BAB III SOLUSI BISNIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III SOLUSI BISNIS"

Transkripsi

1 BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Alternatif Solusi Bisnis Pada Bab Tiga ini, penulis mencoba mencari solusi dari permasalah yang telah dijabarkan pada Bab Dua. Tahap awal dari pembuatan solusi adalah pemetaan solusi permasalahan. Peta solusi masalah dapat dilihat pada Gambar 3.1. Dari pemetaan tersebut terlihat jelas bahwa setiap masalah memiliki solusinya masing-masing. Dari kolom gejala, kita bisa melihat keadaan yang dihadapi CICO saat ini. Penilaian keadaan tersebut seperti tingkat akurasi forecast kurang, jumlah inventory meningkat, dan stock out dapat dilihat dari laporan kinerja (KPI). Kolom berikutnya berisi masalah, dimana mencari sumber masalah dari gejala yang ada. Jumlah inventory yang meningkat merupakan akibat dari penggunaan metode forecast yang tidak tepat dan pengisian usage plan tidak selalu dilakukan. Gejala berikutnya adalah Tingkat akurasi forecast rendah dimana dari penggunaan metode yang tidak tepat dan tidak disiplinnya User dan Inventory Control melakukan Review Meeting Usage perkuartal seperti yang direncanakan. Gejala terakhir, yaitu stock out, bersumber dari faktor tidak semua barang-barang stok di cover oleh blanked order contract dan juga penggunaan metode forecast yang tidak tepat. Pada kolom berikutnya penulis mencoba memberikan solusi untuk setiap masalah yang dihadapi. Untuk metode forecast, penulis mencoba memberikan solusi dengan menggunakan tiga model forecast, yaitu time series, holt s model dan winter s model. Dari tiga model tersebut nantinya akan menghasilkan forecast baru dimana menjadi dasar perhitungan SS, ROP dan ROQ. Untuk masalah usage plan, diperlukan adanya kebijakan dan peraturan untuk meningkatkan kedisiplinan semua pihak dan review mekanisme koordinasi antara user, inventory control, buyer dan pemasok. Untuk memecahkan masalah Stock out, penulis menyarankan solusi review strategi inventory management. 65

2 Gejala Masalah Solusi Jumlah inventory meningkat Pengisian usage plan tidak selalu dilakukan Peningkatan tingkat kedisiplinan melalui kebijakan perusahaan Tidak disiplin melakukan review meeting Usage Plan Mekanisme koordinasi antara user, inventory control, buyer dan pemasok Tingkat akurasi forecast rendah Penggunaan metode forecast yang tidak tepat Metode forecast yang lebih akurat (Time series, Holt s model dan Winter s model) Perhitungan SS, ROP dan ROQ berdasarkan forecast yang lebih akurat Stock OUT Mekanisme Blanked Order Contract yang tidak tepat Pengkajian mekanisme Kontrak Jangka Panjang. Gambar 3.1 Peta Solusi masalah Untuk menjelaskan solusi tersebut, maka penulis terlebih dahulu mencoba memberikan alternatif untuk solusi-solusi yang ada, yaitu: Peningkatan tingkat kedisiplinan melalui kebijakan dan peraturan perusahaan. Tabel 3.1. Ruang lingkup kebijakan N o Kegiatan Aspek User Inventory Control Pemasok Procurement 1 Usage Plan Isi Usage plan harus dilengkapi dengan estimasi jumlah kebutuhan dan waktu pemakaian Forecast kebutuhan rutin harus lebih akurat dengan menggunakan metode Time series, Holt's model dan Winter Model Memberikan informasi leadtime dan jumlah pemesanan Informasi mekanisme bonus 2 Kolaborasi Forecast Waktu penyerahan Kegiatan Waktu pelaksanaan 6 bulan sebelum waktu pemakaian barang Konfirmasi forecast Awal triwulan terakhir setiap tahunnya Melakukan perhitungan forecast untuk periode akan datang dengan metode Time series, Holt's model dan Winter Model Akhir periode 66

3 Tabel 3.1. Ruang lingkup kebijakan (lanjutan) N o Kegiatan Aspek User Review meeting Key Performance Indicator (KPI) Reward and punishment Kegiatan Waktu Penetapan Target group Penetapan Target perusahaan Waktu penilaian Stock out karena tidak memberikan informasi perubahan kebutuhan Stock out karena tidak mengkonfirm asikan forecast ke user Kualitas barang tidak memenuhi spesifikasi permintaan Delivery terlambat Proses procurement tidak selesai sesuai jadual Jumlah inventory turun Target KPI tercapai Waktu Pelaksanaan Menginformasi kan perubahan kebutuhan akan barang stok Proses persetujuan forecast baru Pengisian usage plan = 100% Inventory Pemasok Control Review Review forecast forecast berdasarkan berdasarkan perubahan perubahan kebutuhan kebutuhan dari user dari user Konfirmasi forecast yang baru ke user Setiap awal triwulan Service level 95% SAR critical = Kualitas 99,99% barang SAR non sesuai Critical = 95% permintaan = 100% Procurement Mempersiapkan proses procurement jika dibutuhkan Kegiatan procurement berjalan tepat waktu = 80% Penurunan Jumlah Inventory 5% per periode dan terus meningkat Menerima surat peringatan Bonus tahun Bonus tahun akhir akhir Setiap akhir tahun Menerima surat peringatan Bonus akhir tahun Promosi jabatan Bonus akhir tahun Setiap akhir tahun Pemasok diberi peringatan, menukarkan barang, dan membayar denda keterlambatan Pemasok membayar denda keterlambatan Pemberian penghargaan /compliment Pemberian penghargaan /compliment Procurement menerima surat peringatan Bonus akhir tahun Bonus tahun akhir 67

4 Ruang lingkup kebijakan perusahaan adalah sebagai berikut 1. Usage plan User harus mengisi usage plan lengkap dengan estimasi total pemakaian dan juga jadual pemakaian. Usage plan harus diserahkan enam bulan sebelum masa pemakaian. Inventory control membuat daily usage plan dengan menggunakan metode forecast Times series, Holt s model dan Winter model. Untuk daily usage diserahkan pada awal triwulan terakhir setiap tahun. Pemasok juga memberikan informasi mengenai lead time dan jumlah maksimum dan minimum pemesanan. Selain itu apabila ada mekanisme diskon untuk jumlah tertentu akan diinformasikan oleh pemasok. 2. Kolaborasi forecast Kolaborasi forecast dilakukan oleh inventory control dan pemasok dengan menggunakan metode Time series, Holt s model dan Winter model. Kegiatan ini dilakukan pada akhir periode/tahun. Setelah forecast dibuat, inventory control akan meminta konfirmasi user. Apabila ada barang rutin dalam forecast tersebut tidak pergunakan lagi oleh user, maka user akan memberi tahu inventory control. Pemakaian barang untuk proyek dan kegiatan maintenance (yang tidak tiap tahun dilakukan) akan diberikan catatan di forecast sehingga untuk periode ke depan, apabila tidak ada pemberitahuan dari user, maka jumlah barang tersebut tidak diperhitungkan. 3. Review meeting Di dalam review meeting, user akan menginformasikan perubahan kebutuhan untuk periode kedepan. Apabila ada perubahan, maka inventory control dan pemasok akan menyesuaikan forecast yang telah ada. Setelah forecast di review, maka inventory control akan mengkonfirmasi forecast tersebut ke user. Apabila user setuju, maka forecast dapat digunakan untuk mencari nilai parameter baru. 68

5 4. Key Performance Indicator (KPI) Untuk mengukur kinerja masing-masing pihak, maka diperlukan Key Performance Indicator (KPI). KPI akan mengukur kinerja user, inventory control, procurement dan pemasok. Perusahaan akan menetapkan nilai KPI yang harus dicapai. Penerapan target untuk masing-masing bagian tersebut adalah Tabel 3.2. Tabel target Pelaku Aktivitas Target User Pengisian usage plan oleh user 100% Inventory Control SAR untuk Critical 99,99% Inventory Control SAR untuk Non Critical 95% Inventory Control TOR 2% Inventory Control IPR 0,5% Inventory control Tingkat akurasi forecast 80% dan pemasok Pemasok Servicel Level 95% Pemasok Kualitas barang sesuai 100% spesifikasi permintaan Inventory control Jumlah inventory Penurunan 5% dalam satu periode Procurement Proses procurement tepat waktu (sesuai jadual) 80% 5. Reward and Punishment Punisment akan diberikan jika Stock out karena user tidak memberikan informasi mengenai perubahan kebutuhan. User akan menerima sanksi berupa surat peringatan. Stock out karena inventory control tidak mengkonfirmasikan forecast ke user. Inventory control akan menerima sanksi berupa surat peringatan. Pengiriman barang terlambat maka pemasok harus membayar denda. Proses procurement tidak selesai tepat waktu. Reward akan diberikan jika Jumlah inventory dalam periode tersebut turun. Reward berupa bonus atau kenaikan pangkat/promosi. 69

6 Targe KPI tercapai. Reward berupa bonus, kenaikan pangkat/promosi dan penghargaan/compliment. Pemberian reward dan punishment akan diberikan pada setiap akhir tahun Mekanisme koordinasi antara User, Inventory Control, Buyer dan pemasok. Koordinasi antara anggota Supply Chain dapat dicapai ketika mereka bekerjasama untuk mengoptimalisasi dan mengontrol kinerja bersama di dalam pembuatan, distribusi, dan mendukung untuk produk akhir. Ada dua parameter yang dibutuhkan untuk koordinasi ini adalah kolaborasi dan pembagian informasi dengan dukungan dari teknologi informasi. Dua parameter ini berada pada bidang yang berbeda, dimana kolaborasi (menggabungkan beberapa rencana dari kegiatan promosi dan bekerjasama dalam menyamakan perkiraan untuk menentukan proses produksi dan penggantian) adalah lebih kepada proses interaksi/sosial dan pembagian informasi adalah proses teknologi. Pada proyek akhir ini, penulis mengusulkan dua alternatif solusi, yaitu CPFR dan VMI. Kedua alternatif dijabarkan lebih lanjut pada bab ini. a. Collaborative Planning, Forecasting and Replenishment (CPFR) CPFR adalah model proses bisnis yang digunakan oleh mitra dari supply chain untuk mengkoordinasikan rencana dalam hal mengurangi variasi antara suplai dan permintaan. CPFR merupakan model bisnis dimana perusahaan dapat mengoptimalkan kegiatan supply chainnya, seperti VMI, dengan memanfaatkan internet dan EDI untuk mengurangi inventory dan biaya serta meningkatkan pelayanan ke konsumen. CPFR mengenal Nine-Step Mode dapat melihat Gambar 3.3. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Develop a front-end agreement Hal-hal yang dilakukan pada langkah awal ini adalah : Menentukan executive sponsor. Hal ini harus dilakukan untuk mengetahui pihak mana yang bertanggung jawab atas biaya yang dikeluarkan dalam 70

7 CPFR. Selain itu juga sebagai tempat untuk pelaporan dari penerapan CPFR nantinya. Kerahasiaan data dan mekanisme pemecahan masalah. Ada atau tidaknya financial incentive or penalties. Hasil akhir yang diharapkan dari perjanjian kerja sama ini adalah Kerahasiaan data Tujuan dan objektif Pengukuran keberhasilan Pembahasan mengenai kompetensi, sumber daya dan sistem yang dipakai Tanggung jawab dari pelaku dan departement Pembagian informasi Komitmen dalam pelayanan dan pengorderan Hal-hal yang tidak disepakati Untuk lebih jelas dapat melihat Gambar 3.2 di bawah ini: Gambar 3.2. Kegiatan Develop a front-end Agreement 2. Create a joint business plan Kegitan yang dilakukan pada langkah ini adalah menentukan siapa saja yang terlibat dalam proyek ini (project team). Pertukaran informasi mengenai strategi, objektif dan penentuan tujuan antar pihak. 71

8 Hasil yang diharapkan adalah: Rencana bisnis bersama dalam hal kebijakan inventory, pengelompokan barang, dan lain-lain. Hal yang dilakukan CICO dengan pemasok di antaranya: o Corporate strategies o Partnership strategies o Exception criteria Untuk lebih jelas dapat melihat Gambar 3.3 di bawah ini: Gambar 3.3. Kegiatan Create a joint business plan 3. Create a demand forecast Kegiatan yang dilakukan diantaranya Inventory control membuat demand forecast (dengan menggunakan metode Time Series, Holt s model dan Winter model) dan mengkomunikasikannya dengan pemasok. Forecast ini digunakan untuk membuat order forecast. Data-data didapat dari Usage plan dan daily usaga plan Untuk lebih jelas dapat melihat Gambar

9 CICO Historical Demand Data Analysis Historical Sales Data Analysis Supplier Demand Data CICO Events Dates Create Demand Forecast Supplier Event Dates Demand Forecast Joint Business Plan Exception Resolution Data CPFR Data Warehouse Gambar 3.4. Kegiatan Create a demand forecast 4. Identify exceptions for demand forecast Mengidentifikasi hal-hal apa saja yang menjadi pengecualian sehingga demand forecast dapat berubah (forecast error). Demand forecast dapat berubah karena perubahan kondisi kerja dilapangan dan adanya permintaan proyek (usage plan). Untuk lebih jelas dapat melihat Gambar 3.5 di bawah ini: Gambar 3.5. Kegiatan Identify exceptions for demand forecast 73

10 5. Resolve/collaborate on exception items Perubahan jumlah kebutuhan barang disebabkan oleh Perubahan jumlah mesin yang dipakai Aktivitas kerja di lapangan meningkat atau menurun Kondisi lingkungan kerja berubah Perubahan jadual proyek Untuk menyesuaikan forecast denga perubahan jumlah kebutuhan di atas maka diadakan review meeting setiap triwulan. Pada review meeting akan dibahas: Perubahan jumlah kebutuhan kedepan Penyesuaian forecast karena ada perubahan kebutuhan Untuk lebih jelas dapat melihat Gambar 3.6 di bawah ini: Gambar 3.6. Kegiatan Resolve/collaborate on exception items 6. Create an order forecast Setelah forecast selesai dibuat, maka inventory control akan melakukan perhitungan nilai parameter (SS, ROP dan ROQ). Kemudian, semua parameter akan di input ke sistem JDE dan ARIBA. Untuk lebih jelas dapat melihat Gambar

11 Gambar 3.7. Kegiatan Create an order forecast 7. Identify exception for order forecast Pada tahap ini akan dibahas mengenai apa yang dilakukan jika Aktual order melebihi dari forecast order Aktual order kurang dari forecast order Untuk lebih jelas dapat melihat Gambar 3.8 di bawah ini: CICO Supplier Dynamic Exception Criteria Dynamic Exception Criteria Changes/ Updates Identify Order Forecast Exceptions Changes/ Updates Ability to supply Static Exception Criteria Order Forecast Exception Items CPFR Data Warehouse Gambar 3.8. Kegiatan Identify exception for order forecast 75

12 8. Resolve/collaborate on exception item Pada tahap ini akan dibahas permasalahan ynag timbul pada langkah ketujuh di atas dan dicari solusinya. Hal-hal yang dilakukan adalah Mencari tahu penyebab kenapa aktual order berbeda dengan forecastnya Menetapkan langkah yang harus dilakukan apabila terjadi perbedaan jumlah order, contoh o Apabila kelebihan aktual order dari forecast order karena kebutuhan yang mendadak (emergency) maka tidak akan ada perubahan parameter (ROQ) dan order dapat dipenuhi o Apabila kelebihan aktual order dari forecast order karena kegiatan proyek yang tiba-tiba, pemasok hanya melayani kelebihan order sampai dengan 20% saja. Apabila melebihi dari 20%, maka waktu pengiriman akan terlambat. o Apabila kekurangan aktual order dari forecast order karena kegiatan proyek yang tiba-tiba diberhentikan pengerjaannya, maka akan ada penalty bagi CICO sebesar 20% dari nilai kekurangan forecast. Untuk lebih jelas dapat melihat Gambar 3.9 di bawah ini: Gambar 3.9. Resolve/collaborate on exception item Apabila perbedaan order tadi bersifat permanen/tetap, maka perlu perhitungan ulang untuk parameter (SS, ROP dan ROQ) yang di set pada sistem JDE dan ARIBA. Untuk mengkolaborasikan semua hal yang berkaitan dengan perubahan order, maka perlu diadakan review meeting antara user, inventory control dan 76

13 pemasok. Review meeting forecast order ini dapat berjalan bersama dengan review meeting forecast demand pada langkah lima atau pada saat terjadinya perubahan order. 9. Order generation Pada langkah terakhir ini adalah menentukan kapan waktu pengorderan tiba. Semua pihak akan berpatokan dengan sistem JDE dan ARIBA. Order akan dikeluarkan oleh sistem JDE dan ARIBA apabila telah mencapai ROP. Inventory control dan pemasok akan memantau setiap kegiatan pengorderan. Mencari jalan keluar apabila terjadi understok dan overstock. Apabila blanked order contract telah mencapai nilai kontrak, maka procurement akan mempersiapkan kontrak baru. Selain itu dilihat masa kontrak CPFR, apakah sudah berakhir. Apabila sudah berakhir, maka akan ada review terhadap kinerja masing-masing pihak (KPI) dan memecahkan permasalah yang dihadapai selama menjalankan CPFR. Review dilakuakan secara bersama-sama oleh user, inventory control, procurement dan pemasok. Apabila kontrak belum habis, maka pemasok dapat langung mengirimkan barang ke warehouse untuk didistribusikan ke user. Untuk lebih jelas dapat melihat Gambar 3.3 di bawah ini: Gambar Kegiatan Order generation 77

14 Replenishment Forecasting Planning Exception Criteria Exception Criteria Gambar Sembilan langkah CPFR Pada Gambar 3.12 terlihat bahwa setelah penerapan CPFR maka kegiatan pengisian kembali stok di gudang dapat dilakukan secara kontiniu oleh pemasok sehingga menjamin ketersediaan barang stok. Dengan adanya jaminan tersebut, maka fleksibilitas dalam pengorderan dari user dapat lebih ditingkatkan. Order dalam jumlah besar atau kecil dapat dilayani dengan baik oleh pihak gudang. Selain itu dengan adanya kolaborasi dalam hal Forecasting antara user, inventory control dan pemasok dengan menggunakan metode forecast yang benar, maka dapat meningkatkan tingkat akurasi dari forecast itu sendiri. Apabila tingkat akurasi forecast sudah meningkat, maka secara perlahan kita dapat mengurangi jumlah inventory di gudang. Pengurangan jumlah inventory harus diikuti dengan 78

15 peningkatan kinerja pelayanan. Misalnya dengan perhitungan ROP, ROQ dan SS yang sesuai dengan forecast, maka barang yang diorder dan barang yang disimpan di gudang sesuai dengan kebutuhan user saja. Dampak lain yang dihasilkan dari penerapan CPFR adalah pemanfaatan IT yang lebih optimal dalam kegiatan pengorderan, proses procurement dan proses inventory control. Dengan adanya sistem IT yang terintegrasi ke seluruh bagian, maka pekerjaan dapat dilakukan lebih singkat, biaya rendah, dan tingkat kesalahan yang lebih kecil. Gambar 3.12.Diagram Solusi CPFR Keuntungan bagi CICO (lihat Gambar 3.13). Consumer demand visibility More accurate forecast Increased service to distribution Reduce inventories Reduce planning/deployment costs Reduce replenishment cycle Simplified, exception-based process 79

CICO CICO / Supplier Supplier. Joint business plan. Create Demand Forecast. Create Demand Forecast

CICO CICO / Supplier Supplier. Joint business plan. Create Demand Forecast. Create Demand Forecast Business Benefit CICO CICO / Supplier Supplier Business Benefit Consumer demand visibility Front end agreements Reduce supply risk More accurate forecast Joint business plan Improved in-stock levels Increased

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN DI CHEVRON INDONESIA COMPANY (CICO) PROYEK AKHIR. Oleh: HERU NURMAN NIM:

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN DI CHEVRON INDONESIA COMPANY (CICO) PROYEK AKHIR. Oleh: HERU NURMAN NIM: ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN DI CHEVRON INDONESIA COMPANY (CICO) PROYEK AKHIR Oleh: HERU NURMAN NIM: 29105007 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pembentukan Tim Kolaborasi Pembentukan tim kolaborasi dilakukan pada saat pertemuan perwakilan dari kedua belah (manufaktur dan ritel). Anggota tim yang dipilih

Lebih terperinci

BAB V REKOMENDASI RENCANA IMPLEMENTASI

BAB V REKOMENDASI RENCANA IMPLEMENTASI BAB V REKOMENDASI RENCANA IMPLEMENTASI Berdasarkan usulan solusi yang ditawarkan, yaitu collaborative forecast, maka akan direkomendasikan rencana implementasinya berupa penjabaran langkah-langkah penerapan

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1. Merumuskan Peta Pemikiran Konseptual Peta Pemikiran Konseptual (Conceptual Framework) merupakan suatu alat bantu bagi penulis dalam menentukan akar permasalahan dari isu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Teori 2.1.1 Tingkat Pelayanan (Service Level) Service level merupakan istilah yang banyak digunakan dalam manajemen persediaan yang merupakan besar presentase dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan persaingan industri baik industri manufaktur maupun industri jasa akibat adanya perdagangan bebas menyebabkan seluruh industri berusaha untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

IV RENCANA IMPLEMENTASI

IV RENCANA IMPLEMENTASI IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1. Rencana Implementasi Dari hasil analisis yang dilakukan di Bab 3, penulis mencoba menyusun rencana implementasi. Rencana implementasi tersebut mencakup penerapan CPFR pada

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat pesat. Pemanfaatan komputer sebagai alat bantu kerja manusia, khususnya sebagai media pengolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa telekomunikasi di Indonesia. Produk yang dijual oleh PT. XYZ dapat berupa benda fisik (physical goods) dan layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang, banyak perusahaan mengalami perkembangan dalam dunia bisnisnya dan berusaha untuk meningkatkan kinerjanya dengan memanfaatkan kecanggihan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan terhadap supply chain proses interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meskipun perekonomian dan perindustrian nasional kini dihadapkan kepada dampak krisis ekonomi global, namun bisnis ritel di Indonesia tidak terkendala bahkan masih

Lebih terperinci

Peningkatan Efisiensi Kinerja Permasalahan Supplier Wismilak Group

Peningkatan Efisiensi Kinerja Permasalahan Supplier Wismilak Group Peningkatan Efisiensi Kinerja Permasalahan Wismilak Group Yan Pujianto Sanjaya 1, Kriswanto Widiawan 2 Abstract: Wismilak Group is one of the companies that produce consumer good in Surabaya. Cleaning

Lebih terperinci

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer?

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Wawancara I Pertanyaan no. 1 Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Jb. belum ada cara untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dewasa ini menjadi kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap negara. Proses interaksi antar negara terjadi di berbagai bidang, salah satunya adalah

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Integrasi rantai pasok dalam organisasi 2. Dinamika rantai

Lebih terperinci

PENGURANGAN BULLWHIP EFFECT DENGAN METODE VENDOR MANAGED INVENTORY

PENGURANGAN BULLWHIP EFFECT DENGAN METODE VENDOR MANAGED INVENTORY PENGURANGAN BULLWHIP EFFECT DENGAN METODE VENDOR MANAGED INVENTORY Fenny Rubbayanti Dewi dan Annisa Kesy Garside Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang Email : fennyrubig@yahoo.com

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan Pendahuluan Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

Evaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ

Evaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ Evaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ Maulida Nurfajrianti 1, Yusuf Widharto 2 Program Studi Teknik Industri,Universitas Diponegoro 1 Program Studi Teknik Industri,Universitas Diponegoro 2 yudidito@gmail.com

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si Program Studi Manajemen Menghindari Kerusakan Menghindari Keterlambatan

Lebih terperinci

MAKALAH E BISNIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

MAKALAH E BISNIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MAKALAH E BISNIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun oleh : Nama : Marcellinus Cahyo Pamungkas NIM : 08.11.2489 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAGEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. 3.1 Gambaran Umum dan Struktur Organisasi Perusahaan

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. 3.1 Gambaran Umum dan Struktur Organisasi Perusahaan BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Gambaran Umum dan Struktur Organisasi Perusahaan PD. Harapan Baru adalah sebuah perusahaan yang dijalankan dengan proses utamanya ialah membeli dan menjual barang elektronik.

Lebih terperinci

1. Apa saja data yang dibutuhkan? 2. Bagaimana sistem pengolahan data real time yang bisa diimplementasikan? 3. Teknologi Akses yang digunakan?

1. Apa saja data yang dibutuhkan? 2. Bagaimana sistem pengolahan data real time yang bisa diimplementasikan? 3. Teknologi Akses yang digunakan? 1 P a g e Deskripsi Soal : Sebuah Perusahaan Distributor makanan kecil mempunyai 10 cabang di 10 kota. Masingmasing cabang mempunyai beberapa unit yang membawahi kawasan tertentu. Masingmasing unit berkantor

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis semakin lama semakin tinggi dan sulit. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat memberikan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Chopra, Sunil & Meindl, Peter, 2005, Supply Chain Management, Second Edition, Parson Prentice Hall.

DAFTAR PUSTAKA. Chopra, Sunil & Meindl, Peter, 2005, Supply Chain Management, Second Edition, Parson Prentice Hall. DAFTAR PUSTAKA Arshinder, Arun, Kanda & S.G. Deshmukh, 2006, A Coordination-Based Perspective on The Procurement Process in The Supply Chain, International Journal Value Chain Management, Vol.1, No.2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Pokok pembahasan pada tesis ini hanya akan difokuskan dalam rangka mengetahui bagaimana Janssen Cilag Indonesia dapat mencapai titik optimum di dalam manajemen persediaannya

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA 4.1. Profil Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat PT. Komatsu Reman Indonesia (KRI) merupakan salah satu perusahaan remanufacturing Komponen alat-alat berat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM. komponen dengan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen

BAB III ANALISIS SISTEM. komponen dengan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen BAB III ANALISIS SISTEM 3.1 ANALISIS SISTEM Analisis sistem adalah teknik pemecahan masalah yang menguraikan bagianbagian komponen dengan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen tersebut bekerja

Lebih terperinci

5 BAB V ANALISA DAN HASIL

5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Analisa Kanban Banyaknya kartu kanban yang diperlukan dihitung dengan rumus (Arnaldo Hernandez, 1989): Banyaknya Kanban = Permintaan Harian X Faktor Pengamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. ETB adalah salah satu perusahaan multi nasional (MNC) yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. ETB adalah salah satu perusahaan multi nasional (MNC) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT. ETB adalah salah satu perusahaan multi nasional (MNC) yang berlokasi di Pulau Batam. Perusahaan ini bergerak di bidang manufaktur elektronik dengan

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL Indri Hapsari, Dermanto Ang Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di dunia industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk terus berusaha mencari cara terbaik agar memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada

Lebih terperinci

Keywords ; supply chain management system, distribution system, manajemen mata rantai suplai, tracking items, mata rantai distribusi.

Keywords ; supply chain management system, distribution system, manajemen mata rantai suplai, tracking items, mata rantai distribusi. Abstract Secara internal sistem yang dipergunakan oleh PT Kian Ho Indonesia adalah sistem pembukuan ( akuntansi ) Accurate versi 4.03 yang merupakan salah satu produk software yang dibangun oleh CPSoft

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang BAB IV PERANCANGAN Pada tahap perancangan ini akan dilakukan perancangan proses pengadaan barang yang sesuai dengan proses bisnis rumah sakit umum dan perancangan aplikasi yang dapat membantu proses pengadaan

Lebih terperinci

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT Supply Chain Management Tita Talitha,MT 1 Materi Introduction to Supply Chain management Strategi SCM dengan strategi Bisnis Logistics Network Configuration Strategi distribusi dan transportasi Inventory

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembelian Menurut Hatta (2008), pembelian merupakan kegiatan untuk memperoleh barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk pengadaan barang yang diperlukan

Lebih terperinci

Penentuan Kebijakan Order dengan Pendekatan Vendor Managed Inventory untuk Single Supplier, Multi Product

Penentuan Kebijakan Order dengan Pendekatan Vendor Managed Inventory untuk Single Supplier, Multi Product Penentuan Kebijakan Order dengan Pendekatan Vendor Managed Inventory untuk Single Supplier, Multi Product dan Multi Retailer di PT. Petrokimia Gresik Oleh : Novita Purna Fachristy 2507100123 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Supply Chain Management (SCM) adalah pemanfaatan hubungan yang efisien dan terintegrasi antara supplier, manufacturer, warehouse dan store, dimana barang diproduksi

Lebih terperinci

B2B E-Commerce. Achmad Yasid, S.Kom Web blog :

B2B E-Commerce. Achmad Yasid, S.Kom  Web blog : B2B E-Commerce Achmad Yasid, S.Kom E-mail :aspireyazz@gmail.com Web blog : http://achmadyasid.wordpress.com Pendahuluan Tipe E-Commerce (Business & Consumer) Business, Consumer & Government B2B e-commerce

Lebih terperinci

KONSEP DASAR MANAJEMEN PERSEDIAAN DI UNIT KERJA LAYANAN KESEHATAN

KONSEP DASAR MANAJEMEN PERSEDIAAN DI UNIT KERJA LAYANAN KESEHATAN KONSEP DASAR MANAJEMEN PERSEDIAAN DI UNIT KERJA LAYANAN KESEHATAN Widyarsih Oktaviana, SKM, MKM Prodi Diploma Rekam Medis Widyarsih Oktaviana, SKM, MKM 1 KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN 1. Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kepuasan pelanggan ditentukan oleh bagaimana perusahaan dapat memenuhi tuntutan dalam hal pemenuhan kualitas yang diinginkan, kecepatan merespon permintaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan bebas di era globalisasi memicu persaingan ketat, baik secara global maupun nasional. Persaingan yang ketat ini dapat dilihat dengan banyaknya perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional Logistic merupakan unit bisnis yang memiliki fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fungsional Logistic merupakan unit bisnis yang memiliki fungsi sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Logistic merupakan bagian penting bagi setiap perusahaan, secara fungsional Logistic merupakan unit bisnis yang memiliki fungsi sebagai penghubung secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inventory merupakan salah satu hal yang penting dalam berjalannya proses produksi. Pengendalian inventory merupakan salah satu cara dalam mengendalikan proses produksi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Lampiran 3 tersebut telah diketahui yang akan menjadi itemstock di store adalah 8. Tabel 5. 1 Hasil Klasifikais Item

BAB V ANALISA HASIL. Lampiran 3 tersebut telah diketahui yang akan menjadi itemstock di store adalah 8. Tabel 5. 1 Hasil Klasifikais Item BAB V ANALISA HASIL 1.1 Analisa Hasil ABC Analysis Dalam penentuan itemapa saja yang dapat di stock di store, peneliti menggunakan metode ABC Analysis melihat dari transaksi penjualan dalam bulan per satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi, bahan penolong yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Definisi

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Persediaan merupakan aset terbesar yang dimiliki supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaanya melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset. Manajemen persediaan

Lebih terperinci

SAP FUNDAMENTALS LOGISTICS PART I

SAP FUNDAMENTALS LOGISTICS PART I LOGISTICS PART I Logistics Logistik adalah seluruh proses yang melibatkan barang / jasa yang diproduksi kemudian dijual oleh perusahaan tersebut Mulai dari persiapan sebelum produksi, proses produksi itu

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai ibu kota Negara Indonesia, Jakarta merupakan salah satu kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Hal ini menyebabkan banyaknya perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring berkembangnya teknologi di dunia bisnis terutama penggunaan internet yang semakin melekat, membuat para pelaku bisnis menjadikannya sebagai kebutuhan penting

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING 06 ERP: SCM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SCM adalah satu rangkaian bisnis demand dan supply yang melibatkan perusahaan dengan mitra kerjanya. Kelancaran proses dalam supply chain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, bertahan dan menjadi yang terdepan dalam dunia bisnis tidaklah mudah, butuh usaha keras, perjuangan serta kemampuan untuk tetap bisa bertahan.

Lebih terperinci

ERP merupakan fungsi sistem aplikasi software yang dapat membantu organisasi dalam

ERP merupakan fungsi sistem aplikasi software yang dapat membantu organisasi dalam Teknologi enterprise resources planning (ERP) dapat mengintegrasikan fungsi marketing, fungsi produksi, fungsi logistik, fungsi finance, fungsi sumber daya, fungsi produksi, dan fungsi lainnya. ERP telah

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #4

Pembahasan Materi #4 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Kompetisi Waktu Alasan Perhitungan Waktu Siklus Hidup Produk Waktu Sebagai Strategi Konsep dan Cara Pandang Lead Time Manajemen Pipeline Logistik Added Cost

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inventory merupakan salah satu hal yang penting dalam berjalannya proses produksi. Pengendalian inventory merupakan salah satu cara dalam mengendalikan proses produksi

Lebih terperinci

Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan Persediaan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan. Pengolahan persediaan dengan teknik ABC dan EOQ Fakultas EKONOMI Program

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing Sebagai yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa konsentrasi perhatian konsep JIT adalah pada aspek manusia, kualitas,

Lebih terperinci

#4 KONSEP LEAD TIME DALAM SCM

#4 KONSEP LEAD TIME DALAM SCM #4 KONSEP LEAD TIME DALAM SCM 1. Kompetisi Waktu Salah satu komponen yang dapat menentukan sebuah perusahaan dapat bersaing adalah waktu. Ada pepatah yang mengatakan WAKTU ADALAH UANG. Pepatah ini masih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan performa mereka. Salah satu dari banyak manfaat yang bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan performa mereka. Salah satu dari banyak manfaat yang bisa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju dan berkembang saat ini memberikan banyak pilihan dan kemudahan bagi dunia bisnis dalam meningkatkan performa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi suatu industri sangat penting demi memberikan nilai tambah baik bagi industri itu sendiri maupun bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka ini berisi tentang konsep aktivitas supply chain, Inventory Raw material, Inventory Cost, dan formulasi Basnet dan Leung. 2.1 Supply Chain Semua perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok untuk kelangsungan hidup perusahaan. perusahaan yang bergerak di bidang retail.

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok untuk kelangsungan hidup perusahaan. perusahaan yang bergerak di bidang retail. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini penggunaan teknologi informasi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan kita, terutama di dalam suatu perusahaan. Teknologi informasi yang telah diintegrasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan seluruh proses bisnis pada suatu produk mulai dari hulu hingga ke hilir dengan tujuan menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi permintaan pada periode tetentu. Pada level distributor manajemen

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi permintaan pada periode tetentu. Pada level distributor manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persediaan dapat di artikan sebagai stock produk yang digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen dan digunakan sebagai cadangan produk untuk memenuhi permintaan pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya, maka terdapat beberapa hal yang dapat penulis kemukakan sebagai kesimpulan, antara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA MASALAH

BAB IV ANALISA MASALAH BAB IV ANALISA MASALAH 4.1. Metodologi Penelitian Gambar 4.1. Diagram Alir Metodologi Penelitian 34 4.2. Studi Pendahuluan Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui gambaran umum tentang proses bisnis

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manjemen rantai suplai merupakan suatu proses untuk mengintegrasi,

BAB I PENDAHULUAN. Manjemen rantai suplai merupakan suatu proses untuk mengintegrasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan ketat dalam dunia bisnis menuntut perusahaan untuk memiliki keunggulan kompetitif dalam hal memenuhi kebutuhan konsumen. Perusahaan dapat meningkatkan kinerja

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning

Enterprise Resource Planning MODUL PERKULIAHAN Enterprise Resource Planning Supply Chain Management and Customer Relationship Management Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Sistem Informasi Sistem Informasi 04 MK18046

Lebih terperinci

LAMPIRAN WAWANCARA. Produk yang diproduksi dan dijual kepada pelanggan PT. Lucky Print Abadi. adalah kain bercorak. Kain dijual dalam ukuran yard.

LAMPIRAN WAWANCARA. Produk yang diproduksi dan dijual kepada pelanggan PT. Lucky Print Abadi. adalah kain bercorak. Kain dijual dalam ukuran yard. L 1 LAMPIRAN WAWANCARA 1. Bisa menceritakan sejarah PT. Lucky Print Abadi? Sejarah perusahaan dapat dilihat pada Company Profile yang telah kami berikan kepada kalian 2. Produk apa yang diproduksi PT.

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP) Enterprise Resource Planning (ERP) ERP adalah sebuah system informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk proses bisnis lengkap.

Lebih terperinci

PENENTUAN KEBIJAKAN ORDER PRODUK SKINCARE DAN PLASTER DENGAN PENDEKATAN VENDOR MANAGED INVENTORY (Studi Kasus: PT Beiersdorf Indonesia)

PENENTUAN KEBIJAKAN ORDER PRODUK SKINCARE DAN PLASTER DENGAN PENDEKATAN VENDOR MANAGED INVENTORY (Studi Kasus: PT Beiersdorf Indonesia) PENENTUAN KEBIJAKAN ORDER PRODUK SKINCARE DAN PLASTER DENGAN PENDEKATAN VENDOR MANAGED INVENTORY (Studi Kasus: PT Beiersdorf Indonesia) DETERMINATION ORDER POLICY SKINCARE AND PLASTER PRODUCT VENDOR MANAGED

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X )

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X ) Media Informatika Vol.13 No.2 (2014) PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MODEL

BAB III ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MODEL BAB III ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MODEL Pada bab ini dijelaskan mengenai analisis penerapan sistem pengukuran kinerja menggunakan Metode Prism dan pengembangan model pengukuran kinerja tersebut pada unit

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: 02Fakultas Ekonomi dan Bisnis Manajemen Pembelian Kebutuhan Perdana Pengisian Kembali Persediaan Dr. Sawarni Hasibuan, M.T. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kompetisi bisnis, diperlukan kemampuan untuk mengakomodasikan ketidakpastian internal maupun eksternal dalam mengambil keputusan. Ketidakpastian

Lebih terperinci

Week 10 SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENGELUARAN. Awalludiyah Ambarwati

Week 10 SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENGELUARAN. Awalludiyah Ambarwati Week 10 SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENGELUARAN Awalludiyah Ambarwati Accounting Information Systems Sales order processing Billing Accounts receivable Cash Receipts General ledger Financial reporting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta merupakan harta yang sangat sensitif terhadap waktu, kerusakan, tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. serta merupakan harta yang sangat sensitif terhadap waktu, kerusakan, tempat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persediaan dalam perusahaan merupakan bagian yang penting dan bernilai tinggi serta merupakan harta yang sangat sensitif terhadap waktu, kerusakan, tempat penyimpanan,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan perancangan sistem informasi akuntansi pembelian, hutang dan pengeluaran kas pada PT Tuffiadi Semesta maka ditemukan beberapa masalah

Lebih terperinci

Inventory Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul Juni 2017

Inventory Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul Juni 2017 Inventory Management Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul Juni 2017 Apa yang dimaksud inventory? Inventory adalah bahan baku. Suku cadang, barang setengah jadi, atau barang jadi yang disimpan

Lebih terperinci

KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) PADA PROSES PRODUKSI DALAM PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU ABSTRAK

KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) PADA PROSES PRODUKSI DALAM PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU ABSTRAK KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) PADA PROSES PRODUKSI DALAM PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU Francka Sakti francka_sakti@yahoo.com Sistem Informatika Universitas Bunda Mulia ABSTRAK Persaingan dunia

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN PROSES BISNIS BIDANG USAHA

BAB 3 GAMBARAN PROSES BISNIS BIDANG USAHA BAB 3 GAMBARAN PROSES BISNIS BIDANG USAHA 3.1 Pembatasan Area Bisnis Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada perusahaan kontraktor terdapat beberapa pembatasan pada area bisnis. Pembatasan area bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pabrik yang mengolah hasil laut seperti udang, ikan, sotong dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. pabrik yang mengolah hasil laut seperti udang, ikan, sotong dengan sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Didalam pengelolaan unit usahanya PT. Central Windu Sejati, merupakan pabrik yang mengolah hasil laut seperti udang, ikan, sotong dengan sistem pembekuan.

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 6

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 6 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 6 Implementasi Sistem ERP Dimensi dan faktor yang mempengaruhi implementasi ERP Isu pada manajemen proyek Estimasi waktu, penentuan skala prioritas, fleksibilitas

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini membahas tentang analisis dan interpretasi hasil perancangan dalam penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Tujuan bab ini adalah memberikan

Lebih terperinci