagai berikut: Berdasarkan kedua hubungan tersebut, dapat diperoleh RX, Y, Z m 1 r 1 + m r m 1 + m 4.8 rx, y, z r 1 r. 4.9 r 1 R + m r m r R m r, m 4.11 dengan m m 1m m 1 +m adalah massa tereduksi. Lalu, operator diferensial juga dinyatakan dalam koordinat pusat massa. Dalam koordinat lab, operator diferensial dinyatakan sebagai 1 e x1 + e y1 + e z1 x 1 y 1 z e x + e y + e z. x y z 4.13 Karena x 1, y 1, z 1 dan x, y, z masing-masing merupakan fungsi dari X, Y, Z dan x, y, z, yaitu menurut persamaan 4.8 dan 4.9, maka X x 1 x 1 X + Y x 1 m 1 m 1 + m Y + Z x 1 Z + x x 1 x + y x 1 y + z x 1 z X x m m X + x FI3104 Fisika Kuantum 1 009

37 4. Teori Kuantum tentang Atom Hidrogen 33 Dengan cara yang sama akan diperoleh Sehingga secara keseluruhan diperoleh m y 1 m Y + y 4.15 m z 1 m Z + z 4.16 m x m 1 X x 4.17 m y m 1 Y + y 4.18 m z m 1 Z + z m m R + r, m m 1 R r. 4.0 Lalu, m 1 m m m m m 1 R + r + m m R r 0 karena koordinat R dan r saling bebas. Selanjutnya, persamaal Schrödinger dituliskan sebagai [ m m R + r m m m R + r 1 [ m 1 m m 1 m + m m 1 m R 0 {}}{ R r R + r, 4.1 R + r, 4. 1 m m 1 e 4πε 0 r r 1 e 4πε 0 r ] Ψ R, r E total Ψ R, r ] Ψ R, r E total Ψ R, r. 4.3 Lalu, dengan mengingat definisi dari massa tereduksi m m 1m m 1 +m, persamaan terakhir dapat diubah menjadi M R } {{ } E PM + m r 1 e 4πε 0 r Ψ R, r E total Ψ R, r, 4.4 }{{} E rel. dengan M m 1 + m adalah massa total kedua partikel. Suku pertama pada ruas kiri menyatakan operator energi menurut kerangka pusat massa PM sedangkan suku kedua menyatakan operator energi menurut kerangka relatif. FI3104 Fisika Kuantum 1 009

38 4. Teori Kuantum tentang Atom Hidrogen 34 Persamaan Schrödinger terakhir dapat diselesaikan dengan metode pemisahan separasi variabel. Anggap Ψ R, r ρ Rψ r sehingga persamaan Schrödinger dituliskan sebagai atau ψ r 1 ρ R M Rρ R M Rρ R Solusi untuk ρ adalah + ρ R + 1 ψ r m rψ r ψ r e 4πε 0 r m rψ r ψ r e 4πε 0 r Ψ R, r E total ρ Rψ r Ψ R, r E PM + E rel., ρ R M Rρ R E PM ψ r m rψ r ψ r e Ψ R, 4πε 0 r r E rel. 4.7 ρ R e i P R, dengan P MEP M. 4.8 Untuk mendapatkan solusi persamaan diferensial untuk ψ di atas, dilakukan separasi variabel ψ r ψr, θ, φ RrYθ, φ digunakan koordinat bola. Operator Laplacian dalam koordinat bola dinyatakan sebagai 1 r r r r + 1 r [ 1 sin θ sin θ + 1 θ θ sin θ ] φ. 4.9 Sehingga, persamaan Schrödinger 4.7 dituliskan sebagai untuk mempersingkat penulisan, selanjutnya digunakan satuan 1 4πε r r ψ + 1 [ 1 r r r sin θ ψ sin θ θ θ Y r d dr Atau, 1 R r dr dr + R r [ 1 sin θ d dθ sin θ dy dθ + 1 sin θ + 1 sin θ [ d r dr + m ] e dr dr r + E r R 1 [ 1 Y sin θ ψ φ d Y dφ ] + m ] + m e r + E e r + E d sin θ dy + 1 dθ dθ sin θ ψ 0 RY 0 d ] Y dφ 4.30 Ruas kiri persamaan di atas hanya merupakan fungsi dari r sementara ruas kanan fungsi dari θ dan φ saja. Dengan demikian, kedua ruas haruslah bernilai konstan. Ambil konstanta tersebut bernilai ll + 1 dengan l 0, 1,, 3,..., sehingga diperoleh 1 d r r dr [ m e + dr dr r + E ll + 1 r 1 d sin θ dy + 1 sin θ dθ dθ sin θ Sehingga didapatkan persamaan radial dan sferis yang terpisah. ] R d Y ll + 1Y. 4.3 dφ FI3104 Fisika Kuantum 1 009

