BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang"

Transkripsi

1 BAB IV PERANCANGAN Pada tahap perancangan ini akan dilakukan perancangan proses pengadaan barang yang sesuai dengan proses bisnis rumah sakit umum dan perancangan aplikasi yang dapat membantu proses pengadaan barang. Perancangan proses akan dilakukan dengan menggunakan SCOR Framework sedangkan aplikasi menggunakan Rational Unified Process (RUP). 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang Business Scope SCM Rumah Sakit Umum Dari hasil analisis didapatkan bahwa proses pengadaan barang melibatkan beberapa pihak baik internal rumah sakit maupun pihak eksternal yaitu pemasok. Hubungan antar pelaku dalam proses pengadaan barang tersebut akan menjadi lingkup bisnis dari proses yang akan dibahas pada tugas akhir ini. Lingkup bisnis tersebut biasa disebut dengan Business scope. Business scope ini perlu digambarkan sebelum melakukan perancangan proses dengan SCOR Framework, agar tidak ada proses yang tidak ikut serta dalam identifikasi. Aliran informasi dan barang antar pelaku SCM dapat dilihat dari penggambaran business scope. Gambar IV-1 merupakan business scope pembelian barang SCM RS Advent yang sedang berjalan saat ini. Jika dilihat dari penggambaran aliran informasi yang terjadi sebenarnya sudah cukup sederhana. Ketidakefektifan terjadi akibat dari cara yang dilakukan untuk mengalirkan informasi tersebut. Dari sisi aliran barang tidak ada perubahan dalam perancangan ini, karena aliran barang yang ada sudah sesuai dengan proses bisnis pengadaan barang dan kebutuhan setiap pelaku. Pada proses pembelian barang yang digambarkan dengan garis putus-putus terlihat bahwa informasi mengenai barang yang akan dibeli yang berasal dari unit dialirkan terlebih dahulu ke gudang. Barulah di bagian gudang permintaan pembelian tersebut ditulis ulang, digabungkan dengan barang-barang yang stoknya habis (pembuatan purchase requisition), kemudian diteruskan ke bagian pembelian. IV-1

2 IV-2 Dari hasil analisis dan pengamatan, disimpulkan bahwa terjadi pengulangan aktivitas pencatatan permintaan unit. Untuk itu, pada proses pengadaan barang yang baru, aliran informasi yang bersifat pengulangan ini akan dihilangkan. Informasi permintaan unit akan langsung dihubungkan ke bagian pembelian. Informasi barangbarang yang stoknya habis juga akan langsung dapat diakses oleh bagian pembelian. Tidak ada lagi purchase requisition yang pada dasarnya hanya bersifat pengumpulan barang-barang apa saja yang akan dibeli. &' (( % #$! " Gambar IV-1 Aliran Informasi Pembelian pada Business Scope Lama Gambar IV-2 merupakan aliran informasi yang baru pada proses pengadaan barang. Dari Gambar IV-2 terlihat arah panah dari bagian pembelian yang berlawanan dengan arah pada aliran informasi sebelumnya. Pihak pembelian akan aktif melakukan pengaksesan terhadap informasi stok gudang dan menentukan barang yang dibeli, sebelumnya hal ini dilakukan oleh staf gudang. Perubahan pelaku dari pembelian ini dipandang lebih efektif karena staf pembelianlah yang mengetahui perencanaan pembelian sehingga kesalahan dalam pembelian dan

3 IV-3 pengulangan aktivitas verifikasi diharapkan dapat dikurangi dengan pergantian pelaku ini. Staf gudang sendiri akan lebih terfokus untuk mengatur aliran keluar masuk barang di gudang dan melayani permintaan barang unit lebih cepat. &' (( % #$ %! " Gambar IV-2 Aliran Informasi Pembelian pada Business Scope Baru Aliran informasi ke pemasok masih tetap sama alurnya hanya cara pengaliran informasi yang berbeda. Sebelumnya menggunakan telepon, pada proses ini menggunakan bantuan aplikasi teknologi informasi. Proses lain yang juga terlibat dalam business scope dari pengadaan barang ini selain proses pembelian adalah proses pengembalian barang. Perubahan aliran informasi pada pembelian akan mengakibatkan perubahan pada pengembalian barang. Gambar IV-3 merupakan aliran informasi dan barang pada proses pengembalian barang yang ada saat ini.

4 IV-4 &' (( % #$! " Gambar IV-3 Aliran Informasi Pengembalian Barang Lama Pada proses pengembalian ini tanggung jawab untuk pemberitahuan adanya pengembalian barang ada pada pihak gudang. Pemberitahuan terjadinya penukaran atau pembatalan (pengembalian) kepada pemasok dilakukan oleh gudang atau staf penerimaan. Akibatnya, pemasok sering terlambat mengetahui adanya pengembalian. Ini dikarenakan pihak gudang atau staf penerimaan memiliki frekuensi pekerjaan pelayanan terhadap unit dan penerimaan barang tanpa henti selama jam kerja. Penggunaan aplikasi teknologi informasi yang akan membantu penyebaran aliran informasi pengembalian ini ke seluruh pihak yang terkait dalam satu waktu seketika ketika ada pemberitahuan dari unit bahwa terjadi pengembalian barang. Bagian gudang akan mendapatkan pemberitahuan pengembalian barang dan perubahan stok gudang secara otomatis. Pada bagian pembelian akan menerima pemberitahuan pembuatan purchase order yang baru jika pengembalian berupa penukaran. Perubahan status penerimaan barang di bagian penerimaan dan pemberitahuan kepada pemasok juga akan dilakukan secara otomatis melalui aplikasi. Aliran informasi tersebut dapat dilihat pada Gambar IV-4.

5 IV-5 Gambar IV-4 Aliran Informasi Pengembalian Baru Alur Global Proses Pengadaan Barang Berikut ini merupakan penjabaran perubahan dari setiap proses dalam pengadaan barang berdasarkan hasil identifikasi proses-proses apa saja yang dibutuhkan oleh setiap pelaku dalam SCM rumah sakit: 1. Persetujuan Aktivitas yang berupa persetujuan sebenarnya dapat dihilangkan. Hal ini dikarenakan, berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas ini hanya formalitas agar dapat terjadi pembelian, kepala divisi yang terkait dengan proses SCM tidak akan melakukan pengecekan daftar order yang dibuat. Jika pembelian yang dilakukan bernilai besar, persetujuan ini dapat digantikan dengan proses otorisasi secara online melalui aplikasi SCM yang digunakan. Pada saat otorisasi ini dihadirkan pula informasi rencana pembelian agar pengawasan tetap dapat dilakukan. Untuk itu, terdapat proses tambahan dalam pengadaan barang ini yaitu penyediaan informasi rencana pembelian.

