MEREALISASIKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SECARA EFEKTIF
|
|
- Liana Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia MEREALISASIKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SECARA EFEKTIF Fauziah Zen Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA). Kegiatan ini merupakan kontribusi pemikiran dari komunitas penelitian/riset, yang diharapkan dapat membantu meningkatkan efektivitas kebijakan pemerintah. Dalam kegiatan ini, CSIS bersama dengan ERIA mengundang 16 ahli ekonomi dari berbagai institusi penelitian terkemuka yang kompeten pada bidang keahlian yang spesifik, untuk berdiskusi mengenai tujuh permasalahan strategis ekonomi Indonesia (pembangunan infrastruktur, kebijakan daya saing, iklim investasi, kebijakan pangan, kebijakan sektor jasa, kebijakan fiskal, dan kebijakan perlindungan sosial), yang kemudian dikumpulkan dalam rangkaian ikhtisar kebijakan singkat (policy brief) untuk masing-masing topik. Diseminasi hasil temuan dan rekomendasi yang dihasilkan kegiatan ini dilakukan melalui berbagai jalur. Kegiatan ini berusaha untuk melibatkan pejabat pemerintah yang terkait melalui sejumlah Focus Group Discussion (FGD) dan Audiensi dengan pengambil kebijakan strategis, yang terkait dengan masing-masing topik di atas. Sementara itu, diseminasi kepada publik secara luas juga dilakukan melalui sejumlah Seminar Publik mengenai masing-masing topik, serta melalui publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat dan sejumlah multimedia pendukung yang dapat diakses secara online melalui 1
2 DEFISIT INFRASTRUKTUR DAN BEBERAPA ISU UTAMA Pembangunan infrastruktur merupakan suatu persyaratan penting dalam pembangunan sosial-ekonomi. Infrastruktur diperlukan sebagai sarana penghubung, input, maupun output dari berbagai macam kegiatan sosialekonomi. Kondisi infrastruktur dan pembangunannya di Indonesia adalah suatu topik yang sangat sentral dan luas, terutama karena Indonesia mengalami defisit infrastruktur yang dirasakan semakin besar. Infrastruktur memerlukan pembiayaan yang besar dan uang negara tidak mencukupi semua kebutuhan infrastruktur, sehingga diskusi dan solusi yang dicari oleh pembuat kebijakan biasanya berpusat pada masalah pendanaan. Padahal dalam implementasinya, pendanaan konstruksi bukanlah satu-satunya faktor yang menjamin suatu proyek akan berjalan dan sukses. Policy notes ini berfokus pada tiga masalah utama dari berbagai masalah penting lainnya: 1. Peran swasta 2. Pendanaan 3. Penyediaan lahan PERAN SWASTA Pemerintah menginginkan peran swasta yang lebih besar dalam pembangunan proyek infrastruktur. Diperkirakan APBN hanya mampu membiayai sekitar 20% dari total kebutuhan infrastruktur, sehingga memerlukan kontribusi yang signifikan dari BUMN dan swasta (PPP). Hal ini merupakan suatu praktik yang lazim dan dengan pengelolaan yang tepat, akan membawa manfaat melebihi dari sekedar mendapat sumber pembiayaan. Swasta dapat membawa inovasi dan efisiensi, karena itu adalah kompetensi utama mereka dalam bersaing. Berbagi peran dengan swasta juga akan memberikan ruang dan waktu yang lebih besar untuk pemerintah berkonsentrasi pada infrastruktur yang merupakan ranah publik murni. Perusahaan swasta sudah pasti mengejar laba, sehingga proyek infrastruktur yang tepat untuk dipegang oleh swasta adalah proyek yang menghasilkan laba dan proyek yang dengan skema dukungan pemerintah akan dapat menghasilkan laba. Partisipasi swasta juga dapat berupa konsesi manajemen untuk mengurangi beban sektor publik dan meningkatkan efisiensi layanan fasilitas infrastruktur tersebut. Di sini ada dua isu penting yang potensial menjadi penghambat. Pertama adalah pembagian risiko dan keuntungan antara pihak pemerintah dan swasta. Risiko seharusnya ditanggung oleh pihak yang berpotensi menyebabkan terjadinya risiko dan yang paling bisa menginternalisasi risiko tersebut. Contohnya risiko politik yang hanya bisa dipicu dan diselesaikan oleh pemerintah, misalnya jaminan tidak ada akuisisi selama masa konsesi, atau jaminan bahwa pemerintah tidak akan memberi peluang terjadinya persaingan yang tidak rasional yang bisa mematikan proyek yang sedang berjalan. Jika pemerintah tidak mau menanggung risiko yang tidak bisa ditanggung pihak swasta, maka tidak akan ada swasta yang mau berpartisipasi dalam proyek tersebut. Keramaian di media mengenai jaminan risiko yang diminta swasta pada Pemerintah dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung memberikan sinyal negatif pada investor, karena tampaknya pemerintah seperti ingin menggeser semua risiko ke pihak swasta. 2
3 Isu kedua adalah strategi untuk menarik partisipasi swasta. Penunjukan BUMN untuk membangun banyak proyek yang bagus memang memberikan suatu keuntungan bagi negara yaitu kecepatan pelaksanaan dan keuntungan yang kembali pada negara. Tetapi jika mayoritas proyek prospektif ditugaskan ke BUMN, maka proyek yang ditawarkan untuk swasta non BUMN hanyalah proyek kelas dua yang tidak terlalu menarik dan memerlukan banyak penyesuaian struktur dan skema untuk membuatnya feasible. Penugasan pada BUMN juga memerlukan dana negara yang lebih besar dan mendesak sektor swasta, padahal swasta juga perlu diberi ruang karena berperan dalam menciptakan lapangan kerja dan menjaga iklim persaingan yang sehat. KAPAN PROYEK PPP DAPAT MENARIK INVESTOR YANG SERIUS? Investor PPP sebenarnya tidak kekurangan dana untuk membangun proyek karena mereka mempunyai kompetensi dan mekanisme untuk mengumpulkan dana baik dari ekuitas maupun pinjaman. Tetapi kenapa investor tampak tidak terlalu tertarik untuk mengajukan proposal yang bagus untuk beberapa proyek PPP yang ditawarkan? Paling tidak ada tiga faktor penentu di sini: a. Jenis proyek yang ditawarkan memang kurang memenuhi unsur kelayakan finansial bagi swasta untuk menjalankannya. Jika mereka menawarkan proposal maka biaya atau harga jual jasa dianggap terlalu tinggi bagi pihak pemerintah. Biasanya proyek seperti ini mengandung risiko yang tinggi dan lebih cenderung ke proyek yang justifikasi sosialnya lebih tinggi dibanding justifikasi finansial ekonomi (public goods). Ini yang berkaitan dengan dilema ketika pemerintah memberikan mandat beserta suntikan dana ke BUMN secara masif untuk menjalankan berbagai proyek yang menarik, dan yang ditawarkan ke swasta kebanyakan merupakan proyek sisa. b. Proyek yang ditawarkan tidak dikemas dengan baik, sehingga gagal memberi sinyal kepada investor mengenai potensi keuntungannya. Untuk mendapatkan estimasi yang cukup baik mengenai potensi keuntungan, potensi risiko, dan biaya, investor harus mengeluarkan dana dan waktu yang tidak sedikit. c. Tawaran proyek tidak memberikan kepastian dalam hal: (i) komitmen pemerintah untuk mengimplementasikan proyek tersebut, dan (ii) waktu penawaran/lelang dari semua proyek yang direncanakan dalam suatu periode (misal dalam 2-3 tahun mendatang). Waktu pembukaan penawaran ini penting untuk diketahui para calon investor di awal karena untuk mengikuti lelang memerlukan usaha, sumber daya, dan dana yang tidak sedikit sehingga mereka tidak mungkin berpartisipasi di setiap penawaran. Penawaran dengan jadwal yang jelas dan diketahui lebih awal akan membantu calon investor untuk berkonsentrasi pada proyek yang paling diminati dan mempersiapkan penawaran dengan lebih baik. PENDANAAN: BUKAN SEKEDAR MEMBANGUN PROYEK TETAPI PROYEK YANG SINAMBUNG Pendanaan proyek terdiri dari dua tahap utama: (i) biaya konstruksi (financing), dan (ii) biaya operasi dan pemeliharaan (OM/funding). Pada PPP, 3
4 kedua jenis pembiayaan ini mempunyai skema yang berbeda tetapi sangat berkaitan dan saling mempengaruhi. Contohnya ketika pemerintah menolak memberikan subsidi biaya tiket kereta MRT Jakarta, maka alternatif lainnya adalah berpartisipasi dalam biaya konstruksi melalui Vialibility Gap Funding (VGF). Dengan menurunkan biaya konstruksi yang ditanggung swasta, maka pada tahap operasional, tiket kereta bisa dijual dengan harga terjangkau tanpa subsidi. Jika pemerintah tidak mau mensubsidi harga tiket dan tidak mau memberikan VGF, maka operator tidak akan bisa menjual tiket pada harga yang diminta pemerintah. Perpres 38/2015 memberikan beberapa pendekatan yang lebih progresif, tetapi masih mempunyai beberapa ketidakjelasan, terutama: a) proses menentukan skema procurement. Proyek KPBU ditentukan oleh Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) berdasarkan kesesuaian dengan perencanaan dan analisis Value for Money (VfM). Tetapi tidak ada kewajiban membuat perbandingan antara skema tradisional versus skema KPBU, misalnya dengan metode Public Sector Comparator (PSC) atau metode lainnya. Hal ini tidak menjamin bahwa skema KPBU adalah skema yang terbaik untuk proyek yang diajukan dibanding skema lainnya; b) BUMN/BUMD dapat bertindak sebagai PJPK (Sektor Publik), juga sebagai Badan Usaha (Sektor Swasta), hal ini bisa menimbulkan kerancuan jika tidak segera diatur di peraturan penyertanya; c) aspek institusi belum diselesaikan secara tegas: bagaimana peran KPPI, apakah akan ada semacam PPP Center, bagaimana PPP Center yang sekarang di bawah Eselon 2 Kemenkeu dan juga di Bappenas, serta bagaimana pelaksanaannya di daerah. Dana konstruksi merupakan kombinasi ekuitas, pinjaman, dan sponsor. Sedangkan dana OM dapat berupa kombinasi user fees, subsidi, dan konsesi bisnis penyerta. Di banyak negara semisal di Jepang, operator kereta api mendapat konsesi pengelolaan lahan komersial di beberapa stasiun untuk menutup biaya OM kereta yang biasanya tidak bisa ditutup dari penjualan tiket saja. Variabel penentu pilihan skema financing dan funding sangat dipengaruhi berbagai faktor unik dari jenis proyek, tetapi ada rule of thumb yang berlaku: a. Keselarasan antara nilai manfaat proyek dan penerima manfaat dengan dukungan fiskal yang diberikan. b. Menghindari ledakan beban kewajiban masa depan akibat keputusan saat ini yang timbul dari keputusan mengenai utang, penjaminan, dan subsidi. c. Kesesuaian antara jenis barang (publik, semi publik, atau barang privat) dengan pilihan skema financing dan funding. d. Estimasi spillover/eksternalitas baik yang positif dan negatif dan skema untuk menginternalisasi/mengkompensasinya. Dalam realita, keputusan berdasarkan pertimbangan politik tidak dapat dihindari seratus persen; hanya yang perlu diperhatikan adalah ruang untuk ini selayaknya tidak mendesak ruang keputusan yang berdasarkan pertimbangan manfaat sosio-ekonomi dan tujuan pembangunan nasional. Affirmative action tetap dapat mempunyai landasan pertimbangan manfaat sosio-ekonomi yang rasional. 4
5 PENYEDIAAN LAHAN Pembebasan lahan merupakan masalah yang berulang dan berlarut-larut dalam mayoritas proyek infrastruktur di Indonesia. Banyak proyek tertunda sampai bertahun-tahun hanya karena masalah ini. Hal ini tentu meningkatkan biaya proyek karena dengan berjalannya waktu akan ada kenaikan harga barang konstruksi/input, gangguan supply, pembayaran overhead perusahaan tanpa melakukan kegiatan produktif seperti yang direncanakan, serta kemungkinan teknologi yang akan dipakai menjadi kuno/tertinggal karena penundaan yang berkepanjangan. Semua akan mempengaruhi kelayakan harga jual servis/ produk dan perhitungan rencana bisnis secara keseluruhan. Singkatnya project overrun sangat mungkin akan menambah biaya total dan akibatnya akan meningkatkan harga jual produk/servis. Sekarang Perpres 28/2015 memberikan tanggung jawab penyediaan lahan ke PJPK (pemerintah) yang merupakan suatu kemajuan penting. Yang menjadi tantangan kemudian adalah eksekusi, apakah bisa dilakukan secara relatif cepat dan efisien, mengingat proyek pemerintah selama ini pun masih terkendala di pembebasan lahan. Sebagai perbandingan, di Malaysia misalnya, pembebasan lahan untuk kepentingan publik hanya bisa diprotes masalah teknisnya saja (misal penentuan lokasi atau taksiran luas lahan dan properti) oleh pemilik untuk satu kali peninjauan melalui keputusan pengadilan dan jangka waktu maksimum pembebasan lahan adalah 1.5 tahun. Pemilik tanah tidak bisa menolak menjual tanahnya jika diminta oleh pemerintah untuk kepentingan umum. Harga pasar tanah dilihat dari harga di daerah tersebut atau harga historikal. Hal ini menghindari jebakan spekulan yang membuat harga tanah melambung jauh di atas harga yang wajar pada saat awal pengumuman rencana pembelian lahan untuk proyek tersebut. Pembebasan lahan ini adalah problem yang besar terutama bagi proyek PPP, karena penundaan konstruksi akan menurunkan keunggulan skema tersebut dan meningkatkan biaya total. REKOMENDASI 1. Pembagian proyek infrastruktur untuk dilakukan oleh BUMN dan ditenderkan untuk swasta memperhatikan aspek: porsi yang rasional antara BUMN dan swasta, dorongan untuk BUMN berkompetisi secara fair di pasar, kebutuhan teknologi/inovasi baru, serta variasi/keunikan sektor dan wilayah. 2. Membuat sistem institusi yang efektif, efisien, dan simpel dalam pelaksanaan KPBU, membuat standar penerapan VfM untuk membandingkan opsi skema KPBU versus lainnya, dan aturan main jika BUMN/BUMD bertindak sebagai Badan Usaha dalam proyek KPBU. 3. Mempersiapkan penawaran proyek dengan serius. Untuk ini diperlukan dana reguler (PDF = Project Development Facility) yang digunakan untuk melakukan kegiatan persiapan sampai menghasilkan dokumen proyek yang memenuhi standar internasional dan memberi argumen yang kuat mengenai skema yang diinginkan pemerintah. Dengan demikian pemerintah mempunyai pegangan kuat dalam proses negosiasi dengan swasta mengenai skema, harga, dukungan fiskal, dan sebagainya. 4. Pemerintah harus menjadi pemimpin dalam mengeksekusi proyek berskema PPP, karena pemerintah harus bisa berhitung dan menentukan jenis dan 5
6 besaran dukungan (fiskal dan non-fiskal), serta risiko (terutama politik dan regulasi) yang optimal untuk menjamin agar peran publik vs. swasta berjalan seimbang. 5. Membuat terobosan yang signifikan untuk mengatasi persoalan pembebasan lahan yang berlarut-larut, melalui: pembatasan jumlah dan waktu pengajuan tuntutan hukum atas penetapan kompensasi dari pemerintah (usul: maksimal 1,5 tahun sejak penetapan harga ganti rugi disetujui pemerintah), memberikan acuan harga pasar yang logis dan tidak mengikuti skema spekulan (usul: berdasarkan harga historis sampai dengan dua tahun sebelum penetapan proyek, dengan harga dua tahun terakhir diestimasi berdasar acuan inflasi dan kenaikan harga properti terdekat yang tidak masuk proyek), serta menentukan persentase tambahan dari nilai properti sebagai kompensasi non-material (misal 15% dari harga tanah) sebagai jalan tengah tuntutan tinggi pemilik lahan dan nilai pasar lahan tersebut. 6
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Hefrizal Handra
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Berbagi Beban Fiskal Hefrizal Handra Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan oleh Centre
Lebih terperinciKPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif
KPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif Jakarta 31 Desember 2015 Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya infrastruktur dan menempatkan infrastruktur
Lebih terperinciKERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur DJPPR Kebutuhan Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan
BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.
Lebih terperinciPUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP)
PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP) III.1. Tujuan Umum Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia dalam penyediaan infrastruktur melalui kerja sama pemerintah swasta. III.2. Tujuan Khusus
Lebih terperinciKerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Mengapa KPBU?
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Definisi: KPBU adalah kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu kepada spesifikasi
Lebih terperinciFAQ. bahasa indonesia
FAQ bahasa indonesia Q: Apa itu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) A: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), atau PT PII, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dan berada
Lebih terperinciMemperbesar Pintu Masuk Partisipasi Swasta Dalam Penyedian Infrastruktur Sosial
Memperbesar Pintu Masuk Partisipasi Swasta Dalam Penyedian Infrastruktur Sosial Jakarta 31 Desember 2015 Pada bulan Maret 2015, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 ( Perpres
Lebih terperinciFASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)
KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Dipersiapkan untuk Market Sounding Proyek KPBU: Pengembangan Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional dan
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Moekti P. Soejachmoen
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Inklusi Keuangan di Indonesia Moekti P. Soejachmoen Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan
Lebih terperinciTATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM
TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT DENGAN KERJASAMA SPAM 1. UU 23/2014 2. PP 50/2007 3. PP 121/2015 4. PP 122/2015 5. PP 54/2017 6. Perpres 38/2015 7. Permen
Lebih terperinciMembenahi Subsidi. Raymond Atje 1 *
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Membenahi Subsidi Tenaga Listrik Raymond Atje 1 * Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan
Lebih terperinciMASA DEPAN INDUSTRI EPC ; TANTANGAN BUMN EPC (2017)
MASA DEPAN INDUSTRI EPC ; TANTANGAN BUMN EPC (2017) Biro Riset BUMN Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) Pemain di industri engineering, procurement & construction
Lebih terperinciAspek Perpajakan Viability Gap Fund 1
Aspek Perpajakan Viability Gap Fund 1 Oleh: Sofia Arie Damayanty dan Hadi Setiawan 2 Incentives are not strategy, they are tactics. Defensive measures. Carlos Ghosn Pemerintah Indonesia terus berupaya
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PRT/M/2016 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN OLEH PEMERINTAH PUSAT
Lebih terperinci1 of 9 21/12/ :39
1 of 9 21/12/2015 12:39 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN KELAYAKAN ATAS SEBAGIAN BIAYA KONSTRUKSI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1311, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Biaya Konstruksi. Proyek Kerja Sama. Infrastruktur. Dukungan Kelayakan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program pembangunan pembangkit listrik Megawatt (MW) merupakan program strategis pemerintahan Jokowi-JK untuk mendukung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan pembangkit listrik 35.000 Megawatt (MW) merupakan program strategis pemerintahan Jokowi-JK untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan
Lebih terperinciUPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL
UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL Oleh FRANS S. SUNITO DIREKTUR UTAMA PT JASA MARGA (PERSERO) KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-8, HOTEL MERCURE,JAKARTA, 4-5 SEPTEMBER 2007 DAFTAR ISI
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 KEMENKEU. Ketersediaan Layanan KPBU. Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 260/PMK.08/2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KETERSEDIAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari hari ke hari. Oleh karenanya strategi menentukan harga penawaran menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat kompetisi di dunia bisnis konstruksi terus meningkat secara tajam dari hari ke hari. Oleh karenanya strategi menentukan harga penawaran menjadi sangat penting
Lebih terperinciMANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK
JURNAL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK MKP PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP) Politeknik Keuangan Negara STAN Alamat Korespondensi: msuhendra@pknstan.ac.id
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Meninjau Ulang Pentingnya Perjanjian Perdagangan Bebas Bagi Indonesia Yose Rizal Damuri Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan
Lebih terperinciM A N A J E M E N R I S I K O. Proyek Jalur Kereta Bandara Soekarno-Hatta
M A N A J E M E N R I S I K O Proyek Jalur Kereta Bandara Soekarno-Hatta Dokumen ini disusun berdasarkan studi kasus yang ditulis oleh Lie Chen dan didiskusikan pada acara: Roundtable Discussion Some Risk
Lebih terperinci, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penyiapan. Pelaksanaan. Transaksi. Fasilitas. Penyediaan Infrastruktur. Proyek Kerjasama. Pemerintah dan Bahan Usaha. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciMEMAHAMI PROJECT BASED SUKUK (PBS)
MEMAHAMI PROJECT BASED SUKUK (PBS) Oleh: Eri Hariyanto, Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan*) Pendahuluan Dalam trilogi Musgrave disebutkan bahwa Pemerintah melalui kebijakan
Lebih terperinciALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Oleh: Menteri PPN/Kepala Bappenas Jakarta, Desember 2012 PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan
Lebih terperinci1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.
Pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Publik (Public Service Obligation-PSO) sampai saat ini belum berjalan dengan baik. Secara umum permasalahan tersebut antara lain adalah belum adanya persepsi yang sama tentang
Lebih terperinci2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta
No.1486, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Ketersediaan Layanan. Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur.Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.08/2015
Lebih terperinciCHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PELABUHAN
CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PELABUHAN Checklist Dokumen Prastudi Kelayakan KPBU (Dokumen) ini bukan merupakan template yang bersifat WAJIB melainkan lebih kepada arahan mengenai hal-hal
Lebih terperinciAlternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah Jakarta, 26 Oktober 2017 Outline o Kebutuhan Pembiayaan
Lebih terperinciSinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025
Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025 Disajikan oleh: Roy Bandoro Swandaru A. Pendahuluan Pemerintah telah berkomitmen
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Bagan Alir Penelitian
BAB III METODOLOGI III.1 Bagan Alir Penelitian Pelaksanaan penelitian ini didasarkan pada diagram alir seperti yang terlihat pada Gambar III.1. Penelitian ini mengkaji pelaksanaan PPPs di Indonesia, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah adalah menghasilkan barang publik. Barang publik harus dihasilkan pemerintah, terutama karena tidak
Lebih terperinciD I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T
Pedoman Layanan Informasi dan Konsultasi Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Berbasis Web D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berawal dari tahun 1959, pemerintah Indonesia dengan konfrontasi politiknya mulai mengambil alih perusahaan-perusahaan milik Belanda. Namun yang terjadi setelah mengambil
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2007 SERI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN INVESTASI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciCHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR AIR MINUM
CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR AIR MINUM Checklist Dokumen Prastudi Kelayakan KPBU (Dokumen) ini bukan merupakan template yang bersifat WAJIB melainkan lebih kepada arahan mengenai hal-hal
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Anton Gunawan
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Sektor Jasa Keuangan Anton Gunawan Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan oleh Centre
Lebih terperinciCHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)
CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) Checklist Dokumen Prastudi Kelayakan KPBU (Dokumen) ini bukan merupakan template yang bersifat WAJIB melainkan lebih kepada
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEP ATAU PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR :PER-04/M.EKON/06/2006
Lebih terperinciCHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PERSAMPAHAN
CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PERSAMPAHAN Checklist Dokumen Prastudi Kelayakan KPBU (Dokumen) ini bukan merupakan template yang bersifat WAJIB melainkan lebih kepada arahan mengenai
Lebih terperinciMengalirkan Air Umbulan, Sejahterakan Masyarakat
Pemerintah Provinsi Jawa Timur Mengalirkan Air Umbulan, Sejahterakan Masyarakat Profil Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta Sistem Penyediaan Air Minum Umbulan Provinsi Jatim Profil Proyek Kerjasama Pemerintah
Lebih terperinciPENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA
PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA Oleh: Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, Ph.D Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Pendahuluan Investasi di bidang
Lebih terperinciKAJIAN AWAL KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI JALAN REL
KAJIAN AWAL KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI JALAN REL Herman Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional Jln. PHH Mustapa No. 23 Bandung, 40124 Tlp. 022-7272215
Lebih terperinciKajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)
Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA) Oleh : Benny Gunawan Ardiansyah, Peneliti Badan Kebijakan Fiskal 1. Pendahuluan Pasal 33 Undang- undang Dasar 1945
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciMenyelesaikan Darurat. sebagai Prasyarat Pertumbuhan Inklusif
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Menyelesaikan Darurat Nutrisi Anak sebagai Prasyarat Pertumbuhan Inklusif Arief Anshory Yusuf Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas
Lebih terperinciPINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1
PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PENDAHULUAN Bantuan luar negeri dapat berupa pinjaman maupun hibah luar negeri. Pinjaman luar negeri lebih mendesak dibahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Penelitian Agus Sartono (2001:487)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan yang telah didirikan pada umumnya memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berbagai kajian menunjukkan bahwa selama 20 tahun mendatang aliran peti kemas di Indonesia akan meningkat secara dramatis, dari 8,8 juta TEUs pada tahun 2009 diperkirakan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bahasan bab 6 dibagi dalam dua begian yaitu kesimpulan dan saran Kesimpulan ini merupakan hasil pembuktian Hipotesis yang diajukan yaitu ; Sistem kelembagaan dan kerjasama
Lebih terperinciDepartemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D.
Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Kemiskinan Kekurangan makanan, malnutrisi, kelaparan, ketidakseimbangan
Lebih terperinciReformasi Sistem Tata Kelola Sektor Migas: Pertimbangan untuk Pemerintah Jokowi - JK
Briefing October 2014 Reformasi Sistem Tata Kelola Sektor Migas: Pertimbangan untuk Pemerintah Jokowi - JK Patrick Heller dan Poppy Ismalina Universitas Gadjah Mada Memaksimalkan keuntungan dari sektor
Lebih terperinciPanduan Penyelenggaraan Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS)
Panduan Penyelenggaraan Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) dalam Penyediaan Infrastruktur Edisi Oktober 2014 PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) 1 Daftar isi 01 Daftar Isi 02 Kata Pengantar 04 Bagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengarahkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan melakukan perubahan kebijakan
Lebih terperinci$PQZSJHIU ª +VMJ PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN UNTUK PROYEK-PROYEK KPBU
$PQZSJHIU ª +VMJ PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN UNTUK PROYEK-PROYEK KPBU 1. PENDAHULUAN Buku ini bertujuan untuk memberikan panduan di dalam proses penyiapan dokumen Prastudi Kelayakan untuk proyek-proyek
Lebih terperinciMEKANISME PELAKSANAAN PROYEK KPBU OLEH PEMERINTAH DAERAH
MEKANISME PELAKSANAAN PROYEK OLEH PEMERINTAH DAERAH LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH Jakarta, 14 September 2017 OUTLINE TUGAS DAN FUNGSI LKPP DALAM PENGADAAN SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH
Lebih terperinci2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u
No.62, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Kerja Sama. Infrastruktur. Badan Usaha. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.891, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Proyek Infrastruktur. Rencana. Penyusunan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat sejahtera. Usaha-usaha mencapai tujuan itu dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pembangunan ekonomi yang berkesinambungan bagi suatu bangsa sangatlah penting. Terjangan krisis ekonomi yang melanda secara global di seluruh dunia di tahun
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER-03 /M.EKON/06/2006
Lebih terperinciPPN/Bappenas: KNKS Untuk Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia Kamis, 27 Juli 2017
PPN/Bappenas: KNKS Untuk Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia Kamis, 27 Juli 2017 Pada 2016, penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 258,7 juta jiwa dan sekitar 85 persen
Lebih terperinciAGENDA RISET Institute
AGENDA RISET 2015-2019 Institute Latar Belakang Persoalan umum bidang infrastruktur di Indonesia adalah minimnya riset tentang Kerja Sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU)/Kerja Sama Pemerintah Swasta (KPS).
Lebih terperinciPengantar Kerjasama Pemerintah-Swasta
Pengantar Kerjasama Pemerintah-Swasta A LEADING CATALYST IN FACILITATING INDONESIA S INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT Pengantar Kerjasama Pemerintah-Swasta PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) 2014 Bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijakan umum pembangunan nasional adalah mempercepat
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran utama yang hendak dicapai dalam pembangunan nasional 2015-1019 serta mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan
Lebih terperinciDPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF
DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF tribunnews.com Rencana pemerintah untuk membeli obligasi i yang dikeluarkan International Monetary Fund (IMF) ii seharga US$1 miliar ditentang Komisi XI DPR. Komisi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.662, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur. Panduan Umum. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN
Lebih terperinciPaparan Publik Tahunan. Jakarta, 11 Agustus 2015
Paparan Publik Tahunan Jakarta, 11 Agustus 2015 KAPASITAS PRODUKSI 2015 Produk Peleburan Metric Ton/Tahun Kawat Tembaga 15,000 MT Kawat Aluminium 12,000 MT Produk Kabel Kabel Listrik Tembaga 26,000 MT
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM PROYEK KERJA SAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA YANG DILAKUKAN MELALUI BADAN USAHA PENJAMINAN
Lebih terperinciBAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya,
BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka selanjutnya akan disampaikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa pengaturan mengenai
Lebih terperinciPercepatan Kebijakan Satu Peta pada Skala 1:50.000
Percepatan Kebijakan Satu Peta pada Skala 1:50.000 Untuk mengurangi potensi konflik karena pemanfaatan ruang atau penggunaan lahan, pemerintah saat ini tengah merancang aturan untuk Percepatan Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Anggaran Organisasi Sektor Publik Bahtiar, Muchlis dan Iskandar (2009) mendefinisikan anggaran adalah satu rencana kegiatan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia- Nya, dapat menyelesaikan Executive Summary Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing
Lebih terperinciFASILKOM UNSIKA MATERI KULIAH MANAJEMEN PROYEK. Manajemen Proyek Dalam Proyek
FASILKOM UNSIKA MATERI KULIAH MANAJEMEN PROYEK Manajemen Proyek Dalam Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perencanaan pembuatan proyek sebuah sistem, diperlukan berbagai macam komponen yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan bisnis transportasi yang kian meningkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menghadapi persaingan bisnis transportasi yang kian meningkat sejalan dengan meningkatnya trend tuntutan pasar terhadap mobilitas perpindahan orang
Lebih terperinciMembangun Paradigma Baru Penyediaan Infrastruktur Sosial Pendidikan dan Kesehatan di Indonesia melalui Skema Kerja Sama Pemerintah dan Swasta
Membangun Paradigma Baru Penyediaan Infrastruktur Sosial Pendidikan dan Kesehatan di Indonesia melalui Skema Kerja Sama Pemerintah dan Swasta Oleh: Eko Nur Surachman Kepala Subbidang Risiko Infrastruktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan cara pembangunan infrastruktur sebagai pendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh Indonesia. Untuk mencapai sasaran pembangunan yang berkelanjutan ditetapkan
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 260/PMK.011/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah anggota G20 dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah anggota G20 dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan global. Untuk mewujudkannya, Indonesia membentuk Multi Year Action Plan (MYAP) yang
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif
Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir
Lebih terperinciADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV PENUTUP. 1. Pelaksanaan Kemitraan PDPS Surabaya dengan PT AIW IV-1
BAB IV PENUTUP Berdasarkan dengan hasil temuan data yang telah diperoleh dilapangan yang telah disajikan dan dianalisis serta diinterpretasikan pada bab III, maka dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 260/PMK.011/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA
Lebih terperinciPERPRES PEMBANGUNAN JEMBATAN SELAT SUNDA DIREVISI
PERPRES PEMBANGUNAN JEMBATAN SELAT SUNDA DIREVISI jembatanselatsunda.com Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mengusulkan untuk merevisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur Transportasi baik transportasi darat, laut maupun udara merupakan sarana yang sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Negara dengan jumlah penduduk ± jiwa dengan laju
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia, Negara dengan jumlah penduduk ± 244.775.796 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 1.49%/tahun dapat diperkirakan bahwa penduduk Indonesia akan menembus angka
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciGLOSARIUM KPBU DAFTAR ISTILAH-ISTILAH DALAM SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH BADAN USAHA
GLOSARIUM KPBU DAFTAR ISTILAH-ISTILAH DALAM SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH BADAN USAHA Buku ini disusun oleh Tim IIGF Institute : Bely Utarja, Reni F. Zahro, Ratna Widianingrum didukung oleh berbagai narasumber;
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Perancangan ruang publik di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan meliputi luasan sebesar 34.240,73 m 2. Koefisien dasar bangunan (KDB) yang diterapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang khususnya dalam bidang ekonomi. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciFasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1
Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1 Dewasa ini, permasalahan terkait infrastruktur menjadi isu hangat yang sering dibicarakan. Pemerintah menyadari bahwa pembangunan
Lebih terperinciTim Analisis Isi Media. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Medan Kementerian Komunikasi dan Informatika
POLICY BRIEF Bidang Kesra, Polhukam dan Ekuin Bulan Maret 2017 Tim Analisis Isi Media Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Medan Kementerian Komunikasi dan Informatika BIDANG
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM PROYEK KERJA SAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA YANG DILAKUKAN MELALUI BADAN USAHA PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE
PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE Arison Nainggolan Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi Universitas Methodist Indonesia arison86_nainggolan@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari dunia perbankan. Bank sebagai lembaga keuangan yang berfungsi sebagai intermediasi untuk menghimpun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan transaksi. Pasar modal (capital market) merupakan sarana pendanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal mempunyai peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara sebagai sarana bagi perusahaan dan para investor melakukan kegiatan transaksi. Pasar
Lebih terperinci