SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR
|
|
- Hartanti Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN (STUDI KASUS : KECAMATAN RUNGKUT) Disusun Oleh: Jeffrey Arrahman Prilaksono Dosen Pembimbing: Dr. Ing. Ir. Haryo Sulistyarso Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012
2 LATAR BELAKANG Pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan saat ini Penurunan kualitas lingkungan permukiman (RDTRK UP Rungkut ) Masih kurang optimalnya partisipasi masyarakat di wilayah studi terkait kesadaran serta keterlibatan mereka dalam proses perencanaan maupun pengelolaan lingkungan fisik permukiman RUMUSAN MASALAH Kurang optimalnya tingkat partisipasi masyarakat dalam perbaikan lingkungan permukimannya Menurunnya kualitas lingkungan fisik permukiman Pertanyaan : Faktor-faktor apakah yang berpengaruh dalam partisipasi masyarakat pada perbaikan lingkungan fisik permukiman di wilayah studi?
3 TUJUAN DAN SASARAN Tujuan Merumuskan arahan peningkatan partisipasi masyarakat yang tepat untuk perbaikan lingkungan fisik permukiman di Kecamatan Rungkut Sasaran Identifikasi karakteristik masyarakat dan lingkungan permukiman setempat Identifikasi tingkat partisipasi masyarakat Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam perbaikan lingkungan permukiman Terumuskannya arahan peningkatan partisipasi masyarakat dalam perbaikan lingkungan fisik permukiman di wilayah studi
4 RUANG LINGKUP Ruang Lingkup Wilayah Permukiman Kampung di Kecamatan Rungkut 5 RW di Kelurahan Kalirungkut 5 RW di Kelurahan Rungkut Kidul Ruang Lingkup Pembahasan Mengidentifikasi karakteristik masyarakat Merumuskan arahan peningkatan partisipasi untuk perbaikan lingkungan fisik permukiman Ruang Lingkup Substansi Berkaitan dengan konsep, teori, serta strategi partisipasi masyarakat dalam pembangunan serta teori mengenai permukiman
5
6 MANFAAT PENELITIAN Manfaat Teoritis Menambah wawasan dan ilmu dalam pembangunan dengan konsep partisipasi masyarakat Manfaat Praktis Memberikan masukan pada pemerintah serta masyarakat setempat akan arahan peningkatan partisipasi masyarakat dalam perbaikan lingkungan permukiman HASIL YANG DIHARAPKAN Terumuskannya arahan peningkatan partisipasi masyarakat untuk perbaikan lingkungan fisik permukiman di Kecamatan Rungkut
7 SINTESA TINJAUAN PUSTAKA Partisipasi masyarakat Keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat dalam proses kegiatan pembangunan dimulai dari proses perencanaan hingga pengawasannya. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat Terdapat beragam bentuk partisipasi dan hal ini dipengaruhi dari kesadaran masyarakat tersebut terhadap pembangunan bersifat partisipatif Tingkatan partisipasi masyarakat Terdapat 8 tangga partisipasi menurut Arnstein (1969) terhadap derajat keterlibatan masyarakat dalam keterlibatannya pada program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. 8 tangga ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu non participation, degrees of tokenism, dan degrees of citizen.
8 SINTESA TINJAUAN PUSTAKA Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Terdapat beberapa faktor, yaitu faktor kapatsitas sumber daya lokal yang dapat ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi masyarakat dan eksternal yang berupa pihak berkepentingan seperti pemerintah dan swasta (LSM). Faktor lain yang yang terlibat antara lain mengenai pola pikir masyarakat, kelembagaan, dan kapasitas sumber daya lokal Permukiman kumuh Permukiman adalah paduan antara perumahan dengan isinya, yaitu manusia yang hidup dan berbudaya Penurunan kualitas lingkungan fisik permukiman dapat ditinjau dari kondisi infrastrukturnya seperti drainase, aksesibilitas, kondisi fisik bangunan, serta persampahan yang kurang dikelola dengan baik
9 HASIL SINTESA TINJAUAN PUSTAKA No Teori Indikator Variabel 1 Partisipasi Karakteristik sosial - Jenis Kelamin masyarakat masyarakat - Usia dalam perbaikan - Tingkat Pendidikan lingkungan Karakteristik ekonomi - Tingkat Penghasilan permukiman masyarakat - Mata Pencaharian 2 Lingkungan fisik permukiman - Drainase - Tata bangunan - Aksesibilitas Partisipasi rendah - Terapi Tingkat partisipasi masyarakat Partisipasi Sedang - Pemberian informasi - Konsultasi - Perujukan Partisipasi Tinggi - Kemitraan - Pelimpahan Kekuasaan - Kontrol Masyarakat