39 4. Teori Kuantum tentang Atom Hidrogen 35 Persamaan radial Dengan memisalkan u rr, persamaa radial dapat dituliskan sebagai d [ ] u m e dr + r + E ll + 1 r u Karena elektron dan proton saling terikat, maka ditinjau keadaan E < 0. Pada keadaan asimtotik r sangat besar, persamaan tersebut tereduksi menjadi d u me dr u 0, 4.34 dengan solusi me u exp r, 4.35 solusi negatif pada eksponensial dipilih agar lim r u 0. Sehingga solusi umum untuk persamaan radial dapat dituliskan sebagai me ur wr exp r Substitusi solusi ini ke 4.33 menghasilkan d w me dr dw me dr + ll + 1 r r w Anggap w r α, sehingga persamaan diatas dapat menjadi me me αα 1r α αr α 1 + rα 1 ll + 1r α Dengan memperhatikan koefisien untuk suku r α didapat αα 1 ll + 1 yang berlaku jika α l + 1 atau α l. Ambil solusi α l + 1 > 0, sehingga secara umum w dapat dinyatakan sebagai deret pangkat wr kl+1 a k r k Substitusi nilai w tersebut ke persamaan 4.37 menghasilkan ] me me a k [kk 1r k kr k 1 + rk 1 ll + 1r k 0. kl Dengan menggunakan teknik seperti pada penentuan solusi persamaan gelombang untuk partikel pada kasus osilator harmonik lihat kembali bagian 3.8, diperoleh persamaan rekursif untuk koefisien a k sebagai berikut me a k+1 k me kk + 1 ll + 1 a k, dengan k > l FI3104 Fisika Kuantum 1 009

40 4. Teori Kuantum tentang Atom Hidrogen 36 Pada k yang sangat besar, berlaku a k+1 a k me k + 1 Secara umum sifat dari fungsi wr akan setara dengan exp me. 4.4 k me r. Seperti pada osilator harmonik, bukti kesamaan sifat konvergensi kedua fungsi diberikan melalui uji perbandingan, lalu me exp r k a k+1 a k k me k +! me k + me k Sehingga, pada k diperoleh me ur wr exp r k me k + 1! } {{ } a k k me k + 1! r k, me me exp r. exp r me exp r, 4.45 yang bersifat divergen untuk r. Agar konvergen, maka deret untuk wr diambil hingga nilai k tertentu saja berhingga. Sehingga, a k+1 a k Berdasarkan rumus rekursif untuk a k pada persamaan 4.41, diperoleh me k me 0 E me4 1 k, 4.47 dengan k l + 1, l +, ldots dan l 0, 1,,.... Untuk atom hidrogen, karena massa proton m 1 m p jauh lebih besar dibanding massa elektron m m e mp 000, massa besarnya massa tereduksi akan mendekati massa elektron, m m pm e m p + m e m e Sehingga, besar energi atom hidrogen yang diperoleh melalui perumusan teori kuantum sama dengan model Bohr, E k 13,6 k ev. FI3104 Fisika Kuantum 1 009

41 4. Teori Kuantum tentang Atom Hidrogen 37 Persamaan sferis Dilakukan separasi variabel untuk fungsi harmonik sferis, Yθ, phi P θφφ, sehingga persamaan sferis menghasilkan Φ sin θ d dθ sin θ dp dθ + P sin θ d Φ ll + 1P Φ, 4.49 dφ atau 1 P [ sin θ d sin θ dp ] + ll + 1 sin θ 1 d Φ dθ dθ Φ dφ m, 4.50 dengan m konstanta bukan massa terduksi!. Solusi untuk bagian φ adalah Φφ e ±imφ, 4.51 sedangkan bagian θ membentuk persamaan 1 d sin θ dp + l sin θ dθ dθ l + 1 m sin Dengan memisalkan µ cos θ sehingga d dθ dµ dθ dapat dituliskan sebagai d dµ 1 µ dp dµ θp d dµ sin θ d dµ, persamaan terakhir + ll + 1 m 1 µ P Solusi persamaan tersebut berupa associated Legendre function, P lm µ sin θm l l! d l+m dµ l+m µ 1 l Bentuk akhir dari fungsi harmonik sferis adalah Yθ, φ 1 m l + 1 l m! 4π l + m! eimφ P lm cos θ FI3104 Fisika Kuantum 1 009

42 Daftar Pustaka [1] S. Gasiorowicz, Quantum Physics, John Wiley and Sons, [] J. J. Sakurai, Modern Quantum Mechanics, Addison-Wesley,

FISIKA KUANTUM. Catatan Kuliah 1. Prof. Freddy P. Zen, D. Sc Agus Suroso, M. Si

FISIKA KUANTUM. Catatan Kuliah 1. Prof. Freddy P. Zen, D. Sc Agus Suroso, M. Si Catatan Kuliah 1 FISIKA KUANTUM oleh: Prof. Freddy P. Zen, D. Sc (fpzen@fi.itb.ac.id) Agus Suroso, M. Si (agussuroso@s.itb.ac.id) Laboratorium Fisika Teoretik, FMIPA-ITB 1 terakhir diperbaharui pada 18

