Membenahi Subsidi. Raymond Atje 1 *
|
|
- Surya Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Membenahi Subsidi Tenaga Listrik Raymond Atje 1 * Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA). Kegiatan ini merupakan kontribusi pemikiran dari komunitas penelitian/riset, yang diharapkan dapat membantu meningkatkan efektivitas kebijakan pemerintah. Dalam kegiatan ini, CSIS bersama dengan ERIA mengundang 16 ahli ekonomi dari berbagai institusi penelitian terkemuka yang kompeten pada bidang keahlian yang spesifik, untuk berdiskusi mengenai tujuh permasalahan strategis ekonomi Indonesia (pembangunan infrastruktur, kebijakan daya saing, iklim investasi, kebijakan pangan, kebijakan sektor jasa, kebijakan fiskal, dan kebijakan perlindungan sosial), yang kemudian dikumpulkan dalam rangkaian ikhtisar kebijakan singkat (policy brief) untuk masing-masing topik. Diseminasi hasil temuan dan rekomendasi yang dihasilkan kegiatan ini dilakukan melalui berbagai jalur. Kegiatan ini berusaha untuk melibatkan pejabat pemerintah yang terkait melalui sejumlah Focus Group Discussion (FGD) dan Audiensi dengan pengambil kebijakan strategis, yang terkait dengan masing-masing topik di atas. Sementara itu, diseminasi kepada publik secara luas juga dilakukan melalui sejumlah Seminar Publik mengenai masing-masing topik, serta melalui publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat dan sejumlah multimedia pendukung yang dapat diakses secara online melalui Penulis mengucaptan terima kasih atas semua masukan yang sangat bermanfaat dari anonymous reviewer serta para peserta FGD dimana draf dari tulisan ini dipresentasikan. Semua kesalahan dan kekeliruan yang masih tersisa dalam tulisan ini adalah tanggung jawab penulis sendiri. 1
2 Indonesia telah mengalami kekurangan pasokan listrik berkelanjutan selama puluhan tahun. Pada akhir tahun 2014 jumlah rumah tangga yang mendapatkan sambungan listrik diperkirakan baru mencapai 84%, dengan konsumsi listrik per kepala sekitar 690 kwh. Pada tahun yang sama, kekurangan kapasitas pembangkit listrik di wilayah Sumatera diperkirakan sekitar 2000 MW dan di wilayah Indonesia Timur sekitar 1600 MW. Salah satu kendala utama yang menghambat pertumbuhan penyediaan tenaga listrik adalah tidak memadainya investasi di sektor ketenagalistrikan. Baru-baru ini pemerintah telah merencanakan untuk menambah kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar MW pada tahun Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan dana investasi yang sebesar US$92,9 miliar, dimana investasi PT PLN diperkirakan akan mencapai US$50,4 miliar dan sisanya berasal dari swasta. Untuk membangun sarana pembangkit, transmisi dan distribusi tenaga listrik pada tahun 2015 saja dibutuhkan dana sekitar US$8,86 miliar. Dari jumlah tersebut, investasi PT PPLN mencapai US$8,2 miliar dan yang selebihnya berasal dari investasi swasta (Independent Power Producer atau IPP). Sementara itu setiap tahun pemerintah mengeluarkan subsidi yang besar untuk kelompok pelanggan listrik tertentu. Pada tahun 2014 jumlah subsidi listrik yang dikeluarkan pemerintah mencapai Rp 99,3 trilun, sementara untuk tahun 2015 jumlah subsidi yang dianggarkan dalam APBNP adalah sekitar Rp 73,1 triliun. Pada saat ini pemerintah sedang berupaya untuk terus menurunkan subsidi tersebut. Di satu sisi pemberian subsidi akan dibuat lebih tepat sasaran dan, di sisi lain, PLN juga diharapkan untuk memperbaiki kinerjanya. Dengan demikian dalam RAPBN untuk tahun 2016 anggaran untuk subsidi turun menjadi Rp 38,4 triliun. Namun diharapkan agar pemerintah melakukan perubahan yang lebih mendasar dan luas di sektor kelistrikan dimana perubahan penentuan tarif dan subsidi listrik merupakan bagian dari program tersebut. Subsidi Listrik untuk Rumah Tangga Miskin Pemerintah Indonesia menetapkan tarif listrik untuk seluruh jenis konsumen, termasuk industri, bisnis, rumah tangga, sosial, curah, multiguna dan layanan publik. Besarnya subsidi ditentukan pemerintah setiap tahun dan didasarkan pada selisih antara biaya pengadaan listrik rata-rata yang diajukan oleh PLN dan tarif listrik rata-rata yang ditetapkan oleh pemerintah. Biaya pengadaan listrik rata-rata mencakup berbagai biaya untuk membangkitkan, transmisi, distribusi listrik (termasuk perhitungan susut kwh) dan biaya pemasokan, serta selisih keuntungan untuk PLN. Subsidi listrik telah ada sejak lama dan pada saat ini mungkin ada yang berpendapat bahwa itu adalah hak historis mereka yang medapatkannya. Oleh karena itu pemerintah perlu menegaskan kembali dasar pemikiran pemberian subsidi tersebut, yakni, kepada siapa dan mengapa subsidi perlu diberikan. Pemahaman umum pada saat ini ialah bahwa subsidi adalah untuk rumah tangga miskin. Yang belum dijelaskan secara eksplisit adalah alasan pemberiannya. Sebab ada rumah tangga miskin yang belum mendapatkan listrik karena tidak mampu membayar biaya sambungan dan mereka tidak disubsidi. Ada juga rumah tangga miskin yang berada di daerah yang belum dijangkau oleh listrik dan merekapun tidak mendapatkan subsidi. 2
3 Dulu biasanya pasokan listrik buat rumah tangga miskin sudah dipatok. Artinya konsumsi listrik mereka dianggap tetap dan tidak bisa berubah-ubah. Dengan demikian, jika harga listrik meningkat maka pengeluaran mereka untuk listrik akan meningkat juga sebanding dengan besarya kenaikan harga tersebut. Jika kenaikan harga tersebut cukup besar maka ada kemungkinan bahwa rumah tangga bersangkutan harus mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan pokok lain. Dengan perkataan lain, tanpa subsidi maka peningkatan harga listrik bisa mengakibatkan mereka mereka terjerumus lebih jauh dalam kemiskinan. Ini mungkin yang menjadi alasan utama pemberian subsidi bagi rumah tangga miskin pengguna listrik. Pada saat ini subsidi listrik diberikan kepada rumah tangga dengan sambungan daya 450 VA dan 900 VA tanpa memperhatikan kemampuan mereka untuk membayar. Metode in memang praktis dan bisa dipastikan bahwa rumah tangga miskin akan ikut terjaring. Tetapi ada kemungkinan bahwa ada rumah tangga yang lebih mampu yang juga ikut menikmati subsidi. Untuk mengatasi persoalan tersebut maka diberitakan bahwa ke depan PLN akan mempergunakan database rumah tangga miskin dan rentan miskin yang telah dikumpulkan oleh pemerintah (TNP2K) untuk menentukan rumah tangga yang berhak memperoleh subsidi listrik. Keluarga yang sudah mampu akan diminta menaikkan daya pemakaian listrik mereka ke 1300 VA. Dengan demikian subsidi akan lebih tepat sasaran. Tetapi cara di atas memiliki kelemahan. Sasaran subsidi akan selalu berubahubah sesuai dengan perubahan sosial dalam masyarakat. Memang diharapkan bahwa jumlah rumah tangga miskin akan menurun dengan pertumbuhan ekonomi. Tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa ada juga rumah tangga yang karena satu dan lain hal jatuh melarat. Rumit buat PLN jika senantiasa harus mengubah sambungan daya ke berbagai rumah tangga sesuai dengan perubahan keadaan sosial mereka. Lagi pula subsidi harga mengakibatkan distorsi dan tidak memberi insentif bagi konsumen untuk berhemat. Oleh karena itu perlu dipikirkan untuk mengubah bentuk subsidi itu sendiri yaitu dari subsidi harga menjadi subsidi langsung. Artinya semua pelanggan akan membayar harga sesuai dengan biaya pokok penyediaan pasokan listrik dan rumah tangga miskin akan mendapat subsidi langsung dalam bentuk lump sum. Transfer bisa dilakukan ke akun khusus yang bisa diakses oleh rumah tangga bersangkutan. Ada beberapa keuntungan dari cara ini. Pertama, untuk meredam kekhawatiran bahwa transfer tunai bisa mengakibatkan inflasi. Kedua, untuk mendidik dan membiasakan penduduk miskin mempergunakan bank. Ketiga, mendorong sektor perbankan untuk meningkatkan pelayanan mereka untuk masyarakat miskin. Satu pertanyaan yang lebih mendasar yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi. Kini orang bisa membeli pulsa listrik dengan cara yang sama seperti membeli pulsa telepon seluler dan yang oleh PLN disebut listrik pintar. Perkembangan ini memungkin mereka mengendalikan penggunaan listrik mereka sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka. Lagi pula berbagai peralatan listrik yang ada saat ini, seperti lampu LED, semakin hemat hemat listrik. Dengan demikian alasan pemberian subsidi listrik seperti yang dikemukakan di atas tampaknya sudah tidak tepat lagi. Petanyaannya adalah: Jika rumah tangga miskin sudah bisa mengatur pengeluaran mereka untuk pemakaian listrik, apakah subsidi listrik masih diperlukan? Sebab seperti 3
4 telah disebutkan di atas ada rumah tangga miskin yang tidak mendapatkan sambungan listrik entah karena tidak mampu membayar biaya sambungan atau karena berada di daerah yang belum mendapatkan aliran listrik. Mereka ini tidak mendapatkan subsidi untuk penerangan. Oleh karena itu dalam jangka panjang ada baiknya jika subsidi ini dihapus dan biaya yang dihemat dipergunakan untuk program-program pengentasan kemiskinan yang sifatnya produktif dan menciptakan lapangan kerja bagi orang miskin. Progam seperti ini selain akan meningkatkan pendapatan mereka dan dengan demikian mengurangi ketergantungan mereka pada bantuan. Di samping itu program seperti ini akan meningkatkan harkat hidup mereka. Jaringan sosial masih tetap dibutuhkan tetapi hanya dipergunakan untuk membantu mereka yang benar-benar sudah tidak bisa berpartisipasi lagi dalam kegiatan-kegiatan tersebut di atas atau untuk keadaan darurat. Rekomendasi #1: Dalam jangka pendek dan menengah pemerintah hendaknya merubah bentuk subsidi listrik dari subsidi harga menjadi lump sum transfer. Transfer tersebut bisa disalurkan melalui akun yang dibuat khusus bagi rumah tangga miskin penerima subsidi. Rekomendasi #2: Dalam jangka panjang PLN perlu memperkenalkan listrik pintar kepada rumah tangga miskin penerima subsidi disertai dengan penyuluhan tentang cara-cara penghematan listrik dengan mempergunakan peralatan yang hemat listrik. Pada saat yang sama pemerintah secara bertahap menghapus subsidi listrik. Merombak Cara Penentuan Tarif dan Subsidi LiStrik Selain subsidi, cara penentuan tarif tenaga listrik pun perlu dirombak. Tujuannya ialah untuk mendorong perusahaan penyedia tenaga listrik, khususnya PLN, untuk meningkatkan efisiensinya. Selama bertahun-tahun pemerintah mempergunakan cara cost plus untuk menentukan tarif listrik. Berdasarkan cara cost plus tarif listrik adalah sebagai berikut: Tarif = BPP (1 + m), dimana Tarif adalah harga jual listrik per kwh untuk golongan tarif tertentu, BPP adalah biaya pokok penyediaan pasokan listrik per kwh pada tegangan untuk golongan tarif yang sama, dan m adalah selisih keuntungan (business margin) bagi PLN. Seperti telah disebutkan di atas, subsidi adalah selisih antara biaya pengadaan listrik rata-rata yang diajukan oleh PLN dan tarif listrik ratarata yang ditetapkan oleh pemerintah: Subsidi = - (Tarif - BPP (1 + m)) x V, dimana V adalah voluma penjualan listrik. Dari rumusan di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa cost plus tidak memberi insentif bagi PLN untuk meningkatkan efisiensi pengadaan listrik. Jika ada peningkatan biaya pokok pengadaan listrik akan dengan sendirinya meningkatkan penghasilan PLN. Dengan demikian tidak ada insentif bagi PLN 4
5 untuk menekan BPP. Pada saat yang sama subsidi juga akan meningkat dimana semua tambahan biaya akan ditanggung oleh pemerintah. Diberitakan bahwa pemerintah akan mengubah cara penentuan tarif dari cost plus menjadi performance based regulation (PBR) dan rancananya akan mulai diberlakukan pada tahun Belum diketahui rumusan PBR yang akan dipergunakan pemerintah, tetapi pada dasarnya dengan skema ini ada biaya yang ditanggung oleh pemerintah seperti yang berkaitan dengan inflasi, nilai tular dan pertumbuhan ekonomi, dan ada biaya yang ditanggung oleh PLN yakni yang berkaitan dengan biaya operasional dan investasi. Dengan demikian diharapkan bahwa PLN akan berusaha untuk menjadi lebih efisien dalam upayanya menyediakan listrik. Tetapi perubahan ini tidak akan akan mempengaruhi harga pembelian listrik oleh PLN dari pihak swasta, terutama dari independent power producer (IPP) yang pada umumnya sudah ditentukan pada saat penjanjian pembelian tenaga listrik (power purchase agreement, PPA) disepakati oleh kedua belah pihak. Tentu saja IPP akan berusaha untuk semakin efisien karena upaya tersebut akan meningkatkan keuntungannya. Akan tetapi hal ini tidak akan mempengaruhi harga yang akan dibayar oleh PLN dan dengan demikian oleh konsumen. Sebab pada umumnya PPA berlaku untuk jangka panjang, sampai 30 tahun dan biasanya termasuk ketentuan take-or-pay, yang artinya pihak PLN harus membeli tenaga listrik dalam jumlah minimal tertentu dan dengan harga tertentu pula. Meskipun demikian masih ada hal-hal yang masih bisa dirundingkan oleh PLN dan IPP. Salah satunya adalah fuel cost pass-through. Yang perlu diperhatikan ialah agar tidak semua kenaikan harga bahan bakar dibebankan pada konsumen. Ini akan memberi insentif bagi IPP untuk lebih efisien dalam penggunaan bahan bakarnya. Rekomendasi #3: Dengan perubahan cara penentuan tarif dari cost plus ke performance based regulation, keberadaan listrik yang berasal dari IPP juga harus diperhatikan terutama karena di masa depan sebagian besar dari pasokan listrik di Indonesia akan berasal dari IPP. Sistim PBR seyogianya juga memberi insentif bagi IPP untuk lebih efisien agar bisa membawa keuntungan bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk konsumen, misalnya dengan merumuskan PBR sedemikian rupa sehingga jika terjadi kenaikan harga bahan bakar bebannya tidak sepenuhnya ditanggungkan kepada konsumen tetapi IPP juga ikut menanggungnya. Badan Regulator Ketenagalistrikan Tetapi pembenahan subsidi dan perubahan cara menghitung tarif tidak serta merta menghilangkan semua permasalahan yang mungkin muncul dalam industri ketenagalistrikan. Isu-isu seperti agency problem dan regulatory capture mungkin saja muncul selama proses penentuan tarif dan pengawasan pelaksanaannya. Oleh karena itu institusi yang meregulasi industri ketenagalistrikan juga perlu diperkuat. Selama ini yang menjadi regulator adalah Kemeterian ESDM mewakili pemerintah. Tetapi ada pihak-pihak lain yang juga memiliki kepentingan mengenai ketenagalistrikan tetapi tidak terwakili dalam badan regulator seperti Kementerian Keuangan, lembaga konsumen dan asosiasi IPP. Ada baiknya jika wakil-wakil dari lembaga-lembaga tersebut yang juga ikut serta dalam badan 5
6 regulator. Kehadiran mereka akan memperkuat * badan regulator serta bisa mengurangi kemungkinan terjadinya regulatory capture. Rekomendasi #4: Badan Regulator Ketenagalistrikan hendaknya diperluas keanggotaannya dan mencakup wakil-wakil dari Kementerian Keuangan, lembaga konsumen, IPP dan pemangku kepentingan lainnya. Catatan Penutup: Restrukturisasi PLN Untuk membuat PLN lebih responsive terhadap sistem insentif, maka PLN perlu direstrukturisasi. Restrukturisasi bisa dalam bentuk horizontal atau vertikal. Tujuan utama dari setiap upaya restrukturisasi adalah untuk meningkatkan kinerja dari perusahaan bersangkutan. Peningkatan kinerja tersebut dimungkin oleh adanya peningkatan transparensi tentang biaya dan struktur korporasi serta kontrol yang lebih baik atas semua elemen dari rantai nilai (value chain) melalui apa yang disebut regulatory benchmarking. Pada tahun 2015 PLN telah menjalankan restrukturisasi organisasi secara horizontal dengan membagi Indonesia menjadi tujuh region atau wilayah. Kini ada PLN Sumatera, PLN Jawa Bagian Barat, PLN Jawa Bagian Tengah, PLN Jawa Bagian Timur dan Bali, PLN Kalimantan, PLN Sulawesi dan Nusa Tenggara, dan PLN Maluku dan Papua. 1 Restrukturisasi tersebut memang dibutuhkan mengingat kondisi geografis Indonesia yang tendiri dari pulaupulau dan dengan tingkat perkembangan ketenagalistrikan yang berbeda-beda. Fokus perhatian dari masing-masing PLN tersebut dengan sendirinya akan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pengembangan ketenagalistrikan di wilayah operasi masing-masing. Selain restrukturisasi horizontal, PLN juga perlu mempertimbangkan untuk malakukan restrukturisasi vertikal dengan membuat PLN sebagai holding company dengan tiga anak perusahaan, masing-masing, PLN Pembangkit, PLN Transmisi dan PLN Distribusi. PLN Pembangkit adalah perusahaan yang bertanggung jawab untuk menyediakan listrik, mulai dari perencanaan sampai pembangkitan tenaga listrik. PLN Transmisi bertanggung jawab untuk merencanakan, membangun dan memelihara sarana dan prasaran tranmisi listrik. PLN Transmisi juga befungsi sebagai sistem operator transmisi (transmission system operator) yang bertanggung jawab menyalurkan listrik dari pembangkit ke jaringan distribusi. PLN Distribusi yang bertanggung jawab untuk merencanakan, membangun dan memelihara jaringan distribusi listrik serta menyalurkan listrik ke pelanggan. Dengan pembagian ini, transaksi yang terjadi di antara ketiga anak perusahaan akan berlangsung seperti yang biasa terjadi antara perusahaanperusahaan independen. Dengan demikian mereka menciptakan kegiatan pasar internal yang menyerupai kegiatan pasar tenaga listrik eksternal. Artinya akan terjadi jual-beli atau sewa-menyewa antara PLN Pembangkit dan PLN Distribusi dan mereka juga harus membayar jasa transmisi dan system operator fee kepada PLN Transmisi. Ada beberapa keuntungan dari restrukturisasi ini. Pertama, restrukturisasi tersebut akan meningkatkan kinerja dari masing-masing anak perusahaan. Informasi tentang restrukturisasi horizontal ini penulis peroleh dari reviewer yang juga memberikan data tentang besanya konsumsi dan subsidi listrik, serta data investasi yang dipergunakan dalam tulisan ini. 6
7 Induk perusahaan dan Badan Regulator bisa menantau kinerja dari masingmasing anak perusahaan. Dengan sistem PBR Badan Regulator bisa merumuskan sistem yang memberi imbalan untuk anak perusahaan yang kinerjanya baik dan penalti untuk perusahaan yang kinerjanya kurang baik. Tentu saja restrukturisasi vertikal ini tidak perlu dilaksanakan di setiap wilayah tetapi bisa dimulai di wilayah yang sudah lebih maju industri ketenagalistrikannya seperti di Pulau Jawa dan Bali. 7
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Moekti P. Soejachmoen
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Inklusi Keuangan di Indonesia Moekti P. Soejachmoen Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Hefrizal Handra
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Berbagi Beban Fiskal Hefrizal Handra Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan oleh Centre
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Insider Forum Series Indonesia Energy Roadmap 2017 2025 Jakarta, 25 Januari 2017 I Kondisi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Harga Pembelian Listrik Skala Kecil. Menengah..
No.427, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Harga Pembelian Listrik Skala Kecil. Menengah.. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia
Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Listrik merupakan salah satu sumber daya energi dan mempunyai sifat sebagai barang publik yang mendekati kategori barang privat yang disediakan pemerintah (publicly provided
Lebih terperinciMEREALISASIKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SECARA EFEKTIF
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia MEREALISASIKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SECARA EFEKTIF Fauziah Zen Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciBADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR http://www.republika.co.id Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap 102 pemerintah kabupaten, kota dan Perusahaan
Lebih terperinciEFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah
EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Meninjau Ulang Pentingnya Perjanjian Perdagangan Bebas Bagi Indonesia Yose Rizal Damuri Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI REGULASI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI ANGIN Disampaikan oleh Abdi Dharma Saragih Kasubdit
Lebih terperinciBERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
No.127, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG HARGA PEMBELIAN TENAGA LISTRIK OLEH PT PLN (PERSERO) DARI PEMBANGKIT
Lebih terperinciPLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life. Jakarta, Mei 2010
PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life Jakarta, Mei 2010 Beberapa Regulasi yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penentuan Jasa Konsesi UU No 30 2009 (Menggantikan UU 15 1985) Ketenagalistrikan
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses transaksi listrik, PLN membagi pelanggannya menjadi beberapa kategori berdasarkan kebutuhan dan kapasitas daya terpasang untuk mengetahui tarif tenaga
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi ekonomi yang cukup kuat di Asia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh
Lebih terperinciPOKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No. 19 Tahun 2017) Direktur Pembinaan
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU
LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : I Rapat ke : 16 Jenis Rapat : Rapat
Lebih terperinciVII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Berdasarkan hasil analisis hasil estimasi mode l subsidi harga listrik da n hasil
VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis hasil estimasi mode l subsidi harga listrik da n hasil simulasi dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Produksi tenaga
Lebih terperinciTanya Jawab Seputar PLN, Menyongsong 2013
Tanya Jawab Seputar PLN, Menyongsong 20 Pada 20, PLN merencanakan meningkatkan kemampuan menjual listrik hingga 182 TWh guna mendorong pergerakan perekonomian dan memungkinkan lebih dari 2,5 juta pelanggan
Lebih terperinciDAMPAK INFLASI KEBIJAKAN PENYESUAIAN TTL 900 VA UNTUK RUMAH TANGGA MAMPU
1 DAMPAK INFLASI KEBIJAKAN PENYESUAIAN TTL 900 VA UNTUK RUMAH TANGGA MAMPU DR. Juda Agung Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Disampaikan dalam Acara Coffee Morning Kementerian
Lebih terperinciKenaikan TDL Konferensi Pers. Jakarta, 29 Juni 2010
Mengukur Dampak Ekonomi Kenaikan TDL 2010 Konferensi Pers ReforMiner Institute Jakarta, 29 Juni 2010 Untuk keterangan lebih lanjut dapat mengubungi: Komaidi (0815 531 33252) Pri Agung Rakhmanto (0812 8111
Lebih terperinci2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi
No.1812, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penyediaan Tenaga Listrik Skala Kecil. Percepatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciMateri Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya
Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional
Lebih terperinciINSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI
MENUJU KEDAULATAN ENERGI DR. A. SONNY KERAF KOMISI VII DPR RI SEMINAR RENEWABLE ENERGY & SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN INDONESIA : PAST EXPERIENCE FUTURE CHALLENGES JAKARTA, 19-20 JANUARI 2009 OUTLINE PRESENTASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat disanggah lagi jika di era sekarang ini segala aktivitas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat disanggah lagi jika di era sekarang ini segala aktivitas yang dilakukan masyarakat modern sangat tergantung kepada ketersediaan 1nergy. Hampir
Lebih terperinciDEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI
MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA YANG DIWAKILI OLEH: ROES ARYAWIJAYA DEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI Kondisi Pengelolaan Energi, Ketenagalistrikan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN I. PEMOHON Mohamad Sabar Musman II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 47
Lebih terperinciSTRATEGI EFISIENSI PEMBIAYAAN PEMERINTAH UNTUK MEMACU PELAKSANAAN KONSERVASI ENERGI PADA SEKTOR KETENAGALISTRIKAN. Khalif Ahadi dan M.
STRATEGI EFISIENSI PEMBIAYAAN PEMERINTAH UNTUK MEMACU PELAKSANAAN KONSERVASI ENERGI PADA SEKTOR KETENAGALISTRIKAN Khalif Ahadi dan M. Indra Al Irsyad Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan,
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS
REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Perjanjian antara PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan Proyek Pembangkit Listrik Berbahan Bakar
Lebih terperinciGambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia
- 54 - BAB 3: KORIDOR EKONOMI INDONESIA A. Postur Koridor Ekonomi Indonesia Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di
Lebih terperinciIndonesia: Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik
PDS terjemahan ini didasarkan pada versi Inggrisnya yang bertanggal 28 Oktober 2016. Indonesia: Akses Energi erkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik Nama Akses Energi erkelanjutan
Lebih terperinciSIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,
Lebih terperinciHASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)
HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik) Pendahuluan Dalam delapan tahun terakhir (2005-2012) rata-rata proporsi subsidi listrik terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan
Lebih terperinciMENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN TARIF TENAGA LISIK UNTUK KONSUMEN YANG DISEDIAKAN OLEH PT. PELAYANAN LISIK NASIONAL TARAKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program pembangunan pembangkit listrik Megawatt (MW) merupakan program strategis pemerintahan Jokowi-JK untuk mendukung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan pembangkit listrik 35.000 Megawatt (MW) merupakan program strategis pemerintahan Jokowi-JK untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan
Lebih terperinciTANYA JAWAB Pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TANYA JAWAB Pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran BUKU TANYA JAWAB Pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran DISUSUN OLEH: Direktorat
Lebih terperinciTanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015
Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015 Mengacu Permen ESDM No. 09 Tahun 2015, Permen ESDM No: 31 Tahun 2014 & Permen ESDM No. 33 Tahun 2014 P T P L N ( P e r s e r o ) J l. T r u n o j o y o B l
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) UNTUK MELAKUKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG MENGGUNAKAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BAHAN SOSIALISASI PERMEN ESDM NOMOR 38 TAHUN 206 TENTANG PERCEPATAN ELEKTRIFIKASI DI PERDESAAN BELUM BERKEMBANG, TERPENCIL, PERBATASAN DAN
Lebih terperinciAnalisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat
37 Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat M. Iqbal Arsyad Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura iqbalarsyad@yahoo.co.id Abstract Electrical sector plays important
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL DAN BAB 1 PENDAHULUAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL BAB 1 PENDAHULUAN... 1-1 BAB 2 PRIORITAS NASIONAL DAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA.... 2-1 A. PRIORITAS NASIONAL 2.1 PRIORITAS NASIONAL 1: REFORMASI
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.975, 2017 KEMEN-ESDM. Sumber Energi Terbarukan. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciMP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan
Rubrik Utama MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Oleh: Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor olume 18 No. 2, Desember
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. infrastruktur gas baru dan akuisisi blok migas diberbagai wilayah di Indonesia. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Perusahaan Gas Negara (PGN) semakin memantapkan posisinya sebagai BUMN yang memiliki komitmen dan konsistensi dalam pengembangan insfrakstruktur dan pemanfaatan
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009
INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan
Lebih terperinciEFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH
EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH Abstrak Dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, PLN telah melakukan banyak upaya untuk mencapai target yang
Lebih terperinciBIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM
INEFISIENSI BBM Kenaikan harga minyak yang mencapai lebih dari US$100 per barel telah memberikan dampak besaran alokasi dalam APBN TA 2012. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang mendorong pemerintah
Lebih terperinci2014, No Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2014 tentang Pembelian Tenaga Listrik Dari Pembangkit Listrik Tenaga Air Oleh PT Perusahaan Listrik Negara
No.1131, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Pembelian. Tenaga Listrik. PLTA. PT PLN (Persero). Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN , antara tahun 2008 dan 2012,
BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Kebutuhan listrik masyarakat Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN 2013-2022, antara tahun 2008 dan 2012, penjualan listrik meningkat dari
Lebih terperinciKomisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 14/KPPU/PDPT/VI/2013
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 14/KPPU/PDPT/VI/2013 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT PEMBANGKITAN
Lebih terperinciTabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi
Boks 2 REALISASI INVESTASI DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU I. GAMBARAN UMUM Investasi merupakan salah satu pilar pokok dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, karena mampu memberikan multiplier effect
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008
RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2008 disusun untuk menggambarkan kecenderungan situasi permintaan dan penyediaan energi Indonesia hingga 2030 dengan mempertimbangkan
Lebih terperinciUMKM & Prospek Ekonomi 2006
UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia
Lebih terperinciLaporan Kajian Akademis Penanggulangan Krisis Energi Listrik dan Status PLN Kota Tarakan
Laporan Kajian Akademis Penanggulangan Krisis Energi Listrik dan Status PLN Kota Tarakan 1. Pendahuluan Geografis (Harry) Kota Tarakan adalah salah satu pemerintah daerah yang saat ini berada pada provinsi
Lebih terperinciDUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO)
DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO) 1. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin ketatnya persaingan antar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kini perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Anton Gunawan
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Sektor Jasa Keuangan Anton Gunawan Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan oleh Centre
Lebih terperinciRingkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia
Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010
RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010 Pertemuan Tahunan Pengelolaan Energi Nasional merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Pusat Data dan Informasi Energi dan
Lebih terperinciInternational Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA
Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia
Lebih terperinciKAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY
KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY Abstraksi Berdasarkan data realisasi subsidi APBN, selama ini meningkatnya angka subsidi APBN di-drive oleh, salah satunya
Lebih terperinciRELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017
Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat. Tanpa adanya listik lampu-lampu tidak dapat menerangi desa atau
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Tanpa adanya listik lampu-lampu tidak dapat menerangi desa atau kota. Sebuah kota tanpa listrik
Lebih terperinci- 3 - Nomor 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan
- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 2. Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis, industri, dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan peramalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Seiring dengan kemajuan teknologi, permasalahan pada dunia listrik sering terjadi salah satunya pada kebutuhan energi listrik. Kebutuhan energi listrik yang semakin bertambah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada dewasa ini, listrik menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Listrik
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dewasa ini, listrik menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Listrik menentukan strategis perekonomian negara selain bahan bakar dan tenaga kerja, terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Masih tingginya angka kemiskinan, baik secara absolut maupun relatif merupakan salah satu persoalan serius yang dihadapi bangsa Indonesia hingga saat ini. Kemiskinan
Lebih terperinciMateri Paparan Menteri ESDM
Materi Paparan Menteri ESDM Rapat Koordinasi Infrastruktur Ketenagalistrikan Jakarta, 30 Maret 2015 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Listrik sekarang telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat karena
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Listrik sekarang telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat karena hampir setiap aktivitas masyarakat, terutama masyarakat perkotaan, sangat tergantung pada ketersediaan
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciMENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR
MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR Heru Husaini Mahasiswa Program Doktor Manajemen Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) Abstrak Setelah enam puluh dua tahun Indonesia merdeka, masih terdapat
Lebih terperinciGambar 1. Rata-rata Proporsi Tiap Jenis Subsidi Terhadap Total Subsidi (%)
SUBSIDI LISTRIK (Tinjauan Dari Aspek Ketersediaan Bahan Bakar) I. Pendahuluan S ubsidi listrik diberikan sebagai konsekuensi penentuan rata-rata harga jual tenaga listrik (HJTL) yang lebih rendah dari
Lebih terperinciKERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF
KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN a. Pada akhir Repelita V tahun 1994, 36% dari penduduk perkotaan Indonesia yang berjumlah 67 juta, jiwa atau 24 juta jiwa, telah mendapatkan sambungan air
Lebih terperinciTAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN
TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN economy.okezone.com Pemerintah berencana menambah anggaran i subsidi ii listrik sebesar Rp10 triliun dari rencana awal alokasi anggaran Rp 44,96 triliun. Luky
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) UNTUK MELAKUKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG MENGGUNAKAN
Lebih terperinciSUBSIDI LISTRIK DAN PERMASALAHANNYA
SUBSIDI LISTRIK DAN PERMASALAHANNYA 1. Subsidi listrik dan belanja pemerintah pusat Proporsi subsidi listrik terhadap belanja pemerintah pusat cenderung meningkat dari hanya 2,5% pada tahun 2005 menjadi
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK
LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK STRATEGI KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFLASI DI DAERAH PASCA KEBIJAKAN BARU SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) : Studi di Provinsi D.I.Yogyakarta
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1609, 2016 KEMENPAN-RB. Pelayanan Publik. Inovasi. Kompetisi. Tahun 2017. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciDisampaikan pada: Komunikasi Nasional Jogjakarta, 5 Desember 2007 Persero) Electricity For A Better Life
Disampaikan pada: Seminar Nasional Energi dan Kelistrikan serta Teknologi Informasi Komunikasi Nasional Jogjakarta, 5 Desember 2007 Oleh : Eddie Widiono Msc. - Dirut PT PLN (Persero( Persero) 1 PT PLN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala
13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terus menerus dilaksanakan melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala aspek. Salah satu
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DI INDONESIA: KEBIJAKAN, RENCANA DAN PENDANAAN Jakarta, 20 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KONDISI SAAT INI Kondisi
Lebih terperinciJakarta, 10 Maret 2011
SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA TAHUN 2017
LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Jakarta 2018 0 KATA SAMBUTAN S egala puji dan rasa syukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang sebagai perwujudan pengabdian dan peran serta rakyat untuk membiayai negara dan
Lebih terperinciPENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN. Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc.
PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc. Presiden Direktur PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) Konsepsi Penjaminan
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 1 Outline paparan I. Potensi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku
Lebih terperinciKEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT SASARAN RUMAH TANGGA DAYA 900 VA
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT SASARAN RUMAH TANGGA DAYA 900 VA Jakarta, Januari 2017 1 LANDASAN HUKUM 1. Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan pada setiap jenis usaha. Hal ini menuntut perusahaan dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian ditunjukkan dengan semakin meningkatnya persaingan pada setiap jenis usaha. Hal ini menuntut perusahaan dapat mempertahankan diri
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN. 23 Oktober 2017
PEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN 23 Oktober 2017 1 Minyak Solar 48 (Gas oil) Bensin (Gasoline) min.ron 88 Rp.7 Ribu Rp.100 Ribu 59 2 Progress dan Roadmap BBM Satu Harga Kronologis
Lebih terperinciInisiatif Kompor Bersih Indonesia Kasus Kompor Biomassa Bersih di Indonesia
Inisiatif Kompor Bersih Indonesia Inisiatif Kompor Bersih Indonesia Clean Stove Initiative (CSI) Indonesia adalah suatu inisiatif Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia Kasus bisnis ini dikembangkan oleh
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL
VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan
Lebih terperinci