PERANCANGAN MODEL PEMENUHAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DALAM BENTUK FULFILLMENT INDEX (FI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN MODEL PEMENUHAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DALAM BENTUK FULFILLMENT INDEX (FI)"

Transkripsi

1 PERANCANGAN MODEL PEMENUHAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DALAM BENTUK FULFILLMENT INDEX (FI) Muhammad Izzuddin Baihaqi, Patdono Suwignjo, Maria Anityasari Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya izzuddin.baihaqi@gmail.com ; psuwignjo@yahoo.com ; maria@ie.its.ac.id ABSTRAK Permasalahan di dunia pendidikan di Indonesia adalah rendahnya tingkat penyerapan lulusan sebagai tenaga kerja. Sedangkan di dunia industri, terdapat permasalahan berupa rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan tenaga kerja. Diperlukan kebijakan penyelarasan antara dunia pendidikan dan dunia industri untuk mengatasi masalah di kedua sisi. Pada penelitiian ini, akan dirancang model Fulfillment Index (FI) untuk mengukur tingkat pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dari sisi dunia industri. Rancangan model Fulfillment Index (FI) didasarkan atas model penyelarasan. Dimana pada model ini diilustrasikan hubungan antara sisi pasokan yang menyediakan tenaga kerja, dengan sisi permintaan yang membutuhkan tenaga kerja. Hasil perancangan Fulfillment Index (FI) berupa model konseptual dan matematis yang mengakomodasi pada 4 dimensi, yakni dimensi kuantitas, kualitas, lokasi, serta waktu. Namun, ada penyesuaian dengan menambahkan dimensi nama departemen dalam model konseptual dan matematis.hasil implementasi menunjukkan bahwa nilai Fulfillment Index (FI) tahun 2008 sampai 2010 mengindikasikan kebutuhan tenaga kerja PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. tidak terpenuhi. Kebutuhan tenaga kerja PT. Tustika Nagata tidak terpenuhi hanya pada tahun Dan kebutuhan tenaga kerja Netral Jaya pada tahun 2008 sampai 2010 terpenuhi. Kata kunci : dimensi, Fulfillment Index (FI), kebutuhan, pemenuhan ABSTRACT A problem of Indonesia s educational side is unemployment of its graduates. On industrial side, the problem is low level of employees demand fulfillment. Solution for this problems is alignment policy between educational side and industrial side. By using Fulfillment Index (FI), we can measure employees demand fulfillment. Fulfillment Index (FI) model designed is based on alignment model or Model penyelarasan. Where, in this model there is a relation between supply side that generate employees, and demand side that need employees. Conseptual and mathematical model of Fulfillment Index (FI) is accomodating 4 dimension, that is quality, quantity, location, and time. But, there is a concilement by adding department name in conseptual and mathematic model.the result of mathematical model indicates that employees demand fulfillment for PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. from 2008 untill 2010 are not fulfilled. Employees demand fulfillment of PT. Tustika Nagata is not fulfilled just on For Netral Jaya, from 2008 untill 2010, its employees demand fulfillment is fulfilled. Key word : demand, dimension, fulfillment, Fulfillment Index (FI) 1 Pendahuluan Dunia pendidikan setiap tahunnya menghasilkan lulusan. Tidak semua lulusan akan bekerja di industri dan berpeluang menjadi pengangguran. Di sisi lain, dunia industri setiap tahunnya membutuhkan tenaga kerja dan tidak semua kebutuhan tersebut terpenuhi. kebutuhan industri tidak terpenuhi dalam aspek jumlah maupun kompetensi tenaga kerja. Seperti yang diketahui, bahwa tenaga kerja merupakan hal yang vital bagi industri. Yang menjadi isu saat ini adalah tingginya cost of recruitment atau biaya rekrutmen tenaga kerja baru (Willette, 2010). Jika dilihat pada uraian di atas, terdapat permasalahan di dunia pendidikan dan dunia 1

2 industri. Penyebabnya adalah tidak adanya keselarasan antara dunia pendidikan dan dunia industri. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan penyelarasan yang ditunjukkan dengan indikator yang terukur di masing-masing sisi. Untuk mengukur penyerapan lulusan dari dunia pendidikan telah dirancang Alignment Index (AI) (Khoirunnisa, 2010). Dan pada penelitian ini akan dirancang model konseptual dan matematis Fulfillment Index (FI) untuk mengukur tingkat pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dari dunia industri pada tahun 2008 sampai tahun Pada penelitian ini, industri yang dijadikan objek validasi adalah industri di sektor manufaktur. 2 Metodologi Penelitian Tahapan yang terdapat dalam penelitian ini ada lima, antara lain : 1. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini akan dilakukan survei pendahuluan terhadap kondisi pendidikan dan ketenagakerjaan di Indonesia serta kajian tentang penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini. Kajian kepustakaan juga dilakukan terhadap beberapa teori yang mendukung penelitian ini. Selain itu, juga akan ditetapkan perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian. 2. Tahap Perancangan Model Pada tahap ini akan dilakukan perancangan model konseptual dan model matematis Fulfillment Index (FI). Model konseptual yang akan dirancang didasarkan atas kondisi sisi permintaan (demand side) yang diwakili oleh dunia industri. Model konseptual yang dirancang juga akan mengakomodasi dimensi kuantitas, dimensi kualitas, dimensi lokasi, serta dimensi waktu. Setelah perancangan model konseptual, akan dirancang model matematis Fulfillment Index (FI). 3. Tahap Implementasi Model Model matematis yang sudah dirancang akan diterapkan. Perusahaan yang akan dijadikan objek validasi antara lain PT. Semen Gresik (Persero), Tbk., PT. Tustika Nagata, serta Netral Jaya. Dari ketiga, akan diminta data tenaga kerja yang dibutuhkan dan data tenaga kerja yang diterima, mulai tahun 2008 sampai tahun Tahap Analisis dan Diskusi Dari hasil perancangan model konseptual dan matematis Fulfillment Index (FI), akan dilakukan analisis terhadap model tersebut. Pada tahap ini, akan dianalisis kelebihan dan kelemahan model, serta kendala di lapangan mengenai implementasi model. Selain itu, juga akan dilakukan analisis terhadap hasil implementasi model matematis Fulfillment Index (FI) masing-masing untuk mengetahui tingkat pemenuhan kebutuhan tenaga kerja tiap. 5. Tahap Kesimpulan dan Saran Pada tahapan ini akan ditarik kesimpulan dari serangkaian aktivitas dan penemuanpenemuan dalam penelitian ini. Penelitian tugas akhir ini merupakan pilot project sehingga hasil temuan di lapangan harus dilaporkan agar penelitian selanjutnya dapat lebih komprehensif. Untuk itu dalam tahap ini akan direkomendasikan saran untuk penelitianpenelitian selanjutnya dan saran untuk pihakpihak yang terkait dengan topik penelitian tugas akhir ini. 3 Perancangan Model Pada bagian ini akan dilakukan perancangan model pemenuhan dari dimensi kuantitas, kualitas, lokasi, serta waktu. Selain itu, akan dilakukan perancangan model konseptual dan model matematis Fulfillment Index (FI). Model pemenuhan akan dijadikan dasar untuk perancangan model konseptual Fulfillment Index (FI). Model konseptual Fulfillment Index (FI) akan dijadikan dasar bagi perancangan model matematis Fulfillment Index (FI). 3.1 Model Pemenuhan Dimensi Kuantitas dan Dimensi Kualitas Pada bagian ini akan dilakukan perancangan model pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dari dimensi kuantitas dan dimensi kualitas tenaga kerja. terdapat 5 kondisi yang menggambarkan keadaan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dari dimensi kuantitas dan dimensi kualitas. Kondisi pertama adalah jumlah dan kompetensi tenaga kerja yang diterima sesuai dengan kebutuhan. Untuk model pemenuhannya dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini. 2

3 . untuk model pemenuhannya dapat dilihat pada gambar 3.4 di bawah ini. Seluruh tenaga kerja yang direkrut memiliki kompetensi yang dibutuhkan Jumlah kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan Gambar 3.1 Seluruh Tenaga Kerja yang Diterima memiliki Kompetensi Sesuai Kebutuhan Perusahaan 1 Seluruh tenaga kerja yang direkrut, memiliki kompetensi yang tidak sesuai kebutuhan Jumlah kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan Kondisi yang kedua adalah kondisi dimana jumlah tenaga kerja yang diterima tidak sesuai dengan kebutuhan, namun kompetensi seluruh tenaga kerja yang diterima sesuai dengan kebutuhan. Untuk model pemenuhannya dapat dilihat pada gambar 3.2 di bawah ini. Gambar 3.4 Seluruh Tenaga Kerja yang Diterima Tidak Kompeten Kondisi kelima adalah kondisi dimana sama sekali tidak merekrut tenaga kerja. untuk model pemenuhannya dapat dilihat pada gambar 3.5 di bawah ini. 4 Jumlah tenaga kerja yang direkrut kurang dari kebutuhan, namun memiliki kompetensi yang diinginkan Jumlah kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan Gambar 3.2 Jumlah Tenaga Kerja yang Diterima Tidak Sesuai Kebutuhan 2 Kebutuhan tenaga kerja yang berkompeten tidak terpenuhi Jumlah kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan Kondisi ketiga adalah jumlah tenaga kerja yang direkrut sesuai dengan kebutuhan. Namun, ada sebagian tenaga kerja yang kompetensinya tidak sesuai kebutuhan. Untuk model pemenuhannya dapat dilihat pada gambar 3.3 di bawah ini. Tenaga kerja sesuai kebutuhan Tenaga kerja tidak sesuai kebutuhan Jumlah kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan Gambar 3.3 Sebagian Tenaga Kerja yang Diterima Tidak kompeten Kondisi yang keempat adalah jumlah tenaga kerja yang diterima sesuai dengan kebutuhan, namun seluruh tenaga kerja yang diterima kompetensinya tidak sesuai kebutuhan 3 Gambar 3.5 Tidak Ada Tenaga Kerja yang Diterima Perusahaan 3.2 Model Pemenuhan Dimensi Lokasi Pada bagian ini akan dilakukan perancangan model pemenuhan dari dimensi lokasi. Dasar dari perancangan model pemenuhan dimensi lokasi adalah domisili atau citizenship tenaga kerja. Lokasi tenaga kerja memang menjadi salah satu dasar penentuan diterimanya pelamar sebagai tenaga kerja. untuk level lokasinya dibagi atas sekota dengan, sepropinsi dengan, berbeda propinsi, dan berasal dari luar negeri. Untuk model pemenuhan dimensi lokasi dapat dilihat pada gambar 3.6 di bawah ini. 5 3

4 Gambar 3.6 Model Pemenuhan kebutuhan Tenaga Kerja Berdasarkan Dimensi Lokasi 3.3 Model Pemenuhan Dimensi Waktu Dimensi waktu di sini bertujuan untuk memonitor pencapaian pemenuhan kebutuhan tenaga kerja. Pada dimensi ini, dimensi waktu ditunjukkan dengan tahun. Karena, dimensi waktu tidak terlalu dipentingkan di dunia industri. Tidak seperti dunia pendidikan, dimana waktu di sini berguna untuk menghitung waktu tunggu luluan sampai mendapatkan pekerjaan. 3.4 Identifikasi Variabel dan Parameter Model Variabel adalah sekumpulan data atau informasi dengan karakteristik yang sama, yang hendak diamati perubahannya. Variabel yang diamati adalah dimensi kuantitas. Adapun variabel yang akan diamati dalam model Fulfillment Index, antara lain : 1. Total tenaga kerja. 2. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh tiap level jabatan di tiap departemen 3. Jumlah tenaga kerja yang diterima di tiap level jabatan di departemen. 4. Tenaga kerja yang kompeten (competent). 5. Tenaga kerja yang sebagian kompeten (partly competent). 6. Tenaga kerja yang tidak kompeten (uncompetent). Sedangkan parameter yang digunakan dalam model konseptual, antara lain : a) Dimensi Kuantititas Dimensi kuantitas akan memberikan gambaran tentang jumlah kebutuhan tenaga kerja yang diminta oleh yang juga merepresentasikan jumlah lulusan yang terserap sebagai tenaga kerja di. b) Dimensi Kualitas Dimensi kualitas atau kompetensi akan memberikan gambaran tentang berbagai jenis kompetensi yang diperlukan untuk sebuah jabatan atau posisi di pekerjaan yang dimiliki. c) Dimensi Lokasi Dimensi lokasi akan memberikan gambaran bahwa setiap daerah mempunyai karakteristik dan potensi daerah yang berbeda sehingga kebutuhan terhadap tenaga kerja baik jumlah maupun jenis kompetensinya akan berbeda pula di setiap level. d) Dimensi Waktu Dimensi ini akan memberikan gambaran kebutuhan tenaga kerja baik jumlah maupun jenis kompetensi yang berbeda-beda setiap waktu. e) Nama Departemen Perusahaan terdiri dari beberapa departemen dan setiap tahun, ada departemen di yang membutuhkan tenaga kerja. Nama departemen akan memberikan informas mengenai kebutuhan tenaga kerja. selain itu, level jabatan (manajer, supervisor, dan operator) juga akan dimasukkan sebagai dimensi dalam perancangan model. 3.5 Model Konseptual Fulfillment Index (FI) Model konseptual yang dirancang menggambarkan kondisi pemenuhan kebutuhan tenaga kerja. model koseptual Fulfillment Index (FI) akan mengakomodasi 4 dimensi yang sudah dijelaskan sebalumnya, serta diikutkannya nama departemen sebagai salah satu parameter. Untuk model konseptual Fulfillment Index (FI) dapat dilihat pada gambar 3.7 di bawah ini. 4

5 Gambar 3.7 Model Konspetual Fulfillment Index (FI) Model konseptual Fulfillment Index (FI) dirancang berdasarkan gambaran kondisi demand side. Dari kondisi eksisting demand side akan diperoleh variabel dan parameter yang akan dipetakan ke dalam model konseptual. Gambar 4.7 menunjukkan model konseptual FI yang terdiri dari 12 kondisi pemenuhan tenaga kerja dan konsep pengukuran pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dari. Kondisi umum yang terjadi dalam pemenuhan kebutuhan tenaga kerja adalah sebagian tenaga kerja yang direkrut merupakan tenaga kerja yang kompeten, sebagian tenaga kerja merupakan sebagian kompeten, serta sebagian tenaga kerja yang lainnya tidak kompeten. Tenaga kerja yang direkrut dapat berasal dari satu kota dengan (lokal sekota), satu propinsi dengan (lokal sepropinsi), beda propinsi dengan (non-lokal sepropinsi), serta berasal dari luar negeri (ekspatriat). Setiap memiliki waktu pemenuhan tenaga kerjanya masing-masing, dan waktu penerimaan tersebut dalam kontrol. Waktu penerimaan tenaga kerja tidak akan didisagregasi menjadi satuan waktu yang lebih kecil. Dimensi waktu penerimaan tenaga kerja adalah satu tahun, dan akan dinotasikan sebagai t. Dalam model konseptual FI, terdapat 12 kotak dengan 4 warna yang berbeda. Kotak dengan warna biru merupakan tenaga kerja diterima yang seluruh kompetensinya sesuai dengan kebutuhan. Tenaga kerja ini dapat langsung bekerja tanpa melalui pelatihan ulang lagi dan mereka dapat memberikan kontribusi positif bagi. Kotak kuning mernunjukkan tenaga kerja diterima yang hanya sebagian besar kompetensinya sesuai dengan kebutuhan, belum dapat bekerja dengan optimal, serta memerlukan pelatihan ulang untuk meningkatkan kompetensinya. Kotak merah menunjukkan tenaga kerja diterima yang tidak kompeten. Dimana tenaga kerja ini sebagian besar atau seluruh kompetensinya tidak sesuai dengan kebutuhan, belum dapat bekerja secara optimal, dan membutuhkan pelatihan ulang yang lebih banyak dibanding pelatihan ulang bagi tenaga kerja yang sebagian kompeten. Fulfillment Index bertujuan untuk mengukur tingkat pemenuhan kebutuhan tenaga kerja. Tingkat pemenuhan kebutuhan tenaga kerja diukur melalui seberapa besar demand atau kebutuhan terpenuhi terhadap total demand. Pada Alignment Index (AI), yang diukur adalah tingkat penyelarasan, atau seberapa besar lulusan terserap oleh dunia kerja (Khoirunnisa, 2010). Yang dijadikan variabel pembagi atau pembanding (denominator) dalam model matematis AI adalah total lulusan yang dihasilkan SMK. Pada model matematis FI nanti, yang dijadikan pembagi (denominator) 5

6 adalah total kebutuhan tenaga kerja. Data kebutuhan tenaga kerja didapatkan dari. 3.6 Model Matematis Fulfillment Index (FI) Dasar perancangan model matematis Fulfillment Index (FI) adalah model konseptual Fuflillment Index (FI). Berikut ini adalah Fulfillment Index s properties yang memuat definisi, tujuan, metode perhitungan, rumus, data yang dibutuhkan, interpretasi dan beberapa properties lainnya: a. Definisi Indeks yang berguna untuk mengukur tingkat pemenuhan kebutuhan tenaga kerja, dari dimensi kualitas, kuantitas, waktu, serta lokasi. b. Tujuan Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dari dimensi kualitas, kuantitas, waktu, serta lokasi. c. Metode Perhitungan Membagi antara jumlah tenaga kerja yang diterima dengan total kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan. d. Jenis Disagregasi FI dapat dihitung untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda, yaitu : Level kompetensi (j), terdiri atas : j = 1 pengukuran dilakukan pada tenaga kerja diterima yang kompeten (competent) j = 2 pengukuran dilakukan pada tenaga kerja diterima yang sebagian kompeten (partly competent) j = 3 pengukuran dilakukan pada tenaga kerja diterima yang tidak kompeten (uncompetent) Level lokasi pemenuhan (k), terdiri atas : k = 1 pengukuran dilakukan pada level lokasi pemenuhan lokal sekota (sekota dengan ) k = 2 pengukuran dilakukan pada level lokasi pemenuhan lokal sepropinsi (sepropinsi dengan ) k = 3 pengukuran dilakukan pada level lokasi pemenuhan non-lokal nasional (luar propinsi dengan ) k = 4 pengukuran dilakukan pada level lokasi pemenuhan ekspatriat (luar negeri) Level jabatan, terdiri atas : l = 1 pengukuran dilakukan untuk level manajer l = 2 pengukuran dilakukan untuk level supervisor l = 3 pengukuran dilakukan untuk level operator Nama, untuk indeks rumusnya akan disesuaikan dengan nama. Nama departemen yang digunakan dalam penelitian ini akan disesuaikan dengan departemen yang terdapat dalam objek validasi. Sebelumnya akan disajikan departemen yang secara umum ada di. Untuk daftar departemen dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini. Tabel 3.1 Nama dan Kode Departemen Kode Angka (i) Nama Departemen Kode Huruf 1 Akuntansi dan Akun Administrasi 2 Legal Advisory Leg 3 Human Resource HR 4 Komunikasi Kom 5 Teknologi Informasi TI 6 Engineering Eng 7 Pemeliharaan Har 8 Produksi Prod 9 PPIC/SCM PPIC 10 Pemasaran dan Sardist Distribusi 11 Quality Assurance QA 12 Risk Management and Internal Audit RMIA e. Rumus/Formulasi Berikut adalah konstruksi dasar dari rumus Fulfillment Index : 6