Lebih terperinci

Dualisme Partikel Gelombang

Dualisme Partikel Gelombang Dualisme Partikel Gelombang Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso10.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 017 Pada pekan ke-10 kuliah

Lebih terperinci

IDE-IDE DASAR MEKANIKA KUANTUM

IDE-IDE DASAR MEKANIKA KUANTUM IDE-IDE DASAR MEKANIKA KUANTUM RADIASI BENDA HITAM EFEK FOTOLISTRIK DAN TEORI KUANTUM CAHAYA EFEK COMPTON GELOMBANG MATERI: Relasi de Broglie dan Prinsip Ketidakpastian Heisenbergh. PRINSIP HEISENBERGH

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Fisika Kuantum - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0799 Version: 2012-09 halaman 1 01. Daya radiasi benda hitam pada suhu T 1 besarnya 4 kali daya radiasi pada suhu To, maka T 1

Lebih terperinci

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1.

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Hasil perhitungan klasik ini dikenal sebagai Hukum Rayleigh-

Lebih terperinci

FISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB

FISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB FISIKA MODERN Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB 1 MANFAAT KULIAH Memberikan pemahaman tentang fenomena alam yang tidak dapat dijelaskan melalui fisika klasik Fenomena alam yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB IV OSILATOR HARMONIS

BAB IV OSILATOR HARMONIS Tinjauan Secara Mekanika Klasik BAB IV OSILATOR HARMONIS Osilator harmonis terjadi manakala sebuah partikel ditarik oleh gaya yang besarnya sebanding dengan perpindahan posisi partikel tersebut. F () =

Lebih terperinci

Mekanika Kuantum dalam Koordinat Bola dan Atom Hidrogen

Mekanika Kuantum dalam Koordinat Bola dan Atom Hidrogen Mekanika Kuantum dalam Koordinat Bola dan Atom Hidrogen David J. Griffiths diterjemahkan dari Introduction to Quantum Mechanics Edisi 2) physics.translation@gmail.com Persamaan Schrödinger dalam Koordinat

Lebih terperinci

XV. PENDAHULUAN FISIKA MODERN

XV. PENDAHULUAN FISIKA MODERN XV - 1 XV. PENDAHULUAN FISIKA MODERN 15.1 Pendahuluan. Pada akhir abad ke-xix dan awal abad ke-xx semakin jelas bahwa fisika (konsepkonsep fisika) memerlukan revisi atau perubahan/penyempurnaan. Hal ini

Lebih terperinci

POK O O K K O - K P - OK O O K K O K MAT A ERI R FISIKA KUANTUM

POK O O K K O - K P - OK O O K K O K MAT A ERI R FISIKA KUANTUM POKOK-POKOK MATERI FISIKA KUANTUM PENDAHULUAN Dalam Kurikulum Program S-1 Pendidikan Fisika dan S-1 Fisika, hampir sebagian besar digunakan untuk menelaah alam mikro (= alam lelembutan micro-world): Fisika

Lebih terperinci

Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam

Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam RADIASI BENDA HITAM Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam Teori Benda Hitam Jika suatu benda disinari

Lebih terperinci

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN TEORI FOTON Gelombang Elektromagnetik termasuk cahaya memiliki dwi-sifat (Dualisme)

Lebih terperinci

DUALISME GELOMBANG-PARTIKEL. Oleh: Fahrizal Eko Setiono

DUALISME GELOMBANG-PARTIKEL. Oleh: Fahrizal Eko Setiono DUALISME GELOMBANG-PARTIKEL Oleh: Fahrizal Eko Setiono RADIASI BENDA HITAM Benda hitam adalah benda yang yang dapat menyerap semua radiasi yang dikenakan padanya. Radiasi yang dihasilkan oleh benda hitam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensial Coulomb untuk Partikel yang Bergerak Dalam bab ini, akan dikemukakan teori-teori yang mendukung penyelesaian pembahasan pengaruh koreksi relativistik potensial Coulomb

Lebih terperinci

BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya

BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya 1 BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya Perhatikan persamaan Schrodinger satu dimensi bebas waktu yaitu: d + V (x) ( x) E( x) m dx d ( x) m + (E V(x) ) ( x) 0 dx (3-1) (-4) Suku-suku

Lebih terperinci

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D Keadaan Stasioner Pada pembahasan sebelumnya mengenai fungsi gelombang, telah dijelaskan bahwa potensial dalam persamaan

Lebih terperinci

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT FISIKA MODERN Radiasi Benda Hitam 1. Suatu benda hitam pada suhu 27 0 C memancarkan energi sekitar 100 J/s. Benda hitam tersebut dipanasi sehingga suhunya menjadi 327 0 C.

Lebih terperinci

MEKANIKA KUANTUM DALAM TIGA DIMENSI

MEKANIKA KUANTUM DALAM TIGA DIMENSI MEKANIKA KUANTUM DALAM TIGA DIMENSI Sebelumnya telah dibahas mengenai penerapan Persamaan Schrödinger dalam meninjau sistem kuantum satu dimensi untuk memperoleh fungsi gelombang serta energi dari sistem.

Lebih terperinci

Spektrum Gelombang Elektromagnetik

Spektrum Gelombang Elektromagnetik Spektrum Gelombang Elektromagnetik Hubungan spektrum dengan elektron Berkaitan dengan energi energi cahaya. energi gerak elektron dan Keadaan elektron : Saat arus dilewatkan melalui gas pada tekanan rendah,

Lebih terperinci

Listrik Statik. Agus Suroso

Listrik Statik. Agus Suroso Listrik Statik Agus Suroso Muatan Listrik Ada dua macam: positif dan negatif. Sejenis tolak menolak, beda jenis tarik menarik. Muatan fundamental e =, 60 0 9 Coulomb. Atau, C = 6,5 0 8 e. Atom = proton

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur atom Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran

Lebih terperinci

Simulasi Struktur Energi Elektronik Atom, Molekul, dan Nanomaterial dengan Metode Ikatan Terkuat

Simulasi Struktur Energi Elektronik Atom, Molekul, dan Nanomaterial dengan Metode Ikatan Terkuat Simulasi Struktur Energi Elektronik Atom, Molekul, dan Nanomaterial dengan Metode Ikatan Terkuat Ahmad Ridwan Tresna Nugraha (NIM: 10204001), Pembimbing: Sukirno, Ph.D KK FisMatEl, Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

FUNGSI GELOMBANG DAN RAPAT PROBABILITAS PARTIKEL BEBAS 1D DENGAN MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICOLSON

FUNGSI GELOMBANG DAN RAPAT PROBABILITAS PARTIKEL BEBAS 1D DENGAN MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICOLSON FUNGSI GELOMBANG DAN RAPAT PROBABILITAS PARTIKEL BEBAS 1D DENGAN MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICOLSON Rif ati Dina Handayani 1 ) Abstract: Suatu partikel yang bergerak dengan momentum p, menurut hipotesa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Atom Pion Atom pion sama seperti atom hidrogen hanya elektron nya diganti menjadi sebuah pion negatif. Partikel ini telah diteliti sekitar empat puluh tahun yang lalu, tetapi

Lebih terperinci

Listrik Statik. Agus Suroso

Listrik Statik. Agus Suroso Listrik Statik Agus Suroso Muatan Listrik Ada dua macam: positif dan negatif. Sejenis tolak menolak, beda jenis tarik menarik. Muatan fundamental e =, 60 0 9 Coulomb. Atau, C = 6,5 0 8 e. Atom = proton

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron PENDAHUUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron bebas dalam satu dimensi dan elektron bebas dalam tiga dimensi. Oleh karena itu, sebelum mempelajari modul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.4. Hipotesis 1. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki perbedaan mulai kisaran energi 0.3 sampai 1.0. 2. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki kesamaan pada kisaran energi

Lebih terperinci

CHAPTER I RADIASI BENDA HITAM

CHAPTER I RADIASI BENDA HITAM CHAPTER I RADIASI BENDA HITAM - Perpindahan panas matahari kebumi disebut salah satu contoh peristiwa radiasi - Setiap benda memancarkan radiasi panas - Pada suhu 1 K benda mulai berpijar kemerahan seperti

Lebih terperinci

III. SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata kuliah : FISIKA KUANTUM Kode : FI 363 SKS : 3 Nama Dosen : Yuyu R.T, Parlindungan S. dan Asep S

III. SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata kuliah : FISIKA KUANTUM Kode : FI 363 SKS : 3 Nama Dosen : Yuyu R.T, Parlindungan S. dan Asep S III. SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata kuliah : FISIKA KUANTUM Kode : FI 363 SKS : 3 Nama Dosen : Yuyu R.T, Parlindungan S. dan Asep S Standar : Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memiliki

Lebih terperinci

RADIASI BENDA HITAM. Gambar 2.1 Benda Hitam

RADIASI BENDA HITAM. Gambar 2.1 Benda Hitam RADIASI BENDA HITAM Kesuksesan yang spektakuler dari teori Maxwell tentang asumsi cahaya, telah memungkinkan dilakukan suatu usaha untuk mengaplikasikan teori tersebut pada percobaan untuk menemukan jawaban

Lebih terperinci

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar

Lebih terperinci

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Kuantum Dosen Pengampu: Drs. Ngurah Made Darma Putra, M.Si., PhD Disusun oleh kelompok 8:.

Lebih terperinci

16 Mei 2017 Waktu: 120 menit

16 Mei 2017 Waktu: 120 menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) Tingkat Nasional Bidang Fisika: FISIKA MODERN & MEKANIKA KUANTUM (Tes 4) 16 Mei 2017 Waktu: 120 menit Petunjuk

Lebih terperinci

MATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga

MATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga MATERI PERKULIAHAN 3. Potensial Tangga Tinjau suatu partikel bermassa m, bergerak dari kiri ke kanan pada suatu daerah dengan potensial berbentuk tangga, seperti pada Gambar 1. Pada daerah < potensialnya

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

Fisika Modern (Teori Atom)

Fisika Modern (Teori Atom) Fisika Modern (Teori Atom) 13:05:05 Sifat-Sifat Atom Atom stabil adalah atom yang memiliki muatan listrik netral. Atom memiliki sifat kimia yang memungkinkan terjadinya ikatan antar atom. Atom memancarkan

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM. a) Tetes minyak diam di antara pasangan keping sejajar karena berat minyak mg seimbang dengan gaya listrik qe.

BAB FISIKA ATOM. a) Tetes minyak diam di antara pasangan keping sejajar karena berat minyak mg seimbang dengan gaya listrik qe. BAB FISIKA ATOM Contoh 9. Hitungan mengenai percobaan Milikan. Sebuah tetes minyak yang beratnya,9-4 N diam di antara pasangan keping sejajar yang kuat medan listriknya 4, 4 N/C. a) Berapa besar muatan

Lebih terperinci

1. RADIASI BENDA HITAM Beberapa Pengamatan

1. RADIASI BENDA HITAM Beberapa Pengamatan 1. RADIASI BENDA HITAM Beberapa Pengamatan setiap benda akan memancarkan cahaya bila dipanaskan, contoh besi yang dipanaskan warna yang terpancar tidak bergantung pada jenis bahan atau warna asalnya, melainkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN FISIKA KUANTUM. Asep Sutiadi (1974)/( )

PENDAHULUAN FISIKA KUANTUM. Asep Sutiadi (1974)/( ) PENDAHULUAN FISIKA KUANTUM FI363 / 3 sks Asep Sutiadi (1974)/(0008097002) TUJUAN PERKULIAHAN Selesai mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pada kondisi seperti apa suatu permasalahan

Lebih terperinci

FISIKA MODERN DAN FISIKA ATOM

FISIKA MODERN DAN FISIKA ATOM MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-1 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-14 CAKUPAN MATERI 1. TEORI RELATIVITAS KHUSUS. EFEK FOTOLISTRIK 3. GELOMBANG DE BROGLIE 4. ATOM HIDROGEN 5. DIAGRAM

Lebih terperinci

SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN. 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa

SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN. 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa diobservasi analog dengan foton. Panjang gelombang khas dari kebanyakan partikel

Lebih terperinci

MODUL V FISIKA MODERN RADIASI BENDA HITAM

MODUL V FISIKA MODERN RADIASI BENDA HITAM 1 MODUL V FISIKA MODERN RADIASI BENDA HITAM Tujuan instruksional umum : Agar mahasiswa dapat memahami tentang radiasi benda hitam Tujuan instruksional khusus : Dapat menerangkan tentang radiasi termal

Lebih terperinci

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut : 1.1 Pengertian Persamaan Differensial Banyak sekali masalah terapan (dalam ilmu teknik, ilmu fisika, biologi, kimia, sosial, dan lain-lain), yang telah dirumuskan dengan model matematika dalam bentuk persamaan

Lebih terperinci

KB 2. Nilai Energi Celah. Model ini menjelaskan tingkah laku elektron dalam sebuah energi potensial yang

KB 2. Nilai Energi Celah. Model ini menjelaskan tingkah laku elektron dalam sebuah energi potensial yang KB. Nilai Energi Celah 1. Model Kronig-Penney Model ini menjelaskan tingkah laku elektron dalam sebuah energi potensial yang periodik, dengan menganggap energi potensial periodik itu merupakan deretan

Lebih terperinci

BAB V RADIASI. q= T 4 T 4

BAB V RADIASI. q= T 4 T 4 BAB V RADIASI Radiasi adalah proses perpindahan panas melalui gelombang elektromagnet atau paket-paket energi (photon) yang dapat merambat sampai jarak yang sangat jauh tanpa memerlukan interaksi dengan

Lebih terperinci

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD. BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET Hani Nurbiantoro Santosa, PhD hanisantosa@gmail.com 2 BAB 1 PENDAHULUAN Atom, Interaksi Fundamental, Syarat Matematika, Syarat Fisika, Muatan Listrik, Gaya Listrik, Pengertian

Lebih terperinci

Silabus dan Rencana Perkuliahan

Silabus dan Rencana Perkuliahan Silabus dan Rencana Perkuliahan Mata kuliah : PEND.FISIKA KUANTUM Kode : FI 363 SKS : 3 Nama Dosen : Team Dosen Pend fisika Kuantum Yuyu R.T, Parlindungan S. dan Asep S Standar Kompetensi : Setelah mengikuti

Lebih terperinci

BAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan.

BAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan. BAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan. Kriteria apa saa yang dapat digunakan untuk menentukan properti

Lebih terperinci

BAGIAN 1 PITA ENERGI DALAM ZAT PADAT

BAGIAN 1 PITA ENERGI DALAM ZAT PADAT 1.1. Partikel bermuatan BAGIAN 1 PITA ENERGI DALAM ZAT PADAT - Muatan elektron : -1,6 x 10-19 C - Massa elektron : 9,11 x 10-31 kg - Jumlah elektron dalam setiap Coulomb sekitar 6 x 10 18 buah (resiprokal

Lebih terperinci

Apa itu Atom? Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)

Apa itu Atom? Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre, Indonesian Institute of Sciences (LIPI) Apa itu Atom? Miftachul Hadi Applied Mathematics for Biophysics Group Physics Research Centre, Indonesian Institute of Sciences (LIPI) Kompleks Puspiptek, Serpong, Tangerang 15314, Banten, Indonesia E-mail:

Lebih terperinci

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon di dalam inti atom yang menggunakan potensial Yukawa. 2. Dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Gelombang dan klasifikasinya. Gelombang adalah suatu gangguan menjalar dalam suatu medium ataupun tanpa medium. Dalam klasifikasinya gelombang terbagi menjadi yaitu :. Gelombang

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-31) Topik hari ini Getaran dan Gelombang Getaran 1. Getaran dan Besaran-besarannya. Gerak harmonik sederhana 3. Tipe-tipe getaran (1) Getaran dan besaran-besarannya besarannya Getaran

Lebih terperinci

Teori Dasar Gelombang Gravitasi

Teori Dasar Gelombang Gravitasi Bab 2 Teori Dasar Gelombang Gravitasi 2.1 Gravitasi terlinearisasi Gravitasi terlinearisasi merupakan pendekatan yang memadai ketika metrik ruang waktu, g ab, terdeviasi sedikit dari metrik datar, η ab

Lebih terperinci

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Getaran atom dalam zat padat dapat disebabkan oleh gelombang yang merambat pada Kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digelombang yang digunakan dan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB RADIASI BENDA HITAM

BAB RADIASI BENDA HITAM 1 BAB RADIASI BENDA HITAM 8.1 Radiasi Panas Panas (kalor) dari matahari sampai ke bumi melallui gelombang elektromagnetik. Perpindahan ini disebut radiasi, yang dapat berlangsung dalam ruang hampa. Radiasi

Lebih terperinci

UM UGM 2017 Fisika. Soal

UM UGM 2017 Fisika. Soal UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan

Lebih terperinci

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana GERAK HARMONIK Pembahasan Persamaan Gerak untuk Osilator Harmonik Sederhana Ilustrasi Pegas posisi setimbang, F = 0 Pegas teregang, F = - k.x Pegas tertekan, F = k.x Persamaan tsb mengandung turunan terhadap

Lebih terperinci

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi Catatan Kuliah FI111 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi Agus Suroso update: 4 November 17 Osilasi atau getaran adalah gerak bolak-balik suatu benda melalui titik kesetimbangan. Gerak bolak-balik tersebut

Lebih terperinci

FUNGSI GELOMBANG. Persamaan Schrödinger

FUNGSI GELOMBANG. Persamaan Schrödinger Persamaan Schrödinger FUNGSI GELOMBANG Kuantitas yang diperlukan dalam mekanika kuantum adalah fungsi gelombang partikel Ψ. Jika Ψ diketahui maka informasi mengenai kedudukan, momentum, momentum sudut,

Lebih terperinci

MODEL ATOM DALTON. Atom ialah bagian terkecil suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi. Atom tidak dapat dimusnahkan & diciptakan

MODEL ATOM DALTON. Atom ialah bagian terkecil suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi. Atom tidak dapat dimusnahkan & diciptakan MODEL ATOM MODEL ATOM DALTON Atom ialah bagian terkecil suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi. Atom tidak dapat dimusnahkan & diciptakan MODEL ATOM DALTON Konsep Model Atom Dalton : 1. Setiap benda (zat)

Lebih terperinci

PARTIKEL DALAM BOX. Bentuk umum persamaan orde dua adalah: ay" + b Y' + cy = 0

PARTIKEL DALAM BOX. Bentuk umum persamaan orde dua adalah: ay + b Y' + cy = 0 1 PARTIKEL DALAM BOX Elektron dalam atom dan molekul dapat dibayangkan mirip partikel dalam box. daerah di dalam box tempat partikel tersebut bergerak berpotensial nol, sedang daerah diluar box berpotensial

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

RADIASI BENDA HITAM DAN TEORI PLANCK

RADIASI BENDA HITAM DAN TEORI PLANCK RADIASI BENDA HITAM DAN TEORI PLANCK OLEH : I WAYAN SUPARDI RADIASI KALOR Benda-benda yang dipanasi mengemisikan gelombang yang tidak nampak (sinar ultra ungu dan infra merah). Radiasi dari benda-benda

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON B. TEORI ATOM THOMSON

FISIKA. Sesi TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON B. TEORI ATOM THOMSON FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON 1. Atom adalah bagian terkecil suatu unsur yang tidak dapat dibagi lagi.. Atom suatu unsur serupa semuanya, dan tak

Lebih terperinci

TUGAS APPLIED APPOARCH MENGAJAR DI PERGURUAN TINGGI

TUGAS APPLIED APPOARCH MENGAJAR DI PERGURUAN TINGGI TUGAS APPLIED APPOARCH MENGAJAR DI PERGURUAN TINGGI Oleh: R. Yosi Aprian Sari, M.Si NIP. 980 Evaluasi Proses Belajar Mengajar Rekonstruksi Mata Kuliah Kontrak Perkuliahan Modul Bahan Ajar 5 Deskripsi Diri

Lebih terperinci

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L)

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L) DERET FOURIER Bila f adalah fungsi periodic yang berperioda p, maka f adalah fungsi periodic. Berperiode n, dimana n adalah bilangan asli positif (+). Untuk setiap bilangan asli positif fungsi yang didefinisikan

Lebih terperinci

Struktur dan Ikatan Kimia. Muhamad A. Martoprawiro

Struktur dan Ikatan Kimia. Muhamad A. Martoprawiro Struktur dan Ikatan Kimia Muhamad A. Martoprawiro i Daftar Isi Daftar Isi ii 1 Pendahuluan 1 2 Teori Kuantum: Fenomena dan Prinsip 3 2.1 Kuantisasi Energi dan Gelombang................ 3 2.1.1 Teori Planck

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya #2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 UJI COBA MATA PELAJARAN KELAS/PROGRAM ISIKA SMA www.rizky-catatanku.blogspot.com PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 : FISIKA : XII (Dua belas )/IPA HARI/TANGGAL :.2012

Lebih terperinci

MODUL 1 FISIKA MODERN MODEL MODEL ATOM

MODUL 1 FISIKA MODERN MODEL MODEL ATOM MODUL 1 FISIKA MODERN MODEL MODEL ATOM Oleh JAJA KUSTIJA, Drs. MSC. JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI J a k a r t a 2005 1 Nama Mata Kuliah / Modul Fisika Modern / Modul 1 Fakultas / Jurusan

Lebih terperinci

Atom menyusun elemen dengan bilangan sederhana. Setiap atom dari elemen yang berbeda memiliki massa yang berbeda.

Atom menyusun elemen dengan bilangan sederhana. Setiap atom dari elemen yang berbeda memiliki massa yang berbeda. Review Model Atom Model Atom Dalton Atom menyusun elemen dengan bilangan sederhana. Setiap atom dari elemen yang berbeda memiliki massa yang berbeda. Model Atom Thomson Secara garis besar atom berupa bola

Lebih terperinci

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr Gelombang A. PENDAHULUAN Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang merambat getaran tanpa memindahkan partikel. Partikel hanya bergerak di sekitar titik kesetimbangan. Gelombang berdasarkan medium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Beda Hingga Metode perbedaan beda hingga adalah metode yang sangat popular. Pada intinya metode ini mengubah masalah Persamaan Differensial Biasa (PDB) nilai batas dari

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: solusi:

Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: solusi: Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: 1. Sebuah batang uniform bermassa dan panjang l, digantung pada sebuah titik A. Sebuah peluru bermassa bermassa m menumbuk ujung batang bawah, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam dunia mikroskopik, fisika klasik mengalami kegagalan untuk menjelaskan setiap fenomena yang ada. Spektrum khas yang dimiliki oleh atom, teramatinya dua komponen

Lebih terperinci

#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya #2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat dualisme partikel dan gelombang

Lebih terperinci

FONON I : GETARAN KRISTAL

FONON I : GETARAN KRISTAL MAKALAH FONON I : GETARAN KRISTAL Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat Disusun Oleh: Nisa Isma Khaerani ( 3215096525 ) Dio Sudiarto ( 3215096529 ) Arif Setiyanto ( 3215096537

Lebih terperinci

Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di. dapat dihitung sebagai beriktut: h δl l'

Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di. dapat dihitung sebagai beriktut: h δl l' Rangkuman: bawah ini! Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di 1. Elemen-elemen matrik L lm,l'm' = h l ( l +1) δ ll' L l m, l 'm' dapat dihitung sebagai beriktut:

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) FISIKA MODERN OLEH : Tim Penyusun PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2009 Nama Matakuliah Kode / SKS : Fisika Modern

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Persamaan Schrödinger Persamaan Schrödinger merupakan fungsi gelombang yang digunakan untuk memberikan informasi tentang perilaku gelombang dari partikel. Suatu persamaan differensial

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini. Fisika Atom & Inti

Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini. Fisika Atom & Inti Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini Fisika Atom & Inti 8/14/2007 Fisika Atom Model Awal Atom Model atom J.J. Thomson Bola bermuatan positif Muatan-muatan negatif (elektron)) yang sama banyak-nya menempel

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford.

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford. 1 BAB FISIKA ATOM Perkembangan teori atom Model Atom Dalton 1. Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dibagi-bagi 2. Atom-atom suatu unsur semuanya serupa dan tidak dapat berubah

Lebih terperinci

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1 VEKTOR 3/8/007 Fisika I 1 BAB I : VEKTOR Besaran vektor adalah besaran yang terdiri dari dua variabel, yaitu besar dan arah. Sebagai contoh dari besaran vektor adalah perpindahan. Sebuah besaran vektor

Lebih terperinci

MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA

MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA A. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa memahami konsep tingkat tenaga dan pita tenaga untuk menerangkan perbedaan daya hantar listrik.. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Teori Relativitas Umum Einstein

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Teori Relativitas Umum Einstein BAB II DASAR TEORI Sebagaimana telah diketahui dalam kinematika relativistik, persamaanpersamaannya diturunkan dari dua postulat relativitas. Dua kerangka inersia yang bergerak relatif satu dengan yang

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Soal Fismod 2

Xpedia Fisika. Soal Fismod 2 Xpedia Fisika Soal Fismod Doc. Name: XPPHY050 Version: 013-04 halaman 1 01. Peluruhan mana yang menyebabkan jumlah neutron di inti berkurang sebanyak satu? 0. Peluruhan mana yang menyebabkan identitas

Lebih terperinci

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu A. TEORI SINGKAT A.1. TEORI SINGKAT OSILASI Osilasi adalah gerakan bolak balik di sekitar suatu titik kesetimbangan. Ada osilasi yang memenuhi hubungan sederhana dan dinamakan gerak harmonik sederhana.

Lebih terperinci

MOMENTUM - TUMBUKAN FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) (+GRAVITASI) Mirza Satriawan. menu

MOMENTUM - TUMBUKAN FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) (+GRAVITASI) Mirza Satriawan. menu FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) 1/34 MOMENTUM - TUMBUKAN (+GRAVITASI) Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id Sistem Partikel Dalam pembahasan-pembahasan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL PRA UAN SOAL PAKET 2

PEMBAHASAN SOAL PRA UAN SOAL PAKET 2 PEMBAHASAN SOAL PRA UAN SOAL PAKET 2 Soal No 1 Pada jangka sorong, satuan yang digunakan umumnya adalah cm. Perhatikan nilai yang ditunjukkan skala utama dan skala nonius. Nilai yang ditunjukkan oleh skala

Lebih terperinci

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17, 3. ORBIT KEPLERIAN AS 2201 Mekanika Benda Langit 1 3.1 PENDAHULUAN Mekanika Newton pada mulanya dimanfaatkan untuk menentukan gerak orbit benda dalam Tatasurya. Misalkan Matahari bermassa M pada titik

Lebih terperinci

Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai dasar laut sinusoidal sebagai reflektor gelombang. Persamaan yang digunakan untuk memodelkan masalah dasar

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! SOAL UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! 2 cm 3 cm 0 5 10 Dari gambar dapat disimpulkan bahwa diameter

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

Osilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas

Osilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas OSILASI Osilasi Osilasi terjadi bila sebuah sistem diganggu dari posisi kesetimbangannya. Karakteristik gerak osilasi yang paling dikenal adalah gerak tersebut bersifat periodik, yaitu berulang-ulang.

Lebih terperinci

GETARAN DAN GELOMBANG

GETARAN DAN GELOMBANG GEARAN DAN GELOMBANG Getaran dapat diartikan sebagai gerak bolak balik sebuah benda terhadap titik kesetimbangan dalam selang waktu yang periodik. Dua besaran yang penting dalam getaran yaitu periode getaran

Lebih terperinci

Pembahasan Soal SNMPTN 2012 SELEKSI NASIONAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS.

Pembahasan Soal SNMPTN 2012 SELEKSI NASIONAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS. Pembahasan Soal SNMPTN 2012 SELEKSI NASIONAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS Fisika IPA Disusun Oleh : Pak Anang Kumpulan SMART SOLUTION dan TRIK SUPERKILAT Pembahasan

Lebih terperinci

Saat mempelajari gerak melingkar, kita telah membahas hubungan antara kecepatan sudut (ω) dan kecepatan linear (v) suatu benda

Saat mempelajari gerak melingkar, kita telah membahas hubungan antara kecepatan sudut (ω) dan kecepatan linear (v) suatu benda 1 Benda tegar Pada pembahasan mengenai kinematika, dinamika, usaha dan energi, hingga momentum linear, benda-benda yang bergerak selalu kita pandang sebagai benda titik. Benda yang berbentuk kotak misalnya,

Lebih terperinci