BAB V HASIL DAN ANALISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN ANALISIS"

Transkripsi

1 73 BAB V HASIL DAN ANALISIS 1.1. Hasil Konsep LCC Berdasarkan data primer hasil interview bahwa konsep penerapan LCC pada Citilink Garuda Indonesia sebagai berikut: LCC Citilink Garuda Indonesia saat ini sedang berupaya mengarah kepada standar atau kondisi umum yang ditetapkan industri penerbangan menjadi LCC murni. Hal ini disebabkan penerapan konsep LCC murni sesuai standar dunia belum dapat dilaksanakan karena kekurangan sarana dan prasarana di tanah air serta administrasi penerbangan yang sarat dengan prosedur yang tinggi. Biaya tenaga kerja murah, lower labour cost LCC Citilink disesuaikan dengan tingginya produktifitas awak pesawat, yang mana basic salary yang diterapkan jauh di bawah standar basic salary yang digunakan oleh perusahaan penerbangan full service di Asia atau induk perusahaan itu sendiri yaitu Garuda Indonesia. Dengan menerapkan metode progresif pada tarif jam terbang (FATA) dimana semakin tinggi jam terbang maka tarif perkalian semakin tinggi sehingga penghasilan yang diperoleh oleh awak pesawat yang jam terbangnya lebih besar akan menghasilkan upah yang semakin besar. Jam terbang/ kerja yang digunakan

2 74 tetap mengikuti aturan keselamatan penerbangan di bidang kesehatan awak pesawat. Lower ticket distribution cost, dilaksanakan melalui direct selling, yaitu penjualan tiket langsung melalui website citilink.co.id. Penumpang dapat melaukan pembelian dengan membuka website citilink, serta mengklik langsung rute tujuan, jumlah penumpang, serta sistem pembayaran dilakukan melalui ATM. Dalam penerbangan Citilink, penumpang tidak diberikan makanan (No Frills Service), seperti LCC pada umumnya. Namun dalam upaya menjaga safety (keselamatan) penumpang diberikan aqua dan permen pada setiap rute penerbangannya. Citilink juga melaksanakan penjualan souvenir di pesawat (sales on board), yang dilakukan oleh pihak ke 3 sehingga Citilink tidak mengeluarkan biaya sebaliknya mendapatkan komisi dari penjualan SOB tersebut. Di sisi lain, Citilink juga hanya menggunakan satu tipe pesawat common fleet, yaitu pesawat Boeing 737 series, yang mana sebelumnya adalah Fokker 28. Hal ini mengurangi biaya maintenance pesawat dan training awak pesawat karena tidak memerlukan biaya training untuk pemindahan awak pesawat (type rating). Citilink sudah melaksanakan, origin & destination route structure, dengan melaksanakan point-to-point, walaupun belum dapat diterapkan untuk seluruh rute disebabkan masih menggunakan hub karena kondisi bandara masih merupakan bandara utama di Cengkareng dan di Surabaya. Hal ini disebabkan

3 75 kondisi bandara di daerah belum bisa digunakan untuk parkir pesawat (menginap). Namun, yang ditampilkan oleh Citilink adalah harga point-to-point yaitu tidak menjual tiket multi leg. Penerapan secondary airport saat ini belum dapat ditetapkan di Indonesia, sehubungan negeri ini belum mempunyai secondary airport, sehingga Bandara yang digunakan Citilink masih bandara utama yaitu Soekarno Hatta di terminal 1. Sedangkan untuk penerapan harga murah sudah ditentukan sejak awal, salah satunya dengan memberi fasilitas lebih seperti penawaran bagasi yang murah dan penambahan bagasi setiap kg yang sangat bersaing dengan penerbangan sejenis terutama regular. Increased Aircraft Utilization, merupakan perhatian bagi Citilink dengan rata-rata penerbangan yang sekitar 1 jam dan waktu bongkar muat penumpangnya sangat singkat (parking time) menjadikan penggunaan pesawat dapat lebih optimal, namun tidak melebihi aturan keselamatan penerbangan.

4 76 Gambar Analisis SWOT Citilink Dalam analisis SWOT perusahaan penerbangan Citilink masih terdapat banyak kelemahan, antara lain belum mempunyai AOC sendiri, belum mempunyai sistem SAP sendiri, persaingan yang sangat tinggi baik dari model penerbangan sejenis maupun full service. Hal ini dapat mengakibatkan Citilink terkendala dari sisi kebijakan perusahaan, padahal kebijakan yang berdiri sendiri dapat membuat perusahaan lebih leluasa dalam pengambilan keputusan tidak terikat kepada perusahaan induk. Kekuatan Citilink berada pada modalnya, karena masih menggunakan modal perusahaan induk dan target penumpang yang cukup tinggi mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan, hal ini menyimpulkan bahwa ada unsur optimis dalam pembukaan rute yang dapat dilalui oleh Citilink dan pembukaan rute juga menggunakan modal perusahaan induk, Garuda Indonesia.

5 ERP (Enterprise Resource Planning) Penerapan ERP Route Profitability di Citilink dilakukan sebagai salah satu upaya agar dapat menentukan pembukaan dan penutupan rute. Melalui ERP RP perusahaan mampu mengambil keputusan strategis dalam membuka suatu rute atau menutup suatu rute berdasarkan hasil ERP RP. Struktur Pendapatan / Revenue Structure: yang termasuk dalam transaksi pendapatan di ERP RP Garuda terdiri atas 3 kategori (9 kelompok) yaitu: A. Pendapatan Berjadual: Pendapatan Penumpang Kelebihan Bagasi Pendapatan Kargo Pendapatan pos B. Pendapatan Tidak Berjadual: Charter Haji C. Pendapatan Lainnya: Administrasi tiket Sewa gudang Dan lain lain Struktur Biaya, terdiri atas 23 kelompok biaya antara lain: A. Direct Traffic Cost

6 78 Pax dan freight commission Credit card commission Catering On board service Reservation B. Flight Cost Fuel Landing Handling Air Traffic Control Cockpit Crew Travel Cabin Crew Travel Variabel Maintenance C. Indirect Cost Cockpit Crew Person Cabin Crew Person Aircraft Maintenance D. Fleet Cost Depreciation Lease Insurance

7 79 E. Overhead Cost Station Sales Organisation Marketing Flight Interrupted General & Administration Struktur Kuantitatif : A. Operasional Flight Landing Flight Hour Block Hour Flight Kilometre ATK Fuel Burn OTP B. Penumpang Pax Carried (C,Y,X) ASK RPK SLF

8 80 C. Kargo Freight Carried Mail Carried ATK Pax, Freight & Mail RTK Pax, Freight & Mail D. Pax and Cargo (Overall) Overall Load Factor Break Even Load Factor Break Even Seat Load Factor Struktur Finansial Indikator: Average Net Revenue Revenue Per ASK Pax Yield Cargo Yield Cost per ASK Cost per RPK Cost per Block Hour Percentage Indicator Proses input biaya dalam sistem ERP RP Di bawah ini proses input biaya dan revenue ke dalam sistem RP untuk mendapatkan laporan RP secara berkala.

9 81 Biaya yang langsung yaitu direct cost terdiri atas kelompok biaya Fuel, Catering, Landing, Handling, ATC, Flight Interrupted, biaya ini secara otomatis akan dikalkulasi oleh excel, dan akhirnya menghasilkan flight number dan a/c type. Biaya indirect yaitu biaya Reservation, Credit Card Comm., Board Service, Travel Cost Cockpit & Cabin, Variable Cost Cockpit & Cabin, Fix cost Cockpit & Cabin, Training Cost Cockpit & Cabin, Depreciation, Lease, Insurance, Variable Maintenance, A/C Maintenance, Station, Sales Org., Marketing, Administration, biaya ini akan di pisah lagi sesuai tipe pesawat yang kemudikan di alokasikan dan menghasilkan flight number dan a/c type. Gambar Alokasi Biaya Rute Sumber: RP Garuda Indonesia

10 82 Bisnis Proses Sistem ERP RP Citilink Dalam sistem yang digunakan saat ini dari ERP RP Induk perusahaan ERP SAP-RP modul CO-PA (Controlling Profitability Analysis) Garuda Indonesia yang mampu mengakomodir transaksi dalam ERP untuk diintegrasikan menjadi data. Modul CO-PA ini mampu menghasilkan data keuangan dan operasional yang kemudian di olah (run cycle) menjadi indikator yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa operasional penerbangan dari berbagai aspek, misalnya biaya operasional rute per jam termasuk biaya fuel, biaya parkir pesawat, handling, dan lain lain. Data data yang dihasilkan berbentuk laporan yang digunakan untuk mengukur profit per rute, sebagai indikator kinerja rute, penentuan harga serta pengambilan keputusan bagi manajemen. Di bawah ini gambar proses data melalui modul CO- PA sehingga dapat ditampilkan laporan kinerja RP per rute.

11 83 Gambar Modul CO-PA RP Sumber: RP Garuda Indonesia Dasar perhitungan RP yaitu untuk mengalokasikan biaya dan pendapatan berdasarkan rute yang diterbangkan (point-to-point). Data yang dimasukkan ke dalam sistem RP diolah oleh modul COPA sebagai berikut: 1. Pengumpulan data, sehingga menjadi data operasi per tipe pesawat, 2. Validasi data, data yang sudah dientri di validasi kembali ke baru annya seperti apakah ada rute baru, perubahan biaya bahan bakar dan sebagainya. 3. Data data kemudian di upload oleh modul CO-PA dan dialokasikan per biaya seperti biaya crew, maintenance, fleet, dan lain lain, 4. Data di review dan siap di release 5. Pelaporan data melalui setting report atau di download.

12 84 Gambar Bisnis Proses Modul CO-PA Sumber: RP Garuda Indonesia Penerapan SAP RP dalam pelaporannya memang masih bergabung dengan induk perusahaan Garuda Indonesia, sehingga masih belum merupakan investasi Citilink. Hal ini disebabkan sebelumnya Citilink hanya lah merupakan unit subsidiary Garuda Indonesia. Matriks Yield dan Cost/ASK di bawah ini menggambarkan posisi ke 22 rute Citilink berdasarkan standar yang ditetapkan sebagai berikut:

13 85 Gambar Matriks Rute Citilink Berdasarkan periode Jan Des 2011 Berdasarkan matrix di atas hampir seluruh rute Citilink mempunyai standar nilai Cost /ASK minimum dan median, hanya ada 1 rute yang berada pada level maksimum, yaitu rute SUB DPS SUB, hal ini disebabkan harus menggunakan bandara utama yaitu bandara Internasional Ngurah Rai dan Juanda. Bagi maskapai LCC, Cost/ASK yang semakin minimum dapat menekan biaya operasional maskapai tersebut. Yield (pendapatan yang diperoleh setiap km tempuh/rpk), untuk beberapa rute terlihat berada pada posisi Low. Rute ini seperti SUB BTH- SUB, CGK BPN CGK, CGK MES CGK, hal ini tentunya membutuhkan perhatian manajemen untuk menambah promosi dan mengatur strategi dalam menghadapi persaingan dari LCC sejenis juga operator full service.

14 86 Informasi dari sistem ERP RP Garuda Indonesia (induk perusahaan) yang memiliki konsep full service flight dikumpulkan untuk menganalisa rute yang diterbangkan selama periode tahun 2011, sebagaimana dapat digambarkan pada tabel di bawah ini. 1. Rute : Surabaya-Cengkareng-Surabaya Tabel 5.5.Implementasi ERP RP rute SUB-CGK-SUB Sumber: SAP RP Garuda Rute ini merupakan rute utama Citilink, mencapai 5 sampai 7 kali penerbangan perhari. Profit margin yang positif pada beberapa periode meyakinkan untuk menambah frekuensi penerbangan pada bulan Maret dan November. Sama halnya dengan pendapatan dari penumpang yang meningkat pada setiap periode

15 87 2. Rute : Surabaya-Batam-Surabaya Tabel 5.6.Implementasi ERP RP Rute SUB-BTH-SUB Sumber: SAP RP Garuda Rute ini beroperasi 1 kali penerbangan dalam sehari, namun berhenti beroperasi pada bulan April. Rute Batam Surabaya mempunyai profit margin yang tinggi, demikian juga pendapatan penumpang cenderung menurun, hal ini memperlihatkan keputusan yang tepat sehingga perusahaan tidak terus merugi. 3. Rute : Cengkareng-Batam-Cengkareng

16 88 Tabel 5.7. Tabel Implementasi Rute CGK-BTH-CGK Sumber: SAP RP Garuda Rute CGK BTH CGK mulai beroperasi pada bulan Maret yang merupakan pengalihan rute Surabaya Batam. Tabel di atas menunjukkan bahwa rute ini menjanjikan. Sebelumnya rute ini satu kali penerbangan dalam sehari, namun pada bulan Oktober terjadi peningkatan frekuensi penerbangan menjadi dua kali dalam sehari. Meskipun profit margin menunjukan negatif, namun pendapatan penumpang setiap periode terjadi peningkatan secara terus menerus. Hal ini merupakan tantangan pada unit Marketing agar dapat meningkatkan pasar penumpang untuk rute ini. 4. Rute : Surabaya-Banjarmasin-Surabaya

17 89 Tabel 5.8. Tabel Implementasi Rute SUB-BDJ-SUB Sumber: SAP RP Garuda Rute ini menunjukkan frekuensi perhari naik turun dari bulan Januari sampai Desember, namun pada pertengahan tahun hanya 2 kali penerbangan per hari dan mempunyai profit margin yang cukup bagus pada beberapa periode mengikuti musim peningkatan penumpang pada bulan tertentu. 5.Rute : Cengkareng-Balikpapan-Cengkareng

18 90 Tabel Tabel Implementasi Rute CGK-BPN-CGK Sumber: SAP RP Garuda Rute ini melakukan penerbangan satu kali dalam sehari, namun pada bulan Maret, November dan Desember terjadi peningkatan frekuensi menjadi dua kali sehari.route Result pada beberapa periode masih cenderung negatif. Perhitungan yang mendasari dalam data SAP RP adalah: 1. Produksi, merupakan kapasitas yang mampu disediakan operator penerbangan dalam produk yang ditawarkan untuk dijual kepada pelanggan. Metode ini umumnya dikenal dengan istilah ASK, ATK, Seat Available, Serta data produksi lainnya(afl): ASK, yaitu jumlah kursi yang tersedia pada setiap segmen penerbangan (sector: flight stage; leg) dikalikan denga panjang segmen, kilometer yang

19 91 diterbangi. Pada nomor penerbangan yang memiliki lebih dari satu segmen penerbangan, hasil hasil perkalian kursi dan jarak pada tiap tiap segmen dijumlahkan. Jarak diantara dua Bandar udara suatu segmen penerbangan adalah great circle distance, jarak terdekat teoritis diantara dua titik di muka bumi. Contoh perhitungan, jika diketahui jarak tempuh suatu rute penerbangan dari poin ke poin; pay load / kemampuan daya angkut yang ditentukan manufaktur (seat configurasi) setiap pesawat, untuk setiap penumpang/berat rata2 manusia ditambah bagasi (70 kg pax & 30 kg) maka perhitungannya sebagai berikut: ASK = payload x km tempuh = 110 kg x 148 x km tempuh = 110 x 148 (jumlah seat citilink) x 3000 (km tempuh) = atau sama dengan 48,880 ton/km ATK, yaitu kapasitas berat dari pesawat untuk mengangkut muatan yang member pendapatan penumpang, bagasi, kargo, dan barang pos dikalikan dengan panjang kilometer yang diterbangi. Hasil perkalian antara jumlah tonase dari kapasitas yang disediakan untuk membawa penumpang serta barang dan jarak tempuh penerbangan.

20 92 Contoh perhitungan, payload yang ditentukan A/C ton, jarak yang ditempuh setiap rute yang diterbangkan adalah ATK = payload x km tempuh = ton x km = ton per km. Seat Available, merupakan data kursi yang ditawarkan (Ref konfigurasi kursi) pada setiap rute penerbangan point-to-point, seperti pada pesawat B737 dibuat sebanyak 148 kursi. 2. Trafik, merupakan hasil yang dinyatakan dari produksi yang dijalankan sebagai alat ukur yang digunakan untuk menentukan kinerja setiap periode pelaporan dan umumnya dikenal dengan RPK, RTK, Pax Carried, Kg muatan yang diangkut, serta data trafik lainnya. RPK, jumlah penumpang yang membayar (revenue passanger) pada setiap segmen penerbangan (sector: flight stage) dikalikan dengan panjang segmen kilometer yang diterbangi dan hasilnya dijumlahkan pada nomor penerbangan yang mempunyai lebih dari satu segmen penerbangan. Volume penjualan layanan penumpang. Contoh perhitungan, jumlah penumpang yang diangkut (100 pax x110kg) pada setiap rute penerbangan, disetiap rute jarak yang telah ditempuh oleh setiap penumpangnya,

21 93 RPK = 110 kg x 100 x 3000 = Kg/Km atau Ton/Km RTK, yaitu keseluruhan tonase yang menyumbang pendapatan (revenue loads) termasuk Cargo yang diangkut pada setiap segmen penerbangan dikalikan dengan jarak tempuh segmen tersebut. Ukuran keluaran (volume) yang terjual. Contoh perhitungan, jika berat yang diangkut (pax & muatan) diluar berat kosong dan bahan bakar, dengan jarak tempuh (3.000Km). RTK = (110x )x 3.000km = x km = Kg/Km atau Ton/Km Passanger Carried, merupakan jumlah penumpang bayar menggunakan kupon tiket yang diangkut pada setiap operasi penerbangan. 3. Indikator, yaitu perpaduan antara kapasitas produksi dengan trafik yang dioperasikan menjadi indikator (performance) bagi manajemen untuk melihat rute sesuai periode yang diinginkan. Biasanya digunakan sebagai dashboard untuk monitor informasi kinerja operasional dari RP ini seperti: tingkat isian penumpang/ Seat Load Factor (SLF), Ontime Performance(OTP), yield/rata rata uang yang dihasilkan setiap jarak tempuh yang dioperasikan. SLF, merupakan kinerja tingkat isian yang dilaporkan dari rute yang telah dijadwalkan, contoh perhitungan adalah perbandingan antara jumlah kapasitas

22 94 produksi/ask( ton/km) dengan trafik/rpk (50.000Ton/Km), hasilnya sbb: SLF = (RPK) / (ASK) = 0.5 atau 50% OTP, merupakan jadwal penerbangan yang diberangkatkan dari jadwal yang telah di tawarkan kepada pelanggan selama periode bulanan secara rata-rata, seperti perhitungan jam terbang penerbangan yang telah diterbangkan (850Jam) terhadap jam terbang yang telah dijadwalkan (1000Jam)setiap bulannya. OTP Periode = 850Jam / 1000Jam = 85% Yield Pax, merupakan jumlah pendapatan bersih dari penumpang dibagi dengan RPK. Harga jual rata rata tiket penumpang per kilometer yang diterbangi dengan mengabaikan kursi yang tidak terjual. Pendapatan bersih penumpang terdiri atas pendapatan dari penjualan tiket penumpang dan tiket bagasi lebih yang telah diterbangkan dikurangi potongan harga (discount). Yield = (revenue/rpk)*0,9 = dalam US cent Dollar

23 Analisis Penerapan Konsep LCC di Citilink Berdasarkan hasil di atas peneliti menganalisa konsep LCC Citilink belum sepenuhnya mengarah kepada standar LCC dunia. Melalui standard 7 karakter LCC yang disampaikan oleh Doring, 2009, lower labour cost, lower ticket distribution cost, no frills service, common fleet, origin & destination route structure dan increased aircraft utilization sudah dapat dilaksanakan oleh LCC Citilink, namun penerapan secondary airport, masih belum dapat ditetapkan karena infrastruktur di negara Indonesia pada setiap propinsinya belum mempunyai airport kedua untuk kegunaan komersil. Dari sisi SWOT analisis, Weakness, dapat dilihat bahwa Citilink masih mempunyai kelemahan yaitu masih bergantung secara kebijakan kepada induk perusahaan yaitu Garuda Indonesia. Hal ini menyebabkan CItilink juga belum memiliki AOC (ijin operasi) sendiri. Dilihat dari sisi Opportunity, Citilink sebenarnya mempunyai kesempatan besar dalam perluasan pasar, karena Indonesia merupakan negara kepulauan dan mempunyai kekuatan (Strength) modal karena dibantu oleh perusahaan induk. Sekalipun banyak ancaman (Threats) dari maskapai sejenis bahkan maskapai full service lain.

24 Implementasi sistem ERP RP Berdasarkan hasil nilai tertimbang minimax dan maximax di atas, peneliti mengambil rute SUB CGK SUB, karena berdasarkan implementasi ERP RP di atas rute ini mempunyai profit margin yang mampu bersaing. Cost / ASK yang berada pada indikator 6 mendekati Low karena masih menggunakan Airport Utama. Pembangunan infrastruktur yang mendukung dapat membantu pengurangan cost ini dikemudian hari. Selama periode 2011, Citilink juga melakukan keputusan tambah atau kurang sehingga dapat terlihat keputusan tambah atau kurang tersebut sudah tepat atau belum. Seperti, rute CGK BTH CGK, ditutup pada bulan April 2011, rute SUB DPS SUB baru dibuka pada bulan November 2011, dan rute CGK BDJ CGK dibuka bulan Maret Sekalipun, sistem ERP RP perusahaan induk ini mampu membantu manajemen dalam pengambilan keputusan dalam membuka dan menutup rute adalah lebih baik, apabila sistem ERP RP ini diimplementasikan oleh perusahaan itu sendiri agar mendapatkan nilai yang lebih objektif.

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Low Cost Carrier Citilink Garuda Indonesia periode Bulan Januari sampai dengan

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Low Cost Carrier Citilink Garuda Indonesia periode Bulan Januari sampai dengan 61 BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Riset 4.1.1. Objek Riset Objek riset yang akan dievaluasi pada karya akhir ini adalah analisis implementasi Enterprise Resources Planning Route Profitability

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan salah satu yang unik yang disebut Airline Low Cost Carrier (LCC)

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan salah satu yang unik yang disebut Airline Low Cost Carrier (LCC) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia usaha penerbangan saat ini telah berkembang pesat dengan berbagai perubahan strategi bagi operator dalam menggunakan berbagai model penerbangan salah satu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 LANGKAH PENYUSUNAN TUGAS AKHIR 3.2 PENGUMPULAN DATA

BAB 3 METODOLOGI 3.1 LANGKAH PENYUSUNAN TUGAS AKHIR 3.2 PENGUMPULAN DATA BAB 3 METODOLOGI 3.1 LANGKAH PENYUSUNAN TUGAS AKHIR Analisis yang dilakukan dalam studi ini merupakan gabungan antara studi kelayakan dengan simulasi operasi atau analisis komputasi menggunakan perangkat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. sejarah PT Garuda Indonesia sebagai induk dari SBU Citilink. Sebagai national

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. sejarah PT Garuda Indonesia sebagai induk dari SBU Citilink. Sebagai national 8 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Sebelum masuk ke SBU Citilink yang merupakan unit usaha mandiri yang berada didalam lingkup perusahaan PT Garuda Indonesia maka perlu melihat sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat luas. Hal itu dapat dilhat dari ketatnya persaingan

Lebih terperinci

PENENTUAN SUBCLASSES BERDASARKAN TIPE PESAWAT

PENENTUAN SUBCLASSES BERDASARKAN TIPE PESAWAT PENENTUAN SUBCLASSES BERDASARKAN TIPE PESAWAT Charles, AN STMT Trisakti stmt@indosat.net.id Nadya Sartika nadya.sartika@gmail.com ABSTRACT Based on Break Event Point (BEP) in this article, the most effective

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. dari Calcutta menuju Rangoon untuk melaksanakan misi niaganya yang pertama kali.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. dari Calcutta menuju Rangoon untuk melaksanakan misi niaganya yang pertama kali. BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Pada tanggal 26 Januari 1949 pesawat Dakota RI-001 Seulawah diterbangkan dari Calcutta menuju Rangoon untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik,

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik, BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Mandala Airlines didirikan pada tanggal 17 April 1969 saat negara kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG KURIKULUM PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMBENTUKAN DI BIDANG MANAJEMEN PENERBANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya bidang teknologi dan perubahan pola kehidupan manusia yang semakin cepat membuat begitu banyak aktivitas yang harus dilakukan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

Oleh : BAGUS DWIPURWANTO

Oleh : BAGUS DWIPURWANTO EVALUASI LOAD FACTOR PADA BANDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA TUJUAN SURABAYA JAKARTA DAN SURABAYA DENPASAR Oleh : BAGUS DWIPURWANTO 3106 100 016 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan penerbangan semakin ketat. Penumpang transportasi udara terus

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan penerbangan semakin ketat. Penumpang transportasi udara terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin pesat perkembangan industri penerbangan membuat kompetisi antar perusahaan penerbangan semakin ketat. Penumpang transportasi udara terus meningkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENETAPAN TARIF ANGKUTAN PENUMPANG. Adapun dasar hukum penetapan tarif angkutan penumpang yaitu:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENETAPAN TARIF ANGKUTAN PENUMPANG. Adapun dasar hukum penetapan tarif angkutan penumpang yaitu: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENETAPAN TARIF ANGKUTAN PENUMPANG A. Dasar Hukum Penetapan Tarif Angkutan Penumpang Undang-undang pengangkutan Indonesia menggunakan istilah orang untuk pengangkutan penumpang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada 2012,seperti yang tercantum pada theglobal-review.com menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi sangat diperlukan bagi kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhannya, transportasi juga merupakan sarana yang sangat penting dalam memperlancar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... i DAFTAR LAMPIRAN... iv Sistematika Pembahasan BAB III... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... i DAFTAR LAMPIRAN... iv Sistematika Pembahasan BAB III... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... i DAFTAR LAMPIRAN... iv 1.1 Rumusan Masalah... 5 1.2 Tujuan Penelitian... 5 1.3 Manfaat penelitian... 5 1.2. Sistematika Pembahasan... 6 BAB II... Error!

Lebih terperinci

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.89, 2015 KEMENHUB. Alokasi. Ketersediaan Waktu Terbang. Bandar Udara. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN

Lebih terperinci

Nilai Transaksi* Jml. Transaksi** Harga Terakhir Kapitalisasi Pasar***

Nilai Transaksi* Jml. Transaksi** Harga Terakhir Kapitalisasi Pasar*** Nilai Transaksi* 14.78 3.36 4.97 Jml. Transaksi** 32.85 9.59 13.43 Harga Terakhir 423 342 348 Kapitalisasi Pasar*** 8.74 8.85 9.01 Catatan: * Rata-rata Nilai Transaksi dalam Miliar Rupiah ** Rata-rata

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 39 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA DAN FORMULASI PERHITUNGAN BIAYA OPERASI PENERBANGAN ANGKUTAN UDARA PERINTIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri jasa penerbangan di Indonesia, khususnya untuk penerbangan komersial berjadwal semakin marak sejak dikeluarkannya deregulasi yang mengatur transportasi

Lebih terperinci

Perhitungan Break Event Point untuk Jalur Penerbangan Domestik Rute Semarang-Jakarta dengan Pesawat Boeing CFM56-3C

Perhitungan Break Event Point untuk Jalur Penerbangan Domestik Rute Semarang-Jakarta dengan Pesawat Boeing CFM56-3C Perhitungan Break Event Point untuk Jalur Penerbangan Domestik Rute Semarang-Jakarta dengan Pesawat Boeing 737-400 CFM56-3C Diajukan untuk melengkapi dan memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bisnis penerbangan khususnya untuk penerbangan berbiaya murah atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan. Untuk di Indonesia

Lebih terperinci

III ASPEK ORGANISASI, ISSUE-ISSUE DAN PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI PENERBANGAN

III ASPEK ORGANISASI, ISSUE-ISSUE DAN PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI PENERBANGAN ASPEK ORGANISASI, ISSUE-ISSUE DAN PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI PENERBANGAN ASPEK ORGANISASI DALAM INDUSTRI PENERBANGAN 1. Organisasi Menurut Stoner Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2, Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi perpindahan barang dan orang terbesar di

Lebih terperinci

PEMILIHAN TIPE PESAWAT TERBANG UNTUK RUTE YOGYAKARTA JAKARTA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA OPERASIONAL

PEMILIHAN TIPE PESAWAT TERBANG UNTUK RUTE YOGYAKARTA JAKARTA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA OPERASIONAL PEMILIHAN TIPE PESAWAT TERBANG UNTUK RUTE YOGYAKARTA JAKARTA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA OPERASIONAL Didik Prihananto Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto, Yogyakarta

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Gate Assignment pada Terminal 1 Keberangkatan Domestik Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

Evaluasi Kinerja Gate Assignment pada Terminal 1 Keberangkatan Domestik Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya E4 Evaluasi Kinerja Gate Assignment pada Terminal 1 Keberangkatan Domestik Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya Hersanti Rahayu, Ervina Ahyudanari Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia Bisnis penerbangan di Indonesia semakin terlihat menjanjikan. Pengguna jasa penerbangan di negara kita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri penerbangan sudah banyak menjamur di Indonesia yang disebabkan adanya deregulasi pemerintah dalam bidang penerbangan. Deregulasi penerbangan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan pemakaian bahan bakar (Fuel Burn off) pesawat Untuk mencari jumlah pemakaian bahan bakar pada pesawat diperoleh dengan perhitungan Fuel Burn Off: Burn

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. maskapai dengan sistem penerbangan full service carrier. kenyamanan dan pelayanan diberikan secara maksimal..

BAB III LANDASAN TEORI. maskapai dengan sistem penerbangan full service carrier. kenyamanan dan pelayanan diberikan secara maksimal.. BAB III LANDASAN TEORI Kebutuhan masyarakat akan transportasi udara yang semakin meningkat mengakibatkan bukan hanya masyarakat kelas atas saja yang membutuhkan transportasi jenis ini. Pasca penerapan

Lebih terperinci

Bab 2. Regulasi Aircrew. 2.1 Peraturan Terbang Homebase Lisensi Pilot

Bab 2. Regulasi Aircrew. 2.1 Peraturan Terbang Homebase Lisensi Pilot Bab 2 Regulasi Aircrew PT. Garuda Indonesia (Persero) mempunyai peraturan - peraturan kerja untuk setiap crew yang harus dipenuhi sebelum membuat jadwal kerja crew. Peraturan- peraturan kerja ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang kurang lebih dari 240 juta jiwa dan termasuk negara yang memiliki banyak pulau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di industri penerbangan Indonesia semakin meningkat, ditunjukkan dengan semakin banyak pemain maskapai penerbangan yang masuk ke pasar Indonesia,

Lebih terperinci

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi Perekonomian Jambi yang mampu tumbuh sebesar 5,89% pada tahun 2006 merupakan prestasi tersendiri. Pada awal tahun bekerjanya mesin ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat luas. Hal itu dapat dilhat dari ketatnya persaingan

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA Low Cost Carrier (LCC) dan ERP Route Profitability

BAB III KAJIAN PUSTAKA Low Cost Carrier (LCC) dan ERP Route Profitability 22 BAB III KAJIAN PUSTAKA 3.1. Low Cost Carrier (LCC) dan ERP Route Profitability 3.1.1. Sejarah dan Pengertian LCC 3.1.1.1. Sejarah LCC Herb Keller penemu Low Cost Carrier (LCC) pada tahun 1967 bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia.pelayanan adalah

Lebih terperinci

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA. Tabel 5.1.

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA. Tabel 5.1. ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA Bandara Juanda terletak di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, 20 km sebelah selatan kota Surabaya. Bandara Internasional Juanda, adalah bandar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota organisasi. Dalam mengimplementasikan rencana-rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. anggota organisasi. Dalam mengimplementasikan rencana-rencana strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernyataan visi dan misi suatu organisasi menurut Imelda (2004) merupakan gambaran ideal organisasi atas apa yang dicapai dimasa yang akan datang melalui kegiatan operasionalnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesawat udara 1 merupakan sarana perhubungan yang cepat dan efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi. Pesawat udara memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai BAB I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai maskapai Low Cost Carrier (LCC) dapat dilihat dari keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta merupakan bandar udara terbesar yang ada di Indonesia saat ini. Bandara Internasional Soekarno-Hatta tercatat dalam daftar

Lebih terperinci

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3)

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3) TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENUMPANG MASKAPAI GARUDA INDONESIA YANG MENGALAMI KETERLAMBATAN PENERBANGAN DI BANDARA UDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO SOLO Sri Sutarwati 1), Hardiyana

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut:

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut: BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut: 1. Dapat diketahui faktor eksternal dan faktor internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sumba Barat dengan ibu kotanya bernama Waikabubak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sumba Barat dengan ibu kotanya bernama Waikabubak 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kabupaten Sumba Barat dengan ibu kotanya bernama Waikabubak merupakan salah satu kabupaten yang ada di Pulau sumba dan Propinsi Nusa Tenggara Timur ( Lihat Gambar

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Profil Perusahaan PT. Kalstar Aviation PT. Kalstar Aviation sudah cukup terkenal dengan strategi pemasaran yang cepat dan inovatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi pada industri penerbangan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi pada industri penerbangan di Indonesia berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi pada industri penerbangan di Indonesia berkaitan dengan tingkat persaingan pada tahun 2015 antar maskapai penerbangan yang begitu tinggi

Lebih terperinci

PELAYANAN DAN PENANGANAN PENUMPANG KHUSUS DI RUANG TUNGGU (BOARDING GATE) PT. GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA CENGKARENG

PELAYANAN DAN PENANGANAN PENUMPANG KHUSUS DI RUANG TUNGGU (BOARDING GATE) PT. GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA CENGKARENG PELAYANAN DAN PENANGANAN PENUMPANG KHUSUS DI RUANG TUNGGU (BOARDING GATE) PT. GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA CENGKARENG Yuniar Istiyani STTKD Yogyakarta ABSTRAK Perusahaan Ground

Lebih terperinci

RESERVASI PENERBANGAN PENGERTIAN DAN PENGETAHUAN DASAR. Products of Airlines A. Main Product:

RESERVASI PENERBANGAN PENGERTIAN DAN PENGETAHUAN DASAR. Products of Airlines A. Main Product: RESERVASI PENERBANGAN PENGERTIAN DAN PENGETAHUAN DASAR Products of Airlines A. Main Product: Aircraft Destination Scheduling Ground Handling, yaitu penanganan passenger needs yang dapat merupakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut dengan istilah Official schedule adalah schedule. penerbangan yang dihasilkan oleh operations center system dan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut dengan istilah Official schedule adalah schedule. penerbangan yang dihasilkan oleh operations center system dan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perusahaan yang bergerak di industri airlines, produk utama yang dijual kepada konsumen adalah: tempat, waktu dan tujuan perjalanan yang disebut dengan istilah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv INTISARI... v ABSTRACT

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv INTISARI... v ABSTRACT DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv INTISARI... v ABSTRACT... vi MOTTO... vii HALAMAN PERSEMBAHAN... viii KATA PENGANTAR... xi DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mobilitas masyarakat dewasa ini meningkat pesat. Hal ini dapat dilihat dari berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara global akan meningkatkan perjalanan udara sebesar 1 2.5%

BAB I PENDAHULUAN. secara global akan meningkatkan perjalanan udara sebesar 1 2.5% 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi udara merupakan industri yang memiliki kaitan erat dengan ekonomi global. Peningkatan 1% Pendapatan Domestik Bruto (PDB) secara global akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Garuda Indonesia didirikan pada tanggal 26 Januari 1949 dengan nama

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Garuda Indonesia didirikan pada tanggal 26 Januari 1949 dengan nama BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III. 1 Objek Penelitian III. 1. 1. Sejarah Singkat Garuda Indonesia didirikan pada tanggal 26 Januari 1949 dengan nama Indonesian Airways. Pesawat pertama yang dimiliki

Lebih terperinci

FRACTIONAL AIRCRAFT OWNERSHIP

FRACTIONAL AIRCRAFT OWNERSHIP BAB 2 FRACTIONAL AIRCRAFT OWNERSHIP Fractional Aircraft Ownership (FAO) adalah konsep kepemilikan pesawat di mana pengguna hanya perlu membeli sebagian kecil saham dari pesawat dibanding membeli keseluruhan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.716, 2015 KEMENHUB. Angkutan Udara Niaga. Keterlambatan Penerbangan. Penanganan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PARKING STAND DI TERMINAL 2F BANDARA SOEKARNO-HATTA TAHUN 2015

OPTIMALISASI PARKING STAND DI TERMINAL 2F BANDARA SOEKARNO-HATTA TAHUN 2015 OPTIMALISASI PARKING STAND DI TERMINAL 2F BANDARA SOEKARNO-HATTA TAHUN 2015 Mustika Sari STMT Trisakti stmt@indosat.net.id ABSTRACT One of the airport which is handled by PT Angkasa Pura II and the biggest

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 009 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UDARA HAJI TAHUN 1438

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya tuntutan manusia terhadap sarana transportasi. Untuk menunjang kelancaran pergerakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 697, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bandar Udara. Ketersediaan Waktu Terbang. Alokasi. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 57 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri jasa transportasi udara sejak awal berkembang dalam menanggapi peningkatan potensi pergerakan manusia yang tersebar dalam berbagai segmentasi masyarakat, baik

Lebih terperinci

Paul Rose Revenue Management Ltd. Santi Purwantini

Paul Rose Revenue Management Ltd. Santi Purwantini Paul Rose Revenue Management Ltd Santi Purwantini 2508 100 006 Revenue Management Memaksimalkan pendapatan dengan mengelola permintaan (Philips, 2005) melalui strategi penetapan harga dan pengalokasian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan semakin besar, banyak perusahaan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas pelayanannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri penerbangan di Indonesia berkembang dengan cepat setelah adanya deregulasi mengenai pasar domestik melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Citilink

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Citilink BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Jenis Usaha, Nama Perusahaan, dan Lokasi Perusahaan PT Citilink Indonesia (Citilink) adalah sebuah maskapai penerbangan anak perusahaan dari PT

Lebih terperinci

Wawan Riyanta 1) 1) Dosen Program Studi D4 Manajemen Transportasi Udara Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan Yogyakarta

Wawan Riyanta 1) 1) Dosen Program Studi D4 Manajemen Transportasi Udara Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan Yogyakarta PERBANDINGAN PENEMPATAN PARKING STAND PESAWAT ANTARA AVIOBRIDGE DAN REMOTE AREA TERHADAP ON TIME PERFORMANCE MASKAPAI GARUDA INDONESIA TYPE B737-800NG DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA CENGKARENG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan pariwisata khususnya di Indonesia semakin meningkat pesat. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari sarana infrastruktur yang semakin tertata rapi sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi menyangkut pergerakan orang dan barang pada hakekatnya telah dikenal

I. PENDAHULUAN. Transportasi menyangkut pergerakan orang dan barang pada hakekatnya telah dikenal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi menyangkut pergerakan orang dan barang pada hakekatnya telah dikenal secara alamiah semenjak manusia ada di bumi, meskipun pergerakan atau perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Citilink Indonesia Profil Perusahaan Gambar 1.1 Logo Citilink

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Citilink Indonesia Profil Perusahaan Gambar 1.1 Logo Citilink BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Citilink Indonesia 1.1.1 Profil Perusahaan Citilink adalah Unit Strategi Bisnis (USB) yang mandiri dari PT. Garuda Indonesia Airlines. Citilink lebih ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan lapangan terbang yang dipergunakan untuk. tidak dapat di jangkau oleh transportasi darat dan laut.

BAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan lapangan terbang yang dipergunakan untuk. tidak dapat di jangkau oleh transportasi darat dan laut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandar udara merupakan lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan bongkar muat kargo atau pos, serta

Lebih terperinci

KEBUTUHAN FREKUENSI PENERBANGAN RUTE JAKARTA JOGYAKARTA JAKARTA PT INDONESIA AIR ASIA

KEBUTUHAN FREKUENSI PENERBANGAN RUTE JAKARTA JOGYAKARTA JAKARTA PT INDONESIA AIR ASIA KEBUTUHAN FREKUENSI PENERBANGAN RUTE JAKARTA JOGYAKARTA JAKARTA PT INDONESIA AIR ASIA MB Tampubolon Eddy Suhaedi Robby Ariyanto STMT Trisakti STMT Trisakti STMT Trisakti stmt@indosat.net stmt@indosat.net

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Sebagai negara kepulauan yang memiliki kurang lebih dari 17.000 pulau yang meliputi seluas kurang lebih 2.000.000

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI DALAM MENINGKATKAN LOAD FACTOR PENERBANGAN CGK-SOLO

FORMULASI STRATEGI DALAM MENINGKATKAN LOAD FACTOR PENERBANGAN CGK-SOLO FORMULASI STRATEGI DALAM MENINGKATKAN LOAD FACTOR PENERBANGAN CGK-SOLO Basri Fahriza Badzlina Anindya Peppy Fachrial STMT Trisakti STMT Trisakti STMT Trisakti basrifahriza@gmail.com stmt@indosat.net.id

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan Citilink adalah Strategic Business Unit (SBU) dari PT. Garuda Indonesia yang melayani penerbangan point-to-point dengan konsep Low Cost Carrier. Citilink

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2017 PROVINSI LAMPUNG

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2017 PROVINSI LAMPUNG BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS PROVINSI LAMPUNG Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada sebanyak 54.637

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 112 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 112 TAHUN 2017 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 112 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. telah menyebar luas di berbagai aspek kehidupan manusia. akurat, sehingga membuat organisasi memiliki keunggulan kompetitif.

BAB 1 PENDAHULUAN. telah menyebar luas di berbagai aspek kehidupan manusia. akurat, sehingga membuat organisasi memiliki keunggulan kompetitif. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia teknologi informasi yang terus berubah secara signifikan dan kemampuan organisasi untuk merespon tantangan-tantangan dan peluangpeluang seiring dengan perubahan

Lebih terperinci

HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY

HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY www.m.tempo.com Maskapai penerbangan Lion Air kembali dilanda masalah keterlambatan alias delay. Setelah mengalami keterlambatan hingga 25 jam di Bandara Soekarno-Hatta,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 8 TAHUN 2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 8 TAHUN 2002 TENTANG MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 8 TAHUN 2002 TENTANG MEKANISME PENETAPAN DAN FORMULASI PERHITUNGAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN UDARA NIAGA BERJADWAL DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN Pengertian Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Yang Berhubungan Dengan Pajak Penghasilan

BAB III PEMBAHASAN Pengertian Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Yang Berhubungan Dengan Pajak Penghasilan BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Pengertian Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Yang Berhubungan Dengan Pajak Penghasilan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 6 tahun

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI FRACTIONAL AIRCRAFT OWNERSHIP Fractional Aircraft Ownership (FAO), yang dikenal pula dengan sebutan Fractional Jets, merupakan suatu konsep kemilikan pesawat secara bersama

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1. Komponen Berat Pesawat Udara Berat pesawat udara, pada umumnya, terbagi menjadi 3 (tiga) bagian besar, yaitu APS (Aircraft Prepared for Service) weight, payload, dan berat bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat dengan banyaknya permintaan penumpang untuk melakukan. suatu perjalanan dengan tujuan bisnis maupun berlibur.

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat dengan banyaknya permintaan penumpang untuk melakukan. suatu perjalanan dengan tujuan bisnis maupun berlibur. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Industri penerbangan saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan banyaknya permintaan penumpang untuk melakukan suatu perjalanan dengan tujuan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, Indonesia membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi masyarakatnya. Di Indonesia

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA Perkiraan Kebutuhan Energi PT. Garuda Indonesia sampai dengan Tahun 2015 Energy Consumption Estmation In PT. Garuda Indonesia Until Year 2015 MindaMora

Lebih terperinci

Matriks Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun

Matriks Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun a. Menurunnya angka kecelakaan 1) Jumlah pedoman standar keselamatan Dokumen 13 11 11 12 13 Tiap Tahun Capaian di tahun 2014 (baseline) adalah 2. Sehingga selama periode 5 tahun perencanaan dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi yang berguna untuk meningkatkan penjualan dan mencapai

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi yang berguna untuk meningkatkan penjualan dan mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan zaman telah mendorong manusia untuk terus berkembang, tidak terkecuali dengan dunia penerbangan. Pertumbuhan penduduk yang tergolong cepat dan diringi dengan

Lebih terperinci

TINGKAT PEMAHAMAN PENUMPANG LCC (LOW COST CARRIER) TERHADAP PENGEMBALIAN UANG (REFUND) DI BANDARA INTERNASIONAL ADI SOETJIPTO YOGYAKARTA

TINGKAT PEMAHAMAN PENUMPANG LCC (LOW COST CARRIER) TERHADAP PENGEMBALIAN UANG (REFUND) DI BANDARA INTERNASIONAL ADI SOETJIPTO YOGYAKARTA TINGKAT PEMAHAMAN PENUMPANG LCC (LOW COST CARRIER) TERHADAP PENGEMBALIAN UANG (REFUND) DI BANDARA INTERNASIONAL ADI SOETJIPTO YOGYAKARTA Meartisari STTKD Yogyakarta ABSTRAK Refund merupakan bagian pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pasar penerbangan di Indonesia adalah pasar yang potensial, hal ini didasarkan pada karakteristik demografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1999, banyak berdiri maskapai penerbangan baru di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1999, banyak berdiri maskapai penerbangan baru di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak Indonesia membuka perizinan pengoperasian penerbangan komersial pada tahun 1999, banyak berdiri maskapai penerbangan baru di Indonesia. Deregulasi peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta merupakan bandar udara pengumpul atau hub di satu dari 12 bandar udara yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura II. Pertumbuhan

Lebih terperinci

PREDIKSI TINGKAT PERTUMBUHAN PENUMPANG DAN EVALUASI PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI INDONESIA

PREDIKSI TINGKAT PERTUMBUHAN PENUMPANG DAN EVALUASI PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI INDONESIA PREDIKSI TINGKAT PERTUMBUHAN PENUMPANG DAN EVALUASI PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI INDONESIA Hodi 1), Sudirman Hi. Umar 2), Arif Fakhrudin 3) 1),2),3) Program Studi D3 Manajemen Transportasi Udara

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa perhitungan dan evaluasi pada Tugas Akhir ini, dapat disimpulkan beberapa hal berikut : 1. Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi check

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi pada masa sekarang sangat cepat. Teknologi Informasi adalah salah satu alat yang digunakan para manajer untuk mengatasi perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA 3.1 Diagram Air Metode penelitian merupakan suatu langkah-langkah sistematis yang akan manjadi acuan dalam penyelesaian (Sugiyono, 2004:28). Secara umum metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Nasution,2004:47) Parasuraman, et al . (dalam Purnama,2006: 19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Nasution,2004:47) Parasuraman, et al . (dalam Purnama,2006: 19) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini industri jasa di Indonesia menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industry jasa, di sisi lain meningkatnya keperluan masyarakat

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA TERMINAL PENUMPANG 1A BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA

EVALUASI KINERJA TERMINAL PENUMPANG 1A BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA EVALUASI KINERJA TERMINAL PENUMPANG 1A BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA PROGRAM SARJANA LINTAS ( S-1 ) LINTAS JALUR JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PAPARAN PUBLIK & ANALYST MEETING PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk. Kinerja Kuartal I, 2015 Jakarta, 15 Mei 2015

PAPARAN PUBLIK & ANALYST MEETING PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk. Kinerja Kuartal I, 2015 Jakarta, 15 Mei 2015 PAPARAN PUBLIK & ANALYST MEETING PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk. Kinerja Kuartal I, 2015 Jakarta, 15 Mei 2015 1 Agenda Hal 1. Profil Perusahaan 3 8 2. Kinerja Operasional 9 13 3. Kinerja Keuangan 14

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Sejarah perusahaan dimulai pada saat Presiden Soekarno mendesak pengusaha dan para warga Aceh mengumpulkan dana untuk

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS. Sebuah korporat dalam perjalanan usahanya tentunya terkait atau didukung oleh

BAB II PROSES BISNIS. Sebuah korporat dalam perjalanan usahanya tentunya terkait atau didukung oleh BAB II PROSES BISNIS 2.1 Proses bisnis utama Sebuah korporat dalam perjalanan usahanya tentunya terkait atau didukung oleh stakeholdernya, begitu juga dengan PT AP II. Dalam menjalankan proses bisnis,

Lebih terperinci