7 ( )... Persamaan 1 Dari rumus konstruksi dasar Fulfillment Index (FI), maka FI dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : ( ) ( )...Persamaan 4 ( )...Persamaan 2 Keterangan : ( ) : Nilai Fulfillment Index (FI) yang dihitung untuk level jabatan l di departemen i untuk lokasi pemenuhan k, pada tahun t. : jumlah tenaga kerja diterima pada tahun t yang menempati level jabatan l di departemen i, dengan lokasi pemenuhan k, serta memiliki level kompetensi j (dengan j = 1, 2, 3) : jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk level jabatan l di departemen i, pada tahun t. : Nilai yang diberikan untuk tenaga kerja dengan level kompetensi j (α 1 = 1, α 2 = 0,5 ; dan α 3 = 0,1). Hasil perhitungan pada persamaan 1 akan diagregasi dan akan menghasilkan nilai Fulfillment Index (FI) untuk tiap level jabatan di tiap departemen ((FI) lit. Untuk persamaannya dapat dilihat pada persamaan 3 di bawah ini. ( ) ( )...Persamaan 3 Keterangan : ( ) : Nilai Fulfillment Index (FI) yang dihitung untuk level jabatan l di departemen i pada tahun t. ( ) : Nilai Fulfillment Index (FI) yang dihitung untuk level jabatan l di departemen i untuk lokasi pemenuhan k, pada tahun t. Setelah dilakukan perhitungan terhadap nilai Fulfillment Index (FI) di tiap level jabatan di departemen ((FI) lit ), selanjutnya akan dihitung nilai Fulfillment Index (FI) di tiap departemen, dengan menjumlahkan nilai Fulfillment Index (FI) tiap level jabatan di departemen yang bersangkutan. Untuk persamaannya dapat dilihat pada persamaan 4 di bawah ini. Keterangan : ( ) = Nilai Fulfillment Index (FI) departemen i, yang diukur pada tahun ke-t (dengan i = 1,2,3,...,n i ) ( ) = Nilai Fulfillment Index (FI) yang dihitung pada tahun ke-t, untuk tiap level jabatan ke-l pada departemen i (l = 1, 2, dan 3). = jumlah level jabatan l di departemen i yang membutuhkan tenaga kerja (n 1 = n 2 = n 3 = 1) Hasil perhitungan nilai (FI) it akan digunakan untuk menghitung nilai Fulfillment Index (FI) ((FI) at ). Untuk persamaannya dapat dilihat pada persamaan 5 di bawah ini. ( ) ( )... Persamaan 5 Keterangan : ( ) = Nilai Fulfillment Index (FI) a yang dihitung untuk tahun t. = bobot yang diberikan untuk tiap departemen ke-i. ( ) = Nilai Fulfillment Index (FI) departemen ke-i, yang diukur pada tahun ke-t (i = 1,2,3,...,12) Pada persamaan 2 dan persamaan 5 terdapat simbol α j dan β i. Simbol α j adalah bobot level kompetensi. Untuk nilai tiap bobot dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini. Tabel 3.2 Disagregasi Level Kompetensi No. Level Kompetensi (1) Nilai α j (2) 1. Uncompetent 0,1 2. Partly competent 0,5 3. Perfectly competent 1 7

8 Nilai level kompetensi merupakan justifikasi dari pihak perusaaan. Untuk penentuan nilai β i didapatkan dengan membagi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tiap departemen dengan total keseluruhan tenaga kerja. f. Interpretasi Nilai ( ) untuk semua jenis disagregasi berkisar pada selang ( ) Semakin mendekati satu (1) menunjukkan tingkat pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang semakin baik, sebaliknya semakin mendekati nol (0) menunjukkan tingkat pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang semakin tidak baik atau buruk. Nilai FI = 1, jika jumlah tenaga kerja yang diterima sesuai dengan kebutuhan dan smeua tenaga kerja yang diterima merupakan tenaga kerja yang kompeten (nilai β 1 =1). 4 Implementasi Model Model yang sudah dirancang akan diimplementasikan. Perusahaan yang dijadikan sebagai objek validasi sekaligus sumber data penelitian, antara lain PT. Semen Gresik (Persero), Tbk., PT. Tustika Nagata, serta Netral Jaya. Atribut-atribut yang terdapat dalam data perencanaan kebutuhan tenaga kerja, meliputi : 1. Tahun perencanaan kebutuhan tenaga kerja 2. Level jabatan yang dibutuhkan 3. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan Sedangkan atribut yang ada di dalam data pemenuhan tenaga kerja, meliputi : 1. Nama karyawan 2. Level jabatan yang dijabat 3. Tanggal penerimaan 4. Judgement dari tentang kompetensi karyawan (Ya atau tidak kompeten) 5. Level lokasi pemenuhan Setelah didapatkan data-data yang didapatkan, langkah selanjutnya adalah dilakukan perhitungan masing-masing persamaan. Untuk tahapan perhitungannya dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini. Data tenaga kerja yang dibutuhkan Data tenaga kerja yang diterima Menentukan α i dan β j Perhitungan (FI) at Perhitungan (FI) it Perhitungan (FI) lit Perhitungan (FI) likt Gambar 4.1 Tahap Perhtungan Fulfillment Index (FI) Untuk template perhitungan persamaan (FI) likt dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Contoh Matriks Perhitungan (FI) likt NAMA PERUSAHAAN : PT. SEMEN GRESIK (PERSERO), TBK. NAMA DEPARTEMEN : Teknologi Informasi LEVEL MANAJERIAL (l) : SUPERVISOR LEVEL KOMPETENSI (j) LEVEL LOKASI PEMENUHAN (k) k = 1 k = 2 k = 3 k = 4 α I D lit F ijkt /D lit F ijkt /D lit F ijkt /D lit F ijkt /D lit j = j = j = Hasil implementasi rumus (FI) likt menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan antara level jabatan (l) dengan lokasi pemenuhan (k). Operator (l = 1) sebagian besar berasal dari lokasl sekota dengan (k = 1). Ini disebabkan karena yang 8

9 dijadikan objek validasi memprioritaskan pelamar yang satu kota dengan. Hal ini sebagai bentuk tanggungjawab sosial. setelah dihitung nilai (FI) likt, akan dihitung nilai Fulfillment Index (FI) tiap level jabatan ((FI) lit. Nilai ini didapatkan dengna menjumlahkan nilai (FI) likt untuk tiap lokasi pemenuhan k (k =1,2,3,4). Pada tahun 2008, hanya PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. yang nilai (FI) lit kurang dari 1, yakni di jabatan Manajer departemen Teknologi Informasi, dengan nilai (FI) lit sebesar 0,833. Hasil perhitungan rumus FI tiap level jabatan akan digunakan untuk menghitung nilai FI tiap departemen ((FI) it. Untuk nilai (FI) it PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini. Grafik Nilai FI tiap Departemen di PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. Tahun AKUNTANSI DAN ADMINISTRASI ENGINEERING HUMAN RESOURCE KOMUNIKASI LEGAL ADVISORY PEMASARAN PEMELIHARAAN PPIC/SCM PRODUKSI QUALITY DAN DISTRIBUSI ASSURANCE RISK MANAGEMENT AND INTERNAL AUDIT TEKNOLOGI INFORMASI Gambar 4.2 Nilai FI Tiap departemen PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. Tahun 2008 Nilai FI PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. pada tahun 2008 adalah sebesar 0,996. Untuk nilai FI tiap departemen PT. Tustika Nagata pada tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 4.3 di bawah ini. Nilai FI Tiap Departemen PT. Tustika Nagata Tahun Akuntansi dan Admininstrasi Human Resource Pemasaran dan Distribusi Produksi PPIC/SCM Gambar 4.3 Nilai FI Tiap departemen PT. Tustika Nagata Tahun 2008 Nilai FI PT. Tustika Nagata pada tahun 2008 adalah 1. Untuk Netral Jaya, departemen yang membutuhkan tenaga kerja pada tahun 2008 hanyalah departemen produksi, dan nilai FI departemen produksi adalah 1. Maka, nilai FI Netral Jaya tahun 2008 adalah 1. Untuk nilai FI tiap departemen di PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. pada tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 4.4 di bawah ini. 9

10 Nilai FI tiap Departemen di PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. Tahun Engineering Pemeliharaan Pemasaran dan Distribusi Produksi Quality Assurance Gambar 4.4 Nilai FI Tiap departemen PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. Tahun 2009 Nilai FI departemen engineering kurang dari 1. Maka dari itu, kebutuhan tenaga kerjanya pada departemen ini tidak terpenuhi, untuk level jabatan manajer. Nilai FI PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. pada tahun 2009 adalah 0,98. Pada tahun 2009, departemen di PT.Tustika Nagata yang membutuhkan tenaga kerja hanya departemen produksi dan nilai FI-nya 1. Maka, nilai FI PT. Tustika Nagata pada tahun 2009 juga 1. Hal yang sama juga terjadi pada Netral jaya, dimana hanya departemen produksi yang membutuhkan tenaga kerja pada tahun Nilai FI departemen produksi adalah 1, dan nilai FI Netral Jaya pada tahun 2009 juga 1. Untuk hasil perhitungan nilai FI tiap departemen di PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. pada tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 4.5 di bawah ini. Nilai FI Tiap Departemen PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. tahun Engineering Human Resource Komunikasi Pemasaran dan Distribusi Produksi PPIC/SCM Quality Assurance Pemeliharaan Gambar 4.5 Nilai FI Tiap Departemen PT. Semen Gresik (Persero), Tbk.Tahun 2010 Nilai FI departemen engineering nilainya kurang dari 1, karena kebutuhan operator departemen engineering tidak terpenuhi. nilai FI PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. tahun 2010 adalah 0,992. Untuk nilai FI departemen di PT. Tustika Nagata tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 4.6 di bawah ini. 10

11 Nilai FI tiap Departemen PT. Tustika Nagata Tahun Akuntansi dan Admininstrasi Human Resource Legal Advisory Pemasaran dan Distribusi Produksi Quality Assurance Gambar 4.6 Nilai FI Tiap departemen PT. Tustika Nagata Tahun 2010 Nilai FI PT. Tustika Nagata pada tahun 2010 adalah 0,456. Rendahnya nilai FI ini disebabkan karena seluruh kebutuhan tenaga kerja di departemen pada tahun 2010 tidak terpenuhi. Pada tahun 2010, departemen di Netral Jaya yang membutuhkan tenaga kerja hanyalah departemen produksi. Nilai FI departemen produksii pada tahun 2010 adalah 1. Maka, nilai FI Netral Jaya pada tahun 2010 juga 1. 5 Analisis dan Pembahasan Pada tahun 2008, departemen di PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. yang kebutuhan tenaga kerjanya tidak terpenuhi adalah departemen Teknologi Informasi, untuk jabatan manajer. Sedangkan untuk PT.Tustika Nagata dan Netral Jaya pada tahun ini, nilai Fulfillment Index (FI) didapatkan 1. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan tenaga kerjanya terpenuhi. Pada tahun 2009, departemen di PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. yang kebutuhan tenaga kerjanya tidak terpenuhi adalah departemen engineering, untuk jabatan manajer. Nilai FI departemen engineering pada tahun 2009 adalah 0,75 dan nilai FI jabatan manajer di departemen engineering adalah 0,75. Sedangkan pada PT. Tustika Nagata dan Netral Jaya, nilai FI nya adalah 1. Pada tahun 2010, departemen di PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. yang kebutuhan tenaga kerjanya tiak terpenuhi adalah departemen engineering untuk jabatan operator. Nilai FI departemen engineering adalah 0,95 dan nilai FI jabatan manajer di departemen engineering adalah 0,95. Pada tahun 2010, nilai FI Pt. Tustika Nagata adalah 0,456. Kebutuhan tenaga kerja seluruh departemen di ini pada tahun 2010 tidak terpenuhi. Sedangkan pada Netral Jaya, hanya departemen produksi ayng membutuhkan tenaga kerja dan nilai FI nya adalah 1. Penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja adalah tingkat kesehatan calon tenaga kerja dan rendahnya minat calon tenaga kerja saat melamar kerja. Perusahaan tidak ingin mengambil risiko lebih besar ketika merekrut tenaga kerja baru. jika calon tenaga kerja yang akan direkrut ternyata kesehatannya di bawah yang disyaratkan, lebih memilih untuk tidak menerimanya. Karena, ini bertujuan untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja. Jika tenaga kerja tersebut direkrut, ada risiko kecelakaan kerja. jika hal ini terjadi, harus mengeluarkan biaya. Selain itu, biaya perawatan kesehatan juga menjadi dasar kebijakan ini. Selain tingkat kesehatan tenaga kerja yang redah, penyebab lain adalah rendahnya niat calon tenaga kerja ketika melamar pekerjaan. Ada beberapa calon tenaga kerja yang mengabaikan panggilan tes. Hal ini dapat mengurangi jumlah kandidat calon tenaga kerja, dan jika banyak hal ini terjadi, maka kebutuhan tenaga kerja tidak terpenuhi. 6 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat dirumuskan kesimpulan terkait dengan perancangan model pemenuhan tenaga kerja dalam bentuk Fulfillment Index (FI) Berikut adalah kesimpulan dari penelitian tugas akhir ini. 1. Model konseptual Fulfillment Index (FI) yang sudah dirancang, sudah mengakomodasikan dimensi kualitas, kuantitas, lokasi, waktu, serta nama departemen. 2. Model matematis Fulfillment Index (FI) yang sudah dirancang akan menghitung tingkat pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di level jabatan (l), departemen (i), serta (a). Namun, rumus awal Fulfillment Index (FI) bertujuan untuk menghitung nilai 11

12 Fulfillment Index (FI) untuk level jabatan tertentu yang berasal dari level lokasi pemenuhan ke-k. 3. Hasil implementasi model matematis Fulfillment Index (FI) tahun 2008, 2009, dan 2010 pada PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. mengindikasikan kebutuhan tenaga kerja tidak terpenuhi. Namun, nilai FI cukup stabil. 4. Hasil implementasi model matematis Fulfillment Index (FI) PT. Tustika Nagata mengindikasikan bahwa kebutuhan tenaga kerja pada tahun 2008 dan 2009 terpenuhi. Namun, pada tahun 2010 kebutuhan tenaga kerja tidak terpenuhi. 5. Hasil implementasi model matematis Fulfillment Index (FI) pada Netral Jaya mengindikasikan bahwa kebutuhan tenaga kerja pada thaun 2008, 2009, dan 2010 terpenuhi. 6. Hasil perhitungan Fulfillment Index (FI) menunjukkan bahwa jika nilai Fulfillment Index (FI) semakin mendekati 1, maka pemenuhan kebutuhan tenaga kerjanya semakin baik. 7. Kelebihan dari model Fulfillment Index (FI), antara lain : a. Model Fulfillment Index (FI) sudah dapat melengkapi fungsi Alignment Index (AI), karena dapat mengukur dan menghitung tingkat pemenuhan Armstrong, M Performance Management : key strategies and practical guidelines Second Edition. London : Kogan Page Limited. Asian Productivity Organization. (2010). APO Productivity Databook Tokyo: Asian Productivity Organization. Bacal, R Performance Management. McGraw Hill, Inc. BPS. (2010). Penduduk Menurut Jenis Kegiatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 dan Retrieved Januari 02, 2011, from Badan Pusat Statistik Indonesia: tab=4 BPS. (2009, May 30). Konsep Pengukuran Industri Sedang dan Besar di Indonesia. kebutuhan tenaga kerja, khususnya di industri. b. Model Fulfillment Index (FI) dapat mengakomodasi dimensi kuantitas, kualitas, lokasi, waktu, serta ada penambahan nama departemen. c. Variabel model sudah dapat mewakili dimensi kuantitas. d. Parameter dalam model sudah dapat mengakomodasi dimensi kualitas, kuantitas, lokasi, waktu, serta nama departemen. e. Perhitungan sudah cukup akurat untuk mengetahui tingkat pemenuhan kebutuhan tenaga kerja sampai ke level jabatan di tiap departemen. 8. Kelemahan dari model Fulfillment Index (FI), antara lain: a. Hanya dapat mengukur tingkat pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di industri, belum mengakomodasi kewirausahaan. b. Data masih harus diambil dari perusahaab, karena Disnaker belum memiliki data yang akurat. c. Akurasi memberikan trade-off berupa ketidakpraktisan perhitungan d. Tahapan perhitungan yang banyak membuat waktu perhitungan menjadi lama. 7 Daftar Pustaka Retrieved Juni 22, 2011, from bps.go.id: byek=09&tabel=1&fl=2 BPS Jatim. (2010). Pengeluaran Industri di Jatim Tahun Retrieved Juni 11, 2011, from BPS Jatim: BPS Jawa Timur. (2010, Agustus 1). Keadaan Tenaga Kerja Jatim Agustus Retrieved Juni 29, 2011, from jatim.bps.go.id: df Candra, S., Pudjibudojo, J. K., & Setyaningrum, I. (2010). Laporan Pelaksanaan 12

13 Program Pemetaan dan Analisis Sisi permintaan Berdasarkan Dimensi Kualitas, Kuantitas, Lokasi, dan Waktu Wilayah Surabaya. Surabaya: LPPM Universitas Surabaya. Dewi, s. (2010). PENGEMBANGAN KERANGKA PERUMUSAN DAN EVALUASI STRATEGI PENYELARASAN SISTEM PENDIDIKAN SMK DENGAN DUNIA KERJA FASE I DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD). Surabaya: Teknik Industri ITS. Hidayati Aanalisis Rantai NIilai untuk Mengetahui Pola Peningkatan Daya Saing Klaster Industri Berbasis Logam di Jawa Timur dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Laporan Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS. Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. (2010, Mei 31). Penempatan tenaga kerja. Dipetik Maret 11, 2011, dari Penempatan Tenaga Kerja: ans.go.id/katalog/download.php?g=2 &c=18 Khoirunnisa, W. A. (2009). Perancangan Model Pengukuran Kinerja Penyelarasan antara Pendidikan SMK dengan Dunia Kerja Melalui Alignment Index. Tugas Akhir. Monster Employement Index. (2010). Monster Employement Index of India Raises 26% YOY. New Delhi: Monster.com. Mubah, A. S. (2010, Maret 28). Perkembangan Proses Globalisasi Menurut Roland Robertson dan David Held. Dipetik Januari 27, 2011, dari A. Safril Mubah: perkembangan-proses-globalisasimenurut.html Nasution, A.H. dan Baihaqi, I Simulasi Bisnis. Yogyakarta: Andi. Novita, D Pengukuran dan Peningkatan Kinerja Sistem Sumber Daya Manusia dengan Menggunakan Konsep Human Resource Scorecard dan Six Sigma (Studi Kasus : PT. Telkom HR Area 05 Jawa Timur). Laporan Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS. Novitasari, R Perancangan Model Kematangan Sistem Manufaktur Terintegrasi Komputer (Studi kasus: Industri air minum dalam kemasan). Laporan Tugas Pusdatinaker. (2011, Februari 1). Pengangguran Terbuka per Februari Retrieved Juli 6, 2011, from Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan: 01#gotoPeriod 13

Studi Penyelarasan Pendidikan SMA dengan Kesempatan Melanjutkan ke Pendidikan Tinggi dan Peluang Kerja/Wirausaha

Studi Penyelarasan Pendidikan SMA dengan Kesempatan Melanjutkan ke Pendidikan Tinggi dan Peluang Kerja/Wirausaha Studi Penyelarasan Pendidikan SMA dengan Kesempatan Melanjutkan ke Pendidikan Tinggi dan Peluang Kerja/Wirausaha Oleh: R. Sultani Indra Gunawan 2507100001 Pembimbing: Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M. Eng.

Lebih terperinci

HOME. Penyerapan tenaga kerja lulusan SMK rendah? Supply Side. Pertumbuhan ekonomi Peningkatan investasi Jumlah lapangan kerja sedikit 13,66%

HOME. Penyerapan tenaga kerja lulusan SMK rendah? Supply Side. Pertumbuhan ekonomi Peningkatan investasi Jumlah lapangan kerja sedikit 13,66% 0/08/00 Sidang Tugas Akhir PERANCANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA PENYELARASAN ANTARA PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DENGAN DUNIA KERJA MELALUI ALIGNMENT INDEX (STUDI KASUS : SMKN SURABAYA) Oleh

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR. Oleh : Herry Purnama Sandy ( )

SIDANG TUGAS AKHIR. Oleh : Herry Purnama Sandy ( ) SIDANG TUGAS AKHIR Oleh : Herry Purnama Sandy (2507 100 110) Dosen Pembimbing 1 : Dr. Maria Anityasari, ST.,ME. Dosen Pembimbing 2 : Dr. Ir. Sri Gunani Partiwi, MT. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

8 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini akan ditarik kesimpulan dari serangkaian aktivitas penelitian yang telah dilakukan dan saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya dan

Lebih terperinci

Perancangan Model Konseptual Pengukuran Kinerja Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja

Perancangan Model Konseptual Pengukuran Kinerja Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja Perancangan Model Konseptual Pengukuran Kinerja Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja Program Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja Direktorat Jendral Pendidikan Non Formal dan Informal Kementerian

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja. Kabinet Indonesia Bersatu II

Kerangka Kerja Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja. Kabinet Indonesia Bersatu II Kerangka Kerja Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja Kabinet Indonesia Bersatu II Persentase Pengangguran terhadap PUK Jumlah Penganguran Pendidikan 2008 2009 2010 2011 SD 2.647.006 2.169.572 2.160.665

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PERSEDIAAN DI PT. TRISULAPACK INDAH (MASPION UNIT III) TUGAS AKHIR RI 1592

EVALUASI KEBIJAKAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PERSEDIAAN DI PT. TRISULAPACK INDAH (MASPION UNIT III) TUGAS AKHIR RI 1592 TUGAS AKHIR RI 1592 EVALUASI KEBIJAKAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PERSEDIAAN DI PT. TRISULAPACK INDAH (MASPION UNIT III) ELAN TANGGUH MANDIRI NRP 2502 100 084 Dosen Pembimbing Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perspektif. Banyak perusahaan lokal, nasional dan domestik

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perspektif. Banyak perusahaan lokal, nasional dan domestik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha akhir-akhir ini semakin bertambah kompleks, baik yang berhubungan dengan persaingan, kelangsungan hidup maupun alokasi sumber-sumber

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP HUMAN RESOURCE SCORECARD DI PT JB

PENGUKURAN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP HUMAN RESOURCE SCORECARD DI PT JB PENGUKURAN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP HUMAN RESOURCE SCORECARD DI PT JB Moses L. Singgih 1, Sri Gunani Partiwi 2 dan Arum S. Dani 3 Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENGUKURAN IMPLEMENTASI PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) SERTA IDENTIFIKASI HAZARD DENGAN PENDEKATAN RISK ASSESSMENT DI PT.

PENGUKURAN IMPLEMENTASI PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) SERTA IDENTIFIKASI HAZARD DENGAN PENDEKATAN RISK ASSESSMENT DI PT. PENGUKURAN IMPLEMENTASI PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) SERTA IDENTIFIKASI HAZARD DENGAN PENDEKATAN RISK ASSESSMENT DI PT. IGLAS (Persero), Gresik SKRIPSI Disusun Oleh : RIZAL AKHBAR 0632010201

Lebih terperinci

Ratna Kencana Ekasari LOGO.

Ratna Kencana Ekasari LOGO. Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan pada Plasa Telkom Sidoarjo dengan Menggunakan Integrasi Metode Service Quality dan Quality Function Deployment (QFD) Ratna Kencana Ekasari 9110 201 504 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS KRITERIA PEMILIHAN KANDIDAT PROGRAM MANAGEMENT TRAINEE PADA PT. XYZ DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENENTUAN PRIORITAS KRITERIA PEMILIHAN KANDIDAT PROGRAM MANAGEMENT TRAINEE PADA PT. XYZ DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.3 December 206 Page 549 PENENTUAN PRIORITAS KRITERIA PEMILIHAN KANDIDAT PROGRAM MANAGEMENT TRAINEE PADA PT. XYZ DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY

Lebih terperinci

Paramita Anggraini ( ) Pembimbing : Dr.Ir. Sri Gunani Partiwi. Co Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.

Paramita Anggraini ( ) Pembimbing : Dr.Ir. Sri Gunani Partiwi. Co Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M. ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PENYELARASAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN DUNIA INDUSTRI (STUDI KASUS : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 5 (SMKN 5) DAN INDUSTRI MANUFAKTUR) JURUSAN

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS KRITERIA PEMILIHAN KANDIDAT PROGRAM MANAGEMENT TRAINEE PADA PT. XYZ DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENENTUAN PRIORITAS KRITERIA PEMILIHAN KANDIDAT PROGRAM MANAGEMENT TRAINEE PADA PT. XYZ DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PENENTUAN PRIORITAS KRITERIA PEMILIHAN KANDIDAT PROGRAM MANAGEMENT TRAINEE PADA PT. XYZ DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Ida Ayu Utari Ananda Putri ), Fida N. Nugraha 2), Litasari W. Suwarsono

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH SEBAGAI DANA PRODUKTIF DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI UNTUK USAHA MIKRO

PEMODELAN SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH SEBAGAI DANA PRODUKTIF DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI UNTUK USAHA MIKRO PEMODELAN SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH SEBAGAI DANA PRODUKTIF DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI UNTUK USAHA MIKRO Septianing Handayani, Naning Aranti W, Ahmad Rusdiansyah Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan adalah sekumpulan kegiatan yang dilaksanakan untuk merancang, membuat, memasarkan, mengantarkan, dan mendukung produknya dimana setiap kegiatan dapat

Lebih terperinci

OCTAREZ ABI IBRAHIM Dosen Pembimbing: Naning Aranti Wessiani S.T,M.M NIP Dosen Co-Pembimbing: Dr.Ir.

OCTAREZ ABI IBRAHIM Dosen Pembimbing: Naning Aranti Wessiani S.T,M.M NIP Dosen Co-Pembimbing: Dr.Ir. OCTAREZ ABI IBRAHIM 2506100120 Dosen Pembimbing: Naning Aranti Wessiani S.T,M.M NIP. 197802072003122001 Dosen Co-Pembimbing: Dr.Ir. Patdono Suwignjo, M.Eng Sc. NIP. 195810071986011001 Latar belakang Tinjauan

Lebih terperinci

ANALISA KUALITAS LAYANAN BANDAR UDARA JUANDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD

ANALISA KUALITAS LAYANAN BANDAR UDARA JUANDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD ANALISA KUALITAS LAYANAN BANDAR UDARA JUANDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD Seno Adi Andini Pasca Sarjana Teknik Industri Insitut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo 60111 Surabaya Pesawat udara

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM REKRUTMEN KARYAWAN BARU DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA HASTA BRATA BATU DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

RANCANG BANGUN SISTEM REKRUTMEN KARYAWAN BARU DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA HASTA BRATA BATU DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING RANCANG BANGUN SISTEM REKRUTMEN KARYAWAN BARU DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA HASTA BRATA BATU DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING Fahmi Prastyo, Ariadi Retno Tri Hayati Ririd Teknik Informatika, Teknologi

Lebih terperinci

DESAIN STRATEGI PENYEMPURNAAN PENGELOLAAN DATA DI POLITEKNIK TELKOM MENGGUNAKAN IT BALANCED SCORECARD DAN COBIT

DESAIN STRATEGI PENYEMPURNAAN PENGELOLAAN DATA DI POLITEKNIK TELKOM MENGGUNAKAN IT BALANCED SCORECARD DAN COBIT DESAIN STRATEGI PENYEMPURNAAN PENGELOLAAN DATA DI POLITEKNIK TELKOM MENGGUNAKAN IT BALANCED SCORECARD DAN COBIT Dimas Pridinaryana Putra 1, *) dan Arif Djunaidy 2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi

Lebih terperinci

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS)

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) TUGAS AKHIR RI 1592 MENGURANGI JUMLAH CACAT DAN BIAYA KERUGIAN PADA PRODUK GENTENG WW ROYAL ABU-ABU DENGAN PENDEKATAN DMAIC DAN FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) NOVEMIA PRANING H NRP 2502

Lebih terperinci

Becoming a Learning Organization. Becoming. a Learning Organization. File D:optima/Klien/SIPF/Becoming a Learning Org/PP-H/120214

Becoming a Learning Organization. Becoming. a Learning Organization. File D:optima/Klien/SIPF/Becoming a Learning Org/PP-H/120214 Becoming 1 Becoming A. Transformasi Pengembangan Organisasi B. Dimensi Pokok Pertumbuhan Sistem SDM C. Optima Integrated HR Development Program D. Knowledge Management E. Manfaat dan Kendala Implementasi

Lebih terperinci

ANALISA PENINGKATAN KUALITAS PADA PUPUK PHONSKA DENGAN PENDEKATAN QUALITY RISK MANAGEMENT DI PT. PETROKIMIA GRESIK

ANALISA PENINGKATAN KUALITAS PADA PUPUK PHONSKA DENGAN PENDEKATAN QUALITY RISK MANAGEMENT DI PT. PETROKIMIA GRESIK TUGAS AKHIR RI 1592 ANALISA PENINGKATAN KUALITAS PADA PUPUK PHONSKA DENGAN PENDEKATAN QUALITY RISK MANAGEMENT DI PT. PETROKIMIA GRESIK RANNY WIDATI NRP 2505 100 043 Dosen Pembimbing Ir.Moses L. Singgih,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan landasan atau acuan agar proses penelitian berjalann secara sistematis, terstruktur, dan terarah. Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

PENGUKURAN TEKNOLOGI APLIKASI SISTEM INFORMASI DENGAN TEKNOMETRIK (INFORWARE) BERBASIS COBIT PADA PT. PLN (PERSERO) RAYON KAMAL

PENGUKURAN TEKNOLOGI APLIKASI SISTEM INFORMASI DENGAN TEKNOMETRIK (INFORWARE) BERBASIS COBIT PADA PT. PLN (PERSERO) RAYON KAMAL PENGUKURAN TEKNOLOGI APLIKASI SISTEM INFORMASI DENGAN TEKNOMETRIK (INFORWARE) BERBASIS COBIT PADA PT. PLN (PERSERO) RAYON KAMAL Rangga Romi Putra 1,*), dan Udisubakti Ciptomulyono 2) 1,2) program Studi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Ruang lingkup audit operasional atas fungsi Sumber Daya Manusia pada PT.

BAB IV PEMBAHASAN. Ruang lingkup audit operasional atas fungsi Sumber Daya Manusia pada PT. BAB IV PEMBAHASAN Ruang lingkup audit operasional atas fungsi Sumber Daya Manusia pada PT. Danayasa Arthatama Tbk. mencakup pelaksanaan seluruh fungsi manajemen dan ketaatan manajemen terhadap kebijakan

Lebih terperinci

PENILAIAN KINERJA KUALITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR PT. YUASA BATTERY INDONESIA DENGAN METODE BALANCE SCORECARD

PENILAIAN KINERJA KUALITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR PT. YUASA BATTERY INDONESIA DENGAN METODE BALANCE SCORECARD PENILAIAN KINERJA KUALITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR PT. YUASA BATTERY INDONESIA DENGAN METODE BALANCE SCORECARD Arif Krisbudiman Engineer Staff Balai Mesin Perkakas, Teknik Produksi dan Otomasi (MEPPO) Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Suatu perusahaan yang baik adalah perusahaan yang mampu menerapkan strategi yang tepat agar keinginan pelanggan terpenuhi, salah satu faktor untuk menerapkan strategi

Lebih terperinci

APLIKASI SIX SIGMA DI SEKTOR PELAYANAN PUBLIK (STUDY KASUS MENGENDALIKAN KETIDAKSESUAIAN PELAYANAN DI SAMSAT SURABAYA I MANYAR)

APLIKASI SIX SIGMA DI SEKTOR PELAYANAN PUBLIK (STUDY KASUS MENGENDALIKAN KETIDAKSESUAIAN PELAYANAN DI SAMSAT SURABAYA I MANYAR) TUGAS AKHIR - ST 1325 APLIKASI SIX SIGMA DI SEKTOR PELAYANAN PUBLIK (STUDY KASUS MENGENDALIKAN KETIDAKSESUAIAN PELAYANAN DI SAMSAT SURABAYA I MANYAR) TRIANA NOVITASARI NRP 1303100026 Dosen Pembimbing Dra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dari bahaya panas, sengatan listrik dan kontaminasi dari zat kimia serta

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dari bahaya panas, sengatan listrik dan kontaminasi dari zat kimia serta BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perusahaan diwajibkan memberikan alat pelindung diri terhadap pekerja menurut Permenakertrans 08/MEN/VII/2010, alat pelindung diri adalah suatu alat yang mempunyai

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERSEDIAAN KNIFE TC 63 mm BERDASARKAN ANALISIS RELIABILITAS (Studi Kasus di PT. FILTRONA INDONESIA)

PERENCANAAN PERSEDIAAN KNIFE TC 63 mm BERDASARKAN ANALISIS RELIABILITAS (Studi Kasus di PT. FILTRONA INDONESIA) TUGAS AKHIR - ST 1325 PERENCANAAN PERSEDIAAN KNIFE TC 63 mm BERDASARKAN ANALISIS RELIABILITAS (Studi Kasus di PT. FILTRONA INDONESIA) RENI FANDANSARI NRP 1307100521 Dosen Pembimbing Dra. Sri Mumpuni R.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia semakin kreatif dari tahun ke tahun, ini membuat persaingan di dunia industri semakin ketat terutama pada bidang IT. Persaingan

Lebih terperinci

Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur. Oleh Zubdatu Zahrati Dosen Pembimbing : Dra.

Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur. Oleh Zubdatu Zahrati Dosen Pembimbing : Dra. Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur Oleh Zubdatu Zahrati 32 05 004 Dosen Pembimbing : Dra. Lucia Aridinanti Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Tujuan Manfaat Batasan

Lebih terperinci

PENERAPAN IT BALANCE SCORECARD UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI SMK MEDIKACOM BANDUNG

PENERAPAN IT BALANCE SCORECARD UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI SMK MEDIKACOM BANDUNG PENERAPAN IT BALANCE SCORECARD UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI SMK MEDIKACOM BANDUNG 1 Hanif fakhrurroja, S,Si.,M.T. 2 Irvan Akbar Maulana 1 Program Studi Manajemen Informatika STMIK LKPIA

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PENGUKURAN FLEKSIBILITAS SUPPLY CHAIN PADA PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. SKRIPSI

ANALISIS DAN PENGUKURAN FLEKSIBILITAS SUPPLY CHAIN PADA PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. SKRIPSI ANALISIS DAN PENGUKURAN FLEKSIBILITAS SUPPLY CHAIN PADA PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. SKRIPSI DISUSUN OLEH : KUSUMA DEWI WARDHANI 0632010008 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TARGET COSTING DRS. DEVIE., AK., EFC., CFP., AEPP., CMA., CBA

TARGET COSTING DRS. DEVIE., AK., EFC., CFP., AEPP., CMA., CBA TARGET COSTING DRS. DEVIE., AK., EFC., CFP., AEPP., CMA., CBA MENGAPA BUTUH TARGET COSTING? ALAT STRATEGIS yang bernama Target Costing dapat mengurangi RESIKO KEGAGALAN dalam meluncurkan PRODUK BARU. ALAT

Lebih terperinci

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya 1 Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya Dewi Indiana dan Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng. Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

EVALUASI TATA KELOLA CALL CENTER DENGAN KERANGKA COBIT UNTUK MENINGKATKAN LAYANAN DAN KEPUASAN PELANGGAN (Studi Kasus Di PT Astra Graphia Tbk)

EVALUASI TATA KELOLA CALL CENTER DENGAN KERANGKA COBIT UNTUK MENINGKATKAN LAYANAN DAN KEPUASAN PELANGGAN (Studi Kasus Di PT Astra Graphia Tbk) EVALUASI KELOLA CALL CENTER 500345 DENGAN KERANGKA COBIT UNTUK MENINGKATKAN LAYANAN DAN KEPUASAN PELANGGAN (Studi Kasus Di PT Astra Graphia Tbk) Windu Wibowo a, dan Hari Ginardi b Manajemen Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan era globalisasi saat ini, kebutuhan informasi dalam dunia bisnis menjadi sangat penting dalam menentukan kemajuan suatu perusahaan. Informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perusahaan harus cepat tanggap terhadap perubahan pasar. Perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. dan perusahaan harus cepat tanggap terhadap perubahan pasar. Perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin canggih dari tahun ke tahun membuat perusahaan harus terus berinovasi terhadap produk yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel. 1.1 Supply dan Demand Tenaga Kerja Pelaut

BAB I PENDAHULUAN. Tabel. 1.1 Supply dan Demand Tenaga Kerja Pelaut BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Saat ini kebutuhan akan permintaan (demand) pelaut didunia cenderung meningkat, hal ini berakibat bahwa kebutuhan akan supply pelautpun juga cenderung

Lebih terperinci

PROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH

PROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH PROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH DR. Heru Hendrayana Geological Engineering, Faculty of Engineering Gadjah Mada University Perrnasalahan utama sumberdaya air di Indonesia Bank data (kelengkapan(

Lebih terperinci

PERANCANGAN MODEL PENAKSIRAN PERFORMANSI ERGONOMI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. PAL INDONESIA

PERANCANGAN MODEL PENAKSIRAN PERFORMANSI ERGONOMI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. PAL INDONESIA PERANCANGAN MODEL PENAKSIRAN PERFORMANSI ERGONOMI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. PAL INDONESIA Asri Dwi Puspita, Sri Gunani Partiwi, Arief Rahman Manajemen Kinerja Strategies, Program Pasca Sarjana

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Semakin ketatnya persaingan akan produk pangan agroindustri merupakan tantangan bagi industri dalam memenuhi harapan konsumen. Oleh karena itu, setiap perusahaan melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I. HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia. disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu

BAB I. HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia. disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu manajemen perusahaan yang

Lebih terperinci

7.1. Pembentukan House of Quality Elemen Desain Kursi Rotan

7.1. Pembentukan House of Quality Elemen Desain Kursi Rotan 7 INTEGRASI DESAIN Tahapan integrasi desain merupakan tahap pengintegrasian dari metodemetode yang digunakan sebelumnya. Pada tahapan ini, baik bobot yang diperoleh menggunakan analytical hierarchi process

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Agar dapat memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas maka sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Agar dapat memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas maka sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi atau perusahaan selalu mempunyai berbagai macam tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan organisasi, salah satunya diperlukan sumber daya

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) A-228

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) A-228 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-228 Evaluasi Keamanan Informasi Pada Divisi Network of Broadband PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Dengan Menggunakan Indeks

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH RENDAHNYA KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PROYEK DI SURABAYA

ANALISA PENGARUH RENDAHNYA KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PROYEK DI SURABAYA ANALISA PENGARUH RENDAHNYA KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PROYEK DI SURABAYA Soelistyono 1) Program Studi Pascasarjana Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jl. Kampus ITS Sukolilo,

Lebih terperinci

EVALUASI TATA KELOLA CALL CENTER DENGAN KERANGKA COBIT UNTUK MENINGKATKAN LAYANAN DAN KEPUASAN PELANGGAN (Studi Kasus Di PT Astra Graphia Tbk)

EVALUASI TATA KELOLA CALL CENTER DENGAN KERANGKA COBIT UNTUK MENINGKATKAN LAYANAN DAN KEPUASAN PELANGGAN (Studi Kasus Di PT Astra Graphia Tbk) EVALUASI KELOLA CALL CENTER 500345 DENGAN KENGKA COBIT UNTUK MENINGKATKAN LAYANAN DAN KEPUASAN PELANGGAN (Studi Kasus Di PT Astra Graphia Tbk) Windu Wibowo a, Hari Ginardi b Manajemen Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

ABSTRACT. vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT On the organizations or institution, especially formal organization, as Travel agency, improving service quality have major impact. Degree of service quality in Baraya Travel become a parametric

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA

PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA Nur Aini Rachmawati, Iwan Vanany Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Kampus

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PT. Mitra Jaya Abadi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PT. Mitra Jaya Abadi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Mitra Jaya Abadi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengadaan barang. Jumlah pegawai yang dimiliki saat ini kurang lebih 75 personel

Lebih terperinci

Peningkatkan Kualitas Layanan 4G LTE Telkomsel Berdasarkan Servqual dan Quality Function Deployment yang Terintegrasi

Peningkatkan Kualitas Layanan 4G LTE Telkomsel Berdasarkan Servqual dan Quality Function Deployment yang Terintegrasi Petunjuk Sitasi: Suhartini, & Prayogo, S. B. (2017). Peningkatkan Kualitas Layanan 4G LTE Telkomsel Berdasarkan Servqual dan Quality Function Deployment yang Terintegrasi. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009

PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009 PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009 Antonius Gatot Yudo Pratomo, Aris Tjahyanto Magister Manajemen Teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sekompleks dunia pekerjaan yang kita temukan pada saat ini. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang sekompleks dunia pekerjaan yang kita temukan pada saat ini. Dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pekerjaan dewasa ini, dapat kita katakan sudah sangat jauh berkembang jika dibandingkan dengan beberapa periode waktu yang lampau. Pada periode lalu,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang akan dilakukan kali ini termasuk dalam penelitian terapan yang akan dikerjakan menggunakan suatu metodologi atau langkah-langkah penelitian. Secara skematis,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTAMADYA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009

PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTAMADYA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009 Makalah Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV MMT-ITS PERENCANAAN PROYEK BERBASIS RISIKO PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET DI PDAM KOTAMADYA MALANG BERBASIS ISO/FDIS 31000:2009 ANTONIUS GATOT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Manajemen Operasi 2.1.1 Definisi Manajemen Operasi Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Proses menghasilkan

Lebih terperinci

OPTIMASI SISTEM PERSEDIAAN RANTAI PASOK (Studi Kasus : P.T. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Noodle)

OPTIMASI SISTEM PERSEDIAAN RANTAI PASOK (Studi Kasus : P.T. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Noodle) OPTIMASI SISTEM PERSEDIAAN RANTAI PASOK (Studi Kasus : P.T. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Noodle) Abstrak Nama Mahasiswa : YUANITA RACHMAN NRP : 2502 100 059 Jurusan : Teknik Industri FTI-ITS Dosen

Lebih terperinci

ANALISIS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DENGAN METODE HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) DI.PG CANDI BARU, SIDOARJO SKRIPSI

ANALISIS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DENGAN METODE HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) DI.PG CANDI BARU, SIDOARJO SKRIPSI ANALISIS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DENGAN METODE HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) DI.PG CANDI BARU, SIDOARJO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Manajemen SDM 7 Februari 2011

Manajemen SDM 7 Februari 2011 Program Sarjana Ilmu Administrasi Universitas Indonesia Manajemen SDM 7 Februari 2011 Tantangan Manajemen SDM 1 Pokok Bahasan Latar Belakang Tantangan Eksternal MSDM Kualifikasi Tenaga Kerja Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional dalam menjalankan perannya. Peran akuntan sebagai penyedia informasi keuangan sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

PENERAPAN MULTIDIMENSIONAL UNFOLDING PADA PERSEPSI DUNIA KERJA DI KABUPATEN BATANG TERHADAP LULUSAN PERGURUAN TINGGI S1 KATEGORI FRESH GRADUATE

PENERAPAN MULTIDIMENSIONAL UNFOLDING PADA PERSEPSI DUNIA KERJA DI KABUPATEN BATANG TERHADAP LULUSAN PERGURUAN TINGGI S1 KATEGORI FRESH GRADUATE PENERAPAN MULTIDIMENSIONAL UNFOLDING PADA PERSEPSI DUNIA KERJA DI KABUPATEN BATANG TERHADAP LULUSAN PERGURUAN TINGGI S1 KATEGORI FRESH GRADUATE SKRIPSI Disusun Oleh: Moch. Atma Adhyaksa J2E004232 PROGRAM

Lebih terperinci

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap 2010/2011

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap 2010/2011 STMIK GI MDP Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap 2010/2011 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN KARYAWAN PADA PT. FASTFOOD INDONESIA,TBK CABANG PALEMBANG Andy Anabara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas perusahaan yaitu budaya perusahaan. Setiap organisasi atau perusahaan memiliki budaya khas yang dominan di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya redesign (penyesuaian rancangan) sehingga mengakibatkan delay. Marketing (Analisis Kebutuhan Konsumen)

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya redesign (penyesuaian rancangan) sehingga mengakibatkan delay. Marketing (Analisis Kebutuhan Konsumen) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT Bintang Persada Satelit adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan parabola. Perusahaan ini menerapkan fase pengembangan produk secara sequential, dimana

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DI LABORATORIUM PLASTIK INJEKSI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DI LABORATORIUM PLASTIK INJEKSI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DI LABORATORIUM PLASTIK INJEKSI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA Mada Jimmy Fonda Arifianto 1 ; Edi Santoso 2 ABSTRACT Article presents manufacture information system

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA MELALUI KULIAH KEWIRAUSAHAAN TECHNOPRENEURSHIP

PENGEMBANGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA MELALUI KULIAH KEWIRAUSAHAAN TECHNOPRENEURSHIP PENGEMBANGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA MELALUI KULIAH KEWIRAUSAHAAN TECHNOPRENEURSHIP Rima Tri Wahyuningrum 1, M. Imron Mustajib 2, Prasetyono 3 1 Program Studi Teknik Informatika Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

PANDUAN MAGANG INDUSTRI

PANDUAN MAGANG INDUSTRI PANDUAN MAGANG INDUSTRI 1. DESKRIPSI DAN TUJUAN MATA KULIAH Kesiapan calon lulusan dalam menghadapi dunia pekerjaan riil berbekal penguasaan pengetahuan keteknikan (engineering) dan Keterampilan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap perusahaan adalah memperoleh keuntungan maksimum. memberikan pelayanan yang baik serta kepuasan kepada pelanggan.

BAB I PENDAHULUAN. setiap perusahaan adalah memperoleh keuntungan maksimum. memberikan pelayanan yang baik serta kepuasan kepada pelanggan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Munculnya era globalisasi menyebabkan terjadinya perkembangan di berbagai bidang, salah satunya pada bidang ekonomi. Seiring dengan perkembangan bidang ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

Dunamis Human Capital Overview Program. 11 Februari 2016

Dunamis Human Capital Overview Program. 11 Februari 2016 Dunamis Human Capital Overview Program 11 Februari 2016 MENGENAI DUNAMIS HUMAN CAPITAL Investment $ Our Value Preposition Human Capital Solution Provider Dunamis Human Capital offers a technology based

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu usaha untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari berbagai risiko kecelakaan dan bahaya, baik fisik, mental

Lebih terperinci

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya Tugas Akhir- TI 9 Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya Oleh : Dewi Indiana (576) Pembimbing : Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

MODEL INTEGRASI BALANCED SCORECARD DENGAN SIX SIGMA MOTOROLA

MODEL INTEGRASI BALANCED SCORECARD DENGAN SIX SIGMA MOTOROLA MODEL INTEGRASI BALANCED SCORECARD DENGAN SIX SIGMA MOTOROLA Iwan Kurniawan Hadianto, Patdono Suwignjo Program Studi Magister Bidang Keahlian Manajemen Operasional Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

SELEKSI PENERIMAAN CALON KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS

SELEKSI PENERIMAAN CALON KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS SELEKSI PENERIMAAN CALON KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS Sri Lestari IBI Darmajaya t4ry09@yahoo.com ABSTRACT One factor supporting human resource development is qualification. The selection of employees

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEPARTEMEN PERSONALIA MELALUI PENDEKATAN HUMAN RESOURCES SCORECARD PADA PT.

SKRIPSI PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEPARTEMEN PERSONALIA MELALUI PENDEKATAN HUMAN RESOURCES SCORECARD PADA PT. SKRIPSI PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEPARTEMEN PERSONALIA MELALUI PENDEKATAN HUMAN RESOURCES SCORECARD PADA PT. UNITEX, TBK Oleh : NINDYA NUR ARYANI F 34104090 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM & KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM & KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM & KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Beban sks : Manajemen Sumberdaya Manusia (MSDM) : IAB4217 : 3 sks (1) Minggu ke (2) Materi Pembelajaran 1 Peran

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM : PENGUKURAN KINERJA SUPPY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCOR DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN

Lebih terperinci

L o g o. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya

L o g o. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya PENELITIAN TUGAS AKHIR L o g o Nailu Nur Izzati 2507100095 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Loyalitas Pelanggan FlexiNet: Studi Kasus Divisi Telkom Flexi Regional V Area Jatim, Bali, dan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Temuan risiko dalam sistem perekrutan PT.Metrodata Electronics,Tbk, yaitu: 1. Prosedur Mengidentifikasi Kebutuhan Rekrut a. Keterlambatan pembuatan MPP dan O-Chart

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: Perancangan Model Matematis Untuk Penentuan Jumlah Produksi di PT. XZY

IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: Perancangan Model Matematis Untuk Penentuan Jumlah Produksi di PT. XZY IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. ~5 ISSN: 978-52 Perancangan Model Matematis Untuk Penentuan Jumlah Produksi di PT. XZY Dian Eko Hari Purnomo Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Program Studi Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA

PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA Welin Kusuma 1, Patdono Suwignjo 1, Iwan Vanany 1 1 Program Pascasarjana Bidang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan (decision support systems disingkat DSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer (termasuk sistem berbasis

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan

KATA PENGANTAR. rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir (skripsi) yang berjudul Analisa

Lebih terperinci

Muhammad

Muhammad Oleh: Muhammad 707 100 058 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pembimbing: Ir. Muchtar Karokaro M.Sc Sutarsis ST, M.Sc Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES MANAJEMEN PROYEK TI MENGGUNAKAN COBIT 4.1 (STUDI KASUS PUSDATA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM)

PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES MANAJEMEN PROYEK TI MENGGUNAKAN COBIT 4.1 (STUDI KASUS PUSDATA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM) PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES MANAJEMEN PROYEK TI MENGGUNAKAN COBIT 4.1 (STUDI KASUS PUSDATA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM) Ingwang Diwang Katon 1 dan R. V. Hari Ginardi 2 Magister

Lebih terperinci

Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo Dengan Metode QFD

Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo Dengan Metode QFD Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No. (014) 8-33 ISSN 30 934X Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo

Lebih terperinci

Tidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN

Tidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN Tidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN Software Vensim Simulasi Daya Saing Rantai Nilai Sistem Dinamik Pemodelan Sistem Klaster Industri Makro ergonomi

Lebih terperinci

ICT STRATEGIC INITIATIVES BERBASIS PENGUKURAN KINERJA TI MENGGUNAKAN METODE IT SCORECARD

ICT STRATEGIC INITIATIVES BERBASIS PENGUKURAN KINERJA TI MENGGUNAKAN METODE IT SCORECARD TESIS ICT STRATEGIC INITIATIVES BERBASIS PENGUKURAN KINERJA TI MENGGUNAKAN METODE IT SCORECARD Prof. Ir.Gamantyo Hendrantoro,M.Eng.,Ph.D Naning Wessiani, ST.,MM IKE HARUM DIANTI [2210 206 717] Program

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk

ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk 228 Seminar Nasional Teknik Industri [SNTI2017] ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk Heri Wibowo 1, Sulastri 2 dan Ahmad

Lebih terperinci

Kata Kunci : Aplikasi E-Learning, ISO , Model Kualitas

Kata Kunci : Aplikasi E-Learning, ISO , Model Kualitas Penilaian Kualitas Sistem Elearning Dengan Menggunakan ISO 19796-1 Andharini Dwi Cahyani, Daniel Oranova Siahaan, Sarwosri Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 15 16

Lebih terperinci

PENGUKURAN MATURITY LEVEL PADA AL-IRSYAD AL- ISLAMIYYAH UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA KEUANGAN DAN PELANGGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 4.

PENGUKURAN MATURITY LEVEL PADA AL-IRSYAD AL- ISLAMIYYAH UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA KEUANGAN DAN PELANGGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 4. PENGUKURAN MATURITY LEVEL PADA AL-IRSYAD AL- ISLAMIYYAH UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA KEUANGAN DAN PELANGGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 4.1 Dewi Lusiana 1) Ari Eko Wardoyo 2) 1,2) Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Berkarir Bersama Kami

Berkarir Bersama Kami Berkarir Bersama Kami Untuk mendukung keberhasilan berkelanjutan dari kegiatan operasi PT Freeport Indonesia, kami membuka kesempatan bagi anda untuk turut bergabung bersama lebih dari 18.000 orang tenaga-tenaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perkembangan dunia teknologi sudah sangat berkembang pesat. Hampir semua perusahaan dari nasional sampai multinasional telah memanfaatkan

Lebih terperinci

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA. - The Platinum Path To Be Great -

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA. - The Platinum Path To Be Great - / Career Centre Terkait Production Group Leader : Melakukan fungsi eksekusi design tambang dan kontrol terhadap proses pencapaian produksi tahunan, bulanan, mingguan dan harian. S1 Teknik Tambang, Teknik

Lebih terperinci