BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL"

Transkripsi

1 BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini membahas tentang analisis dan interpretasi hasil perancangan dalam penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Tujuan bab ini adalah memberikan informasi yang lebih jelas mengenai hasil perancangan sistem dan mampu memberikan solusi dari permasalahan penelitian. 5.1 ANALISIS SISTEM USULAN Analisis sistem manajemen persediaan obat awal dilakukan untuk mengetahui permasalahan dan kekurangan yang ada pada sistem, sehingga dapat diketahui kebutuhan-kebutuhan sistem. Kebutuhan yang berhasil diidentifikasi selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan sistem usulan. Dengan demikian, sistem yang dirancang dapat memenuhi kebutuhan dari sistem manajemen persediaan obat pada gudang farmasi Klinik Umum Rawat Inap Budi Sehat Purworejo. Hasil dari analisis sistem usulan dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Analisis Sistem Usulan No Kekurangan Sistem Awal Rancangan Sistem Usulan Penentuan titik pemesanan kembali Hasil perhitungan reorder point dari masing-masing obat 1 yang tidak akurat. diintegrasikan dengan fungsi pemberitahuan pada rancangan aplikasi. Fungsi tersebut akan memberitahu user ketika terdapat obat yang jumlah persediaannya telah menyentuh nilai reorder point. Penentuan jumlah pemesanan obat Hasil perhitungan EOQ dari masing-masing obat diintegrasikan 2 yang tidak akurat. dengan fungsi pemberitahuan pada rancangan aplikasi. Fungsi tersebut akan menampilkan jumlah pembelian yang optimal dari obat yang telah menyentuh nilai reorder point. Tidak ada pencatatan pada proses Penerimaan obat di gudang farmasi pusat diinput pada aplikasi penerimaan obat di gudang farmasi pusat sesuai dengan jumlah pada nota pembelian, sedangkan 3 dan gudang farmasi rawat jalan. penerimaan obat pada gudang farmasi rawat inap dan rawat jalan diinput sesuai dengan jumlah pada form pengambilan. Aliran perpindahan obat tidak jelas karena Obat dapat langsung diterima gudang farmasi rawat inap 4 obat dari supplier dapat diterima oleh semua maupun rawat jalan karena semua proses perpindahan obat gudang farmasi. dicatat terlebih dahulu pada form pengambilan. Ketidakakuratan data kartu stok di Jumlah persediaan pada masing-masing gudang dapat dilihat 5 gudang farmasi rawat inap. dengan lebih cepat dan akurat karena setiap keluar masuknya obat pada masing-masing gudang telah tercatat pada aplikasi. 6 Pengambilan obat di gudang farmasi Pengambilan obat dilakukan oleh seorang pegawai gudang saja rawat inap dilakukan oleh beberapa orang. karena sudah ada resep rawat inap. Desain sistem dilakukan dengan menggunakan entity relationship diagram (ERD). Hasil desain sistem ini adalah proses-proses yang berkaitan dengan manajemen persediaan obat dan data store yang dihasilkan. V-1

2 Hasil desain sistem menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian antara kebutuhan sistem dan desain sistem usulan. Kesesuaian tersebut diantaranya adalah adanya pencatatan keluar masuknya obat pada semua gudang farmasi dalam bentuk form pengambilan obat, resep rawat inap dan resep rawat jalan yang digunakan sebagai acuan perhitungan metode perencanaan dan pengendalian persediaan. Adanya pencatatan tersebut juga digunakan sebagai acuan laporan nilai persediaan obat pada masing-masing gudang. Sistem informasi yang dirancang memanfaatkan jaringan intranet agar aplikasi dapat dijlankan oleh multiuser yaitu bagian administasi, bagian gudang dan pimpinan. Desain sistem usulan memiliki beberapa perbedaan dengan sistem awal, perbedaan tersebut meliputi entitas yang terlibat, proses-proses yang terjadi, data store, input data, pengolahan data, pelaporan data dan informasi yang disajikan. Perbedaan antara sistem awal dengan sistem usulan dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.2 Perbedaan Sistem Awal dan Sistem Usulan No Komponen Gudang Perbedaan Sistem Awal Sistem Usulan Pada gudang pusat terdiri dari tiga entitas Pada sistem usulan terdiri dari empat entitas Pusat yaitu supplier, pegawai gudang dan yaitu supplier, pegawai gudang, administrasi pimpinan perusahaan. dan pimpinan perusahaan. Pada gudang rawat inap terdiri dari tiga Pada sistem usulan terdiri dari dua entitas 1 Entitas yang terlibat Rawat inap entitas yaitu supplier, pegawai gudang entitas yaitu pegawai gudang dan perawat. dan perawat. Pada gudang rawat jalan terdiri dari tiga Pada sistem usulan terdiri dari dua entitas Rawat jalan entitas yaitu supplier, pembantu umum entitas yaitu pembantu umum dan dokter. dan dokter. Proses perencanaan dan pengendalian Proses perencanaan dan pengendalian Pusat persediaan masih dilakukan secara manual persediaan sudah didukung dengan aplikasi berdasarkan perkiraan pegawai gudang dan sistem informasi. pimpinan perusahaan. Proses pengendalian persediaan belum bisa Proses pengendalian persediaan bisa lebih 2 Proses yang terjadi dilakukan secara maksimal karena baik karena keluar masuknya obat hanya Rawat inap pengambilan obat dapat dilakukan oleh dilakukan oleh pegawai gudang saja. pegawai gudang dan perawat. Proses pengendalian persediaan belum bisa Proses pengendalian persediaan sudah Rawat jalan dilakukan secara maksimal karena didukung dengan aplikasi sistem informasi. Pusat tidak terdapat pencatatan obat masuk Berupa buku pengeluaran Mencakup data nota transaksi dan form pengambilan yang tersimpan dalam database, sehingga data historis tersimpan dengan baik dan dapat diakses kapan saja 3 Data store Berupa kartu stok Berupa form pengambilan dan resep rawat Rawat inap inap yang juga tersimpan dalam database. Rawat jalan Berupa buku pengeluaran Berupa form pengambilan dan resep rawat jalan yang juga tersimpan dalam database. Pusat Tidak ada proses input data. Tidak ada proses input data. 4 Input Data Rawat inap Tidak ada proses input data. Input data dilakukan oleh pegawai gudang. Rawat jalan Tidak ada proses input data. Tidak ada proses input data. Pelaporan hanya berupa catatan mengenai Pelaporan dapat dilakukan secara bulanan Pusat obat apa saja yang persediaannya sudah oleh aplikasi yang berisi jumlah dan nilai menipis persediaan. Tidak ada pelaporan Pelaporan dapat dilakukan secara bulanan 5 Pelaporan Rawat inap oleh aplikasi yang berisi jumlah dan nilai persediaan. Tidak ada pelaporan Pelaporan dapat dilakukan secara bulanan Rawat jalan oleh aplikasi yang berisi jumlah dan nilai persediaan. V-2

3 Tabel 5.2 Perbedaan Sistem Awan dan Sistem usulan (Lanjutan) No Komponen Gudang Perbedaan Sistem Awal Sistem Usulan Informasi yang disajikan hanya catatan pada Informasi yang disajikan terdiri dari identitas Pusat buku pengeluaran obat, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran dan total nilai persediaannya. Informasi yang disajikan adalah data pada Informasi yang disajikan terdiri dari identitas 6 Informasi yang disajikan Rawat inap kartu stok obat, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran dan total nilai persediaannya. Informasi yang disajikan hanya catatan pada Informasi yang disajikan terdiri dari identitas Rawat jalan buku pengeluaran obat, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran dan total nilai persediaannya. 5.2 ANALISIS FUNGSI UTAMA PROGRAM APLIKASI Program aplikasi dibuat sesuai dengan rancangan sistem dan rancangan interface yang dihasilkan pada tahap perancangan user interface. Program aplikasi ini disusun dalam beberapa menu terpisah yang masing-masing menu memliki fungsi utama. Fungsi-fungsi tersebut, yaitu: 1. Fungsi persediaan obat, merupakan fungsi untuk menambah, mengedit dan menghapus data obat di semua gudang farmasi. 2. Fungsi mutasi, merupakan fungsi untuk menambah, mengedit dan menghapus data-data yang berkaitan dengan proses perpindahan obat dari gudang farmasi pusat ke gudang farmasi rawat inap maupun gudang farmasi rawat jalan. 3. Fungsi resep, merupakan fungsi untuk menambah, mengedit dan menghapus data-data yang berkaitan dengan proses pemberian obat ke pasien yang tercatat pada resep rawat inap maupun resep rawat jalan. 4. Fungsi pemberitahuan, merupakan fungsi untuk memberitahu user mengenai obat apa saja yang jumlah persediaannya sudah menyentuh reorder point yang kemudian dicetak pada surat permintaan. Surat tersebut yang berisi data hasil perhitungan metode EOQ pada masing-masing obat. 5. Fungsi laporan, merupakan fungsi untuk mencetak laporan yang berkaitan dengan rincian nilai persediaan obat di setiap gudang farmasi. 6. Fungsi peramalan, merupakan fungsi untuk meramalkan jumlah pemakaian obat yang kemudian hasilnya digunakan untuk mengupdate nilai reorder point dan economic order quantity dari masing-masing obat. 5.3 ANALISIS PENGUJIAN SISTEM Analisis pengujian sistem bertujuan untuk mengetahui sejauh mana sistem bekerja. Analisis pengujian sistem ini terdiri dari analisis validasi program V-3

4 aplikasi, analisis validasi sistem dan analisis faktor penentu keberhasilan (critical sucess factor) Validasi Program Aplikasi Kriteria yang diukur dalam tahap validasi program adalah keberhasilan komputer klien untuk terhubung dengan komputer server, keberhasilan rancangan database untuk menyimpan data-data yang dibutuhkan, keberhasilan rancangan interface untuk menyajikan tampilan seperti yang diinginkan dan keberhasilan program menerima informasi dan mengolahnya menjadi output yang diinginkan. 1. Keberhasilan Komputer Klien untuk Terhubung dengan Komputer Server Hasil pengujian program aplikasi didapat bahwa komputer klien dapat terhubung dengan komputer server dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan komputer klien dapat mengambil dan menyimpan data pada komputer server. Gambar 5.1 dan gambar 5.2 menunjukkan interface pada komputer client yang diakses pada alamat web kbspurworejo.co.id. Gambar 5.1 Interface pada Komputer Klien Gambar 5.2 Interface pada Komputer Klien (Alamat Web Akses) V-4

5 2. Keberhasilan Rancangan Database untuk Menyimpan Data-Data yang Dibutuhkan Hasil pengujian program aplikasi didapat bahwa database dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini ditunjukkan dengan database yang dapat difungsikan untuk menyimpan, mengedit dan menghapus data. 3. Keberhasilan Rancangan Interface untuk Menyajikan Tampilan Seperti yang Diinginkan Hasil pengujian program aplikasi didapat bahwa interface terlihat sesuai dengan rancangan pada browser-browser yang sering digunakan, seperti Mozilla Firefox dan Google Chrome. Gambar 5.3 merupakan contoh interface aplikasi pada browser Mozilla Firefox dan gambar 5.4 merupakan contoh interface aplikasi pada browser Google Chrome. Gambar 5.3 Interface pada Browser Mozilla Firefox V-5

6 Gambar 5.4 Interface pada Browser Google Chrome 4. Keberhasilan Program Menerima Informasi dan Mengolahnya Menjadi Output yang Diinginkan Hasil pengujian program aplikasi didapat bahwa program dapat menghasilkan output yang diinginkan. Output tersebut berupa laporan nilai persediaan obat dan surat permintaan pembelian. Contoh output laporan dalam bentuk PDF dapat dilihat pada gambar 5.5, gambar 5.6, gambar 5.7 dan gambar 5.8. V-6

7 Gambar 5.5 Interface pada Output Surat Permintaan dalam PDF V-7

8 Gambar 5.6 Interface pada Output Laporan Persediaan Gudang Pusat dalam PDF V-8

9 Gambar 5.7 Interface pada Output Laporan Persediaan Gudang Rawat Inap dalam PDF V-9

10 Gambar 5.8 Interface pada Output Laporan Persediaan Gudang Rawat Jalan dalam PDF Validasi Sistem Kriteria yang diukur dalam tahap validasi sistem informasi manajemen persediaan obat adalah proses-proses dalam sistem manajemen persediaan obat ini dapat berjalan sesuai dengan hasil rancangan. 1. Proses Merekap Data Obat Proses merekap data obat adalah proses pertama dalam sistem manajemen persediaan. Setiap data obat baru, commit seluruh to user identitasnya di input terlebih dahulu V-10

11 pada sistem. Hasil pengujian sistem menunjukkan proses ini dapat berjalan dengan baik. 2. Proses Merekap Data Peneriman Obat Proses merekap data penerimaan obat adalah proses yang dilakukan ketika ada obat datang dari supplier. Seluruh data penerimaan yang terdapat pada nota transaksi diinput pada program. Hasil pengujian sistem menunjukkan proses ini dapat berjalan dengan baik. 3. Proses Merekap Data Resep Rawat Inap dan Resep Rawat Jalan Proses merekap data resep rawat inap dan resep rawat jalan adalah proses menginput data yang tertulis pada resep rawat inap maupun resep rawat jalan. Hasil pengujian sistem menunjukkan proses ini dapat berjalan dengan baik. 4. Proses Merekap Data Form Mutasi Rawat Inap dan Form Mutasi Rawat Jalan Proses merekap data form mutasi rawat inap dan form mutasi rawat jalan adalah proses menginput data yang tertulis pada kedua form tersebut. Hasil pengujian sistem menunjukkan proses ini dapat berjalan dengan baik. 5. Proses Merekap Data Obat Retur Proses merekap data obat retur adalah proses yang dilakukan ketika ada obat retur dari pasien rawat inap. Hasil pengujian sistem menunjukkan proses ini dapat berjalan dengan baik. 6. Proses Mencetak Surat Permintaan Proses mencetak surat permintaan adalah proses yang dapat dilakukan ketika terdapat obat yang jumlah persediaannya menyentuh reorder point. Hasil pengujian sistem menunjukkan proses ini dapat berjalan dengan baik. 7. Proses Mencetak Laporan Nilai Persediaan Proses mencetak laporan nilai persediaan adalah proses yang dilakukan setiap bulan untuk melaporkan rincian dan total nilai persediaan pada masing-masing gudang. Hasil pengujian sistem menunjukkan proses ini dapat berjalan dengan baik. 8. Proses Meramalkan Pemakaian Obat Proses meramalkan pemakaian obat adalah proses yang dilakukan setiap enam bulan sekali untuk mengupdate nilai reorder point dan economic order quantity V-11

12 dari masing-masing obat. Hasil pengujian sistem menunjukkan proses ini dapat berjalan dengan baik Faktor Penentu Keberhasilan Faktor penentu keberhasilan atau critical succes factor (CSF) adalah serangkaian keadaan yang harus dicapai agar sistem dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan tujuannya. Keberhasilan implementasi sistem manajemen persediaan di gudang farmasi Klinik Umum Rawat Inap Budi Sehat dapat dilihat dari empat faktor, yaitu: 1. Dukungan Manajemen Dukugan manajemen merupakan hal yang penting dalam implementasi sistem informasi yang dilakukan. Tanpa adanya dukungan, implmentasi sistem informasi tidak akan tercapai dan tidak memberikan manfaat bagi organisasi. Dalam hal implementasi sistem informasi manajemen persediaan obat, manajemen Klinik Umum Rawat Inap Budi Sehat telah memberikan dukungannya. Sehingga, diharapkan implementasi sistem informasi manajemen persediaan obat dapat berjalan sesuai dengan tujuan organisasi. 2. Data Obat yang Lengkap dan Akurat Data-data identitas obat yang dimiliki Klinik Umum Rawat Inap Budi Sehat sudah tersedia dengan lengkap dan akurat. Hal tersebut dapat membantu keberhasilan proses implementasi sistem informasi manajemen persediaan obat. 3. Keterlibatan Pengguna dalam Proses Evaluasi Program Pengguna sistem terdiri dari administrasi, pegawai gudang dan pemilik perusahaan. Semua pengguna tersebut telah melakukan evaluasi terhadap program aplikasi. Sehingga, aplikasi yang dirancang dapat sesuai dengan keinginan penggunanya. 4. Sosialisasi yang Intensif Sosialisasi diperlukan untuk memberitahukan kepada pengguna sistem agar tercipta sistem yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sosialisasi juga dilakukan terhadap program aplikasi yang dibuat agar pengguna sistem tidak mengalami kesulitan dalam commit penggunaannya. to user V-12

13 5.4 ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM APLIKASI Analisis ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang akan terjadi setelah program aplikasi diimplementasikan. Permasalahan yang berhasil diidentifikasi selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam perbaikan program aplikasi kedepannya. Dengan demikian program ini dapat terus digunakan oleh perusahaan. Untuk mengetahui permasalah apa saja yang akan mucul, setidaknya diperlukan waktu selama tiga bulan. Hal tersebut dikarenakan kurva belajar sumber daya manusia yang membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk dapat memahami program aplikasi secara menyeluruh. Pada bulan pertama, yaitu tahap pembelajaran. Pada tahap ini user masih mempelajari cara mengoperasikan masing-masing fungsi yang terdapat di dalam program. Pada bulan kedua, yaitu tahap pemahaman. Pada tahap ini user mulai paham cara mengoperasikan program tersebut. Pada bulan ketiga, yaitu tahap steady state. Pada tahap ini user telah menguasai seluruh fungsi yang terdapat di dalam program. Selain itu, user juga dapat mengetahui kekurangan dan permasalahan dari program yang telah dirancang. 5.5 ANALISIS PERAMALAN PEMAKAIAN OBAT Kegiatan peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi di masa mendatang berdasarkan variabel yang ada. Dewasa ini peramalan penting untuk dilakukan karena sering menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu, untuk melakukan peramalan ini perlu direncanakan secara matang agar hasil ramalan dapat lebih mendekati kenyataan yang ada. Sebelum melakukan peramalan, hal yang perlu dilakukan adalah mengetahui bagaimana pola data variabel history-nya. Dalam kasus ini, data variabel tersebut adalah data history agregasi pemakaian obat selama 24 bulan. Pola data dapat diperoleh dengan cara membuat diagram pencar dimana tiap variabel data akan diidentifikasi sebagai titik di sebuah grafik. Dengan demikian kumpulan seluruh titik variabel data ini, nantinya akan membentuk pola data history pemakaian obat. Pada gambar commit 4.1 to menunjukkan user bahwa pola data bersifat V-13

14 campuran antara trend dan siklis dikarenakan data mengalami kenaikan dan fluktuasi dengan jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu, dalam proses peramalan pemakaian obat untuk periode Juni 2013-Mei 2014, akan digunakan metode peramalan yang sesuai dengan pola tersebut. Adapun metode-metode peramalan tersebut yaitu Moving Average 3, Moving Average 4, Single Exponential Smoothing 0,9, Single Exponential Smoothing 0,1, Double Exponential Smoothing 0,9, Double Exponential Smoothing 0,1, Linear Exponential Smoothing, Winter s Seasonal Exponential Smoothing dan Linear Regresion. Perhitungan pada kesembilan metode peramalan ini dilakukan agar dapat terpilih metode peramalan terbaik yang memiliki selisih hasil antara aktual dengan peramalan yang paling kecil. Jika hanya menggunakan satu metode secara langsung, maka peneliti tidak akan mengetahui apakah metode yang dipakai tersebut yang paling mendekati kenyataan. Setelah dilakukan peramalan pada ksembilan metode tersebut, kemudian dicari nilai Mean Average Deviation (MAD) untuk menghitung nilai keakuratan hasil peramalan. Penggunaan indikator MAD dalam menghitung selisih peramalan, didasarkan karena indikator ini sering akan digunakan sebagai perhitungan nilai standar deviasi pada safety stock. Pemilihan metode terbaik adalah metode yang memiliki MAD terkecil. Nilai MAD yang terkecil mengindikasikan bahwa rata-rata selisih antara data aktual dan hasil peramalan adalah yang paling kecil di antara metode yang lain. Dari tabel 4.12 didapatkan bahwa nilai MAD terkecil pada metode Liniear Regresion yaitu sebesar Rp ,- sehingga terpilih sebagai metode terbaik di antara yang lain. Dengan kata lain, data pada metode Liniear Regresion tersebut merupakan metode yang menghasilkan data peramalan paling akurat (eror terkecil) pada kasus ini. Setelah diperoleh metode Liniear Regresion yang memiliki MAD terkecil, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan jumlah perkiraan pemakaian obat untuk periode Juni 2013-Mei Untuk mendapatan perkiraan pemakaiannya dilakukan disagregasi dari satuan Rupiah pada hasil peramalan menjadi satuan unit masing-masing obat. V-14

15 5.6 ANALISIS PERHITUNGAN SAFETY STOCK Safety stock yaitu material yang harus selalu tersedia dalam gudang yang berfungsi sebagai pengaman untuk mengantisipasi keadaan di mana terjadi kehabisan stok selama lead time. Safety stock dihitung dengan mempertimbangkan besarnya tingkat/faktor pengaman. Besar safety stock dipengaruhi dan standar deviasi service level. Semakin besar standar deviasi dan service level maka semakin besar pula safety stock yang disimpan dalam gudang, demikian pula sebaliknya. Ini berarti biaya untuk penyimpanan barang akan semakin besar namun resiko terjadinya stock out akan semakin kecil. Selama ini besarnya safety stock ditentukan berdasarkan perkiraan saja sehinggga terdapat beberapa jenis obat yang mengalami stock out. Untuk menghindari hal tersebut, maka pada penelitian ini perhitungan safety stock obat prioritas I digunakan service level sebesar 99%. Dari hasil perhitungan safety stock pada tabel 4.13 terlihat bahwa rata-rata safety stock periode Juni 2013-Mei 2014 sebesar 56 unit. Nilai safety stock terbesar yaitu pada obat Melidox sejumlah 264 unit dan terkecil pada obat Faktu 60 mg, Nystin dan Stesolid yaitu sejumlah 3 unit. 5.7 ANALISIS PERHITUNGAN REORDER POINT (ROP) Reorder point (ROP) atau pemesanan kembali merupakan suatu saat dimana harus diadakan pemesanan kembali. Titik ini menandakan bahwa pemesanan harus segera dilakukan untuk menggantikan persediaan yang telah digunakan. Jika titik pemesanan ditetapkan terlalu rendah, maka persediaan akan habis sebelum persediaan pengganti diterima sehingga operasi dapat terganggu. Namun, jika titik pemesanan yang ditetapkan terlalu tinggi maka persediaan baru sudah datang, sedangkan persediaan di gudang masih banyak. Kedaan ini mengakibatkan pemborosan biaya dan investasi yang berlebihan. Besar reorder point berbanding lurus dengan besar rata-rata pemakaian obat per minggu, lead time dan safety stock. Jadi semakin besar rata-rata pemakaian obat, lead time dan safety stock maka semakin besar pula tingkat reorder point. Selama ini besarnya reorder point juga ditentukan berdasarkan perkiraan saja sehinggga berdampak pada stock out beberapa jenis obat. Untuk menghindarinya, hasil perhitungan reorder point V-15

16 masing-masing obat diintegrasikan dengan fungsi pemberitahuan pada rancangan sistem informasi manajemen persediaan. Dari hasil perhitungan reorder point pada tabel 4.14 terlihat bahwa rata-rata reorder point periode Juni 2013-Mei 2014 sebesar 129 unit. Nilai reorder point terbesar yaitu pada obat Melidox sejumlah 907 tablet dan terkecil pada obat Nystin sejumlah 5 botol. 5.8 ANALISIS PERHITUNGAN EOQ Perhitungan Economic Order Quantity digunakan untuk mengetahui berapa besar jumlah pemesanan yang ekonomis dengan mempertimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan terhadap general material. Keputusan yang menyangkut berapa banyak jumlah yang harus dipesan merupakan hal yang penting dalam persediaan, terlebih lagi bila kebutuhan persediaan terdiri dari general material yang berbeda beda, serta jumlah pesanan yang berbeda beda. Model EOQ ditetapkan untuk menentukan berapa jumlah pesanan yang optimal sehingga dihasilkan total biaya persediaan yang minimum. Model ini dipilih karena pemesanan terhadap general material dilakukan secara terpisah dan kebutuhan pemakaian general material relatif tetap tiap bulannya. Selama ini besarnya nilai EOQ juga ditentukan berdasarkan perkiraan saja sehinggga berdampak pada kelebihan persediaan dan kadaluarsa. Untuk menghindarinya, hasil perhitungan EOQ masing-masing obat diintegrasikan dengan fungsi pemberitahuan pada rancangan sistem informasi manajemen persediaan. Penggunaan metode EOQ ternyata masih belum sesuai dengan fakta di lapangan karena beberapa asumsi yang digunakan masih kurang relevan. Salah satu contoh asumsi yang kurang relevan yaitu setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan. Hal tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan karena masih ada beberapa pemesanan obat yang diterima lebih dari sekali pengiriman. Contoh yang lain yaitu lead time bersifat konstan, pada kenyataan di lapangan lead time setiap pengiriman dapat berbedabeda. Dari penjelasan tersebut maka metode manajemen persediaan yang lain perlu dikaji dan dibandingkan dengan metode ini. V-16

17 Dari hasil perhitungan economic order quantity pada tabel 4.15 terlihat bahwa rata-rata EOQ periode Juni 2013-Mei 2014 sebesar 252 unit. Nilai EOQ terbesar yaitu pada obat Melidox sejumlah 1041 tablet dan terkecil pada obat Faktu sejumlah 12 supp. 5.9 ANALISIS PERBANDINGAN MINIMASI TOTAL INVENTORY COST DENGAN TOTAL BIAYA PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI Total Inventory Cost (TIC) merupakan hasil penjumlahan total dari keseluruhan biaya yang terkandung pada biaya-biaya persediaan. Dimana pada perhitungan untuk mencari besarnya nilai Total Inventory Cost (TIC) didalamnya terdapat tiga elelmen biaya yaitu biaya pembelian, biaya pemesanan, serta biaya penyimpanan. Perhitungan Total Cost Inventory terdiri dari dua, yaitu perhitungan menurut perusahaan dan menurut metode Economic Order Quantity (EOQ). Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh nilai Total Cost Inventory perusahaan sebesar Rp ,00 dan perhitungan menurut metode Economic Order Quantity (EOQ) sebesar Rp ,00. Total Inventory Cost menurut metode EOQ lebih baik dari metode yang digunakan oleh perusahaan, karena terbukti dapat meminimasi Total Inventory Cost sebesar Rp ,00. Jika dibandingkan dengan total biaya pengembangan yang nilainya mencapai Rp ,00 maka diperlukan waktu sekitar dua tahun lima bulan untuk mengembalikan nilai investasi pengembangan sistem informasi. V-17

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN OBAT PADA GUDANG FARMASI KLINIK UMUM RAWAT INAP BUDI SEHAT PURWOREJO

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN OBAT PADA GUDANG FARMASI KLINIK UMUM RAWAT INAP BUDI SEHAT PURWOREJO PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN OBAT PADA GUDANG FARMASI KLINIK UMUM RAWAT INAP BUDI SEHAT PURWOREJO Ringgo Ismoyo Buwono 1, Yusuf Priyandari 2, Wakhid Ahmad Jauhari 3 1,2,3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijual kembali. Sebagai salah satu asset penting dalam sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijual kembali. Sebagai salah satu asset penting dalam sebuah perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan untuk digunakan memenuhi kebutuhan tertentu, misalnya digunakan dalam proses produksi atau untuk dijual kembali.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, termasuk dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, termasuk dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, termasuk dalam bidang teknologi informasi mengakibatkan pengolahan data transaksi dapat dilakukan dengan cepat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan seluruh proses dalam perencanaan serta pelaksanaan suatu penelitian. Dan menurut Murti Sumarmi dan Salamah Wahyuni (2005, p47),

Lebih terperinci

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan BAB I Persyaratan Produk I.1 Pendahuluan Perkembangan teknologi saat ini merupakan pemicu perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan performance perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi per bulan mencapai 200 pcs untuk semua jenis produk.

BAB I PENDAHULUAN. produksi per bulan mencapai 200 pcs untuk semua jenis produk. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan atau organisasi menyimpan persediaan untuk berbagai tujuan. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah untuk menjaga tingkat persediaan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 53 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Agar sistem berjalan, dalam kegiatan implementasi sistem membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak. 4.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras Kebutuhan

Lebih terperinci

MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI

MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI Aplikasi Pendukung Untuk Menjalankan Website 1. Browser (Chrome, Mozilla Firefox, etc) 2. Xampp Versi 3.2.1 Xampp dibutuhkan apabila mengakses website dalam server local. Berikut

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan perancangan sistem informasi akuntansi persediaan pada PT. Javan Indonesia dalam bab-bab sebelumnya, maka penulis memberikan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. economic order quantity telah dilakukan oleh 5 pustakawan, pustaka pertama oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. economic order quantity telah dilakukan oleh 5 pustakawan, pustaka pertama oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian terkait dengan manajemen persediaan menggunakan metode economic order quantity telah dilakukan oleh 5 pustakawan, pustaka pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis memiliki persediaan. Alasan utama persediaan barang adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. bisnis memiliki persediaan. Alasan utama persediaan barang adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis persediaan adalah salah satu topik paling populer dalam ilmu manajemen. Salah satu alasannya adalah bahwa hampir semua jenis organisasi bisnis memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen persediaan yang meliputi prinsip, konsep serta teknik dalam perencanaan dan pengawasan aktivitas-aktivitas penanganan barang dalam persediaan memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami perkembangan pesat pada saat ini. Kemajuan TI ini membuat para

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami perkembangan pesat pada saat ini. Kemajuan TI ini membuat para BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Informasi (TI) merupakan salah satu teknologi yang sedang mengalami perkembangan pesat pada saat ini. Kemajuan TI ini membuat para penggunanya dapat mengakses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi ini menjelaskan setiap langkah-langkah ataupun kegiatan yang di jalani oleh peneliti sepanjang penelitian berlangsung yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU KEMASAN MINUMAN RINGAN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERSEDIAAN. Mila Faila Sufa 1*, Rizky Novitasari 2

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU KEMASAN MINUMAN RINGAN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERSEDIAAN. Mila Faila Sufa 1*, Rizky Novitasari 2 PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU KEMASAN MINUMAN RINGAN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERSEDIAAN Mila Faila Sufa 1*, Rizky Novitasari 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Dalam perancangan sistem terlebih dahulu harus mengerti sub sistem. Sub sistem yaitu serangkaian kegiatan yang dapat ditentukan identitasnya, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen persediaan yang baik merupakan salah satu faktor yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. manajemen persediaan yang baik merupakan salah satu faktor yang penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai perusahaan yang berperan sebagai distributor barang, manajemen persediaan yang baik merupakan salah satu faktor yang penting untuk keberhasilan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat dan pesat. Perkembangan teknologi ini menitikberatkan kepada aspek

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat dan pesat. Perkembangan teknologi ini menitikberatkan kepada aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi saat ini sudah menjadi elemen penting yang berpengaruh dalam kemajuan ilmu pengetahuan. Seiring dengan hal tersebut, maka

Lebih terperinci

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN 10.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Perusahaan Manufaktur pada umumnya mempertahankan 3 jenis persediaan: a. Persediaan Bahan Baku, Faktor- faktor yang

Lebih terperinci

OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK ABSTRAK

OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK ABSTRAK OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK Robby Hidayat, Moses L.Singih, Mahasiswa MMT ITS Manajemen Industri Email : Robbie_First@Yahoo.Com ABSTRAK PT. Siantar Top Tbk adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah bisnis, setiap perusahaan mempunyai cara untuk menjalankan usahanya. Untuk dapat berkembang perlu adanya sebuah inovasi dalam proses bisnisnya. Sejalan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 3.1 Diagram Alir Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI Pengajuan Surat Survei PT. Bangkit Sukses Mandiri (BSM) Diterima? Tidak Ya Observasi Perusahaan Wawancara dengan Direktur PT. BSM Pengamatan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1. PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dari Tugas Akhir, ruang lingkup kajian, sumber data serta sistematika penyajian. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan konsumen pada PT. Aneka Indofoil terkait dengan jumlah persediaan adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengendalian bahan baku kayu di perusahaan manufaktur Sagitria Collection yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dengan baik. Adapun kebutuhan perangkat lunak (software) dan perangkat keras

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dengan baik. Adapun kebutuhan perangkat lunak (software) dan perangkat keras BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sebelum mengimplementasikan dan menjalankan Sistem Informasi Pengendalian Persediaan Barang pada UD. Mekaryo Utomo dibutuhkan perangkat keras dan perangkat

Lebih terperinci

Prosedur Menjalankan Aplikasi

Prosedur Menjalankan Aplikasi Prosedur Menjalankan Aplikasi 1. Install & Jalankan Xampp. 2. Masukan folder yang berisikan data aplikasi(php,css) kedalam folder htdocs, yang berada di dalam folder xampp. 3. Kemudian buka browser anda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

Penyusunan Sistem Informasi Manajemen Pemantauan dan Pengadaan Isi Kotak P3K Berbasis Web Menggunakan Metode Economic Order Quantity

Penyusunan Sistem Informasi Manajemen Pemantauan dan Pengadaan Isi Kotak P3K Berbasis Web Menggunakan Metode Economic Order Quantity Penyusunan Sistem Informasi Manajemen Pemantauan dan Pengadaan Isi Kotak P3K Berbasis Web Menggunakan Metode Economic Order Quantity dan Reorder Point (Studi Kasus : Perusahaan Produksi Pestisida) Narendra

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan Petunjuk Sitasi: Fatimah, Syukriah, & Nurul, A. (2017). Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H137-142). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global sehingga setiap perusahaan berlomba untuk terus mencari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJICOBA

BAB IV HASIL DAN UJICOBA 74 BAB IV HASIL DAN UJICOBA IV.1. Hasil Berikut ini dijelaskan mengenai tampilan hasil dari perancangan Sistem Perhitungan Jumlah Order Barang Efektif Dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN

BAB VI HASIL PENELITIAN 60 BAB VI HASIL PENELITIAN 6.1 Kegiatan Manjemen Persediaan di RSUD Pasar Rebo Metode yang dipakai untuk perencanaan obat di RSUD Pasar Rebo adalah dengan menggunakan acuan tahun sebelumnya. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJICOBA

BAB IV HASIL DAN UJICOBA BAB IV HASIL DAN UJICOBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan mengenai tampilan hasil dari perancangan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Obat Pada Klinik Rakyat Dengan Metode Economic Order

Lebih terperinci

4.10 Minimum Order Struktur Produk BAB 5 ANALISA 5.1 Pengolahan Data Perhitungan Coefficient of Variance

4.10 Minimum Order Struktur Produk BAB 5 ANALISA 5.1 Pengolahan Data Perhitungan Coefficient of Variance ABSTRAK Dalam industri manufaktur, ketersediaan bahan baku merupakan salah satu bagian yang penting dalam menunjang kelancaran operasi. Dengan ketersediaan bahan baku yang memadai, maka kegiatan produksi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Berikut merupakan variabel yang digunakan dalam pemecahan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut : Data historis penjualan yang akan digunakan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam memperlancar proses produksi. Banyaknya yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang

BAB V ANALISA HASIL. Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang BAB V ANALISA HASIL Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang dikumpulkan untuk pembuatan perencanaan kebutuhan material (MRP). Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. distributor galvalum. Depo Galvalum terletak di Jl. Dr. Wahidin No.128A Sidoarjo.

BAB I PENDAHULUAN. distributor galvalum. Depo Galvalum terletak di Jl. Dr. Wahidin No.128A Sidoarjo. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Depo Galvalum adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang distributor galvalum. Depo Galvalum terletak di Jl. Dr. Wahidin No.128A Sidoarjo. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. kegiatan perusahaan menjadi terganggu dalam pemenuhan permintaan barang

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. kegiatan perusahaan menjadi terganggu dalam pemenuhan permintaan barang BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Permasalahan Sistem untuk melakukan pembelian atau pemesanan barang pada PT. Panamas Dwitama Distrindo saat ini kurang efisien dan tidak ekonomis, akibatnya

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 05 Juli s/d 13 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di Balai Besar Bahan

Lebih terperinci

9.Peramalan (Forecasting) A. Teori Peramalan B. Metode Peramalan C. Pengukuran Keakuratan Hasil Peramalan Profil PT.

9.Peramalan (Forecasting) A. Teori Peramalan B. Metode Peramalan C. Pengukuran Keakuratan Hasil Peramalan Profil PT. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Peramalan Kebutuhan Bahan Baku Pada bab ini berisikan tentang analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan Forecasting dan MRP tepung terigu untuk 12 bulan yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENGOPTIMUMKAN PESANAN DAN PERSEDIAAN BARANG PADA CV. GARUDA LANGIT BERLIAN

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENGOPTIMUMKAN PESANAN DAN PERSEDIAAN BARANG PADA CV. GARUDA LANGIT BERLIAN ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENGOPTIMUMKAN PESANAN DAN PERSEDIAAN BARANG PADA CV. GARUDA LANGIT BERLIAN Aldi Firmansyah Universitas Bina Nusantara, Jl. KH. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat

Lebih terperinci

INVENTORY Klasifikasi Bahan Baku :

INVENTORY Klasifikasi Bahan Baku : INVENTORY Model ini digunakan untuk memecahkan kasus yang berhubungan dengan persediaan barang untuk proses produksi dan biaya produksi dalam kaitannya dengan permintaan pelanggan terhadap suatu produk

Lebih terperinci

APLIKASI UNTUK OPTIMASI PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PABRIK TAHU DI JAWA BARAT

APLIKASI UNTUK OPTIMASI PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PABRIK TAHU DI JAWA BARAT APLIKASI UNTUK OPTIMASI PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PABRIK TAHU DI JAWA BARAT Reza Abdurrofi 1), Magdalena Karismariyanti 2) 1), 2) Komputerisasi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Menurut Kristanto (2003:2), sistem adalah kumpulan elemen elemen dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada sistem

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. 3.1 Alasan digunakan Metode Exponential Smoothing. Banyak metode peramalan yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. 3.1 Alasan digunakan Metode Exponential Smoothing. Banyak metode peramalan yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM 3.1 Alasan digunakan Metode Exponential Smoothing Banyak metode peramalan yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat penjualan untuk beberapa periode ke depan. Biasanya untuk

Lebih terperinci

BIAYA BAHAN. Endang Sri Utami, SE., M.Si., Ak, CA

BIAYA BAHAN. Endang Sri Utami, SE., M.Si., Ak, CA BIAYA BAHAN Endang Sri Utami, SE., M.Si., Ak, CA Permasalahan Bahan Keterlambatan bahan akan mempengaruhi kelancaran produksi, sedangkan persediaan bahan yang berlebihan berarti pemborosan modal kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah persediaan merupakan salah satu masalah penting yang harus diselesaikan oleh perusahaan. Salah satu upaya dalam mengantisipasi masalah persediaan ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas secara rinci sistem yang diusulkan yaitu sistem pengendalian persediaan menggunakan metode least square regression line dan economic order quantity. Bagian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. telah dibuat pada tahap tiga. Adapun kebutuhan software (perangkat lunak) dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. telah dibuat pada tahap tiga. Adapun kebutuhan software (perangkat lunak) dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Pada tahapan ini sistem yang telah dirancang pada tahap ke tiga akan dikembangkan, sehingga sistem yang dibuat harus mengacu pada rancangan yang telah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 28 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Sistem yang Berjalan Analisa sistem pada yang berjalan bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi terhadap sistem yang telah ada pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2011 sampai Mei 2011 di PT. Pindo Deli Pulp and Paper di bagian Paper machine 12. Lokasi Industri

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG Siti Rohana Nasution 1, Temotius Agung Lukito 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) nasutionana@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN DI UD. ANUGERAH BERSAUDARA

ANALISA KEBUTUHAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN DI UD. ANUGERAH BERSAUDARA ANALISA KEBUTUHAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN DI UD. ANUGERAH BERSAUDARA Aris Setiawan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 282A9294@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Pada bab ini akan dijelaskan tampilan hasil dari aplikasi yang telah dibuat, memperjelas tentang tampilan-tampilan yang ada pada aplikasi Sistem Pendukung Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Supply Chain Management (SCM) adalah pemanfaatan hubungan yang efisien dan terintegrasi antara supplier, manufacturer, warehouse dan store, dimana barang diproduksi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *)

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) Jonathan Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan atau kelebihan persediaan merupakan faktor yang memicu peningkatan biaya. Jumlah persediaan yang terlalu banyak akan berakibat pemborosan dalam biaya simpan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, persaingan terjadi di berbagai sektor, termasuk sektor jasa. Salah satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada proses penyusunan laporan kerja praktik peneliti melakukan proses penghimpunan data yang akan digunakan sebagai dasar kebutuhan sistem penjualan obat. Penghimpunan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Pemesanan barang merupakan kegiatan yang sangat penting pada bagian

BAB 1. PENDAHULUAN. Pemesanan barang merupakan kegiatan yang sangat penting pada bagian BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemesanan barang merupakan kegiatan yang sangat penting pada bagian pengendalian persediaan barang atau inventory control dalam suatu perusahaan atau organisasi,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Mahadevan (2010 : 3) manajemen operasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi, apakah mereka berada di industri manufaktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang di dunia industri persaingan antar perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang di dunia industri persaingan antar perusahaan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang di dunia industri persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Hanya perusahaan yang mampu menekan biaya produksi seminimal mungkin

Lebih terperinci

Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan Persediaan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan. Pengolahan persediaan dengan teknik ABC dan EOQ Fakultas EKONOMI Program

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Proses analisa sistem merupakan langkah kedua pada fase pengembangan sistem. Analisa sistem dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA II.1 Peramalan...7

TINJAUAN PUSTAKA II.1 Peramalan...7 DAFTAR ISI Halaman Lembar Judul...i Lembar Pengesahan...ii Lembar Pernyataan...iii Kata Pengantar...iv Daftar Isi...vi Daftar Tabel...x Daftar Gambar...xii Daftar Persamaan...xiii Daftar Lampiran...xv

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, jenis usaha penyaluran produk relatif lebih diminati

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, jenis usaha penyaluran produk relatif lebih diminati BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, jenis usaha penyaluran produk relatif lebih diminati dibandingkan dengan usaha berbasis produksi. Alasannya, usaha ini lebih mudah untuk dijalankan, memiliki

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survey Pendahuluan PT. Anugerah Indah Makmur adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi makanan dan minuman ringan. Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari

Lebih terperinci

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan Persediaan merupakan faktor yang penting dalam mencapai tujuan perusahaan, karena kekurangan/kelebihan persediaan akan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. langkah untuk menentukan prosedur yang sedang dirancang, karena dengan

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. langkah untuk menentukan prosedur yang sedang dirancang, karena dengan BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan Analisis terhadap sistem yang sedang berjalan merupakan salah satu langkah untuk menentukan prosedur yang sedang dirancang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk menggunakan jasa umrah dan haji dari PT Shafira Tour & Travel.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk menggunakan jasa umrah dan haji dari PT Shafira Tour & Travel. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Shafira Tour & Travel adalah salah satu agen umrah & haji terbesar dalam wilayah Jawa Timur yang berdiri sejak tahun 2001. Setiap tahunnya perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Penta Sukses Mandiri adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang produksi serta penyaluran produk atau yang lebih sering disebut distribusi. Produk

Lebih terperinci

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan 1 B I A YA B A H AN Masalah yang dihadapi manajemen yang berhubungan dengan bahan adalah keterlambatan tersedianya bahan akan mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi, sedangkan persediaan bahan yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Permintaan Konsumen

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Permintaan Konsumen BAB V PEMBAHASAN 5.1 Permintaan Konsumen Permintaan konsumen selama 12 periode (bulan) terakhir terhadap produk sandal kelom di Sagitria Collection adalah 6654 pasang dengan perincian 379 pasang pada periode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Factory : Jalan Raya Serang Km 18.8 Desa Sukanegara Tangerang Banten.

BAB III METODE PENELITIAN. Factory : Jalan Raya Serang Km 18.8 Desa Sukanegara Tangerang Banten. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT Trisinar Indopratama yang beralamat: Office : Wisma Technoplast Jalan Kebon Jeruk Raya No. 1A 1B 1C Jakarta Barat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di pabrik bihun jagung PT. Subafood Pangan Jaya yang beralamat di Jalan Raya Legok Km. 6 Komplek Doson, Desa Cijantra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Pengendalian Manajemen ( Management Control System ) adalah 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Pengendalian Manajemen ( Management Control System ) adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah adalah 1 Sistem Pengendalian Manajemen ( Management Control System ) proses dan struktur yang tertata secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT. Informasi Apotek Farmasi Dirumah Sakit Umum Ajibarang dengan peralihan

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT. Informasi Apotek Farmasi Dirumah Sakit Umum Ajibarang dengan peralihan BAB III TUJUAN DAN MANFAAT A. TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangun aplikasi Sistem Informasi Apotek Farmasi Dirumah Sakit Umum Ajibarang dengan peralihan dari aplikasi lama ke aplikasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Heene dan Desmidt (2010:8), menyatakan bahwa manajemen adalah serangkaian aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telat ditetapkannya.

Lebih terperinci

Persediaan. Ruang Lingkup. Definisi. Menetapkan Persediaan. Keuntungan & Kerugian Persediaan

Persediaan. Ruang Lingkup. Definisi. Menetapkan Persediaan. Keuntungan & Kerugian Persediaan EMA402 - Manajemen Rantai Pasokan EMA-402 Manajemen Rantai Pasokan Materi #11 Manajemen Persediaan Definisi Persediaan Sekumpulan produk fisik pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam analisis pada PT.Tirta Aroma Sari, yang terkait dengan peramalan permintaan, persediaan, dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia teknologi informasi telah berkembang dengan sangat pesat dan terus mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih baik. Dewasa

Lebih terperinci