IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER Kuesioner sebagai alat ukur dalam rangka mengumpulkan data harus mampu menghasilkan data yang valid dan reliabel. Untuk itu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner menggunakan 30 orang responden sebelum melakukan penelitian mengenai preferensi konsumen terhadap produk bubur instan pada sampel yang sebenarnya. Tabel 11. Hasil uji validitas kuesioner No. Kelompok Variabel Validitas (r>0,317 ) Keterangan 1. Atribut umum bubur instan (X1-X7) Valid - 2. Atribut rasa spesifik dari dua jenis bubur instan (X8-X9) Valid Kecuali rasa bubur singkong instan 3. Atribut warna spesifik dari dua jenis Valid - bubur instan (X10-X11) 4. Atribut kepraktisan spesifik dari dua Valid - jenis bubur instan (X12-X13) 5. Atribut kepadatan spesifik dari dua Valid - jenis bubur instan (X14-X15) 6. Atribut tekstur spesifik dari dua jenis bubur instan (X16-X17) Valid Kecuali tekstur bubur ubi jalar instan 7. Atribut aroma spesifik dari dua jenis Valid - bubur instan (X18-X19) 8. Atribut kemampuan spesifik sebagai pengganti nasi dari dua jenis bubur instan (X20-X21) Valid - Hasil pengujian validitas kuesioner (Lampiran 5) diperoleh nilai r untuk setiap atribut produk bubur instan. Hasil dari uji validitas kuesioner secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 11. Nilai kritik dengan α=0,05 dan n 30 responden adalah 0,305. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa secara umum semua kelompok variabel tersebut valid. Kuesioner yang valid berarti kuesioner dapat dijadikan alat ukur yang tepat untuk memperoleh data yang ingin diukur. Beberapa variabel yang tidak valid berdasarkan Uji Korelasi Koefisien Peringkat Spearman dinyatakan valid setelah lulus pada uji validitas secara subyektif sehingga variabel tersebut mudah dimengerti dan tidak menimbulkan bias. Hal ini berarti kuesioner telah dinyatakan mempunyai tingkat validitas yang tinggi. Data hasil perhitungan untuk validitas dapat dilihat pada Lampiran 5. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 orang responden dengan teknik test-retest dengan menggunakan rumus korelasi Pearson product moment. Selang waktu antara pengukuran pertama dengan pengukuran kedua adalah 15 hari. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai r korelasi sebesar 0,845 sedangkan nilai r tabel pada selang kepercayaan 95% untuk n = 30 sebesar 0,361. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner yang akan digunakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Data hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 6. B. PROFIL RESPONDEN Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 130 orang responden diketahui bahwa terdapat 96 orang yang sudah pernah mengkonsumsi produk bubur instan, 28 orang tidak pernah mengkonsumsi bubur instan, dan 6 orang tidak memenuhi syarat kelengkapan kuesioner sehingga tidak dapat diolah

2 dengan menggunakan analisis statistik. Syarat kelengkapan pengisian kuesioner adalah apabila responden pernah mengkonsumsi produk bubur instan lebih dari satu kali maka responden harus menjawab semua pertanyaan (kecuali nomor 26) lanjutan dari nomor 8. Alasan dari responden yang tidak pernah mengkonsumsi produk bubur instan adalah karena lebih menyukai nasi sebesar 42,86%, tidak biasa mengkonsumsinya sebesar 39,28%, dan sulit mendapatkannya sebesar 17,86%. Contoh kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Jumlah responden yang digunakan untuk pengolahan data adalah sebesar 96 orang yaitu responden yang sudah pernah mengkonsumsi produk bubur instan. Profil responden diperlukan untuk mendeskripsikan demografi umum responden sehingga dapat menjelaskan keadaan sosial ekonomi responden untuk selanjutnya dijadikan bahan pertimbangaan dalam pengembangan selanjutnya dari produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar. Pemetaan profil responden meliputi aspek jenis kelamin responden, usia responden, tingkat pendidikan responden, jenis pekerjaan responden, dan tingkat pengeluaran responden. Perbandingan jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 5. 70% 60% 64% 59% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 36% Menikah 41% Belum Menikah laki-laki perempuan Gambar 5. Prosentasi responden berdasarkan jenis kelamin, (n=96) Berdasarkan jenis kelamin (Gambar 5), dapat terlihat bahwa mayoritas responden untuk golongan yang telah menikah adalah perempuan yaitu sebesar 64% (51 orang) sedangkan populasi responden laki-laki adalah sebesar 36% (27 orang). Pada golongan yang belum menikah, responden perempuan adalah sebesar 59% (10 orang) dan responden laki-laki sebesar 41% (7 orang). Stare et al. (1973) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi makanan yaitu: (1) ketersediaan makanan di suatu tempat; (2) kesukaan makanan oleh anggota keluarga khususnya orangtua; (3) pembelian makanan dan penyediaannya yang mencerminkan hubungan kekeluargaan dan budaya; dan (4) rasa makanan, tekstur serta harga. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka mayoritas responden dipilih bersal dari golongan dewasa (menikah) karena orangtua merupakan faktor yang cukup menetukan dalam preferensi anggota keluarga terhadap makanan. Berdasarkan golongan umur (Gambar 6), terlihat bahwa mayoritas responden untuk golongan yang telah menikah berada pada usia produktif yaitu dalam rentang usia tahun sebesar 52% dan responden dengan rentang usia <30 tahun sebesar 32%, sedangkan responden dengan usia lebih dari 50 tahun hanya sebesar 16%. Selanjutnya, mayoritas responden untuk golongan yang belum menikah adalah responden remaja (usia tahun) yaitu sebesar 77%, sedangkan responden dewasa (usia tahun) atas sebesar 23%. 24

3 Menikah Belum Menikah >50th 16% <30th 32% th 23% th 52% th 77% Gambar 6. Prosentasi responden berdasarkan golongan umur, (n=96) Berdasarkan tingkat pendidikan responden (Gambar 7), dapat diketahui bahwa paling banyak responden berpendidikan setingkat SLTA yaitu sebesar 39% responden dan ada 8% responden yang memiliki pendidikan sarjana. S1 8% SD 28% SLTA 39% SLTP 25% Gambar 7. Prosentasi responden berdasarkan tingkat pendidikan, (n=96) Berdasarkan jenis pekerjaan responden (Gambar 8), dapat diketahui bahwa mayoritas pekerjaan responden untuk golongan yang telah menikah adalah ibu rumah tangga (52%). Menikah Belum Menikah Wiraswasta 23% Pensiunan 3% Ibu rumah tangga 52% Mahasiswa 24% Wiraswasta 6% Pelajar 70% Pegawai 22% Gambar 8. Prosentasi responden berdasarkan jenis pekerjaan, (n=96) 25

4 Jenis pekerjaan yang paling banyak dimiliki responden pada golongan yang belum menikah adalah pelajar (70%), sedangkan sisanya dalam urutan jumlah yaitu mahasiswa sebanyak 4 orang (24%) dan wiraswasta sebanyak 1 orang (6%). Berdasarkan tingkat pengeluaran responden (Gambar 9), diketahui bahwa mayoritas responden yang telah menikah (33%) memiliki pengeluaran kurang dari Rp ,00 setiap bulan. Selanjutnya diketahui bahwa 19% responden memiliki pengeluaran sebesar Rp ,00 Rp ,00 setiap bulan, 14% responden memiliki pengeluaran diatas Rp ,00 dan 4% responden memiliki pengeluaran kurang dari Rp ,00. Selain itu, tingkat pengeluaran paling banyak dimiliki responden pada golongan yang belum menikah adalah responden memiliki pengeluaran sebesar Rp , ,00 yaitu sebanyak 10 orang (59%), sedangkan sisanya dalam urutan jumlah yaitu responden yang memiliki pengeluaran sebesar kurang Rp ,00 sebanyak 5 orang (29%), responden yang memiliki pengeluaran sebesar Rp ,00-Rp ,00 sebanyak 1 orang (6%) dan responden ayng memiliki pengeluaran besar dari Rp ,00 sebanyak 1 orang (6%). Menikah Belum Menikah % > % <250 4% % % >600 6% <150 29% % % (dalam ribu rupiah) (dalam ribu rupiah) Gambar 9. Prosentasi responden berdasarkan tingkat pengeluaran, (n=96). Berdasarkan motivasi yang terlahir dari alasan responden dalam mengkonsumsi bubur instan (Gambar 10), dapat diketahui bahwa mayoritas motivasi responden mengkonsumsi bubur instan adalah 54% karena kepraktisannya, kemudian 17% karena rasanya enak. Dengan demikian faktor kepraktisan dan faktor rasa perlu mendapat perhatian dalam mengevaluasi produk bubur instan. 4% 7% 3% 17% 15% 54% rasanya enak praktis variasi makanan mudah didapat harga terjangkau lainnya Gambar 10. Prosentasi responden berdasarkan alasan (motivasi) mengkonsumsi bubur instan, (n=96). 26

5 Berdasarkan profil responden yang diuraikan diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden (lebih dari 50%) berjenis kelamin perempuan. Mayoritas responden telah menikah yaitu sebesar 82%. Mayoritas responden yang telah menikah (84%) berada pada usia produktif. Mayoritas responden berpendidikan sekolah lanjutan (64%), dengan tingkat pengeluaran keluarga yang terbagi ke dalam 3 kelompok mayoritas yaitu keluarga dengan pengeluaran sebesar Rp Rp ,00 tiap bulan bulan (33%), keluarga dengan pengeluaran sebesar Rp ,00 Rp ,00 tiap bulan (30%) dan keluarga dengan pengeluaran sebesar Rp Rp ,00 tiap bulan bulan (19%). Hal ini berarti bahwa mayoritas responden berada pada golongan sosial ekonomi bawah karena memiliki derajat pendidikan yang rendah dan juga memiliki pengeluaran/belanja yang rendah tiap bulannya. Berdasarkan motivasi (alasan) responden dalam mengkonsumsi bubur instan, dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengkonsumsi bubur instan dengan alasan kepraktisan (54%) dan diikuti oleh alasan rasa (17%). Lyman (1989), menjelaskan bahwa preferensi dapat dipengaruhi oleh waktu dan kondisi pada saat terakhir mengkonsumsinya. Dalam memilih makanan tertentu yang disukai, pengalaman makan, seperti rasa enak, menyenangkan, terjangkau, dan mudah didapat. C. ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RESPONDEN DALAM MEMBENTUK PREFERENSI KONSUMEN Sebagaimana telah dijelaskan di atas, pada penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi bahan pangan dikelompokan ke dalam dua kelompok yaitu karakteristik responden dan faktor mutu produk. Karakteristik responden terdiri dari 6 faktor yaitu jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran, jenis pekerjaan, dan alasan (motivasi) pribadi tentang mengkonsumsi bubur instan. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney (Lampiran 8) diketahui bahwa jenis kelamin responden tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan (p=0,529). Adanya sebaran data tingkat konsumsi yang tidak merata (Lampiran 7) perlu dipertimbangkan sebagai faktor yang turut mempengaruhi hasil uji Mann-Whitney di atas. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan (Shepherd & Sparks 1994). Berdasarkan hasil analisis Uji Kruskal Wallis (Lampiran 9), diketahui bahwa usia responden tidak berhubungan secara nyata dengan tingkat konsumsi (p=0,475). Hal ini berarti usia responden (golongan dewasa maupun golongan remaja) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan (Shepherd & Sparks 1994). Menurut Schaffner et al. (1998) usia dari masing-masing individu berpengaruh dalam pemilihan terhadap suatu produk pangan, tetapi pada akhirnya pemilihan (preferensi) tersebut akan sangat bergantung pada kondisi (aspek) psikologis individu pada saat itu. Berdasarkan hasil analisis uji Kruskal Wallis (Lampiran 10), diketahui bahwa tingkat pendidikan responden tidak berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi produk bubur instan (p=0,058). Tingkat pendidikan (pengetahuan) individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan (Shepherd & Sparks 1994). Tingkat pendidikan juga mempunyai pengaruh terhadap selera dan preferensi responden. Responden dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi biasanya memiliki beberapa pertimbangan untuk mengkonsumsi suatu produk. Hal ini biasanya sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki responden mengenai produk tertentu. Menurut Schaffner et al. (1998) semakin baik tingkat pendidikan seseorang maka orang tersebut cenderung akan semakin sering mencari informasi mengenai komponen-komponen yang terkandung pada suatu produk pangan dan komponenkomponen nutrisi tersebut menjadi semakin penting. Menurut Schaffner et al. (1998) tingkat pendidikan dari masing-masing individu berpengaruh dalam pemilihan terhadap suatu produk pangan, tetapi pada akhirnya preferensi tersebut akan sangat bergantung pada kondisi (aspek) psikologis aktual dari masing-masing individu pada saat itu. Selain masih harus bergantung kepada kondisi (aspek) 27

6 psikologis aktual dari masing-masing individu, hal ini mungkin disebabkan oleh karena bubur instan masih dijadikan alternatif terakhir bagi masyarakat untuk dikonsumsi sebagai makanan pokok. Berdasarkan hasil analisis Uji Kruskal Wallis (Lampiran 11) diketahui bahwa pekerjaan responden memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat konsumsi produk bubur instan, karena diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,035. Pekerjaan konsumen dapat mempengaruhi persepsi dan preferensi konsumen. Menurut Sanjur (1982), pekerjaan individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu jenis produk pangan. Selain itu, produsen berusaha untuk mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai minat lebih baik daripada rata-rata kelompok yang ada terhadap barang dan jasa yang diproduksi (Kotler 2001). Hal ini berarti bahwa jenis pekerjaan responden (pelajar, mahasiswa, ibu rumahtangga, pegawai swasta, wiraswasta, pegawai negeri, dan pensiunan) menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan. Pendapatan (melalui pendekatan pengeluaran) individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan (Shepherd & Sparks 1994). Berdasarkan Uji Kruskal Wallis (Lampiran 12) diketahui bahwa pendapatan responden tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi terhadap produk bubur instan (p=0,577). Menurut Shepherd dan Sparks (1994) pendapatan individu memiliki pengaruh terhadap preferensi konsumen, tetapi seperti kita ketahui juga bahwa kondisi psikologi aktual responden juga berpengaruh terhadap tingkat preferensi konsumen. Menurut Schaffner et al. (1998) faktor karakteristik demografi dari masing-masing individu berpengaruh dalam pemilihan terhadap suatu produk pangan, tetapi pada akhirnya (preferensi) tersebut akan sangat tergantung pada kondisi (aspek) psikologis individu pada saat ini, seperti motivasi, kepribadian, persepsi, belajar, kepercayaan dan sikap. Motif (alasan) adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak dan dengan memuaskan kebutuhan tersebut ketegangan akan berkurang (Kotler 2001). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian berdasarkan Lampiran 13, bahwa berdasarkan analisis Uji Kruskal Wallis diperoleh hasil nilai probabilitas sebesar 0,047. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa motif responden dalam mengkonsumi produk bubur instan memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan. Tabel 12. Hasil analisis pengaruh karakteristik responden terhadap produk bubur instan No Karakteristik responden Pengaruh 1 Jenis kelamin responden Tidak nyata 2 Usia responden Tidak nyata 3 Tingkat pendidikan responden Tidak nyata 4 Jenis pekerjaan responden Nyata 5 Tingkat pengeluaran responden Tidak nyata 6 Motivasi responden Nyata Dari hasil pada Tabel 12, dapat terlihat bahwa beberapa karakteristik responden (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan pengeluaran) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan karena nilai probabilitasnya di atas angka 0,05. Sedangkan karakteristik jenis pekerjaan responden dan karakteristik motivasi konsumsi responden berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan. D. ANALISIS ATRIBUT MUTU PRODUK DALAM MEMBENTUK PREFERENSI KONSUMEN Skor keyakinan (b i ) yang dihasilkan dari penilaian responden terhadap produk bubur instan menunjukkan nilai yang diinginkan oleh responden terhadap produk tersebut. Sedangkan skor evaluasi (e i ) terhadap produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar menggambarkan tingkat penerimaan responden terhadap keberadaan seluruh tujuh atribut yang berada pada dua jenis produk bubur instan 28

7 tersebut. Skor keyakinan (b i ) dan skor evaluasi (e i ) diukur pada skala evaluasi dua kutub yaitu dari 2 yang berarti sangat buruk sampai +2 yang berarti sangat baik. Responden akan memberikan penilaian dengan cara menjatuhkan pilihan pada salah satu dari lima angka skala antara 2 sampai +2 untuk masing-masing atribut. Pada penelitian ini, 6 atribut yang digunakan adalah rasa, warna, kepraktisan, kepadatan, tekstur, aroma, kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat. Data tentang skor keyakinan (b i ) responden terhadap atribut produk bubur instan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Skor keyakinan (b i ) responden terhadap atribut produk bubur instan Atribut Rata-rata tertimbang Rasa ,906 Warna ,917 Kepraktisan ,042 Sifat ,365 mengenyangkan Tekstur ,896 Aroma ,885 Kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat ,938 Berdasarkan data dari skor keyakinan (b i ) pada Tabel 13 diketahui bahwa semua atribut memiliki nilai positif dan mendekati skala 1, skala +1 mewakili sifat baik, satu tingkat lebih rendah dari nilai +2 yang mewakili sifat sangat baik. Hal ini berarti bahwa hampir semua atribut telah cukup sesuai dengan keinginan responden (konsumen). Diketahui juga, bahwa atribut kepraktisan mempunyai skor tertinggi (1,042), artinya atribut kepraktisan merupakan atribut yang paling sesuai dengan keinginan responden dari atribut lainnya. Atribut sifat mengenyangkan memiliki skor yang rendah (0,035), artinya responden memiliki anggapan bahwa produk bubur instan adalah produk makanan yang kurang mengenyangkan untuk dijadikan sebagai makanan pokok. Sedangkan dapat kita lihat pada atribut kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat, produk bubur instan memiliki skor yang tinggi (0,938). Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa responden memiliki keyakinan bahwa produk bubur instan kurang memenuhi standar responden sebagai makanan pokok karena kurang mengenyangkan, akan tetapi responden setuju bahwa produk bubur instan dapat digunakan sebagai pengganti nasi pada saat darurat. Skor evaluasi (e i ) terhadap produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar menggambarkan tingkat penerimaan responden terhadap keberadaan keseluruhan tujuh atribut yang dimiliki oleh dua jenis produk bubur instan tersebut. Skor evaluasi (e i ) terhadap produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar diuraikan pada Tabel 14 dan Tabel 15. Tabel 14. Skor evaluasi responden terhadap atribut bubur singkong instan Atribut Rata-rata tertimbang Rasa ,188 Warna ,792 Kepraktisan ,073 Sifat ,646 mengenyangkan Tekstur ,667 Aroma ,385 Kemampuan mengganti nasi pada saat darurat ,813 29

8 Tabel 14 dan Tabel 15 mendeskripsikan tentang skor evaluasi (e i ) terhadap produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar. Skor evaluasi (e i ) diperoleh dengan menjumlahkan skor penilaian dari seluruh responden dan selanjutkan dihitung rata-ratanya untuk masing-masing atribut. Perbandingan skor evaluasi (e i ) antara produk bubur singkong instan dengan produk ubi jalar instan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 15. Skor evaluasi responden terhadap atribut bubur ubi jalar instan Atribut Rata-rata tertimbang Rasa ,365 Warna ,365 Kepraktisan ,083 Sifat ,479 mengenyangkan Tekstur ,833 Aroma ,750 Kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat ,885 Atribut mutu yang bernilai cukup rendah yaitu atribut rasa (0,188) dan atribut aroma (0,385) pada produk bubur singkong instan dan pada produk bubur ubi jalar instan dapat diketahui atribut yang memiliki skor evaluasi yang rendah yaitu atribut rasa (0,365), atribut warna (0,365), dan atribut sifat mengenyangkan (0,479). Berdasarkan wawancara terpisah dengan responden diketahui bahwa responden kurang menyukai rasa dari produk bubur singkong instan yang hambar dan juga responden mengeluhkan aroma singkong yang masih terlalu kuat pada produk tersebut. Sedangkan pada produk bubur ubi jalar instan diketahui bahwa responden kurang menyukai rasa manis pada produk tersebut karena responden merasa kurang cocok jika makanan pokok cenderung mempunyai rasa manis. Hasil skor evaluasi menguatkan pendapat responden karena atribut rasa dan aroma pada bubur singkong instan memiliki nilai yang rendah, dimana nilai keduanya mendekati nilai 0 yang artinya mendekati penilaian netral atau berada diantara selang penilaian disukai dengan tidak disukai. Begitu juga nilai skor evaluasi atribut rasa dan warna pada bubur ubi jalar instan yang mendekati nilai 0. Hal ini menunjukkan atribut tersebut harus diperbaiki dalam pengembangan produk bubur instan selanjutnya agar sesuai dengan keinginan konsumen sehingga tingkat penerimaan produk tersebut menjadi semakin baik. Berdasarkan data skor evaluasi (e i ) pada Tabel 16 diketahui bahwa semua atribut mutu dari produk bubur singkong instan dan bubur ubi jalar instan dinilai positif oleh responden. Tabel 16. Skor evaluasi (e i ) konsumen terhadap produk bubur instan Produk bubur instan Atribut Bubur singkong instan Bubur ubi jalar instan Rasa 0,188 0,365 Warna 0,792 0,365 Kepraktisan 1,073 1,083 Sifat mengenyangkan 0,646 0,479 Tekstur 0,667 0,833 Aroma 0,385 0,750 Kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat 0,813 0,885 30

9 Atribut warna dari produk bubur ubi jalar instan memperoleh skor rendah (0,362) karena responden kurang menyukai warna produk bubur ubi jalar instan yang berwarna keabu-abuan. Bubur singkong instan memiliki warna yang cenderung putih bersih. Skor evaluasi atribut warna yang diperoleh oleh produk bubur singkong instan cukup tinggi yaitu sebesar 0,792. Responden menilai produk bubur yang memiliki warna putih cenderung lebih menarik dibandingkan produk bubur yang berwarna gelap. Pada bubur ubi jalar instan, responden menyukai atribut tekstur dengan skor evaluasi sebesar 0,833 dan atribut aroma dengan skor evaluasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,750. Responden mennyukai produk bubur ubi jalar instan yang wangi dengan tekstur yang berserat. Skor evaluasi atribut kepraktisan pada probuk bubur ubi jalar instan dan bubur singkong instan diketahui memiliki skor yang cukup baik. Dimana produk bubur singkong instan memperoleh skor sebesar 1,073 dan produk bubur ubi jalar instan memperoleh skor sebesar 1,083. Nilai skor evaluasi atribut kepraktisan pada produk bubur instan yang berada pada kisaran +1 atau rata-rata responden memberi penilaian setuju akan kepraktisan kedua jenis produk bubur instan. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan pembuatan produk bubur instan dalam aspek kepraktisan telah tercapai. E. TINGKAT PENERIMAAN RESPONDEN TERHADAP PRODUK BUBUR SINGKONG INSTAN DAN BUBUR UBI JALAR INSTAN Skor keyakinan (b i ) dan skor evaluasi (e i ) terhadap atribut mutu produk bubur instan yang telah diperoleh digunakan untuk mengetahui skor sikap (A 0 ) responden terhadap produk bubur instan tersebut. Skor sikap (A 0 ) produk bubur singkong instan dan bubur ubi jalar instan diperoleh dengan mengalikan skor keyakinan responden dengan skor evaluasi dari masing-masing produk. Skor sikap (A 0 ) produk bubur singkong instan diperoleh dengan mengalikan skor keyakinan (b i ) responden terhadap bubur instan dengan skor evaluasi (e i ) responden terhadap bubur singkong instan. Sedangkan skor sikap (A 0 ) produk bubur ubi jalar instan diperoleh dengan mengalikan skor keyakinan (b i ) responden terhadap bubur instan dengan skor evaluasi (e i ) responden terhadap bubur ubi jalar instan. Hasil perhitungan skor sikap (A 0 ) responden terhadap produk bubur instan diuraikan pada Tabel 17. Tabel 17. Skor sikap (A 0 ) responden terhadap produk bubur instan Produk bubur instan Atribut Bubur singkong instan Bubur ubi jalar instan Rasa 0,170 0,330 Warna 0,726 0,334 Kepraktisan 1,118 1,128 Sifat mengenyangkan 0,235 0,175 Tekstur 0,597 0,747 Aroma 0,341 0,664 Kemampuan sebagai pengganti nasi ,830 pada saat darurat Total 3,949 4,208 Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa produk bubur ubi jalar instan adalah yang paling disukai responden, dengan total skor preferensi sebesar 4,208. sedangkan produk bubur singkong instan memiliki skor preferensi yang lebih rendah yaitu sebesar 3,949. produk bubur singkong instan memiliki skor yang rendah untuk atribut aroma (0,341) dan produk bubur ubi jalar instan memiliki skor yang rendah untuk atribut rasa (0,330) dan atribut warna (0,334). Selanjutnya kedua produk memiliki skor yang sangat rendah untuk atribut sifat mengenyangkan, 0,235 untuk bubur singkong instan dan 0,175 untuk bubur ubi jalar instan. Angka yang diperoleh sangat rendah pada atribut ini karena responden telah memiliki skor keyakinan (b i ) yang rendah dan ditambah dengan angka skor evaluasi (e i ) yang juga rendah. Hal ini menyebabkan sangat rendahnya nilai skor sikap (A 0 ) yang 31

10 merupakan nilai hasil perkalian antara skor keyakinan (b i ) dan skor evaluasi (e i ). Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perhitungan skor sikap (A 0 ) dapat dilihat pada Lampiran 14. Atribut yang memiliki skor sikap (A 0 ) yang paling memuaskan untuk kedua produk adalah atribut kepraktisan, masing-masing bernilai 1,118 dan 1,128 untuk produk bubur singkong instan dan produk bubur ubi jalar instan. Dapt dilihat bahwa responden setuju dengan kepraktisan produk bubur instan ini berdasarkan angka skor sikap (A 0 ) melebihi nilai 1 yang mewakili pernyataan setuju. Langkah selanjutnya dalam analisis preferensi konsumen dengan model Fishbein adalah menentukan skala penilaian. Tujuan penentuan skala penilaian ini adalah supaya diketahui kategori sikap responden terhadap produk bubur instan. Sikap responden dikelompokkan menjadi lima kategori dari sangat disukai sampai sangat tidak disukai. Sebelum menentukan skala penilaian terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk mengetahui skor maksimum sikap yang diberikan pada produk bubur instan secara umum. Skor maksimum sikap (A 0 maks) diperoleh dengan mengalikan skor evaluasi dengan skor kepercayaan ideal, yaitu +2. Tabel 18. Skor maksimum sikap (A 0 maks) produk bubur instan Atribut b i maks e i A 0 maks Rasa +2 0,906 1,813 Warna +2 0,917 1,833 Kepraktisan +2 1,042 2,083 Sifat mengenyangkan +2 0,365 0,729 Tekstur +2 0,896 1,792 Aroma +2 0,885 1,771 Kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat +2 0,938 1,875 Total +11,896 Dari Tabel 18, maka dapat diketahui bahwa skor maksimum sikap (A 0 maks) adalah sebesar +11,896. sehingga diperoleh selang antara skor maksimum dan skor minimum adalah dari +11,896 sampai 11,896. langkah selanjutnya adalah pembagian selang tersebut menjadi 5 selang skor penilaian sesuai dengan kategori penilaian produk yaitu dari sangat disukai sampai sangat tidak disukai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Rentang (skala) skor preferensi Skala Penilaian Kategori Penilaian Produk ( 11,896) ( 5,948) Sangat tidak disukai ( 5,947) (0,001) Tidak disukai 0 Biasa 0,001 (+5,947) Disukai (+5,948) (+11,896) Sangat disukai Dari data skala penilaian pada Tabel 19, diketahui bahwa produk bubur singkong instan dan produk bubur ubi jalar instan masuk ke dalam kategori penilaian disukai, karena skor sikap (A 0 ) dari kedua jenis produk bubur instan tersebut masuk ke dalam selang skor antara 0,001 sampai dengan 5,947. Yaitu diketahui bahwa produk bubur ubi jalar instan adalah yang paling disukai responden, dengan total skor preferensi sebesar 4,208. sedangkan produk bubur singkong instan memiliki skor preferensi yang lebih rendah yaitu sebesar 3,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasannya. Hasil penelitian ini dinyatakan dalam bentuk deskripsi responden penelitian, deskripsi variabel penelitian,

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian dan pengukuran yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis

Lebih terperinci

persentase. Sedangkan analisis inferensial yaitu analisis yang mengacu pada hasil

persentase. Sedangkan analisis inferensial yaitu analisis yang mengacu pada hasil 42 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan di perusahaan jasa transportasi PT. KA spesifikasi Kereta Api Eksekutif Sancaka jurusan Yogyakarta-Surabaya. Penelitian bertujuan untuk menganalisa

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Instrumen Kuesioner Kuesioner merupakan instrumen yang digunakan untuk menguji beberapa analisis yang diinginkan. Namun kuesioner sebelum digunakan harus melalui

Lebih terperinci

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor-

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor- 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor- Faktor Strategi Bauran Pemasaran Jasa yang Memengaruhi Mahasiswa Memilih Program

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. itu telah disebarkan kuesioner kepada 50 orang responden. Oleh karena itu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. itu telah disebarkan kuesioner kepada 50 orang responden. Oleh karena itu BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan bauran promosi di perusahaan snack Ribut di Purwokerto, minat beli konsumen snack Ribut, dan pengaruh pelaksanaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Pangan adalah kebutuhan pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan manusia, karenanya hak atas pangan menjadi bagian sangat penting dari hak azasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul Analisis Konsumsi Beras Merah (Oryza nivara) dengan Pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB).

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 39 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat dan masuknya trend mengkonsumsi frozen yoghurt sejak tahun 2008 di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa pada pasar yang telah ada, juga harus mampu merebut daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa pada pasar yang telah ada, juga harus mampu merebut daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini semakin diyakini bahwa setiap kemajuan usaha selalu membawa masalah-masalah dan kesempatan bagi perusahaan. Dengan semakin besarnya perusahaan maka semakin

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TAHAPAN PENELITIAN Penelitian dibagi menjadi lima tahap, yaitu (1) penyusunan kuesioner, (2) pembuatan kuesioner online, (3) uji coba kuesioner, (4) pengumpulan data, dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk 44 III. METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk mendapatkan data yang akan dianalisis dengan mengoperasionalkan

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subyek yang diteliti pada penelitian ini adalah istri (wanita) pada pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan. Istri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumen sangat penting peranannya dalam konsep pemasaran, karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumen sangat penting peranannya dalam konsep pemasaran, karena itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumen sangat penting peranannya dalam konsep pemasaran, karena itu perusahaan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen. Taktik dan

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan. Preferensi Pangan. Karakteristik Makanan:

Konsumsi Pangan. Preferensi Pangan. Karakteristik Makanan: 23 KERANGKA PEMIKIRAN Menurut Suhardjo (1989), latar belakang sosial budaya mempengaruhi pemilihan jenis pangan melalui dua cara yaitu informasi mengenai gizi dan preferensi berdasarkan konteks dua karakteristik

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pertanyaan pertanyaan pada kuesioner tersebut. Uji tersebut dilakukan pada

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pertanyaan pertanyaan pada kuesioner tersebut. Uji tersebut dilakukan pada BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data dan Pembahasan 4.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum kuesioner disebarkan ke responden, dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap pertanyaan

Lebih terperinci

pelayanan dalam pengaruhnya terhadap kepuasan konsumen. Penelitian bertujuan

pelayanan dalam pengaruhnya terhadap kepuasan konsumen. Penelitian bertujuan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan di Susindo Swalayan Temanggung terhadap kualitas pelayanan dalam pengaruhnya terhadap kepuasan konsumen. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 14 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Persaingan produk pangan semakin meningkat dengan timbulnya berbagai macam produk pangan organik. Permintaan akan produk pangan organik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. metodologi dari konsep serta menyusun hipotesis; c) membuat alat ukur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. metodologi dari konsep serta menyusun hipotesis; c) membuat alat ukur BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti meliputi: a) merumuskan masalah

Lebih terperinci

5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Pada bab ini peneliti menjelaskan mengenai hasil penelitian yang diperoleh dan akan diuraikan ke dalam gambaran subjek, analisis data dan interpretasi hasil penelitian.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh dari data primer dan sekunder penelitian. Data primer penelitian ini adalah hasil kuesioner

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini meliputi BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Konsumen Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir yang pernah atau sedang diikuti,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, karena menurut data dari Pengadilan Tinggi tahun 2010, Bandung menempati

Lebih terperinci

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 37 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study yaitu data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan untuk memperoleh karakteristik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng merupakan salah satu pasar hewan yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk atau merek produk baru bermunculan. Pesatnya persaingan pasar yang

BAB I PENDAHULUAN. produk atau merek produk baru bermunculan. Pesatnya persaingan pasar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perekonomian makin maju dan berkembang dengan pesat, banyak produk atau merek produk baru bermunculan. Pesatnya persaingan pasar yang sejenis dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Djum di Wijilan Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kepuasan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Djum di Wijilan Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kepuasan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Data Penelitian dilakukan terhadap kualitas pelayanan pada Warung Makan Gudeg Yu Djum di Wijilan Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kepuasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif yaitu penelitian untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok terdapat perbedaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Jika hipotesis nol benar, maka statistik uji-w akan menyebar mengikuti sebaran normal baku. Hipotesis nol ditolak jika W > Z α/2 (Hosmer & Lemeshow 1989). Interpretasi koefisien untuk model regresi logistik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERSEMBAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERSEMBAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv v vi viii x xii BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan baik dalam dunia persaingan, baik dalam negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan baik dalam dunia persaingan, baik dalam negeri maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekarang ini banyak perusahaan bersaing untuk mengatasi pasar agar memperoleh keuntungan semaksimal mungkin, serta mengadakan berbagai efisiensi-efisiensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Riset Partisipan Penelitian 4.1.1 Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia Berdasarkan usia riset partisipan dikategorikan menjadi 5 yaitu 20-25 tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang jasa boga, maka setiap perusahaan perlu menciptakan konsep

BAB I PENDAHULUAN. di bidang jasa boga, maka setiap perusahaan perlu menciptakan konsep 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat dewasa ini dan seiring dengan semakin banyaknya perusahaan pesaing yang bermunculan khususnya di bidang jasa boga, maka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay )

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay ) II. TINJAUAN PUSTAKA Kajian mengenai kesediaan membayar beras analog belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun ada beberapa kajian yang terkait dengan topik Willingness to Pay khususnya dalam menilai manfaat

Lebih terperinci

lingkup perkantoran pemerintah Kota Depok. Adapun kegiatan tersebut dilakukan 1 hari dalam seminggu yaitu pada hari Selasa. Seluruh pegawai negeri sip

lingkup perkantoran pemerintah Kota Depok. Adapun kegiatan tersebut dilakukan 1 hari dalam seminggu yaitu pada hari Selasa. Seluruh pegawai negeri sip PERANCANGAN PROSES PRODUKSI BUBUR KENTANG SIAP SAJI DENGAN MEMPERHATIKAN KEINGINAN KONSUMEN Grace Elizabeth Grace Elizabeth (grace_miong@yahoo.com) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Holland Bakery merupakan salah satu pelopor dalam usaha modern bakery yang. dikenal dengan Holland Bakery. Holland Bakery selalu berusaha untuk

Holland Bakery merupakan salah satu pelopor dalam usaha modern bakery yang. dikenal dengan Holland Bakery. Holland Bakery selalu berusaha untuk IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan (Holland Bakery) Holland Bakery merupakan salah satu pelopor dalam usaha modern bakery yang dikenal dengan Holland Bakery. Holland Bakery selalu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil pengolahan data, dan analisa data hasil penelitian. Hasil ini diperoleh berdasarkan kuesioner yang diberikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah pengguna produk smartphone Sony Xperia di DIY.Spesifikasi pengguna produk dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah menengah atas yaitu Sekolah Menengah Atas Negeri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan.

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan. 27 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG Mega Nurhayati 1, Lili Erina 2, Tatang Sariman 3 1,2,3 Program Studi Kependudukan, Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji kebenaran suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji kebenaran suatu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan secara matang dalam rangka untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu menemukan,

Lebih terperinci

Gambar 3. Nanas terpilih (a) Nanas paon kebun, (b) nanas madu

Gambar 3. Nanas terpilih (a) Nanas paon kebun, (b) nanas madu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMILIHAN BUAH NANAS UNTUK BAHAN BAKU KERIPIK Penelitian tahap I bertujuan untuk mencari jenis dan proses pengolahan yang tepat untuk buah nanas dari Palangka Raya. Pada penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. 1. Nilai tambah PDB menurut subsektor Tahun Daftar nama perusahaan teh celup Indonesia

DAFTAR TABEL. 1. Nilai tambah PDB menurut subsektor Tahun Daftar nama perusahaan teh celup Indonesia DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Nilai tambah PDB menurut subsektor Tahun 2010-2013... 1 2. Daftar nama perusahaan teh celup Indonesia 2013... 7 3. Kandungan kimia dalam daun teh per gram... 14 4. Kajian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis keputusan dan kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi jeruk medan dilakukan di Pasar Baru Bogor. Penentuan lokasi ini dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi responden Profil responden digambarkan dengan menganalisa karakteristik sosial dan demografi responden. Karakteristik demografi dilihat dari umur dan jenis kelamin, sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisa dan Pembahasan Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua karyawan staff PT Bakrie Metal Industries yang berada di Unit Bekasi yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Obyek Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Butik Kharisma Indonesia yang berlokasi di Jalan Gajahmada No. 134, Semarang. Obyek penelitian ini adalah karyawan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Responden dalam dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN. Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN. Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN 4.1. Paparan Data Hasil Penelitian 4.1.1 Uji Validitas Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita di sekitar

BAB III METODA PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita di sekitar 27 BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Lingkup Penelitian Subjek penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita di sekitar daerah operasi perusahaan yakni di daerah kampung Sakarum, Nasef, Malabam,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Uraian berikut berisi hasil dari pengujian (try-out) dari kuesioner dalam penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Uraian berikut berisi hasil dari pengujian (try-out) dari kuesioner dalam penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Pengujian Kuesioner Penelitian Uraian berikut berisi hasil dari pengujian (try-out) dari kuesioner dalam penelitian ini. Pengujian ini meliputi analisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengelolaannya juga sangat mudah. Setelah beroperasi telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengelolaannya juga sangat mudah. Setelah beroperasi  telah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Tokopedia adalah ensiklopedia toko-toko online Indonesia dengan wujud sebuah mal online yang mempertemukan para penjual dengan pembeli dan memungkinkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengambil sampel atau satu populasi dengan mengunakan kuesioner

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengambil sampel atau satu populasi dengan mengunakan kuesioner BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu penelitian yang mengambil sampel atau satu populasi dengan mengunakan kuesioner sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini ialah metode penelitian korelasi. Seperti yang

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini ialah metode penelitian korelasi. Seperti yang 30 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini ialah metode penelitian korelasi. Seperti yang dijelaskan Sukardi (2008:166) Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Keluarga

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Keluarga 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Keluarga Usia. Perbedaan usia yang terdapat pada seseorang dapat mengakibatkan perbedaan dalam selera dan kesukaan terhadap merek (Sumarwan 2004). Usia dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kepuasan kepada konsumen. Untuk memenuhi kepuasan konsumen. perlu dilakukan pemantauan kebutuhan dan keinginan konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kepuasan kepada konsumen. Untuk memenuhi kepuasan konsumen. perlu dilakukan pemantauan kebutuhan dan keinginan konsumen. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengahadapi persaingan yang semakin ketat perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Untuk memenuhi kepuasan konsumen perlu dilakukan pemantauan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif 49 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif merupakan analisa yang digunakan untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan mempunyai kebijakan-kebijakan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kebijakan-kebijakan tersebut di ambil dan dilaksanakan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti harus menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN pada bagian Pos Kilat Khusus adalah gambaran umum tentang

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN pada bagian Pos Kilat Khusus adalah gambaran umum tentang IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI RESPONDEN Penyajian data identifikasi pelanggan PT Pos Indonesia (persero) Kota Metro 34100 pada bagian Pos Kilat Khusus adalah gambaran umum tentang

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KOPI TUBRUK DAN KOPI INSTAN DI KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN

PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KOPI TUBRUK DAN KOPI INSTAN DI KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KOPI TUBRUK DAN KOPI INSTAN DI KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN Laila Yuni Rukhbaniyah, Dyah Panuntun Utami dan Istiko Agus Wicaksono Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. Desain Penelitian Menurut Husein Umar (2008 : 4), Desain penelitian merupakan suatu cetak biru (blue print) dalam hal bagaimana data dikumpulkan, diukur, dan dianalisis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat, dengan harapan tidak menghilangkan identitas kota sebagai kota warisan

BAB I PENDAHULUAN. pesat, dengan harapan tidak menghilangkan identitas kota sebagai kota warisan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Kota Surakarta dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, dengan harapan tidak menghilangkan identitas kota sebagai kota warisan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat, disebabkan oleh krisis ekonomi yang berkepanjangan. Namun demikian

BAB I PENDAHULUAN. berat, disebabkan oleh krisis ekonomi yang berkepanjangan. Namun demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dewasa ini sedang mengalami kelesuan yang sangat berat, disebabkan oleh krisis ekonomi yang berkepanjangan. Namun demikian seiring dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega di Jalan Soekarno Hatta No 216,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.7 Desain Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode survei dengan cara menyebarkan kuesioner sebagai alat pengumpulan data

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. hal ini adalah produk makanan dan minuman. Kepuasan merupakan suatu respon positif seseorang dimana hasil kinerja

METODE PENELITIAN. hal ini adalah produk makanan dan minuman. Kepuasan merupakan suatu respon positif seseorang dimana hasil kinerja 20 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan semua pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sesuai tujuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR DIAGRAM... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR DIAGRAM... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah... ABSTRAK Penelitian ini berjudul suatu penelitian mengenai perbandingan kecerdasan emosional antara siswa program umum dengan siswa program khusus di SMA X Bandung. Tujuan penelitian ini yaitu memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi mengenai sensitivitas moral, pertimbangan moral, dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Instansi 4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi (RSUD) Kabupaten Bogor pada awalnya merupakan Puskesmas dengan tempat perawatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan data yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan data yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu dari data responden

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah tenaga kerja pande besi Bareng Hadipolo.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah tenaga kerja pande besi Bareng Hadipolo. 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah tenaga kerja pande besi Bareng Hadipolo. Berdasarkan data dari 100 responden yang melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pengumpulan Data Penelitian. Yamaha SS Cabang Kedungmundu Semarang. Kuesioner dibagikan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pengumpulan Data Penelitian. Yamaha SS Cabang Kedungmundu Semarang. Kuesioner dibagikan BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif 1. Deskripsi Pengumpulan Data Penelitian Penelitian ini menggunakan data hasil penyebaran koesioner kepada 100 orang responden calon konsumen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai data-data deskriptif yang diperoleh dari responden. Data deskriptif yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III Objek dan Metode Penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah konsumen Teh Botol Sosro yang

BAB III Objek dan Metode Penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah konsumen Teh Botol Sosro yang BAB III Objek dan Metode Penelitian 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah konsumen Teh Botol Sosro yang ada di Kota Bandung. Yang menjadi variable terikat dalam penelitian ini

Lebih terperinci

Kelurahan Bendan Duwur terdapat 40 pertanyaan yang masing-masing. pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban, yaitu:

Kelurahan Bendan Duwur terdapat 40 pertanyaan yang masing-masing. pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban, yaitu: A. Metode Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Rumus deskriptif persentase digunakan untuk menampilkan datadata kualitatif (angka) ke dalam kalimat. Dalam angket penelitian, untuk menggambarkan implementasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi responden disini akan menganalisa identitas para konsumen yang menjadi sampel dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. berasal dari jawaban responden terhadap daftar pernyataan yang dituangkan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. berasal dari jawaban responden terhadap daftar pernyataan yang dituangkan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Responden Dalam bab IV disajikan analisis terhadap data yang diperoleh selama penelitian. Data yang terkumpul merupakan data primer, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan usaha yang harus ditempuh dalam suatu penelitian untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu kebenaran pengetahuan. Metode yang digunakan harus

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendahuluan Bagian ini membahas jenis dan sumber data, kerangka sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional, teknik pengujian dan pengukuran instrument penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan Disiplin lalu lintas. Peneliti mendeskripsikan skor Kontrol diri dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan Disiplin lalu lintas. Peneliti mendeskripsikan skor Kontrol diri dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi subjek. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor Kontrol diri dan Disiplin lalu lintas. Peneliti mendeskripsikan skor Kontrol diri dan Disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pada era globalisasi ini, perkembangan dunia usaha di Indonesia yang semakin ketat membuat perusahaan perlu meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi dan Waktu 57 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Desain Penelitian ini menggunakan disain survei, suatu disain non-experimental dengan metode cross-sectional karena penelitian ini berhubungan dengan fenomena-fenomena

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kebutuhan konsumen akan selalu mengalami perubahan dalam hidupnya sejalan dengan perubahan keadaan sosial ekonomi dan budaya yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian Pelaksanaan kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus Kartini Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang dilatarbelakangi bahwa kondisi pendidikan

Lebih terperinci

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan interpretasinya. Pembahasan dalam bab 4 ini meliputi gambaran umum responden, ada tidaknya hubungan antara sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1 1 BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakterisitik Responden Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar sebanyak 100 orang yang penulis temui

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%).

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%). BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Paparan Demografis Responden 4.1.1 Gambaran Usia Rentang usia responden pada penelitian ini adalah 21-39 tahun dengan mean usai 31,5 tahun. Jumlah responden terbanyak ada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, khususnya di bidang industri. Hal ini terbukti dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, khususnya di bidang industri. Hal ini terbukti dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia akhir-akhir ini telah berkembang dengan pesat, khususnya di bidang industri. Hal ini terbukti dengan semakin banyak berdirinya perusahaan

Lebih terperinci

44 Universitas Indonesia

44 Universitas Indonesia BAB IV HASIL SURVEI DAN ANALISIS 4. 1. Metodologi Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Menurut Singarimbun dan Sofian (1995,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai tambah yang lebih agar mampu memenuhi kebutuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai tambah yang lebih agar mampu memenuhi kebutuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi perekonomian Indonesia yang tidak menentu membuat usaha kecil menengah menjadi wahana yang baik untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang produktif karena proses

Lebih terperinci

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif mengenai derajat prokrastinasi akademik pada siswa kelas 8 SMP X Bandung. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah teknik survei. Tujuan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISA DATA. subyek penelitian. Subyek penelitian ini adalah konsumen yang pernah

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISA DATA. subyek penelitian. Subyek penelitian ini adalah konsumen yang pernah BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISA DATA 4.1 Gambaran Subyek Penelitian Pembahasan dalam uraian ini adalah tentang gambaran subyek penelitian, dimana subyek penelitian ini menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci