7.1. Pembentukan House of Quality Elemen Desain Kursi Rotan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "7.1. Pembentukan House of Quality Elemen Desain Kursi Rotan"

Transkripsi

1 7 INTEGRASI DESAIN Tahapan integrasi desain merupakan tahap pengintegrasian dari metodemetode yang digunakan sebelumnya. Pada tahapan ini, baik bobot yang diperoleh menggunakan analytical hierarchi process (AHP) dan rules yang diperoleh dari association rules diintegrasikan dalam bentuk house of quality dari quality function deployment (QFD). Beberapa hal yang diasumsikan pada tahap ini antara lain, bahwa Penilaian pakar yang representatif bersifat independen satu sama lain dan terhadap penilaian konsumen Konsumen menilai elemen desain ini secara parsial pada bagian yang diamati Pertimbangan interaksi antar elemen desain dimungkinkan pada level studi lanjut sesuai dengan struktur elemen seperti yang tercantum pada Tabel 6. Faktor-faktor preferensi perancang (desainer) belum dipertimbangkan, terutama proporsi antara elemen desain, bobot, dan arah atau trend desain. Tahap integrasi ini merupakan tahapan yang mengintegrasikan antara hasil association rules untuk pengisian matris house of quality (HOQ). Berdasarkan kebutuhan konsumen (whats) dan analisis kompetitif (mengapa), yang merupakan proses berorientasi konsumen dan berorientasi pasar untuk pengambilan keputusan. Hal ini sangat alami untuk menggunakan QFD di bidang ini untuk tujuan seperti menentukan kebutuhan konsumen dan prioritas pembangunan. Pada dasarnya, QFD telah banyak diterapkan pada aspek utama dari pengambilan keputusan: pengukuran, pemilihan / penentuan, dan evaluasi. Pengisian matriks house of quality menggunakan metode yang diusulkan oleh Qin dan Ye (212) yaitu memasukkan hasil rules yang diperoleh dengan menggunakan association rules. Pada tahap ini QFD diaplikasikan untuk memetakan keinginan konsumen melalui rules-rules yang telah diperoleh.

2 Pembentukan House of Quality Elemen Desain Kursi Rotan Pembentukan sub matriks WHATs Atribut-atribut kebutuhan dan keinginan konsumen yang diperoleh dari pengumpulan kata Kansei dan identifikasi faktor Kansei manusia dijadikan sebagai karakteristik kebutuhan konsumen pada kolom WHATs. Karakteristik kebutuhan konsumen ini diletakkan di kolom paling kiri pada House of Quality (HOQ). Karakteristik tersebut dibagi menjadi layer pertama berupa faktor atribut Kansei, yaitu estetika, fungsi, bahan dan material. Pada layer kedua adalah katakata Kansei cantik, unik, inovatif, sederhana, alami, modern, kokoh dan nyaman Penentuan tingkat kepentingan atribut kebutuhan konsumen Bobot atau tingkat kepentingan atribut kebutuhan konsumen diperoleh dari pengolahan secara AHP. Bobot tingkat kepentingan diperoleh dengan melakukan agregasi dari hasil penilaian yang diperoleh pada tahapan identifikasi faktor desain. Agregasi dari setiap hirarki elemen desain menggunakan metode mean geometri, dan perhitungannya menggunakan bantuan software Expert Choice 11. Hasil agregasi penilaian konsumen disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Hasil agregasi bobot kata Kansei No Atribut konsumen Bobot penilaian 1 Cantik,13 2 Unik,145 3 Inovatif,89 4 Nyaman,149 5 Alami,128 6 Modern,84 7 Kokoh,22 8 Sederhana, Penentuan atribut HOW Karakteristik how berupa elemen desain, yaitu sandaran punggung kursi rotan, dudukan kursi rotan, sandaran tangan kursi rotan, kaki kursi rotan dan anyaman kursi rotan.

3 Relation matriks Whats dan How Pengisian ruang matriks antara what dan how menggunakan algoritma yang diusulkan oleh Qin dan Ye (212), yaitu dengan memetakan rules dari association rules untk dimasukkan kedalam matriks tersebut. 7.2 Pemetaan Rules pada House of Quality House of Quality (HOQ) atau rumah mutu digunakan untuk menterjemahkan persyaratan konsumen (consumer requirement), ke elemen desain. Berdasarkan faktor dan kata Kansei serta elemen desain, disusun rumah mutu yang disajikan pada Tabel 15. Kata Kansei dinotasikan sebagai F, dan elemen desain dinotasikan sebagai V. Pada first layer dimana faktor desain konsumen pada database dinotasikan sebagai yaitu F = {F 1, F 2,, F m }. Pada second layer dimana Fi ( Fi1, Fi2,..., Fini), sehingga nilai pada database menjadi { Fij i 1, 2,..., m; j 1, 2,..., ni} Contoh; untuk konsumen s dinotasikan sebagai s F { Fij i 1, 2,..., m; j (1, 2,... ni)}, sehingga jika konsumen k kebutuhannya adalah F k ={F 13,F 21,,F m2 ), dengan demikian jika terdapat S konsumen pada domain ini, maka data base dinotasikan sebagai F * = {F 1, F 2,,F s }, Berdasarkan aturan F ij V qr dan ide dari QFD, maka input kata Kansei dan output elemen desain dapat diperoleh matriks QFD atau House of quality dimana matriks tesebut merupakan hasil pemetaan dari Fij ke V qr. Didalam matriks, element r ijqr merupakan notasi pemetaan antara F ij danvq qr, r ijqr dapat ditentukan dengan formula berdasarkan F ij V qr : If F ij V qr, memenuhi min_sup dan min_conf, maka r ijqr = 1, lain r ijqr = dimana i = 1,,m; j = 1,, n; q = 1,,o; r = 1, p. min_sup adalah,2 dan min_conf,5. Hasil pemetaan tersebut disajikan pada Tabel 15. Dari Tabel 15 terlihat bahwa kata cantik dapat dipetakan ke elemen desain dudukan kursi rotan yaitu dudukan dengan bentuk setengah lingkaran (V22). Kata cantik juga dapat dipetakan dengan elemen sandaran tangan V31, yaitu berupa bentuk desain sandaran tangan yang melengkung. Kata cantik juga dapat dipetakan terhadap desain kaki rotan yang mempunyai desain kaki yang tertutup

4 82 dengan anyaman (V42). Kata cantik juga dipetakan ke bentuk desain anyaman V52, yaitu anyaman liris. Tabel 15 Matriks pemetaan kata Kansei terhadap elemen desain kursi rotan WHAT HOW Sandaran punggung Dudukan Sandaran Kaki Anyaman tangan V11 V12 V13 V14 V21 V22 V23 V31 V32 V33 V41 V42 V43 V51 V52 V53 V54 V55 V56 Estetika Cantik Unik 1 1 Fungsi Inovatif Nyaman 1 1 Bahan Alami 1 Modern Konstruksi Kokoh 1 1 Sederhana 1 1 Pada Tabel 15 terlihat bahwa kata unik dapat dipetakan terhadap dua elemen desain yaitu elemen desain sandaran tangan dan desain kaki kursi rotan. Pada desain sandaran tangan, elemen yang ditunjukkan dengan kata unik adalah desain V31, yaitu berupa bentuk desain sandaran tangan yang melengkung. Kata unik juga menunjukkan desain kaki rotan yang mempunyai desain kaki yang tertutup dengan anyaman yaitu V42. Kata unik tidak dapat dipetakan untuk bentuk desain sandaran punggung, dudukan, dan anyaman kursi rotan. Kata inovatif yang terdapat pada Tabel 15 dapat dipetakan terhadap tiga elemen desain yaitu elemen desain dudukan, desain sandaran tangan dan desain anyaman kursi rotan. Kata inovatif menunjukkan desain dudukan kursi rotan yang mempunyai desain setengah lingkaran, yaitu desain V22. Pada desain sandaran tangan, elemen yang ditunjukkan dengan kata inovatif adalah desain V31, yaitu berupa bentuk desain sandaran tangan yang melengkung. Kata unik tidak dapat dipetakan untuk bentuk desain sandaran punggung, desain kaki, dan anyaman kursi rotan. Kata sederhana dapat dipetakan terhadap dua elemen desain yaitu elemen desain sandaran tangan dan desain kaki kursi rotan. Pada desain sandaran tangan, elemen yang ditunjukkan dengan kata sederhana adalah desain V31, yaitu berupa bentuk desain sandaran tangan yang melengkung. Kata sederhana juga menunjukkan desain kaki rotan yang mempunyai desain kaki yang tertutup dengan anyaman yaitu V42. Kata sederhana tidak dapat dipetakan untuk bentuk

5 83 desain sandaran punggung, dudukan, dan anyaman kursi rotan. Sedangkan kata alami hanya menunjukkan terhadap satu elemen desain yaitu elemen desain sandaran tangan kursi rotan. Pada desain sandaran tangan, elemen yang ditunjukkan dengan kata alami adalah desain V31, yaitu berupa bentuk desain sandaran tangan yang melengkung. Kata alami tidak dapat dipetakan untuk bentuk desain sandaran punggung, desain dudukan, desain kaki dan anyaman kursi rotan. Pada Tabel 15 juga terlihat bahwa kata modern dapat dipetakan menjadi elemen desain dudukan kursi rotan V22, yaitu berupa dudukan dengan bentuk setengah lingkaran. Kata modern dapat dipetakan dengan desain sandaran tangan V31, yaitu berupa bentuk desain sandaran tangan yang melengkung. Kata modern juga menunjukkan desain kaki rotan yang mempunyai desain kaki yang tertutup dengan anyaman yaitu V42. Kata modern tidak dapat dipetakan untuk desain sandaran punggung dan desain anyaman. Pada Tabel 15 terlihat bahwa kata kokoh hanya menunjukkan terhadap dua elemen desain yaitu elemen desain sandaran tangan dan desain kaki kursi rotan. Pada desain sandaran tangan, elemen yang ditunjukkan dengan kata kokoh adalah desain V31, yaitu berupa bentuk desain sandaran tangan yang melengkung. Kata kokoh juga menunjukkan desain kaki rotan yang mempunyai desain kaki yang tertutup dengan anyaman yaitu V42. Kata kokoh tidak dapat dipetakan untuk bentuk desain sandaran punggung, dudukan, dan anyaman kursi rotan. Kata nyaman hanya menunjukkan terhadap dua elemen desain yaitu elemen desain sandaran tangan dan desain kaki kursi rotan. Pada desain sandaran tangan, elemen yang ditunjukkan dengan kata nyaman adalah desain V31, yaitu berupa bentuk desain sandaran tangan yang melengkung. Kata nyaman juga menunjukkan desain kaki rotan yang mempunyai desain kaki yang tertutup dengan anyaman yaitu V42. Kata nyaman tidak dapat dipetakan untuk bentuk desain sandaran punggung, dudukan, dan anyaman kursi rotan.

6 Sandaran punggung Dudukan Sandaran Kaki Anyaman Bobot tangan V11 V12 V13 V14 V21 V22 V23 V31 V32 V33 V41 V42 V43 V51 V52 V53 V54 V55 V56 Estetika Cantik ,13 Unik 1 1,144 Fungsi Inovatif 1 1 1,89 Nyaman 1 1,148 Bahan Alami 1,128 Modern 1 1 1,83 Konstruksi Kokoh 1 1,22 Sederhana 1 1,81 Bobot Absolut,276 1,,782,193 Bobot Relatif,123,444,347,86 Gambar 23 House of Quality integrasi sistem evaluasi elemen desain kursi rotan Keterangan: (+) menunjukkan ada hubungan positif antar desain 1 = Kata Kansei berhubungan kuat dengan elemen desain = Kata Kansei tidak berhubungan kuat dengan elemen desain

7 Integrasi Evaluasi Elemen Desain Kursi Rotan pada Quality Function Deployment Matriks rumah mutu atau House of Quality (HOQ) adalah bentuk yang paling dikenal dari QFD. House of Quality (HOQ) integrasi desain kursi rotan terdiri atas enam bagian yaitu bagian dinding kiri, dinding atas, ruangan tengah, atap, dasar dan dinding kanan. Bagian dari rumah kualitas yang dapat digunakan untuk memberikan informasi pada upaya pengambilan keputusan adalah bagian dasar dan dinding kanan. Bagian dinding kanan juga sering disebut tabel perencanaan mutu (quality planning table) karena data pada tabel ini menggambarkan kondisi aktual dari penilaian konsumen atas elemen-elemen desain yang diinginkannya. Data-data yang diperoleh tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi produsen dalam merancang produk. Selain itu data tersebut dapat memberikan gambaran kepada produsen mengenai upaya perbaikan desain yang harus dilakukan dengan berdasar pada data yang ada pada bagian dasar dari rumah kualitas. Dinding kanan dari matriks rumah kulitas yang ditampilkan pada Gambar 23 menunjukkan tingkat prioritas dari kata Kansei yang diperoleh dengan AHP. Prioritas utama ditunjukkan dengan nilai bobot yang paling besar, sehingga kata Kansei yang paling penting menurut konsumen adalah kokoh dengan bobot,22. Keinginan konsumen ini kemudian dipetakan kedalam elemen desain pada bagian ruangan dari rumah kualitas dimana nilai-nilai ini diperoleh dari association rules yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Hasil pemetaan menunjukkan cara penerjemahan keinginan konsumen kedalam desain kursi rotan untuk masingmasing elemen dengan berdasar pada bobot yang muncul pada bagian dasar rumah kualitas. Pembobotan ini dilakukan dengan mengalikan nilai matriks setiap kata Kansei dengan bobot prioritas masing-masing kata pada bagian dinding kanan dan menjumlahkan hasil perkalian tersebut pada setiap kolom. Hasilnya menunjukkan bahwa elemen desain yang memiliki bobot paling besar adalah elemen desain V31, yaitu sandaran tangan yang melengkung dengan nilai,44. Kata Kansei dengan bobot terbesar kedua adalah nyaman dengan nilai,149, sedangkan kata Kansei dengan bobot terbesar ketiga adalah unik dengan nilai,145. Hal ini menunjukkan bahwa prioritas keinginan konsumen berupa kata

8 86 Kansei terhadap elemen desain kursi rotan adalah kokoh, nyaman dan unik. Dan sebagai masukan kepada pihak produsen, bahwa untuk memenuhi keinginan konsumen tersebut, maka elemen-elemen desain berupa elemen desain sandaran tangan yang melengkung (V31), kaki yang tertutup anyaman (V42) dan sandaran dudukan yang berbentuk setengah lingkaran (V22) merupakan elemen yang sesuai dengan keinginan konsumen. Bagian atap dari matriks rumah kualitas menunjukkan hubungan trade-off dari masing-masing upaya penerapan elemen desain tersebut pada sebuah kursi rotan. Hubungan yang positif ditunjukkan dengan lambang positif (+), hubungan netral ditunjukkan dengan isi matriks yang kosong dan hubungan negatif ditunjukkan dengan lambang negatif (-). Nilai hubungan ini memberikan informasi apakah peningkatan atau perbaikan suatu elemen desain akan ikut memberikan efek positif pada elemen desain lainnya, memberikan efek negatif atau tidak memberikan pengaruh apa pun. Berdasarkan bagian atap HOQ pada Gambar 23, terlihat bahwa hubungan antara desain sandaran punggung kursi rotan, desain dudukan, desain sandaran tangan dan desain kaki, saling berhubungan positif satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa elemen desain itu saling memberikan penilaian positif terhadap yang lain. Adanya trade off maka perubahan salah satu elemen kearah positif turut meningkatkan penilain terhadap elemen desain yang lain. 7.4 Verifikasi dan Validasi Menurut Bahill dan Henderson (25) verifikasi adalah membangun sistem dengan benar (building the system right); memastikan bahwa sistem memenuhi persyaratan sistem dan sesuai dengan desain. Ditambahkan bahwa yang dimaksud dengan persyaratan verifikasi adalah membuktikan setiap persyaratan telah terpenuhi. Verifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan argumen logis, pemeriksaan, membuat model, simulasi, analisis, penilaian pakar, uji dan demonstrasi. Verifikasi pada tahapan penelitian ini dilakukan mulai dari tahap pemilihan kata Kansei dengan pertimbangan penilaian pakar, hingga tahap integrasi desain dengan QFD. penggunaan metode analisa pada penelitian ini dilakukan verifikasi.

9 87 Pada penrhitungan menggunakan AHP, dilakukan pemeriksaan consistensi ratio (CR). Hasil CR lebih kecil atau sama dengan 1 persen menunjukkan bahwa perhitungan penilaian tersebut telah konsisten. Untuk penggunaan association rules, adanya batasan nilai minimum support dan minimum confidence merupakan bentuk pemeriksaan bahwa hasil yang diperoleh benar. Selanjutnya hasil yang telah benar dipetakan pada matriks QFD akan memeberikan kesimpulan yang benar. Menurut Bahill dan Henderson (25) validasi sebuah sistem yaitu membangun sistem yang benar (building the right system): memastikan bahwa sistem melakukan apa yang seharusnya dilakukan dalam lingkup tujuannya. Validasi menentukan kebenaran dan kelengkapan dari produk akhir, dan memastikan bahwa sistem akan memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan. Persyaratan validasi adalah memastikan bahwa 1) serangkaian persyaratan adalah benar, selesai dan konsisten, 2) sebuah model dapat dibuat yang memenuhi persyaratan, dan 3) penyelesaian dunia nyata dapat dibangun dan diuji untuk memastikan bahwa memenuhi persyaratan. Validasi pada penelitian ini dilakukan dengan face validity, dimana hasil penelitian diperlihatkan kembali kepada perancang produk sebagai pemangku kepentingan dalam pengembangan desain kursi rotan. Hasil face validity menunjukkan bahwa hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan dalam tahap perancangan produk, khususnya kursi rotan. 7.5 Implikasi Sistem Evaluasi Elemen Desain Kursi Rotan Dari hasil kajian yang telah dilakukan dapat diketahui manfaat yang diperoleh dengan mempertimbangkan perasaan atau emosi terhadap pengembangan produk. Tanpa adanya sistem evaluasi ini (atau rule base), maka perancangan dan pengembangan produk seakan-akan hanya dipertimbangkan dari sisi produsen atau perancang produk saja tanpa mempertimbangkan perasaan atau emosi yang diperoleh oleh konsumen dari produk tersebut. Adanya sistem evaluasi tersebut mempermudah desainer untuk memulai aktifitas desain. Proses desain adalah serangkaian kegiatan kreatif dan sering

10 88 menghadapi ketidakpastian (Crilly et al. 24). Dengan adanya sistem tersebut membantu desainer untuk memulai pekerjaan kreatifnya. Hasil evaluasi elemen desain kursi makan rotan yang memberikan usulan untuk mempertimbangkan kata cantik dengan dudukan, sandaran tangan, kaki dan anyaman mempermudah desainer memulai proses desain dengan menyodorkan alternatif desain dimulai dari desain dudukan, sandaran tangan, kaki dan anyaman. Begitu pula jika konsumen mengeluarkan kata unik, maka desainer dapat memulai proses desain dengan sandaran tangan dan kaki. Dari hasil analisa ini sandaran tangan yang menunjukkan desain yang unik adalah sandaran tangan yang melengkung dan desain kaki yang tertutup. Dengan adanya sistem evaluasi terhadap penawaran produk baru berbasis rotan yang dilakukan oleh produsen sebagai pelaku usaha industri berbasis rotan maka akan mempercepat proses pengeluaran desain-desain baru yang berkembang di Indonesia. Desain produk jadi atau furnitur rotan, khususnya kursi rotan akan akan semakin berkembang Dalam hal ini belum dikaji besarnya multiple effect dari adanya sistem evaluasi ini, namun demikian diharapkan dengan adanya sistem evaluasi tersebut akan memudahkan perancang untuk merancang produk. Produk furnitur rotan sebagai produk akhir dari rotan mempunyai nilai tambah yang paling besar dibandingkan bahan bakunya, sehingga dengan perancangan yang sesuai dengan perasaan konsumen diharapkan penjualan akan semakin membaik karena produk mampu menyentuh konsumen lewat perasaan.

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 37 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan produk merupakan hal yang sangat penting bagi setiap perusahaan. Tahapan awal dari pengembangan produk adalah mengidentifikasi keinginan

Lebih terperinci

6 SISTEM EVALUASI 6.1 Data Responden Evaluasi Elemen Desain Kursi Rotan 6.2 Pengembangan Sistem Evaluasi Elemen Desain Kursi Rotan

6 SISTEM EVALUASI 6.1 Data Responden Evaluasi Elemen Desain Kursi Rotan 6.2 Pengembangan Sistem Evaluasi Elemen Desain Kursi Rotan 6 SISTEM EVALUASI Sistem evaluasi bertujuan untuk memperoleh pengetahuan antara kata Kansei dengan elemen desain yang menunjukkan kata tersebut. Pengetahuan tersebut diperoleh dari responden dengan menggunakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan produk furnitur semakin meningkat dengan dikeluarkannya berbagai desain produk baru oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang furnitur. Pangsa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Alat perencanaan yang digunakan untuk mekondisi desain karawo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Alat perencanaan yang digunakan untuk mekondisi desain karawo 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Alat perencanaan yang digunakan untuk mekondisi desain karawo keinginan konsumen adalah Quality Function Deployment (QFD). Penerapan metode QFD diawali dengan pembentukan

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai 45 METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Semakin ketatnya persaingan produk agroindustri pangan merupakan tantangan bagi industri dalam memenuhi harapan konsumen, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perancangan dan Penerapan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perancangan adalah proses, perbuatan merancang. (Pusat Bahasa, 2008). Jika dikaitkan dengan produk maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini setiap perusahaan yang bergerak dibidang minuman dihadapkan pada tingkat persaingan yang semakin ketat dengan perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan adalah tindakan mewujudkan sebuah gagasan atau konsep

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan adalah tindakan mewujudkan sebuah gagasan atau konsep BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan adalah tindakan mewujudkan sebuah gagasan atau konsep menjadi informasi nyata. Persaingan yang ketat di era globalisasi ini menuntut perusahaan untuk melakukan

Lebih terperinci

sedangkan industry, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis

sedangkan industry, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Home industry, home yang memiliki arti rumah atau tempat tinggal, sedangkan industry, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang ataupun perusahaan.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KANSEI UNTUK EVALUASI DESAIN PRODUK KURSI MAKAN ROTAN KANSEI IDENTIFICATION FOR RATTAN DINING CHAIR DESIGN EVALUATION

IDENTIFIKASI KANSEI UNTUK EVALUASI DESAIN PRODUK KURSI MAKAN ROTAN KANSEI IDENTIFICATION FOR RATTAN DINING CHAIR DESIGN EVALUATION IDENTIFIKASI KANSEI UNTUK EVALUASI DESAIN PRODUK KURSI MAKAN ROTAN KANSEI IDENTIFICATION FOR RATTAN DINING CHAIR DESIGN EVALUATION Vonny Setiaries Johan 1, Sapta Rahardja 2, E. Gumbira-Said 2, Taufik Djatna

Lebih terperinci

ANALISIS QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENGETAHUI KEINGINAN DAN HARAPAN KONSUMEN

ANALISIS QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENGETAHUI KEINGINAN DAN HARAPAN KONSUMEN ANALISIS QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENGETAHUI KEINGINAN DAN HARAPAN KONSUMEN KONSUMEN CPO A. Customer Needs and Benefits (Harapan Pelanggan) Survei pendahuluan dilakukan dengan wawancara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Penelitian ini mengambil obyek yaitu produk minuman susu sereal UHT produksi sebuah perusahaan makanan dan minuman yang berada di Cakung. Bahan baku yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENGOPTIMALKAN KEPUASAN KONSUMEN BERDASARKAN METODE QFD-ANP

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENGOPTIMALKAN KEPUASAN KONSUMEN BERDASARKAN METODE QFD-ANP PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENGOPTIMALKAN KEPUASAN KONSUMEN BERDASARKAN METODE QFD-ANP TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Bertolak dari kondisi, potensi, dan prospek usaha mikro dan kecil makanan ringan, maka penelitian ini diarahkan untuk menghasilkan model untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode penelitian menunjukan bagaimana penelitian dilakukan dari identifikasi masalah sampai dengan analisis dan kesimpulan. Tahapan metode dari penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id. BAB I Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian...

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id. BAB I Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian... DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.4 Pembatasan Masalah... 4 1.5 Sistematika Penulisan... 4 BAB II Tinjauan Pustaka... 6 2.1

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA

LAMPIRAN PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA LAMPIRAN LAMPIRAN A KUISIONER PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA Pengembangan Majalaya sebagai salah satu kawasan industri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Tahap-tahap penelitian yang dilakukan penulis dalam rangka penyusunan laporan tugas akhir ini adalah pengumpulan data awal, identifikasi masalah, studi pustaka, proses inovasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Sistem Sistem adalah kumpulan objek seperti orang, sumber daya, konsep dan prosedur yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Product Bundling Product bundling adalah strategi penjualan yang diterapkan di pemasaran. Product bundling mempunyai tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dalam berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini banyak produk minuman kaleng yang beredar di pasaran, oleh karena itu konsumen dapat dengan leluasa memilih produk yang disukainya. Selain dari cita rasa minuman

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 KERANGKA PEMIKIRAN Penelitian yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan konsumen dengan peningkatan pelayanan yang mampu diusahakan oleh PT. Mitra Nasional Kualitas, akan dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 37 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Serpong Kabupaten Tangerang Selatan dan Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sesuai dengan kebutuhan manusia. Perancangan produk baru adalah suatu hal

BAB II LANDASAN TEORI. sesuai dengan kebutuhan manusia. Perancangan produk baru adalah suatu hal BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan dan Pengembangan Produk 2.1.1 Perancangan Menurut Ginting (2010), perancangan adalah menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan kebutuhan manusia. Perancangan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses produksi merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses produksi merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses produksi merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan karena suatu perusahaan sebelumnya pasti membutuhkan suatu sistem proses produksi yang perencanaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 27 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pembangunan peternakan di Indonesia berakar pada paradigma pembangunan dengan orientasi peningkatan produksi hasil peternakan primer yang identik dengan pembangunan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Hasil Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, bahwa kemasan minuman Fanta 250 ml yang sudah beredar di pasaran saat ini masih mempunyai beberapa kekurangan yang dirasakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK KOPI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMASARAN DENGAN BERORIENTASI PADA PELANGGAN

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK KOPI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMASARAN DENGAN BERORIENTASI PADA PELANGGAN PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK KOPI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMASARAN DENGAN BERORIENTASI PADA PELANGGAN Ary Permatadeny. N 1), Johan Andi 2) 1),2) Teknik Industri, Universitas Nusantara PGRI

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi era pasar bebas, setiap perusahaan harus siap untuk bersaing secara global. Persaingan merupakan sebuah tantangan bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi pemecahan masalah adalah serangkaian urutan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai pedoman

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa beberapa materi yang ada di kamus kompetensi saat ini tidak terdapat pada materi yang ada dalam form penilaian saat ini sehingga perlu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN... ii. SURAT KETERANGAN PENELITIAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN... ii. SURAT KETERANGAN PENELITIAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN... ii SURAT KETERANGAN PENELITIAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI....... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN MOTTO...

Lebih terperinci

ANALISA PROSES BISNIS

ANALISA PROSES BISNIS ANALISA PROSES BISNIS Pertemuan 6: Improvement Planning & Improvement Credit to. Mahendrawati ER, Ph.D. Outline Materi 1 1. Quality Function Deployment 2. Improvement Tools 6.1 Quality Function Deployment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dengan berbagai julukan seperti kota kembang, Paris van Java, kota

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dengan berbagai julukan seperti kota kembang, Paris van Java, kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bandung sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat merupakan kota besar di Indonesia. Dengan berbagai julukan seperti kota kembang, Paris van Java, kota belanja,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN. iii HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN. iii HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN INTISARI

Lebih terperinci

Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo Dengan Metode QFD

Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo Dengan Metode QFD Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No. (014) 8-33 ISSN 30 934X Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) Hendang Setyo Rukmi Hari Adianto Dhevi Avianti Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT. Putra Jaya Gemilang.

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DI PT. KARYA TEKNIK PERSADA SURABAYA

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DI PT. KARYA TEKNIK PERSADA SURABAYA STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DI PT. KARYA TEKNIK PERSADA SURABAYA Rony Prabowo, SE. ST. MT Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya, email : rony_prabowomt@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Pada tahap ini akan dijelaskan mengenai penereapan dari hasil analisis yang telah dilakukan. Adapun kebutuhan kebutuhan yang harus dipenuhi. 4.1.1 Kebutuhan

Lebih terperinci

Pertemuan 5. Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).

Pertemuan 5. Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP). Pertemuan 5 Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP). Pengembangan Pendekatan SPK (II) Pengembangan Pendekatan SPK (II) Pengembangan SPK membutuhkan pendekatan

Lebih terperinci

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

SISTEM PENGEMBANGAN PRODUK BAGAIMANA MEMBUAT HOUSE OF QUALLITY

SISTEM PENGEMBANGAN PRODUK BAGAIMANA MEMBUAT HOUSE OF QUALLITY SISTEM PENGEMBANGAN PRODUK BAGAIMANA MEMBUAT HOUSE OF QUALLITY Disusun oleh : Nama : Alfonsa Radite Asthingkara NIM : 122110085 Kelas : B PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis di sektor jasa telah memasuki era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis di sektor jasa telah memasuki era globalisasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis di sektor jasa telah memasuki era globalisasi, sehingga dunia bisnis pada sektor jasa dituntut untuk berkembang semakin pesat. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meja. Masing-masing jenis kursi lipat ini mempunyai manfaat dan. aspek-aspek yang sesuai dengan keinginan konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. meja. Masing-masing jenis kursi lipat ini mempunyai manfaat dan. aspek-aspek yang sesuai dengan keinginan konsumen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kursi mempunyai fungsi sebagai tempat duduk, seharusnya kursi didesain semenarik mungkin sehingga mampu menarik minat konsumen. Seperti kursi santai lipat dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM EVALUASI DESAIN PRODUK BERBASIS ROTAN DENGAN PENDEKATAN REKAYASA KANSEI DAN ASSOCIATION RULES SYSTEM

PENGEMBANGAN SISTEM EVALUASI DESAIN PRODUK BERBASIS ROTAN DENGAN PENDEKATAN REKAYASA KANSEI DAN ASSOCIATION RULES SYSTEM AGROINTEK Volume 6, No.2 Agustus 2012 97 PENGEMBANGAN SISTEM EVALUASI DESAIN PRODUK BERBASIS ROTAN DENGAN PENDEKATAN REKAYASA KANSEI DAN ASSOCIATION RULES SYSTEM Vonny Setiaries Johan 1), Sapta Rahardja

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN MODEL MATEMATIS QFD-KANO DALAM MENENTUKAN TARGET KARAKTERISTIK TEKNIS RAK SEPATU

SKRIPSI PERANCANGAN MODEL MATEMATIS QFD-KANO DALAM MENENTUKAN TARGET KARAKTERISTIK TEKNIS RAK SEPATU SKRIPSI PERANCANGAN MODEL MATEMATIS QFD-KANO DALAM MENENTUKAN TARGET KARAKTERISTIK TEKNIS RAK SEPATU Disusun oleh: JOANA DEBORA 5303013005 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis 5.1.1. Analisis Metode Quality Function Deployment (QFD) A. Analisis Atribut Whats Whats merupakan pendefinisian atribut-atribut kebutuhan dan keinginan konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan dimulai pada akhir tahun 2015. MEA terbentuk dari keinginan negara-negara ASEAN untuk mewujudkan kawasan perekonomian

Lebih terperinci

Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Pelayanan Hotel Lido Graha dengan Metode Quality Functions Deployment (QFD)

Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Pelayanan Hotel Lido Graha dengan Metode Quality Functions Deployment (QFD) Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.2 No.2 (2013) 26-31 ISSN 2302 934X Quality Engineering & Management Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Pelayanan Hotel Lido Graha dengan Metode Quality

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (BAGIAN EVALUASI KINERJA PELAYANAN DENGAN METODE QFD)

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (BAGIAN EVALUASI KINERJA PELAYANAN DENGAN METODE QFD) BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (BAGIAN EVALUASI KINERJA PELAYANAN DENGAN METODE QFD) 6.1 Karakteristik Penumpang Karakteristik penumpang diperlukan dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Sejarah Quality Function Deployment

Sejarah Quality Function Deployment Rahmi Yuniarti Sejarah Quality Function Deployment Diperkenalkan Yoji Akao, profesor Manajement Engineering dari Tamagawa University Dikembangkan 1972 oleh Mitsubishi 1978 diadopsi oleh Toyota WHAT IS

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang baik memerlukan metodologi yang baik pula. Hal tersebut dikarenakan penelitian itu sendiri merupakan suatu proses yang harus dilakukan secara benar dan cermat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan mengenai langkah yang harus diterapkan agar penelitian dan proses perancangan sistem informasi dapat dilakukan secara terarah dan memudahkan dalam analisis

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Flow Chart Metodologi Penelitian Penelitian merupakan kegiatan sistematis dengan serangkaian proses yang dilakukan secara terstruktur. Setiap tahapan proses tersebut akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Operasi merupakan salah satu fungsi dari bisnis disamping financial, marketing,maupun personalia. Operation tidak dapat berdiri sendiri, melaikan harus selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. handling dalam melaksanakan kegiatan peleburan. Di PT. Inalum, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. handling dalam melaksanakan kegiatan peleburan. Di PT. Inalum, kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perusahaan penghasil aluminium menggunakan berbagai alat material handling dalam melaksanakan kegiatan peleburan. Di PT. Inalum, kegiatan penggantian Anoda

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Simplikasi. Asumsi. Validasi model. Verifikasi, pengujian yang diusulkan. Implementasi solusi Gagal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Simplikasi. Asumsi. Validasi model. Verifikasi, pengujian yang diusulkan. Implementasi solusi Gagal 21 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan adalah sebuah proses memilih tindakan (diantara berbagai alternatif) untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan (Turban,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Semakin ketatnya persaingan akan produk pangan agroindustri merupakan tantangan bagi industri dalam memenuhi harapan konsumen. Oleh karena itu, setiap perusahaan melakukan berbagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iii iv vi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 3 1.3 Perumusan Masalah... 7 1.4 Tujuan Penelitian... 7 1.5 Manfaat

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian

III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian Sebuah manajemen rantai pasok yang baik memerlukan berbagai keputusan yang berhubungan dengan aliran informasi, produk dan dana. Rancang bangun rantai pasokan untuk

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran

IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran Manajemen rantai pasokan berkembang menjadi langkah strategis yang menyinergikan pemasaran, pabrikasi, dan pengadaan dalam suatu hubungan yang kompleks dalam rangkaian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian difokuskan pada gula kristal putih untuk jenis SHS (Superieure Hoofd Suiker) yang berbahan baku tanaman tebu dan klasifikasi kualitas mengacu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian atau kerangka pemecah masalah merupakan tahap-tahap penelitian yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian lebih lanjut yang sedang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang baik memerlukan metodologi yang baik pula. Hal tersebut dikarenakan penelitian itu sendiri merupakan suatu proses yang harus dilakukan secara benar dan cermat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Penulisan tugas akhir ini melalui beberapa tahapan yang dilakukan. Tahapantahapan tersebut, antara lain: a. Menentukan Tempat Penelitian Tahap awal

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh LUSI ASTRI TANJUNG

TUGAS SARJANA. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh LUSI ASTRI TANJUNG PERBAIKAN RANCANGAN PRODUK PARABOLA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT, AXIOMATIC DESIGN, DAN DESIGN FOR MANUFACTURE AND ASSEMBLY PADA PT. BINTANG PERSADA SATELIT TUGAS SARJANA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. HALAMAN MOTTO...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. HALAMAN MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) Definisi QFD QFD adalah suatu metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menentapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dari penelitian yang akan dilakukan adalah sistem pelayanan informasi yang dimiliki oleh bus Trans Jogja sebagai elemen pendukung dari moda transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CV. Graha Putra Mandiri adalah perusahaan kontraktor yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. CV. Graha Putra Mandiri adalah perusahaan kontraktor yang bergerak BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan untuk dapat konsisten harus tangguh dan dapat bersaing. Untuk menjaga konsistensi dalam dunia bisnis hal yang paling penting adalah kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Makna penelitian secara sederhana ialah bagaimana mengetahui sesuatu yang dilakukan melalui cara tertentu dengan prosedur yang sistematis. Proses sistematis ini tidak lain adalah

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).

Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP). Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP). Pengembangan Pendekatan SPK Pengembangan SPK membutuhkan pendekatan yg unik. Pengembangan SPK Terdapat 3 (tiga) pendekatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH INTISARI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH INTISARI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KERAMIK DI PT. PLATINUM CERAMICS INDUSTRY

IMPLEMENTASI QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KERAMIK DI PT. PLATINUM CERAMICS INDUSTRY IMPLEMENTASI QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KERAMIK DI PT. PLATINUM CERAMICS INDUSTRY Efi Krunia Sari, Udisubakti Ciptomulyono Manajemen Industri, Magister Manajemen Teknologi

Lebih terperinci

Bab 5 Analisis dan Perancangan Gambar Konsep Produk

Bab 5 Analisis dan Perancangan Gambar Konsep Produk Bab 5 Analisis dan Perancangan Gambar Konsep Produk 5.1. Analisis Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan data dengan cara observasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di Gabungan Kelompok Tani Sugih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen rantai pasok adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaan yang terintegrasi dari rantai pasok (Pujawan, 2005). Rantai Pasok adalah suatu kegiatan menghubungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS 3.1 Penggunaan Konsep Fuzzy Apabila skala penilaian menggunakan variabel linguistik maka harus dilakukan proses pengubahan variabel linguistik ke dalam bilangan fuzzy.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori mengenai Sistem Pendukung Keputusan, penelitan lain yang berhubungan dengan sistem pendukung keputusan, Simple Additve Weighting (SAW), dan Weighted

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN KOMENTAR DATA PENGUJI DATA PENULIS

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN KOMENTAR DATA PENGUJI DATA PENULIS Abstrak Dunia industri yang semakin kompetitif membuat setiap perusahaan berupaya meningkatkan kualitas produknya dengan memperhatikan keinginan dan kebutuhan konsumen. Salah satu langkah yang ditempuh

Lebih terperinci

ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah 3

ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah 3 ABSTRAK Perkembangan hotel dewasa ini dapat kita rasakan semakin bertambah pesat, hal ini dikarenakan adanya perubahan pola dalam kehidupan masyarakat dan adanya peningkatan dalam bidang kepariwisataan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia adalah perkembangan pola

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia adalah perkembangan pola BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu hal yang menarik untuk diamati dari Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia adalah perkembangan pola konsumsi pangan masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1. Skema Metodologi Penelitian 119 Gambar 3.2. Skema Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data 120 Gambar 3.3. Skema Metode Analisa Sistem Informasi (lanjutan 1) 121

Lebih terperinci

SKRIPSI PERMODELAN MATEMATIKA UNTUK PERANCANGAN PRODUK LEMARI KABINET

SKRIPSI PERMODELAN MATEMATIKA UNTUK PERANCANGAN PRODUK LEMARI KABINET SKRIPSI PERMODELAN MATEMATIKA UNTUK PERANCANGAN PRODUK LEMARI KABINET Disusun oleh: RICKY YULIANTONI PRIHANDAJA 5303012002 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 55 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Membangun agroindustri yang tangguh dan berdaya saing tinggi seharusnya dimulai dengan membangun sistem jaringan rantai pasokan yang tangguh dan saling menguntungkan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU BIJI PLASTIK POLYPROPYLENE MENGGUNAKAN METODE AHP DAN QFD PADA PT ARISAMANDIRI PRATAMA Diana Puspita Sari 1 *, Agil Saputro 2, Susatyo Nugroho 3 1,2,3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan baik dibutuhkan suatu metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis yang harus dilakukan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Penilaian Konsumen, Kualitas Produk, Metode QFD (Quality Function Deployment)

Kata Kunci : Penilaian Konsumen, Kualitas Produk, Metode QFD (Quality Function Deployment) PENERAPAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) PADA PRODUK TEMPE (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN SUMBER REJEKI ) Oleh: NANING RETNOWATI *) ABSTRAK Perusahaan tempe Sumber Rejeki sebagai pelaku bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antara perusahaan spring bed memaksa perusahaan harus melakukan inovasi

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antara perusahaan spring bed memaksa perusahaan harus melakukan inovasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk rumah tangga yang semakin meningkat dan tingginya persaingan antara perusahaan spring bed memaksa perusahaan harus melakukan inovasi terhadap produk

Lebih terperinci