6 IV-6 2. Pemilihan pemasok Aktivitas pemilihan pemasok yang dilakukan oleh staf pembelian dapat dilakukan secara otomatis dengan bantuan aplikasi teknologi informasi, petugas tidak perlu melakukan pencatatan satu per satu pemasok yang akan dihubungi. Untuk penggunaan single pemasok pemilihan pemasok akan lebih mudah dilakukan sedangkan double pemasok dapat dilakukan dengan memfilter berdasarkan kriteria tertentu, sebagai contoh harga termurah, waktu kirim tercepat, atau diskon terbesar. 3. Penggunaan nota Penggunaan dokumen seperti nota terutama pada konsumsi barang-barang pembelian secara cash dan just in time dapat digantikan dengan penggunaan aplikasi dan pemberian otoritas bagi unit untuk membuat daftar pesanan barang langsung di aplikasi. Staf pembelian tidak perlu membuat daftar pesanan ulang. Bagian penerimaan juga tidak perlu melakukan verifikasi ketika terjadi penyerahan salinan nota penerimaan dan faktur bukti pemesanan barang secara just in time. 4. Verifikasi pembelian just in time Penghilangan nota dalam pembelian just in time mengakibatkan verifikasi tidak perlu dilakukan lagi, karena seluruh data pembelian telah tersimpan dan tidak dapat dimanipulasi. Bagian pembelian juga tidak perlu membuat purchase order berdasarkan nota seperti sebelumnya. Purchase order dibuat oleh unit dan hanya perlu persetujuan Kepala divisi SCM pada hari berikutnya. 5. Pembuatan daftar pesanan (purchase order) pada pembelian cash Penghilangan nota dalam pembelian secara cash akan mengakibatkan tidak ada lagi proses pembuatan daftar belanja atau penundaan input barang seperti yang dilakukan sebelumnya pada saat penerimaan barang cash. 6. Penyediaan informasi rencana pembelian Penyediaan informasi rencana pembelian diperlukan untuk mendukung proses pengawasan pembelian oleh Kepala divisi SCM dan Staf accounting. Informasi ini diperlukan untuk dijadikan pertimbangan sebelum merupakan otorisasi terhadap pembelian dan pembayaran.

7 IV-7 7. Penyediaan status tiap barang Proses ini dimunculkan karena status diperlukan untuk menghindari adanya pengulangan pembelian barang atau verifikasi yang harus dilakukan berulang kali selama proses pembelian dan pengiriman barang. 8. Pembuatan purchase requisition Kebutuhan utama diidentifikasi berdasarkan kebutuhan barang unit dan pengecekan ketersediaan stok. Tidak ada lagi permintaan pembelian yang dibuat oleh gudang. Perencanaan pembelian dan keputusan barang apa yang akan dibeli dilakukan langsung oleh bagian pembelian dengan mempertimbangkan posisi stok barang tiap gudang dan barang yang tidak tersedia sebelumnya di gudang tapi diminta. Tidak ada lagi purchase requisition 9. Menghubungi pemasok melalui telepon Pihak pemasok/vendor akan mengetahui pesanan terhadap dirinya dengan mengakses purchase order yang telah dibuat bagian pembelian secara langsung (melalui aplikasi teknologi informasi). Jika pemasok tidak dapat memenuhi, pemasok dengan segera akan memberitahukan bagian pembelian melalui pengubahan status dari order. Pihak pembelian dengan segera akan mengulang proses pembuatan order seketika menerima pemberitahuan. Pada bagian analisis terlihat bahwa terdapat pembedaan cara pembelian menjadi tiga jenis cara pembelian utama yaitu tender, kontra bon, dan cash. Pembelian kontra bon sendiri masih dibedakan menjadi bermacam-macam cara yaitu pembelian barang pada jam kerja, pembelian barang farmasi pada jam kerja, dan just in time. Pada rancangan proses pengadaan barang ini, pembelian barang secara umum hanya dibedakan menjadi dua macam yaitu pembelian tender dan kontra bon. Pembelian barang secara cash dihapuskan. Pada kenyataannya, pembelian cash mungkin tidak dapat dihindari karena kebutuhan yang sedikit bisa saja terjadi di rumah sakit. Proses pembelian ini tetap ada tetapi cara yang dilakukan sama dengan pembelian secara kontra bon dengan asumsi pasar atau toko tempat berbelanja diperlakukan seperti halnya pemasok. Proses-proses yang terjadi tidak ada perbedaan. Perbedaan terletak pada alur proses yaitu pembayaran dilakukan setelah proses otorisasi pembayaran bukan penerimaan barang.

8 IV-8 Dekomposisi proses pembelian secara kontra bon menjadi tiga macam seperti yang diungkapkan sebelumnya juga dihapuskan. Cara pembelian dilakukan hanya dengan satu cara. Tidak ada lagi perbedaan pembelian untuk barang farmasi dengan barang non-farmasi. Begitu pula, dengan cara pembelian pada jam kerja dan di luar jam kerja (just in time) dari segi proses-proses yang terjadi. Untuk pembelian pada jam kerja dan just in time perbedaan terletak pada pelaku pembuat purchase order, jika pada jam kerja pelakunya ialah staf pembelian, maka pada just in time pelakunya adalah unit rumah sakit yang sekaligus sebagai sumber dari kebutuhan unit. Seperti yang telah diungkapkan pada bagian 4.1.1, bahwa pada rancangan proses pengadaan barang ini terjadi eliminasi proses pembuatan purchase requisition yang berakibat perubahan tanggung jawab antara staf pembelian dan staf gudang. Staf pembelian yang tadinya hanya melakukan pemilihan pemasok kemudian meneruskan informasi barang yang dibeli ke pemasok melalui telepon, pada rancangan ini bertugas untuk membuat purchase order saja. Isi dari purchase order berasal dari permintaan khusus unit dan stok gudang. Proses pemilihan pemasok dan hubungan ke pemasok dilakukan secara otomatis dengan menggunakan aplikasi teknologi informasi. Pada proses pengadaan barang yang terjadi saat ini, informasi harus dilakukan antar pelaku. Pada alur yang baru, beberapa pelaku diberikan otoritas untuk mengakses informasi dari pelaku lain. Hal ini akan mengurangi waktu tunggu datangnya informasi antar pelaku SCM.

9 IV-9 Alur global dari rancangan proses pembelian ini dapat dilihat pada Tabel IV-1. Tabel IV-1 Alur Proses Pembelian

10 IV Pemodelan Proses dengan SCOR Framework Level 1 dari SCOR Framework untuk proses pengadaan barang dapat dilihat pada Gambar IV-5. Gambar IV-5 Pemetaan Proses SCOR Framework Level 1 Pada level 1 ini teridentifikasi proses-proses utama yang terjadi antar pelaku besar dalam SCM rumah sakit umum. Pelaku besar dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu pemasok sebagai penyedia barang, Divisi SCM yang seolah-olah sebagai manufaktur, dan unit rumah sakit sebagai retail dalam SCM. Seluruh pelaku tersebut melakukan proses pertama yang didefinisikan SCOR yaitu plan. Disisi pemasok proses utama yang terkait adalah deliver dan return. Hal ini dikarenakan pemasok memiliki posisi sebagai pengirim barang yang diminta, ditukar, atau dibatalkan oleh rumah sakit. Divisi SCM dalam hal ini berlaku seolah-olah seperti pabrik dalam manufaktur. Namun, aktivitas produksinya bukan berupa produksi barang/jasa melainkan pengadaan dan pengiriman barang. Maka, proses yang teridentifikasi meliputi source untuk pengadaan, deliver untuk pengiriman ke customer, dan return untuk menangani pengembalian barang baik pengembalian dari unit ke gudang atau hingga ke pemasok. Jika dilihat dari segi operasional bisnis rumah sakit, unit rumah sakitlah yang sebenarnya seolah-olah seperti pabrik di rumah sakit karena proses produksi jasa terjadi di unit rumah sakit. Namun, jika dilihat dari segi jaringan SCM, unit merupakan retail yang menyalurkan barang ke perseorangan. Pada tugas akhir ini, peran produksi unit rumah sakit tidak dihilangkan. Hal ini dikarenakan proses

11 IV-11 produksi tersebut yang akan memunculkan kebutuhan akan barang yang harus dipenuhi. Proses yang teridentifikasi di unit di antaranya make yaitu produksi jasa yang akan mempengaruhi adanya permintaan barang, source yaitu permintaan barang ke divisi SCM, dan return untuk pengembalian barang. Untuk setiap proses besar di level 1 dari SCOR Framework tersebut akan didekomposisi menjadi proses yang lebih kecil lagi pada level 2. Pada level 2 ini, untuk setiap proses di level 1 akan diidentifikasi kategori apa yang cocok.. Pada tugas akhir ini, pemilihan kategori tidak didasarkan pada satu strategi operasional misal Make To Stock. Hal ini dikarenakan SCOR Framework dibangun berbasiskan manufaktur, sehingga dibutuhkan penyesuaian untuk kasus rumah sakit. Level 2 dari proses pengadaan barang dapat dilihat pada Gambar IV-6. Pada level 2 ini, diidentifikasi proses-proses lebih detil yang terjadi untuk setiap proses level 1. Proses ini merupakan bentuk eksekusi dari proses level 1. Adapun enable merupakan proses yang bertugas mempersiapkan, memelihara (maintain), dan mengatur informasi yang diperlukan untuk menjalankan setiap proses level 1 tersebut. Sebagai contoh, pada saat proses permintaan barang (source) maka informasi yang dibutuhkan adalah informasi terkait posisi inventori rumah sakit. Ketika barang yang dibutuhkan tidak ada, maka dibutuhkan informasi mengenai pemasok yang menyediakan. Jika ditemukan maka akan dibuat permintaan pembelian yang akan diatur oleh enable manajemen data pembelian. Pada level 3, seluruh proses yang diidentifikasi di level 2 ini akan digambarkan menjadi alur kerja (workflow) yang akan menggambarkan skenario dari pelaksanaan proses pengadaan barang. Level 4-5 merupakan dekomposisi dari level 3 yang akan menggambarkan alur kerja lebih detil berupa aktivitas dan task yang dikerjakan oleh pelaku SCM. Pda tugas akhir ini tidak digambarkan level 6 dari pengadaan barnag karena hingga level 5 alur kerja yang digambarkan sudah sangat detil dan dapat dijadikan dasar rancangan aplikasi. Rancangan level 3-5 dari SCOR Framework dapat dilihat pada Lampiran D.

12 Gambar IV-6 Pemetaan Proses pada SCOR Framework Level 2 IV-12

13 IV-13 Gambar IV-7 merupakan pemetaan seluruh proses termasuk proses enable yang diperlukan oleh setiap proses level 2 dari SCOR Framework yang didefinisikan sebelumnya. Gambar IV-7 Pemetaan Proses Bisnis pada Level 3 dengan Enable

14 IV Perancangan Aplikasi Arsitektur Aplikasi Hampir seluruh proses umum dari SCM telah dibantu dengan aplikasi komputer, hanya proses pembelian barang yang belum disediakan modulnya. Hal ini karena dibutuhkan investasi dan integrasi dengan pihak di luar rumah sakit. Namun, pada dasarnya integrasi ini mungkin dilakukan dan investasi yang dibutuhkan cukup rendah karena rumah sakit telah memiliki dukungan infrastruktur baik hardware ataupun aplikasi SCM yang terintegrasi. Bentuk dari aplikasi yang digunakan untuk mengintegrasikan pemasok dengan rumah sakit bermacam-macam. Bentuk aplikasi tersebut di antaranya : 1. Aplikasi single berupa desktop atau web based Aplikasi ini disediakan oleh rumah sakit dan dapat diakses oleh pihak pemasok. Baik pemasok maupun rumah sakit menggunakan bentuk aplikasi yang sama. Keuntungan dari aplikasi ini adalah pemasok kecil yang belum memiliki sistem manajemen informasi penjualan tetap dapat mengetahui order barang yang didapatkannya. Kekurangannya adalah beban pengelolaan ditanggung oleh rumah sakit. Bentuk hubungan aliran informasi pada aplikasi ini dapat dilihat pada Gambar IV-8 Gambar IV-8 Aliran Informasi pada Single Application Pola integrasi ini merupakan pola yang paling memungkinkan untuk dilakukan saat ini karena tidak perlu ada kesepakatan baru antara pemasok dengan rumah sakit mengenai data barang. Selain itu, rumah sakit telah memiliki infrastruktur yang sangat memadai. Penambahan fitur yang terjadi yaitu dengan pemberian akses ke pemasok untuk melihat pesanan yang terjadi.

15 IV-15 Seluruh pelaku internal dari SCM dihubungkan melalui jaringan LAN rumah sakit, sedangkan pemasok dapat mengakses aplikasi melalui jaringan komunikasi (internet). Terdapat sebuah server dapat berupa web server atau server aplikasi biasa yang terhubung dengan relational database management system untuk penyimpanan data. Jika single application yang digunakan berupa aplikasi web, maka didalam web server akan berisi modul-modul aplikasi seperti modul pembelian, permintaan barang unit, pengembalian barang, dan modul-modul manajemen. Arsitektur dari single application ini dapat dilihat pada Gambar IV-9. ) ) ) % (& ) *' & ' ! Gambar IV-9 Arsitektur Single Application 2. Integrasi aplikasi milik rumah sakit dengan milik pemasok. Bentuk aplikasi yang digunakan independen milik rumah sakit dan pemasok. Aplikasi dihubungkan dengan menggunakan teknologi integrasi. Terdapat bermacam-macam teknologi pendekatan integrasi di antaranya pendekatan point to point dan integrator standar yang bersifat terbuka atau satu untuk semua aplikasi. Aplikasi integrator point to point memiliki ciri jika ada N-entitas dan setiap entitas dalam sistem perlu saling terhubung maka diperlukan N x (N-1) konektor. Jika hubungan hanya pada satu titik maka N-1 konektor. Jika sebuah entitas melakukan perubahan atas aplikasi maka seluruh integrator yang terkait dengan entitas

16 IV-16 tersebut juga harus berubah. Cara integrasi ini merupakan cara integrasi termudah, tapi dalam jangka panjang akan menimbulkan potensi masalah baru dari segi kompleksitas dan biaya. Bentuk komunikasi dari integrator tipe ini dapat dilihat pada Gambar IV-10. &,, & ( Gambar IV-10 Bentuk Integrasi Sistem N-to-N Integrator standar berbentuk sebuah layanan yang berisi standar komunikasi data dan pengungkapan makna dari data tersebut, sehingga pada saat integrasi sebuah aplikasi hanya perlu melakukan pembuatan antar muka yang dapat berhubungan dengan integrator tersebut. Contoh teknologi integrator ini adalah service oriented architecture berupa penggunaan web service. Service oriented architecture (SOA) memiliki 3 elemen penting yaitu service provider, locator/broker, dan consumer. Service provider merupakan penyedia layanan yang dapat diakses oleh aplikasi lain. Locator/broker berfungsi sebagai penentu rute, pencari layanan yang tepat sesuai dengan permintaan dari consumer. Consumer merupakan aplikasi yang menggunakan layanan yang disediakan oleh aplikasi lain. Pada kasus pengadaan barang ini, baik aplikasi rumah sakit maupun pemasok sama-sama bertindak baik menjadi consumer maupun provider. Rumah sakit berperan sebagai provider ketika pemasok membutuhkan informasi barang-barang pesanan kedirinya (pengiriman purchase order), sedangkan peran consumer terjadi ketika rumah sakit membutuhkan informasi status pemesanan barangnya atau ingin mengetahui penawaran barang dari pemasok. Pemasok berperan sebagai provider ketika menyediakan informasi katalog dan sebagai consumer ketika mengakses pesanan terhadap dirinya. Arsitektur berbasiskan layanan (SOA) ini dapat dilihat pada Gambar IV-11. Arsitektur ini

17 IV-17 dibangun dengan asumsi seluruh pemasok memiliki infrastruktur teknologi informasi baik hardware maupun software. Pada Gambar IV-11 terlihat bahwa pada kasus pembelian, rumah sakit berperan sebagai provider yang menyediakan informasi pembelian barang. Informasi tersebut dikirimkan melalui sebuah antar muka ke service locator. Pada saat pemasok membutuhkan informasi tersebut, maka pemasok akan meminta layanan kepada service locator melalui sebuah antar muka yang terhubung dengan antar muka dari service locator. Service locator akan melakukan pencarian informasi yang sesuai kemudian akan dikirimkan kepada consumer. Pada akhirnya informasi tersebut akan ditampilkan oleh aplikasi disisi consumer. Gambar IV-11 Arsitektur Integrasi Sistem dengan SOA SOA berbeda dengan arsitektur web pada single application. Perbedaan utama terletak pada data yang disimpan antara dua belah pihak. Jika pada single application seluruh data baik milik pemasok maupun rumah sakit disimpan dalam satu tempat, sedangkan jika SOA disimpan di masing-masing pihak. Sebagai contoh, dalam kasus pengadaan barang ini, untuk informasi katalog

18 IV-18 barang dari pemasok, pihak pemasok tidak perlu melakukan input ke sistem yang digunakan bersama untuk penawaran barang. Informasi dapat langsung diberikan dengan mengakses langsung basis data milik pemasok kemudian dikirimkan melalui layanan ke rumah sakit. Perbedaan lain adalah bahwa seluruh transaksi dilakukan melalui layanan bahkan transaksi yang sederhana seperti menampilkan informasi. Keuntungan dari penggunaan SOA ini adalah tidak ada redundancy data dan biaya penyimpanan data lebih kecil di masing-masing pihak. Persoalan integrasi ini tidak hanya terbatas bagaimana melakukan pertukaran data secara fisik tetapi juga semantik. Pengungkapan atas isi dan konsep yang direpresentasikan oleh sekelompok data merupakan kunci bagi terciptanya sebuah integrator yang baik. Salah satu cara pengungkapan semantik dari data ini adalah dengan membangun ontologi. Ontologi adalah kumpulan kelas, relasi, dan fungsi yang merepresentasikan pengetahuan dalam semesta yang terdefinisi. Ontologi ini seolah-olah seperti knowledge repository atas seluruh aktivitas dalam supply chain management. Setiap perangkat lunak yang terlibat akan dipetakan terhadap knowledge repository tersebut melalui sebuah antarmuka tertentu. Pada tugas akhir ini bentuk aplikasi yang dirancang hingga seluruh modul adalah bentuk single application. Rancangan yang dibuat dapat diimplementasikan baik dalam bentuk aplikasi desktop maupun berbasis web Kebutuhan Fungsional dan Nonfungsional Aplikasi Dari identifikasi kebutuhan proses untuk setiap pelaku SCM yang dilakukan pada tahap analisis maka dapat disimpulkan kebutuhan fungsional dan nonfungsional dari aplikasi. Kebutuhan tersebut dapat dilihat pada Tabel IV-2 dan Tabel IV-3. Pendefinisian kebutuhan aplikasi ini merupakan awal dimulainya fase pembangunan perangkat lunak yaitu inception.

19 IV-19 Tabel IV-2 Kebutuhan Fungsional Aplikasi Pembelian Kode Kebutuhan Kebutuhan Fungsional F-01 Menambahkan, mengubah, dan menghapus permintaan unit F-02 Menambahkan, mengubah, dan menghapus stok barang F-03 Menambah, mengubah, dan menghapus order pembelian F-04 Menambah, mengubah, dan menghapus penerimaan barang F-05 Menambah, mengubah, dan menghapus informasi tender F-06 Menambah, mengubah, dan menghapus katalog F-07 Upload file tender F-08 Download File Tender F-09 Penerimaan penawaran barang F-10 Menambah, mengubah, dan menghapus pengembalian barang F-11 Menambah, mengubah, dan menghapus penukaran barang F-12 Membuat laporan F-13 Otorisasi pembelian F-14 Pemenuhan pesanan oleh pemasok Tabel IV-3 Kebutuhan Non Fungsional Aplikasi SCM Kode Kebutuhan NF-01 NF-02 Non Fungsional Dapat memisahkan hak akses setiap role Informasi antar role dapat diteruskan dalam waktu kurang dari 5 detik Overview dari spesifikasi kebutuhan fungsional dan nonfungsional digambarkan dalam bentuk diagram use case. Diagram use case tersebut dapat dilihat pada Gambar IV-12. Untuk skenario tiap use case pada fase inception dapat dilihat pada Lampiran E. Perancangan aplikasi dilanjutkan dengan fase elaboration yaitu pembentukan diagram kelas dan sekuensial analisis serta perancangan yang dapat dilihat pada Lampiran E.

20 Gambar IV-12 Diagram Use Case SCM Rumah Sakit IV-20

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bagian implementasi dan pengujian ini akan dijabarkan hasil implementasi berupa prototipe yang menggambarkan proses hasil perancangan. Dari segi prosesnya akan dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR REFERENSI. xii

DAFTAR REFERENSI. xii DAFTAR REFERENSI [BOR03] Bolstorff, Peter, Robert Rosenbaum. (2003). Supply chain excellence: a handbook for dramatic improvement using the SCOR model. AMACOM. [KRI07] Surendro, Kridanto. (2007). Business

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Gambar III-1 Value chain dalam Rumah Sakit

BAB III ANALISIS. Gambar III-1 Value chain dalam Rumah Sakit BAB III ANALISIS Pada bagian ini akan dibahas mengenai proses SCM rumah sakit umum secara keseluruhan, kebijakan dan strategi yang dijalankan serta proses detil dari SCM. Analisis lebih lanjut dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS METODE

BAB 3 ANALISIS METODE BAB 3 ANALISIS METODE 3.1 Analisis Pembangunan Aplikasi SOA dengan SOAD dan Aplikasi SOA adalah aplikasi yang menggunakan konsep service-oriented dalam pembangunan dan penggunaan aplikasi. Penggunaan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan barang baik bahan baku, bahan setengah jadi, maupun produk akhir dari suatu perusahaan seringkali menjadi isu penting dalam sebuah perusahaan. Ketersediaan

Lebih terperinci

Abstrak. Keyword : Penjualan, Pembelian, Stok, SMS, Bonus, laporan, C# Microsoft Visual Studio. NET 2003, Mobile FBUS 1.5, format.

Abstrak. Keyword : Penjualan, Pembelian, Stok, SMS, Bonus, laporan, C# Microsoft Visual Studio. NET 2003, Mobile FBUS 1.5, format. Abstrak Aplikasi Penjualan dan Pembelian yang dilengkapi dengan fitur SMS ini dibuat dengan tujuan memberi kemudahan bagi sales perusahaan untuk melakukan pengecekan stok dan juga memberikan kemudahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mampu memperkirakan dan merincikan seluruh dokumen ataupun prosedur yang

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mampu memperkirakan dan merincikan seluruh dokumen ataupun prosedur yang BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sistem Yang Berjalan Analisis terhadap sistem yang berjalan dimaksudkan untuk mempelajari terhadap suatu sistem yang sedang dijalanakan oleh suatu organisasi,

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING 06 ERP: SCM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SCM adalah satu rangkaian bisnis demand dan supply yang melibatkan perusahaan dengan mitra kerjanya. Kelancaran proses dalam supply chain

Lebih terperinci

Rancang Bangun Aplikasi Cash Bank dan Sales dengan Service Oriented Architecture pada Platform Java

Rancang Bangun Aplikasi Cash Bank dan Sales dengan Service Oriented Architecture pada Platform Java Rancang Bangun Aplikasi Cash Bank dan Sales dengan Service Oriented Architecture pada Platform Java Riyanarto Sarno 1, Dwi Sunaryono 2, Gita Ventyana 3 1,2,3 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 53 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi masalah, analisis sistem, perancangan sistem, rancangan pengujian dan evaluasi sistem dalam Rancang Bangun Sistem

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BARANG PADA APOTEK BERBASIS WEB

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BARANG PADA APOTEK BERBASIS WEB Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2017, pp. 574~578 574 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BARANG PADA APOTEK BERBASIS WEB Dwi Andini Putri STMIK Nusa Mandiri Jakarta e-mail:

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 4 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI BAB 4 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI Dalam studi kasus ini akan dibangun 3 buah aplikasi, yaitu aplikasi pengelolaan transaksi penjualan (SIPOS) sebagai aplikasi utama yang berbasis SOA serta aplikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembelian Menurut Hatta (2008), pembelian merupakan kegiatan untuk memperoleh barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk pengadaan barang yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang, banyak perusahaan mengalami perkembangan dalam dunia bisnisnya dan berusaha untuk meningkatkan kinerjanya dengan memanfaatkan kecanggihan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Toko Buku Family merupakan sebuah toko yang menjual buku-buku

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Toko Buku Family merupakan sebuah toko yang menjual buku-buku BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Toko Buku Family merupakan sebuah toko yang menjual buku-buku pelajaran. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai Analisis Sistem

Lebih terperinci

Latar belakang proyek ini adalah adanya kebutuhan perusahaan X yang bergerak sebagai distributor dalam bidang penyediaan kebutuhan bahan pokok untuk

Latar belakang proyek ini adalah adanya kebutuhan perusahaan X yang bergerak sebagai distributor dalam bidang penyediaan kebutuhan bahan pokok untuk Latar belakang proyek ini adalah adanya kebutuhan perusahaan X yang bergerak sebagai distributor dalam bidang penyediaan kebutuhan bahan pokok untuk meningkatkan pelayanan pemesanan bagi para pelanggan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dibahas mengenai prinsip-prinsip dari manajemen proses bisnis terutama terkait dengan supply chain management, pengklasifikasian barang, konsep perancangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. terhadap suatu sistem yang sedang dijalanakan oleh suatu organisasi atau instansi,

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. terhadap suatu sistem yang sedang dijalanakan oleh suatu organisasi atau instansi, BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Analisis terhadap sistem yang berjalan dimaksudkan untuk mempelajari terhadap suatu sistem yang sedang dijalanakan oleh suatu organisasi

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

Gambar 5 Kerangka penelitian

Gambar 5 Kerangka penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Sasaran Ehsan Mekarsari (PT. SEM) yang beralamat di Jalan Raya Cileungsi, Jonggol Km. 3, Cileungsi Bogor. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

PEMODELAN PROSES PENGADAAN BARANG DALAM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT RUMAH SAKIT UMUM STUDI KASUS: RS ADVENT BANDUNG

PEMODELAN PROSES PENGADAAN BARANG DALAM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT RUMAH SAKIT UMUM STUDI KASUS: RS ADVENT BANDUNG PEMODELAN PROSES PENGADAAN BARANG DALAM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT RUMAH SAKIT UMUM STUDI KASUS: RS ADVENT BANDUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat kelulusan tingkat sarjana oleh : Ratna Ekasari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi seluler dapat membantu pekerjaan di bidang penjualan barang. Contoh pemanfaatan teknologi seluler pada bidang penjualan barang adalah aplikasi penjualan pembelian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk menyusun kembali strategi dan taktik bisnisnya sehari-hari. Salah satu faktor yang

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan. Sekarang komputer bukan

Bab 1 PENDAHULUAN. keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan. Sekarang komputer bukan Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi khususnya teknologi informasi berbasis komputer dewasa ini dirasa sangat pesat dan hal ini berpengruh terhadap aspek pekerjaan.

Lebih terperinci

Latihan RPL OOT. Business Modeling Requirements

Latihan RPL OOT. Business Modeling Requirements Latihan RPL OOT Business Modeling Requirements SI Penjualan Mini Market (1) Akan dibuat perangkat lunak untuk sebuah mini market untuk menangani masalah penjualan barang tunai. Fungsi perangkat lunak:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendaki gunung merupakan salah satu hobi yang menantang dan tergolong ekstrim. Meskipun begitu, mendaki gunung semakin banyak digemari oleh para mahasiswa atau orang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERENCANAAN SISTEM. yang terdapat pada sistem tersebut untuk kemudian dijadikan landasan usulan

BAB IV ANALISIS DAN PERENCANAAN SISTEM. yang terdapat pada sistem tersebut untuk kemudian dijadikan landasan usulan 41 BAB IV ANALISIS DAN PERENCANAAN SISTEM 4.1. Analisis sistem yang sedang berjalan Tahap yang perlu dilakukan sebelum mengembangkan susatu sistem adalah menganalisis sistem yang sedang berjalan kemudian

Lebih terperinci

PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Dadan Teja Nugraha Program Studi Magister Sistem Informasi, Fakultas Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK 1 PENDAHULUAN Pembelian barang merupakan hal yang hampir setiap hari dilakukan oleh banyak orang, dari barang primer sampai barang barang tambahan, kita seringkali harus pergi

Lebih terperinci

OBJEK PEMBELAJARAN OBJEK PEMBELAJARAN. Pertemuan 1 Konsep Dasar ERP. Gambaran Umum ERP. Definisi Sistem Informasi Klasifikasi Sistem Informasi

OBJEK PEMBELAJARAN OBJEK PEMBELAJARAN. Pertemuan 1 Konsep Dasar ERP. Gambaran Umum ERP. Definisi Sistem Informasi Klasifikasi Sistem Informasi OBJEK PEMBELAJARAN Definisi ERP Manfaat Penerapan ERP Pertemuan 1 Konsep Dasar ERP Haryono Setiadi, M.Eng STMIK Sinar Nusantara Modul standart yg terintegrasi dengan ERP Definisi Sistem Informasi Klasifikasi

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Use case Diagram sistem yang sedang berjalan. Tabel 4.1. Skenario Use Case Pemesanan Barang

Gambar 4.1 Use case Diagram sistem yang sedang berjalan. Tabel 4.1. Skenario Use Case Pemesanan Barang 57 4.1.2.1. Use Case Diagram Berikut ini diagram use case yang menggambarkan proses utama dari sistem Gambar 4.1 Use case Diagram sistem yang sedang berjalan 4.1.2. Skenario Use Case Pemasaran Barang Skenario

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Asean Aceh Fertilizer merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang produksi pupuk di Indonesia. Didalamnya terdapat Departemen Logistik, yaitu Departemen

Lebih terperinci

1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah membantu sektor manufaktur dalam memproduksi barang mulai dari bahan mentah menjadi barang jadi yang siap dipasarkan.

Lebih terperinci

PEMODELAN PROSES BISNIS B2B DENGAN BPMN (STUDI KASUS PENGADAAN BARANG PADA DIVISI LOGISTIK)

PEMODELAN PROSES BISNIS B2B DENGAN BPMN (STUDI KASUS PENGADAAN BARANG PADA DIVISI LOGISTIK) PEMODELAN PROSES BISNIS B2B DENGAN BPMN (STUDI KASUS PENGADAAN BARANG PADA DIVISI LOGISTIK) Dewi Rosmala 1), Falahah 2) 1) Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

3.1 APLIKASI YANG DITANGANI OLEH CODE GENERATOR

3.1 APLIKASI YANG DITANGANI OLEH CODE GENERATOR BAB III ANALISIS Bab ini berisi analisis mengenai aplikasi web target code generator, analisis penggunaan framework CodeIgniter dan analisis perangkat lunak code generator. 3.1 APLIKASI YANG DITANGANI

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. 3.1 Model Penerapan BPM pada SOA III-1

BAB III ANALISIS. 3.1 Model Penerapan BPM pada SOA III-1 BAB III ANALISIS 3.1 Model Penerapan BPM pada SOA Penerapan proses BPM pada sebuah organisasi akan mengakibatkan sistem yang digunakan terus berubah untuk mencapai proses bisnis yang lebih efisien dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada perkembangan dari sistem informasi. E-commerce adalah salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. pada perkembangan dari sistem informasi. E-commerce adalah salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kebutuhan akan sistem informasi mulai dirasakan oleh berbagai kalangan masyarakat. Perkembangan teknologi juga berpengaruh besar pada perkembangan dari

Lebih terperinci

Perancangan dan Implementasi Sistem Informasi Pemesanan Bahan Baku Berbasis Web Pada PR. Kembang Arum

Perancangan dan Implementasi Sistem Informasi Pemesanan Bahan Baku Berbasis Web Pada PR. Kembang Arum Perancangan dan Implementasi Sistem Informasi Pemesanan Bahan Baku Berbasis Web Pada PR. Kembang Arum ARTIKEL ILMIAH Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan laporan Tugas Akhir yang menjelaskan secara garis besar mengenai pembahasan yang dilakukan. Bagian pendahuluan akan terdiri dari : 1. Penjelasan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap Perusahaan pasti menginginkan perusahaannya mendapat keuntungan yang besar dan dapat memenuhi kebutuhan konsumennya. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB III ANALISIS SISTEM BAB III ANALISIS SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil analisis dari permasalahanpermasalahan yang menjadi latar belakang masalah seperti yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, namun

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia internet saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat pada umumnya. Internet yang pada awalnya hanya digunakan sebagai media pertukaran data

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Setelah tahap analisa dan tahap perancangan sistem aplikasi yang sudah dijelaskan pada Bab III, maka tahap selanjutnya merupakan tahap implementasi. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Di zaman modern seperti sekarang ini, dalam berbagai bidang telah mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan tersebut dapat memberikan dampak positif bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi dalam ruang

Lebih terperinci

akan muncul pesan seperti contoh berikut. diterima Berikut adalah tampilan awal dari form Retur Pembelian:

akan muncul pesan seperti contoh berikut. diterima Berikut adalah tampilan awal dari form Retur Pembelian: L61 apakah penerimaan barang untuk kode order pembelian yang baru saja diterima barangnya sudah lengkap diterima atau belum, apabila sudah lengkap, maka status order pembelian di dalam basis data akan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Yang Berjalan Sebelum merancang suatu sistem, ada baiknya terlebih dahulu menganalisis sistem yang sedang berjalan di Distro yang akan dibangun tersebut.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem informasi telah banyak merambah kedalam kegiatan suatu perusahaan. Setiap perusahaan memanfaatkan perkembangan teknologi sebagai upaya untuk membantu menghasilkan

Lebih terperinci

Pengumpulan Data. Analisa Data. Pembuatan Use Case,Activity dan Sequence Diagram. Perancangan Database. Bisnis Proses.

Pengumpulan Data. Analisa Data. Pembuatan Use Case,Activity dan Sequence Diagram. Perancangan Database. Bisnis Proses. BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini menjelaskan tentang bagian analisa dan perancangan sistem. Analisa sistem dilakukan dengan mendeskripsikan, kebutuhan perangkat lunak yang meliputi use

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi terutama internet merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi terutama internet merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi terutama internet merupakan faktor pendorong perkembangan e-commerce. Dengan adanya e-commerce perusahaan dapat menjalin hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

PENGANTAR RUP & UML. Pertemuan 2

PENGANTAR RUP & UML. Pertemuan 2 PENGANTAR RUP & UML Pertemuan 2 PENGANTAR RUP Rational Unified Process (RUP) atau dikenal juga dengan proses iteratif dan incremental merupakan sebuah pengembangan perangkat lunak yang dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. terkomputerisasi. Berikut adalah uraian proses dari kegiatan pemesanan makanan

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. terkomputerisasi. Berikut adalah uraian proses dari kegiatan pemesanan makanan BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan Sistem pemesanan makanan dan minuman yang saat ini sedang berjalan pada Rumah Makan Dapur Runi masih menggunakan cara manual

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dengan demikian objek yang akan penulis kaji adalah Sistem Informasi

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dengan demikian objek yang akan penulis kaji adalah Sistem Informasi BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dengan demikian objek yang akan penulis kaji adalah Sistem Informasi Penyewaan Peralatan Pesta Pada CV.Risha. Penelitian dilakukan di CV.Risha yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sistem Yang Berjalan. Secara garis besar penulis dapat menganalisa sistem pengolahan data barang di Perum Damri Bandung. Pada saat ini bahwa sistem yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. dimaksudkan untuk menitik beratkan kepada fungsi sistem yang berjalan dengan

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. dimaksudkan untuk menitik beratkan kepada fungsi sistem yang berjalan dengan BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem yang Sedang Berjalan Kegiatan analisis sistem yang berjalan dilakukan dengan analisis yang berorientasi pada objek-objek yang diperlukan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi telah menjadi kebutuhan penting dalam perusahaan untuk mendukung

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi telah menjadi kebutuhan penting dalam perusahaan untuk mendukung 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya perkembangan sistem informasi pada era teknologi saat ini, berdampak pada kemajuan dalam perkembangan usaha setiap organisasi. Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan teknologi informasi berkembang sangat pesat. Perkembangan teknologi informasi tersebut didukung oleh banyaknya perangkat lunak (software) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian integral pembangunan nasional, melainkan juga bagian yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. bagian integral pembangunan nasional, melainkan juga bagian yang seharusnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pembangunan agama bukan hanya merupakan bagian integral pembangunan nasional,

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Informasi

Perancangan Sistem Informasi Perancangan Sistem Informasi Manager toko Serba Ada ingin memperbaiki sistem informasi yang ada pada tokonya. Untuk itu dia mulai menganalisis sistem informasi yang ada dimulai dari bagian order penjualan

Lebih terperinci

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010 STMIK GI MDP Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010 APLIKASI PEMESANAN MENU MENGGUNAKAN PERANGKAT WI-FI PADA RIVER SIDE RESTAURANT PALEMBANG Fauzie 2006250091

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperkenalkan identitas suatu bangsa. Provinsi Jawa Barat adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperkenalkan identitas suatu bangsa. Provinsi Jawa Barat adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seni dan kebudayaan adalah suatu media yang memiliki peran cukup besar dalam memperkenalkan identitas suatu bangsa. Provinsi Jawa Barat adalah salah satu wilayah yang

Lebih terperinci

TUGAS DATA WAREHOUSE

TUGAS DATA WAREHOUSE TUGAS DATA WAREHOUSE SISTEM MANAJEMEN KELUHAN MITRA KERJASAMA BERBASIS FRAMEWORK DAN SMS GATEWAY Oleh : Nama : Fitri Wahyu Apriliani Nim : 011.01.106 Kelas : Teknik Informatika VI A Siang SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggantikan kegiatan manual yang tidak lagi dapat diandalkan. Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggantikan kegiatan manual yang tidak lagi dapat diandalkan. Perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu cepat saat ini telah membawa berbagai perubahan ke dalam proses bisnis perusahaan. Kegiatan manual dengan menggunakan pencatatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. Adapun analisis sistem akan dilakukan pada bagian gudang ruang lingkup

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. Adapun analisis sistem akan dilakukan pada bagian gudang ruang lingkup BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Adapun analisis sistem akan dilakukan pada bagian gudang ruang lingkup kegiatannya diantaranya adalah melakukan pemesanan barang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Hardware) dan juga berupa perangkat lunak (Software), tetapi mempunyai nilai

BAB I PENDAHULUAN. (Hardware) dan juga berupa perangkat lunak (Software), tetapi mempunyai nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi dan informasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam perkembangannya. Untuk mengelola informasi dibutuhkan teknologi yang baik dan canggih.

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK 1.1 Latar Belakang Dengan maraknya teknologi berbasis internet, memberikan pelayanan tak terbatas dalam berbagai segi kehidupan. Dari mulai pelayanan informasi, pengiriman pesan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bermanfaat guna mendukung pengambilan keputusan secara tepat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bermanfaat guna mendukung pengambilan keputusan secara tepat dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang pesat khususnya di bidang teknologi komunikasi dan informasi membawa perubahan yang besar di berbagai bidang kehidupan. Dalam kemajuan teknologi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bekasi merupakan badan usaha yang bergerak dalam bidang penjualan bed cover, sprei bantal, sprei guling dan sprei untuk kasur.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bekasi merupakan badan usaha yang bergerak dalam bidang penjualan bed cover, sprei bantal, sprei guling dan sprei untuk kasur. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toko Granitex yang terletak di Jalan Raya Industri Lippo Cikarang No. 88 Bekasi merupakan badan usaha yang bergerak dalam bidang penjualan bed cover, sprei bantal,

Lebih terperinci

BAB V PERANCANGAN MOXIE

BAB V PERANCANGAN MOXIE BAB V PERANCANGAN MOXIE Bab ini berisi penjabaran dari hasil perancangan Moxie. Pembahasan pada bab ini mencakup perancangan arsitektur dan model skenario untuk Moxie. Model skenario merupakan produk dari

Lebih terperinci

PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...

PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... iii HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iv SURAT PERNYATAAN... v MOTO DAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ria No. 9 Cimahi yang bergerak dibidang penjualan games. Tintin Game Shop ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Ria No. 9 Cimahi yang bergerak dibidang penjualan games. Tintin Game Shop ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tintin Game Shop merupakan sebuah toko yang mempuyai lokasi di Jalan Ria No. 9 Cimahi yang bergerak dibidang penjualan games. Tintin Game Shop ini menjual berbagai

Lebih terperinci

ARSITEKTUR INFORMASI PENJUALAN TRAKTOR, ALAT PANEN DAN SPARE PART

ARSITEKTUR INFORMASI PENJUALAN TRAKTOR, ALAT PANEN DAN SPARE PART ARSITEKTUR INFORMASI PENJUALAN TRAKTOR, ALAT PANEN DAN SPARE PART Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Konsep Sistem Informasi Dosen Pembina : Putri Taqwa Prasetyaningrum,S.T.,M.T. Disusun oleh

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi khususnya teknologi informasi berbasis Mobile ini, dirasa sangat pesat dan hal ini berpengaruh terhadap aspek pekerjaan. Hampir semua

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Sebelum merancang suatu sistem, ada baiknya terlebih dahulu menganalisis sistem yang sedang berjalan di Distro yang akan dibangun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan 4.1.1. Analisis Dokumen Tujuan dari analisis dokumen adalah untuk mengetahui dokumen apa saja yang menjadi input, proses,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Persediaan Bahan Baku Pada PT. Victory Chingluh Indonesia

Rancang Bangun Sistem Persediaan Bahan Baku Pada PT. Victory Chingluh Indonesia Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Rancang Bangun Sistem Persediaan Bahan Baku Pada PT. Victory Chingluh Indonesia Euis Siti Nur Aisyah 1), Ninis Khoirunisa

Lebih terperinci

`BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Material Requirement Planning (MRP) berbasis web pada CV. Mitra Techno Sains.

`BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Material Requirement Planning (MRP) berbasis web pada CV. Mitra Techno Sains. 17 `BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi masalah, analisis dan perancangan sistem, rancangan pengujian, dan evaluasi sistem dalam rancang bangun aplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi pemasaran adalah bagian yang penting dalam sebuah bisnis untuk meningkatkan penjualan baik itu barang maupun jasa. Pelaku bisnis akan berlomba lomba melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toko kertas Zaida merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan kertas yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toko kertas Zaida merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan kertas yang dapat digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toko kertas Zaida merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan kertas yang dapat digunakan untuk percetakan, undangan, dan sebagainya. Perusahaan ini memiliki

Lebih terperinci

Bagian 1 - Persiapan Penggunaan 2. Bagian 2 - Menu Stok ( Order & Set Qty Suggestion ) 5. Bagian 3 Penerimaan Barang 10

Bagian 1 - Persiapan Penggunaan 2. Bagian 2 - Menu Stok ( Order & Set Qty Suggestion ) 5. Bagian 3 Penerimaan Barang 10 1/37 aar aa a Bagian 1 - Persiapan Penggunaan 2 Bagian 2 - Menu Stok ( Order & Set Qty Suggestion ) 5 Bagian 3 Penerimaan Barang 10 Bagian 4 - Menu Penjualan (Member / Konsumen ) 12 Bagian 5 - e Voucher

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilakukan pada semester

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom., M.Kom ADSI-2015

ANALISIS SISTEM. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom., M.Kom ADSI-2015 ANALISIS SISTEM Gentisya Tri Mardiani, S.Kom., M.Kom ADSI-2015 ANALISIS SISTEM Analisis sistem adalah mendefinisikan kebutuhan terkait sistem yang akan dikembangkan. Hasil akhir dari tahap analisis di

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PRODUK KOPI PADA UD. TIARA GLOBAL COFFEE BERBASIS WEB

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PRODUK KOPI PADA UD. TIARA GLOBAL COFFEE BERBASIS WEB RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PRODUK KOPI PADA UD. TIARA GLOBAL COFFEE BERBASIS WEB SYABRIYANDI Program Studi S1 Teknik Informatika, STMIK U Budiyah Indonesia, Jl. Alue Naga, Desa Tibang Kota

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan Kegiatan analisis sistem yang berjalan dilakukan dengan analisis yang berorientasi pada objek-objek yang diperlukan oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian ini menjelaskan hasil analisis terhadap jawaban teknik dari obseravasi, wawancara dan teknik pengumpulan data arsipakan di uraikan mengenai pembahasannya. Responden dalam

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. dari tahapan SDLC (System Development Life Cycle). Untuk dapat menganalisis

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. dari tahapan SDLC (System Development Life Cycle). Untuk dapat menganalisis BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Permasalahan Menurut Jogiyanto (1995:41) analisis permasalahan merupakan bagian dari tahapan SDLC (System Development Life Cycle). Untuk dapat menganalisis

Lebih terperinci

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan bahasa, pedoman, dan visualisasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan sebuah pemodelan arsitektur

Lebih terperinci

Rational Unified Process (RUP)

Rational Unified Process (RUP) Universitas IGM HD-UIGM-FK-01 Fakultas : Ilmu Komputer Pertemuan ke : 8 Program Studi : Teknik Informatika Handout ke : 1 Kode Matakuliah : Jumlah Halaman : 25 Matakuliah : Rekayasa Perangkat Lunak Mulai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sering disebut dengan e-commerce (Electronic Commerce). E-Commerce

BAB 1 PENDAHULUAN. sering disebut dengan e-commerce (Electronic Commerce). E-Commerce 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi internet mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam dunia ekonomi khususnya dalam hal berbelanja. Belanja yang dilakukan melalui internet ini sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studio Tugas Akhir (TA) merupakan bagian di Program Studi S1 Ilmu Komputer FMIPA USU yang berperan dalam proses administrasi tugas akhir mahasiswa. Studio TA menangani

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. langkah untuk menentukan prosedur yang sedang dirancang, karena dengan

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. langkah untuk menentukan prosedur yang sedang dirancang, karena dengan BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan Analisis terhadap sistem yang sedang berjalan merupakan salah satu langkah untuk menentukan prosedur yang sedang dirancang,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok Distribusi Daging Sapi Nasional

Rancang Bangun Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok Distribusi Daging Sapi Nasional A817 Rancang Bangun Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok Distribusi Daging Sapi Nasional Lidra Trifidya, Sarwosri, dan Erma Suryani Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan produksi akan memerlukan persediaan bahan baku. Dengan tersedianya persediaan bahan baku maka diharapkan perusahaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PERSEDIAAN SEMBAKO PADA TOKO HARAPAN BARU

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PERSEDIAAN SEMBAKO PADA TOKO HARAPAN BARU PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PERSEDIAAN SEMBAKO PADA TOKO HARAPAN BARU ABSTRAK Novianti Madhona Faizah dan Nina Amelia Sistem informasi persediaan barang merupakan suatu sistem untuk mengelola persediaan

Lebih terperinci

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum. Koperasi Citra Telekomunikasi Institut Teknologi (IT) Telkom Bandung merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meskipun perekonomian dan perindustrian nasional kini dihadapkan kepada dampak krisis ekonomi global, namun bisnis ritel di Indonesia tidak terkendala bahkan masih

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci