BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN"

Transkripsi

1 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan Sejarah perusahaan dimulai pada saat Presiden Soekarno mendesak pengusaha dan para warga Aceh mengumpulkan dana untuk membeli pesawat terbang, demi mendukung mobilitas Presiden sebagai kepala pemerintahan. Dana yang telah berhasil terkumpul membuahkan satu pesawat Douglas DC-3 Dakota yang kemudian didaftarkan sebagai RI-001 dengan nama Seulawah yang berarti Gunung Emas pada jaman penjajahan dahulu. Karena ketatnya jadwal penerbangan, pesawat RI-001 harus menjalani proses pemeliharaan di luar Indonesia, dan pada tanggal 7 Desember 1948, pesawat RI-001 mendarat di Kalkuta untuk proses pemeliharaan. Namun, pada saat pesawat tersebut sedang mengalami proses pemeliharaan, pada tanggal 19 Desember 1948, pasukan militer Belanda meluncurkan agresi militer II.Bahkan ketika pesawat RI-001 telah selesai melewati proses pemeliharaan, pesawat tersebut tidak dapat kembali ke Indonesia. Di saat yang bersamaan, Pemerintahan Burma memerlukan pesawat terbang. Dalam rangka mengumpulkan dana untuk ketersediaan pramugari, akhirnya pemerintah memutuskan untuk menyewakan pesawat RI-001 pada pemerintah Burma. Pada tanggal 26 Januari 1949, pesawat RI-001 terbang dari Kalkuta ke Rangoon dengan nama Maskapai Indonesia. 47

2 48 Kemudian, pesawat tersebut diberi nama Garuda oleh Presiden Soekarno di mana nama tersebut diambil dari sajak Belanda yang ditulis oleh penyair terkenal pada masa itu, Noto Soeroto; "Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen", yang artinya, Saya Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan Anda. Pada tanggal 28 Desember 1949, pesawat Douglas DC-3 Dakota PK- DPD, yang telah diberi logo Garuda Indonesian Airways terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Itulah saat pertama pesawat tersebut terbang dengan nama "Garuda Indonesian Airways". Sepanjang tahun 80-an, armada Garuda Indonesia dan kegiatan operasionalnya mengalami restrukturisasi besar-besaran, yang menuntun perusahaan merancang pelatihan secara menyeluruh bagi karyawannya, dan mendorong perusahaan mendirikan Pusat Pelatihan Karyawan, Garuda Training Center yang terletak di Jakarta Barat. Selain Pusat Pelatihan, Garuda Indonesia juga membangun Pusat Perawatan Pesawat, Garuda Maintenance Facility (GMF) di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada masa itu. Di masa awal 90-an, strategi jangka panjang Garuda Indoensia disusun hingga melampaui tahun Armada juga terus ditingkatkan sehingga di masa itu, Garuda Indonesia termasuk dalam 30 besar di dunia. Sejak awal tahun 2005, tim manajemen yang baru mulai membuat perencanaan bagi masa depan Garuda Indonesia. Di bawah kendali manajemen baru, Garuda Indonesia melaksanakan evaluasi ulang dan restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan

3 49 operasional, membangun kembali kekuatan keuangan, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam memahami pelanggan, dan yang terpenting adalah memperbaharui dan membangkitkan semangat Garuda Indonesia. Bagi perusahaan, pelayanan dalam kegiatan operasional merupakan kunci indikator kinerja. Pengukuran strategi yang melibatkan restrukturisasi pada seluruh rantai pelayanan (service chain), menegaskan komitmen perusahaan untuk menjadi perusahaan yang berorienstasi pada pelanggan. Restrukturisasi perusahaan yang di dalamnya juga mencakup restrukturisasi hutang, mencatat sukses sebagaimana tercermin dalam laba yang diraih perusahaan di tahun 2009 yang melebihi Rp 1 triliun. Dalam kerangka restrukturisasi hutang, perusahaan memiliki pemegang saham yang baru per akhir Desember 2009, yaitu Bank Mandiri yang memiliki 10,6% saham di perusahaam melalui penyelesaian hutang Obligasi Konversi senilai Rp 1,02 triliun, sehingga per akhir Desember 2009 struktur kepemilikan saham perusahaan adalah Pemerintah Republik Indonesia (85,8%), PT Bank Mandiri (10,6%), PT Angkasa Pura I (1,4%), dan PT Angkasa Pura II (2,2%). Memiliki gedung manajemen baru di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Garuda Indonesia saat ini didukung oleh orang karyawan yang tersebar di kantor pusat dan 43 kantor cabang. Pada akhir Desember 2009, Garuda Indonesia mengoperasikan 70 pesawat yang terdiri dari 3 pesawat jenis Boeing , 6 pesawat jenis Airbus , 4 pesawat jenis Airbus dan 57 pesawat jenis B-737 (seri 300, 400, 500, & 800), serta baru-baru ini Garuda Indonesia telah memesan 18 pesawat Bombardier CRJ NextGen yang akan

4 50 diterbangkan pada akhir tahun Kini Garuda Indonesia melayani lebih dari 50 rute tujuan domestik dan internasional, serta lebih dari 80 juta penumpang. Untuk mendukung kegiatan operasionalnya, Garuda Indonesia memiliki 4 anak perusahaan yang fokus pada produk / jasa pendukung bisnis perusahaan induk, yaitu PT Abacus Distribution Systems Indonesia, PT Aerowisata, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia, dan PT Aero Systems Indonesia. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama adalah sebagai berikut: 1. Angkutan udara niaga berjadwal untuk penumpang, kargo dan pos dalam negeri dan luar negeri. 2. Angkutan udara niaga tidak berjadwal untuk penumpang, kargo dan pos dalam negeri dan luar negeri. 3. Pemeliharaan dan perbaikan pesawat, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga. 4. Jasa pelayanan penunjang operasional angkutan udara. 5. Jasa pelayanan sistem informasi yang berkaitan dengan pengangkutan udara. 6. Jasa konsultasi, pendidikan dan latihan yang berkaitan dengan pengangkutan udara. 7. Jasa pelayanan kesehatan bagi karyawan Perusahaan maupun untuk pihak ketiga.

5 Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Perusahaan Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahtamahan Indonesia. Misi perusahaan adalah sebagai perusahaan penerbangan pembawa bendera bangsa (flag carrier) Indonesia yang mempromosikan Indonesia kepada dunia guna menunjang pembangunan ekonomi nasional dengan memberikan pelayanan yang profesional. Lalu, adapun nilai-nilai perusahaan yang dikenal dengan istilah FLY HIGH, yaitu merupakan singkatan dari: 1. Efficient & effective Insan Garuda Indonesia senantiasa melakukan tugas yang diembannya secara teliti, tepat dan akurat dalam waktu sesingkat mungkin dan tenaga serta biaya seefisien mungkin tanpa mengorbankan kualitas. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menjamin pelanggan memperoleh layanan yang berkualitas. 2. Loyalty Insan Garuda Indonesia dapat melaksanakan setiap tugas yang didelegasikan kepadanya dengan penuh dedikasi, tanggung jawab dan disiplin. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menjamin konsistensi kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan.

6 52 3. Customer Centricity Insan Garuda Indonesia senantiasa penuh perhatian, siap membantu dan melayani. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menempatkan pelanggan sebagai pusat perhatian. 4. Honesty & Openness Insan Garuda Indonesia harus selalu jujur, tulus dan ikhlas dalam menjalankan seluruh aktivitasnya dan melakukan komunikasi dua arah yang jelas dan transparan dengan memperhatikan prinsip kehatihatian, serta tetap Kegiatan Bisnis Garuda Indonesia merupakan salah satu perusahaan milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa penerbangan yang berfokus pada tingkatan pasar menengah ke atas, karena produk yang ditawarkan merupakan jenis premium services, baik untuk jasa pengangkutan penumpang (pax) dalam one-way atau return flight ataupun barang (cargo). Garuda Indonesia juga melayani setiap kegiatan kenegaraan yang dilakukan oleh instansi pemerintahan Republik Indonesia terkait dengan berbagai wilayah kunjungan. Pasar yang dijangkau oleh Garuda Indonesia meliputi service area IBB (Indonesia Bagian Barat), IBT (Indonesia Bagian Tengah), ASA (Asia), JKC (Japan Korea China), SWP (South West Pacific), EUR (Eropa), dan MEA (Middle East) dimana perusahaan telah memiliki lebih dari 50 rute penerbangan

7 53 baik domestik ataupun internasional dan rata-rata berhasil melakukan lebih dari penerbangan dalam kurun waktu satu tahun Struktur Organisasi Di dalam perusahaan, struktur organisasi yang berlaku per 31 Januari 2011 terdapat beberapa direksi-direksi yang dibawahi oleh para vice president dan president serta CEO, dimana masing-masing tugas dan wewenang dijelaskan di bawah ini:

8 54 Gambar 3.1. Struktur organisasi Garuda Indonesia (per 31 Januari 2011) Sumber: PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

9 55 Pembagian Tugas, Tanggungjawab dan Wewenang Unsur Unsur Organisasi Induk 1. Unsur Pelaksana Yaitu yang menjalankan kebijakan; dipimpin oleh Direktur dengan dibantu oleh Vice President (disingkat VP) dan/atau Senior General Manager (disingkat Senior GM). 2. Unsur Pendukung Yaitu fungsi yang mempunyai peran mendukung Direktur Utama dan/atau direksi; dipimpin oleh VP. 3. Strategic Business Unit (SBU) Yaitu suatu unit usaha mandiri dalam Perusahaan yang berorientasi pada optimasi sumber daya yang bertujuan memaksimalkan nilai Perusahaan dengan memberikan hasil produksi dan layanan jasa kepada pelanggan, baik di dalam maupun di luar korporasi; dipimpin oleh VP. 4. Anak perusahaan (subsidiaries) Yaitu suatu badan hokum tersendiri yang dibentuk Perusahaan untuk mendukung kegiatan perusahaan Induk dan dikelola secara mandiri, namun masih dalam kontrol Perusahaan Induk.

10 56 Unsur Pelaksana Unsur Pelaksana dalam Organisasi Induk terdiri dari: 1. Commersial Services Bertanggung jawab terhadap pencapaian Sales & Revenue dan Service pre-in-post flight, melalui pengelolaan network, marketing, revenue, service, service delivery dan cabin crew secara terintegrasi; dipimpin oleh Direktur Niaga. 2. Operation Services Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan operasi penerbangan, melalui pengelolaan cockpit, ground operations, flight dispatch, operation control dan dukungan operasional lainnya; dipimpin oleh Direktur Operasi. 3. Engineering & Maintenance Services Bertanggung jawab terhadap penjaminan keterdesiaan pesawat yang airworthy melalui pengendalian dan pengelolaan kualitas perawatan pesawat; dipimpin oleh Direktur Teknik. 4. Corporate Strategy & Information Technology Services Bertanggung jawab terhadap perumusan strategi dan perencanaan jangka panjang melalui pembentukan Strategy Management Office serta dukungan teknologi informasi yang handal; dipimpin oleh Direktur Strategi & Teknologi Informasi. 5. Financial Services & Group CFO Bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan Perusahaan melalui pengelolaan treasury, financial analysis, coimptroller dan pengelolaan aset; dipimpin oleh Direktur Keuangan.

11 57 6. Human Capital Management & Corporate Support Services Bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sumber Daya Manusia, Pendidikan & Pelatihan serta Pengadaan; dipimpin oleh Direktur SDM dan Umum. 7. Area Management Merupakan pengelola pelaksanaan seluruh kebijakan dan bisnis Perusahaan di Branch Offices tempat dimana Perusahaan melakukan bisnis, yang terdiri dari: Area Western Indonesia (WEI); Area Eastern Indonesia (EAI); Area Asia (ASA) & Middle East (MEA); Area Japan, Korea, China (JKC); Area South West Pacific (SWP). Area Mangement dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Board of Director (BoD), namun secara operasional dikelola oleh Direktur Niaga. Unsur Pendukung Unsur Pendukung dalam Organisasi Induk terdiri dari: 1. Unit Corporate Quality, Safety & Aviation Security Berfungsi untuk mengelola Safety management system; bertanggung jawab kepada Direktur Utama, namun secara operasional dikelola oleh Direktur Operasi. 2. Unit Internal Audit Berfungsi untuk memastikan efektivitas sistem audit internal Perusahaan; bertanggung jawab kepada Direktur Utama, namun secara secara operasional dikelola oleh Direktur Keuangan.

12 58 3. Unit Corporate Secretary Berfungsi untuk melindungi Perusahaan dari aspek hukum melalui pemberian pendapat hukum, Penyelesaian Permasalahan Hukum, Legalisasi Perjanjian; memastikan struktur dan mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terimplementasi & selaras; memastikan penyelenggaraan administrasi Perusahaan sesuai hukum dan perundangan yang berlaku dan prinsip GCG, serta mendukung layanan umum; bertanggung jawab kepada Direksi namun secara operasional dikelola oleh Direktur SDM & Umum. 4. Unit Hajj Berfungsi untuk mengelola penerbangan haji; bertanggung jawab kepada Direksi, namun secara opersaional dikelola oleh Direktur Operasi. 5. Corporate Safety Committee Merupakan suatu forum rapat resmi perusahaan yang melakukan pertemuan secara berkala untuk membahas isu-isu yang terkait dengan flight safety/keselamatan penerbangan, aviation security/keamanan penerbangan, health/keselamatan, dan environment/lingkungan. Forum ini dipimpin oleh Predisent & CEO. Corporate Safety Committee bukan merupakan organisasi struktural. 6. Unit CEO Office Bertindak sebagai fasilitator kegiatan Direksi melalui pengelolaan agenda dan jadwal rapat Direksi serta memonitor tindak lanjutnya

13 59 dan usulan-usulan strategis GA Group; bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Utama. 7. Unit Enterprise Risk Management Bertindak sebagai pengelola Risiko Perusahaan melalui System Early Warning kepada unit44 unit; bertanggung jawab secara secara langsung kepada Direktur Utama, namun secara operasional dikelola oleh Direktur Teknik. 8. Unit Corporate Communication Bertindak secara pengelola komunikasi & informasi Perusahaan (eksternal & internal) secara efektif, secara mengelola Corporate Social Responsibility (CSR) & Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Utama, namun secara operasional dikelola oleh Direktur SDM & Umum. Strategic Business Unit SBU Garuda Indonesia terdiri dari: 1. SBU Garuda Cargo; mengelola bisnis cargo, yang secara operasional dikelola oleh Direktur Niaga. 2. SBU Garuda Sentra Medika (GSM); mengelola bisnis kesehatan, yang secara operasional dikelola oleh Direktur Teknik.

14 60 Anak Perusahaan Anak Perusahaan Garuda Indonesia terdiri dari: 1. PT Aerowisata Bergerak di bidang jasa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat di bidang Usaha Pariwisata dan Jasa Pendukung Angkutan Udara. 2. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF Aero Asia, disingkat menjadi GMFAA) Bergerak di bidang usaha perawatan pesawat terbang (Maintenance & Repair Organization/MRO). 3. PT Abacus Distribution System Indonesia Bergerak di bidang usaha utama Global Distribuition System (GDS). 4. PT Aero Systems Indonesia Bergerak di bidang penyediaan sistem teknologi informasi untuk airline.

15 Sistem yang Berjalan. Gambar 3.2. : Rich Picture Keseluruhan Proses Pembuatan Laporan Route Profitability (Current System)

16 62 Untuk menghasilkan sebuah laporan Route Profitability, pengguna (user) harus melalui enam proses secara keseluruhan seperti yang digambarkan pada rich picture di atas. Secara lebih detil akan dijelaskan tahapan per tahapan di bawah ini: 1. Mengumpulkan data utama operasional dan revenue dari unit feeder data yang bersangkutan (data collection). Nama Data AFL (Aircraft Flight Log) dan fuel burnt OTP (On Time Performance) RAPID GA CRAS (Cargo Revenue Accounting System) Penyedia Data JKTOSGA (Operation Support) dan JKTCTGA (Fleet Management) JKTOGGA (Ground Support) JKTWPGA (Revenue Management) JKTGFGA (Unit Cargo) Tabel 3.1. Nama data dan penyedia data untuk pemrosesan laporan

17 63 JKTOSGA (Operation Support) 1.a. Data Operasional (AFL dan Fuel Burn) JKTCTGA (Fleet Management) JKTOGGA (Ground Operation) JKTWPGA (Revenue Management) JKTGFGA (Unit Cargo) Data Operasional AFL (Aircraft Flight Log) (34 kolom) Data Operasional Fuel Burn (10 kolom) 1.b. Data Operasional (OTP) 1.c. Data Revenue (RAPID Pax) 1.d. Data Revenue (Cargo CRAS) Data Operasional Gabungan (22 kolom) Data Operasional OTP (On Time Performance) Data Revenue RAPID (Pax Revenue) Data Revenue CRAS (Cargo Revenue Accounting System) Server Gambar 3.3. : Rich picture proses pertama yaitu pengumpulan data dari berbagai sumber.

18 64 Berikut penjelasan mengenai rich picture proses pertama : 1.a. Semua data yang diperlukan oleh user (pengguna) yang dikumpulkan dari berbagai bagian penyedia data akan disimpan di dalam sebuah alamat server: Pertama kali, user akan memroses data asli operasional AFL (Aircraft Flight Log) yang telah diterima dari bagian operation support (JKTOSGA) berformat Excel yang terdiri dari 34 kolom field, beserta data asli fuel burn dari bagian fleet management (JKTCTGA) yang juga masih berformat Excel dengan 10 kolom field. Kemudian, kedua data asli tersebut dibentuk menjadi data gabungan yang terdiri dari 22 kolom field, 1.b. Kedua, mengumpulkan data asli operasional On Time Performance (OTP) yang didapatkan dari bagian ground operation (JKTOGGA). 1.c. Ketiga, menerima data asli revenue RAPID (pax revenue) dalam dua format yaitu.txt (incomplete) dan Excel (complete) yang didapatkan dari bagian revenue management (JKTWPGA), dimana user akan menggunakan data yang telah lengkap yaitu format Excel, dan 1.d. Terakhir, menerima data asli revenue CRAS (Cargo Revenue Accounting System) dalam dua format yaitu.txt (incomplete) dan Excel (complete) yang diterima dari unit cargo (JKTGFGA), dimana user akan menggunakan data yang telah lengkap yaitu format Excel,

19 65 2. Mengubah format data asli menjadi format data Route Profitability. Data Asli Operasional (AFL dan Fuel Burn) User Data Operasional Terformat (AFL dan Fuel Burn) 2.a. Mengubah format data operasional AFL dan Fuel Burn ke dalam format RP Data Asli Operasional (OTP) User Data Operasional Terformat (OTP) 2.b. Mengubah format data operasional OTP ke dalam format RP Server Server Data Asli Revenue (RAPID Pax) User 2.c. Mengubah format data revenue RAPID Pax ke dalam format RP Data Revenue Terformat (RAPIX Pax) Data Asli Revenue (Cargo CRAS) User Data Revenue Terformat (Cargo CRAS) 2.d. Mengubah format data revenue Cargo CRAS ke dalam format RP Gambar 3.4. : Rich picture proses kedua yaitu mengubah format data asli menjadi format data RP.

20 66 Berikut penjelasan mengenai rich picture proses kedua : 2.a. User mengganti format data operasional asli AFL dan fuel burn berupa field: aircraft type, branch office, pax on board, flight number, dan departure/arrival date yang telah dikumpulkan sebelumnya, lalu disimpan dengan format baru.txt (contoh PAX txt). Contoh perubahan format sebagai berikut: Aircraft type AFL RP C C 7NG 738 Tabel 3.2. Perubahan format aircraft type pada data asli Branch office AFL SEL NRT PEK OSA RP ICN TYO BJS KIX AFL PVG SPL RP SHA AMS Tabel 3.3. Perubahan format branch office pada data asli

21 67 Flight number AFL RP Tabel 3.4. Perubahan format flight number pada data asli Date (GMT menjadi Local Time) 2.b. User mengganti format data operasional asli OTP berupa field: aircraft type, departure/arrival city, serta date yang telah dikumpulkan sebelumnya, lalu disimpan dengan format baru.txt (contoh OTP_ txt). 2.c. User mengganti format data asli revenue RAPID berupa field: flight number dan departure/arrival city yang telah dikumpulkan sebelumnya, lalu disimpan dengan format baru.txt (contoh ZRP_ txt). 2.d. User mengganti format data asli revenue CRAS berupa field: flight number dan departure/arrival city yang telah dikumpulkan sebelumnya, lalu disimpan dengan format baru.txt (contoh CGO txt).

22 68 3. Melakukan data maintenance. Gambar 3.5. : Rich picture proses ketiga yaitu melakukan data maintenance.

23 69 Berikut penjelasan mengenai rich picture proses ketiga: 3.a. Untuk memasukkan value dari data operasional dan revenue yang telah ada ke dalam karakteristik precopa berupa aircraft type, departure/arrival city, citypair, flight number, flight route, roundtrip route, roundtrip flight number, service area, dan service type, maka pertama menggunakan transaction code "KES1" untuk membuat derivasi yang berasal dari data AFL dan fuel burn, OTP, RAPID, dan CRAS. Value-value utama melalui KES1 yang terdiri dari: 1. Aircraft type (733, 73C, 74C, dan sebagainya) 2. Bandara keberangkatan dan kedatangan (CGK, dan sebagainya) 3. Flight number (010, 011, 011E, dan sebagainya). Flight number harus bersifat unik dari tiap rute penerbangan yang ada. 4. City pair/leg (CGKDXB, DXBAMS, CGKAMS, dan sebagainya) City pair menjelaskan penerbangan tunggal dari take off menuju landing dari keberangkatan tunggal dan kota ketibaan pada sudut pandang penumpang. 5. Flight route (088: CGK-DXB-AMS; 089: AMS-DXB-CGK, dan sebagainya). Flight route mendeskripsikan sebuah cycle pernerbangan dari kota keberangkatan menuju kota kedatangan (termasuk kota transit). Flight route adalah parent dari city pair. 6. Roundtrip flight Menjelaskan flight number dari keberangkatan sampai dengan flight number saat kedatangan.

24 70 7. Service area Terdiri atas ASA (Asia), EUR (Eropa), MEA (Middle East), JKC (Japan, Korea, China), SWP (South West Pacific), IBB (Indonesia Bagian Barat), dan IBT (Indonesia Bagian Timur) 8. Service type Terdiri atas DOM (domestik) meliputi IBT dan IBB dan INT (internasional) meliputi ASA, EUR, MEA, JKC, dan SWP. 3.b. Kedua, untuk membentuk rute yang saling berkaitan antara flight number, flight route, service area, dan roundtrip flight number, maka menggunakan derivation rule 11 dengan transaction code "KEDE". Selanjutnya, menggunakan derivation rule 12 untuk memasangkan flight route dengan roundtrip route. Dan terakhir, menggunakan derivation rule 13 untuk memasangkan service area dengan service type. 3.c. Ketiga, melakukan perhitungan yang berkaitan dengan jarak dan seat configuration, seperti ASK (Available Seat per Kilometer), RPK (Revenue Pax Kilometer), ATK pax (Available Tone Kilometer), ATK cargo (Available Tone Kilometer), Freight Mail, dan lain sebagainya dengan menggunakan transaction code "ZRPMM".

25 71 4. Mengunggah data operasional dan data revenue ke dalam pre-copa. Gambar 3.6. : Rich picture proses keempat yaitu mengunggah data ke dalam pre-copa

26 72 Pre-COPA Merupakan proses awal yang ditambahkan karena perusahaan memerlukan laporan-laporan RP lainnya yang lebih komprehensif, oleh karena itu ditambahkan sebuah proses pre-co-pa (dibuat di dalam SAP ECC 6.0 melalui pemograman ABAP) yang bertujuan untuk menyaring, memetakan, dan mempersiapkan data awal, sehingga hal ini dapat memastikan bahwa data yang akan masuk ke dalam CO-PA nantinya merupakan data yang sudah valid. Berikut penjelasan mengenai rich picture proses keempat: 4.a. Melakukan upload data operasional dan revenue sesuai dengan template yang telah ditentukan yaitu dengan format.txt. Untuk data operasional melalui path sistem SAP - ZRPMM - Regular Processing - Data Upload - Operational, sedangkan untuk data revenue melalui path sistem SAP - ZRPMM - Regular Processing - Data Upload - Revenue. 4.b. Memroses data harian (daily) yang telah diunggah ke pre-co-pa dengan membuat summary bulanan (monthly) dengan path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Processing Summarize

27 73 5. Mengecek validitas data di dalam pre-copa Gambar 3.7. : Rich picture proses kelima yaitu mengecek validitas data bulanan.

28 74 Berikut penjelasan mengenai rich picture proses kelima: 5.a. Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan ulang di dalam pre-co-pa mengenai data operasional apakah semuanya telah sesuai dengan format bulanan (monthly) atau belum. Serta memastikan bahwa tidak ada data operasional yang masih dalam bentuk harian (daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload. 5.b. Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan ulang di dalam pre-co-pa mengenai data pax revenue apakah semuanya telah sesuai dengan format bulanan (monthly) atau belum. Serta memastikan bahwa tidak ada data pax revenue yang masih dalam bentuk harian (daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload. 5.c. Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan ulang di dalam pre-co-pa mengenai data freight revenue apakah semuanya telah sesuai dengan format bulanan (monthly) atau belum. Serta memastikan bahwa tidak ada data freight revenue yang masih dalam bentuk harian (daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload.

29 75 6. Melakukan upload data ke dalam CO-PA Pre-COPA Data Operasional Bulanan Pax Revenue Bulanan Cargo Revenue Bulanan 6.a. Mengunggah seluruh data bulanan ke dalam COPA. JKTWPGA (Revenue Management) Fuel Surcharge KEFC 6.b. Melakukan input manual untuk fuel surcharge ke dalam COPA CO-PA Route Profitability 6.c. Melakukan evaluasi laporan mengenai SLF, OTP, dan Flight Interrupted. Gambar 3.8. : Rich picture proses terakhir yaitu melakukan upload data ke dalam CO-PA.

30 76 CO-PA Perusahaan menggunakan CO-PA (Controlling Profitability Analysis) untuk melakukan analisis profitabilitas dari dua segmentasi bisnis yang terbagi atas jasa pengangkutan penumpang (pax carried service) dan jasa pengangkutan barang (air cargo service) serta untuk memberikan informasi berdasarkan pasar yang dijangkau oleh Garuda Indonesia yang meliputi service area IBB (Indonesia Bagian Barat), IBT (Indonesia Bagian Tengah), ASA (Asia), JKC (Japan Korea China), SWP (South West Pacific), EUR (Eropa), dan MEA (Middle East) guna keperluan pengambilan keputusan bagi bagian penjualan, pemasaran, dan manajemen eksekutif. Laporan yang dihasilkan dikenal dengan sebutan Route Profitability yang diproses oleh CO-PA, namun hanya berupa dua tipe, yaitu RP Regular dan RP Actual Charter. Terdapat banyak pemrosesan yang masih dilakukan secara manual dengan menggunakan Microsoft Excel untuk menghasilkan RP tersebut. Berikut penjelasan mengenai rich picture proses terakhir: 6.a. Data operasional dan data revenue yang telah dicek ulang validitasnya akan diunggah ke dalam sistem CO-PA dengan path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - COPA Postings - Posting to COPA. 6.b. Mengunggah data mengenai fuel surcharge di dalam sistem CO-PA secara manual yang diterima dari bagian reveue management dalam bentuk Excel dengan menggunakan transaction code "KEFC".

31 77 6.c. Mengevaluasi data yang telah diunggah tersebut mengenai : - Seat Load Factor (SLF) di atas 100%, - On Time Performance (OTP) di atas 100%, - Flight interrupted dengan flight number, dan - Flight number, flight route, service area, roundtrip route, roundtrip flight Analisis Fit/Gap Analisis Fit/Gap adalah metodologi yang membandingkan prosesproses dan fungsi-fungsi dari sistem, dievaluasi untuk mendapatkan kecocokan dan ketidak-cocokan. Setelah mempelajari dan menganalisis proses bisnis dan sistem yang berjalan sekarang (AS IS) untuk menghasilkan laporan Route Profitability (RP) dengan pre-co-pa dan CO-PA, maka dapat ditemukan gap antara sistem yang lama dengan kebutuhan di dalam sistem TO BE dengan menggunakan SAP BusinessObjects PCM nantinya yang dibagi berdasarkan proses bisnis dan sistem sebagai berikut:

32 78 No Business Process Current System (AS IS) Problem Priority Status Action (TO BE) Cut Developed New Proposed System 1 Mengumpulkan data utama operasional dan revenue dari unit feeder data yang bersangkutan. a. b. c. d. Pertama kali, user akan memroses data asli operasional AFL (Aircraft Flight Log) yang telah diterima dari bagian operation support (JKTOSGA) berformat Excel yang terdiri dari 34 kolom field, beserta data asli fuel burn dari bagian fleet management (JKTCTGA) yang juga masih berformat Excel dengan 10 kolom field. Kemudian, kedua data asli tersebut dibentuk menjadi data gabungan yang terdiri dari 22 kolom field, Kedua, mengumpulkan data asli operasional On Time Performance(OTP) yang didapatkan dari bagian ground operation (JKTOGGA). User dapat mengunggah data asli dalam format Excel dengan mengakses don, Ketiga, menerima data asli revenue RAPID (pax revenue) dalam dua format yaitu.txt (incomplete) dan Excel (complete) yang didapatkan dari bagian revenue management (JKTWPGA) dimana user akan menggunakan data yang telah lengkap yaitu format Excel, Terakhir, menerima data asli revenue CRAS (Cargo Revenue Accounting System) dalam dua format yaitu.txt (incomplete) dan Excel (complete) yang diterima dari unit cargo (JKTGFGA) dimana user akan menggunakan data yang telah lengkap yaitu format Excel, Untuk proses ini tidak terdapat masalah yang signifikan hanya saja pada sistem yang berjalan sekarang data-data yang telah dikumpulkan dikumpulkan ke dalam server dan akan diproses oleh user untuk dilakukannya proses konversi format data,dimana user yang harus mengakses data secara manual ke server untuk di proses lebih lanjut sehingga membutuhkan waktu yang lebih. High High High Partial Fit Partial Fit Partial Fit x x x Sistem yang baru akan tetap menerima data operasional dan revenue dari departemendepartemen yang terkait, dimana masing-masing departemen masih tetap menggunakan sistem nya masing-masing untuk menghasilkan data operasional dan revenue. Namun, data tersebut akan masuk ke dalam SAP Business Warehouse terlebih dahulu dengan menggunakan SAP data bridge untuk kepentingan standarisasi format data sebelum nantinya terhubung langsung dan digunakan di dalam SAP BusinessObjects PCM. Serta disediakan struktur line items untuk menampuang sejumlah cost dan revenue. High Partial Fit x

33 79 a. User mengganti format data operasional asli AFL dan fuel burn berupa field: aircraft type, branch office, pax on board, flight number, dan departure/arrival date yang telah dikumpulkan sebelumnya (contoh perubahan format terlampir), lalu simpan dengan format baru.txt (contoh PAX txt) High Partial Fit x 2 Mengubah format data asli menjadi format data RP b. c. User mengganti format data operasional asli OTP berupa field: aircraft type, departure/arrival city, serta date yang telah dikumpulkan sebelumnya (contoh perubahan format terlampir), lalu simpan dengan format baru.txt (contoh OTP_ txt) User mengganti format data asli revenue RAPID berupa field: flight number dan departure/arrival city yang telah dikumpulkan sebelumnya (contoh perubahan format terlampir), lalu simpan dengan format baru.txt (contoh ZRP_ txt) Pada proses di sistem yang berjalan ini terdapat beberapa masalah yang membuat proses pembuatan laporan RP Actual Mainbrand menjadi lebih lama, karena user harus terlebih dahulu mengubah format data yang telah dikumpulkan sebelumnya dari unit-unit terkait ke format data RP yaitu dari format excel ke format txt karena tidak adanya fasilitas untuk standarisasi format data High Partial Fit x High Partial Fit x d. User mengganti format data asli revenue CRAS berupa field: flight number dan departure/arrival city yang telah dikumpulkan sebelumnya (contoh perubahan terlampir), lalu simpan dengan format baru.txt (contoh CGO txt) High Partial Fit x 3 Melakukan data maintenance a. Untuk memasukkan value dari data operasional dan revenue yang telah ada ke dalam karakteristik precopa berupa aircraft type, departure/arrival city, citypair, flight number, flight route, roundtrip route, roundtrip flight number, service area, dan service type, maka pertama menggunakan transaction code "KES1" untuk membuat derivasi yang berasal dari data AFL dan fuel burn, OTP, RAPID, dan CRAS. Pada proses dalam sistem yang berjalan ini terdapat masalah dimana user perlu memasukkan value dari data operasional dan revenue yang telah ada ke dalam karakteristik pre-copa dengan menggunakan transaction code tertentu, namun dengan dilakukannya proses memasukkan value secara manual membutuhkan waktu lebih lama bagi user untuk menghasilkan laporan RP High Gap x Sistem yang baru mampu melakukan integrasi dan standarisasi pemrosesan data operasional pax, operasional cargo, dan operasional pax & cargo dengan dukungan dari SAP BusinessObjects BPC. Jadi, nilai akhir hasil pemrosesan data

34 80 b. Kedua, untuk membentuk rute yang saling berkaitan antara flight number, flight route, service area, dan roundtrip flight number, maka menggunakan derivation rule 11 dengan transaction code "KEDE". Selanjutnya, menggunakan derivation rule 12 untuk memasangkan flight route dengan roundtrip route. Dan terakhir, menggunakan derivation rule 13 untuk memasangkan service area dengan service type. High Gap x operasional tersebut dapat langsung digunakan pada saat akan membuat laporan Route Profitability dengan SAP BusinessObjects PCM. 4 5 Mengunggah data operasional dan revenue ke pre-co-pa Mengecek validitas data operasional dan revenue di dalam pre-co-pa c. a. b. a. Ketiga, melakukan perhitungan yang berkaitan dengan jarak dan seat configuration, seperti ASK (Available Seat per Kilometer), RPK (Revenue Pax Kilometer), ATK pax (Available Tone Kilometer), ATK cargo (Available Tone Kilometer), Freight Mail, dan lain sebagainya dengan menggunakan transaction code "ZRPMM". Melakukan upload data operasional dan revenue sesuai dengan template yang telah ditentukan yaitu dengan format.txt. Untuk data operasional melalui path sistem SAP - ZRPMM - Regular Processing - Data Upload - Operational, sedangkan untuk data revenue melalui path sistem SAP - ZRPMM - Regular Processing - Data Upload - Revenue. Memroses data harian (daily) yang telah diunggah ke pre-co-pa dengan membuat summary bulanan (monthly) dengan path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Processing - Summarize Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan ulang di dalam pre-co-pa mengenai data operasional apakah semuanya telah sesuai dengan format bulanan (monthly) atau belum. Serta memastikan bahwa tidak ada data operasional yang masih dalam bentuk harian (daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload Pada proses di sistem yang berjalan ini terdapat masalah dimana data-data yang telah diubah format data nya dan sudah di masukkan karakteristiknya sesuai dengan karakteristik pre-copa, user harus mengunggah data tersebut ke dalam pre- COPA dimana pre-copa hanya menjadi penampung sementara untuk data tersebut di cek kembali apa sudah berupa data bulanan(monthly), sehingga dibutuhkan fasilitas yang memungkinkan bagi user dapat menghasilkan laporan RP tanpa harus melewati proses menunggah data karena proses menunggah dilakukan secara satu per satu sehingga cukup memakan waktu Pada proses di sistem yang berjalan ini tidak terdapat masalah hanya saja proses pengecekan sebelumnya sudah dilakukan pada proses sebelumnya sehingga membuat proses dalam pembuatan laporan RP terkesan terdapat redudansi pada prosesnya High Gap x High Gap x High Gap x High Gap x Sistem yang baru mampu melakukan perhitungan secara otomatis dengan menggunakan formulasi struktur line items di dalam struktur activity drivers secara terintegrasi dari data SAP Business Warehouse. SAP BusinessObjects PCM juga akan mampu menyediakan informasi yang lebih lengkap yang diperlukan eksekutif di dalam laporan keuangan mengenai: 1. Contribution Margin 1, 2. Contribution Margin 2, 3. Contribution Margin 3, 4. Route Result 1, 5. Route Result 2, 6. Yield sampai dengan class of service.

35 81 b. c. Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan ulang di dalam pre-co-pa mengenai data pax revenue apakah semuanya telah sesuai dengan format bulanan (monthly) atau belum. Serta memastikan bahwa tidak ada data pax revenue yang masih dalam bentuk harian (daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan ulang di dalam pre-co-pa mengenai data freight revenue apakah semuanya telah sesuai dengan format bulanan (monthly) atau belum. Serta memastikan bahwa tidak ada data freight revenue yang masih dalam bentuk harian (daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload High Gap x High Gap x a. Data operasional dan data revenue yang telah dicek ulang validitas nya akan diunggah ke dalam sistem CO-PA dengan path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - COPA Postings - Posting to COPA. High Gap x 6 Melakukan upload ke dalam CO-PA b. c. Mengunggah data mengenai fuel surcharge di dalam sistem CO-PA secara manual yang diterima dari bagian reveue management dalam bentuk Excel dengan menggunakan transaction code "KEFC". Mengevaluasi data yang telah diunggah tersebut mengenai: - Seat Load Factor di atas 100%, - On Time Performance di atas 100%, - Flight interrupted dengan flight number, - Flight number, flight route, service area, roundtrip route, roundtrip flight Pada proses di sistem yang berjalan ini user diharuskan untuk melakukan proses menunggah data dua kali yang pertama meunggah data operasional dan revenue yang kedua adalah data fuel charge dengan menggunakan transaction code yang berbeda, sehingga menimbulkan kerumitan untuk melakukan proses unggah data. High Gap x High Gap X Tabel 3.5. Analisis Fit/Gap (Referensi pembuatan analisis fit/gap di atas bersumber dari Waterloo Information Systems & Technology)

36 82 Keterangan tabel: 1. Priority Terbagi menjadi tiga jenis prioritas yaitu high (kebutuhan yang penting seperti pelaporan), medium (kebutuhan yang menambahkan nilai yang cukup signifikan di dalam proses bisnis perusahaan), dan low (kebutuhan yang menambah nilai kecil di dalam proses bisnis perusahaan). 2. Status Terbagi menjadi tiga jenis status yaitu fit (kebutuhan pengguna telah berhasil dipenuhi secara baik oleh sistem yang berjalan sekarang), partial fit (kebutuhan pengguna telah berhasil dipenuhi, namun tidak maksimal oleh sistem yang berjalan), dan gap (kebutuhan pengguna tidak terpenuhi oleh sistem yang berjalan sekarang). 3. Action Merupakan keputusan dalam merubah masing-masing langkah sistem yang lama yang akan diperlukan untuk menyesuaikan kebutuhan pengguna di dalam sistem yang baru. Perubahan satu buah langkah sistem dapat mempengaruhi proses bisnis yang berjalan yang didukung oleh sistem tersebut, mengingat satu proses bisnis dapat didukung oleh satu atau lebih sistem yang berjalan, begitu pula sebaliknya. Aksi yang dapat dieksekusikan untuk masing-masing langkah sistem adalah dengan pilihan cut (langkah sistem dihapus sepenuhnya), develop (langkah sistem dikembangkan dengan sentuhan baru), atau create new (dapat berasosiasi apabila langkah sistem ingin di-cut, dapat dirancang langkah sistem yang baru).

37 83 4. Proposed System (Set Up) Merupakan rencana perancangan yang akan dilakukan di dalam proyek untuk memenuhi kebutuhan pengguna di dalam sistem SAP BusinessObjects PCM yang baru nantinya. 5. Problem Merupakan penjelasan masalah-masalah yang didapati dalam sistem yang berjalan dan menjadi acuan untuk perancangan sistem yang baru sehingga pada perancangan sistem baru dapat didapatkan solusi untuk menjawab masalah-masalah yang terjadi. Penjelasan tabel: a. Sistem yang berjalan sekarang belum mampu untuk melakukan standarisasi format data untuk menjadi laporan RP akhir. Detil masalah: Data dari berbagai sumber masih berbentuk spreadsheet dan masih harus dilakukannya konversi nama field dari data asli menjadi format standar laporan RP, serta masih harus melakukan konversi format spreadsheet menjadi bentuk text (.TXT) pada saat keperluan upload pre-copa. Solusi: Pembangunan sistem yang mampu memroses data operasional, cost dan revenue dengan menggunakan SAP Business Warehouse untuk

38 84 kepentingan standarisasi format data dan setelah itu data yang ada akan terintegrasi dengan SAP BusinessObjects PCM. b. Sistem yang berjalan sekarang masih secara manual untuk melakukan input-tan data ke dalam sistem yang ada. Detil masalah: Data operasional dan revenue pada sistem yang lama masih harus dimasukkan secara manual ke dalam sistem oleh pengguna melalui tiga tahapan yang rentan dengan kesalahan data input dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk diselesaikan. Solusi: Pembangunan sistem yang mampu memroses data yang telah disimpan dan dengan format yang telah terstandarisasikan di dalam SAP Business Warehouse ke dalam struktur line items berupa sejumlah costs dan revenue untuk diolah di dalam SAP BusinessObjects PCM secara sistematis, sedangkan pada sistem yang baru nantinya data operasional akan langsung dihasilkan oleh SAP BusinessObjects BPC (Business Process Consolidation) untuk dipakai di dalam PCM. c. Sistem yang bejalan sekarang belum mampu menghasilkan laporan Route Profitability yang lebih informatif dan sistem yang berjalan sekarang juga belum mampu memastikan tercapainya proses pengambilan keputusan dalam bidang keuangan secara lebih akurat. Detil masalah: Saat ini, informasi yang dihasilkan pada laporan akhir masih sebatas informasi mengenai Seat Load Factor (SLF), On Time Performance

39 85 (OTP), dan Flight Interrupted saja. Serta keputusan yang diambil oleh eksekutif sebagai hasil dari analisis atas laporan Route Profitability selama ini hanya berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki, sehingga tujuan perusahaan untuk menekan biaya dan memaksimalkan profit menjadi tidak signifikan. Solusi: Pembangunan sistem yang mampu melakukan kalkulasi menggunakan satu platform saja secara otomatis untuk menghasilkan informasi yang lebih mendalam pada laporan Route Profitability mengenai: 1. Contribution Margin 1, 2. Contribution Margin 2, 3. Contribution Margin 3, 4. Route Result 1, dan 5. Route Result Peran Peran dari penulis selama menjalankan program internship adalah sebagai project member dari project team yang dibentuk dalam rangka melakukan implementasi SAP periode kedua pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Sebagai anggota dari project team, tim penulis dibawahi langsung oleh SAP PCM project manager, SAP PCM business process

40 86 project coordinator, dan SAP PCM project coordinator yang menjadi pimpinan penulis selama proses magang berlangsung. Sebagai project member, tim penulis bekerja bersama untuk menangani tugas-tugas yang diberikan oleh pimpinan, antara lain sebagai berikut: 1. Mempelajari proses bisnis dalam industri penerbangan yang ada di Garuda Indonesia, 2. Menganalisis sistem yang berjalan yang digunakan untuk menghasilkan laporan Route Profitability actual mainbrand Garuda Indonesia, dan 3. Merancang business blueprint SAP PCM dengan pendekatan dasar Activity-Based Costing (ABC) khusus untuk actual mainbrand berdasarkan hasil identifikasi masalah yang ada pada proses bisnis AS IS dan analisis kebutuhan pada proses bisnis TO BE Length of Efforts

41 87 me Hours Activities Mentors Details Outcomes Introduction to work environment Head of IT Department, Project Manager, Project Coordinator Pengenalan dengan lingkungan kerja di gedung QX dan penjelasan tentang etika bekerja yang berlaku secara umum. - Perkenalan dengan seluruh personil yang bekerja di gedung QX. - Melakukan kick off meeting bersama untuk perkenalan seluruh personil yang bertanggung jawab atas proyek implementasi SAP BusinessObjects PCM. Mendapatkan informasi mengenai lingkungan kerja dan peraturanperaturan yang ada di dalam nya yang harus diikuti dan memulai kerjasama dengan sesama personil QX ataupun personil yang bertanggung jawab atas pelaksanaan proyek SAP BusinessObjects PCM RP Simulation Project Manager, Project Coordinator, Business Process Project Coordinator Pemberian simulasi atas laporan RP (Route Profitability) yang akan dihasilkan oleh SAP BusinessObjects PCM dan mempelajari proses bisnis yang berkaitan dengan RP. - Demo simulasi RP secara manual oleh project coordinator dari JKTWL (Financial Analysis) - Memahami kebutuhan yang diinginkan pengguna dalam hal simulasi laporan RP berupa tool yang akan terdapat di dalam SAP BusinessObjects PCM. - Menerima dan mempelajari sejumlah dokumen yang mendeskripsikan proses bisnis dan sistem yang berjalan untuk menghasilkan berbagai jenis laporan RP. (Current System) Mengetahui fungsi simulasi laporan RP secara manual yang contohnya diproses dengan Microsoft Excel layaknya sebuah kalkulator, memahami proses bisnis dan sistem yang berjalan dalam kaitannya pemrosesan berbagai jenis laporan RP.

42 Brief introduction to Route Profitability (RP) Pengenalan secara umum mengenai proyek SAP PCM yang akan dilakukan dan mempelajari proses bisnis yang berkaitan dengan SAP PCM dan pembuatan blueprint untuk master data - Mendiskusikan hasil presentasi tim yang dilakukan secara lebih mendetil. - Merancang masterdata baru untuk sistem SAP BusinessObjects PCM. Memahami tujuan dan manfaat dari proyek SAP PCM serta proses bisnis yang berkaitan dan perancangan blueprint draft untuk kebuthan master data. Melakukan analisis proses bisnis yang terdapat di dalam Actual Revenue di mainbrand Analisis pembuatan business blueprint RP Merancang blueprint draft untuk kebutuhan proses bisnis TO BE pada RP mainbrand - actual revenue berupa: a. Pax Revenue Gross b. Pax Revenue Discount c. Other Pax Revenue d. Other Freight Revenue e. Cargo Revenue Menggambarkan proses bisnis yang ada pada Actual Revenue di mainbrand Melakukan presentasi pada saat daily meeting dengan tim dan melakukan perbaikan proses bisnis Actual Revenue di Membuat perbaikan proses bisnis di dalam Actual Revenue di mainbrand.

43 89 mainbrand berupa: - Penambahan proses writeback pada Pax Revenue Gross dan Pax Revenue Discount untuk keperluan adjustment. - Perbaikan Pax Revenue Discount ke dalam Other Pax Revenue Melakukan analisis dan presentasi pada saat daily meeting dengan tim mengenai proses bisnis yang terdapat di dalam Actual Cost di mainbrand secara umum dan keseluruhan berupa: - Direct Cost - Indirect Cost - Overhead Cost - Fleet Cost Memperbaiki proses bisnis pada Actual Cost di mainbrand Melanjutkan perbaikan proses bisnis di dalam business blueprint Actual Cost di RP mainbrand berupa: - Pembagian dua jenis direct cost yaitu direct traffic cost dan direct flight cost. berikut dengan sumber data masing-masing. - Mengidentifikasi keperluan rekonsiliasi secara keseluruhan pada direct cost. - Membentuk cost pool untuk jenis cost secara keseluruhan Perbaikan proses bisnis pada blueprint Actual Cost di mainbrand

44 Melakukan presentasi pada saat daily meeting dengan tim dan melakukan perbaikan proses bisnis untuk blueprint Actual Cost di mainbrand berupa: - Indirect cost - Overhead cost - Fleet cost Perbaikan proses bisnis pada blueprint Actual Cost di mainbrand Presentasi perbaikan proses bisnis untuk blueprint Actual Cost di mainbrand pada indirect cost, overhead cost, dan fleet cost dan pembuatan lampiran untuk Actual Direct Cost Catering Hasil perbaikan blueprint Actual Cost di mainbrand dan perbaikan Actual Direct Cost Catering Pembuatan business blueprint untuk proses rekonsiliasi atas Actual Direct Cost pada Direct Flight Cost berupa: - Fuel cost - Landing cost - Handling cost Hasil sementara blueprint rekonsiliasi Actual Direct Cost Melakukan presentasi pada saat daily meeting dengan tim dan melakukan perbaikan proses rekonsiliasi Actual Direct Cost untuk Direct Flight Cost dan memulai pembuatan rekonsiliasi untuk Direct Traffic Cost berupa: - Freight commission - Pax commission - Catering cost Hasil perbaikan blueprint rekonsiliasi untuk Actual Direct Cost pada Direct Flight Cost

45 Melakukan presentasi pada saat daily meeting dengan tim dan melakukan perbaikan proses bisnis rekonsiliasi Actual Direct Cost untuk Direct Traffic Cost dan melengkapi blueprint mainbrand dengan penambahan Budget Cost dan Budget Revenue. Hasil perbaikan rekonsiliasi Direct Traffic Cost Melakukan presentasi pada saat daily meeting dengan tim dan melakukan perbaikan proses bisnis Budget Cost secara keseluruhan. Hasil sementara perbaikan Budget Cost Melakukan presentasi pada saat daily meeting dengan tim dan melakukan perbaikan proses bisnis Budget Cost berupa: - Direct Cost - Indirect Cost - Overhead Cost - Fleet Cost. Hasil sementara perbaikan Budget Cost Melanjutkan pembuatan blueprint untuk budget cost yang belum lengkap berupa direct cost. Hasil sementara perbaikan Budget Cost

46 Project Manager, Project Coordinator Memulai pembuatan business blueprint untuk RP Simulation pada mainbrand dengan berupa simulasi berdasarkan: - Aircraft Type - Freight Alliance - Freight Carried - Mail Carried - Pax Alliance - Pax Carried C - Price C Class or Y Class - Price Freight - Price Mail - Route Hasil sementara RP Simulation untuk mainbrand Melakukan revisi untuk blueprint Actual Cost dan meneruskan pembuatan business blueprint RP simulation. Hasil sementara revisi Actual Cost dan hasil sementara RP simulation Project Manager, Project Coordinator, Business Process Project Coordinator Melakukan presentasi pada saat daily meeting dengan tim tentang RP simulation blueprint berdasarkan perubahan aircraft type terlebih dahulu dan memulai review dari RP mainbrand pada Actual Cost. Revisi RP simulation berdasarkan aircraft type Melanjutkan revisi RP simulation berdasarkan aircraft type, melanjutkan pembuatan RP simulation berdasarkan indikator lainnya Hasil revisi sementara RP simulation berdasarkan aircraft type dan indikator lainnya

47 Melanjutkan pembuatan blueprint RP simulation yang belum selesai Hasil sementara RP simulation untuk indikator lainnya Melanjutkan pembuatan blueprint RP simulation yang belum selesai Hasil sementara RP simulation untuk indikator lainnya Melakukan presentasi serta revisi RP simulation dan review keseluruhan atas RP Mainbrand Actual Hasil revisi sementara RP simulation dan hasil perbaikan/revisi dari RP mainbrand actual Melanjutkan revisi RP simulation dan review kembali keseluruhan RP mainbrand budget Hasil revisi sementara RP simulation dan hasil perbaikan/revisi RP mainbrand budget Melakukan interview (Q&A) mengenai proses bisnis AS-IS dan TO-BE secara mendetil. Proses bisnis saat AS-IS dan proses bisnis untuk TO-BE yang lebih mendetil Project Manager, Business Process Project Coordinator Meneruskan pembuatan RP Daily, Actual Cargo, Budget Cargo, dan Actual Charter Actual & Budget Cargo Cost yang terdiri dari proses bisnis mengenai: - BSR Fixed Cost - BSR Variable Cost - Cargo Cost - Management Fee per Service. Actual & Budget Cargo Revenue yang terdiri dari proses bisnis mengenai: Hasil sementara RP Daily, Actual Cargo, Budget Cargo, dan Actual Charter

BUSINESS BLUEPRINT IMPLEMENTASI SAP BUSINESSOBJECTS PROFITABILITY AND COST MANAGEMENT PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK

BUSINESS BLUEPRINT IMPLEMENTASI SAP BUSINESSOBJECTS PROFITABILITY AND COST MANAGEMENT PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK BUSINESS BLUEPRINT IMPLEMENTASI SAP BUSINESSOBJECTS PROFITABILITY AND COST MANAGEMENT PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK James Tandy BINUS University, Jl. Kebon Jeruk Raya No.27. Kemanggisan/Palmerah Jakarta

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Garuda Indonesia didirikan pada tanggal 26 Januari 1949 dengan nama

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Garuda Indonesia didirikan pada tanggal 26 Januari 1949 dengan nama BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III. 1 Objek Penelitian III. 1. 1. Sejarah Singkat Garuda Indonesia didirikan pada tanggal 26 Januari 1949 dengan nama Indonesian Airways. Pesawat pertama yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. telah menyebar luas di berbagai aspek kehidupan manusia. akurat, sehingga membuat organisasi memiliki keunggulan kompetitif.

BAB 1 PENDAHULUAN. telah menyebar luas di berbagai aspek kehidupan manusia. akurat, sehingga membuat organisasi memiliki keunggulan kompetitif. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia teknologi informasi yang terus berubah secara signifikan dan kemampuan organisasi untuk merespon tantangan-tantangan dan peluangpeluang seiring dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Pada Bab ini peneliti akan menjabarkan hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian. Pada bagian pertama akan dijabarkan mengenai profil perusahaan dimana memuat sejarah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. sejarah PT Garuda Indonesia sebagai induk dari SBU Citilink. Sebagai national

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. sejarah PT Garuda Indonesia sebagai induk dari SBU Citilink. Sebagai national 8 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Sebelum masuk ke SBU Citilink yang merupakan unit usaha mandiri yang berada didalam lingkup perusahaan PT Garuda Indonesia maka perlu melihat sejarah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 45 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. GMF Aero Asia PT. GMF Aero Asia (Garuda Maintenance Facility) merupakan anak perusahaan dari

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 16 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Garuda Indonesia adalah sebuah perusahaan milik negara Republik Indonesia. Garuda Indonesia berkantor pusat di Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut dengan istilah Official schedule adalah schedule. penerbangan yang dihasilkan oleh operations center system dan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut dengan istilah Official schedule adalah schedule. penerbangan yang dihasilkan oleh operations center system dan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perusahaan yang bergerak di industri airlines, produk utama yang dijual kepada konsumen adalah: tempat, waktu dan tujuan perjalanan yang disebut dengan istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pada saat ini, sektor transportasi nasional khususnya jasa udara dihadapkan pada situasi persaingan yang sangat ketat. Kondisi tersebut mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran umum objek penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran umum objek penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran umum objek penelitian 1.1.1 PT. Garuda Indonesia (Persero)Tbk PT Garuda Indonesia (Persero) atau biasa dikenal dengan Garuda Indonesia merupakan salah satu maskapai penerbangan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS 73 BAB V HASIL DAN ANALISIS 1.1. Hasil 1.1.1. Konsep LCC Berdasarkan data primer hasil interview bahwa konsep penerapan LCC pada Citilink Garuda Indonesia sebagai berikut: LCC Citilink Garuda Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN PT. AERO SYSTEMS INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN PT. AERO SYSTEMS INDONESIA BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN PT. AERO SYSTEMS INDONESIA 2.1 Data Perusahaan 2.1.1. Identitas Perusahaan Gambar 2.1 Logo Perusahaan Perusahaan PT. Aero Systems Indonesia atau yang lebih dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk didirikan berdasarkan akta notaris Raden Kadiman No. 137 tanggal 31 Maret

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. dari Calcutta menuju Rangoon untuk melaksanakan misi niaganya yang pertama kali.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. dari Calcutta menuju Rangoon untuk melaksanakan misi niaganya yang pertama kali. BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Pada tanggal 26 Januari 1949 pesawat Dakota RI-001 Seulawah diterbangkan dari Calcutta menuju Rangoon untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN a. Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Garuda Indonesia sebagai bagian dari sejarah industri penerbangan komersial di Indonesia dimulai ketika bangsa yang muda ini berjuang

Lebih terperinci

GARUDA DIMILIKI PUBLIK By : Berton Manurung

GARUDA DIMILIKI PUBLIK By : Berton Manurung GARUDA DIMILIKI PUBLIK By : Berton Manurung Company Profile Sejarah perkembangan komersial di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari masamasa perjungan rakyat Indonesia dalam usaha mempertahankan kemerdekaan

Lebih terperinci

JURNAL JEMEN SISTEM. Dosen : Disusun oleh : KELAS 2DB01 JURUSAN

JURNAL JEMEN SISTEM. Dosen : Disusun oleh : KELAS 2DB01 JURUSAN JURNAL SISTEM INFORMASI MANAJ JEMEN 1 JURNAL PERUSAHAAN PT.GARUDAA INDONESIA (PERSERO). Tbk Dosen : Masimbangan Susannaa Herawati Disusun oleh : WAHYU EDI SANTOSO ( 39113197 ) uyhaw.ok@gmail.comm KELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum Garuda Indonesia (SBU Cargo)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum Garuda Indonesia (SBU Cargo) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Umum Garuda Indonesia (SBU Cargo) Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan Indonesia yang berkonsep sebagai full service airline (maskapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Garuda Indonesia (persero) Tbk adalah maskapai penerbangan milik negara atau bisa disebut juga perusahaan BUMN ( Badan Usaha Milik Negara ). Perusahaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN

DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN Halaman I. Pembukaan 1 II. Visi dan Misi SPI 2 III. Kebijakan Umum Pengendalian Internal Dan Audit Internal 3 IV. Kedudukan SPI 3 V. Peran SPI 3 VI. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang kurang lebih dari 240 juta jiwa dan termasuk negara yang memiliki banyak pulau.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri jasa penerbangan di Indonesia, khususnya untuk penerbangan komersial berjadwal semakin marak sejak dikeluarkannya deregulasi yang mengatur transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persoalan kualitas dalam dunia bisnis kini sepertinya sudah menjadi harga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Persoalan kualitas dalam dunia bisnis kini sepertinya sudah menjadi harga yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persoalan kualitas dalam dunia bisnis kini sepertinya sudah menjadi harga yang harus dibayar oleh perusahaan agar tetap survive dalam bisnisnya. Apabila dahulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengirimkan produk atau jasa ke pelanggan. Apapun bentuk sektor industri baik

BAB I PENDAHULUAN. mengirimkan produk atau jasa ke pelanggan. Apapun bentuk sektor industri baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Operasi merupakan bagian dari organisasi dalam menciptakan dan mengirimkan produk atau jasa ke pelanggan. Apapun bentuk sektor industri baik secara tersirat atau tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dipungkiri lagi bahwa kebutuhan kita akan berbagai informasi menjadi sesuatu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dipungkiri lagi bahwa kebutuhan kita akan berbagai informasi menjadi sesuatu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abad informasi telah menyentuh kehidupan manusia di berbagai bidang. tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kebutuhan kita akan berbagai informasi menjadi sesuatu yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 LANGKAH PENYUSUNAN TUGAS AKHIR 3.2 PENGUMPULAN DATA

BAB 3 METODOLOGI 3.1 LANGKAH PENYUSUNAN TUGAS AKHIR 3.2 PENGUMPULAN DATA BAB 3 METODOLOGI 3.1 LANGKAH PENYUSUNAN TUGAS AKHIR Analisis yang dilakukan dalam studi ini merupakan gabungan antara studi kelayakan dengan simulasi operasi atau analisis komputasi menggunakan perangkat

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM TEMPAT PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 SEJARAH DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Penerbangan Indonesia dari masa ke masa: a. Tahun 1913: Penerbangan Pertama di Indonesia Pada tanggal 19 Februari

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik,

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik, BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Mandala Airlines didirikan pada tanggal 17 April 1969 saat negara kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik,

Lebih terperinci

BAB 3 PERUMUSAN OBYEK PENELITIAN. Indonesia. Untuk mengetahui lebih lengkapnya tentang PT Garuda Indonesia Tbk dapat

BAB 3 PERUMUSAN OBYEK PENELITIAN. Indonesia. Untuk mengetahui lebih lengkapnya tentang PT Garuda Indonesia Tbk dapat 36 BAB 3 PERUMUSAN OBYEK PENELITIAN 3.1 Profil Perusahaan PT Garuda Indonesia Tbk PT. Garuda Indonesia Tbk merupakan perusahaan maskapai penerbangan nasional Indonesia. Untuk mengetahui lebih lengkapnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan konsumen sehingga dapat mendatangkan profit bagi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan konsumen sehingga dapat mendatangkan profit bagi perusahaan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang berorientasi pada keuntungan selalu mengharapkan profit dari usaha yang mereka keluarkan, profit tersebut digunakan baik untuk eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada 2012,seperti yang tercantum pada theglobal-review.com menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. seluruh kota besar di Indonesia dan juga kota-kota di luar negeri.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. seluruh kota besar di Indonesia dan juga kota-kota di luar negeri. 8 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. Garuda Indonesia Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia. Garuda adalah nama burung mitos dalam legenda pewayangan. Garuda Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan perkembangan bagi Badan Usaha Milik Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan perkembangan bagi Badan Usaha Milik Negara 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan tuntutan perkembangan bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di tahun-tahun mendatang muncul suatu tantangan yang harus dihadapi oleh setiap Badan Usaha

Lebih terperinci

Tahap II 1. Apa saja kegiatan pemasaran yang telah dilaksanakan selama ini oleh perusahaan?

Tahap II 1. Apa saja kegiatan pemasaran yang telah dilaksanakan selama ini oleh perusahaan? 71 LAMPIRAN 71 72 Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Awal kepada Perusahaan Tahap I 1. Bagaimana sejarah berdirinya PT XL Axiata Tbk? 2. Apa visi dan misi PT XL Axiata Tbk? 3. Bagaimana struktur organisasi

Lebih terperinci

Wawan Riyanta 1) 1) Dosen Program Studi D4 Manajemen Transportasi Udara Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan Yogyakarta

Wawan Riyanta 1) 1) Dosen Program Studi D4 Manajemen Transportasi Udara Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan Yogyakarta PERBANDINGAN PENEMPATAN PARKING STAND PESAWAT ANTARA AVIOBRIDGE DAN REMOTE AREA TERHADAP ON TIME PERFORMANCE MASKAPAI GARUDA INDONESIA TYPE B737-800NG DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA CENGKARENG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bisnis penerbangan khususnya untuk penerbangan berbiaya murah atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan. Untuk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Teknologi informasi (TI) yang terus berkembang memberi berbagai kemudahan bagi banyak dunia bisnis dalam meningkatkan efisiensi. Manfaatnya yang besar khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Denyut persaingan meningkat, seiring lonjakan nilai perdagangan dan arus

BAB 1 PENDAHULUAN. Denyut persaingan meningkat, seiring lonjakan nilai perdagangan dan arus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini, iklim bisnis secara global memanas demikian cepat. Denyut persaingan meningkat, seiring lonjakan nilai perdagangan dan arus perpindahan modal

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan P.T. Sriwijaya Air atau lebih dikenal dengan nama Sriwijaya Air adalah perusahaan penerbangan swasta nasional yang saat ini eksis meramaikan dunia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. adalah penyedia layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. TELKOM menyediakan layanan InfoComm,

Lebih terperinci

Nilai Transaksi* Jml. Transaksi** Harga Terakhir Kapitalisasi Pasar***

Nilai Transaksi* Jml. Transaksi** Harga Terakhir Kapitalisasi Pasar*** Nilai Transaksi* 14.78 3.36 4.97 Jml. Transaksi** 32.85 9.59 13.43 Harga Terakhir 423 342 348 Kapitalisasi Pasar*** 8.74 8.85 9.01 Catatan: * Rata-rata Nilai Transaksi dalam Miliar Rupiah ** Rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh besar terhadap kelangsungan bisnis bank tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh besar terhadap kelangsungan bisnis bank tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegagalan pengembangan proyek IT dalam sebuah bank realitanya dapat memberikan pengaruh besar terhadap kelangsungan bisnis bank tersebut. Kegagalan IT dari segi teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, teknologi informasi banyak digunakan pada berbagai bidang. Teknologi informasi akan terus berkembang seiring meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

Gambar 1. 2 Struktur Organisasi Direktorat HCM Telkom Indonesia

Gambar 1. 2 Struktur Organisasi Direktorat HCM Telkom Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (selanjutnya disebut Telkom Indonesia). Telkom Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. LAPI GANESHATAMA CONSULTING ( PT. LAPI GTC) berdiri

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. LAPI GANESHATAMA CONSULTING ( PT. LAPI GTC) berdiri BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. LAPI GANESHATAMA CONSULTING ( PT. LAPI GTC) berdiri pada tanggal 13 maret 1992 sebagai satuan usaha dari yayasan LAPI ITB. Kemudian mulai

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN RANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN RANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN RANCANGAN SISTEM 3.1 Kajian Organisasi Dalam sub bab ini akan dijelaskan menengenai profil perusahaan dimana penulis melakukan analisa dan perancangan sistem untuk Tugas Akhir ini.

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 112 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 112 TAHUN 2017 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 112 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1. Sejarah Garuda Indonesia Sejarah penerbangan komersial di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari masa-masa perjuangan rakyat

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Sekilas Tentang Angkasa Pura II Angkasa Pura II merupakan perusahaan pengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG KURIKULUM PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMBENTUKAN DI BIDANG MANAJEMEN PENERBANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BEST PRACTICES ITG di Perusahaan. Titien S. Sukamto

BEST PRACTICES ITG di Perusahaan. Titien S. Sukamto BEST PRACTICES ITG di Perusahaan Titien S. Sukamto Beberapa Best Practices Guideline untuk Tata Kelola TI 1. ITIL (The Infrastructure Library) ITIL dikembangkan oleh The Office of Government Commerce (OGC),

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. layanan pengelolaan limbah. PT PPLi beralamat di Jalan Raya Narogong, Desa

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. layanan pengelolaan limbah. PT PPLi beralamat di Jalan Raya Narogong, Desa BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLi) adalah sebuah perusahaan industri Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 1994 yang pada awalnya

Lebih terperinci

PERANCANGAN DATA WAREHOUSE UNTUK DEMOGRAFI, PERKEMBANGAN PRODUK DAN PROMOSI PADA MANDIRI TABUNGAN RENCANA DI PT.BANK MANDIRI(PERSERO) TBK.

PERANCANGAN DATA WAREHOUSE UNTUK DEMOGRAFI, PERKEMBANGAN PRODUK DAN PROMOSI PADA MANDIRI TABUNGAN RENCANA DI PT.BANK MANDIRI(PERSERO) TBK. PERANCANGAN DATA WAREHOUSE UNTUK DEMOGRAFI, PERKEMBANGAN PRODUK DAN PROMOSI PADA MANDIRI TABUNGAN RENCANA DI PT.BANK MANDIRI(PERSERO) TBK. Nita Uswatun Hasanah Alfiana Binus University, Jakarta, DKI Jakarta,

Lebih terperinci

Company Profile Advitama Prima Solusi

Company Profile Advitama Prima Solusi Company Profile Advitama Prima Solusi Solution First 1 Selamat Datang Selamat datang di profil perusahaan kami yang merupakan tempat kami berbagi pemikiran, pengalaman, dan pengetahuan kami kepada anda

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

LAMPIRAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA LAMPIRAN LAMPIRAN STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS PT. CISANGKAN 1. Commisaris Fungsi : Merencanakan dan menentukan visi dan misi serta mengawasi kegiatan perusahaan maupun kinerja serta jalannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pendahuluan PT Bank CIMB Niaga Tbk telah menetapkan visi dan misinya yaitu Menjadi Bank terpercaya di Indonesia, bagian dari jaringan universal banking terkemuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum PT. Garuda Indonesia Tbk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum PT. Garuda Indonesia Tbk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum PT. Garuda Indonesia Tbk Gambar 1.1 Logo Garuda Indonesia Sumber: www.garuda-indonesia.com (05 November 2015) PT. Garuda Indonesia

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Sejarah Garuda Indonesia sebagai bagian dari sejarah industri penerbangan komersial di Indonesia dimulai ketika bangsa yang muda ini berjuang untuk kemerdekaannya.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Dengan tujuan pasti sebagai usaha untuk mencerdaskan bangsa di negeri ke-4 terpadat di dunia, PT Toko Gunung Agung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan semakin besar, banyak perusahaan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas pelayanannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan meratanya distribusi kebutuhan sandang, pangan dan papan melalui berbagai macam moda transportasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk melakukan usaha di bidang jasa angkutan udara niaga, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan

Lebih terperinci

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) adalah seperangkat praktik terbaik (kerangka) untuk teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang penelitian Industri penerbangan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung relatif

Lebih terperinci

PAPARAN PUBLIK & ANALYST MEETING PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk. Kinerja Kuartal I, 2015 Jakarta, 15 Mei 2015

PAPARAN PUBLIK & ANALYST MEETING PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk. Kinerja Kuartal I, 2015 Jakarta, 15 Mei 2015 PAPARAN PUBLIK & ANALYST MEETING PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk. Kinerja Kuartal I, 2015 Jakarta, 15 Mei 2015 1 Agenda Hal 1. Profil Perusahaan 3 8 2. Kinerja Operasional 9 13 3. Kinerja Keuangan 14

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut:

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut: BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut: 1. Dapat diketahui faktor eksternal dan faktor internal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dan perkembangan industri teknologi informasi dewasa ini telah meningkatkan tekanan terhadap perusahaan dan bisnis yang dijalankan untuk tetap dapat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat PT. Itochu Logistics Indonesia Itochu Logistics Indonesia dibentuk pada tahun 2002, menyediakan solusi logistik sepenuhnya untuk pelanggan dan mengurus

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Sistem yang Berjalan

Bab 3. Analisis Sistem yang Berjalan Bab 3 Analisis Sistem yang Berjalan 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tuntutan zaman. Perkembangan ini menyebabkan dunia bisnis mencoba

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tuntutan zaman. Perkembangan ini menyebabkan dunia bisnis mencoba BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat sesuai dengan tuntutan zaman. Perkembangan ini menyebabkan dunia bisnis mencoba mengikuti setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak hanya produk berupa barang yang banyak memberikan manfaat untuk kelangsungan hidup manusia. Di era modern dan perkembangan teknologi serta meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. EP beroperasi secara komersial pada 8 Oktober 1996, dengan NPWP

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. EP beroperasi secara komersial pada 8 Oktober 1996, dengan NPWP BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. EP beroperasi secara komersial pada 8 Oktober 1996, dengan NPWP 01.345.276.8-091.000 dan PKP 23/02/1996. Perusahaan ini bergerak dibidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN A. PT. MPM Finance PT. Elbatama Securindo didirikan di Jakarta sebagai perusahaan sekuritas. Pada tanggal 6 Juli 1990, perusahaan memperoleh pengesahan Menteri Kehakiman.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peduli pada kualitas produk dan layanan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peduli pada kualitas produk dan layanan. 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat Perusahaan Kebutuhan pelumas di Indonesia terus meningkat seiring dengan kemajuan ekonomi dan industri. Sejalan dengan itu konsumen

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah Jasa penerbangan Indonesia saat ini diwarnai dengan munculnya pemain-pemain baru di dalam industri penerbangan domestik. Hal tersebut didukung oleh

Lebih terperinci

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Observasi Setiap manusia di dunia memiliki kebutuhan dan keinginan dalam usaha untuk mempertahankan hidup, namun sering kali manusia tidak suka memperhatikan

Lebih terperinci

III ASPEK ORGANISASI, ISSUE-ISSUE DAN PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI PENERBANGAN

III ASPEK ORGANISASI, ISSUE-ISSUE DAN PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI PENERBANGAN ASPEK ORGANISASI, ISSUE-ISSUE DAN PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI PENERBANGAN ASPEK ORGANISASI DALAM INDUSTRI PENERBANGAN 1. Organisasi Menurut Stoner Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Malaysia.Perusahan ini bergerak di bidang forward banking. Bahrain dan Brunei. Amerika dan Inggris

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Malaysia.Perusahan ini bergerak di bidang forward banking. Bahrain dan Brunei. Amerika dan Inggris BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. CIMB Securities Indonesia merupakan salah satu perusahan yg merupakan anak perusahan CIMB GROUP yang berpusat di Malaysia.Perusahan ini

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS BASIS DATA YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS BASIS DATA YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS BASIS DATA YANG BERJALAN 3.1. Latar Belakang Perusahaan 3.1.1. Sejarah Perusahaan PT. SKA adalah perusahaan yang bergerak di bidang konsultan IT yang memiliki beragam produk dan jasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha PT.Angkasa Pura II (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara di Lingkungan Departemen Perhubungan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM PROYEK MANAJEMEN YANG BERJALAN PADA PT. SERASI AUTORAYA (TRAC)

BAB 3 ANALISA SISTEM PROYEK MANAJEMEN YANG BERJALAN PADA PT. SERASI AUTORAYA (TRAC) 26 BAB 3 ANALISA SISTEM PROYEK MANAJEMEN YANG BERJALAN PADA PT. SERASI AUTORAYA (TRAC) 3.1 Latar belakang 3.1.1 Sejarah perusahaan PT. Serasi Autoraya yang lebih dikenal dengan TRAC (Astra Rent A Car)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana penerbangan adalah salah satu sarana pengangkutan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. Sarana penerbangan adalah salah satu sarana pengangkutan yang perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana penerbangan adalah salah satu sarana pengangkutan yang perlu diperhatikan dan sangat penting peranannya. Pengangkutan udara mempermudah dalam melakukan transportasi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Panca Lima Mandiri beralamat di Jl. D.I. Panjaitan Kav 5 7 2 nd Floor, Patria Park Building. No. 06, Jakarta

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Cakramedia Indocyber berdiri sejak tahun 2004 di bawah pimpinan Bapak Hendri wijaya, yang beralamatkan di Apartemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang peranan penting dalam perekonomian terutama kebutuhan mobilisasi manusia dari satu tempat ke tempat

Lebih terperinci

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

PROPOSAL KERJA PRAKTEK 1 PROPOSAL KERJA PRAKTEK I. JUDUL KERJA PRAKTEK Kegiatan ini dinamakan Kerja Praktek di PT. GMF Aeroasia II. LATAR BELAKANG Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, dimana tuntutan

Lebih terperinci

GAMBAR 1.1 LOGO TELKOM PROPERTY

GAMBAR 1.1 LOGO TELKOM PROPERTY BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Company Profile TelkomProperty PT Graha Sarana Duta didirikan pada tanggal 30 September 1981, untuk menyediakan Office Building, Jasa Pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apakah Anda puas dengan hasil investasi perusahaan Anda pada inovasi? Persentase responden yang menjawab ya

BAB I PENDAHULUAN. Apakah Anda puas dengan hasil investasi perusahaan Anda pada inovasi? Persentase responden yang menjawab ya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada kebanyakan perusahaan, investasi dalam inovasi mengikuti siklus boom-bust. Survei tahunan yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Industri mengkonfirmasi

Lebih terperinci

a. Menerapkan secara praktis prinsip-prinsip dan praktek-praktek akuntansi yang sehat dalam perusahaannya, ekonomis dan praktis dapat dilaksanakan.

a. Menerapkan secara praktis prinsip-prinsip dan praktek-praktek akuntansi yang sehat dalam perusahaannya, ekonomis dan praktis dapat dilaksanakan. a. Menerapkan secara praktis prinsip-prinsip dan praktek-praktek akuntansi yang sehat dalam perusahaannya, b. Mengikuti perkembangan tehnologi, sehingga dapat menyediakan kepada pimpinan informasi yang

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) CABANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG

BAB II GAMBARAN UMUM PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) CABANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG BAB II GAMBARAN UMUM PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) CABANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG 1.1 Sejarah Berdirinya PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang

Lebih terperinci

PENENTUAN SUBCLASSES BERDASARKAN TIPE PESAWAT

PENENTUAN SUBCLASSES BERDASARKAN TIPE PESAWAT PENENTUAN SUBCLASSES BERDASARKAN TIPE PESAWAT Charles, AN STMT Trisakti stmt@indosat.net.id Nadya Sartika nadya.sartika@gmail.com ABSTRACT Based on Break Event Point (BEP) in this article, the most effective

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota organisasi. Dalam mengimplementasikan rencana-rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. anggota organisasi. Dalam mengimplementasikan rencana-rencana strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernyataan visi dan misi suatu organisasi menurut Imelda (2004) merupakan gambaran ideal organisasi atas apa yang dicapai dimasa yang akan datang melalui kegiatan operasionalnya.

Lebih terperinci

KOMPENSASI PESAWAT DELAY DI PT. GARUDA INDONESIA. Oleh. Sri Susanty Dosen PNS dpk pada Akademi Pariwisata Mataram

KOMPENSASI PESAWAT DELAY DI PT. GARUDA INDONESIA. Oleh. Sri Susanty Dosen PNS dpk pada Akademi Pariwisata Mataram ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah33 KOMPENSASI PESAWAT DELAY DI PT. GARUDA INDONESIA Oleh Sri Susanty Dosen PNS dpk pada Akademi Pariwisata Mataram Abstrak: Delay adalah keterlambatan atau penundaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas tentang semua aktifitas mulai dari tahap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas tentang semua aktifitas mulai dari tahap BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan membahas tentang semua aktifitas mulai dari tahap awal, tahap visioning, tahap analysis, tahap direction, dan tahap recommendation. Tahap perencanaan STI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan dan penjelasan mengenai apa yang menjadi masalah untuk dipecahkan dalam penelitian ini. Bab ini juga

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan UKDW. Usaha Milik Negara (BUMN) untuk go public. Salah satu perusahaan BUMN. yang melakukan go public adalah Garuda Indonesia.

Bab I. Pendahuluan UKDW. Usaha Milik Negara (BUMN) untuk go public. Salah satu perusahaan BUMN. yang melakukan go public adalah Garuda Indonesia. Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk., suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Nomor 8 tanggal 4 Maret 1975 dan memperoleh status badan

Lebih terperinci

MODUL ERP (I) JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Dukungan Modul ERP Idealnya ERP Menyediakan dukungan terhadap Fungsi penjualan Fungsi pengadaan persediaan material, pengadaan

Lebih terperinci

Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi TEAM DOSEN TATA KELOLA TI

Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi TEAM DOSEN TATA KELOLA TI Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi TEAM DOSEN TATA KELOLA TI What is IT Resource People Infrastructure Application Information Why IT Should be managed? Manage Information Technology Effectiveness

Lebih terperinci