10 HASIL SINTESA TINJAUAN PUSTAKA No Teori Indikator Variabel 3 Faktor-faktor Pola Pikir Masyarakat - Tingkat Kepercayaan Masyarakat Partisipasi Masyarakat - Tingkat Kesadaran Masyarakat Kelembagaan - Pembagian Wewenang - Wadah Partisipasi - Pembiayaan Program/ Kegiatan Kapasitas Sumber Daya Lokal - Perbedaan Usia Penduduk - Keanekaragaman Latar Belakang Pendidikan - Keanekaragaman Mata Pencaharian - Tingkat Penghasilan - Perbedaan Jenis Kelamin
11 METODE PENELITIAN Jenis penelitian => penelitian deskriptif, karena akan banyak memaparkan kondisi realitas dalam hal partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan permukiman yang kemudian dianalisa berdasarkan teori terkait substansi penelitian Pendekatan penelitian => pendekatan rasionalisme => berdasar pada sumber kebenaran teori dan fakta empirik
12 VARIABEL PENELITIAN No. Sasaran Indikator Variabel Definisi Operasional 1 Identifikasi karakteristik masyarakat dan kondisi lingkungan fisik permukiman Karakteristik Sosial masyarakat Karakteristik Ekonomi Masyarkat Lingkungan fisik Jenis Kelamin Usia Tingkat Pendidikan Tingkat Penghasilan Mata Pencaharian Drainase Aksesibilitas Komposisi jenis kelamin masyarakat yang terdapat wilayah studi Tinggi rendahnya usia produktif yang terdapat pada wilayah studi Tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat pada wilayah studi Tinggi rendahnya tingkat penghasilan masyarakat pada wilayah studi Komposisi mata pencaharian masyrakat yang terdapat pada wilayah studi Pelayanan drainase yang terdapat pada kawasan. Dapat dilihat dari kondisi maupun ketersediaannya. Pelayanan aksesibilitas yang terdapat pada kawasan. Dapat dilihat dari kondisi perkerasan jalan maupun ketersediaannya. Selain itu juga dapat dilihat dari kelengkapan attributnya seperti ketersediaan penerangan jalan.
13 No. Sasaran Indikator Variabel Definisi Operasional 2 Identifikasi Tingkat Tingkat Partisipasi Partisipasi Rendah Terapi Masyarakat pada program tersebut Wilayah Studi Tingkat Partisipasi Sedang Tingkat Partisipasi Tinggi Pemberian Informasi Konsultasi Perujukan Kemitraan Pelimpahan Kekuasaan Kontrol Masyarakat Frekuensi masyarakat terlibat dalam kegiatan/ program akan tetapi tidak dapat memberikan masukan/ pendapat mereka dalam kegiatan/ Frekuensi masyarakat yang mendapatkan sedikit kesempatan untuk memberi masukan akan tetapi masukan tersebut hampir tidak berpengaruh pada kegiatan/ program tersebut Frekuensi masyarakat yang memiliki kesempatan untuk melakukan komunikasi dua arah dan memberikan masukan-masukan akan tetapi tidak ada jaminan bahwa masukan mereka akan diperhatikan Frekuensi masyarakat yang masukan/ pendapatnya diperhatikan sesuai kebutuhan sehingga sudah memiliki beberapa pengaruh terhadap suatu kegiatan/ program Frekuensi masyarakat yang diajak berbagi tanggung jawab, pengambilan keputusan, penyusunan kebijakan, serta penyelesaian masalah dalam kegiatan/ program Frekuensi masyarakat yang mendapatkan kewenangan untuk membuat keputusan yang dominan dalam suatu kegiatan/ program Frekuensi masyarakat yang mendapatkan kekuasaan untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi suatu kegiatan/ program
14 VARIABEL PENELITIAN No. Sasaran Indikator Variabel Definisi Operasional 3 Identifikasi faktor-faktor yang paling berpengaruh pada partisipasi masyarakat Pola Pikir Masyarakat Kelembagaan Tingkat Kepercayaan Masyarkat Kesadaran Masyarakat Pembagian wewenang Wadah partisipasi Pembiayaan kegiatan/ program Tinggi rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap terakomodirnya pendapat/ masukan/ saran mereka dalam program/ kegiatan perbaikan lingkungan yang melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya Tinggi rendahnya tingkat kesadaran masyarakat mengenai tanggung jawab dalam upaya perbaikan lingkungan mereka Sejauh mana pemerintah memberikan kekuasaan/ wewenang pada masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan/ program perbaikan lingkungan Keberadaan wadah/ organisasi yang sudah berjalan dengan baik yang bertujuan untuk menampung masukan/ pendapat/ usul masyarakat terkait dengan perbaikan lingkungan pada wilayah studi Jumlah program/ kegiatan yang berjalan dengan sumber pembiayaan swadaya masyarakat
15 No. Sasaran Indikator Variabel Definisi Operasional 3 Identifikasi faktorfaktor yang paling Sumber berpotensi menimbulkan perbedaan pendapat dalam Kapasitas Komposisi usia antara kaum tua dan muda Perbedaan Usia berpengaruh pada Daya Lokal hal-hal tertentu yang berkaitan dengan suatu Penduduk partisipasi masyarakat kegiatan/ program 4 Terumuskannya arahan peningkatan partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan fisik permukiman di (Hasil dari sasaran 1 dan 3) Keanekaraga man Latar Belakang Pendidikan Keanekaraga man Mata Pencaharian Tingkat Penghasilan Perbedaan Jenis Kelamin Komposisi latar belakang pendidikan memiliki pengaruh pada heterogenitas input/ masukan sehingga dapat meningkatkan kualitas output/ keputusan pada setiap kegiatan/ program perbaikan lingkungan yang melibatkan partisipasi masyarakat Tingginya keanekaragaman mata pencaharian memiliki pengaruh pada alokasi waktu yang dapat disediakan oleh masyarakat terkait dengan kesibukannya masing-masing Keberadaan wadah/ organisasi yang sudah berjalan dengan baik yang bertujuan untuk menampung masukan/ pendapat/ usul masyarakat terkait dengan perbaikan lingkungan pada wilayah studi Potensi terjadinya diskriminasi peran gender dalam partisipasi masyarakat dapat dilihat dari komposisi jenis kelamin pada wilayah studi (Hasil dari sasaran 1 dan 3) -
16 RESPONDEN DAN SAMPEL Dalam penelitian ini menggunakan purposive sampel. Purposive sampel bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih terfokus untuk menjawab permasalahan penelitian dengan menggunakan beberapa kriteria pada sampel yang diambil. Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dilakukan purposive sampel, terhadap : Sampel Kriteria Keterangan Perwakilan Masyarakat Memiliki kedudukan di mata masyarakat Memiliki pengalaman dalam keterlibatan kegiatan/ program partisipasi masyarakat dalam perbaikan lingkungan Ketua RT setempat Terdapat 10 RW dengan total 39 RT Jumlah 39 orang
17 TEKNIK PENGUMPULAN DATA Primer Observasi secara langsung Kuisioner Wawancara terstruktur Sekunder Pengumpulan data instansi Tinjauan teoritis
18 TEKNIK ANALISA DATA Sasaran I Identifikasi karakteristik masyarakat dan lingkungan setempat Analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan wawancara Output : Potensi maupun permasalahan yang terdapat pada wilayah studi yang terkait dengan karakteristik masyarakat dan kondisi lingkungan Sasaran II Identifikasi tingkat partisipasi masyarakat setempat Analisis deskriptif kualitatif Memakai tipologi Arnstein untuk mengukur tingkat keterlibatan masyarakat Output : Tingkat partisipasi masyarakat setempat dalam upaya perbaikan lingkungan berdasarkan tipologi Arnstein
19 Sasaran III Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan fisik permukiman Menggunakan analisis Delphi untuk mengetahui faktor yang berpengaruh Output : Faktor-faktor partisipasi masyarakat yang mempengaruhi dalam perbaikan lingkungan fisik permukiman Sasaran IV Merumuskan arahan peningkatan partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan fisik permukiman Menggunakan analisis Triangulasi Untuk mencari jalan keluar dari semua pihak Output : Arahan partisipasi masyarakat untuk peningkatan kualitas lingkungan fisik permukiman
20 DIAGRAM TAHAPAN PENELITIAN Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat partisipasi terhadap upaya perbaikan lingkungan fisik permukiman di Kecamatan Rungkut Merumuskan arahan peningkatan partisipasi masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan fisik permukiman Identifikasi karakteristik masyarakat dan lingkungan Identifikasi bentuk dan tingkat partisipasi Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi Analisa deskriptif kualitatif Analisis deskriptif kualitatif Analisis Delphi Karakteristik masyarakat setempat dan permasalahan lingkungan fisik permukiman Bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat Rungkut Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan fisik permukiman Merumuskan arahan peningkatan partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan fisik permukiman Analisa triangulasi Arahan peningkatan partisipasi masyarakat Kesimpulan dan Rekomendasi
21 GAMBARAN UMUM WILAYAH Wilayah Studi Perkampungan yang terdapat di Kecamatan Rungkut Kelurahan Kalirungkut (5 RW) dan Rungkut Kidul (5 RW) Kepadatan penduduk tinggi Memiliki heterogenitas dalam mata pencaharian, tingkat pendidikan, dan tingkat penghasilan.
22
23 KOMPOSISI JENIS KELAMIN Perempuan Laki-laki 0 Rungkut Kidul Kalirungkut KOMPOSISI USIA PENDUDUK Rungkut Kidul Kalirungkut Sumber: Profil Kelurahan (2011)
24 KOMPOSISI TINGKAT PENDIDIKAN Rungkut Kidul Kalirungkut Sumber: Profil Kelurahan (2011)
25 GAMBARAN SOSIAL EKONOMI PADA WILAYAH STUDI Aspek Sosial Perbedaan jenis kelamin serta usia penduduk tidak memberikan pengaruh terhadap keterlibatan masyarakat dalam perbaikan lingkungan Masih rendahnya kualitas sumber daya masyarakat pada wilayah studi terkait dengan pendidikan. Sehingga mempengaruhi kualitas input/ output mereka dalam setiap pertemuan/ rapat program Aspek Ekonomi Perbedaan tingkat penghasilan di wilayah studi tidak menimbulkan permasalahan terkait dengan keterlibatan mereka dalam perbaikan lingkungan Sedangkan mata pencaharian yang beragam berakibat pada intensitas keterlibatan mereka dalam setiap proses perbaikan lingkungan yang ada
26 GAMBARAN PERMASALAHAN FISIK DAN LINGKUNGAN DI WILAYAH STUDI Permasalahan drainase Rusak dan tidak terawat Beberapa titik masih belum terdapat drainase Permasalahan aksesibilitas Jalan yang rusak Beberapa masih belum mendapat perkerasan yang layak (pavingisasi, aspal, dsb) Kurangnya penerangan pada beberapa titik
27 GAMBARAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN Tingkat Partisipasi Masyarakat Masyarakat berpartisipasi dalam program dengan cara memberikan informasi/ masukan akan tetapi dalam beberapa kegiatan/ program keputusan akhir masih berada di pemegang kekuasaan tertinggi Tingkat Kesadaran Masyarakat Kurang terlibat secara aktif dalam setiap program yang ada karena kesibukan tiap individu dalam pekerjaannya
28 ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT Menggunakan skoring berdasarkan tipologi Arnstein Tingkat Partisipasi di Rungkut Kidul berupa Consultation (skor 71) Tingkat Partisipasi di Kalirungkut berupa Placation (skor 70) Kedua tahapan ini masuk ke golongan Tokenisme dimana masyarakat belum bisa dianggap berpartisipasi sepenuhnya karena keputusan akhir masih dipegang oleh pemilik kekuasaan tertinggi Hal ini juga dipengaruhi oleh terdapatnya beberapa program yang membatasi tingkat keterlibatan masyarakat
29 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA RENDAHNYA PARTISIPASI MASYARAKAT PADA WILAYAH STUDI Menggunakan analisis Delphi Melalui tahapan iterasi karena ada responden yang tidak setuju terhadap beberapa faktor yang ada Dengan analisis tersebut pada akhirnya ditemukan 5 faktor yang berpengaruh pada wilayah studi, yaitu: Tingginya tingkat kepercayaan masyarakat Perlu adanya tingkat kepercayaan yang tinggi antar stakeholder Tingkat kepercayaan masyarakat pada beberapa program dari pemerintah cukup rendah Keseimbangan pembagian wewenang masyarakat Masyarakat memiliki hak untuk terlibat dalam menentukan keputusan Pembagian wewenang belum seimbang terkait pengambilan keputusan
30 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA RENDAHNYA PARTISIPASI MASYARAKAT PADA WILAYAH STUDI Ketersediaan dan keberfungsian wadah partisipasi Diperlukan adanya wadah partisipasi yang berfungsi dengan baik Belum terdapatnya wadah pada beberapa RT-RW Wadah tingkat kelurahan pada salah satu kelurahan tidak berfungsi Keanekaragaman latar belakang pendidikan masyarakat Mempengaruhi dalam penerimaan masyarakat terhadap penerimaan informasi suatu program yang ada serta output Keanekaragaman mata pencaharian masyarakat Keterlibatan masyarakat dalam program perbaikan lingkungan tidak jarang terbentur oleh kesibukan mereka dalam pekerjaannya masing-masing
31 ANALISIS TRIANGULASI UNTUK MERUMUSKAN ARAHAN PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN Analisis triangulasi pada penelitian ini menggunakan tiga sumber yang berbeda. Beberapa sumber tersebut adalah: Hasil analisis sebelumnya dari peneliti Studi literatur yang terkait dengan strategi peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Studi kasus yang diambil dari penelitian sebelumnya yang membahas mengenai partisipasi masyarakat dalam perbaikan lingkungan pada permukiman perkampungan di perkotaan
32 Proses Analisis Triangulasi No 1 Faktor Tingginya tingkat kepercayaan masyarakat Hasil analisis Peneliti Tingkat kepercayaan masyarakat cukup rendah terhadap programprogram perbaikan lingkungan permukiman dari pemerintah Studi Kasus di Wilayah Lain Perlu adanya komunik asi yang baik antar stakehold er Studi Literatur Masyarakat harus memiliki keyakinan bahwa aksi mereka dapat membuat perubahan. Perlu adanya interaksi yang baik antar stakeholder peningkatan kemampuan untuk mempengaruhi keputusan akhir Perlu adanya transparansi dalam setiap proses pembangunan Arahan Berdasarkan Hasil Triangulasi Peningkatan komunikasi antar stakeholder Menghargai keputusan yang dibuat masyarakat Hal lain yang perlu dilakukan adalah pemberian informasi yang jelas dan transparan mengenai tiap proses
33 Proses Analisis Triangulasi N o 2 Faktor Keseimbang an pembagian wewenang Hasil analisis Peneliti Masyarakat masih belum dilibatkan secara penuh oleh pemerintah dalam tiap proses Masyarakat masih belum dipercaya dalam pengambilan keputusan akhir Studi Kasus di Wilayah Lain Memberikan masyarakat peningkatan wewenang secara bertahap dalam keterlibatan mereka pada setiap proses Prioritas perencanaan dan pengambilan keputusan bersumber langsung dari masyarakat. Studi Literatur Keputusan yang dibuat oleh masyarakat perlu dihargai karena masyarakat setempat yang paling mengerti kondisi lingkungannya Pembuatan keputusan merupakan titik pusat dari partisipasi Peningkatan wewenang dapat berupa pembagian yang seimbang dalam berbagai hal dengan kesepakatan bersama. Arahan Berdasarkan Hasil Triangulasi Melibatkan masyarakat secara penuh dalam setiap proses pembangunan Memberikan peningkatan wewenang pada masyarakat dalam pengambilan keputusan Memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan prioritas pengambilan keputusan
