BAB V ANALISA HASIL. Lampiran 3 tersebut telah diketahui yang akan menjadi itemstock di store adalah 8. Tabel 5. 1 Hasil Klasifikais Item

Transkripsi

1 BAB V ANALISA HASIL 1.1 Analisa Hasil ABC Analysis Dalam penentuan itemapa saja yang dapat di stock di store, peneliti menggunakan metode ABC Analysis melihat dari transaksi penjualan dalam bulan per satu tahun. yang masuk dalam kategori fast moving dan medium moving atau transaksi 6 akan menjadi itemstock di store. Data hasil perhitungan dan penentuan klasifikasi item fast moving, medium moving, dan slow moving di salah satu store PT. XYZ dengan metode ABC Analysis dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari data pada Lampiran 3 tersebut telah diketahui yang akan menjadi itemstock di store adalah 8 item sebagai berikut : Tabel 5. 1 Hasil Klasifikais Klasifikasi A B D F H L 71

2 O S stockini akan diperhatikan dalam persediaan stock karena dari history permintaan item item tersebut rutin memiliki kebutuhan untuk dipenuhi.selain itu, item item tersebut memiliki jumlah customer> 10 sehingga tidak akan khawatir stock akan memiliki aging yang lama dan menjadi deadstock. 1.2 Analisa Hasil Forecasting Dari hasil pembahasan dan perhitungan di BAB IV, metode forecasting yang dipilih untuk menentukan rata rata permintaan adalah metode Exponential Smoothing (α = 0,1) karena memiliki nilai error forecast paling rendah dibandingkan dengan metode Single Moving Average dan metode Exponential Smoothing (α = 0,3). Penentuan rata rata permintaan dengan menggunakan metode forecasting akan lebih akurat hasilnya dibandingkan dengan hanya membagi rata penjualan per periode karena dengan metode forecasting dapat ditentukan nilai kesalahan peramalan untuk mengukur ketelitian dalam melakukan forecasting apakah realistis dengan aktualnya. 1.3 Analisa Simulasi Mengurangi Lead Time Pemesanan ke Vendor Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan itemstock, quantity stockdengan pemasangan replenishment automaticagar mengurangi lead time pemesanan ke vendor yang dapat berdampak pada lost opportunities penjualan ke customer dikarenakan stockout. Seperti yang telah dibahas diatas lead time 72

3 mempengaruhi quantity yang akan dipesan, semakin lama leadtime maka quantity yang dipesan akan lebih banyak karena dipersiapkan untuk buffer stock. Produk cleaning mempunyai lead time 2 bulan dalam proses pembelian dan butuh waktu 10 hari untuk pengiriman dari gudang ke store cabang. Jadi lead time pembelian produk ini sampai dengan stock tiba di cabang adalah 2 bulan 10 hari. Berikut ini adalah simulasi sederhana jika salah satu store pada PT. XYZ menggunakan hasil perhitungan diatas untuk replenishment automatic, contoh simulasi menggunakan itema : Tabel 5. 2Replenishment A Klasifikasi Demand Average (DA) Lead Time (LT) Fixed ROP Fixed MSL A A termasuk dalam klasifikasi item fast moving dengan rata rata permintaan per periode 4 unit. Grafik di bawah ini menggambarkan siklus fulfillment stockdi store untuk itema : 73

4 25 MSL Quantity (q) ROP Periode (t) Gambar 5. 1 Grafik Replenishment Auto Dari grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan store tidak akan mengalami kekosongan stock karena setiap kali stock berada di bawah angka reorder pointyang disetting akan secara otomatis tergenerate PR sampai memenuhi ke angka maximum stock level yang disetting. Pada periode ke-3stockberada diangka 13 (dibawah angka reorder pointyang disetting yaitu 16) dan otomatis akan terbentuk PR sebanyak 12 yang akan datang pada pertengahan periode ke-6. Untuk memenuhi permintaan di periode ke-4 dan ke-5 serta buffer stocksampai order di periode ke-3 tersedia,store masih memiliki sisa stock, begitu seterusnya replenishment ini akan berjalan untuk fulfillment stock di store. Simulasi ini membuktikan bahwa dengan metode persediaan stock di store dapat mengurangi atau bahkan menghindari waktu pesan ke vendor yang dapat mengakibatkan lost opportunities penjualan dikarenakan stockout. 74

5 Jika dibandingkan dengan proses persediaan stock secara manual atau tanpa pemasangan replenishment automatic di store akan lebih sulit dalam memonitoringnya karena melibatkan berbagai pihak. Pertama, team store (adminstore) harus menginfokan kepada head store bahwa stockitem X kosong dan harus segera diisi. Head store tidak dapat langsung menentukan berapa jumlah stock yang harus diminta ke gudang, tapi akan mengadakan pertemuan dahulu dengan team sales guna diskusi mengenai permintaan customer, prospek customer, dan lain lain yang menyangkut kebutuhan persediaan stock. Quantity stockhasil pertemuan antara head store dan team sales store tersebut akan diinfokan ke team inventory management untuk dapat diproses permintaan ke gudang. Team Inventory Management pun tidak bisa langsung memproses, harus ada analisa permintaan customer untuk memutuskan apakah permintaan team store tersebut dapat diproses sesuai quantity yang diminta atau harus dikurangi / ditambahkan sesuai dengan kebutuhan. Quantity yang didapat dari hasil analisa ini akan disesuaikan dengan stock yang tersedia di gudang, jika stock di gudang lebih kecil dari stock yang akan disupply ke store maka sisa stock yang kurang tersebut akan dilakukan peroses pembelian ke vendor sehingga team store harus menunggu sampai stock tersedia di gudang dan dikirim ke store. Pengisisan stock secara manual ini sangat memakan waktu karena proses yang cukup panjang dan melibatkan lebih dari dua pihak yang terkait. Selain itu, untuk mengisi ulang kembali stock di store tidak dapat termonitoring denagn baik karena jarang sekali team store mengatur stock agar selalu tersedia, pengisian stock ini biasanya jika sudah ada kebutuhan atau customer mencari item tersebut ketika stock 75

6 kosong. Sangat disayangkan jika store kehilangan pernjualan karena tidak ada stock yang seharusnya item tersebut merupakan standard stock yang harus ada. Delapan item yang ditentukan sebagai itemstock di salah satu store PT. XYZ dapat dilakukan fullfillment stockdengan replenishment automatic (reorder pointdan max stock level). Hasil analisa penentuan replenishmet automatic pada tabel di bawah ini : Tabel 5. 3 Qty ROP dan MSL Klasifikasi Reorder point (ROP) Max Stock Level (MSL) A B D F 8 13 H L O S Moving 6 13 Moving 4 11 Moving 4 7 Moving

7 Pengengedalian persediaan stock penting bagi peusahaan. Tujuan pengendalian persediaan stock ini adalah untuk mengetahui quantity optimal dalam setiap kali pembelian / permintaanitem untuk stock (EOQ), titik yang menunjukan waktunya untuk melakukan pemesanan kembali (ROP) khususnya dalam penelitian ini yaitu titik quantity yang menginformasikan bahwa stock harus terpenuhi sampai ke angka maximum stock level, persediaan maksimum untuk menghindari resiko kehabisan dan juga kelebihan stock. Dengan pemasangan replenishment automatic (reorder pointdan maximum stock level) ini akan mengurangi waktu pesan ke vendor dan dapat memenuhi permintaan customer secara maksimal serta stockakan terkendali dan terhidar dari kondisi stockout. 77