BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemrosesan Sinyal Menurut Proais et al. (1997), umumnya suatu segmen suara dapat dinyataan dengan deraat etelitian yang tinggi sebagai umlah dari beberapa sinusoida dengan amplitudo dan freuensi yang berbeda. Secara fata, salah satu cara untu menginterpretasian isi informasi atau pesan yang disampaian dengan setiap segmen watu yang pende dari sinyal suara adalah dengan menguur amplitudo, freuensi, dan fase yang terdapat dalam segmen watu sinyal yang pende Downsampling Downsampling adalah proses meredusi umlah data yang besar aibat nilai sampling rate yang besar, sehingga menghasilan data dengan tingat freuensi yang lebih rendah. Dalam eadaan pasti, downsampling tida menimbulan pengaruh merugian pada performa pembelaaran dan lasifiasi dan secara simultan meredusi watu estrasi fitur. Pemroses downsampling meredusi sampling rate sinyal oleh fator M bertipe integer. Sinyal output y(m) disebut sinyal terdownsampling dan diperoleh dengan mengambil hanya setiap nilai e-m dari sinyal input. 7

2 Transformasi Wavelet Menurut Edwards ( 1991 ), Wavelet adalah fungsi orthogonal yang dapat di apliasian pada umpulan data yang terbatas. Tida seperti transformasi Fourier, yang membagi bagi sinyal menadi bebrapa omponen freuensi, transformasi wavelet menggunaan template untu memilih bentu wave yang mirip dengan sinyal aslinya. Setiap elemen dalam wavelet diontrusi dari bentu asli yang sama yang dinamaan mother wavelet ( wavelet indu ). Dalam gabungan wavelet ( sinyal natural ), elemen elemennya merupaan replica tersala watu ( terdilatasi atau terompresi ) dan tertranslasi watu ( tergeser pada sumbu X ) dari prototype atau fungsi indu wavelet Y(t). Wavelet terbentu menggunaan filter high-pass dan low-pass. Transformasi indu dihasilan dari dilatasi dan translasi prototype fungsi bandpass. Transformasi wavelet mengizinan deomposisi e dalam umlah sinyal resolusi rendah ( freuensi rendah ) ditambah elemen detail ( resolusi tinggi ). Menurut Edwards ( 1991 ) fungsi penyaring low-pass dan high-pass adalah sebagai beriut : Low pass a = = = 1 High pass b N N = 1 c 2i ( -1) + 1 f c + 2-2i f dimana : i = variable pencacah nilai output ( 1,, N/2 )

3 9 N = umlah blo input f = nilai input c = oefisien a dan b = nilai output = variabel pencacah blo input Gambar 2.1 Ilustrasi Pohon Penyaring Low-pass dan High-pass Transformasi fourier mempunyai fungsi yang berbeda dari transformasi wavelet. Perbedaan utamanya adalah transformasi fourier memisahan atau membagi sinyal edalam bentu sinus atau cosinus, sedangan wavelet membuat template untu digunaan dalam perbandingan dengan sinyal aslinya. Trasformasi wavelet dapat dirumusan sebagai beriut : = f(x)c (a, b) - F(a, b) ( x ) dx Dimana C adalah fungsi yang dapat berbeda - beda tergantung dari aturan yang digunaan. Contoh dari oefiesien C dan gambar wave yang dihasilan dapat dilihat dari gambar beriut ini.

4 10 Gambar 2.2 Koefisien dan Grafi dari fungsi Haar (a) dan Daubechies (b) Entropi Ide teoritis informasi dari entropi adalah perluasan dari ide fisia. Terdapat banya cara untu menelasan entropi. Entropi merupaan uuran eacaan dari variabel aca. Entropi merupaan uuran dari umlah informasi variabel aca atau isi proses stoasti. Entropi uga merupaan batas bawah pada umlah pesan yang dapat diompresi. Dan ahirnya entropi merupaan nilai rata-rata pertanyaan ya atau tida yang harus diawab mengenai entitas aca untu menentuan nilainya. (Saia) Menurut Thompson, entropi ide yang lahir dari termodinamia lasi merupaan entitas uantitatif, buan ualitatif. Hal itu berarti entropi buan sesuatu yang berdasar intuisi, melainan sesuatu yang didefinisian melalui sebuah persamaan. Entropi dan metria teoritis informasi terait digunaan secara luas dalam apliasi ecerdasan buatan yang melauan permodelan stoasti seperti pengenalan ucapan, pengenalan pola, diagnosis medis, dan pemodelan finansial. (Saia)

5 Pengertian Jaringan Syaraf Manusia Jaringan Syaraf Manusia adalah gabungan sel sel syaraf manusia yang membentu suatu aringan dan mampu untu mengolah berbagai sumber informasi. Pada aringan syaraf manusia terdapat sel syaraf yang terecil yang disebut neuron. Neuron dapat menerima berbagai masuan yang emudian aan memberian respon eluaran berupa rangsangan eletri yang diterusan pada neuron yang lain. Jaringan syaraf manusia mempunyai antara sampai dengan neuron, dan setiap neuronnya mampu berisi umlah informasi, hal ini berarti ota manusia merupaan suatu gudang memori yang sangat luas. Neuron terdiri atas badan sel yang berisi inti sel, nuleus dan seumlah benang halus. Benang halus ini terdiri dari dua bagian yaitu dendrit dan ason, dendrit berfungsi sebagai pembawa pesan untu badan sel, sedangan ason berfungsi sebagai penerima dan titi pertemuan antara dendrit dan ason disebut sinapsis. Dendrites Cell Body Axon Synapse Satrio Dewanto, 2004 Gambar 2.3 Sel Syaraf Ota Manusia

6 Jaringan Syaraf Tiruan Searah Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan pertama ali diperenalan oleh Warren McCulloch dan Wolter Pitts pada tahun McCulloch adalah seorang fisiawan dan ahli bedah syaraf yang masih dalam tahap pembelaaran. Sedangan Pitts adalah seorang ahli matematia yang bergabung dengan McCulloch pada tahun Dalam penelitian, merea mendesripsian logia alulus dari aringan syaraf tiruan yang menggabungan pembelaaaran psiologi neuron dan logia matematia. Model yang dihasilan adalah huum all or - none. Hasil penelitian merea emudian digunaan di University of Chicago untu urang lebih 5 tahun dari tahun Setelah hasil penelitian merea beredar luas di masyaraat, aringan syaraf tiruan mendapat banya perhatian dari berbagai alangan ilmuwan, sehingga aringan syaraf tiruan ini berembang dengan pesat dan disertai dengan diterbitannya berapa buu, salah satunya adalah Cybernatics oleh Wiener s pada tahun 1948, yang berisi tentang onsep penting untu ontrol, omuniasi, dan statisti proses sinyal. Pada tahun 1954, Minsy membuat tesis bertema aringan syaraf tiruan dengan udul Theory of Neural Analog Reinforcement Systems and Its Application to the Brain Model Problem. Perembangan aringan syaraf tiruan sempat terhenti arena sulitnya melatih aringan berlapis dan belum adanya algoritma untu membantu penyelesain masalah tersebut. Pada tahun 1950, Taylor

7 13 memperenalan associative memory yang diiuti dengan cara pembelaaran dengan matris. Setelah itu banya bermunculan metode metode lain yang digunaan dalam aringan syaraf tiruan, misalnya pada tahun 1958, Rosenblatt mempubliasian pendeatan baru untu menyelesaian masalah dalam aringan syaraf tiruan yang diberi nama Perceptron, sebuah metode dari supervised learning, emudian muncul competitive learning, Aadaptive Resonance Theory ( ART ), dll Pengertian Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan adalah aringan yang di desain menyerupai ota manusia yang digunaan untu suatu tugas atau fungsi yang diinginan. Sebuah neuron dalam aringan syaraf tiruan memilii : dendrit ( sebagai input ), tubuh sel, dan axon ( sebagai output ). Dalam ota manusia, sebuah neuron mengolesi sinyal sinyal dari neuron lainnya melalui strutur yang disebut dendrit. Neuron mengirim ativitas eletri melalui aringan tipis dan panang yang dietahui sebagai sebuah axon, yang terbagi dalam ribuan cabang. Pada ahir dari setiap cabang, sebuah strutur sinapsis mengonversi ativitas pada neuron yang teronesi. Pembelaaran tampa oleh perubahan efetifitas sinapsis sehingga teradi perubahan pengaruh antara neuron yang satu dengan lainnya. Jaringan syaraf tiruan biasanya diimplementasian dengan menggunaan omponen eletroni atau disimulasian dengan software dalam omputer.

8 Arsitetur aringan Cara bagaimana neuron - neuron dalam neural networs terstrutur, adalah terhubung erat dengan pembelaaran algoritma menggunaan pelatihan aringan. Secara umum terdapat tiga tipe elas berbeda yang mendasari arsitetur aringan : 1. Single Layer Feedforward Networs. Dalam sebuah aringan syaraf tiruan yang berlapis, neuron neuron - nya terorganisasi edalam bentu layer atau lapisan - lapisan. Bentu yang paling sederhana dari lapisan aringan adalah aringan yang hanya mempunyai satu masuan ( input layer ) dari titi ( node ) sumber yang diterusan e sebuah lapisan eluaran ( output layer ) dari neuron-neuron, tapi tida aan teradi sebalinya. Dengan ata lain aringan ini hanya bersifat feedforward atau tipe acyclic. Contoh dari single layer feedforward networs dapat dlihat dari gambar 2.4. Dalam gambar tersebut terdapat empat buah node bai pada input maupun output, tetapi hanya ada satu eluaran dari setiap node output hanya satu. Jaringan ini tida menghitung input layer dari sumber titi, arena tida ada perhitungan yang dilauan di lapisan input tersebut.

9 15 Gambar 2.4 Feedforward or acylic networ with a single layer of neurons 2. Multilayer FeedForward Networs. Kelas edua dari umpan mau neural networs adalah adanya perbedaan ehadiran satu atau lebih lapisan yang tersembunyi ( hidden layer ), yang mana pemrosesan node - node-nya disebut dengan neuron tersembunyi atau unit yang tersembunyi. Fungsi dari

10 16 neuron - neuron yang tersembunyi adalah untu melauan interferensi pada saat antara masuan esternal dengan eluaran aringan dalam beberapa cara yang berguna. Dengan menambah satu atau lebih lapisan tersembunyi, maa aringan aan mampu mengestra perintah statisti yang lebih tinggi, hal itu dapat teradi bila uuran dari lapisan masuan uga besar. Node - node sumber dari aringan lapisan masuan menyediaan masing - masing pola elemen pengatifan ( input vector ), yang mendasari sinyal-sinyal masuan terhubung e lapisan e dua ( hiddenlayer ). Sinyal - sinyal eluaran dari lapisan e dua aan digunaan sebagai masuan untu lapisan etiga. Secara umum neuron - neuron pada setiap lapisan pada aringan mempunyai inputnya masing-masing dari lapisan yang terdahulunya yang merupaan eluarannya. Sinyal - sinyal eluaran pada neuron-neuron lapisan terahir dari sebuah aringan, mendasari eseluruhan respon dari aringan untu mengativasi pola yang disediaan oleh nodenode input pada lapisan masuan yang pertama ali. Contoh aringan multilyaer feedforward netwoor ditunuan pada gambar 2.5. Gambar tersebut disebut sebagai fully connected, hal ini ditunuan dengan terhubungnya setiap node dari setiap lapisan aringan dengan node pada lapisan beriutnya. Tetapi ia ada satu atau beberapa hubungan omuniasi hilang dari aringan, aringan ini disebut partially connected.

11 17 Gambar 2.5 Fully connected feedforward or acylic networ with on hidden layer and one output layer 3. Recurrent Networs. Merupaan sebuah neural networs yang dibedaan dengan tipe elas umpan mau dimana, pada elas etiga ini mempunyai loop umpan bali Sebagi contoh sebuah aringan recurrent boleh hanya terdiri dari sebuah lapisan neuron - neuron saa, yang setiap neuron - nya memberian umpan bali sinyal eluarannya e sinyal masuan pada seluruh neuron yang lain. Hal ini ditunuan pada gambar 2.6.

12 18 Gambar 2.6 Recurrent networ with no self feedbac loops and no hidden neurons Pada gambar 2.6. tida terdapat umpan bali yang teradi dengan sendirinya (self feedbac loop), umpan bali seperti ini hanya aan teradi pada aringan yang memilii neuron dimana sinyal eluarannya hanya diumpan bali pada masuan neuron itu sendiri dan buan diberian pada sinyal masuan neuron-neuron lainnya termasu neuron itu sendiri.

13 Karateristi Jaringan Terdapat 4 aratesisti aringan yang harus dispesifiasi untu diimplementasian pada aringan syaraf tiruan, yaitu : 1. Number and type of input Pemilihan input untu aringan syaraf tiruan mirip dengan pemilihan lasifiasi sistem. Pemilihan ini harus menduung informasi yang dibutuhan untu membuat eputusan dalam aringan. 2. Connectivity of the networ Berhubungan dengan besar aringan. Yaitu umlah lapisan yang tersembunyi dan umlah node pada setiap lapisan antara input dan output. Dalam aringan syaraf tiruan tida ada batasan seberapa besar atau ecilnya lapisan yang harus digunaan. Jia lapisan terlalu besar maa aan sulit melauan pelatihan pada aringan, sedangan ia lapisan terlalu ecil, aringan mungin tida dapat menglasifiasian semua input yang diinginan dengan aurat. 3. choice of offset Pemilihan offset harus dilauan untu setiap elemen perhitungan sebagai bagian dari prosedur pelatihan, hal ini dilauan untu mencari hubungan antara bobot dan offset 4. choice of nonlinearity Pengalaman dibutuhan untu memilih etida linier -an yang tepat. Hal ini tida terlalu penting dalam aringan, tetapi etida linier-an ini harus bersifat ontinyu dan berubah ubah agar algoritma dalam pelatihan dapat digunaan

14 Metode Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Bali Metode propagasi bali merupaan generalisasi dari algoritma LMS yang dapat digunaan untu melatih aringan multilayer. Propagasi bali uga merupaan pendeatan dari algoritma steepest descent dimana indes inera berupa Mean Square Error. Perbedaan antara algoritma LMS dengan propagasi bali terleta pada cara untu menghitung turunan. Pada aringan linier dengan satu lapis ( single layer ), error merupaan fungsi linier dari bobot aringan dan turunan terhadap bobot dapat dengan mudah dihitung. Pada aringan multilayer dengan fungsi ativasi non linier hubungan antara bobot dan error menadi omples, sehingga untu mendapatan turunan harus menggunaan aturan rantai.

15 21 Gambar 2.7 Arsitetur Jaringan Bacpropagation Algoritma pelatihan aringan syaraf tiruan propagasi bali adalah sebagai beriut : Inisialisasi bobot ( ambil bobot awal dengan nilai random yang cuup ecil ). Tetapan masimum epoh, target error, dan learning rate ( α ) Keraan langah - langah beriut selama ( epoh<masimum epoh ) dan ( MSE > target error ) : 1. Epoh = Epoh Untu tiap tiap pasangan elemen yang aan dilauan pelatihan, eraan : 1) Feedforward : a. Masing - masing unit input ( Xi, i = 1,2,3,...,n) menerima sinyal xi dan menerusan sinyal tersebut e semua unit pada lapisan yang ada di atasnya ( lapisan tersembunyi ). b. Masing masing unit pada suatu lapisan tersembunyi ( Z, = 1,2,3,...,p) menumlahan sinyal sinyal input berbobot z_in n = b1 + x i vi i = 1 dan gunaan fungsi ativasi untu menghitung sinyal output z f(z_in ) = emudian iriman sinyal tersebut e semua unit di lapisan atas ( unit unit output ).

16 22 Langah ini dilauan sebanya umlah lapisan tersembunyi. c. Masing masing unit output ( Y, = 1,2,3,...,m ) menumlahan sinyal sinyal input berbobot y_in p = b2 + z i w i = 1 dan gunaan fungsi ativasi untu menghitung sinyal output y f(y_in ) = 2) Bacpropagation a. Masing masing unit output ( Y, = 1,2,3,...,m ) menerima pola target yang berhubungan dengan pola input pelatihan, menghitung informasi esalahan δ = 1 (t - y )f (y_in ) emudian menghitung oresi bobot ( digunaan untu memperbaii nilai w ) Δ w =α δ z, dan menghitung oresi bias ( digunaan untu memperbaii nilai b2 ) Δ b2 = α δ Langah ini dilauan sebanya umlah lapisan tersembunyi, yaitu menghitung informasi esalahan dari suatu lapisan tersembunyi e lapisan tersembunyi sebelumnya. b. Masing masing unit tersembunyi ( Z, = 1,2,3,...,p ) menumlahan input delta ( dari unit lapisan atas )

17 23 δ _in m = δ w = 1 emudian mengalian nilai tersebut dengan turunan dari fungsi ativasi untu menghitung informasi esalahan δ = δ_in f 1 (z_in ), menghitung oresi bobot ( untu memperbaii nilai v i ) Δ v = α δ i x i, menghitung oresi bias ( untu memperbaii nilai b1 ) Δ b1 = α δ. 3) Memperbaii bobot dan bias a. Masing masing unit output ( Y, = 1,2,3,...,m ) memperbaii bias dan bobot ( = 1,2,3,...,p ) : w (baru) = w (lama) + Δw b2 (baru) = b2 (lama) + Δb2 b. Masing masing unit tersembunyi ( Z, = 1,2,3,...p) memperbaii bias dan bobot ( i = 0,1,2,...,n) : v i (baru) = v i (lama) + Δv i b1 (baru) = b1 (lama) + Δb1 Hitung MSE Kelebihan Jaringan Syaraf Tiruan Kemampuan neural networs dalam memperoleh daya omputasi yang bai dalam pendefinisisan, penglasifisian, dan pengolahan adalah hal yang nyata. Hal ini dapat dilauan arena dua sebab, yaitu : 1. Strutur yang tersebar dan terhubung pararel secara aca / massive.

18 24 2. Kemampuan untu mempelaari dan menyederhanaan-nya. Penyederhana-an yang terdapat pada neural networs adalah menghasilan eluaran atau outputs yang waar atau sesuai untu input yang tida diulang atau diberi feedbac selama pembelaaran atau training. Dalam pelatihan, neural networs tida dapat menyediaan pemecahan atau solusi dengan hanya beera sendiri, melainan membutuhan suatu pendeatan sistem engineering ( rancang bangun ) yang terpadu secara onsisten. Dimana bila diberian suatu permasalahan sulit yang diehendai, maa secara spesifi aan disusun ulang menadi permasalahan - permasalahan yang relatif mudah, dan neural networs aan ditugasan, yang mana sebuah subset ( strutur ) tertentu aan mengeraan permasalahan sesuai dengan emampuannya. Kelebihan Jaringan Syaraf Tiruan : 1. Nonlinearity. Neurons tiruan dapat berbentu linear atau nonlinear. Dan neural networs merupaan nonlinearity saat melauan hubungan nonlinear antara neuron - neuron, terlebih merupaan bentu husus yang disebaran dalam aringan, nonlinearity merupaan bentu yang teramat penting dimana pada saat tertentu mendasari meanisme fisi yang bertanggung awab untu penyederhanaan sinyal input nonliniear yang tida dapat dipisahan. 2. Input-Output Mapping.

19 25 Merupaan sebuah paradigma pembelaaran yang disebut supervised learning, dimana melibatan modifiasi dari beban synaptic aringan syaraf tiruan dengan menerapan seperangat contoh pelatihan yang telah dinamai. Sinyal input yang diambil oleh neural networs dari perangat adalah aca, dimana beban synaptic ( parameter bebas ) dimodifiasi agar dapat menghasilan eadaan yang stabil dimana tida teradi lagi perubahan yang signifian. Perancangan input - output mapping merupaan salah satu pendeatan untu menangani permasalahan yang datang, seperti nonparamertic statistical inference, yang merupaan pendeatan yang membutuhan atau mensyaratan pendugaan secara seehendanya pada batasan-batasan etentuan pada ruang sinyal input, untu penglasifiasian pola contoh atau tugas yang menggunaan seperangat contoh tanpa menimbulan sebuah emunginan dari model yang tersebar atau terdistribusi. 3. Adaptivity. Merupaan emampuan neural networs untu mengubah beban synaptic terhadap perubahan yang teradi pada eadaan seitarnya. Neural Networs dapat beradaptasi untu penglasifiasian pola, pengolahan sinyal, dan pengaturan apliasiapliasi, dimana beban synaptic dapat diatur secara realtime bila beera pada nonstationary environment. Dimana dimunginan bahwa semain adaptive sebuah system, dengan meyainan setiap watu sistem aan beera stabil, maa aan semain sempurna e-

20 26 efetifan atau performansi suatu sistem bila beera pada nonstationary environment. Sebagai contoh eunggulan adaptive, adalah sebuah sistem harus merespon cuup auh mengabaian gangguan palsu dan merespon secara singat perubahan-perubahan yang berarti pada eadaan yang seitarnya. 4. Evidential Response. Pada penelasan penglasifiasian pola sebuah neural networs dapat dibentu untu menghasilan informasi yang tida hanya pada pola tertentu saa yang dipilih, tetapi uga mengenai bagaimana eputusan atau etentuan dibuat. Dimana informasi tersebut selanutnya digunaan untu menola pola yang tida waar, sehingga memperbaii performansi suatu sistem neural networs. 5. Contextual Information. Pengetahuan dihasilan oleh strutur dan eadaan atif dari sebuah neural networs. Setiap neuron dipengaruhi secara global oleh neuron - neuron lainnya pada aringan, onseuensinya contextual information selalu berhadapan secara alami dengan neural networs. 6. Fault Tolerance. Sebuah neural networs diterapan pada bentu hardware, dimana secara potensial aan memilii toleransi esalahan yang sulit dipisahan. Dimana mempunyai prinsip, melauan penurunan performansi secepatnya daripada menunggu atau beroperasi sampai teradinya esalahan yang sangat besar. 7. VLSI Implementability.

21 27 Pararel aca yang alami dari sebuah neural networs mempunyai emampuan potensial yang cepat untu mengeraan permasalahan - permasalahan tertentu, dan seuai untu penerapan pada tenologi VLSI ( Very Large Scale Integrated), untu penangapan sifat yang rumit pada pertunuan yang sangat hiraris. 8. Uniform of Analysis and Design. Neuron - neuron dalam satu bentu atau berbeda aan mewailan sifat sifat yang umum terdapat pada semua neural networs. Sifat yang umum tersebut memunginan untu saling berbagi teori dan algoritma pembelaaran dalam apliasi-apliasi neural networs yang berbeda. 9. Neurobiological Analogy. Pembuatan neural networs dimotivasi oleh cara era ota manusia. Neurobiologist melihat neural networs sebagai alat penelitian untu menggambaran fenomena neurobiologcal. Sedangan para engineers melihat neurobiology sebagai ide-ide baru untu menyelesaian masalah-masalah yang lebih rumit dibandingan dengan teni onvensional yang menggunaan abel Hal Yang Perlu Diperhatian Dalam Jaringan Syaraf Tiruan Dalam pelatihan aringan syaraf tiruan, terdapat beberapa hal yang pelu diperhatian, yaitu: 1. Jaringan syaraf tiruan memilii emunginan untu gagal dalam mendapatan solusi yang memuasan terhadap suatu masalah.

22 28 Mungin ini disebaban tida adanya fungsi yang dapat dipelaari atau umlah data yang tida mencuupi. 2. Jaringan syaraf tiruan tida dapat menelasan awaban yang dieluarannya. Dalam satu hal, awaban terhadap suatu masalah bergantung pada ribuan proses perhitungan yang melibatan pola input dan bobot-bobot sambungan. Melihat bagaimana bobot-bobot tersebut menadi penyebab suatu solusi aan lebih rumit daripada melihat bagaimana suatu program omputer beera. Di lain hal, nilai bobot - bobot itu sendiri merupaan hasil dari prosedur mesin-belaar ( machine-learning ) yang rumit dan susah untu dielasan. 3. Melatih aringan syaraf tiruan bisa lambat dan mahal. Hal ini menyangut biaya yang dieluaran untu eperluan mengumpulan, menganalisis, dan memanipulasi data serta biaya esperimen - esperimen terhadap parameter-parameter yang dilauan untu mendapatan nilai - nilai parameter yang dilauan untu mendapatan nilai - nilai parameter yang bai. Salah satu cara untu mempercepat proses latihan aringan syaraf tiruan adalah mengombinasiannya dengan perangat eras paralel yang dapat menalanan esperimen dengan cepat. 4. Kecepatan proses perhitungan aringan syaraf tiruan aan bertambah lambat bersamaan dengan bertambahnya umlah simpul-simpul dalam aringan syaraf tiruan. Hal ini teradi arena watu eseusi secara langsung bergantung pada umlah simpul-simpul dalam aringan syaraf tiruan.

23 Motor Stepper Stepper motor adalah salah satu tipe motor yang sangat popular digunaan sebagai penggera atau pemutar peralatan industri. Prinsip era stepper motor ini mirip dengan DC motor, yaitu sama-sama dicatu dengan tegangan DC untu memperoleh medan magnet. Bila DC motor memilii magnet tetap pada stator, stepper motor mempunyai magnet tetap pada rotor. Suatu stepper motor biasanya cuup dinyataan dengan spesifiasi : berapa phasa, berapa deraat perstep, berapa volt tegangan catu untu tiap lilitan dan berapa ampere atau miliampere arus yang dibutuhan untu tiap lilitan. Motor stepper bergera secara per step sesuai dengan spesifiasinya, dan bergera dari satu step e step beriutnya memerluan watu. Motor stepper uga memilii arateristi yang lain yaitu holding torque, yang tida dimilii oleh motor DC. Holding torque memunginan motor stepper dapat menahan posisinya etia tida berputar. Hal ini sangat berguna untu apliasi dimana suatu system memerluan eadaan start dan stop. Motor stepper mempunyai beberapa lilitan dimana lilitan - lilitan tersebut harus dicatu ( tegangan ) dahulu dengan suatu urutan tertentu agar dapat berotasi. Membali urutan pemberian tegangan tersebut aan menyebaban putaran motor stepper yang berbali arah. Jia sinyal ontrol tida teririm sesuai dengan perintah maa motor stepper tida aan berputar secara tepat, mungin hanya aan bergetar dan tida bergera. Untu mengontrol motor stepper biasanya ita

24 30 menggunaan suatu rangaian driver yang menangani ebutuhan arus dan tegangan. Menurut Alfian ( 2005 ), arateristi dari motor stepper adalah sebagai beriut: Voltage Tiap motor stepper mempunyai tegangan rata - rata yang biasanya tertulis pada tiap unitnya atau tercantum pada datasheet masing - masing motor stepper. Tegangan rata - rata ini harus diperhatian dengan sesama arena bila melebihi dari tegangan rata - rata ini aan menimbulan panas yang terlalu besar pada motor stepper yang menyebaban inera putarannya tida masimal atau bahan motor stepper aan rusa dengan sendirinya Resistance Resistance per winding adalah arateristi yang lain dari motor stepper. Resistance ini aan menentuan arus yang mengalir, selain itu uga aan mempengaruhi torsi dan ecepatan masimum dari motor stepper. Degrees per step Deraat per step adalah fator terpenting dalam pemilihan motor stepper sesuai dengan apliasinya. Tiap - tiap motor stepper mempunyai spesifiasi masing - masing, antara lain: per step, 1.80 per step, 3.60 per step, 7.50 per step, 150 per step, dan bahan ada yang 900 per step.

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Wahyudi, Sorihi, dan Iwan Setiawan. Jurusan Teni Eletro Faultas Teni Universitas Diponegoro Semarang e-mail : wahyuditinom@yahoo.com.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS Jurnal Teni dan Ilmu Komputer ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS AN ANALYSIS OF THE VARIATION PARAMETERS OF THE ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

Lebih terperinci

Analisa Drop Tegangan dan Susut Daya pada Jaringan Listrik Penyulang Renon Menggunakan Metode Artificial Neural Network

Analisa Drop Tegangan dan Susut Daya pada Jaringan Listrik Penyulang Renon Menggunakan Metode Artificial Neural Network Analisa Drop Tegangan dan Susut Daya pada Jaringan Listri Penyulang Renon Menggunaan Metode Artificial Neural Networ I Gede Dyana Arana Jurusan Teni Eletro Faultas Teni, Universitas Udayana Denpasar, Bali,

Lebih terperinci

ISSN: TEKNOMATIKA Vol.1, No.2, JANUARI

ISSN: TEKNOMATIKA Vol.1, No.2, JANUARI ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol.1, No.2, JANUARI 2009 25 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENDIAGNOSA JENIS PENYAKIT KANDUNGAN Bambang Yuwono Jurusan Teni Informatia UPN Veteran

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Jaringan syaraf tiruan ( Artificial Neural Networ ) adalah suatu tenologi omputasi yang berbasis pada model syaraf biologis dan mencoba

1. Pendahuluan Jaringan syaraf tiruan ( Artificial Neural Networ ) adalah suatu tenologi omputasi yang berbasis pada model syaraf biologis dan mencoba JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION SEBAGAI METODE PERAMALAN PADA PERHITUNGAN TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN DI INDONESIA Nurmalasari Rusmiati 1 Sistem Informasi, Faultas Ilmu Komputer, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

PENENTUAN JENIS PRODUK KOSMETIK PILIHAN BERDASARKAN FAKTOR USIA DAN WARNA KULIT MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

PENENTUAN JENIS PRODUK KOSMETIK PILIHAN BERDASARKAN FAKTOR USIA DAN WARNA KULIT MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN PENENTUAN JENIS PRODUK KOSMETIK PILIHAN BERDASARKAN FAKTOR USIA DAN WARNA KULIT MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN Amethis Otaorora 1, Bilqis Amaliah 2, Ahmad Saihu 3 Teni Informatia, Faultas Tenologi

Lebih terperinci

Neural Network menyerupai otak manusia dalam dua hal, yaitu:

Neural Network menyerupai otak manusia dalam dua hal, yaitu: 2.4 Artificial Neural Networ 2.4.1 Konsep dasar Neural Networ Neural Networ (Jaringan Saraf Tiruan) merupaan prosesor yang sangat besar dan memilii ecenderungan untu menyimpan pengetahuan yang bersifat

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE Warih Maharani Faultas Teni Informatia, Institut Tenologi Telom Jl. Teleomuniasi No.1 Bandung 40286 Telp. (022) 7564108

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK UNTUK KLASIFIKASI DATA

JARINGAN SARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK UNTUK KLASIFIKASI DATA JARINGAN SARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK UNTUK KLASIFIKASI DATA Giri Dhaneswara 1) dan Veronica S. Moertini 2) Jurusan Ilmu Komputer, Universitas Katoli Parahyangan, Bandung Email: 1) rebirth_82@yahoo.com,

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN MATLAB

PENGENALAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN MATLAB PENGENALAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN MATLAB Wirda Ayu Utari Universitas Gunadarma utari.hiaru@gmail.com ABSTRAK Program pengenalan pola ini merupaan program yang dibuat

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Off-Line Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teknik Elektronika PENS 2009

Model Pembelajaran Off-Line Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teknik Elektronika PENS 2009 Model Pembelaaran Off-Line Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Untu Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teni Eletronia PENS 2009 Arie Setya Wulandari#, Eru Puspita S.T., M.Kom#2 # Jurusan

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTILAYER FEEDFORWARD NETWORK DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION

PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTILAYER FEEDFORWARD NETWORK DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION Konferensi Nasional Sistem dan Informatia 2008; Bali, November 5, 2008 PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTILAYER FEEDFORWARD NETWORK DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION Wahyudi Setiawan

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Feedforward Bacpropagation Sorihi *, Wahyudi **, Iwan Setiawan ** Abstra - Jaringan syaraf bacpropagation merupaan aringan syaraf yang telah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Keranga Pemiiran Pemerintah ahir-ahir ini sering dihadapan pada masalah persediaan pupu bersubsidi yang daya serapnya rendah dan asus elangaan di berbagai loasi di Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PADA SISTEM PENGENALAN WAJAH BERBASIS PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PADA SISTEM PENGENALAN WAJAH BERBASIS PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PADA SISTEM PENGENALAN WAJAH BERBASIS PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS 1 Ihwannul Kholis, 2 Ahmad Rofii. 1 Universitas 17 Agustus 1945 Jaarta,

Lebih terperinci

APLIKASI WAVELET RECURRENT NEURAL NETWORK UNTUK PREDIKSI DATA TIME SERIES. : Agus Sumarno NRP :

APLIKASI WAVELET RECURRENT NEURAL NETWORK UNTUK PREDIKSI DATA TIME SERIES. : Agus Sumarno NRP : APLIKASI WAELET RECURRENT NEURAL NETWORK UNTUK PREDIKSI DATA TIME SERIES Nama : Agus Sumarno NRP : 06 00 706 Jurusan : Matematia Dosen Pembimbing : Drs. Daryono Budi Utomo, M.Si Abstra Model time series

Lebih terperinci

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM 1,2 Faultas MIPA, Universitas Tanjungpura e-mail: csuhery@sisom.untan.ac.id, email: dedi.triyanto@sisom.untan.ac.id Abstract

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MERAMALKAN BEBAN PEMAKAIAN AIR PADA PDAM KOTA BANDUNG

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MERAMALKAN BEBAN PEMAKAIAN AIR PADA PDAM KOTA BANDUNG APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MERAMALKAN BEBAN PEMAKAIAN AIR PADA PDAM KOTA BANDUNG Oleh : M.Rizi.H.S, Andri Heryandi,S.T, Bambang Siswoyo,Ir,M.Si Jl. Dipati Uur Bandung Teni Informatia Universitas

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS Jurnal Teni dan Ilmu Komputer SISTEM PENGENALAN AJAH DENGAN MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETORK DAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS FACE RECOGNITION SYSTEM USING BACKPROPAGATION ARTIFICIAL

Lebih terperinci

BAB V ALGORITMA PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB V ALGORITMA PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB V ALGORITMA PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami onsep pembelaaran dalam JST Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui prinsip algoritma Perceptron 2. Dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Jadwal Secara Umum Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jadwal adalah pembagian watu berdasaran rencana pengaturan urutan erja, daftar atau tabel egiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Di aman searang sebuah adal yang tersusun rapi merupaan ebutuhan bagi setiap individu. Namun masalah penyusunan sebuah adal merupaan sebuah masalah umum yang teradi,

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Departemen

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR 1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENGENALAN POLA GEOMETRI WAJAH MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK Muhamad Tonovan *, Achmad Hidayatno **, R. Rizal Isnanto ** Abstra - Pengenalan waah adalah

Lebih terperinci

TEKNIK PERAMALAN TINGKAT PENJUALAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

TEKNIK PERAMALAN TINGKAT PENJUALAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN TENI PERAMALAN TINGAT PENJUALAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN Sri Mulyana Program Studi Ilmu omputer F MIPA UGM Seip Unit III Yogyaarta Telp (0274)546194 e-mail : smulyana@ugm.ac.id Abstra Tingat penualan

Lebih terperinci

Dany Candra Febrianto ) dan Hindayati Mustafidah )

Dany Candra Febrianto ) dan Hindayati Mustafidah ) Penerapan Jaringan Saraf Tiruan dengan Metode Pembelaaran Bacpropagation untu Mengetahui Tingat Kualifiasi Calon Siswa pada Sistem Informasi Penerimaan Siswa Baru di MAN 2 Banarnegara (Application of Artificial

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Proses utama dari pengenalan karakter adalah menerima karakter input dan

BAB II LANDASAN TEORI. Proses utama dari pengenalan karakter adalah menerima karakter input dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Teori Proses utama dari pengenalan arater adalah menerima arater input dan memerisa apaah hasil input tersebut sesuai dengan salah satu arater yang ada. Bagian yang

Lebih terperinci

PENGENALAN KAPAL PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PENGENALAN KAPAL PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PENGENALAN KAPAL PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Sutino 1, Helmie Arif Wibawa 2, Priyo Sidi Sasongo 3 123 Jurusan Ilmu Komputer/Informatia, FSM,

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penerima Beasiswa SMK Menggunakan Metode Backpropagation

Sistem Pendukung Keputusan Penerima Beasiswa SMK Menggunakan Metode Backpropagation Seminar Nasional e 9: Reayasa Tenologi Industri dan Informasi Sistem Penduung Keputusan Penerima Beasiswa SMK Menggunaan Metode Bacpropagation Teti Rohaeti 1, Yoyon Kusnendar Suprapto 2, Eo Mulyanto 3

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN GERAK TANGAN MANUSIA SEBAGAI INPUT PADA KOMPUTER

PENDETEKSIAN GERAK TANGAN MANUSIA SEBAGAI INPUT PADA KOMPUTER PENDETEKSIAN GERAK TANGAN MANUSIA SEBAGAI INPUT PADA KOMPUTER Wiaria Gazali 1 ; Haryono Soeparno 2 1 Jurusan Matematia, Faultas Sains dan Tenologi, Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKS BRAILLE BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN FEEDFORWARD MULTILAYER DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACK PROPAGATION

PENGENALAN TEKS BRAILLE BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN FEEDFORWARD MULTILAYER DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACK PROPAGATION 1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENGENALAN TEKS BRAILLE BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN FEEDFORWARD MULTILAYER DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACK PROPAGATION Praditya Firmansyah *, Wahyul Amien Syafei**, Iwan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. relevan, lengkap, dan terkini sejalan dengan permasalahan yang dihadapi. Di sini juga

BAB 2 LANDASAN TEORI. relevan, lengkap, dan terkini sejalan dengan permasalahan yang dihadapi. Di sini juga BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam landasan teori ini, pada dasarnya aan dielasan mengenai teori yang relevan, lengap, dan terini sealan dengan permasalahan yang dihadapi. Di sini uga terdapat hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

PENGENALAN KARAKTER TULISAN TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK RESILIENT

PENGENALAN KARAKTER TULISAN TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK RESILIENT PENGENALAN KARAKTER TULISAN TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK RESILIENT Oleh : DONNY WAHYU SAPUTRO G06499031 DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PREDIKSI KELULUSAN MAHASISWA DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

PREDIKSI KELULUSAN MAHASISWA DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN Ansari Predisi Kelulusan Mahasiswa Dengan Jaringan Syaraf Tiruan PREDIKSI KELULUSAN MAHASISWA DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN Rudy Ansari STMIK Indonesia Banarmasin e-mail: rudy.ansari@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

KAJIAN PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE FACE-ARG DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

KAJIAN PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE FACE-ARG DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Media Informatia, Vol. 5, No. 2, Desember 2007, 99-111 ISSN: 0854-4743 KAJIAN PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE FACE-ARG DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Anita Desiani Jurusan Matematia,

Lebih terperinci

PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN RESILIENT BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DENGAN PRAPROSES TRANSFORMASI WAVELET INEZA NUR OKTABRONI

PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN RESILIENT BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DENGAN PRAPROSES TRANSFORMASI WAVELET INEZA NUR OKTABRONI PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN RESILIENT BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DENGAN PRAPROSES TRANSFORMASI WAVELET INEZA NUR OKTABRONI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Sistem Peramalan Jumlah Produksi Air PDAM Samarinda Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Sistem Peramalan Jumlah Produksi Air PDAM Samarinda Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Sistem Peramalan Jumlah Produsi Air PDAM Samarinda Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Anindita Septiarini 1 dan Nur Sya baniah 2 1 Program Studi Ilmu Komputer FMIPA, Universitas Mulaarman

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK (STUDI KASUS DI PT.PLN AREA DISTRIBUSI JABAR)

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK (STUDI KASUS DI PT.PLN AREA DISTRIBUSI JABAR) PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK (STUDI KASUS DI PT.PLN AREA DISTRIBUSI JABAR) Oleh: ¹ HERLY MARDANI (000298) ² BAMBANG SISWOYO,

Lebih terperinci

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID Ferry Tan, Giovani Gracianti, Susanti, Steven, Samuel Luas Jurusan Teni Informatia, Faultas

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

BAB II PENGENALAN WAJAH

BAB II PENGENALAN WAJAH BAB II PENGENALAN WAJAH Sistem pengenalan waah dapat dibagi menadi empat tahap, yaitu tahap pengolahan citra, detesi waah, estrasi fitur dan tahap pengenalan waah. Pada tugas ahir ini aan lebih diteanan

Lebih terperinci

Sistem Informasi Peramalan Beban Listrik Jangka Panjang di Kabupaten Jember Menggunakan JST Backpropagation

Sistem Informasi Peramalan Beban Listrik Jangka Panjang di Kabupaten Jember Menggunakan JST Backpropagation 1 Sistem Informasi Peramalan Beban Listri Janga Panang di Kabupaten Jember Menggunaan JST Bacpropagation Dodi Setiabudi Abstra Kebutuhan energi listri sebagai salah satu infrastrutur penting sangat diutamaan.

Lebih terperinci

II. DASAR TEORI I. PENDAHULUAN

II. DASAR TEORI I. PENDAHULUAN IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PERAMBATAN-BALIK UNTUK MENDETEKSI GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA M. Fuad Latief *, R. Rizal Isnanto, Budi Setiyono Abstra - Membran sel darah manusia mengandung bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Tiruan 2.1.1. Latar Belaang Jaringan Syaraf Tiruan dibuat pertama ali pada tahun 1943 oleh neurophysiologist Waren McCulloch dan logician Walter Pits, namun tenologi

Lebih terperinci

Kecerdasan Komputasional Berbasis Jaringan Neural Buatan (JNB) Pada Sistem Pengenalan Wajah (Face Recognition)

Kecerdasan Komputasional Berbasis Jaringan Neural Buatan (JNB) Pada Sistem Pengenalan Wajah (Face Recognition) No. 1/XXVI/2007 Wawan Setiawan, Kecerdasan Komputasional Kecerdasan Komputasional Berbasis Jaringan Neural Buatan (JNB) Pada Sistem Pengenalan Waah (Face Recognition) Wawan Setiawan (Universitas Pendidian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. meneliti bagaimana mesin dapat belajar dan berpikir seperti layaknya manusia. Bidang

BAB 2 LANDASAN TEORI. meneliti bagaimana mesin dapat belajar dan berpikir seperti layaknya manusia. Bidang BAB 2 LANDASAN TEORI Intelegensia Semu (IS) adalah salah satu bidang dalam ilmu omputer yang meneliti bagaimana mesin dapat belajar dan berpiir seperti layanya manusia. Bidang ilmu ini mempelajari bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY Tedy Rismawan dan Sri Kusumadewi Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas, Jurusan Teni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar Tugas Ahir PENDETEKSI POSISI MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER MMA7260Q BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 Muhammad Riyadi Wahyudi, ST., MT. Iwan Setiawan, ST., MT. Abstract Currently, determining

Lebih terperinci

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT Jurnal Teni Eletro Vol. 3 No.1 Januari - Juni 1 6 ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoo Sumaryono ABSTRACT Noise is inevitable in communication

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. II.1. Pendahuluan

BAB II DASAR TEORI. II.1. Pendahuluan BAB II DASAR EORI II.1. Pendahuluan Pada bab ini pertama-tama aan dijelasan secara singat apa yang dimasud dengan target tracing dalam sistem Radar. Di dalam sebuah sistem Radar ada beberapa proses yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Jenis penelitian yang digunaan adalah penelitian desriptif, yaitu penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subye

Lebih terperinci

STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT

STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT TUGAS AKHIR STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT 040803023 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

APLIKASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN ALIRAN SUNGAI BLEGA ABSTRACT

APLIKASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN ALIRAN SUNGAI BLEGA ABSTRACT APLIKASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN ALIRAN SUNGAI BLEGA Manyu Fauzi, Minarni Nur Trilita Mahasiswa S3 MRSA, Jurusan Teni Sipil-ITS dan Pengaar Jurusan Teni Sipil Univ. Riau Mahasiswa S3

Lebih terperinci

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT 3.1 Studi Literatur tentang Pengelolaan Sampah di Beberapa Kota di Dunia Kaian ilmiah dengan metode riset operasi tentang masalah

Lebih terperinci

ARSITEKTUR DAN ALGORITMA JST UNTUK MENDUKUNG PREDIKSI GANGGUAN GEOMAGNET

ARSITEKTUR DAN ALGORITMA JST UNTUK MENDUKUNG PREDIKSI GANGGUAN GEOMAGNET Prosiding SNaPP2012 : Sains, Tenologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 ARSITEKTUR DAN ALGORITMA JST UNTUK MENDUKUNG PREDIKSI GANGGUAN GEOMAGNET 1 John Maspupu 1 Pussainsa LAPAN, Jl Dr Dundunan No 133 Bandung

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 1 Otober 17 ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING BOARD)

Lebih terperinci

STABILISATOR SISTEM TENAGA BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN BERULANG UNTUK SISTEM MESIN TUNGGAL

STABILISATOR SISTEM TENAGA BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN BERULANG UNTUK SISTEM MESIN TUNGGAL ISSN: 693-6930 65 STABILISATOR SISTEM TENAGA BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN BERULANG UNTUK SISTEM MESIN TUNGGAL Widi Aribowo Faultas Teni, Universitas Negeri Surabaya Kampus Unesa Jalan Ketintang, Surabaya

Lebih terperinci

PERAMALAN CURAH HUJAN WILAYAH SEMARANG BARAT DENGAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION

PERAMALAN CURAH HUJAN WILAYAH SEMARANG BARAT DENGAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION PERAMALAN CURAH HUJAN WILAYAH SEMARANG BARAT DENGAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION Wellie Sulistanti Abstract- Tuuan dari penelitian ini untu mengapliasian cara era aringan syaraf tiruan dengan menggunaan

Lebih terperinci

DETEKSI POLA BERDASARKAN COLOUR FEATURE DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

DETEKSI POLA BERDASARKAN COLOUR FEATURE DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN Prosiding Seminar Nasional Apliasi Sains & Tenologi (SNAST) Periode II ISSN: 1979-911X Yogyaarta, 11 Desember 2010 DETEKSI POLA BERDASARKAN COLOUR FEATURE DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN Uning Lestari

Lebih terperinci

Transformasi Wavelet Diskret Untuk Data Time Series

Transformasi Wavelet Diskret Untuk Data Time Series SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 015 Transformasi Wavelet Disret Untu Data Time Series S - 11 11 Vemmie Nastiti Lestari, Subanar Jurusan Matematia, Faultas Matematia dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV METODE BELAJAR HEBBIAN

BAB IV METODE BELAJAR HEBBIAN BAB IV MEODE BELAJAR HEBBIAN - Aturan Hebb meruaan salah satu huum embelajaran jaringan neural yang ertama. Diemuaan oleh Donald Hebb (949). Hebb lahir di Chester, Nova Scotia, ada ergantian abad. - Isinya

Lebih terperinci

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya Studi dan Analisis mengenai Hill ipher, Teni Kriptanalisis dan Upaya enanggulangannya Arya Widyanaro rogram Studi Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung Email: if14030@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA FEED FORWARD BACKPROPAGATION PADA SISTEM KEAMANAN AKSES MENGGUNAKAN SIDIK JARI.

APLIKASI ALGORITMA FEED FORWARD BACKPROPAGATION PADA SISTEM KEAMANAN AKSES MENGGUNAKAN SIDIK JARI. Proceeding Seminar dan Worshop Nasional Pendidian Teni Eletro (SWNE) FPTK Universitas Pendidian Indonesia APLIKASI ALGORITMA FEED FORWARD BACKPROPAGATION PADA SISTEM KEAMANAN AKSES MENGGUNAKAN SIDIK JARI.

Lebih terperinci

Pendeteksi Rotasi Menggunakan Gyroscope Berbasis Mikrokontroler ATmega8535

Pendeteksi Rotasi Menggunakan Gyroscope Berbasis Mikrokontroler ATmega8535 Maalah Seminar Tugas Ahir Pendetesi Rotasi Menggunaan Gyroscope Berbasis Miroontroler ATmega8535 Asep Mubaro [1], Wahyudi, S.T, M.T [2], Iwan Setiawan, S.T, M.T [2] Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup [1] Sistem endali dapat diataan sebagai hubungan antara omponen yang membentu sebuah onfigurasi sistem, yang aan menghasilan tanggapan sistem yang diharapan.

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU Wahyudi 1, Adhi Susanto 2, Sasongo P. Hadi 2, Wahyu Widada 3 1 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Tembalang,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT BACKPROPAGATION UNTUK IDENTIFIKASI PEMBICARA DENGAN PRAPROSES MFCC. Oleh:

PENGEMBANGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT BACKPROPAGATION UNTUK IDENTIFIKASI PEMBICARA DENGAN PRAPROSES MFCC. Oleh: 1 PENGEMBANGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT BACKPROPAGATION UNTUK IDENTIFIKASI PEMBICARA DENGAN PRAPROSES MFCC Oleh: NURHADI SUSANTO G64103059 DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau

Lebih terperinci

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D Variasi Spline Kubi untu Animasi Model Wajah 3D Rachmansyah Budi Setiawan (13507014 1 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

BAB III MODEL KANAL WIRELESS

BAB III MODEL KANAL WIRELESS BAB III MODEL KANAL WIRELESS Pemahaman mengenai anal wireless merupaan bagian poo dari pemahaman tentang operasi, desain dan analisis dari setiap sistem wireless secara eseluruhan, seperti pada sistem

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR)

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR) Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self uning Regulator (SR) Oleh : Muhammad Fitriyanto e-mail : D_3_N2@yahoo.com Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA Iing Mutahiroh, Fajar Saptono, Nur Hasanah, Romi Wiryadinata Laboratorium Pemrograman dan Informatia

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI MUSIK DENGAN SOLO INSTRUMEN

PENERAPAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI MUSIK DENGAN SOLO INSTRUMEN Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 009 (SNATI 009) Yogyaarta, 0 Juni 009 ISSN:1907-50 PENERAPAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI MUSIK DENGAN SOLO INSTRUMEN Gunawan 1, Agus Djaja Gunawan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA.1 Sifat Dasar Neutron Neutron yang dihasilan dari reator nulir biasanya merupaan neutron berenergi rendah. Secara umum, neutron energi rendah dapat dilasifiasian dalam tiga enis yaitu

Lebih terperinci

MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE

MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE Desfrianta Salmon Barus - 350807 Jurusan Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung Bandung e-mail: if807@students.itb.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No., (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) Implementasi Algoritma Pencarian Jalur Sederhana Terpende dalam Graf Anggaara Hendra N., Yudhi Purwananto, dan Rully Soelaiman Jurusan

Lebih terperinci

Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter

Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter eguh Herlambang 1, Denis Fidita 2, Puspandam Katias 2 1 Program Studi Sistem Informasi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Unusa Kampus B

Lebih terperinci

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( )

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( ) PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursati (13507065) Program Studi Teni Informatia, Seolah Teni Eletro dan Informatia, Institut Tenologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung, 40132

Lebih terperinci

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan Statisti Respon Kanal Radio Dalam Ruang Pada Freuensi,6 GHz Christophorus Triaji I, Gamantyo Hendrantoro, Puji Handayani Institut Tenologi Sepuluh opember, Faultas Tenologi Industri, Jurusan Teni Eletro

Lebih terperinci

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming JURAL TEKIK POMITS Vol. 2, o. 2, (2013) ISS: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming Yunan Helmy Amrulloh, Rony Seto Wibowo, dan Sjamsjul

Lebih terperinci

SISTEM PENGENAL WAJAH DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

SISTEM PENGENAL WAJAH DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN SISTEM PENGENAL WAJAH DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN Julian Supardi, Rz. Abdul Aziz, Syepriansyah Seolah Tggi Manaemen Informatia dan Komputer Darmaaya Jl. Z.A Pagar Alam No. 93 Bandar Lampung Indonesia

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (Studi Kasus daerah Kab. Sleman, Provinsi DIY)

Prediksi Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (Studi Kasus daerah Kab. Sleman, Provinsi DIY) Jurnal PROte Vol. 3 No. 1, 216 Predisi Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Iis Hamsir Ayub Wahab Program Studi Teni Eletro Faultas Teni, Universitas Khairun Email: hamsir@unhair.ac.id

Lebih terperinci

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 16 Juni 2007 PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT I ing Mutahiroh, Indrato, Taufiq Hidayat Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Variabel Variabel ialah sesuatu yang nilainya berubah-ubah menurut watu atau berbeda menurut elemen/tempat. Umumnya nilai arateristi merupaan variabel dan diberi simbol huruf X.

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI IMPLEMENTASI JARINGAN BASIS RADIAL DAN FUZZY INFERENCE SYSTEM TSK UNTUK PENYELESAIAN CURVE FITTING

STUDI KOMPARASI IMPLEMENTASI JARINGAN BASIS RADIAL DAN FUZZY INFERENCE SYSTEM TSK UNTUK PENYELESAIAN CURVE FITTING STUDI KOPARASI IPEENTASI JARINGAN BASIS RADIA DAN FUZZY INFERENCE SYSTE TSK UNTUK PENYEESAIAN CURVE FITTING Sri Kusumadewi Teni Informatia Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 4,5 Yogyaarta cicie@fti.uii.ac.id

Lebih terperinci

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi Tanggapan Watu Alih Orde Tinggi Sistem Orde-3 : C(s) R(s) ω P ( < ζ (s + ζω s + ω )(s + p) Respons unit stepnya: c(t) βζ n n < n ζωn t e ( β ) + βζ [ ζ + { βζ ( β ) cos ( β ) + ] sin ζ ) ζ ζ ω ω n n t

Lebih terperinci

TRANSFORMASI KOORDINAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK RESILIENT (Studi Kasus: Daerah Jawa Bagian Barat) SUPRIYANTI

TRANSFORMASI KOORDINAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK RESILIENT (Studi Kasus: Daerah Jawa Bagian Barat) SUPRIYANTI TRANSFORMASI KOORDINAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK RESILIENT (Studi Kasus: Daerah Jawa Bagian Barat) SUPRIYANTI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB 2 TEORI PENUNJANG BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan

Lebih terperinci