Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Moekti P. Soejachmoen
|
|
- Fanny Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Inklusi Keuangan di Indonesia Moekti P. Soejachmoen Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA). Kegiatan ini merupakan kontribusi pemikiran dari komunitas penelitian/riset, yang diharapkan dapat membantu meningkatkan efektivitas kebijakan pemerintah. Dalam kegiatan ini, CSIS bersama dengan ERIA mengundang 16 ahli ekonomi dari berbagai institusi penelitian terkemuka yang kompeten pada bidang keahlian yang spesifik, untuk berdiskusi mengenai tujuh permasalahan strategis ekonomi Indonesia (pembangunan infrastruktur, kebijakan daya saing, iklim investasi, kebijakan pangan, kebijakan sektor jasa, kebijakan fiskal, dan kebijakan perlindungan sosial), yang kemudian dikumpulkan dalam rangkaian ikhtisar kebijakan singkat (policy brief) untuk masing-masing topik. Diseminasi hasil temuan dan rekomendasi yang dihasilkan kegiatan ini dilakukan melalui berbagai jalur. Kegiatan ini berusaha untuk melibatkan pejabat pemerintah yang terkait melalui sejumlah Focus Group Discussion (FGD) dan Audiensi dengan pengambil kebijakan strategis, yang terkait dengan masing-masing topik di atas. Sementara itu, diseminasi kepada publik secara luas juga dilakukan melalui sejumlah Seminar Publik mengenai masing-masing topik, serta melalui publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat dan sejumlah multimedia pendukung yang dapat diakses secara online melalui 1
2 Strategi Nasional Keuangan Inklusif Manfaat dari inklusi keuangan pada pembangunan ekonomi tidak hanya berupa semakin mampunya masyarakat berpendapatan rendah untuk mengatur risiko keuangan dan meredam gejolak finansial, namun juga memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi yang stabil dan inklusif dengan mempercepat penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan investasi pada pendidikan. Pemerintah menyadari bahwa untuk melayani mereka yang kurang terjangkau dunia perbankan (underserved) tidak hanya menguntungkan kelompok masyarakat tersebut melainkan juga menguntungkan perekonomian secara keseluruhan. Golongan underserved tidak hanya terdiri dari golongan miskin dan rentan secara perekonomian tetapi juga termasuk usaha mikro dan kecil yang mengalami banyak hambatan untuk mengakses produk jasa keuangan. Inklusi keuangan di Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan negaranegara ASEAN lainnya. Sebagaimana dilaporkan oleh Bank Dunia pada Database Inklusi Keuangan Global 2015, persentase penduduk Indonesia di atas 15 tahun yang memiliki rekening pada inklusi keuangan 1 hanya sebesar 35%, jauh di bawah Thailand (78%), Malaysia (81%), dan Singapura (96%). Gambar 1: Persentase penduduk di atas 15 tahun yang memiliki rekening pada lembaga keuangan di beberapa negara ASEAN pada tahun Vietnam Philippines Indonesia Thailand Malaysia Singapore Selain mengetahui rendahnya tingkat inklusi keuangan di Indonesia, pemerintah juga telah menyadari adanya hubungan sebab-akibat yang kuat antara sistem keuangan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan setiap individu. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia telah meluncurkan strategi nasional inklusi keuangan pada tahun Pada strategi nasional ini, inklusi keuangan didefinisikan sebagai berikut: Hak setiap orang untuk memiliki akses dan layanan penuh dari lembaga keuangan secara tepat waktu, nyaman, informatif, dengan biaya terjangkau serta penghormatan penuh kepada harkat dan martabatnya. Layanan keuangan tersedia bagi seluruh 1 Rekening di lembaga keuangan termasuk responden yang melaporkan kepemilikan rekening di bank atau pada jenis inklusi keuangan lain seperti Credit union, lembaga keuangan mikro, koperasi, atau kantor pos (apabila berlaku), atau memiliki kartu hutang (kredit) atas nama pribadi. 2
3 segmen masyarakat, dengan perhatian khusus kepada orang miskin, orang miskin produktif, pekerja migran, dan penduduk di daerah terpencil. 2 Permasalahan dari definisi ini adalah tidak adanya langkah pertama yang sangat dibutuhkan dalam mencapai inklusi keuangan, yaitu kesadaran akan pentingnya inklusi keuangan, yang dapat dibangun dengan literasi keuangan. Strategi Nasional Literasi Keuangan yang dibuat oleh OJK menjelaskan bahwa meskipun indeks utilisasi jasa keuangan di Indonesia hampir mencapai 60%, namun indeks literasi hanya sekitar 22% 3. Hal ini berarti banyak nasabah yang mengunakan produk-produk jasa finansial tanpa pengetahuan yang cukup akan produk tersebut. Hal ini memacu OJK untuk berfokus pada literasi keuangan sebagai cara untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. Apabila nasabah telah memiliki pengetahuan yang memadai, intervensi selanjutnya untuk mencapai inklusi keuangan adalah dalam bentuk transaksi pembayaran. Masyarakat yang miskin dan rentan dapat memiliki akses pada sitem keuangan ketika mereka menerima transfer dari pemerintah melalui progam Government-to-person (G2) yang bersifat non-cash. Apabila masih ada sisa saldo dari transfer tersebut yang belum terpakai, langkah selanjutnya adalah melakukan penyimpanan (saving); Setelah simpanan terakumulasi, maka masyarkat akan membutuhkan lebih banyak sumber daya dan karena sekarang mereka sudah dalam jangkauan perbnkan, ada kesempatan untuk menerima kredit dari lembaga keuangan formal. Lama kelamaan masyarakat akan sadar bahwa mereka membutuhkan asuransi untuk melindungi keluarga dan harta mereka. Untuk masyarakat yang tidak miskin, setelah mereka memiliki kesadaran terhadap jasa-jasa keuangan, mereka akan menggunakan hal tersebut untuk menabung ketimbang sebagai sarana pembayaran. Langkah-langkah selanjutnya mengikuti langkah inklusi keuangan pada masyarakat miskin. Gambar 2: Tahapan dalam Inklusi Keuangan Kesadaran Pembayaran Penyimpanan Peminjaman Asuransi /Kredit Strategi Nasional Keuangan Inklusif telah menjabarkan strategi yang jelas dan terperinci untuk mendorong partisipasi kaum miskin dan rentan dalam sistem keuangan formal. Akan tetapi, strategi untuk mendorong partisipasi masyarakat yang tidak tergolong miskin (individu maupun bisnis) belum dijelaskan secara terpereinci, meskipun banyak usaha kecil dan masyarakat yang berada sedikit di atas garis kemiskinan dan kerentanan yang masih belum terlibat dalam sistem keuangan formal karena beberapa alasan. Alasan paling signifikan adalah rendahnya tingkat kesadaran masyarakat, yang kemudian diikuti dengan kurangnya akses dan tingkat pemakaian yang rendah (tidak tersedianya instrumen yang sesuai dengan kebutuhan mereka). Gambar 3 di bawah menunjukkan bahwa hanya 27% dari penduduk berusia 15 tahun ke atas yang menyimpan di lembaga keuangan dan 25% menyimpan di kelompok arisan atau orang lain di luar keluarga. Dalam hal pinjaman/kredit, hanya 13% menerima pinjaman dari lembaga keuangan dan 42% menerma pinjaman dari keluarga atau teman-teman, sisanya menerima pinjaman dari 2 Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia, National Strategy for Financial Inclusion Fostering Economic Growth and Accelerating Poverty Reduction. 3 Otoritas Jasa Keuangan, 2013, Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia. 3
4 lembaga keuangan informal yang mengenakan bunga yang sangat tinggi. Di antara orang-orang yang memiliki rekening di lembaga keuangan formal, hanya 7% yang menggunakan rekeningnya untuk menerima gaji, 31% untuk menerima remiten (pengiriman uang), dan 3% untuk menerima transfer dari pemerintah. Dengan kondisi tersebut, masih terdapat peluang yang besar untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia, asalkan kesadaran, akses, dan penggunaan dari sistem keuangan juga terus ditingkatkan. Gambar 3: Inklusi Keuangan di Indonesia tahun 2014 (% dari penduduk berusia 15 tahun ke atas) 42% Menerima pinjaman dari keluarga atau teman dalam satu tahun terahir 31% 27% Rekening digunakan untuk menerima remiten (pengiriman uang) Menyimpan di lembaga keuangan dalam satu tahun terakhir 38% Memiliki rekening di lembaga keuangan formal - perempuan 25% 13% Menyimpan di kelompok arisan atau orang lain di luar keluarga Menerima pinjaman dari lembaga keuangan dalam satu tahun terakhir 36% Memiliki rekening di lembaga keuangan formal 7% 3% Menggunakan rekening untuk menerima gaji Menggunakan rekening untuk menerima transfer dari pemerintah Program Inklusi Keuangan di Indonesia Pemerintah telah mengimplementasikan beberapa program keuangan inklusif sejak tahun 2010 melalui Gerakan Indonesia Menabung dan peluncuran Tabunganku yakni simpanan dengan prosedur yang mudah karena tidak adanya biaya administrasi dan saldo awal yang hanya sebesar Rp untuk bank komersial dan Rp untuk bank syariah. Hingga Juni 2014, jumlah nasabah Tabunganku adalah sekitar rekening, dibandingkan dengan jumlahnya pada Desember 2013 yang berada pada kisaran rekening, di mana rata-rata saldo tiap rekening lebih rendah dari tahun 2010 ketika pertama kali diimplementasi (Rp pada 2014, dibandingkan dengan Rp pada tahun 2010). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa biaya administrasi yang gratis bukanlah faktor penarik utama untuk menabung, dibandingkan dengan aksesibilitas terhadap jasa-jasa keuangan. Kondisi geografis Indonesia membuat biaya pembukaan cabang-cabang bank lebih mahal. Selain itu, tingkat penetrasi mobile banking tergolong tinggi, bahkan pada masyarakat miskin dan rentan. Berdasarkan kondisi demikian, Bank Indonesia mengadakan sebuah proyek percontohan mengenai branchless banking pada Mei November 2013, yang memperkenalkan konsep transaksi keuangan tanpa mengaharuskan nasabah pergi ke kantor cabang bank tertentu, namun dapat melakukannya melalui agen atau telepon genggam. Hasil dari proyek percontohan ini cukup memuaskan dan berujung pada dikeluarkannya regulasi Uang Elektronik (Layanan Keuangan Digital LKD) pada tahun 2014 yang memungkinkan nasabah untuk mendapatkan jasa-jasa keuangan secara terbatas melalui teknologi yang berbasis telepon genggam dan berbasis web melalui pihak ketiga (agen), dengan target penduduk yang tergolong unbanked dan underbanked. 4
5 Dengan LKD tersebut, pada akhir tahun 2014 pemerintah mengganti metode transfer G2P dari basis cash menjadi non-cash untuk 1 juta rumah tangga yang berhak mendapatkannya (eligible). Penggunaan uang elektronik (e-money) tersebut memperluas akses keuangan bagi penerima G2P yang kebanyakan berasal dari segmen masyarakat unbanked. Pemerintah juga mendorong penerima transfer tersebut untuk menabung sebagian uang mereka. Sejak saat itu, beberapa program G2P diganti dari basis cash ke non-cash seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera. Namun, implementasi dari skema ini belum dapat memperbaiki mekanisme transfer. Pada tahun 2014, OJK mengeluarkan regulasi LAKU PANDAI (Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif - Branchless banking), Perbedaan utama antara LKD dan LAKU PANDAI adalah LKD dilandaskan pada uang elektronik yang tidak secara langsung terhubungkan dengan rekening bank, sedangkan LAKU PANDAI adalah branchless banking dimana nasabah harus memiliki rekening bank. OJK juga mengeluarkan regulasi LAKU MIKRO yang menyediakan pelayanan sekali jalan (one-stop service) yang memungkinkan nasabah untuk memiliki simpanan, perlindungan asuransi mikro, reksadana mikro, pendanaan mikro, dan angsuran emas dengan persyaratan yang mudah. Baik LKD maupun LAKU PANDAI sama-sama menggunakan agen dalam operasinya. Agen yang digunakan dalam LAKU PANDAI adalah perpanjangan tangan dari bank karena mereka berada di jajaran terdepan perbankan untuk penduduk yang unbanked, sedangkan agen yang digunakan LKD bertindak sebagai titik penjualan e-money. Oleh karena itu, rekrutmen dan pelatihan agen-agen sangatlah penting untuk bank dan menjadi mahal apabila setiap bank mengadakan pelatihan masing-masing. Persyaratan untuk menjadi agen pada program LKD dan LAKU PANDAI pun berbeda. Agen LKD dapat menjadi agen untuk beberapa bank dan perusahaan telekomunikasi, sedangkan agenagen LAKU PANDAI hanya melayani satu bank komersial dan satu bank syariah. Ada pula rekening simpanan jenis baru yang dikeluarkan OJK, yakni Simpanan Pelajar atau Simpel yang menargetkan para pelajar, dengan hanya mewajibkan simpanan awal sebesar Rp dan tidak ada biaya administrasi bulanan serta tersedianya buku tabungan dan kartu ATM. OJK juga menetapkan hari Rabu pertama setiap bulan menjadi Hari Menabung. Pada hari tersebut, para pelajar didorong untuk menabung pada tabungan Simpel mereka. Simpanan baru ini ditujukan untuk meniru kesuksesan Tabanas pada tahun 1970an. Karena baru saja diluncurkan tahun lalu, masih sulit untuk mengukur kesuksesan program simpanan ini dibandingkan dengan program Tabunganku (yang diluncurkan sebelumnya dan kurang berhasil). Masing-masing dari kedua institusi yang mengawasi dan mengatur sistem keuangan, yaitu Bank Indonesia dan OJK, sering meluncurkan program dan regulasi yang hampir sama. Akibatnya, hal ini menimbulkan kebingungan, baik bagi nasabah maupun institusi keuangan. Salah satu contohnya adalah penerbitan LKD oleh BI dan LAKU PANDAI oleh OJK dimana keduanya memiliki target penduduk yang sama, yakni mereka yang unbanked dan underbanked, terutama di daerah terpencil. Satu-satunya perbedaan antara keduanya adalah LKD tidak secara langsung terhubung dengan rekening bank sedangkan LAKU PANDAI terhubung dengan rekening bank. Saat ini, implementasi dari kedua produk tersebut membingungkan nasabah, agen, serta bank. Kedua produk ini pun menyediakan hal yang sama, yakni jasa pelayanan keuangan tanpa harus pergi ke cabang suatu bank namun melakukannya melalui agen atau telepon genggam. Nasabah tidak terlalu peduli apakah simpanan mereka 5
6 terkoneksi atau tidak ke rekening bank, selama mereka dapat melakukan transaksi keuangan yang mereka perlukan seperti membayar tagihan, membeli pulsa, dan membayar angsuran. Namun dengan produk dan agen yang berbeda yang biasanya berlokasi berdekatan satu sama lain, nasabah potensial menjadi bingung dan dapat membatalkan rencana mereka untuk mendapatkan pelayanan keuangan. Tidak hanya membingungkan nasabah, para agen juga menjadi bingung karena mereka sekarang menghadapi pilihan untuk menjadi agen LKD atau agen LAKU PANDAI. Apabila mereka menjadi agen LKD, mereka dapat menjual produk-produk dari berbagai bank dan perusahaan telekomunikasi. Namun apabila mereka memilih menjadi agen LAKU PANDAI, mereka hanya dapat menjadi agen satu bank komersial dan satu bank syariah. Di sisi lain, dengan adanya kedua program tersebut secara bersamaan, kegiatan operasional bank menjadi lebih rumit. Di beberapa bank, ada persaingan antara transaksi perbankan dimana LKD biasanya dikelola dan perbankan mikro dimana LAKU PANDAI dikelola. Mereka juga harus merekrut agen untuk program LKD dan program LAKU PANDAI. Sementara itu di beberapa bank lain, sistem pengelolaan dari kedua program ini terpisah, sehingga membuat bank-bank tersebut enggan untuk menggabungkan kedua sistem tersebut apabila kedua program ini suatu saat digabung. Hingga kini, implementasi dari inklusi keuangan belum sepenuhnya terintegrasi dalam program-program pemerintah lain seperti subsidi in-kind kepada petani dan nelayan. Integrasi ke program-program lain tersebut adalah cara lain untuk meningkatkan inklusi keuangan dimana program transfer in-kind dikonversikan menjadi program transfer cash maupun non-cash. Banyak studi yang menunjukkan bahwa program in-kind tidak efisien karena biaya logistik umumnya lebih tinggi dari nilai dari in-kind tersebut. Beberapa program in-kind yang dapat dikonversikan menjadi program-program cash maupun non-cash sangat dibutuhkan para petani dan nelayan. Hal ini mencakup barang seperti benih, pupuk, serta bahan bakar untuk kapal. Dengan adanya perubahan pada transfer in-kind menjadi transfer cash/non-cash, para penerima transfer tersebut secara otomatis diikut-sertakan dalam sistem keuangan, sehingga program-program pemerintah dapat menjangkau para penduduk yang ditargetkan (sesuatu yang belum terjadi saat ini). Salah satu tantangan dalam merancang program transfer yang tepat sasaran adalah ketersediaan data yang akurat, mengenai orang-orang yang berhak (eligible) untuk menjadi penerima transfer. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian dan Kementerian Kelautan dan Perikanan harus mempersiapkan data ini sebelum mereka meluncurkan transfer cash atau non-cash sebagai pengganti subsidi in-kind. Rekomendasi Kebijakan Memperhitungkan perkembangan terkini dari program keuangan inklusif di Indonesia, serta menarik pelajaran dari negara-negara lain, berikut adalah sejumlah rekomendasi yang dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki kondisi saat ini: 1. Meningkatkan koordinasi antara BI dan OJK, sehingga sektor keuangan memiliki kepastian legal dan administrasi dalam mengimplementasi strategi keuangan inklusif. Salah satu contohnya adalah implementasi LKD dan 6
7 LAKU PANDAI, yang membingungkan tidak hanya nasabah, namun juga para agen dan bank. Kedua program ini dapat digabung agar para nasabah dapat memilih untuk menggunakan layanan LKD atau LAKU PANDAI ketika mereka hendak melakukan transaksi keuangan. 2. Mengonversikan transfer in-kind untuk para nelayan dan para petani menjadi transfer cash atau non-cash, menggunakan agen-agen LAKU PANDAI yang ada, agar program tersebut dapat tepat sasaran. Namun demikian, sebelum memulai program baru tersebut, diperlukan basis data yang akurat mengenai orang-orang yang berhak (eligible) menerima transfer. 3. Memperluas penggunaan e-money di transportasi umum, tidak hanya pada bus dan kereta api, namun juga taksi. Bank juga harus memperbaiki infrastruktur mereka, untuk memberikan insentif pada pengemudi taksi untuk menggunakan e-money tersebut. Daftar Pustaka Bank Indonesia. (2014). Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/8/PBI/2014 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/ PBI/2009 tentang Uang Elektronik, (Electronic Money). Retrieved from PBI%20No.16_8_PBI_2014.pdf Mandiri Institute (2015), Policy Paper on Financial Inclusion: Financial Inclusion in Indonesia. National Strategy for Financial Inclusion Working Group. (2012), National Strategy for Financial Inclusion Fostering Economic Growth and Accelerating Poverty Reduction, Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan (2014), Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/P.OJK.03/2014 tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif. Retrieved from peraturan-otoritas-jasa-keuangan-tentang-layanan-keuangan-tanpakantor-dalam-rangka-keuangan-inklusif. Otoritas Jasa Keuangan (2014), Strategi National Literasi Keuangan Indonesia. World Bank Group (2015), The Little Data Book on Financial Inclusion. 7
BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi berbagai lapisan masyarakat.sekitar tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Di era teknologi seperti saat ini banyak sekali muncul inovasi dari layanan keuangan yang bermanfaat bagi berbagai lapisan masyarakat.sekitar tahun 2012Bank Indonesia
Lebih terperinciInformasi dalam buku ini bersumber dari National Strategy for Financial Inclusion Fostering Economic Growth and Accelerating Poverty Reduction
Informasi dalam buku ini bersumber dari National Strategy for Financial Inclusion Fostering Economic Growth and Accelerating Poverty Reduction (Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia Juni 2012)
Lebih terperinciHighlights May Memahami penggunaan layanan keuangan masyarakat di Indonesia 1,250 20,000. kabupaten. provinsi di wilayah timur Indonesia
Highlights May 2017 Memahami penggunaan layanan keuangan masyarakat di Indonesia 93 kabupaten 4 provinsi di wilayah timur Indonesia Jawa Timur Populasi: 38.8 juta Responden: 6,873 Wilcah: 447 desa Selatan
Lebih terperinciInklusi Keuangan dan (TPAKD) Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah. UIN Syarif Hidayatullah, Juli 2017
Inklusi Keuangan dan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) UIN Syarif Hidayatullah, 17-18 Juli 2017 OUTLINE I. Inklusi dan Literasi Keuangan II. Pembentukan TPAKD III. Program Kerja TPAKD Provinsi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemajuan informasi dan teknologi yang pesat serta era globalisasi memberikan pengaruh yang besar terhadap sistem perekonomian, baik ekonomi makro maupun mikro. Di antara
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
1 BAB I LATAR BELAKANG I.1 Latar Belakang Masalah Melihat perkembangan di industri perbankan, kini setiap bank berlomba untuk meningkatkan jasa dalam bentuk servis kepada masyarakat. Sebagaimana kita ketahui
Lebih terperinciYang Terhormat : Wakil Gubernur Kalimantan Tengah, Bapak Ir. H Achmad Diran;
Pointers Sambutan Ketua Dewan Komisioner OJK Peluncuran Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif (LAKU PANDAI) Bank BTN Tangkiling, Palangkaraya, 25 Mei 2015 Assalamu alaikum Warahmatullahi
Lebih terperinciKeuangan Inklusif dan Penanggulangan Kemiskinan
Keuangan Inklusif dan Penanggulangan Kemiskinan Bambang Widianto Deputi Seswapres Bidang Kesra/ Sekretaris Eksekutif TNP2K Juni 2014 OVERVIEW Ada kaitan kuat antara kemiskinan, inklusi sosial-ekonomi dan
Lebih terperinciSambutan Peluncuran Program Desmigratif Jakarta, 11 September 2017
Sambutan Peluncuran Program Desmigratif 2017 Jakarta, 11 September 2017 Yth Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Bapak Muhammad Hanif Dhakiri Yth Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Financial inclusion merupakan suatu upaya yang bertujuan meniadakan segala bentuk hambatan terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan perbankan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi utamanya bank yang sehat dan efisien. Perbankan yang efisien akan mendukung
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga intermediasi sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi utamanya bank yang sehat dan efisien. Perbankan yang efisien akan mendukung
Lebih terperinciData Akses ke Lembaga Keuangan Formal
Inklusi Keuangan Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ditandai dengan terciptanya suatu sistem keuangan yang stabil dan memberi manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Institusi keuangan memainkan
Lebih terperinciLuncurkan Kartu JARING, BNI Perluas Pembiayaan Sektor Kelautan & Perikanan
Luncurkan Kartu JARING, BNI Perluas Pembiayaan Sektor Kelautan & Perikanan Malang, 13 November 2015. Sukses dengan penyaluran pendanaan kepada para nelayan di Takalar, Sulawesi Selatan pada saat meluncurkan
Lebih terperinciEvolusi Kerangka Kebijakan Financial Inclusion. BANK INDONESIA November 2013
1 Evolusi Kerangka Kebijakan Financial Inclusion BANK INDONESIA November 2013 Kepadatan Bank LAYANAN AKSES KEUANGAN DI INDONESIA 2 Dengan melihat pertumbuhan ekonomi (PDRB)dan kinerja bank (DPK dan kredit)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi. Saat ini layanan sistem pembayaran yang melibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menghasilkan inovasi-inovasi baru hampir diseluruh sektor perekonomian. Perkembangan sistem pembayaran merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut dengan OJK) menyebutkan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut dengan OJK) menyebutkan dalam situsnya bahwa kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap layanan keuangan pada saat ini tidak
Lebih terperinciLAYANAN KEUANGAN DIGITAL DAN LAKU PANDAI: INKLUSIVITAS, KENDALA, DAN POTENSI
POLICY BRIEF Penelitian Pendahuluan LAYANAN KEUANGAN DIGITAL DAN LAKU PANDAI: INKLUSIVITAS, KENDALA, DAN POTENSI RINGKASAN REKOMENDASI Inklusi keuangan di Indonesia secara garis besar dilakukan melalui
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Anton Gunawan
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Sektor Jasa Keuangan Anton Gunawan Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan oleh Centre
Lebih terperinciekonomi melalui pengentasan kemiskinan dan pemerataan pendapatan sambil tetap menjaga stabilitas sistem keuangan.
Sambutan Pembukaan Dr. Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia Seminar Nasional Keuangan Inklusif: Pentingnya Keuangan Inklusif dalam Meningkatkan Akses Masyarakat dan UMKM terhadap Fasilitas Jasa
Lebih terperinciPidato Sambutan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan pada Seminar IFSB bertema Meningkatkan Keuangan Inklusif melalui Keuangan Islami
Pidato Sambutan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan pada Seminar IFSB bertema Meningkatkan Keuangan Inklusif melalui Keuangan Islami Jakarta, 31 Maret 2015 Bismillahirrahmanirrahiim, Yang terhormat
Lebih terperinci- 3 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I Angka 1 Pasal 1 Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 8 /PBI/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) I. UMUM Seiring perkembangan
Lebih terperinciMEMBANGUN KELUARGA PRODUKTIF
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 6 November 2014 Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar & Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif TIM NASIONAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem Lembaga Perbankan dan Sistem Lembaga Keuangan Non-Bank. keuangan yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem keuangan Indonesia pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi Sistem Lembaga Perbankan dan Sistem Lembaga Keuangan Non-Bank. Lembaga keuangan yang masuk dalam
Lebih terperinciProgram Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar & Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif
Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar & Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TNP2K) 6 NOVEMBER 2014 1 Pesan
Lebih terperinciMembenahi Subsidi. Raymond Atje 1 *
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Membenahi Subsidi Tenaga Listrik Raymond Atje 1 * Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan
Lebih terperinci- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.07/2016 TENTANG PENINGKATAN LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN BAGI KONSUMEN DAN/ATAU MASYARAKAT I. UMUM Saat ini pengetahuan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. banking di perbankan syariah dalam mencapai financial inclusion dengan studi
97 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Hasil dari dilakukannya penelitian terkait penerapan kebijakan branchless banking di perbankan syariah dalam mencapai financial inclusion dengan studi kasus pada BCA Syariah
Lebih terperinciPerbankan Komersial dan UKM
01 Ikhtisar Data 02 Laporan Tinjauan Bisnis 04 122 PT Bank Central Asia Tbk 03 Profil 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola Pendukung Bisnis 06 Tanggung Jawab Sosial Tinjauan Perbankan Komersial dan
Lebih terperinciNo. 16/12/DPAU Jakarta, 22 Juli 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No. 16/12/DPAU Jakarta, 22 Juli 2014 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital Dalam Rangka Keuangan Inklusif Melalui Agen Layanan Keuangan Digital
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5849 KEUANGAN OJK. Modal. BPR. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 34). PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciTENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN
Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun syariah, di tempat, SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /SEOJK.07/2017
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Bank. Modal. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 18) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk Muslim di
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk Muslim di dunia. Data Badan Pusat Statistik tahun 2015 mencatat sebanyak 207,2 juta jiwa (87,18%) beragama Islam.
Lebih terperinciyang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-nya kita dapat berkumpul pada hari ini dalam acara Pembukaan Pasar Keuangan Rakyat.
S A M B U T A N KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PEMBUKAAN PASAR KEUANGAN RAKYAT Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta 20 Desember 2014 Assalaamu alaikum Warohmatullaahi Wabarokatuh,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. LAKU PANDAI Laku pandai disingkat dari layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif, yaitu program Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk penyediaan layanan perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. the World Bank, IMF, ADB, dan ASEAN, pembahasan mengenai isu sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam organisasi kerjasama regional-multilateral seperti G20, OECD, the World Bank, IMF, ADB, dan ASEAN, pembahasan mengenai isu sosial yang berkaitan dengan
Lebih terperinciMeningkatkan Finansial Inklusi Melalui Digitalisasi Perbankan
Meningkatkan Finansial Inklusi Melalui Digitalisasi Perbankan Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat penetrasi layanan perbankan yang rendah. Dibanding negara berkembang lainnya, Indonesia
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Hefrizal Handra
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Berbagi Beban Fiskal Hefrizal Handra Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan oleh Centre
Lebih terperinci- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN WILAYAH JARINGAN KANTOR BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN MODAL
Lebih terperinci2 d. bahwa melalui layanan keuangan tanpa kantor (branchless banking) tersedia produk-produk keuangan yang dapat dijangkau, sederhana, mudah dipahami,
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.350, 2014 KEUANGAN. OJK. Layanan. Tanpa Kantor. Keuangan Inklusif. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5628) PERATURAN OTORITAS JASA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini, institusi keuangan memiliki peran penting melalui fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ditandai dengan terciptanya suatu sistem keuangan yang stabil dan memberi manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal ini, institusi
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyaluran
Lebih terperinciINDUSTRI BPR BPRS SEBAGAI PILAR EKONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
INDUSTRI BPR BPRS SEBAGAI PILAR EKONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Prof. Dr. Sri Adiningsih Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia Pontianak, 26 Oktober 2016 RAKERNAS PERBARINDO
Lebih terperinciPPN/Bappenas: KNKS Untuk Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia Kamis, 27 Juli 2017
PPN/Bappenas: KNKS Untuk Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia Kamis, 27 Juli 2017 Pada 2016, penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 258,7 juta jiwa dan sekitar 85 persen
Lebih terperinciMEREALISASIKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SECARA EFEKTIF
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia MEREALISASIKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SECARA EFEKTIF Fauziah Zen Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Financial Inclusion (keuangan inklusif) identitas legal, dan masyarakat pinggiran) yang umumnya unbanked yang
BAB II LANDASAN TEORI A. Financial Inclusion (Keuangan Inklusif) 1. Pengertian Financial Inclusion (keuangan inklusif) Istilah financial inclusion atau keuangan inklusif menjadi tren pasca krisis 2008
Lebih terperincimandiri e-cash dan Layanan Keuangan Digital (LKD) Bank Mandiri
mandiri e-cash dan Layanan Keuangan Digital (LKD) Bank Mandiri Setiap segmen memiliki kebutuhan transaksi keuangan Kebutuhan untuk mengirimkan uang ke keluarga atau kerabat di kampung halaman Kebutuhan
Lebih terperinciSAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OJK PADA PENANDATANGANAN MOU ANTARA KEMENAKER, BI, OJK DAN BNP2TKI Jakarta, 16 Februari 2015
SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OJK PADA PENANDATANGANAN MOU ANTARA KEMENAKER, BI, OJK DAN BNP2TKI Jakarta, 16 Februari 2015 Yang saya hormati, - Gubernur Bank Indonesia, Bp. Agus DW Martowardojo, - Menteri
Lebih terperinciUsulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Pasal Ayat Batang Tubuh Penjelasan
BAB I KETENTUAN UMUM 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1 Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disingkat BPR adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN I. UMUM Perusahaan Pembiayaan telah terbukti berperan penting dalam pendistribusian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disalurkan dan diinvestasikan ke sektor-sektor ekonomi yang produktif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi membantu kelancaran sistem pembayaran dan juga sebagai lembaga atau sarana dalam pelaksanaan
Lebih terperinci- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. UMUM Untuk mewujudkan perekonomian
Lebih terperinciTerm of References Kompetisi Inklusi Keuangan (KOINKU) Perluasan Akses Keuangan Melalui Pembiayaan Mikro
Term of References Kompetisi Inklusi Keuangan (KOINKU) Perluasan Akses Keuangan Melalui Pembiayaan Mikro LATAR BELAKANG Inklusi keuangan (financial inclusion) telah menjadi salah satu kebijakan pemerintah
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017)
Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017) FINTECH DAN INOVASI DIGITAL Hadapi Fintech, Bank Kedepankan Inovasi Digital Di tengah pesatnya pertumbuhan industri financial technology (fintech) dianggap
Lebih terperinciAssalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi, Salam sejahtera bagi kita semua.
Keynote Speech KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN The 2nd International Forum: Towards more efficient and inclusive financial services Jakarta, 23 Oktober 2014 Assalamu alaikum Warahmatullahi
Lebih terperincienyatukan dan Memadukan Sumber Daya
M enyatukan dan Memadukan Sumber Daya Keunggulan kompetitif BCA lebih dari keterpaduan kekuatan basis nasabah yang besar, jaringan layanan yang luas maupun keragaman jasa dan produk perbankannya. Disamping
Lebih terperinciPERAN FINANCIAL INCLUSION DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN: Mendorong KUR untuk Lebih Pro-Poor
PERAN FINANCIAL INCLUSION DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN: oleh: Bambang Widianto Deputi Seswapres Bidang Kesra dan Penanggulangan Kemiskinan/ Sekretaris Eksekutif TNP2K PT Bank Mandiri, Tbk. Jakarta,
Lebih terperinciPeran Sektor Jasa Keuangan dalam Pembiayaan Sektor Pertanian, Peternakan dan Perikanan
Peran Sektor Jasa Keuangan dalam Pembiayaan Sektor Pertanian, Peternakan dan Perikanan Seminar Jakarta Food Security Summit 3 Muliaman D Hadad, Phd. Ketua Dewan Komisioner Jakarta, 13 Februari 2015 1 Pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem keuangan yang berlaku di setiap negara di dunia akan terus melakukan perkembangan dengan mengikuti keadaan masyarakat yang terus berubah,
Lebih terperinciekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran
KTSP & K-13 Kelas X ekonomi BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan produk bank
Lebih terperinciBRANCHLESS BANKING UNTUK MENINGKATKAN FINANCIAL INCLUSION: Mendorong Akses Perbankan untuk Lebih Pro-Poor
BRANCHLESS BANKING UNTUK MENINGKATKAN FINANCIAL INCLUSION: Mendorong Akses Perbankan untuk Lebih Pro-Poor Bambang Widianto Deputi Seswapres Bidang Kesra dan Penanggulangan Kemiskinan/ Sekretaris Eksekutif
Lebih terperinciTANTANGAN DAN PELUANG BAGI INDUSTRI BPR KE DEPAN
TANTANGAN DAN PELUANG BAGI INDUSTRI BPR KE DEPAN AGENDA PRESENTASI I. PERKEMBANGAN INDUSTRI BPR II. TANTANGAN DAN PELUANG INDUSTRI BPR KE DEPAN A. FINANCIAL INCLUSION B. BRANCHLESS BANKING C. MEA 2015
Lebih terperinciPETA PERSAINGAN JASA KEUANGAN VS FINTECH DI ERA DIGITAL. Finansial Inclusion & Financial Technology. Widya T Harjono
PETA PERSAINGAN JASA KEUANGAN VS FINTECH DI ERA DIGITAL Finansial Inclusion & Financial Technology Widya T Harjono director@invest.co.id Pelatihan Digital Banking dan Financial Technology 18 November 2017
Lebih terperinciFREQUENTLY ASK QUESTIONS
FREQUENTLY ASK QUESTIONS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO.16/12/DPAU 12/DPAU TANGGAL 22 JULI 2014 PERIHAL PENYELENGGARAAN LAYANAN KEUANGAN DIGITAL DALAM RANGKA KEUANGAN INKLUSIF MELALUI AGEN LAYANAN KEUANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2003 [1] tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government, dijelaskan bahwa pengembangan e-government merupakan
Lebih terperinciPointers Sambutan Ketua Dewan Komisioner OJK Peluncuran Strategi Perlindungan Konsumen Keuangan (SPKK) Jakarta, 18 Mei 2017
Pointers Sambutan Ketua Dewan Komisioner OJK Peluncuran Strategi Perlindungan Konsumen Keuangan (SPKK) Jakarta, 18 Mei 2017 Assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh Selamat pagi dan salam sejahtera
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.34, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Modal. BPR. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5849) PERATURAN OTORITAS JASA
Lebih terperinciMenteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS Seminar Nasional Sosialisasi Produk Perencanaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Bandung, 11 November 2010 1 Infrastruktur
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM KEUANGAN INKLUSIF. Dalam Strategi Nasional Keuangan Inklusif, keuangan inklusif
BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM KEUANGAN INKLUSIF A. Definisi Keuangan Inklusif Dalam Strategi Nasional Keuangan Inklusif, keuangan inklusif didefinisikan sebagai: Hak setiap orang untuk memiliki akses dan
Lebih terperinciSambutan Ketua Umum IBI Seminar e-money sebagai Sarana untuk Mengembangkan Literasi Keuangan 8 Mei 2014, Hotel Four Seasons, Jakarta
Sambutan Ketua Umum IBI Seminar e-money sebagai Sarana untuk Mengembangkan Literasi Keuangan 8 Mei 2014, Hotel Four Seasons, Jakarta Yang kami hormati, Bapak Agus Sugiharto Direktur Literasi dan Edukasi
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBOKS. Menurut Status Menurut Jenis Kelamin Menurut Status Pernikahan. TKI perempuan lebih banyak dibanding TKI laki-laki
BOKS S U R V E I P O L A R E M IT A N S I T K I P R O P IN S I JA W A T E N G A H 2 0 0 8 Dalam beberapa studi ditemukan bahwa remitansi memiliki dampak yang besar terhadap kondisi makroekonomi, seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 34 provinsi. Menurut survey terakhir yang dilakukan BPS pada tahun 2010 penduduk
Lebih terperinciATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA
RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK BATANG TUBUH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dewasa ini telah mencapai tingkat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini telah mencapai tingkat yang sangat pesat. Jarak dan waktu sekarang ini, bukan lagi menjadi masalah karena adanya bantuan dari
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG. SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA LAUNCHING PEMASARAN ASURANSI MIKRO KECELAKAAN, KESEHATAN DAN MENINGGAL DUNIA MELALUI BRI Link.
1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA LAUNCHING PEMASARAN ASURANSI MIKRO KECELAKAAN, KESEHATAN DAN MENINGGAL DUNIA MELALUI BRI Link. TANGGAL 3 JUNI 2016 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2016
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2016 TENTANG PENINGKATAN LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN UNTUK KONSUMEN DAN/ATAU
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)
Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) PENJAMINAN SIMPANAN Hingga Mei 2017, LPS Jamin 212,6 Juta Rekening Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan jumlah rekening
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita adalah gender yang jarang terangkat keberadaannya, namun dengan segala kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup menjanjikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan bermunculan bank-bank umum syariah maupun unit usaha syariah yang dimiliki oleh bank-bank konvensional.
Lebih terperinciELEKTRONIK WARUNG KELOMPOK USAHA BERSAMA PROGRAM KELUARGA HARAPAN
ELEKTRONIK WARUNG KELOMPOK USAHA BERSAMA PROGRAM KELUARGA HARAPAN DIREKTORAT PENANGANAN FAKIR MISKIN PESISIR PULAU- PULAU KECIL DAN PERBATASAN ANTAR NEGARA Arahan Presiden Rapat Terbatas Tentang Keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agama tertentu, tidak pada kelompok etnis tertentu, tidak pada kelompok kebiasaan dan. -Ir. Soekarno-
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia ini, tidak ditujukan pada kelompok tertentu, tidak pada agama tertentu, tidak pada kelompok etnis tertentu, tidak pada kelompok kebiasaan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyaluran
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyaluran
Lebih terperinciMENCAPAI HASIL YANG DIINGINKAN
MENCAPAI HASIL YANG DIINGINKAN Institusi diartikan sebagai peraturan-peraturan atau prosedur-prosedur yang mengatur bagaimana peran agen (orang-orang) berinteraksi dan organisasi-organisasi menerapkan
Lebih terperinciPERBANDINGAN BANK INDONESIA DENGAN BANK NEGARA LAIN DI ASEAN
PERBANDINGAN BANK INDONESIA DENGAN BANK NEGARA LAIN DI ASEAN I. BANK INDONESIA a. Sejarah Bank Indonesia Pada 1828 De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi yang
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29/POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29/POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN I. UMUM Perusahaan Pembiayaan telah terbukti berperan penting dalam pendistribusian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung. Pemasaran dan edukasi pelayanan jasa perbankan berawal dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat kita dari dulu mempunyai kebiasaan melakukan tanda tangan dalam hal bertransaksi di perbankan. Sebagian besar produk dan proses pelayanan jasa perbankan
Lebih terperinciArah dan Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah
Arah dan Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah Bogor, 6 November 2017 Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan Agenda Perkembangan Keuangan dan Perbankan Syariah Global Nasional Dasar Hukum
Lebih terperinciMenuju Less Cash Society Finansial Inclusion & Digital Divide
Menuju Less Cash Society Finansial Inclusion & Digital Divide Seminar Perkembangan Sistem Informasi Perbankan Di Indonesia Budi Hermana Universitas Gunadarma 24 Februari 2014 Digital + Finansial bi.go.id
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI)
30 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan Instansi Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia
Lebih terperinci2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang,
No.156, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Non Tunai. Bantuan Sosial. Penyaluran. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. non tunai yang saat ini sedang digemari adalah kartu kredit dan e-money.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trend pola hidup masyarakat yang berkembang saat ini adalah kemudahan. Masyarakat cenderung menyukai sesuatu yang dianggap mudah dan praktis. Kemajuan perkembangan teknologi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak terjadinya krisis tahun 1998, perekonomian Indonesia belum sepenuhnya pulih kembali. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang berada di atas 8% sebelum
Lebih terperinciTyme Digital Bank Commonwealth Pecahkan Rekor MURI, Buka Rekening Cuma 10 Menit!
KOPI, Jakarta - PT Bank Commonwealth (Bank Commonwealth) meluncurkan Tyme Digital, platform perbankan digital onboarding pertama di Indonesia yang memungkinkan Nasabah untuk membuka tabungan dalam waktu
Lebih terperinciFREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) Pedoman Uji Coba Aktivitas Jasa Sistem Pembayaran dan Perbankan Terbatas Melalui Unit Perantara Layanan Keuangan
1. Apakah yang dimaksud dengan Aktivitas layanan sistem pembayaran dan keuangan melalui UPLK? Aktivitas layanan sistem pembayaran dan perbankan terbatas melalui agen yang selanjutnya disebut dengan UPLK
Lebih terperinciStrategi Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rakyat BPR
Strategi Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rakyat BPR Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Seminar Serial Kelompok TEMPO Media dan Bank Danamon dengan Tema : Peran Pemberdayaan dalam Pengembangan Ekonomi Daerah.
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.03/2014 TENTANG LAYANAN KEUANGAN TANPA KANTOR DALAM RANGKA KEUANGAN INKLUSIF
SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.03/2014 TENTANG LAYANAN KEUANGAN TANPA KANTOR DALAM RANGKA KEUANGAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia- Nya, dapat menyelesaikan Executive Summary Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia :
12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Fungsi dan Peranan Perbankan A. Jenis Bank Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia : 1. Bank Sentral Bank sentral adalah suatu institusi yang
Lebih terperinci