34 Proses Analisis Triangulasi N o Faktor Hasil analisis Peneliti Studi Kasus di Wilayah Lain Studi Literatur Arahan Berdasarkan Hasil Triangulasi 3 Ketersedi aan dan keberfung sian wadah partisipasi Sebagian wilayah studi tidak memiliki Belum berfungsinya wadah partisipasi di tingkat Kelurahan pada Kelurahan Rungkut Kidul Masyarakat membutuhkan wadah partisipasi Pembentukan dan pembimbingan dalam pembentukan wadah baru bagi yang belum memiliki Peningkatan kinerja wadah partisipasi yang sudah ada Melakukan kontrol terhadap wadah yang sudah ada Perlu adanya wadah partisipasi yang berfungsi dengan baik Masyarakat membutuhkan wadah partisipasi untuk dapat terlibat secara langsung dalam kegiatan perencanaan. Melakukan pembimbingan pada masyarakat mengenai fungsi serta tingkat kepentingan dari keberadaan wadah partispasi Pembinaan mengenai pembentukan wadah partisipasi Melakukan kontrol serta evaluasi terhadap wadah partisipasi yang sudah ada
35 Proses Analisis Triangulasi N o Faktor Hasil analisis Peneliti Studi Kasus di Wilayah Lain Studi Literatur Arahan Berdasarkan Hasil Triangulasi 4 Keanekara gaman latar belakang pendidikan Heterogenitas tingkat pendidikan masyarakat wilayah studi yang merupakan wilayah perkampungan Rendahnya latar belakang pendidikan menimbulkan unsur individual needs oleh masyarakat Mengadakan pelatihan peningkatan kapasitas masyarakat Memberikan pembekalan pada masyarakat mengenai perencanaan partisipatif Memberi pembekalan kepada masyarakat sehingga mereka dapat melakukan identifikasi permasalahan serta memberikan prioritas Peningkatan kualitas Sumber Daya Masyarakat Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pemahaman mengenai perencanaan partisipatif Memberikan bimbingan kepada masyarakat mengenai perencanaan partisipatif Meningkatkan kualitas SDM masyarakat setempat dengan cara pelatihan peningkatan kapasitas masyarakat Melakukan pembimbingan terhadap masyarakat agar mereka dapat menentukan prioritas perbaikan lingkungan pada wilayah mereka.
36 Proses Analisis Triangulasi No 5 Faktor Keaneka ragaman mata pencaha rian masyara kat Hasil analisis Peneliti Tingkat keterlibatan masyarakat terhambat oleh kesibukan mereka dengan pekerjaan masingmasing Studi Kasus di Wilayah Lain Memberikan penyuluhan pada masyarakat yang terlibat dalam program jauh hari sebelumnya sehingga masyarakat dapat mencari waktu luang untuk ikut berpartisipasi Studi Literatur Menggunaka n manajemen waktu dalam setiap kegiatan/ pertemuan yang ada Arahan Berdasarkan Hasil Triangulasi Menggunakan manajemen waktu untuk meminimalisir adanya kemungkinan konflik waktu yang dapat menghambat partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan perbaikan lingkungan permukiman di wilayah studi
37 KESIMPULAN Terdapat permasalahan fisik permukiman terkait drainase, aksesibilitas, dan pencemaran sungai pada wilayah studi Tingkat partisipasi masyarakat dalam keterlibatan mereka pada perbaikan lingkungan di wilayah studi termasuk dalam Tokenism. Dimana masyarakat masih belum mampu terlibat secara penuh dalam setiap prosesnya terutama pada penentuan keputusan akhir. Terdapat lima faktor yang berpengaruh terkait dengan rendahnya partisipasi dalam perbaikan lingkungan di wilayah studi. Antara lain; faktor Tingkat kepercayaan masyarakat, Keseimbangan pembagian wewenang, Ketersediaan serta keberfungsian wadah partisipasi, Keanekaragaman latar belakang pendidikan dan Mata pencaharian
38 KESIMPULAN Arahan peningkatan partisipasi masyarakat dalam perbaikan lingkungan Faktor Tingkat Kepercayaan Peningkatan komunikasi yang baik antar stakeholder Perlu adanya pemberian informasi yang jelas serta transparansi pada setiap program yang berjalan Faktor Keseimbangan Pembagian Wewenang Peningkatan keterlibatan masyarakat pada setiap proses perbaikan lingkungan Peningkatan wewenang masyarakat pada setiap program, terutama pada penentuan keputusan akhir Faktor Ketersediaan dan Keberfungsian Wadah Partisipasi Melakukan pembinaan mengenai pembentukan wadah partisipasi baru pada tingkat RT-RW Melakukan kontrol serta evaluasi terhadap wadah partisipasi yang sudah ada akan tetapi tidak berjalan sebagaimana fungsinya
39 KESIMPULAN Arahan peningkatan partisipasi masyarakat dalam perbaikan lingkungan Faktor Latar Belakang Pendidikan Pembinaan masyarakat terkait dengan pemahaman mengenai perencanaan partisipatif dalam perbaikan lingkungan Peningkatan kualitas sumber daya masyarakat sehingga masyarakat dapat mengidentifikasi permalahan lingkungannya dengan tepat dan dapat memberikan prioritas terkait dengan perbaikan lingkungan mereka Faktor Mata Pencaharian Masyarakat Menggunakan manajemen waktu untuk meminimalisir kemungkinan konflik waktu yang dapat menghambat partisipasi masyarakat dalam setiap proses perbaikan lingkungan permukiman di wlayah mereka
40 SARAN Pemerintah perlu lebih menghargai pengetahuan lokal terutama dalam pengambilan keputusan Perlu adanya kerjasama yang baik antar stakeholder terkait perbaikan lingkungan permukiman yang melibatkan partisipasi masyarakat didalamnya serta dalam pengawasan program yang berjalan untuk menghindari penyimpangan yang dapat terjadi
41 Sekian dan Terima Kasih 105
Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat
Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Lebih terperinciTingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-191 Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso Sekar Ayu Advianty dan Ketut Dewi Martha Erli Handayeni Program
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
Lebih terperinciArahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-218 Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya Mia Ermawati dan Ema Umilia
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (06) ISSN: 7-59 (0-97 Print) C88 Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kotalama Kota Malang Irwansyah Muhammad
Lebih terperinciArahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi
Sidang Tugas Akhir Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi Mia Ermawati (3610100035) Dosen Pembimbing: Ema Umilia, ST., MT Hertiari Idajati, ST. MSc Isi Presentasi
Lebih terperinciArahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya Penulis : Mia Ermawati, dan Dosen
Lebih terperinciPENATAAN SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERDASARKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI TEPIAN SUNGAI KOTA PANGKALAN BUN ( )
PENATAAN SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERDASARKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI TEPIAN SUNGAI KOTA PANGKALAN BUN ENY RUSMITA (3210201002) Pangkalan Bun adalah ibu kota Kabupaten Kotawaringin
Lebih terperinciRedistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya
Sidang Preview 4 Tugas Akhir Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya Oleh RIANDITA DWI ARTIKASARI 3607 100 021 Dosen Pembimbing: Dr. Ing. Ir. Haryo Sulistyarso Tahun 2011 Program
Lebih terperinciVariabel Sub Variabel Definisi Operasional
Variabel Sub Variabel Definisi Operasional Sarana dan Prasarana Fisik Bangunan Ketertiban Sosial Budaya Air Bersih Persampahan Jalan/akses lingkungan Drainase Sanitasi Kondisi bangunan Kepadatan Bangunan
Lebih terperinciPeningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Perbaikan Sanitasi Permukiman Kelurahan Putat Jaya Kota Surabaya
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-144 Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Perbaikan Sanitasi Permukiman Kelurahan Putat Jaya Kota Surabaya Reny Cahyani dan
Lebih terperinciBAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN
50 BAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN Dalam penelitian ini, keberlanjutan kelembagaan dikaji berdasarkan tingkat keseimbangan antara pelayanan-peran serta (manajemen), tingkat penerapan prinsip-prinsip good
Lebih terperinciKONSEP PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERUMAHAN BTN BAUMATA, KOTA KUPANG
TESIS KONSEP PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERUMAHAN BTN BAUMATA, KOTA KUPANG ROLIVIYANTI JAMIN 3208201833 DOSEN PEMBIMBING Ir. Purwanita S, M.Sc, Ph.D Dr. Ir. Rimadewi
Lebih terperinciPartisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan
2.1 Definisi Partisipasi Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Mubyarto dalam Ndraha (1990), partisipasi adalah kesediaan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)
C124 Arahan Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Kecamatan Kenjeran dengan Pendekatan Eco-Settlements Bayu Arifianto Muhammad dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Lebih terperinciIdentifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya
C389 Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya Elpidia Agatha Crysta dan Yanto Budisusanto Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciSIDANG TESIS MAHASISWA: ARIF WAHYU KRISTIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Ir. SRI AMIRANTI SASTRO HUTOMO, MS
SIDANG TESIS PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN (Studi Kasus Pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Desa Campurejo Kecamatan Panceng Kabupaten
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)
C151 Arahan Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Kecamatan Kenjeran dengan Pendekatan Eco-Settlements Bayu Arifianto Muhammad dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Lebih terperinciKriteria PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI KAMPUNG PENELEH KOTA SURABAYA
TUGAS AKHIR (PW 09-1328) Kriteria PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI KAMPUNG PENELEH KOTA SURABAYA Dosen pembimbing: Dr. Ir. RIMADEWI SUPRIHARJO, MIP OLEH: NINDYA ROSITA
Lebih terperinciTingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso Sekar Ayu Advianty 1, dan Ketut Dewi Martha Erli Handayeni 2
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN
PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN Kelayakan kawasan hunian salah satunya adalah tersedianya kebutuhan prasarana dan sarana permukiman yang mampu memenuhi kebutuhan penghuni didalamnya untuk melakukan aktivitas,
Lebih terperinciTabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada
Lebih terperinciIdentifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok
1 Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok Fachrul Irawan Ali dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,
PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Menimbang : a. bahwa air mempunyai fungsi sosial dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan dua hal yang amat penting, pertama adalah
Lebih terperinciPelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan, Surabaya)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 C-63 Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan, Surabaya) Volare Amanda Wirastari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konseppartisipasiataupun partnership dan participationini pertama kali
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Partisipasi masyarakat dan pembangunan Pembangunan yang baik adalah pembangunan yang berbasiskan partisipasi. Konseppartisipasiataupun partnership dan participationini
Lebih terperinciKonsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-125 Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya Rivina Yukeiko
Lebih terperinciTUGAS AKHIR RP
TUGAS AKHIR RP09 1333 KONSEP PENANGANAN SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN PELIBATAN MASYARAKAT DI PERKOTAAN KABUPATEN JEMBER Moh Rizal Rizki (3610100043) Dosen Pembimbing : Rully Pratiwi Setiawan, ST., M.Sc Dosen
Lebih terperinciPLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT
BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS 3.1. ekonominya. RT. 37 ini merupakan salah satu kantong "PAKUMIS" (Padat, Kumuh, Miskin) dari seluruh kawasan Kelurahan Basirih yakni pada RT. 37 ini pula yang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu komponen penting pendukung
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI
1 / 70 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan pertanian yang
Lebih terperinciEVALUASI MANFAAT PROGRAM SANITASI LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (SLBM) DI KABUPATEN BANGKALAN. Andi Setiawan
EXTRAPOLASI Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya P-ISSN: 1693-8259 Desember 2014, Vol. 7 No. 2, hal. 219-228 EVALUASI MANFAAT PROGRAM SANITASI LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (SLBM) DI KABUPATEN BANGKALAN
Lebih terperinciV. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN
44 V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Profil Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Program PNPM Mandiri Perkotaan memiliki syarat keikutsertaan yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi menurut WHO adalah pengawasan penyediaan air minum masyarakat, pembuangan tinja dan air limbah, pembuangan sampah, vektor penyakit, kondisi perumahan, penyediaan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Dari keseluruhan proses analisis dan pembahasan untuk merumuskan arahan penataan lingkungan permukiman kumuh di Wilayah Kecamatan Semampir melalui pendekatan
Lebih terperinciCITIZEN REPORT CARD MALANG JAWA TIMUR
CITIZEN REPORT CARD MALANG JAWA TIMUR Program Support to CSO merupakan kerja sama PATTIRO dan AIPD. Program ini memberikan dukungan kepada jaringan CSO di wilayah kerja untuk meningkakan kapasitas mereka
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. deskriptif analisis. Tujuan metode deskriptif analisis ini adalah untuk membuat
III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Tujuan metode deskriptif analisis ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS PERIKANAN DENGAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN TUBAN
PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS PERIKANAN DENGAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN TUBAN Desi Oktaviani 3608 100 065 Dosen Pembimbing : Ir. Sardjito, MT Program Studi Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Kesimpulan dari evaluasi pelaksanaan program Penataan dan peremajaan prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini antara lain:
Lebih terperinciTINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (STUDI KASUS: KABUPATEN KENDAL DAN KOTA PEKALONGAN)
.OPEN ACCESS. TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (STUDI KASUS: KABUPATEN KENDAL DAN KOTA PEKALONGAN) Jurnal Pengembangan Kota (2015) Volume 3 No. 1 (40 48) Tersedia
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai keberlanjutan sistem irigasi serta untuk
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi mempunyai peranan
Lebih terperinciTINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KELOMPOK TANI PADI SAWAH TERHADAP PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT)
TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KELOMPOK TANI PADI SAWAH TERHADAP PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) (Studi Kasus pada Campaka Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1
Lebih terperinciSalah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak
Keberdayaan masyarakat dalam mendukung upaya perbaikan permukiman masih kurang Upayaupaya perbaikan permukiman menjadi tidak berarti Contohnya, luas Permukiman Tidak Layak Huni Kota Bogor meningkat Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN
BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perubahan sistem pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyelenggarakan otonomi,
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pembangunan pada masa orde baru, dari sistem sentralistik ke sistem desentralistik bertujuan untuk memberikan pelimpahan wewenang kepada otonomi daerah
Lebih terperinciArahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara
C193 Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan, Jakarta Utara Shella Anastasia dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang
Lebih terperinciRENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA
1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.
Lebih terperinciClustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-172 Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya Patrica Bela Barbara dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan
Lebih terperinciEVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO)
TESIS II - RE092325 Dosen Pembimbing : I.D.A.A. Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D Disampaikan Oleh : Diah Kusumaningrum NRP. 3308 202 011 EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 143, 2001 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciIdentifikasi Tipologi berdasarkan Karakteristik Sempadan Sungai di Kecamatan Semampir
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-254 Identifikasi Tipologi berdasarkan Karakteristik Sempadan Sungai di Kecamatan Semampir Della Safira dan Ema Umilia Departemen
Lebih terperinciARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK)
ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK) Pendahuluan Perkembangan Kota dapat mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk Permukiman
Lebih terperinciSTRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAENG
STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAENG Suryanarti Sultan, Joni Hermana, I.D. A. A. Warmadewanthi Jurusan Manajemen Aset, FTSP Program Pascasarjana,
Lebih terperinciTINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT
1 TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)
Lebih terperinciBUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 474 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 474 TAHUN 2011 TENTANG KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB KELEMBAGAAN PENGELOLA IRIGASI DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Konstruksi Sosial Masyarakat terhadap Sungai ( Studi Fenomenologi mengenai Konstruksi Sosial Masyarakat
Lebih terperinciOleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc
Oleh : CUCU HAYATI NRP. 3606 100 018 Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Lebih terperinciCITIZEN REPORT CARD MANOKWARI PAPUA BARAT
CITIZEN REPORT CARD MANOKWARI PAPUA BARAT Program Support to CSO merupakan kerja sama PATTIRO dan AIPD. Program ini memberikan dukungan kepada jaringan CSO di wilayah kerja untuk meningkakan kapasitas
Lebih terperinciPEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN
PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN Pemilihan lokasi perumahan oleh penghuni, pengembang, dan pemerintah dianalisis berdasarkan hasil kuesioner dengan teknik analisis komponen utama menggunakan sofware SPSS for
Lebih terperinciARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TERTINGGAL KABUPATEN PAMEKASAN
ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TERTINGGAL KABUPATEN PAMEKASAN RIEZKY AYUDIA TRINANDA 3609100022 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciCITIZEN REPORT CARD FLORES TIMUR. NTt
CITIZEN REPORT CARD FLORES TIMUR NTt Program Support to CSO merupakan kerja sama PATTIRO dan AIPD. Program ini memberikan dukungan kepada jaringan CSO di wilayah kerja untuk meningkakan kapasitas mereka
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
IDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Toni Mardiantono. L2D 300 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciA. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM
A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang
Lebih terperinciVI. SIMPULAN DAN SARAN. pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : belakang kualifikasi peserta, Jumlah peserta menurut gender; Jumlah
VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan uraian dan keterangan yang telah dijabarkan dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Data Musrenbang secara garis besar ketersediaan data seputar
Lebih terperinciRANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA
RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA Gambaran Umum Wilayah Luas wilayah Kota Yogyakarta: 3.250 Ha (32,5 Km 2 ) Kota Yogyakarta memiliki 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 Rukun Warga (RW), dan 2.524 Rukun
Lebih terperinciBUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR
RANCANGAN (Disempurnakan) BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa fungsi irigasi memegang peranan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi
Lebih terperinciterkonsentrasi di kawasan pantai Salah satu permasalahan dalam pembangunan kota Ternate : Berkembangnya penduduk yang
Pengembangan pusat-pusat permukiman masih terkonsentrasi di kawasan pantai Salah satu permasalahan dalam pembangunan kota Ternate : Berkembangnya penduduk yang relatif cepat, disamping ketersediaan lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Ruang Kota dan Perkembangannya Ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan. Ruang merupakan wadah bagi makhluk hidup untuk tinggal dan melangsungkan hidup
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN
PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN Oleh : Akhmad Nasikhudin 3606100004 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Rumusan Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA PALU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU,
PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA PALU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang : a. bahwa partisipasi para pemangku kepentingan
Lebih terperinciPARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar)
PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar) Oleh: Aip Rusdiana 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciSTRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR DI KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAEN
STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR DI KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAEN Suryanarti Sultan, Joni Hermana, I.D. A. A. Warmadewanthi Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP Program
Lebih terperinci*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinci