1.1. KONDISI UMUM BAB I. PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1.1. KONDISI UMUM BAB I. PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM S esuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta Rencana Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), salah satunya adalah RPJMN yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN tahap ketiga ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat. Sebagaimana amanat tersebut di atas dan dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah, Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sesuai kewenangan, tugas dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan untuk periode tahun dan berpedoman pada RPJMN

2 Proses penyusunan Renstra Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi tahun dilakukan sesuai dengan amanat peraturan perundangundangan yang berlaku dan hasil evaluasi pencapaian kinerja tahun , serta melibatkan pemangku kepentingan yang menjadi mitra Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi. Selanjutnya Renstra Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi periode diharapkan dapat meningkatkan kinerja Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi dibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Adapun kondisi umum Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi pada saat ini berdasarkan peran, tugas fungsi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut: Peran Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi yang bertugas mengawasi peredaran obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetika dan makanan di wilayah provinsi Jambi. Tugas, fungsi dan kewenangan Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi di atur dalam Peraturan Kepala Badan POM RI nomor 14 tahun 2014, tanggal 17 Oktober 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sebelumnya merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kantor wilayah Kesehatan di provinsi Jambi. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan; b. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya; c. Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk secara mikrobiologi; d. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi; e. Investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum; 2

3 f. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan; g. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen; h. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan; i. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM RI sesuai dengan bidang tugasnya. Tugas dan fungsi tersebut melekat pada Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI merupakan garda terdepan dalam hal perlindungan terhadap konsumen. Disisi lain, tugas pokok dan fungsi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi juga sangat penting dan strategis dalam rangka mendorong tercapainya Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) yang telah dicanangkan oleh Presiden RI Joko Widodo, khususnya pada butir : 2) Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; 3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan; 5). Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, khususnya di sektor kesehatan; 6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; 7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Untuk mendukung tugas- tugas tersebut, Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi perlu diperkuat, baik dari sisi kelembagaan maupun kualitas sumber daya manusia, serta sarana prasarana pendukung lainnya seperti laboratorium, sistem teknologi dan informasi, dan lain sebagainya, Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi idealnya dapat menjalankan tugasnya secara lebih proaktif, tidak reaktif, yang hanya bergerak ketika sudah ada kasus-kasus yang dilaporkan. Luas wilayah Propinsi Jambi ± ,00 km 2 terdiri 3

4 dari luas daratan ,05 km 2 dan perairan 3.274,95 km 2 dengan wilayah pengawasan 11 (sebelas) Kabupaten/Kota, yaitu : Kabupaten Kerinci : 3.355,27 km 2, Kabupaten Bungo: km 2, Kabupaten Tebo : km 2, Kabupaten Merangin : km 2, Kabupaten Sarolangun : km 2, Kabupaten Batang Hari : km 2 Kabupaten Muaro Jambi : km 2, Kab.Tanjung Jabung Barat : 4.649,85 km 2, Kab.Tanjung Jabung Timur :5.445km 2 Kota Sungai Penuh : 391,5 km 2, Kota Jambi : 205,43 km 2, Umumnya wilayah Propinsi Jambi dapat ditempuh dengan transportasi darat dan ada beberapa yang melalui air (sungai), seperti di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Lama waktu perjalanan ke Ibukota Kabupaten rata-rata 4 jam, untuk Ibu Kota Kabupaten yang terjauh membutuhkan waktu tempuh 12 jam dan Ibu Kota Kabupaten yang terdekat hanya membutuhkan waktu 30 menit, Untuk melaksanakan kegiatan pengawasan ke sarana, waktu yang diperlukan di satu wilayah kerja rata-rata 2 hari. untuk Kabupaten terjauh dibutuhkan waktu 5 hari kerja dan yang terdekat 1 hari kerja, kondisi ini merupakan salah satu faktor yang sangat sulit bagi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi dalam melakukan fungsi pengawasan secara komprehensif. Namun hal ini tidak menjadi hambatan, bahkan justru menjadi tantangan tersendiri bagi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi dalam melakukan revitalisasi dan penguatan terhadap mandat dan kinerjanya mengawasi keamanan mutu produk obat dan makanan, baik produk dalam negeri maupun produk impor yang beredar di masyarakat. Di sisi lain, tuntutan modernisasi suatu bangsa juga berpengaruh pada pola hidup masyarakatnya. menjaga pola hidup sehat juga menjadi semakin sulit untuk dipenuhi oleh masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, terutama 4

5 pemenuhan standar kesehatan, dimana peredaran makanan yang tidak begitu baik bagi kesehatan juga hampir-hampir tidak bisa dihindari Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI nomor 14 tahun 2014, tanggal 17 Oktober 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Pasal 4 ayat (1) dan (3) serta Pasal 34, dikategorikan kepada Balai Pengawas Obat dan Makanan Tipe A. Kepala Balai POM Sub Bagian Tata Usaha Seksi Pengujian Mikrobiologi Seksi Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya Seksi Pengujian Terapetik, Nar, OT, Kosmetik dan P.Komp Seksi Pemeriksaan dan Penyidikan Seksi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen Kelompok Jabatan Fungsional Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi 5

6 Masing-masing Seksi dan Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut : 1. Seksi Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujiaan dan penilaian mutu di bidang terapetik, narkotika, obat tradisional, kosmetika dan produk komplemen. 2. Seksi Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya. Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di bidang pangan dan bahan berbahaya 3. Seksi Pengujian Mikrobiologi. Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu secara mikrobiologi. 4. Seksi Pemeriksaan dan Penyidikan. Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian, pemeriksaan sarana produksi, distribusi, sarana pelayanan kesehatan serta penyidikan pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya. 5. Seksi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen. Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu dan layanan informasi konsumen. 6. Subbagian Tata Usaha. Mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi di lingkungan Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi. 6

7 7. Kelompok Jabatan Fungsional. Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional pengawas farmasi dan makanan, penyidik pegawai negeri sipil sesuai dengan bidang keahliannya. Untuk mendukung tugas-tugas Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sesuai dengan peran dan fungsinya diperlukan sejumlah SDM yang memiliki keahlian dan kompetensi yang baik. Jumlah SDM yang dimiliki oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi untuk melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan sampai tahun 2014 adalah sejumlah 68 orang yang terdistribusi pada: 1. Sub Bagian Tata Usaha 18 (delapan belas) orang, dengan latar belakang pendidikan terdiri dari Apoteker 3 (tiga) orang (Kepala Balai POM dan CPNS), Sarjana Ekonomi 1 (satu) orang, Sarjana Hukum 2 (dua) orang, Sarjana Teknologi Pangan 1 (satu) orang, D3 Komputer/Akuntansi 2 (dua) orang, D1 Analis Kesehatan 1 (satu) orang, SMF 2 orang, SLTA Umum/Kejuruan 5 (lima) orang, dan SD 1 (satu) orang; 2. Seksi Pengujian Teranokoko berjumlah 18 (delapan belas) orang dengan latar belakang pendidikan yang terdiri dari Apoteker 11 (sebelas) orang, Sarjana Kimia 2 (dua) orang, D3 Farmasi/Kimia 2 (dua) orang dan SMF 3 (tiga) orang; 3. Seksi Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya 10 (sepuluh) orang dengan latar belakang pendidikan Apoteker 6 (enam) orang, SMF 3 (tiga) orang, dan SMAK 1 (satu) orang; 4. Seksi Pengujian Mikrobiologi 6 orang latar belakang pendidikan Apoteker 2 orang, Sarjana Biologi 1 orang, D3 Farmasi/Kimia 1 orang dan SMF 2 orang, ; 5. Seksi Pemeriksaan 10 (sepuluh) orang dengan latar belakang pendidikan Apoteker 4 orang, Sarjana Hukum 1 orang, Sarjana Komputer 1 orang, SMF 3 orang, dan SAKMA 1 orang; 6. Seksi Serlik 6 orang dengan latar belakang pendidikan Apoteker 4 orang, SMF 1 orang dan D3 Kimia 1 orang. 7

8 ( 73 ) 2011 ( 73) 2012 ( 68) 2013 (66) 2014 (68) S2 Apoteker S1 lain D3 SMF/ SMAK SLTA SLTP SD Gambar 2. Profil Pegawai Balai POM di Jambi berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun Tabel 1. Profil Pegawai BPOM di Jambi berdasarkan Tingkat Pendidikan (Sumber : Data BPOM tahun 2014) Pendidikan No. Unit Kerja S2 Apt S1 Non JUMLAH Lain Sarjana Sub. Bag Tata Usaha Sie. Pemeriksaan dan Penyidikan Sie. Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya Sie. Pengujian Mikrobiologi Sie. Pengujian Teranokoko Sie. Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen Total Persentase 1,47% 42,65% 13,24% 42,65% Dari komposisi SDM Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sampai dengan tahun 2014 terdapat 42,65% sehingga dengan latar belakang pendididkan non sarjana dirasakan perlunya peningkatan kuantitas maupun kualitas SDM agar mampu menghadapi perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis, 8

9 khususnya mengantisipasi perubahan lingkungan strategis eksternal, sehingga bisa mewujudkan tujuan organisasi dalam lima tahun kedepan. Pada tahun 2014 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi belum didukung dengan SDM yang memadai dan masih kekurangan SDM sejumlah 19 (Sembilan belas) orang, dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dari target yang ditetapkan. Berikut ini adalah profil kebutuhan pegawai berdasarkan analisa beban kerja. Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk melakkukan moratorium pegawai selama 5 (lima) tahun mulai tahun berarti tidak ada penambahan pegawai selama kurun waktu tersebut. Diperkirakan sejumlah 15 (lima belas) pegawai akan pensiun, pindah dan sebagainya dalam lima tahun tersebut, sementara beban kerja makin meningkat. Adanya kekurangan pegawai yang signifikan tersebut menyebabkan beberapa tugas dan fungsi pengawasan belum dapat dilakukan secara optimal Capaian Kinerja Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi periode Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi secara ringkas disampaikan beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai Penetapan Kinerja Tahunan dan Renstra Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi (Renstra Revisi II ), yaitu : SS 1 : Meningkatnya Efektifitas Pengawasan Obat dan Makanan dalam Rangka Melindungi Masyarakat di Provinsi Jambi Indiakator yang digunakan adalah INDIKATOR KINERJA 1 Persentase kenaikan Obat yang memenuhi standar 2 Persentase kenaikan Obat Tradisional yang memenuhi standar 3 Persentase kenaikan Kosmetik yang memenuhi standar 4 Persentase kenaikan Suplemen Makanan yang memenuhi standar 5 Persentase kenaikan Makanan yang memenuhi standar 9

10 INDIKATOR KINERJA 6 Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat dan Mutu) 7 Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) 8 Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya 9 Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat Keamanan 10 Proporsi Makanan yang Memenuhi Syarat SS 2 : Terwujudnya Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan yang Modern dengan jaringan kerja di seluruh Indonesia dengan kompetensi dan kapabilitas terunggul di Provinsi Jambi INDIKATOR KINERJA 1 Persentase Pemenuhan Sarana dan Prasana Laboratorium terhadap Standar Terkini Indikator ini dihitung berdasarkan Standar Minimal Alat Laboratorium terbaru. SS 3 : Meningkatnya Kompetensi, Kapabilitas dan jumlah modal insani yang unggul dalam Melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan INDIKATOR KINERJA 1 Persentase SDM yang Ditempatkan Sesuai Kompetensi SS 4 : Meningkatnya Koordinasi Perencanaan, Pembinaan, Pengendalian terhadap Program dan Administrasi di Lingkungan Balai POM di Jambi sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu INDIKATOR KINERJA 1 Persentase Sertifikat Sistem Mutu yang dipertahankan SS 5 : Meningkatnya Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan oleh Balai POM di Jambi 10

11 INDIKATOR KINERJA 1 Persentase ketersediaan Sarana dan Prasarana Penunjang Kinerja 11

12 Tabel 2. Capaian Kinerja Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi Periode NO Indikator Kinerja Sasaran Target Realisasi Rasio Persentase kenaikan Obat yang memenuhi standar 0,1 0,1 0,1 0, ,33-0,15-0,94 0, % -150 % -940% 510% 2. Persentase kenaikan Obat Tradisional yang memenuhi standar 3. Persentase kenaikan Kosmetik yang memenuhi standar 0,2 0,1 0,1 0, ,0 1,0 1,0 1, ,51-0,23 0,23 0, % -23% 23% 0,00% 0,99 0,00 0,00-0,23-495% 0,00% 0,00% -230 % 4. Persentase kenaikan Suplemen Makanan yang memenuhi standar 0,42 0,42 0,42 0, ,56 0,56 0,00 0,00-133,33% 133,33% 0,00% 0,00% 5. Persentase kenaikan Makanan yang memenuhi standar 2,0 2,0 2,0 2, ,99 2,18-0,94 1,43-101,13% 105,47% % % 6 Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat & Mutu) 96,7 96,8 96,9 97,0 97,1 98, ,85 98,91 99,42 102,03 % 103,31% 103,04% 101,97% 102,39% 7 Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) 11,0 10,0 9,0 8,0 7,0 8,51 0,00 0,23 0,00 0,00 77,36% 0,00% 2,56% 0,00% 0,00% 8 Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya 1,2 1,0 0,9 0,8 0,7 0,99 0,00 0,00 0,00 0,23 82,5% 0,00% 0,00% 0,00% 32,86% 9 Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat Keamanan 0,01 0,01 1,65 0,01 0,01 0,00 0,56 0,00 0,00 0,00 0,00% 5.600% 0,00% 0,00% 0,00% 10 Proporsi Makanan yang Memenuhi Syarat 83,0 85,0 87,0 89,0 91,0 84,42 87,41 89,59 88,65 90,08 101,71 % 11 Persentase pemenuhan sarana dan prasarana laboratorium terhadap standar terkini 102,84% 102,98% 99,61% 98,99% 60,0 70,0 75,0 80,0 90,0-71,2 72,5 84,29 52,62-101,71% 96,67% 105,36% 58,47% 12 Persentase SDM yang ditempatkan sesuai kompetensi 90,0 92,0 94,0 96,0 100,0-100,0 100,0 100,0 100,0-108,69% 106,38% 104,17% 100,00% 13 Persentase Sertifikat Sistem Mutu yang dipertahankan 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0-100,0 100,0 100,0 100,0-100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 14 Persentase Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kinerja 47,8 53,35 58,90 64,45 70,0-100,0 100,0 100,0 100,0-187,44% 169,78% 155,16% 142,86% % Rasio : Persentase capaian (realisasi dibandingkan terhadap target) 12

13 Sebagaimana Tabel 2. terkait pencapaian kinerja berdasarkan Renstra tahun tersebut di atas, kinerja Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi telah menunjukkan perbaikan yang sangat signifikan dilihat dari seluruh indikator kinerja sasaran sesuai dengan tugas utamanya melakukan pengawasan Obat dan Makanan. 3.1 Sampling dan Pengujian Laboratorium Sampling dan Pengujian Laboratorium yang dilakukan selama periode tahun 2010 sampai dengan 2014 dengan rincian sebagai berikut : 1) Produk Obat sebanyak sampel DIPA dan 410 sampel pihak ketiga dengan hasil uji memenuhi syarat sebanyak ( 99,5%) 2) Produk Obat Tradisional sebanyak sampel DIPA dan 17 sampel pihak ketiga dengan hasil uji memenuhi syarat sebanyak ( 82,85%) 3) Produk Kosmetika sebanyak sampel dan 50 sampel pihak ketiga dengan hasil uji memenuhi syarat sebanyak (99,97%) 4) Produk Napza sebanyak 322 sampel DIPA dan sampel pihak ketiga kepolisian dengan hasil Memenuhi Syarat sebanyak 322 (100%) 5) Produk Suplemen Makanan sebanyak 821 sampel DIPA dengan hasil memenuhi syarat sebanyak 820 (99,9%) 6) Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga sebanyak 60 sampel DIPA dengan hasil uji memenuhi syarat sebanyak 58 (96,66%) 7) Produk Pangan sebanyak sampel DIPA dan sampel pihak ketiga dengan hasil uji memenuhi syarat sebanyak ( 89,05%) Sampling dan pengujian produk pangan di laboratorium meliputi pengujian pangan nasional (1.934 sampel), pangan produk lokal (2.252 sampel), pangan jajanan anak sekolah (454 sampel), garam beryodium (262 sampel), tepung terigu (12 sampel), jajanan pasar beduq (70 sampel), kemasan pangan (46 sampel), dan pangan uji DNA babi (9 sampel). Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa Produk Pangan yang memenuhi syarat sebanyak 89,05% sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 10,10 %.yang terdiri dari pangan nasional 233 (3,24%), pangan produk lokal 190 (2,64%), pangan jajanan anak sekolah 8 (0,11%), garam beryodium 113 (1,57%), tepung 13

14 terigu 4 (0,06%) jajanan pasar beduq 2 (0,03%), kemasan pangan 2 (0,03%) dan pihak ketiga 202 (2,81%). Pada umumnya produk pangan tidak memenuhi syarat keamanan dan mutu, yaitu antara lain; mengandung Bahan Berbahaya untuk Pangan (Formalin; Boraks; Rhodamin B); rendahnya kadar KIO3 sesuai persyaratan yang diizinkan dalam garam, cemaran mikroba melebihi batas; menggunakan bahan tambahan pangan melebihi batas yang diijinkan dan lain-lain. Selain itu juga tidak memenuhi syarat label dan penandaan, antara lain jenis pemanis yang digunakan dan jumlah Acceptable Daily Intake (ADI). Terhadap pelanggaran-pelanggaran tersebut dilakukan tindak lanjut berupa penarikan produk dari peredaran dan pemusnahan produk, serta kepada produsen diberikan peringatan dan pembinaan lainnya. Berdasarkan hasil tersebut, pengawasan Obat dan Makanan tetap menjadi mainstreaming di Renstra Di bawah ini pada gambar 3 dapat dilihat secara grafik pencapaian kinerja BPOM di Jambi dari tahun Gambar 3. Profil Sampel Obat dan Makanan yang diuji BPOM Jambi Tahun Obat Otra Kosmetik Prod.Kompl Napza PKRT Pangan 14

15 Dari 14 (empat belas) indikator kinerja, 5 (lima) indikator pertama baru ditetapkan pada tahun 2013 yaitu pada revisi ketiga Renstra Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi. Hal ini bertujuan supaya dapat diukur indikator komposit pada tahun Kelima indikator kinerja utama tersebut sekaligus merupakan bagian dari indikator sasaran strategis yang pertama yaitu Meningkatnya efektifitas pengawasan obat dan makanan dalam rangka melindungi masyarakat di Provinsi Jambi. Kelima indikator tersebut baru diukur pencapaiannya pada tahun 2014, dengan menggunakan data kinerja 2010 sebagai baseline. Capaian indikator kinerja utama pada tahun 2014 secara rinci dituangkan dalam tabel berikut: Tabel 3. Capaian Indikator Utama Tahun 2014 Indikator Kinerja Utama 1 Persentase Kenaikan Obat yang Memenuhi Standar 2 Persentase Kenaikan Obat tradisional yang Memenuhi Standar 3 Persentase Kenaikan Kosmetik yang Memenuhi Standar 4 Persentase Kenaikan Suplemen Makanan yang Memenuhi Standar 5 Persentase Kenaikan Makanan yang Memenuhi Standar Tahun 2014 Target Realisasi % Capaian 0.4% 0.75% % 4,0% 8,51% % 0.5% 0.76% % 1.68% 0.0% 0.00% 8.0% 5.66% 70.75% Persentase kenaikan produk obat dan makanan yang memenuhi standar pada tahun 2014 tersebut merupakan selisih dari persentase produk yang memenuhi syarat pada tahun 2014 terhadap persentase produk yang memenuhi standar pada tahun Persentase produk yang memenuhi standar merupakan 15

16 perbandingan antara jumlah produk yang memenuhi standar terhadap jumlah sampel total yang diuji laboratorium. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai capaian BAIK untuk indikator point (1) sampai (3) karena lebih dari 100,00%, sedangkan nilai capaian CUKUP untuk point (4) karena nilai capaian belum tercapai %. Untuk indikator point (4) realisasi 0,00%, hal ini disebabkan karena dari tahun sebelumnya persentase suplemen makanan yang memenuhi syarat sudah mencapai 100,00% (nilai maksimal capaian) sehingga ditahun berikutnya diperoleh nilai capain 100,00% akan terlihat seperti tidak ada kenaikan capaian, sementara target yang ditetapkan sebesar 1,68% untuk selanjutnya agar penetapan target berikutnya harus berdasarkan analisis trend data sebelumnya. Penetapan kriteria persentase masing-masing capaian mengacu pada peraturan Bappenas PP.39/2006, dengan kriteria sebagai berikut: 95.0% < X < 105.0% BAIK *X = persen capaian 70,0% < X < 95.0% 105.0% < X < 130.0% CUKUP X 70.0% X 130,0% TIDAK DAPAT DISIMPULKAN Pembahasan lebih lanjut mengenai persentase kenaikan produk obat dan makanan yang memenuhi standar tersebut akan dijelaskan pada pembahasan masing-masing sasaran strategis berikut: 1. Meningkatnya Efektifitas Pengawasan Obat dan Makanan dalam rangka Melindungi Masyarakat di Provinsi Jambi. Keberhasilan pencapaian sasaran pertama ini diukur dengan 10 (sepuluh) indikator kinerja dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pencapaian Indikator Kinerja nomor (1) Persentase Kenaikan Obat Yang Memenuhi Standar dan Pencapaian Indikator Kinerja nomor (6) Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat, Dan Mutu) Pada tahun 2014, proporsi obat yang memenuhi standar (aman, manfaat, dan mutu) adalah sebesar 99,42% dari target 97,10% atau dengan kata lain persentase capaian indikator kinerja nomor (6) adalah 102,39% terhadap target. 16

17 Gambar 3. Proporsi Obat yang Memenuhi Standar Tahun Gambar 4. Persentase Kenaikan Obat yang Memenuhi Standar Th Dari gambar 3 dan 4 di atas dapat diketahui bahwa dari tahun 2011 sampai tahun 2013 terjadi penurunan jumlah proporsi obat yang memenuhi standar. Hal ini terjadi karena terdapat perubahan metodologi dalam penetapan prioritas sampling sehingga pemetaan wilayah sampling semakin tepat sasaran. Dari gambar 4 diatas terlihat bahwa pada tahun 2013 dilakukan pendekatan analisis risiko yang dipertajam sesuai tingkat kekritisan sehingga diperoleh targetted sampel yang terdiri dari 9 (sembilan) kategori untuk routine sampling dan 4 (empat) kriteria untuk triggered sampling serta peningkatan cakupan kemampuan uji laboratorium Balai POM di Jambi. 17

18 Persentase kenaikan obat yang memenuhi standar pada tahun 2014 sebesar 0.51% dari target 0.1% dengan demikian persentase capaian sebesar 510.0%. Berdasar kriteria hal ini berarti indikator nomor 1 tidak dapat disimpulkan. Capaian sangat melebihi target yang ditetapkan hal ini berarti perlu dievaluasi lagi penetapan target untuk periode berikutnya. Jika dibandingkan terhadap data baseline tahun 2010 dengan proporsi sebesar 98,67% maka pada tahun terjadi kenaikan persentase obat yang memenuhi syarat. Hal ini berarti berdasarkan indikator kinerja nomor (1) dan (6), sasaran strategis nomor (1) yaitu meningkatnya efektifitas pengawasan dalam rangka melindungi masyarakat tercapai. Setelah produk beredar di pasaran, Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi melakukan post market control sebagai upaya untuk menjamin bahwa produk yang beredar di pasaran tetap memenuhi persyaratan keamanan, khasiat dan mutu seperti pada saat didaftarkan untuk mendapatkan persetujuan/ nomor ijin edar. Post market control antara lain dilakukan melalui: pengambilan sampel produk di pasaran, pengujian laboratorium, upaya penegakkan hukum terhadap pelanggaran di bidang obat, pemberdayaan masyarakat agar mampu melindungi diri dari produk obat yang tidak memenuhi syarat. Pengambilan sampel produk di pasaran dilakukan dengan pendekatan analisis resiko. Dengan cara ini produk yang mempunyai resiko paling tinggi dan paling banyak digunakan oleh masyarakat akan mempunyai peluang untuk disampling lebih banyak. Selain itu sampling juga dilakukan untuk keperluan compliance dan vigilance. Hal ini dilakukan untuk melihat kepatuhan terhadap pemenuhan CPOB dan kemungkinan produk dipalsukan. Sampling dilakukan berdasarkan kaidah ilmiah untuk memastikan 18

19 keterwakilan (representativeness) terhadap populasi produk yang beredar di pasaran. Pada tahun 2014 dilakukan pengambilan sampel dan pengujian terhadap 517 sampel obat, dengan hasil 514 (99,42%) sampel obat memenuhi syarat dan 3 (0.58%) sampel obat yang tidak memenuhi syarat. Jumlah sampel total = 517 Gambar 5. Hasil Pengujian Sampel Obat tahun 2014 Pengujian laboratorium dengan parameter uji yang telah ditetapkan dilakukan untuk membuktikan secara ilmiah bahwa produk yang beredar di pasaran tetap memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Untuk itu diperlukan kemampuan laboratorium yang handal yang mampu mengawal semua produk yang telah diberikan persetujuan edar. Munculnya produk-produk baru harus dapat diantisipasi oleh laboratorium Balai POM di Jambi, baik dari segi peralatan, SDM, Metoda Analisa, Reagensia, Baku pembanding, dan dukungan teknologi informasi. Balai POM di Jambi akan terus berupaya memenuhi kebutuhan peralatan laboratorium agar senantiasa dapat menyesuaikan dengan perubahan lingkungan strategis. Masih ditemukannya obat palsu dan sub standar di Indonesia disebabkan karena masih adanya unsur permintaan dan penawaran (supply-demand) dijalur ilegal. Sanksi hukum yang tidak menimbulkan efek jera dan kondisi keuangan masyarakat merupakan sebagian faktor yang menyebabkan produk obat palsu dan sub standar masih beredar di Indonesia. Rendahnya putusan pengadilan yang dijatuhkan kepada para pelanggar hukum tindak pidana bidang obat dan makanan merupakan salah satu penyebab tidak efektifnya upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh Balai POM di Jambi. Putusan hukum yang dijatuhkan tidak menimbulkan efek jera dan tidak sebanding dengan insentif ekonomi serta keuntungan finansial yang 19

20 didapatkan oleh para pelanggar hukum. Hal ini mengakibatkan pelanggaran berulang dan bahkan menjadi contoh bagi para pelanggar hukum yang lain. Pada tahun 2014, jumlah pelanggaran tindak pidana Obat dan Makanan yang ditindaklanjuti dengan projusticia sebanyak 8 perkara dengan total jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 46 kasus, dengan demikian jumlah pelanggaran tindak pidana Obat dan Makanan yang ditindaklanjuti dengan projusticia sebesar 17.39%. 100,20% 100,00% 99,80% 99,60% 99,40% 99,20% 99,00% 98,80% 99,40% 2010 (822/827) 99,80% 2011 (506/507) 100% 2012 (497/497) 99,26% 2013 (536/540) 99,37% 2014 (476/479) Profil Obat Memenuhi Syarat Tahun Gambar 6. Profil Obat Memenuhi Syarat b. Pencapaian Indikator Kinerja nomor (2) Persentase Kenaikan Obat Tradisional yang Memenuhi Standar dan Indikator Kinerja nomor (7) Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) Gambar 7. Proporsi Obat tradisional yang mengandung BKO Tahun

21 Gambar 8. Persentase Kenaikan Obat tradisional yang memenuhi standar Th Pada tahun 2014, realisasi Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) adalah sebesar 0.00% dari target 7,0%. Pada indikator ini, persentase capaian adalah berbanding terbalik dengan capaian/realisasinya, artinya semakin rendah proporsi obat tradisional yang mengandung BKO, maka semakin tinggi persentase capaiannya atau dengan kata lain semakin baik kinerjanya, dan sebaliknya. Perhitungan persentase capaian indikator ini menggunakan rumus sebagai berikut : Dengan menggunakan rumus tersebut maka persentase capaian indikator untuk nomor (7) Proporsi Obat tradisional yang Mengandung BKO adalah % terhadap target. Pada tahun 2014 dilakukan pengambilan sampel dan pengujian terhadap 420 sampel obat tradisional, dengan hasil 299 (71.19%) sampel obat tradisional memenuhi syarat dan 121 (28.81%) sampel obat tradisional yang tidak memenuhi syarat parameter fisik seperti uji keseragaman bobot dan waktu hancur, dan tidak ditemukan satu sampel pun yang mengadung BKO dari total sampel yang diuji. Dari Gambar 7 di atas terlihat bahwa dari tahun 2010 hingga 2014 proporsi obat tradisional yang mengandung BKO mengalami penurunan yang berarti capaian kinerja semakin baik. Persentase kenaikan 21

22 obat tradisional yang memenuhi standar dari tahun 2010 sampai 2014 dijabarkan dalam Gambar 8. Jumlah sampel = 420 Gambar 9. Hasil Pengujian Sampel Obat Tradisional tahun 2014 Target kumulatif yang ditetapkan adalah sebesar 4.0%, sedangkan realisasi sebesar 8,51%, sehingga diperoleh persen capaian sebesar %. Dengan melihat capaian ini maka perlu untuk dilakukan evaluasi penetapan target pada renstra periode supaya disesuaikan dengan trend data yang ada. Intensifikasi pengawasan obat tradisional mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) secara rutin dilakukan setiap tahun dengan cara peningkatan kemampuan petugas pengawas/inspektur melalui pelatihan peningkatan kompetensi. Selain itu juga dibentuk forum koordinasi lintas sektor penanganan obat tradisional mengandung BKO, yang secara komperehensif menjalankan tugas secara intensif dan terkoordinasi. Secara simultan juga dilakukan pemberdayaan masyarakat melalui berbagai media agar masyarakat lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi obat tradisional sehingga tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan. 100,00% 80,00% 60,00% 91,21% 86,38% 93,16% 72,14% 71,19% 40,00% 20,00% 0,00% 2010 (384/421) 2011 (368/426) 2012 (395/424) 2013 (303/420) 2014 (299/420) Gambar 10 Profil Obat Tradisional Memenuhi Syarat

23 Pada Tahun 2010 ada 3 item TMS BKO, 2011 dan 2012 masing-masing ada 1 item TMS BKO, 2013 dan 2014 tidak ada TMS BKO (Hanya TMS uji Fisika, seperti kadar air, keseragaman bobot, waktu hancur). c. Pencapaian Indikator Kinerja nomor (3) Persentase Kenaikan Kosmetik yang Memenuhi Standar dan Indikator Kinerja nomor (8) Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Kimia Berbahaya Perhitungan persentase capaian indikator ini menggunakan rumus sebagai berikut : % Capaian = (100% - Realisasi) (100% - Target) Gambar 11. Proporsi kosmetik yang Mengandung Bahan Kimia Berbahaya Tahun

24 Gambar 12. Persentase Kenaikan Kosmetik yang Memenuhi Standar Th Pada tahun 2014, Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya adalah sebesar 0,23% dari target 0,7% atau dengan kata lain persentase capaian indikator kinerja nomor (8) adalah 100,47% terhadap target. Pada indikator ini, persentase capaian adalah berbanding terbalik dengan capaian/realisasinya, artinya semakin rendah proporsi kosmetik yang mengandung bahan berbahaya, maka semakin tinggi persentase capaiannya atau dengan kata lain semakin baik kinerjanya, dan sebaliknya. Dengan melihat gambar 8 diatas maka dapat dilihat bahwa pada tahun 2011, 2012, dan 2013 proporsi kosmetik yang mengandung bahan berbahaya sebesar 0.00%, artinya tidak ditemukan adanya kosmetik yang mengandung bahan berbahaya. Sedangkan pada tahun 2014 terdapat 0.23% kosmetik yang mengandung bahan berbahaya dari total 877 sampel yang selesai diuji. Target kumulatif yang ditetapkan adalah sebesar 0.5%, sedangkan realisasi sebesar 0.76%, sehingga diperoleh persen capaian sebesar %. Hal ini berarti bahwa dari tahun 2010 hingga tahun 2014 telah terjadi kenaikan persentase kosmetik yang memenuhi standar sebesar 0.76%. Hal ini berarti pula bahwa masyarakat Jambi menjadi lebih terlindungi dari peredaran kosmetik yang mengandung bahan berbahaya. Dengan melihat capaian ini maka perlu untuk dilakukan evaluasi penetapan target pada renstra periode supaya disesuaikan dengan trend data yang ada. 24

25 Kosmetik pada dasarnya termasuk produk low risk (berisiko rendah) tetapi pada kenyataannya terjadi penyimpangan yang menyebabkan risiko produk berubah menjadi membahayakan kesehatan. Penggunaan bahan berbahaya yang dilarang dalam kosmetik mengakibatkan kosmetik menjadi berbahaya bagi kesehatan. Pada tahun 2014 dilakukan pengujian terhadap 877 sampel kosmetik, dengan hasil 875 (99.77%) sampel memenuhi syarat. Jumlah sampel = 877 Gambar 13. Hasil Pengujian Sampel Kosmetik Tahun 2014 Pengawasan kosmetik merupakan tanggung jawab tiga pilar pengawasan yaitu pemerintah, pelaku usaha, dan konsumen. Balai POM di Jambi melakukan inspeksi sarana distribusi kosmetik dalam rangka penerapan kaidah distribusi kosmetik yang baik. Balai POM di Jambi telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pemenuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan melalui kegiatan pembinaan secara intensif. 100,05% 100,00% 99,95% 99,90% 99,85% 99,80% 99,75% 99,70% 99,65% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 2010 (423/423) 2011 (909/909) 2012 ( 556/556) 2013 (1222/1222) 99,78% 2014 (906/908) Gambar 14. Profil Kosmetik Memenuhi Syarat Pada Tahun 2014 ditemukan 2 item kosmetik mengandung Hg yang dibeli secara online. 25

26 d. Pencapaian Indikator Kinerja nomor (4) Persentase Kenaikan Suplemen Makanan yang Memenuhi Standar dan Indikator Kinerja nomor (9) Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat Pada indikator ini, persentase capaian adalah berbanding terbalik dengan capaian/realisasinya, artinya semakin rendah proporsi suplemen makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan, maka semakin tinggi persentase capaiannya atau dengan kata lain semakin baik kinerjanya, dan sebaliknya. Perhitungan persentase capaian indikator ini menggunakan rumus sebagai berikut : Gambar 15. Proporsi Suplemen Makanan Yang Tidak Memenuhi Syarat Keamanan Tahun

27 Gambar 16. Persentase Kenaikan Suplemen Makanan Yang Memenuhi Standar Th Pada tahun 2014, Proporsi Suplemen Makanan yang tidak memenuhi syarat adalah sebesar 0,00% dari target 0,01% atau dengan kata lain persentase capaian indikator kinerja utama nomor 9 adalah 100,01% terhadap target. Pada tahun 2011, proporsi Suplemen Makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan adalah sebesar 0,56%, tahun 2012, 2013, dan tahun 2014 adalah sebesar 0,00%. Dengan demikian pada tahun 2014 terjadi penurunan proporsi Suplemen Makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan dibanding tahun 2011, yang berarti pada tahun 2014 terjadi peningkatan kinerja Pengawasan Suplemen Makanan dari tahun Data tahun 2010 sebagai data baseline, diketahui proporsi suplemen makanan yang tidak memenuhi syarat adalah sebesar 0,00%, artinya target yang ditetapkan telah tercapai sejak tahun Perubahan gaya hidup dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya melakukan tindakan pencegahan merupakan salah satu sebab meningkatnya konsumsi suplemen makanan. Hal ini ditangkap sebagai peluang bisnis bagi pelaku usaha baik di dalam maupun di luar negeri. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan daya beli yang semakin baik merupakan pasar strategis bagi produk suplemen makanan. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya jenis dan jumlah produk suplemen makanan yang beredar di dalam negeri yang juga mengindikasikan bahwa perkembangan pasar global juga melanda Indonesia. Selain produk impor, juga 27

28 banyak produk suplemen makanan yang dihasilkan oleh produsen dalam negeri. Maraknya produk suplemen makanan yang beredar merupakan tantangan tersendiri bagi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi. Klaim yang berlebihan akan memberikan informasi yang menyesatkan dan merugikan konsumen. Bukan hanya kerugian secara materi tetapi juga membahayakan kesehatan karena konsumsi suplemen makanan yang tidak sesuai kebutuhan untuk itu diperlukan upaya intensifikasi pengawasan iklan serta edukasi kepada masyarakat agar mengkonsumsi produk suplemen makanan dengan bijaksana dan sesuai kebutuhan. Pengawasan post market suplemen makanan dilakukan melalui sampling dan pengujian laboratorium serta pengawasan iklan produk agar tidak menyampaikan klaim berlebihan. Pada tahun 2014 dilakukan pengambilan sampel dan pengujian terhadap 180 sampel suplemen makanan, dengan hasil 100% sampel memenuhi syarat dan 0,00% sampel suplemen makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan. Jumlah sampel = 180 Gambar 17. Hasil Pengujian Suplemen Makanan Tahun 2014 Target kumulatif yang ditetapkan adalah sebesar 1.68%, sedangkan realisasi sebesar 0.0%, sehingga diperoleh persen capaian sebesar 0.0%. Dengan melihat capaian ini seolah terlihat bahwa pengawasan keamanan suplemen makanan tidak memberikan hasil. Namun, dalam hal ini tidak demikian karena data tahun 2010 sebagai baseline data proporsi suplemen makanan yang tidak memenuhi syarat sebesar 0.0% sehingga hal ini sudah merupakan target tertinggi yaitu proporsi suplemen makanan yang memenuhi syarat 28

29 sebesar 100.0%, sehingga ketika proporsi suplemen makanan yang memenuhi syarat pada tahun 2014 diperoleh nilai 100.0% seolah terlihat seperti tidak ada kenaikan. 100,50% 100,00% 99,50% 99,00% 98,50% 98,00% 97,50% 97,00% 98,04% 2010 (50/51) 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 2011 (202/202) 2012 ( 208/208) 2013 (180/180) 2014 (180/180) Gambar 18 Profil Suplemen Makanan Memenuhi Syarat Pada tahun 2010 ditemukan 1 item suplemen makanan TMS kadar Nikotinamid. e. Pencapaian indikator kinerja utama nomor 5 Persentase Kenaikan Makanan yang Memenuhi Standar dan indikator kinerja nomor 10 yaitu Proporsi Makanan yang memenuhi syarat Pada tahun 2014, Proporsi Makanan yang memenuhi syarat adalah sebesar 90,08% dari target 91,00% atau dengan kata lain persentase capaian indikator kinerja utama nomor 10 adalah 98,99% terhadap target. 29

30 Gambar 19. Proporsi makanan yang memenuhi syarat Tahun Gambar 20. Persentase Kenaikan makanan yang memenuhi standar Th Dari gambar 19 terlihat bahwa proporsi makanan yang memenuhi syarat dari tahun 2010 sampai 2014 mengalami fluktuasi. Namun presentase tertinggi terdapat pada tahun 2014 yaitu sebesar 90.08%. Hal ini berarti bahwa Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sudah berusaha untuk terus meningkatkan kinerja pengawasan makanan dalam rangka melindungi masyarakat. Target kumulatif yang ditetapkan adalah sebesar 8.0%, sedangkan realisasi sebesar 5.66%, sehingga diperoleh persen capaian sebesar 70.75%, termasuk kriteria cukup. Sedangkan pada tahun 2013 terjadi penurunan proporsi makanan yang memenuhi syarat dari tahun 2012 yang berarti secara teori kinerjanya menurun. Namun hal ini tidak dapat serta merta dikatakan kinerja menurun, 30

31 karena hal ini dapat pula diartikan bahwa pemetaan wilayah sampling sudah tepat sasaran sehingga makanan yang tidak memenuhi syarat dapat terdeteksi. Dalam rangka pengawasan post market keamanan mutu produk pangan yang beredar di masyarakat selama tahun 2014, secara rutin telah dilakukan pengambilan sampel pengujian laboratorium sejumlah 877 sampel pangan, dengan hasil 790 (90.08%) memenuhi syarat dan 87 (9.92%) sampel tidak memenuhi syarat. Dari 87 yang TMS, ditemukan 4 sampel atau 0.46% dari total sampel yang di uji, yang mengandung bahan berbahaya, formalin, rodamin B, dan boraks, dan 83 Sampel TMS Mutu Indikator untuk pengukuran kinerja proporsi makanan yang memenuhi syarat diambil dari sampel pangan, sampel garam beryodium, bahan berbahaya/ kemasan pangan dan Pangan Jajanan Anak Sekolah. Selain itu Balai POM di Jambi juga melakukan pembinaan kepada produsen dan distributor makanan. Untuk produk pangan yang ijinnya dikeluarkan oleh pemerintah daerah, Balai POM di Jambi bekerja sama dengan pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya pembinaan dan bimbingan teknis dalam rangka penerapan cara pembuatan makanan yang baik atau CPMB. Untuk industri rumah tangga pangan, penerapan CPMB dilakukan secara bertahap dan di prioritaskan kepada higien dan sanitasi. 92,00% 90,00% 88,00% 86,00% 84,00% 89,75% 2010 (1077/1200) 87,57% 90,86% 2011(796/909) 2012 (1034/1138) 86,89% 2013 (795/915) 89,51% 2014 (785/877) Gambar 21. Profil Pengujian Pangan yang Memenuhi Syarat 31

32 3.2 Pengawasan sarana Distribusi dan Produksi Obat dan Makanan selama tahun Jumlah sarana Cakupan pengawasa n Gambar 22. Profil Jumlah Sarana dan Cakupan Pengawasan ,00% 78,00% 76,00% 74,00% 72,00% 70,00% 68,00% 66,00% 64,00% 77,06% 78,40% 75,50% 75,13% 69,38% Profil Pengawasan Sarana Produksi dan Distribusi yang Memenuhi Ketentuan Gambar 23. Profil Pengawasan Sarana Produksi dan Distribusi yang Memenuhi Ketentuan Tahun

33 Jumlah MK TMK Jumlah MK Gambar 24. Profil Pengawasan Sarana Distribusi Tahun Jumlah sarana distribusi obat dan makanan yang diperiksa pada kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 sebanyak sarana dengan hasil 4780 sarana (77,04%) memenuhi ketentuan, sedangkan 1424 sarana (22,96%) tidak memenuhi ketentuan. Sarana tidak memenuhi ketentuan dikarenakan mengedarkan kosmetik Tanpa Izin Edar (TIE), kosmetik mengandung bahan berbahaya, obat tradisional TIE, obat tradisional mengandung Bahan Kimia Obat (BKO), pangan TIE, dan pangan mengandung bahan berbahaya serta mengedarkan produk yang telah ditarik dari peredaran. Jumlah sarana yang diperiksa berfluktuasi dari tahun ke tahun, yang terendah pada tahun 2010 sebanyak 924 sarana dan jumlah sarana diperiksa terbanyak pada tahun 2014 berjumlah sarana. Dari hasil pemeriksaan terlihat bahwa persentase sarana yang memenuhi ketentuan berkisar antara 75,11% sampai 77,05%. Persentase tertinggi hasil pemeriksaan sarana yang memenuhi ketentuan (MK) sebesar 77,05 % (diperiksa 1492, MK 1175) pada tahun 2014, sedangkan persentase terendah hasil pemeriksaan sarana yang memenuhi ketentuan sebesar 75,11 % (diperiksa 924, MK 694) pada tahun

34 Jumlah MK MK TMK Jumlah Gambar 25. Profil Pengawasan Sarana Produksi Tahun Jumlah sarana produksi obat dan makanan yang diperiksa selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 sebanyak 671 sarana dengan hasil 517 sarana (77,05%) memenuhi ketentuan dan 154 sarana (22,95%) tidak memenuhi ketentuan. Sarana tidak memenuhi ketentuan dikarenakan masalah higiene dan sanitasi serta penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) tidak dilaksanakan secara konsisten, belum memiliki sertifikat produk pangan industri rumah tangga pangan (P-IRT), mencantumkan tulisan Halal tetapi belum memiliki sertifikat Halal dari MUI. Disamping itu juga penggunaan bahan berbahaya seperti, boraks masih ditemukan di Industri Rumah Tangga Pangan MK Jumlah TMK MK TMK Jumlah Gambar 26. Profil Pengawasan Iklan Tahun

35 Jumlah iklan obat, PKRT, makanan, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen dan rokok dari tahun 2010 sampai tahun 2014 sebanyak iklan, dengan hasil 2193 iklan atau 93,56% telah sesuai ketentuan sedangkan 151 iklan atau 6,44% tidak sesuai ketentuan. Iklan tidak sesuai ketentuan dikarenakan klaim berlebihan untuk obat tradisional dan kosmetika, spot peringatan dan aturan pakai serta nomor registrasi untuk obat bebas terbatas dan produk komplemen, spot peringatan untuk rokok serta menyatakan khasiat pengobatan untuk produk pangan Kasus Projust Gambar 27. KASUS YANG DITINDAK LANJUTI SECARA PROJUSTITIA TAHUN Kasus Pelanggaran dibidang Obat dan Makanan tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 ada 131 kasus dan ditindaklanjuti secara prujustitia 31 kasus (23,66%) di antaranya 21 kasus di bidang obat (67,74%), 7 kasus di bidang kosmetik (22,58%), 2 kasus di bidang Obat Tradisional (6,45%) dan 1 kasus di bidang pangan (3,23%). 35

36 3.3 Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen a. Sertifikasi 1. PreAudit dalam rangka Sertifikasi Sarana Produksi dan Distribusi Obat dan Makanan Gambar 28. Profil Pre-Audit dalam rangka Sertifikasi Sarana Produksi dan Distribusi Obat dan Makanan Tahun Kegiatan pre-audit dalam rangka sertifikasi sarana distribusi obat dan sarana produksi pangan (MD dan P-IRT), produksi obat tradisional, UMKM Kosmetik dilaksanakan dengan melakukan peninjauan lokasi atas dasar permohonan/ permintaan dari perusahaan yang bersangkutan dalam rangka persetujuan pendaftaran produk pangan atau perpanjangan masa berlaku izin edar dari produk pangan serta pemberian izin pencantuman tulisan halal pada label makanan terhadap produk pangan, obat tradisional, kosmetika yang diajukan dalam hal pemenuhan persyaratan CPPOB, CPOTB dan CPKB serta pengajuan perizinan PBF atau pengakuan izin PBF Cabang maupun verifikasi pindah alamat/gudang PBF dalam hala pemenuhan persyaratan CDOB 36

37 2. Surveilan dan Audit Piagam Bintang Keamanan Pangan di Kantin Sekolah Sejak tahun 2010 sampai dengan 2014, Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi terus menerus melakukan Audit/Surveilan Piagam Bintang Keamanan Pangan di Kantin Sekolah (PBKP-KS) terhadap sekolah yang sudah memperoleh Bimtek KIE Keamanan PJAS/ Bimtek PBKP-KS. Hasil Audit/Surveilan PBKP-KS yang telah mampu dan konsisten menerapkan Keamanan Pangan di kantin sekolah dengan nilai 80% akan memperoleh penghargaan Piagam Bintang Keamanan Pangan di Kantin Sekolah (PBKP- KS). Tabel 4 Data Audit/Surveilan PBKP-KS tahun Lomba Pemenang Tahun Audit Penerima Surveilan Pertahankan PBKP Lomba PBKPKS PBKPKS PBKPKS PBKPKS PBKPKS Kantin Tk Tk Sekolah Prop Nas ** * Jumlah Catatan : *) Calon Penerima PBKPKS, Belum memperoleh Sertifikat Laik Sehat dari Dinas Kesehatan Setempat **) Juara Harapan II, Tk Nasional, SD Negeri 260/IV Rawa Jaya II Kecamatna Tabir Selatan Kabupaten Merangin 3. Lomba PBKP Kantin Sekolah Sekolah yang memperoleh penghargaan PBKP-KS diikutsertakan dalam Perlombaan PBKP Kantin Sekolah sebagai motivasi untuk SD/MI yang sudah menerapkan keamanan pangan di kantin sekolahnya. Tim Auditor, Tim Juri dan Verifikator Perlombaan Tingkat Propinsi berasal dari petugas Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Kanwil Kementerian Agama dan Tim Pembina UKS Propinsi dan Kota Jambi, 37

38 Hasil kesepakatan Tim Verifikator Propinsi Jambi menetapkan Juara I tingkat Propinsi berhak disulkan sebagai nominasi perlombaan tingkat nasional. b. Layanan Informasi dan Pengaduan 1. Bimbingan Teknis Keamanan dan Mutu PJAS Dalam Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (AN-PJAS) telah ditetapkan beberapa strategi untuk mencapai peningkatan keamanan mutu dan gizi pangan jajanan anak sekolah dengan kegiatan utama berupa pengawasan, pembinaan dan pengawalan. Pengawasan merupakan kegiatan sampling dan pengujian sampel PJAS dari kantin dan penjaja di lingkungan sekolah, sedangkan pembinaan adalah kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) keamanan PJAS dan pengawalan adalah kegiatan pendampingan dan pemantauan yang dilengkapi dengan pendataan kegiatan-kegiatan terkait keamanan pangan di sekolah yang telah mendapat intervensi pada tahun sebelumnya. Tabel 5 Data Pelaksanaan BIMTEK PJAS Tahun Tahun Kabupaten/ Kota Peserta Bimtek Sekolah yang mengikuti Bimtek PJAS 2010 Kota Jambi 50 orang SD = 10 orang SMP = 10 orang SMA = 10 orang 2011 Kota Jambi 50 orang SD = 5 orang SMP = 5 orang 2012 Kota Jambi Kab. Bungo Kab. Merangin Kab. Muaro Jambi Kab. Tanjab Barat Kab Batanghari 150 orang 55 orang 55 orang 106 orang 106 orang 106 orang SMA = 5 orang SD/MI = 26 + Dinkes + Diknas SD/MI = 13 + Dinkes + Diknas SD/MI = 10 + Dinkes + Diknas SD/MI = 11 + Depag + Diknas SD/ MI = 8 + Dinkes + Diknas SD/ MI = 8 + Depag + Sekolah yang di Audit Penerima PBKPKS

39 Diknas 2013 Kota Jambi Kab. Sarolangun Kab. Tanjab Timur Kabupaten Tebo Kabupaten Kerinci Kota Sungai Penuh 50 orang 50 orang 50 orang 50 orang 50 orang 50 orang 2014 Kota Jambi 50 orang 50 orang Jumlah orang SD/MI = 14 + Depag + Diknas SD/MI = 15 + Depag + Diknas SD/MI = 15 + Depag + Diknas SD/MI = 14 + Depag + Diknas SD/MI = 20 + Depag + Diknas SD/MI = 19 + Depag + Diknas SD/MI = 10 + Diknas + Dinkes SD/MI = 10 (4 Siswa + 1 Guru) SD = 196; SMP = 9; SMA = Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi hanya melakukan Bimbingan Teknis Keamanan Pangan dan Mutu PJAS terhadap Kepala Sekolah, Guru Pembimbing UKS, Pengelola Kantin Sekolah, Komite Sekolah, Siswa SD/MI kelas IV/V dan ditambah dengan lintas sektor terkait yaitu Petugas Dinas Pendidikan dan Petugas Dinas Kesehatan Kab/Kota terkait. Setelah pelaksanaan Bimtek Keamanan dan Mutu PJAS dalam selang waktu sebulan kedepan Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi melakukan Audit PBKP-KS guna menilai penerapan prinsip keamanan pangan di kantin sekolah terhadap SD/MI yang telah mengikuti Bimtek Keamanan Mutu PJAS. Salah satu upaya Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi untuk melaksanakan program Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (ANPJAS) dengan target akhir tahun 2014 sebanyak 100 (seratus) SD/MI yang diawasi jajanannya dan pengawalan 300 (tiga ratus) SD/MI melalui Revitalisasi Mobil Laboratorium Keliling dengan beberapa intervensi, yaitu : 39

40 Intervensi A Intervensi B Intervensi C TA RG ET REALIS ASI TARG ET REALIS ASI TARG ET REALIS ASI PENGAWALA N TA REALIS RG ASI ET TAR GET TOTAL REAL ISASI Mengingat jumlah SD/MI yang menjadi target AN-PJAS di Provinasi Jambi ± 400 SD/MI sedangkan tenaga Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi untuk mengawal kegiatan di SD/MI tersebut sangat terbatas, maka perlu dikembangkan program untuk meningkatkan peran serta masyarakat sebagai tenaga Fasilitator Keamanan Pangan Sekolah. Fasilitator Keamanan Pangan Sekolah merupakan inisiasi upaya menggerakkan partisipasi masyarakat untuk mendukung program keamanan pangan di sekolah. Kebiasaan jajan di sekolah bagi siswa SD/MI merupakan prioritas dalam pengawasan PJAS, untuk itu perlu dilakukan perluasan cakupan penyebaran informasi, edukasi dan pendidikan keamanan pangan kepada komunitas sekolah, penjual di sekitar sekolah, pemangku kepentingan terkait, kelompok peduli PJAS, maupun masyarakat secara berkesinambungan melalui kegiatan Fasilitator Keamanan Pangan kepada Pengawas Sekolah SD/MI dan petugas Dinas Pendidikan, petugas Puskesmas, Dinas Kesehatan serta Biro Kesra Pemda Propinsi dan Kota Jambi. 2. Penyebaran Informasi Produk Terapetik, Pangan dan Bahan Berbahaya serta Obat Tradisional, Kosmetik dan produk Komplemen Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi mempunyai kewajiban untuk peningkatan pengetahuan masyarakat dengan melakukan penyebaran informasi yang seluas luasnya tentang mutu, keamanan dan manfaat Terapetik, Pangan dan Bahan Berbahaya, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen dalam melindungi diri terhadap keamanan dari peredaran dan penggunaannya di 11 (sebelas) Kab/Kota di Propinsi Jambi 40

41 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi juga ikut berpartisipasi dalam berbagai event kegiatan Pameran yang diprakarsai oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jambi berupa Pameran Penyebaran Informasi Keamanan Mutu Produk Obat dan Makanan, juga sebagai narasumber dari stakeholder dan media elektonik dalam kegiatan Talk Show REALISASI TARGET Gambar 28 Masyarakat yang Sudah Mendapatkan Informasi dan Edukasi Terhadap Keamanan Mutu Produk Obat dan Makanan Selama tahun 2010 sampai dengan 2014, kegiatan penyebaran informasi terhadap keamanan mutu produk obat dan makanan yang dilaksanakan oleh Seksi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi hanya 1 (satu) kali dalam setahun untuk 1 (satu) Kabupaten/Kota dengan target peserta 30 (tiga puluh) orang perkab/kota/tahun. Selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir terdata masyarakat yang sudah mendapatkan informasi dan edukasi terhadap keamanan mutu produk obat dan makanan dengan target masyarakat yang menerima informasi sebanyak 250 (dua ratus lima puluh) orang, realisasi 561 (lima ratus enam puluh satu) orang, seperti terlihat dalam Gambar

42 3. Pemutakhiran Data SPIMKer Gambar 29 Trend Penyebab Keracunan di Kabupaten/Kota Tahun Penyelidikan KLB keracuna pangan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis terhadap KLB keracunan pangan untuk mengungkap penyebab, sumber dan cara pencemaran serta distribusi KLB menurut variabel tempat, orang dan waktu. Balai Pengawas Obat dan Makanan di JAmbi sebagai penanggung jawab dalam pengujian sampel pangan untuk konfirmasi penyebab keracunan pangan di tingkat Kabupaten/Kota. 4. Pemberdayan Masyarakat/ Konsumen Gambar 30 Profil Perbandingan Pengaduan Berdasarkan Jenis 42

43 Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi telah melakukan kegiatan penyebaran informasi, penyuluhan, pameran, kampanye dan dialog interaktif baik langsung maupun melalui media elektronik (Radio dan TV), dalam rangka sosialisasi, publikasi dan promosi guna mengoptimalkan peran serta masyarakat, Pemberdayaan masyarakat/konsumen yang dilakukan ULPK berupa pelayanan permintaan informasi dan layanan pengaduan di bidang obat dan makanan JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES Gambar 31 Profil Perbandingan Trend Pengaduan Yang Ditarima Tahun Trend pengaduan yang diterima ULPK dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dari berbagai profesi konsumen yang datang langsung maupun melalui media elektronik (Gambar 31) 43

44 Kontra Indikasi Efek Samping Indikasi Kegunaan/Manfaat Interaksi Aturan Pakai Pengujian Cara Penyimpanan Stabilitas Zat Pengawet Zat Pemanis Zat Pewarna BTP Lain Proses Pendaftaran Sertifikasi Inspeksi Produk Terdaftar Publik Warning Periklanan Label Halal No. Reg. Tanggal Kadaluarsa Komposisi Desain Kemasan Harga Literatur/Peraturan Produsen/Distributor Brosur/ Buletin Manajemen Badan Info Penyakit Lain-lain ( Keracunan) Gambar 32 Profil Perbandingan Pengaduan Berdasarkan Informasi Produk OMKABA Tahun Gambar 33 Profil Perbandingan Jumlah Pengaduan Berdasarkan Profesi Konsumen Tahun Mekanisme pengaduan yang diterima ULPK Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 pada umumnya datang langsung ke ULPK atau melalui Stand Pameran ULPK sekitar 95,56%, dan ada juga yang mengajukan permintaan 44

45 informasi/pengaduan melalui telpon sekitar 3,31%, melalui surat 0,82% dan melalui 0,31%, rincian lengkap dapat dilihat pada Gambar Datang Langsung Surat Telepon Fax Gambar 34 Profil Perbandingan Mekanisme Pengaduan Tahun Isu-isu Strategis sesuai dengan Tupoksi dan Kewenangan Badan POM RI Selama periode , pelaksanaan peran dan fungsi Badan POM RI tersebut di atas telah diupayakan secara optimal sesuai dengan target hasil pencapaian kinerjanya. Namun demikian, upaya tersebut masih menyisakan permasalahan yang belum sepenuhnya sesuai dengan harapan masyarakat, antara lain: (1) Belum sepenuhnya tercapai penapisan produk dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market); (2) Belum optimalnya pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di masyarakat (post-market); (3) Belum efektifnya pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan. Dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas terdapat beberapa penyebab yang dianggap sangat krusial dan strategis bagi peran Badan POM RI dalam melakukan pembenahan di masa mendatang, sehingga diharapkan pencapaian kinerja berikutnya akan lebih optimal. Di bawah ini pada gambar

46 terdapat diagram yang menunjukkan analisa permasalahan pokok dan isu-isu strategis sesuai dengan tupoksi dan kewenangan Badan POM RI sebagai berikut: BELUM OPTIMALNYA PERAN BPOM DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN Belum optimalnya sistem pengawasan Obat dan Makanan Belum optimalnya pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan melalui Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik Masih terbatasnya kapasitas kelembagaan B PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN Penguatan kebijakan teknis Pembinaan dan bimbingan pengawasan (RegulatorySystem) kepada pemangku kepentingan Gambar 35 Diagram permasalahan dan isu strategis, kondisi saat ini dan dampaknya Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas BPOM sebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan masih perlu terus dilakukan penguatan, baik secara kelembagaan maupun dari sisi manajemen sumber daya manusianya, agar pencapaian kinerja di masa datang semakin membaik dan dapat memastikan berjalannya proses pengawasan Obat dan Makanan yang lebih ketat dalam menjaga keamanan, mutu serta khasiat/manfaat Obat dan Makanan tersebut, yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi pembangunan kesehatan masyarakat. Untuk itu, ada 3 (tiga) isu strategis dari permasalahan pokok yang dihadapi BPOM sesuai dengan peran dan kewenangannya agar lebih optimal, yang perlu 46

47 terus diperkuat dalam peningkatan kinerja di masa yang akan datang sebagai berikut: 1. Penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan, 2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik dalam rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta mendorong peningkatan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan, 3. Penguatan kapasitas kelembagaan BPOM di Jambi, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya. Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif, BPOM di Jambi perlu terus melakukan perbaikan dan pengembangan secara kelembagaan serta penguatan regulasi, khususnya peraturan perundang-undangan yang menyangkut peran dan tugas pokok dan fungsinya. Di samping itu, kondisi lingkungan strategis dengan dinamika perubahan yang sangat cepat, menuntut BPOM di Jambi dapat melakukan evaluasi dan mampu beradaptasi dalam pelaksanaan peran-perannya secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Dengan etos tersebut, diharapkan mampu menjadi katalisator dalam proses pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional. 1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN B.1 POTENSI 1. Independensi dan Profesionalisme Balai POM di Jambi Balai POM di Jambi dalam melaksanakan pengawasan Obat dan Makanan mempunyai kemampuan profesional yang terpelihara. Temuan hasil pengawasan di lapangan maupun hasil uji laboratorium ditetapkan secara profesional dan independen. Tindak lanjut atas temuan dilapangan dilaksanakan oleh Balai POM sesuai kewenangan TUPOKSI yang dimiliki, sedang tindak lanjut yang kewenangannya ada pada sektor lain, hasil temuan disampaikan dengan rekomendasi tindak lanjut kepada instansi yang bersangkutan. 47

48 2. Eksistensi Sistem pengawasan Obat dan Makanan Para inspektur, auditor dan penguji di Balai POM di Jambi telah diberikan pendidikan dan pelatihan sesuai bidang tugas masing-masing secara berkesinambungan dan terprogram sesuai tantangan kedepan. Dengan pembekalan tersebut kemampuan secara individual maupun team work dapat dipertanggung jawabkan. 3. Kompetensi Laboratorium Balai POM di Jambi Balai POM di Jambi telah memiliki laboratorium pengujian Obat dan Makanan yang terdiri laboratorium Pengujian Produk Terapetik, Napza dan Obat Tradisional, Laboratorium Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya, dan Laboratorium Pengujian Mikrobiologi. Laboratorium telah ditata dan dilengkapi peralatan, metoda analisa, SDM yang mampu mendeteksi permasalahan Obat dan Makanan yang beredar di Jambi. Seluruh kegiatan laboratorium telah tersertifikasi ISO dan ISO B.2 PERMASALAHAN 1. Menipisnya Entry Barrier Globalisasi perdagangan, menyebabkan entry barrier menjadi semakin tipis, dan karena itu arus barang (termasuk didalamnya Obat dan Makanan) ke luar masuk dari dan ke berbagai negara menjadi semakin bebas, tanpa hambatan tarif maupun non tarif. Dengan demikian Obat dan Makanan yang diproduksi oleh berbagai negara memungkinkan untuk memasuki wilayah Jambi. Untuk menjaga agar Obat dan Makanan yang beredar di Jambi mempunyai jaminan mutu manfaat dan keamanan sesuai standar, BPOM di Jambi harus meningkatkan kompetensinya sehingga mampu melakukan pengawasan produk, mulai produk tersebut dalam proses produksi dimanapun tempatnya, di tempat-tempat pemasukan produk ke dalam wilayah Jambi. 2. Perkembangan Teknologi Produksi dan Transportasi Kemajuan teknologi, mendorong industri Obat dan Makanan akan menerapkan dalam proses produksinya. Perkembangan demikian menuntut 48

49 kemampuan pengawas untuk meningkatkan diri sehingga mampu mendeteksi kelemahan-kelemahan teknologi dalam proses produksi dan selanjutnya mampu memberikan jalan keluar dalam perbaikan sehingga perkembangan teknologi tetap memberikan peningkatan produktifitas, manfaat, mutu dan keamanan produk yang dihasilkan. Semakin majunya teknologi transportasi, mempercepat Obat dan Makanan beredar secara luas di masyarakat, tentu perkembangan demikian harus tetap dapat dilakukan pengawasan secara efektif agar produk yang siap dikonsumsi selalu dalam kondisi memenuhi persyaratan yang ditetapkan pemerintah Republik Indonesia. Kemajuan teknologi promosi di berbagai media, semakin efektif dalam mempromosikan nilai lebih dan menutup risiko suatu produk serta menggeser perilaku dan permintaan masyarakat. Kehebatan perkembangan promosi menuntut BPOM di Jambi untuk dapat mengendalikan semua model promosi sehingga setiap promosi dapat memaparkan hal-hal yang menguntungkan bagi konsumen tanpa ada risiko tersembunyi. 3. Harmonisasi Standar di Tingkat Global & Regional Dengan disepakatinya harmonisasi baik tingkat regional maupun global, proses pembuatan dan produksi harus memberlakukan standar yang sama. Keunggulan persaingan perdagangan hanya dapat dilakukan atas dasar ilmiah. Menghadapi hal tersebut agar produk yang diproduksi di Jambi dan produk yang masuk dan atau beredar memberikan perlindungan, manfaat dan daya saing yang lebih tinggi perlu dijaga dengan sistem pengawasan yang lebih baik. 4. Dampak Krisis Ekonomi Krisis ekonomi, menyebabkan kemampuan daya beli masyarakat menjadi lemah. Dengan kemampuan yang lemah pemenuhan kebutuhan menjadi kurang sehingga kondisi kesehatan cenderung menjadi lebih rendah dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan akan pengobatan secara mandiri 49

50 juga kurang. Agar masyarakat lebih terjaga dari resiko kesehatan, maka pengawasan harus dioptimalkan. 5. Ancaman Keamanan Pangan Jambi memiliki iklim yang sangat bagus untuk pertumbuhan mikroba. Dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, pertumbuhan penjaja makanan berkembang dengan pesat. Kondisi demikian tentu membuat potensi pangan yang tercemar mikroba termasuk toksin yang dihasilkan serta penggunaan bahan dengan tujuan untuk pengawet cukup besar. Tentu hal tersebut harus dilakukan antisipasi secara cerdas agar masyarakat tetap terlindungi kesehatannya. 6. Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika Penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, cenderung terus meningkat seiring dengan upaya sistematis pihak luar untuk memperlemah tingkat ketahanan nasional. Jenis narkotika dan psikotropika yang disalahgunakan, diperkirakan tetap jenis narkotika dan psikotropika yang tidak digunakan dalam pengobatan, dan diproduksi oleh clandestine laboratory, dan diedarkan secara ilegal. Dalam pemberantasan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika ini, Balai POM di Jambi harus semakin proaktif dalam perannya sebagai penjuru, khususnya untuk pengawasan prekursor, bersama mitra kerja dari lintas sektor terkait. 7. Produk Ilegal Peredaran produk ilegal dan palsu di jalur gelap, diperkirakan akan tetap marak. Hal ini terjadi karena belum menyatunya komitmen, pengawasan yang kurang efektif, meningkatnya permintaan masyarakat yang kurang didukung oleh daya beli yang memadai dan ketidak percayaan hasil pengobatan formal yang diterima. Upaya pemberantasan perlu diarahkan untuk lebih konsisten memutus mata rantai pasokan dan mendorong peningkatan layanan kesehatan formal. 50

51 UPAYA MENGHADAPI PERMASALAHAN 1. Penguatan sistem, sarana dan prasarana laboratorium Obat dan Makanan. Penguatan sistem, sarana dan prasarana laboratorium Obatdan Makanan difokuskan pada pemantapan penerapan Quality Management System (QMS) dan persyaratan Good Laboratory Practices (GLP) terkini, peningkatan sarana dan prasarana laboratorium sesuai dengan kemajuan IPTEK, pemenuhan peralatan laboratorium sesuai standar GLP terkini, peningkatan kompetensi SDM laboratorium, serta pengujian berbasis risk analysis. 2. Peningkatan pengawasan post market Obat dan Makanan. Peningkatan pengawasan post market Obat dan Makanan dilaksanakan melalui focus prioritas pemantapan sampling dan pengujian obat dan makanan berdasarkan risk based approache, intensifikasi pemberantasan produk ilegal, termasuk produk palsu, perluasan cakupan pengawasan pangan jajanan anak sekolah (PJAS) melalui operasional mobil Laboratorium keliling serta pengawasan sarana postmarket sesuai dengan Good Manufacturing Practice (GMP) dan Good Distribution Practice (GDP). 3. Pemantapan peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di bidang tindak pidana Obat dan Makanan. Pemantapan peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di bidang tindak pidana Obat dan Makanan dilaksanakan melalui fokus prioritas peningkatan kualitas dan kuantitas Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), peningkatan pelaksanaan penyidikan Obat dan Makanan serta peningkatan koordinasi dengan sektor terkait dalam CJS untuk substainable law enforcement tindak pidana Obat dan Makanan. 4. Perkuatan Institusi Perkuatan Institusi dilaksanakan melalui fokus prioritas implementasi Reformasi Birokrasi Badan POM RI termasuk peningkatan pelayanan publik, perkuatan sistem pengelolaan data serta teknologi informasi dan komunikasi 51

52 (TIK) termasuk strategi media komunikasi dan perkuatan human capital management yang telah ditetapkan oleh Badan POM RI. 5. Restrukturisasi Organisasi Untuk menjawab tantangan perubahan lingkungan strategis, restrukturisasi organisasi perlu dilaksanakan dengan peningkatan dan penguatan peran dan fungsi Balai POM, Integrated Bottom Up Planning dan Quality System Evaluation. Dengan dilakukannya restrukturisasi organisasi bagi Balai POM Di Jambi akan semakin memperkuat fungsi koordinasi dan penegakan regulasi di bidang pengawasan Obat dan Makanan dengan Pemerintah Propinsi Jambi. 6. Peningkatkan Kerjasama Lintas Sektor Dalam rangka pembagian peran Balai POM di Jambi dengan Lintas Sektor terkait, peningkatan kerjasama dilaksanakan melalui fokus prioritas pemantapan sistem kerjasama operasional pengawasan Obat dan Makanan, peningkatan operasi terpadu pengawasan obat tradisional, kosmetik dan makanan, perkuatan jejaring komunikasiserta pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE). Eksternal ANALISIS KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, DAN ANCAMAN Internal Kekuatan (Strengths) Kualitas SDM Kerjasama Tim yang Solid Integritas Pelayanan Publik diakui secara nasional Networking yang kuat dengan pemerintah daerah Pedoman pengawasan yang jelas Komitmen pimpinan Sertifikasi ISO Kelemahan (Weaknesses) Jumlah SDM yang belum mencukupi Kompetensi SDM yang rendah dalam melakukan pemeriksaan sarana, penyidikan dan pengujian Komitmen kerja karyawan yang rendah. Peralatan laboratorium, baku pembanding yangmasih kurang. Sistem Informasi 52

53 9001:2008 ISO 17025:2008 Reformasi birokrasi Sharing resourses dengan BB/BPOM seluruh Indonesia. Memiliki Bangunan dan Laboratorium sesuai standar Manajemen yang belum memadai Esselonisasi masih III Peluang (Opportunity) Adanya Program Nasional (JKN dan SKN) Perkembangan teknologi yang sangat cepat Jumlah industri obat dan makanan yang berkembang pesat Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait Desentralisasi dan Otonomi Daerah Ekspektasi masyarakat Adanya perjanjian perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) STRATEGI SO 1. Meningkatkan kerjasama dengan lintas sektor terhadap keamanan mutu produk obat dan makanan (PJAS) serta peredaran produk obat dan makanan import 2. Meningkatkan peranan Badan POM dalam melakukan pemeriksaaan sarana, penyidikan dan pengujian laboratorium 3. Meningkatkan peran BPOM dalam membina industri UMKM menerapkan GMP agar dapat bersaing dengan pasar Internasional 4. Mempercepat kemampuan Balai POM dalam menyesuaikan berbagai parmeter uji dan peralatan laboratorium yang baru dan canggih STRATEGI WO 1. Meningkatkan jumlah SDM 2. Meningkatkan kompetensi SDM dalam melakukan pemeriksanaan sarana, penyidikan dan pengujian laboratorium. 3. Menambah peralatan dan baku pembanding yang mendukung tugas Balai POM 4. Melakukan digitalisasi sistem informasi manajemen yang berorientasi mutu 5. Restrukturisasi dan Penataan Kelembagaan 53

54 Ancaman (Threats) 1. Lemahnya penegakan hukum 2. Adanya standar mutu produk tingkat ASEAN 3. Belum terdapatnya Perda tentang pengawasan bahan berbahaya yang disalahgunakan 4. Perubahan pola hidup masyarakat 5. Kesadaran masyarakat untuk tidak menggunakan produk obat dan makanan yang mengandung Bahan Berbahaya masih kurang 6. Lemahnya regulasi pembinaan pangan siap saji STRATEGI ST 1. Meningkatkan koordinasi dengan Penegak Hukum, Korwas PPNS 2. Mempelajari standar mutu produk obat dan makanan pada tingkat ASEAN 3. Mengupayakan terbentuknya Perda tentang pengawasan bahan berbahaya yang disalahgunakan 4. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang keamanan mutu produk obat dan makanan 5. Pembinaan berkelanjutan dan kerjasama lintas sektor STRATEGI WT 1. Meningkatkan kompetensi SDM dalam hal standar mutu obat dan makanan. 2. Meningkatkan kemampuan SDM dalam memahami dampak negatif dari bahan-bahan kimia yang terdapat pada makanan dan obatobatan. 3. Meningkatkan sarana prasarana sosialisasi /KIE tentang bahanbahan yang terkandung pada produk obat dan makanan 4. Penguatan regulasi dari Pemda terhadap pembinaan pangan siap saji 1. KEKUATAN (STRENGTHS) Balai POM di Jambi memiliki bangunan dan laboratorium serta kualitas SDM yang sangat memadai khususnya tenaga-tenaga yang kompeten dalam melakukan pengujian/penilaian dan pengawasan produk Obat dan Makanan yang ada. Didukung dengan Pedoman Pengawasan yang jelas, sertifikat ISO 9001:2008, serta ISO 17025:2008 untuk acuan penilaian/pengujian dalam pengawasan atas Obat dan Makanan sehingga seluruh penilaian/pengujian tersebut telah memiliki standar baku baik untuk obat dan makanan juga faktor-faktor mutu lainnya seperti standar distribusi dan standar produk pangan lainnya. Balai POM di Jambi memiliki jaringan (networking) yang kuat dengan pemerintah daerah sebagai pijakan dalam mendorong tugas-tugas sebagai 54

55 Pengawasan Obat dan Makanan sehingga dapat menjadi lancar.dukungan Pemerintah Jambi selama ini telah terlaksana dengan baik, dimana ditunjukkan dengan adanya MoU dengan beberapa SKPD baik di tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota yang bersinergis dengan program Pengawasan Obat dan Makanan. Selain itu, Komitmen pimpinan dan seluruh jajaran Balai POM di Jambi menjadi mutlak sebagai landasan untuk mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari peran BPOM dalam memberikan kontribusi pembangunan kesehatan masyarakat. 2. KELEMAHAN (WEAKNESSES) Saat ini SDM Balai POM di Jambi sudah memiliki kualitas yang memadai namun dari sisi kuantitas SDM belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan fungsi Balai POM di Jambi dengan cakupan kerja di seluruh Kabupaten/Kota Provinsi Jambi. Dalam pelaksanaan tugas pengawasan obat dan makanan diperlukan sarana dan prasarana dan sistem manajemen kerja yang sangat memadai. Hal ini juga untuk mengimbangi peredaran Obat dan Makanan yang semakin canggih. Disamping itu, untuk mendukung pelaku usaha dalam melakukan pendaftaran (registrasi) dan penyebarluasan informasi mengenai Obat dan Makanan perlu didukung teknologi Informasi yang memadai. Peran dan kewenangan Balai POM di Jambi juga harus didukung oleh struktur organisasi dan tata kerja yang tepat. Saat ini pembagian kewenangan atau beban kerja masih belum menunjukkan ukuran yang sesuai. Diharapkan penataan sesuai dengan prinsip structur follow function follow strategy sehingga struktur organisasi dan tata kerja (fungsi) harus dapat mewujudkan tujuan organisasi. 3. PELUANG (OPPORTUNITIES) SKN dan JKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta berperan aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan. Untuk itu, SKN dan JKN merupakan tantangan atau peluang bagi Balai POM di Jambi dalam mendorong upaya kesehatan masyarakat yang lebih baik lagi dalam menghadapi pola perilaku dan lingkungan sehat khususnya Obat dan Makanan. 55

56 Semakin bertambahnya penduduk dan berkembangnya varian penyakit maka akan mengakibatkan kebutuhan Obat dan Makanan semakin meningkat. Didukung dengan kemajuan teknologi maka industri Obat dan Makanan akan semakin bertambah jumlahnya dan juga akan semakin berkembang pesat. Hal ini menjadi peluang dan tantangan Balai POM di Jambi dalam mengawasi Obat dan Makanan yang semakin banyak variannya. Di tengah ekspektasi masyarakat terhadap kinerja Balai POM di Jambi yang tinggi, kerjasama dengan Instansi terkait merupakan hal yang sangat mutlak agar upaya pembangunan kesehatan dapat tercapai. Otonomi dan Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan perundangan merupakan tantangan yang sangat penting. 4. ANCAMAN (THREATS) Dengan semakin tumbuhnya perekonomian Indonesia dan perkembangan jumlah penduduk yang pesat akan mempengaruhi perubahan pola perilaku hidup sosial, salah satunya dalam mengkonsumsi obat dan makanan. Kecenderungan penggunaan bahan berbahaya sebagai bahan tambahan dalam proses produksi pangan, penjulan obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat dan kosmetika yang mengandung bahan berbahaya masih ditemukan, diperedaran. Fenomena penjualan produk obat dan makanan via online, baik itu melalui situs internet dan jejaring sosial (facebook, instagram,blackberry messenger) yang merebak belakangan ini juga merupakan salah satu tantangan besar yang harus dihadapi Balai POM di Jambi dalam mengawal produk obat dan makanan yang aman di wilayah Jambi. Sejauh ini masih belum didapatkan profil yang tepat mengenai kondisi peredaran produk-produk ilegal yang dijual melalui media online, namun telah diupayakan pengawasan dengan melakukan investigasi awal terhadap situs-situs tersebut dengan melakukan pemesanan produk, juga dibantu dengan informasi dari masyarakat yang disampaikan langsung pada Balai POM di Jambi. Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, maka BPOM perlu melakukan penguatan organisasi dan kelembagaan, agar faktor-faktor lingkungan strategis yang mempengaruhi baik dari internal maupun eskternal tidak akan 56

57 menghambat pencapaian tujuan dan sasaran organisasi BPOM periode Dilihat dari keseimbangan pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan kelemahan serta pengaruh lingkungan eskternal antara peluang dan ancaman, posisi organisasi BPOM harusnya melakukan pengembangan dan perluasan organisasi agar dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi BPOM periode Gambar 36 Peta Bisnis Proses Utama BPOM sesuai Peran dan Kewenangan Gambar 37 Penjabaran Bisnis Proses Utama kepada Kegiatan Utama BPOM 57

58 Untuk itu, dalam melaksanakan peran dan kewenangan yang optimal sesuai dengan peran dan kewenangan BPOM di Jambi yang mengawasi Obat dan Makanan, maka diusulkan penguatan peran dan kewenangan BPOM sesuai dengan bisnis proses BPOM untuk periode sebagaimana pada Tabel 6 dibawah ini : Tabel 6 Penguatan Peran BPOM Tahun Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik Penyusunan Kebijakan Teknis Pengawasan Obat dan Makanan (NSPK) Riset terhadap pelaksanaan kebijakan pengawasan Obat dan Makanan Pengawasan (penilaian) Obat dan Makanan sesuai standar Pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan sesuai standar Pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan sesuai standar Sampling dan pengujian laboratorium Obat dan Makanan Penyidikan dan penegakan hokum Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku usaha melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik termasuk peringatan publik Pengelolaan data dan informasi Obat dan Makanan Menentukan peta zona rawan peredaran Obat dan Makanan yang tidak sesuai dengan standar Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan yang tidak memenuhi standard 58

59 BAB II VISI, MISI, BUDAYA ORGANISASI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka Balai POM di Jambi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPOM di propinsi Jambi, dituntut untuk dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat sesuai standar yang telah ditetapkan. Untuk itu, ditetapkan visi dan misi serta tujuan dan sasaran Balai POM di Jambi sesuai dengan visi dan misi serta tujuan dan sasaran BPOM. Gambar 2.1. Peta Strategis BPOM Periode

60 2.1 Visi Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, harus memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan pelaksanaan RPJMN dan RKP Tahunan, melalui penyusunan rencana strategis dan tahunan (RPJMN, RKP) yang berkualitas serta optimalisasi pengendalian dan monitoring evaluasi atas pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan secara efektif dan efisien serta pelaksanaan tugas-tugas lainnya dari Pemerintah. Kualitas pengawasan Obat dan Makanan dilihat dari: 1) kualitas Kebijakan dalam penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria terhadap Obat dan Makanan; 2) Kualitas Pengawasan Obat dan Makanan, serta 3) Kerjasama dan Komunikasi Publik dalam mendorong peran serta masyarakat dalam memanfaatkan produk-produk Obat dan makanan sesuai standar. Apabila keseluruhan hal tersebut dapat terpenuhi, maka berarti BPOM mampu berperan dalam mendukung pencapaian, target, sasaran, misi dan visi RPJMN sesuai visi, misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode , dan selanjutnya mendukung pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara sesuai amanat UUD 1945, yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Balai POM di Jambi sesuai dengan tugas dan kewenangannya sebagai UPT BPOM yang bertanggungjawab dalam pengawasan Obat dan Makanan khususnya di Propinsi Jambi, menetapkan Visi sebagai berikut: Obat dan Makanan Aman meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa Penjelasan Visi : Proses penjaminan pengawasan Obat dan makanan harus melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan, dilaksanakan secara akuntabel serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut : Aman : Keadaan bebas dari bahaya. Semua produk Obat dan 68

61 Makanan harus dijamin keamanannya agar tidak membahayakan bagi pengunaannya. Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah memenuhi pengujian standar baik standar nasional maupun internasional. Sehingga adanya kesiapan suatu produk bangsa untuk interaksi daya saing di masa depan. Agar menjadi kompetitif dalam arti ini adalah memiliki peluang untuk menang bagi sejumlah pemain industri yang menghadapi biaya tinggi. 2.2 Misi Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai dengan penguatan peran Balai POM di Jambi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Bab I. Adapun misi yang akan dilaksanakan sesuai dengan peran-peran tersebut untuk periode , adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu kesatuan fungsi (full spectrum) standardisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta penegakan hukum. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban Balai POM di Jambi dalam melindungi masyarakat dari produk yang tidak aman dengan tujuan akhir adalah masyarakat sehat, serta berdaya saing maka perlu disusun suatu sasaran strategis khusus yang mampu mengawalnya. Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko, hal ini untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini. 69

62 2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan Masyarakat dalam hal ini adalah sebagai konsumen mempunyai peran yang sangat strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan utamanya pada sisi demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan, masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya peningkatan kesadaran (awareness) untuk memilih Obat dan Makanan yang memenuhi standar, tetapi juga diberi kemudahan akses informasi dan komunikasi terkait Obat dan Makanan sehingga dapat berperan aktif dalam meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan. Sadar dengan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, Balai POM di Jambi melakukan upaya-upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadarannya dalam mendukung pengawasan. Upaya-upaya tersebut salah satunya dilakukan melalui kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat. Di sisi lain, arus globalisasi memberi kesempatan masuknya produk yang tidak memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah Indonesia. Pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai syarat keamanan produk Obat dan Makanan menimbulkan asymmetric information yang dapat dimanfaatkan oleh produsen nakal untuk menjual produk yang murah namun substandar. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Balai POM di Jambi tidak dapat berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pihak lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang kesehatan peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan Makanan bersifat unik karena tersentralisasi yaitu dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan karena 70

63 kebijakan yang diambil harus disinkronkan dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah. Untuk itu, dalam melaksanakan tugas pengawasan di daerah, Balai POM di Jambi harus bersinergi dengan lintas sektor terkait sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan. Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM) yaitu pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam menjamin keamanan produk Obat dan Makanan. Pelaku usaha merupakan pemangku kepentingan yang mampu memberikan jaminan produk yang memenuhi standar dengan memenuhi ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Sebagai lembaga pengawas, Balai POM di Jambi harus bersikap konsisten terhadap pelaku usaha yaitu dengan melaksanakan proses pemeriksaan serta pembinaan dengan baik sehingga pelaku usaha dapat memberikan produk yang aman, bermanfaat/berkhasiat, dan bermutu. Dengan pembinaan secara berkelanjutan, ke depan diharapkan pelaku usaha mempunyai kemandirian dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan. Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Kaitannya dengan perdagangan bebas, industri dalam negeri tidak hanya bersaing di pasar dalam negeri, namun juga pasar di luar negeri. Sebagai contoh masih besarnya impor terhadap obat, makanan, kosmetik, obat tradisional dan suplemen serta besarnya pangsa pasar dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industri untuk dapat berkembang. Kemajuan industri Obat dan Makanan secara tidak langsung juga dipengaruhi dari sistem serta dukungan regulatory yang mampu diberikan oleh BPOM. Sehingga Balai POM Di Jambi sebagai UPT BPOM berkomitmen untuk mendukung peningkatan daya saing yaitu melalui jaminan keamanan, manfaat, dan mutu Obat dan Makanan. 71

64 3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM Untuk mendorong misi pertama dan kedua diperlukan sumber daya yang memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Sumber daya yang meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine) merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana prasarana penunjang kinerja. Karena ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka BPOM harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh anggota organisasi. Di samping itu, Balai POM Di Jambi sebagai UPT BPOM melaksanakan tugas tertentu yang tidak hanya bersifat teknis semata (techno structure) atau, namun juga melaksanakan fungsi pengaturan (regulating), pelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering). Untuk itu, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi. Misi BPOM merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugas pokok sdan fungsi BPOM. Pengawasan pre- dan post-market yang berstandar internasional diterapkan dalam rangka memperkuat BPOM menghadapi tantangan globalisasi. Dengan penjaminan mutu produk obat dan makanan yang konsisten, yaitu memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu diharapkan BPOM mampu melindungi masyarakat dengan optimal. BPOM juga melakukan kemitraan dengan pemangku kepentingan terkait kerja sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas institusi dan sebagainya merupakan potensi yang perlu diperkuat. Semua itu dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan pengetahuan yang baik dan terhadap Obat dan makanan yang beredar di pasaran, sehingga mampu melindungi diri sendiri dan 72

65 terhindar dari produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan baku berbahaya dan ilegal. Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar (learning organization). Untuk mendukung itu maka BPOM perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (knowledge sharing). 2.3 BUDAYA ORGANISASI Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya. 1. Profesional Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan komitmen yang tinggi. 2. Integritas konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan 3. Kredibilitas Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional. 4. Kerjasama Tim Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik. 5. Inovatif Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini. 6. Responsif/Cepat Tanggap Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah. 73

66 2.4 TUJUAN Dalam rangka pencapaian Visi dan Misi Pengawasan Obat dan Makanan, maka tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, berkhasiat/ bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat; 2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar Lokal dan Global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk tujuan tersebut di atas, adalah : 1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, berkhasiat/bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan indicator: a. Tingkat kepuasan masyarakat atas jaminan pengawasan BPOM 2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar Lokal dan Global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi, dengan indicator: a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi ketentuan; b. Tingkat Kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan pembinaan pengawasan Obat dan Makanan. 2.5 SASARAN STRATEGIS Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi, dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta infrastruktur yang dimiliki BPOM di Jambi. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ( ) kedepan diharapkan dapat mencapai sasaran strategis sebagai berikut: 1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh BPOM di Jambi merupakan suatu proses yang komprehensif, mencakup pengawasan pre-market dan post-market. Sistem tersebut terdiri dari: pertama, 74

67 pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Untuk menjaga penerapan sistem mutu dalam kegiatan produksi dan distribusi. Kedua, melakukan sampling produk Obat dan Makanan beredar di wilayah Jawa Tengah, Ketiga, pengujian laboratorium. Produk Obat dan Makanan yang disampling berdasarkan risiko.. Hasil uji laboratorium ini digunakan sebagai dasar dalam menentukan produk yang tidak memenuhi syarat dan tindak lanjut seperti ditarik dari peredaran. Keempat, penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan, terhadap pelanggaran yang ditemukan. Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikator sebagai berikut: 1. Persentase obat yang memenuhi syarat, 2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat, 3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat, 4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat, 5. Persentase makanan yang memenuhi syarat. 2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu perlu dijalin suatu kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi yang baik. Salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan adalah masyarakat sebagai konsumen. Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran (masyarakat) masih berpotensi untuk tidak memenuhi syarat sehingga masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang aman, bermanfaat, dan bermutu. Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait Obat dan Makanan yang memenuhi syarat, BPOM harus memberikan kegiatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, layanan informasi, dan edukasi (KIE). 75

68 Disamping itu, pengawasan Obat dan Makanan juga dilakukan oleh pelaku usaha baik produsen, distributor, dan pelaku usaha lain. Pengawasan dilakukan dari hulu ke hilir, dari sebelum sampai sesudah beredar salah satunya adalah meliputi produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Produsen mempunyai peran dalam memberikan jaminan produk Obat dan Makanan yang memenuhi syarat (aman, bermanfaat, dan bermutu) melalui proses produksi yang sesuai dengan ketentuan. Dari sisi pemerintah, BPOM bertugas dalam menyusun kebijakan dan regulasi terkait Obat dan Makanan. Paradigma BPOM sebagai lembaga pengawas dan ditakuti oleh pelaku usaha selama ini mulai berubah dengan adanya upaya yang dilakukan BPOM dalam menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan pelaku usaha. Tanpa meninggalkan tugas utama pengawasan, BPOM berupaya memberikan dukungan kepada pelaku usaha untuk memperoleh kemudahan dalam usahanya salah satunya melaluijaminan kualitas (quality assurance) pengawasan melalui pendampingan regulatory (regulatory assistance). Masing-masing kedeputian di BPOM mempunyai upaya yang berbeda dalam memberikan dukungan regulatorysesuai dengan bidang lingkupnya. Sasaran strategis ini berupaya untuk mengakomodasi kegiatan yang mendukung pada peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan mutu Obat dan Makanan.Pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan harus didukung dalam menghadapi tantangan perdagangan bebas.salah satunya adalah dengan memberikan dukungan regulatory (sistem pengawasan) kepada pelaku usaha dengan insentif. Sementara terkait dengan faktor lain yang menjadi variabel penentu dalam meningkatkan kemudahan usaha daya saing. Dalam mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka ditetapkan beberapa indikator yaitu: Tingkat Kepuasan Masyarakat Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan 76

69 3. Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine) merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka BPOM harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi. BPOM sebagai suatu LPNK yang dibentuk Pemerintah untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata(techno structure) atau, namun juga melaksanakan fungsi pengaturan (regulating), pelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering) masih memerlukan penguatan kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi. Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikatornya adalah: Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, ditetapkan indikator: 1. Nilai SAKIP 2. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM di Jambi periode sesuai dengan penjelasan di atas, adalah sebagai berikut : 77

70 Tabel 2.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM periode VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Obat dan Meningkatkan Meningkatnya Menguatnya Sistem 1. Persentase obat yang Makanan Aman sistem pengawasan jaminan produk Pengawasan Obat memenuhi syarat; Meningkatkan Obat dan Makanan Obat dan dan Makanan 2. Persentase obat Tradisional Kesehatan berbasis risiko Makanan aman yang memenuhi syarat; Masyarakat dan untuk melindungi 3. Persentase Kosmetik yang Daya Saing masyarakat memenuhi syarat; Bangsa 4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat; 5. Persentase makanan yang memenuhi syarat. Mendorong Meningkatnya Meningkatnya 1. Tingkat kepuasan kemandirian pelaku daya saing Obat jaminan kualitas masyarakat. usaha dalam dan Makanan di pembinaan dan 2. Jumlah Kabupaten/Kota memberikan pasar lokal dan bimbingan dalam yang memberikan komitmen jaminan keamanan global dengan mendorong untuk pelaksanaan Obat dan Makanan menjamin mutu kemandirian pelaku pengawasan Obat dan serta memperkuat dan mendukung usaha dan kemitraan Makanan dengan kemitraan dengan inovasi dengan pemangku memberikan alokasi pemangku 1. kepentingan serta anggaran pelaksanaan kepentingan. partisipasi regulasi Obat dan Makanan. masyarakat melalui kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi Meningkatkan Meningkatnya 1. Nilai SAKIP kapasitas Kualitas Kapasitas kelembagaan Kelembagaan BPOM BPOM 78

71 VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Obat dan Meningkatkan Meningkatnya Menguatnya Sistem 1..Jumlah sample yang diuji Makanan Aman sistem pengawasan jaminan produk Pengawasan Obat menggunakan parameter Meningkatkan Obat dan Makanan Obat dan dan Makanan kritis Kesehatan berbasis risiko Makanan aman 2. Pemenuhan target sampling Masyarakat dan untuk melindungi produk Obat di sektor publik Daya Saing masyarakat (IFK) Bangsa 3. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan 4. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan 5. Jumlah Perkara di bidang Obat dan Makanan Mendorong Meningkatnya Meningkatnya kemandirian pelaku daya saing Obat jaminan kualitas 6. Jumlah layanan Publik usaha dalam dan Makanan di pembinaan dan BB/BPOM memberikan pasar lokal dan bimbingan dalam 7. Jumlah komunitas yang jaminan keamanan global dengan mendorong diberdayakan Obat dan Makanan menjamin mutu kemandirian pelaku serta memperkuat dan mendukung usaha dan kemitraan kemitraan dengan inovasi dengan pemangku pemangku 2. kepentingan serta kepentingan. partisipasi masyarakat melalui kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi Meningkatkan Meningkatnya 8. Persentase pemenuhan sarana kapasitas Kualitas Kapasitas dan prasarana sesuai standar kelembagaan Kelembagaan 9. Jumlah dokumen BPOM BPOM perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu 79

72 BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI Sebagaimana visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode pada Bab II di atas, untuk mewujudkan visi dilaksanakan 7 (tujuh) misi pembangunan yang salah satunya adalah mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. Visi-misi ini selanjutnya dijabarkan dalam 9 (sembilan) agenda prioritas pembangunan yang disebut NAWA CITA, sebagai berikut: 1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara (Perkuat peran dalam kerjasama global dan regional), 2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif demokratis dan terpercaya (membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintah), 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan (pengurangan ketimpangan antar kelompok ekonomi masyarakat), 4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya (pemberantasan narkotika dan psikotropika), 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (pembangunan kesehatan khususnya pelaksanaan program Indonesia sehat), 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional (peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi), 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan setor-sektor strategis ekonomi domestik (peningkatan kedaulatan pangan), 8. Melakukan revolusi karakter bangsa, dan 9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia 81

73 Adapun 5 (lima) prioritas pembangunan dalam Nawacita dari 9 (Sembilan) yang akan menjadi tugas dan tanggung jawab di BPOM di Jambi pada periode adalah sebagaimana Tabel dibawah ini. Tabel 3.1 (Sembilan) Agenda Prioritas Pembangunan (NAWACITA) Peningkatan kualitas hidup manusia tidak hanya tercermin pada penyediaan lapangan pekerjaan dan jaminan pendapatan semata, melainkan juga pemenuhan hak-hak dasar warga negara untuk memperoleh layanan publik. Dalam perspektif tersebut, pembangunan manusia dimaksudkan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat, berpendidikan, berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab, serta berdaya saing untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteran bagi seluruh bangsa Indonesia. Badan POM akan menyelenggaran program dengan mengacu kepada upaya mewujudkan cita-cita pembangunan melalui gerakan Revolusi Mental, serta Meningkatnya Perlindungan Finansial, Pemerataan dan Mutu Pelayanan, serta Ketersediaan, Penyebaran dan Mutu Obat dan Sumber Daya Kesehatan, yang terkait kewenangan BPOM, indikator yang ditetapkan, yaitu: 82

74 Tabel 3.2 Indikator No Indikator Status Awal Target Persentase obat yang memenuhi syarat 2 Persentase makanan yang memenuhi syarat ,6 90,1 (Sumber: RPJMN ) Revolusi Mental menjadi upaya mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku setiap orang, yang berorientasi pada kemajuan dan kemoderenan, sehinga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsabangsa lain di dunia. Revolusi Mental mengandung nilai-nilai esensial yang harus dinternalisasi baik pada setiap individu maupun bangsa, yaitu: etos kemajuan, etika kerja, motivasi berprestasi, disiplin, taat hukum dan aturan, berpandangan optimistis, produktif-inovatif-adaptif, kerja sama dan gotong royong, dan berorientasi pada kebajikan publik dan kemaslahatan umum. Salah satu aspek untuk mendukung pembangunan manusia tersebut dilakukan melalui pengawasan Obat dan Makanan. Saat ini persentase obat yang telah memenuhi standar mutu, khasiat dan keamanan terus meningkat dan pada tahun 2013 telah mencapai 92 persen. Ketersediaan obat dan vaksin telah cukup baik, yaitu mencapai 96,93 persen pada tahun Namun ketersediaan di tingkat fasilitas pelayanan kesehatan dasar masih belum memadai. Misalnya Puskesmas yang mempunyai lebih dari 80 persen jenis obat umum yang cukup baru mencapai 13,2%. Selain itu, variasi ketersediaan obat dan vaksin masih tingi. Dalam upaya mencapai kemandirian pemenuhan obat dalam negeri, hampir 90% kebutuhan obat dapat diproduksi dalam negeri, meski hampir 96% bahan baku industri farmasi masih tergantung bahan baku impor. Tingkat ketergantungan ini dapat diminimalisasi dengan peningkatan kemandirian di bidang obat dengan menumbuhkan industri Bahan Baku Obat bahan sintesa dan 83

75 Obat Tradisional dalam negeri yang didukung secara serius oleh riset. Untuk menunjang upaya pencapaian kemandirian bahan baku obat tersebut, harus dilakukan penguatan jejaring antara Pemerintah-Pelaku usaha di bidang Obat- Perguruan Tinggi. Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat tahun , maka salah satu arah kebijakan dan strategi pengawasan Obat dan Makanan dalam Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan, dilaksanakan melalui: 1. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko; 2. Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan; 3. Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan pemangku kepentingan; 4. Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha; 5. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka mendorong peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan; dan 6. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan. Berdasarkan hasil Analisa paparan dan pencapaian hasil pengawasan Obat dan Makanan di Jambi dan arah kebijakan pengawasan Obat dan Makanan Nasional, arah kebijakan dan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis Balai POM di Jambi periode , adalah: 1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat 2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat dan Makanan 3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Obat dan Makanan 84

76 4) Penguatan kompetensi SDM pengawasan Obat dan Makanan melalui penataan dan perningkatan jabatan fungsional, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien. Strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal: Eksternal: 1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan Makanan; 2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan; Internal: 3) Penguatan pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko; 4) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Institusi hingga kinerja individu/pegawai; 5) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai; 6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas menjadi lebih proporsional dan akuntabel; 7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai institusi pengawasan Obat dan Makanan tersebut, BPOM di Jambi menetapkan program-programnya sesuai RPJMN periode , yaitu program utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai berikut: a. Program Teknis Program Pengawasan Obat dan Makanan 85

77 Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Badan Pengawasan Obat dan Makanan dalam menghasilkan standardisasi dalam pemenuhan mutu, keamanan dan manfaat Obat dan Makanan melalui serangkaian kegiatan penetapan standar pengawasan, penilaian Obat dan Makanan sesuai standar, pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan. b. Program Generik 1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya. 2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM. Selanjutnya, program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan prioritas, sebagai berikut: a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan 1) Penyempurnaan instruksi kerja pengawasan Obat dan Makanan (pre dan post-market); 2) Peningkatan efektivitas pengawasan pre-market melalui audit pelaksanaan pembuatan yang baik pada sarana produksi Obat dan Makanan; 3) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan, sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana distribusi Pangan dan Bahan Berbahaya; 4) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif; 5) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya laboratorium Obat dan Makanan; 6) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan; 7) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan pemangku kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat. 86

78 b. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung): 1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan; 2) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Pengawasan Obat dan Makanan; 3) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan Sarana dan Prasarana Penunjang; 4) Peningkatan Kompetensi SDM; 5) Peningkatan kualitas Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan Masyarakat. Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka masing-masing sasaran strategis, dijabarkan kepada sasaran program dan kegiatan. Adapun penjabaran terhadap sasaran program dan kegiatan dimaksud adalah sebagai berikut : Gambar 3.1 Log Frame Balai POM di Jambi 87

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

TUGAS POKOK DAN FUNGSI Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001, Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Direktur Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Nomor HK.06.02.351.03.15.196 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika

Lebih terperinci

Obat dan Makanan Terjamin Aman, Bermutu dan Bermanfaat

Obat dan Makanan Terjamin Aman, Bermutu dan Bermanfaat Sejalan dengan prioritas pembangunan jangka menengah, tantangan, beban dan tanggung jawab pengawasan obat dan makanan dirasakan semakin berat. Untuk itu, Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) yang

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/ LEMBAGA : BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) 1 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya BPOM 1.1

Lebih terperinci

LAKIP TAHUN BADAN POM i

LAKIP TAHUN BADAN POM i alam rangka menciptakan good governance dan clean government di lingkungan Badan POM, LAKIP Badan POM tahun 2011 ini disusun. Sebagai bentuk penjabaran prinsip transparansi dan akuntabilitas, penyampaian

Lebih terperinci

Disampaikan oleh. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) , Fax (0274) ,

Disampaikan oleh. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) , Fax (0274) , Disampaikan oleh Pada tanggal : Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) 561038, Fax (0274) 552250, 519052 VISI OBAT DAN MAKANAN AMAN MENINGKATKAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAN LINGKUNGAN

KEADAAN UMUM DAN LINGKUNGAN Balai Besar POM di Palembang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan POM yang dibentuk berdasarkan SK Kepala Badan POM No. 05018/SK/KBPOM tanggal 17 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata

Lebih terperinci

Theresia Ronny Andayani Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Theresia Ronny Andayani Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Theresia Ronny Andayani Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Jakarta, 10 April 2015 Outline Paparan 1. Kerangka pikir penyelenggaranaan pangan 2. Pengawasan Makanan dalam RPJMN 2015-2019 3. Gambaran

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-63.1-/216 DS462-7237-737-7577 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

Dra. Endang Pudjiwati, Apt., MM NIP

Dra. Endang Pudjiwati, Apt., MM NIP B a l a i B e s a r P O M d i S u r a b a y a i Assalamu alaikum wr. wb., Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance), melalui pelaksanaan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan

Lebih terperinci

Daftar Rekapitulasi Bisnis Proses Badan Pengawas Obat dan Makanan

Daftar Rekapitulasi Bisnis Proses Badan Pengawas Obat dan Makanan Daftar Rekapitulasi Bisnis Proses Badan Pengawas Obat dan Makanan CODE PROCESS NAME SUB PROCESS SUB PROCESS CODE CFM CFM CODE POM-01 Pengelolaan Perundang-undangan dan Standar Pembentukan undang-undang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2008 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.05.21.1732 TAHUN 2008 TENTANG GRAND STRATEGY BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

Sesuai dengan struktur organisasi, tugas tiap bidang sebagai berikut :

Sesuai dengan struktur organisasi, tugas tiap bidang sebagai berikut : Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar POM Bandar Lampung melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.21.4232 Tahun 2004 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap keberadaan dan ketahanan hidup manusia. Mengingat kadar

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap keberadaan dan ketahanan hidup manusia. Mengingat kadar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap keberadaan dan ketahanan hidup manusia. Mengingat kadar kepentingan yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM)Pekanbaru. Pembentukan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Pekanbaru diawali oleh terbentuknya

Lebih terperinci

Manajemen Risiko Dalam Penentuan Program Inspeksi OBAT TRADISIONAL BADAN POM RI

Manajemen Risiko Dalam Penentuan Program Inspeksi OBAT TRADISIONAL BADAN POM RI Manajemen Risiko Dalam Penentuan Program Inspeksi OBAT TRADISIONAL BADAN POM RI Dra. Indriaty Tubagus, Apt., M.Kes Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk komplemen disampaikan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG

KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG II. KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG 2.1 Sejarah dan Perkembangan BPOM RI Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bertugas untuk mengawasi obat dan makanan sehingga dapat melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan

Lebih terperinci

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SURABAYA

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SURABAYA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SURABAYA Email : bpom_surabaya@pom.go.id Alamat : Jln. Karangmenjangan 20, Surabaya - Jawa Timur, Telp. : 031-5020575 Fax. : 031-5020575 Visi : Menjadi Institusi

Lebih terperinci

BALAI BESAR POM DI SEMARANG JL. MADUKORO BLOK AA BB NO 8 SEMARANG TELP

BALAI BESAR POM DI SEMARANG JL. MADUKORO BLOK AA BB NO 8 SEMARANG TELP BALAI BESAR POM DI SEMARANG JL. MADUKORO BLOK AA BB NO 8 SEMARANG TELP 024 7612324 email : likpomsm@yahoo.com AGENDA 1. Pendahuluan 2. Sistem Keamanan Pangan Terpadu dan JKPN 3. Jejaring Keamanan Pangan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN POM TAHUN Target Program

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN POM TAHUN Target Program Lampiran 1 RKT RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN POM TAHUN 2007 Sasaran 1. Terawasinya secara efektif 1. Proporsi penyelesaian berkas 90% 1.1.1 Penilaian mutu, keamanan, dan khasiat permohonan pendaftaran

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN BADAN POM TAHUN Uraian. permohonan. Pengawasan. pendaftaran Produk. pangan sebelum Berbahaya. dan Bahan.

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN BADAN POM TAHUN Uraian. permohonan. Pengawasan. pendaftaran Produk. pangan sebelum Berbahaya. dan Bahan. Lampiran 2 PKK PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN BADAN POM TAHUN 2007 Sasaran 1. Terawasinya secara efektif 1. Proporsi penyelesaian berkas 90% 1.1.1 Penilaian permohonan pendaftaran produk permohonan Dana (Rp)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keamanan Pangan Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau 1 BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN A. TINJAUAN PANGAN OLAHAN 1. Pengertian Pangan Olahan Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang berasal

Lebih terperinci

BALAI BESAR POM DI PONTIANAK

BALAI BESAR POM DI PONTIANAK BALAI BESAR POM DI PONTIANAK Balai POM di Pontianak berdiri sejak tahun 1978 dan berkedudukan di ibukota Propinsi Kalimantan Barat, Pontianak. Selain itu terdapat 1 (satu) Pos POM yang berkedudukan di

Lebih terperinci

Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal

Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal Latar Belakang Derasnya arus globalisasi memberikan warna dan nuansa pada pola perdagangan nasional maupun internasional. Perkembangan sistem perdagangan dunia

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

RENSTRA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN di YOGYAKARTA BADAN POM RI

RENSTRA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN di YOGYAKARTA BADAN POM RI BADAN POM RI RENSTRA 2015-2019 BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN di YOGYAKARTA Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Jl. Tompeyan I Tegalrejo. Telp (0274) 561038/ Fax (0274) 552250 Email : bpom_yogyakarta@pom.go.id

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SERANG

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SERANG RENCANA STRATEGIS BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SERANG TAHUN 2015-2019 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada kita

Lebih terperinci

Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun A. KONDISI UMUM

Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun A. KONDISI UMUM A. KONDISI UMUM Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) Tahun 2005 2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa

Lebih terperinci

LAKIP 2012 BALAI BESAR POM DI SURABAYA IKHTISAR EKSEKUTIF 0

LAKIP 2012 BALAI BESAR POM DI SURABAYA IKHTISAR EKSEKUTIF 0 BALAI BESAR POM DI SURABAYA IKHTISAR EKSEKUTIF 0 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. wb. Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2012 disusun dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

PETA BISNIS PROSES. Registrasi Obat dan Produk Biologi, Pendaftaran Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan POM-02. Evaluasi Produk dan Administrasi

PETA BISNIS PROSES. Registrasi Obat dan Produk Biologi, Pendaftaran Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan POM-02. Evaluasi Produk dan Administrasi PETA BISNIS PROSES Pemerintah Registrasi Obat dan Produk Biologi, Pendaftaran Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan Pembentukan Undang-undang Perundangundangan dan POM-02 Evaluasi Produk dan Administrasi

Lebih terperinci

Riati Anggriani, SH, MARS., M.Hum Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan 6 Februari 2017

Riati Anggriani, SH, MARS., M.Hum Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan 6 Februari 2017 Riati Anggriani, SH, MARS., M.Hum Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan 6 Februari 2017 Agenda Sistem Pengawasan Badan POM Peraturan Tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Renstra Balai POM di Gorontalo Tahun

KATA PENGANTAR. Renstra Balai POM di Gorontalo Tahun KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan HidayahNya yang dilimpahkan kepada kita semua sehingga proses penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Balai POM di Gorontalo

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP

Lebih terperinci

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO.

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO. BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO. 109 TAHUN 2012 3.1 Kewenangan Pengawasan Terhadap Label Produk Rokok Kewenangan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

LAPORAN KINERJA TAHUN Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya KATA PENGANTAR Tahun 2016 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI

SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI Kita patut bersyukur kepada Allah SWT atas rahmat yang diberikan, sehingga Badan POM dapat menunjukkan kinerja, memantau dan melaporkan kinerja pengawasan obat dan makanan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN FILE EDIT 16 November 2016 Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email mmi_stand_ot@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.05.23.3644 TE N TA N G KETENTUAN POKOK PENGAWASAN SUPLEMEN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN TATA KELOLA PERIZINAN OBAT

UPAYA PERBAIKAN TATA KELOLA PERIZINAN OBAT Komite Advokasi Nasional Antikorupsi Sektor Kesehatan UPAYA PERBAIKAN TATA KELOLA PERIZINAN OBAT Togi J. Hutadjulu Direktur Penilaian Obat dan Produk Biologi 1. PENDAHULUAN 2. PELAYANAN PUBLIK BADAN POM

Lebih terperinci

DRA. TRIKORANTI MUSTIKAWATI, APT. NIP

DRA. TRIKORANTI MUSTIKAWATI, APT. NIP KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang-Undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka setiap instansi pemerintah diwajibkan untuk menyusun Rencana Strategis sesuai dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN QMS ISO 9001:2015 BPOM

PENERAPAN QMS ISO 9001:2015 BPOM PENERAPAN QMS ISO 9001:2015 BPOM DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN K/L 2 DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN K/L (2) 3 DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN K/L (3) 4 DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN K/L (4) DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN

Lebih terperinci

SINERGISTAS BADAN POM DAN DINKES PROV/KAB/KOTA DALAM MENINGKATKAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

SINERGISTAS BADAN POM DAN DINKES PROV/KAB/KOTA DALAM MENINGKATKAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN SINERGISTAS BADAN POM DAN DINKES PROV/KAB/KOTA DALAM MENINGKATKAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN Drs. Ondri Dwi Sampurno, Apt, M.Si Plt Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik & NAPZA BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

BALAI POM DI BATAM KATA PENGANTAR RENCANA STRATEGIS Assalamu alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua,

BALAI POM DI BATAM KATA PENGANTAR RENCANA STRATEGIS Assalamu alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua, BALAI POM DI BATAM KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua, Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI

SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga sampai saat ini Badan POM dapat menunjukkan kinerja pengawasan obat dan makanan yang hasilnya dituangkan dalam Report to the

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.12.11.10052 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PRODUKSI DAN PEREDARAN KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Berdirinya Badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia yang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Berdirinya Badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia yang BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya BPOM Berdirinya Badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia yang pada masa penjajahan Belanda dikenal dengan apoteker yang berperan dalam pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Lampiran Keputusan Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banjarmasin Nomor : HK.01.02.100.04.15.0631 Tentang Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Drs. Bosar M. Pardede., Apt., M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Drs. Bosar M. Pardede., Apt., M.Si NIP KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dapat selesainya rencana strategis Balai Pengawas Obat dan Makanan di Manokwari periode 2015-2019. Sesuai dengan amanat

Lebih terperinci

Alamat : Jln.Brigjen H. Hasan Basri No.40, Banjarmasin - Kalimantan Selatan 70124, Telp. : Fax. :

Alamat : Jln.Brigjen H. Hasan Basri No.40, Banjarmasin - Kalimantan Selatan 70124, Telp. : Fax. : BALAI BESAR POM DI BANJARMASIN Email : bbpom_banjarmasin@yahoo.com; bpom_banjarmasin@pom.go.id; Alamat : Jln.Brigjen H. Hasan Basri No.4, Banjarmasin - Kalimantan Selatan 7124, Telp. : 511-334286 Fax.

Lebih terperinci

BAB III PENGAWASAN PEREDARAN OBAT KUAT IMPOR OLEH BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

BAB III PENGAWASAN PEREDARAN OBAT KUAT IMPOR OLEH BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN BAB III PENGAWASAN PEREDARAN OBAT KUAT IMPOR OLEH BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN A. Keberadaan BPOM di Indonesia 1. Terbentuknya Badan Pengawas Obat dan Makananan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Lebih terperinci

2017, No beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor

2017, No beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor No.180, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KELEMBAGAAN. Badan Pengawas Obat dan Makanan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengawasan Obat dan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Om Swastyastu, Assalamu alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua,

KATA PENGANTAR. Om Swastyastu, Assalamu alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua, KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Assalamu alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua, Sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa

Lebih terperinci

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Rapat Koordinasi Nasional Palu, 31 Maret 2015 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

Lebih terperinci

Pengawasan Mutu Obat di Instalasi Farmasi

Pengawasan Mutu Obat di Instalasi Farmasi Pengawasan Mutu Obat di Instalasi Farmasi B a d a n P e n g a w a s Obat dan Makanan R a p a t K o o r d i n a s i N a s i o n a l, P r o g r a m K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n D

Lebih terperinci

MODUL BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM)

MODUL BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2017 MODUL PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) NAMA : NIM :

Lebih terperinci

A. PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN

A. PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN A. PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN Pada tahun 2007 terdapat 57 kegiatan yang mendukung pelaksanaan program di Badan POM. Kelimapuluh tujuh kegiatan tersebut adalah kegiatan yang terdapat di pusat dan 26 Balai

Lebih terperinci

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera, serta memperkuat perekonomian negara dan daya saing bisnis

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera, serta memperkuat perekonomian negara dan daya saing bisnis Nawa Cita Inpres Nomor 6 Tahun 2016 Nomor 5: Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia Nomor 6: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional Nomor 7: Mewujudkan kemandirian

Lebih terperinci

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Profil Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Yogyakarta

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Profil Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Yogyakarta BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Profil Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Yogyakarta a. Lokasi Instansi Balai Besar POM Yogyakarta terletak di jalan Tompeyan Tegalrejo

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN

KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA

Lebih terperinci

Laboratorium Handal dan Terakreditasi

Laboratorium Handal dan Terakreditasi Laboratorium Handal dan Terakreditasi Jln. Gadjah Mada, PO BOX. 172 Padang Sumbar (25137) Telp. 0751-7054280, Fax. 0751-7055213 Email : bpom_padang@pom.go.id, bbpom_padang@yahoo.com A. GAMBARAN UMUM BALAI

Lebih terperinci

OPERASI PANGEA VIII TAHUN 2015 BERANTAS PEREDARAN ONLINE PRODUK OBAT ILEGAL. Roy Sparringa Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

OPERASI PANGEA VIII TAHUN 2015 BERANTAS PEREDARAN ONLINE PRODUK OBAT ILEGAL. Roy Sparringa Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan OPERASI PANGEA VIII TAHUN 2015 BERANTAS PEREDARAN ONLINE PRODUK OBAT ILEGAL Roy Sparringa Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Press Release Hasil Operasi Pangea VIII tahun 2015 Jakarta, 25 Juni 2015

Lebih terperinci

Pemberdayaan Apoteker dalam Peningkatan Efektifitas Pengawasan Iklan Obat Tradisional

Pemberdayaan Apoteker dalam Peningkatan Efektifitas Pengawasan Iklan Obat Tradisional Pemberdayaan Apoteker dalam Peningkatan Efektifitas Pengawasan Iklan Obat Tradisional disampaikan oleh: Drs. Ondri Dwi Sampurno, M.Si, Apt. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap warga negaranya dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap warga negaranya dari berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan masyarakat merupakan program kesejahteraan yang harus diwujudkan pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap warga negaranya dari berbagai persoalan

Lebih terperinci

Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RANCANGAN REVISI PP 38/2007 DAN NSPK DI LINGKUNGAN DITJEN BINFAR DAN ALKES Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan DISAMPAIKAN PADA SEMILOKA REVISI PP38/2007 DAN NSPK : IMPLIKASINYA TERHADAP

Lebih terperinci

PENGAWASAN POST MARKET PRODUK PANGAN

PENGAWASAN POST MARKET PRODUK PANGAN PENGAWASAN POST MARKET PRODUK PANGAN DIAN PUTRANTI Kepala Subdit Inspeksi Produksi dan Peredaran Produk Pangan DIREKTORAT INSPEKSI DAN SERTIFIKASI PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN & BAHAN

Lebih terperinci

Wimbuh Dumadi,S.Si.M.H.,Apt Ketua Pengurus Daerah IAI DIY. Yogyakarta, 14 April 2018

Wimbuh Dumadi,S.Si.M.H.,Apt Ketua Pengurus Daerah IAI DIY. Yogyakarta, 14 April 2018 Wimbuh Dumadi,S.Si.M.H.,Apt Ketua Pengurus Daerah IAI DIY Yogyakarta, 14 April 2018 1 2 Pendahuluan Sistem Regulasi 3 Peran Apoteker Dalam menjamin kualitas Obat 4 Peran Apoteker Dalam Keamanan Obat 5

Lebih terperinci

Evaluasi Permohonan Persetujuan Denah/RIP Sarana Produksi Kosmetik dan Obat Tradisional

Evaluasi Permohonan Persetujuan Denah/RIP Sarana Produksi Kosmetik dan Obat Tradisional Evaluasi Permohonan Persetujuan Denah/RIP Sarana Produksi Kosmetik dan Obat Tradisional Dra. Indriaty Tubagus, Apt., M.Kes. Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGAWASAN IKLAN DAN PENANDAAN OBAT

PENINGKATAN PENGAWASAN IKLAN DAN PENANDAAN OBAT PENINGKATAN PENGAWASAN IKLAN DAN PENANDAAN OBAT Drs. H. G. Kakerissa, Apt. Hotel Balairung, 20 Juli 2017 Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 36

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei 2015 Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. Drs. Mustofa, Apt, M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei 2015 Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. Drs. Mustofa, Apt, M.Kes NIP KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, setiap kementerian dan lembaga diwajibkan untuk menyusun rencana strategis termasuk

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI

SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI Berkat rahmat Allah SWT Report to the Nation : Laporan Kinerja Pengawasan Obat dan Makanan RI Triwulan II Tahun 2014 ini dapat diterbitkan. Buku ini diharapkan dapat menjadi

Lebih terperinci

KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI JAYAPURA DRS. H.G. KAKERISSA, APT. NIP

KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI JAYAPURA DRS. H.G. KAKERISSA, APT. NIP KATA PENGANTAR esuai dengan amanat Undang-Undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka setiap instansi pemerintah diwajibkan untuk menyusun Rencana Strategis sesuai dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Rencana Strategis BBPOM di Medan

KATA PENGANTAR. Rencana Strategis BBPOM di Medan KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas menyusun Rencana Strategis (Renstra) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI

SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sampai saat ini Badan POM tetap menunjukkan Kinerja Pengawasan Obat dan Makanan untuk mencapai Pembangunan Nasional periode RPJMN 2015-2019.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA BALAI POM DI PALU PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA BALAI POM DI PALU PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA BALAI POM DI PALU PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, Kami yang

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.04.1.33.12.11.09938 TAHUN 2011 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENARIKAN OBAT YANG TIDAK MEMENUHI STANDAR DAN/ATAU PERSYARATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BBPOM DALAM PENGAWASAN TERHADAP DISTRIBUSI OBAT TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

BAB III WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BBPOM DALAM PENGAWASAN TERHADAP DISTRIBUSI OBAT TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG 35 BAB III WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BBPOM DALAM PENGAWASAN TERHADAP DISTRIBUSI OBAT TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG A. Gambaran Umum Kota Bandung Kota Bandung terletak di antara 107 36 Lintang Selatan,

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO KEAMANAN PANGAN DI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saing manusia akan meningkat yang berpengaruh terhadap kelanjutan serta kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. saing manusia akan meningkat yang berpengaruh terhadap kelanjutan serta kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan sebuah bangsa dalam memajukan pembangunan di segala bidang adalah salah satu wujud dari tercapainya bangsa yang maju dan mandiri. Salah satu faktor yang

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : bahwa sebagai

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI

SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI Berkat rahmat Allah SWT Report to the Nation : Laporan Kinerja Pengawasan Obat dan Makanan RI Triwulan II Tahun 2013 ini dapat diterbitkan. Buku ini diharapkan dapat menjadi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGAWASAN PRODUKSI DAN PEREDARAN KOSMETIKA

PEDOMAN PENGAWASAN PRODUKSI DAN PEREDARAN KOSMETIKA 9 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.12.11.10052 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PRODUKSI DAN PEREDARAN KOSMETIKA PEDOMAN PENGAWASAN PRODUKSI DAN PEREDARAN KOSMETIKA

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN

Lebih terperinci

LaporanKinerja BadanPengawasObatdanMakanan TriwulanIV*Tahun2015. *DataSementara

LaporanKinerja BadanPengawasObatdanMakanan TriwulanIV*Tahun2015. *DataSementara LaporanKinerja BadanPengawasObatdanMakanan TriwulanIV*Tahun2015 *DataSementara SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sampai saat ini Badan POM tetap menunjukkan Kinerja Pengawasan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUK DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE 4 29 JULI 2011 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BPOM RI

SAMBUTAN KEPALA BPOM RI SAMBUTAN KEPALA BPOM RI Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah sehingga BPOM dapat terus hadir melayani dan melindungi masyarakat. Kinerja Badan POM sampai dengan

Lebih terperinci

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB Disampaikan oleh: Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapetik & PKRT Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IKATAN APOTEKER INDONESIA Tangerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroba patogen. Pangan juga dapat menimbulkan masalah serius jika

BAB I PENDAHULUAN. mikroba patogen. Pangan juga dapat menimbulkan masalah serius jika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk pertumbuhan maupun mempertahankan hidupnya. Namun dapat pula timbul penyakit yang disebabkan oleh pangan.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pekanbaru, 20 April 2015 Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru

KATA PENGANTAR. Pekanbaru, 20 April 2015 Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru KATA PENGANTAR S esuai amanat Undang-Undang No. 5 tahun 004 tentang Sistem Penilaian Perencanaan Pembangunan Nasional yang disusun secara periodic meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN POM. Organisasi Unit Pelaksana Teknis. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN POM. Organisasi Unit Pelaksana Teknis. Organisasi. Tata Kerja. No.1714, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN POM. Organisasi Unit Pelaksana Teknis. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014

Lebih terperinci

PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005

PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005 PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005 DENGAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.5.12.11.09955 TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang

Lebih terperinci

PROPIL BALAI BESAR POM DI PEKAN BARU

PROPIL BALAI BESAR POM DI PEKAN BARU PROPIL BALAI BESAR POM DI PEKAN BARU Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru Drs, Sumaryanta,Apt.MSI NIP. 19620401 199202 1 001 Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru mempunyai

Lebih terperinci

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Rapat Koordinasi Nasional Padang, 16 Maret 2015 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

Lebih terperinci