I. PENDAHULUAN. Listrik sekarang telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat karena
|
|
- Deddy Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Listrik sekarang telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat karena hampir setiap aktivitas masyarakat, terutama masyarakat perkotaan, sangat tergantung pada ketersediaan energi listrik. Namun di sisi lain belum semua penduduk Indo nesia telah menikmati energi listrik. Rasio elektrifikasi 1 di Indo nesia sampai dengan akhir tahun 2009 baru mencapai 65 persen, yang berarti masih ada 35 persen penduduk yang belum menikmati aliran listrik (PT PLN (Persero), 2010). Pertumbuhan pembangunan jaringa n listrik juga masih terpusat di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera. Wilayah bagian timur Indonesia merupakan daerah de ngan rasio elektrifikasi paling rendah dibandingkan wilayah lain (lihat Tabe l 1). Tabel 1. Perkembangan Rasio Elektrifikasi di Indonesia,Tahun Wilayah (%) Indo nesia Jawa-Bali Sumatera Kalimantan Sulawesi Indo nesia Bagian Timur Sumber: PT PLN (Persero), 2010 Di lain pihak, penyediaan tenaga listrik yang bersifat padat modal dan teknologi menyebabkan harga energi listrik menjadi mahal dan belum dapat 1 Rasio elektrifikasi d idefinisikan sebagai jumlah rumah tangga berlistrik d ibagi ju mlah ru mah tangga yang ada
2 2 menjangka u selur uh wilayah Indo nesia. Sebagai contoh, untuk meningkatkan rasio elektrifikasi dari 66.1 persen pada tahun 2010 menjadi 68.5 persen pada tahun 2011 membutuhka n investasi sebesar US$ 9.74 miliar. Diperkirakan investasi yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan energi listrik dari tahun 2010 sampa i dengan tahun 2019 mencapai US$ 97.1 miliar. Tabel 2. Perkiraa n Jumlah Permintaan Energi Listrik, Rasio Elektrifikasi, dan Investasi yang Dibutuhkan,Tahun Tahun Jumlah Permintaan (GWh) Rasio Elektrifikasi (%) Kebutuhan Investasi (Juta US$) *) Jumlah Keterangan: *) PT PLN (Persero) dan IPP Sumber: PT PLN (Persero), 2010 Melepaskan harga listrik sesuai mekanisme pasar tidak mungkin dilakukan pemerintah di tengah masih tingginya angka kemiskinan 2. Berdasarkan data dari Bada n Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Indo nesia mencapai juta orang atau persen dari 237 juta penduduk. Apalagi Pasal 33 UUD 1945 secara jelas menyatakan bahwa cabang produksi 2 Angka kemiskinan menunjukkan jumlah penduduk miskin di seluruh Indonesia. Menurut BPS, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Pada tahun 2010 garis kemiskinan mencapai Rp untuk daerah perkotaan dan Rp untuk daerah pedesaan.
3 3 yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, serta bumi, air dan kekayaan alam yang terdapat di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat. Sehingga usaha penyediaan tenaga listrik harus disediakan oleh negara dan tersebar merata serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, campur tangan pemerintah sangat diperlukan untuk mendorong proses produksi dan distribusi tenaga listrik yang lebih merata dengan harga yang terjangka u. Salah satu campur tangan pemerintah dalam sektor kelistrikan adalah keterlibatannya dalam penentuan tarif listrik. Kebijakan penetapan tarif listrik ini sangat erat kaitannya dengan kebijakan pemberian subsidi. Hal ini dikarenakan sejak tahun 1998 tarif listrik yang ditetapkan pemerintah selalu lebih rendah dari biaya pokok penyediaan tenaga listrik (lihat Gambar 1). Hal ini menyebabkan perusahaan penyedia tenaga listrik mengalami kerugian. Sehingga untuk mengganti kerugian akibat penetapan harga jual tenaga listrik tersebut, pemerintah membayar selisih harga tersebut kepada perusahaan penyedia tenaga listrik Rp/kWh BPP Rata-rata HJTL Gambar 1. Biaya Pokok Penye diaa n dan Rata-Rata Harga Jual Tenaga Listrik Per kwh, Tahun
4 4 Selain itu terus meningkatnya permintaan tenaga listrik juga harus diikuti kemampuan produksi perusahaan penyedia tenaga listrik. Untuk meningkatkan produksi maka perlu membangun pembangkit-pembangkit baru yang berarti membutuhkan investasi. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2 di atas bahwa untuk memenuhi peningkatan permintaan tenaga listrik diperlukan investasi yang besar. Untuk itu sejak tahun 2009 pemerintah memasukka n unsur margin usaha dalam menghitung besarnya subsidi yang dibayarkan kepada PLN. Pemberian margin ini dimaksudkan agar PLN mendapatkan keuntungan, sehingga dapat melakukan investasi dari keuntungan tersebut. Selain itu, pemberian margin dilakukan untuk menyehatkan kondisi keuangan PLN. Hal ini dilakukan karena besarnya investasi yang diambil dari keuntungan PLN tidak mencukupi untuk memenuhi seluruh investasi yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan tenaga listrik. Sejak tahun 2005 pemerintah tidak lagi melakukan investasi untuk PLN, sehingga untuk menutupi kekurangan investasi tersebut PLN mencari sumbersumber lain seperti dunia perbankan maupun lembaga-lembaga peminjam lainnya. Untuk dapat meminjam dari perbankan dan lembaga-lembaga lain baik lokal maupun internasional maka ko ndisi ke uangan PLN harus sehat. Dengan demikian kebijakan pemberian subsidi listrik yang dilakukan pemerintah bertujuan selain untuk membantu pelanggan yang kurang mampu dan masyarakat yang belum terjangkau pelayanan PLN dapat ikut menikmati energi listrik, juga untuk menjaga ketersediaan tenaga listrik listrik, serta menjamin kelangsungan hidup p erusahaan penyediaan tenaga listrik (Purwoko, 2003). Pemerintah telah mengeluarkan anggaran triliunan rupiah untuk subsidi listrik setiap tahun. Nilai realisasi subsidi listrik tersebut cenderung naik setiap
5 tahun, kecuali pada tahun 2009 yang mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu dari triliun rupiah pada tahun 2008 menjadi triliun rupiah. Sejak tahun 2006 besaran subsidi listrik mengalami kenaikan drastis dan juga realisasinya selalu lebih besar dari nilai anggaran yang disediaka n. Tabel 3. Penge luaran Pe merintah Pusat untuk Subsidi, Tahun Tahun Belanja Pem. Pusat (Triliun Rp) BBM Subsidi (Triliun Rp) Non BBM Listrik Jumlah Persentase Subsidi terhadap Belanja Pem. Pusat Persentase terhadap Total Subsidi BBM Non BBM Listrik * Lainnya Lainnya Ratarata Sumber: Ke menterian Keuangan dan Kementerian Energi dan Su mber Daya Mineral (dio lah) *) APBN-P 2010 Berdasarkan data dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, dalam kurun waktu , secara rata-rata subs idi yang dikeluarkan pemerintah mencapai persen dari total belanja pemerintah pusat, dimana persen digunakan untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM). Subsidi listrik adalah yang terbesar diantara subsidi-subsidi non BBM lainnya yang secara ratarata mencapai persen pada periode yang sama. Sejak tahun 2006 subsidi listrik mengalami kenaikan tajam, baik dari nilai maupun persentasenya, di saat 5
6 6 subsidi BBM mulai berkurang. Bahkan pada tahun 2009 mencapai persen, melebihi subsidi untuk BBM sebesar persen. Kenaikan subsidi listrik ini disebabkan karena biaya operasional perusahaan penyedia tenaga listrik (PLN) yang terus meningkat, sementara tarif listrik relatif tetap. Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sejak krisis ekonomi tahun 1997 dan masih tingginya ketergantungan PLN terhadap BBM merupaka n dua sebab utama meningkatnya biaya operasional PLN. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada periode sebesar persen dari seluruh biaya operasional digunakan untuk membeli bahan bakar dan pelumas. Namun di sisi lain, krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah menurunkan pendapatan riil dan daya beli masyarakat. Sehingga pemerintah merasa perlu mengeluarkan kebijakan pemberian subsidi listrik untuk mengurangi beban masyarakat tersebut. Tabel 4. Biaya Operasional Perusahaan Penyedia Tenaga Listrik Menurut Je nis Penge luaran, Tahun (Miliar Rupiah) Tahun Pembelian Listrik Bahan Bakar dan Pelumas Jenis Pengeluaran Pemeliharaan Kepegawaian Lainnya Jumlah Rata-rata (%) Keterangan: *) PT PLN (Persero) dan IPP Sumber: PT PLN (Persero), 2010
7 Ada satu pertanyaan klasik yang sering muncul berkaitan pemberian subs idi, yaitu apakah subs idi tersebut telah mencapai target, baik target orang maupun target filosofinya. Target orang maksudnya adalah subsidi dinikmati oleh masyarakat yang membutuhkannya, sedangkan target filosofi adalah subsidi berhasil membantu masyarakat marjinal dan miskin tersebut keluar dari kemarjinalan dan kemiskinannya. Sampai saat ini adalah subsidi listrik tidak hanya diberikan kepada masyarakat miskin, tetapi kepada hampir semua pelanggan PLN. Tahun 2009, sebagai contoh, berdasar data da ri PT PLN (Persero), dari total realisasi subsidi Rp triliun, pelanggan rumah tangga menyerap Rp triliun atau persen, dimana Rp triliun diberikan kepada rumah tangga kecil (450VA dan 900VA). Kalangan bisnis da n industri mendapatkan subsidi masing-masing 4.0 triliun rupiah dan Rp triliun. Instans i pemerintah dan kantor pelayanan publik lainnya mendapat jatah Rp triliun. Tabel 5. Besarnya Subsidi Menurut Golongan Pelanggan, Tahun (Miliar Rp) Tahun Rumah Tangga Pelayanan s.d. 450VA Bisnis Industri Sos ial Lainnya Publik dan 900VA *) Sumber: Kementerian ESDM dan PLN (diolah ) *) Alokasi subsidi listrik tahun 2010 Selain itu, subsidi listrik selama ini lebih banyak dinikmati oleh rumah tangga kaya. Tabel 6 memperlihatkan bahwa meskipun secara total nilai subsidi 7
8 8 terbesar untuk rumah tangga sangat kecil, tetapi dilihat per pelanggan nilai subsidi yang dinikmati rumah tangga kaya jauh lebih besar dari rumah tangga kecil. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan tujuan awal pemberian subsidi yaitu untuk membantu seseorang atau rumah tangga kurang mampu untuk dapat menikmati energi listrik. Tabel 6. Nilai Subsidi yang Diterima Per Pelanggan Pe r Tahun Menurut Golongan Tarif Rumah Tangga, Tahun (Ribu Rupiah) Tahun s.d. 450VA 900VA 1.300VA 2.200VA > s.d VA > 6.600VA Ratarata Sumber: PT PLN (d iolah) Kebijaka n subsidi pe merintah yang be rupa subsidi harga (price goods subsidies) juga mempunyai beberapa kelemahan (Farabi, 2010), antara lain: (i) dari sisi anggaran pemerintah (APBN), subsidi BBM dan listrik yang sangat tergantung pada harga minyak dunia dan nilai tukar, dalam pelaksanaannya cenderung berfluktuasi. (ii) subsidi listrik menyebabkan kesenjangan spasial karena pembangunan listrik masih terpusat di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera, dan (iii) subsidi telah menyebabkan ketidakadilan personal karena subs idi hanya diberikan kepada pelanggan PLN sehingga akan menciptakan kecemburuan dan kesenjangan dengan masyarakat pelanggan non PLN dan masyarakat yang belum teraliri listrik.
9 9 Melebarnya kesenjangan dapat menyebabkan konflik di tengah masyaraka t. Oleh karena itu, para pembuat kebijakan ekonomi, termasuk kebijakan sektor kelistrikan, harus memperhatikan masalah kesenjangan ini sebelum menetapkan suatu kebijakan. Menurut Setianegara (2008), salah satu alasan mengapa masalah kesenjangan distribusi pe ndapa tan harus dipertimbangkan adalah karena kebijakan pemerataan pendapatan, baik langsung maupun tidak langsung, dijalankan dalam rangka menurunkan tingkat kemiskinan. Masalah ketidakmerataan pendapatan dan kemiskinan telah menjadi perhatian utama pemerintah dalam proses pembangunan nasional. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional , pemerintah telah menetapkan tiga strategi pembangunan ekonomi, yaitu pro growth, pro jobs, dan pro poor. Melalui strategi pro growth diharapkan terjadi percepatan laju pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan perbaikan distribusi pendapatan (growth with equity). Percepatan laju pertumbuhan ini diikuti dengan makin banyaknya kesempatan kerja tercipta sehingga semakin banyak keluarga Indonesia yang dapat dilepaskan dari perangkap kemiskinan, serta memperkuat pereko nomian untuk menghadapi berba gai goncangan. Berpijak dari permasalahan di atas, maka diperlukan adanya metode yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi besarnya subsidi listrik di Indonesia dan bagaimana dampak pemberian subsidi listrik tersebut terhadap perekonomian dan kemiskinan. Model ekonometrika merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besaran subsidi listrik
10 10 dan bagaimana pengaruhnya dengan tingkat kemiskinan. Menurut Koutsoyiannis (1977), ada tiga kegunaan model ekonometrika, yaitu untuk: (i) alat analisis, seperti pengujian suatu teori ekonomi, (ii) penetapan kebijakan, berdasar nilai estimasi parameter, dan (iii) peramalan dampak, yaitu dengan melakukan perlakuan tertentu pada suatu variabe l untuk mempredisi eko nomi menda tang Perumusan Masalah Besarnya nilai subsidi listrik yang harus dike luarka n sangat tergantung pada kemampuan membayar pemerintah dan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya ope rasional perusahaan penyedia tenaga listrik. Selain itu juga memperhatikan kondisi kemampuan masyarakat dan kondisi perekonomian secara menyeluruh. Secara teknis pemerintah menyerahkan sepenuhnya kepada PLN dalam penyaluran subsidi listrik. Berdasarkan alokasi jumlah subsidi yang diberikan pemerintah, PLN membe rikan subs idi sesuai golongan tarif dengan besaran yang berbeda-beda. Sebagai contoh, untuk rumah tangga miskin dengan kategori rumah tangga yang terpasang daya 450VA dan 900VA. Untuk pelanggan industri dan kalangan bisnis juga tetap diberi subsidi tanpa kecuali. Begitu juga dengan lemba ga-lembaga sosial, kantor pemerintahan, dan penerangan jalan umum tetap diberi subs idi. Kebijakan pemberian subsidi yang hanya menggunakan kriteria tersebut memberi ruang pada pemberian subsidi yang tidak tepat sasaran. Sebagai contoh, tidak semua pelanggan rumah tangga sangat kecil (450VA dan 900VA) adalah rumah tangga miskin. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa persentase rumah tangga miskin pengguna listrik terhadap jumlah pelanggan rumah tangga 450VA dan
11 900VA relatif kecil yaitu hanya sekitar 20 persen, yang berarti ada sekitar 80 persen pelanggan rumah tangga tersebut adalah bukan rumah tangga miskin. Tabel 7. Jumlah Pelangga n PLN Rumah Tangga Sanga t Kecil dan Rumah Tangga Miskin, Tahun Tahun Jumlah Pelanggan Rumah Tangga Sangat Kecil (450VA dan 900VA) (000) Jumlah Rumah Tangga Miskin *) (000) Persentase Rumah Tangga Miskin terhadap Jumlah Pelanggan Rumah Tangga 450VA dan 900VA ,1 5, , , , , , , ,8 5, ,3 5, Sumber: BPS dan PT PLN (diolah) *) Jumlah rumah tangga miskin pengguna listrik = Jumlah penduduk miskin dibagi rata-rata jumlah anggota rumah tangga miskin dikalikan persentase rumah tangga miskin dengan sumber penerangan listrik Kebijakan pemberian subsidi seperti ini jelas tidak sesuai dengan tujuan awal pemberian subsidi yaitu membantu penduduk berpenghasilan rendah. Pemberian subsidi dengan cara ini dapat menciptaka n kesenjangan yang makin lebar antar pelanggan PLN maupun dengan pelanggan non PLN atau masyarakat yang belum teraliri listrik. Bahkan penduduk miskin yang belum menikmati energi listrik akan mendapat dampak ganda, yaitu selain mereka tidak menikmati energi listrik, tetapi juga tidak mendapat subsidi. Dari uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya biaya pokok penyediaan, subsidi, dan harga jual tenaga listrik di Indonesia, baik yang berasal dari dalam 11
12 12 maupun luar negeri. Oleh karena itu salah satu rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya subsidi listrik di Indonesia? 2. Seberapa besar dampak kebijakan pemberian subsidi tersebut terhadap jumlah penduduk miskin? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya produksi, konsumsi, subsidi, dan harga jual tenaga listrik, serta pe nerimaan dan pengeluaran pemerintah,kondisi perekonomian, kesempatan kerja, dan tingkat kemiskinan di Indo nesia. 2. Melakukan simulasi dampak peruba han kebijakan subsidi harga listrik, efisiensi perusahaan terhadap kondisi perekonomian dan kemiskinan di Indo nesia Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapka n dapat memberi manfaat: 1. Bagi Pemerintah dan PLN, sebagai bahan evaluasi terhadap kebijakan pemberian subsidi yang dilakukan selama ini serta mendapa t masuka n dalam membuat kebijakan subsidi listrik ke depan yang lebih terarah dan memenuhi azas berkeadilan. 2. Bagi anggota Legilatif dan Partai Politik, sebagai masukan dalam memperjuangka n kepentinga n rakyat, terutama masyarakat miskin, tanpa mengabaikan nasib perusahaan penyedia energi listrik, sehingga subsidi benarbenar dapat dirasakan oleh mereka yang membutuhkan, roda perekonomian
13 13 dapat berputar, dan perusahaan penyedia energi listrik dapat beroperasi sebagaimana mestinya. 3. Bagi masyarakat, sebagai media pembelajaran dan pendewasaan masyarakat akan hakikat subsidi listrik, sehingga masyarakat bisa mengoptimalkan konsumsi listrik sesuai dengan tingkat kemampuannya Ruang Lingk up dan Keterbatasan Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya biaya pokok penyediaan tenaga listrik, subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah, da n harga jual tenaga listrik yang harus diba yar pelanggan, baik faktor sosial, politik, maupun ekonomi. Penelitian ini lebih difokuskan pada faktor-faktor ekonomi yang dominan mempengaruhi besarnya biaya pokok penyediaan, subsidi, da n harga jua l tenaga listrik serta dampaknya terhadap perekonomian dan kemiskinan baik di daerah pedesaan maupun perkotaan. Penelitian ini menggunakan data pada periode tahun 1990 sampai dengan Sebagaimana diketahui, pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi di Indonesia yang berdampak kepada kinerja perekonomian nasional baik secara makro maupun mikro. Banyak perusahaan mengalami kesulitan keuangan tak terkecuali perusahaan penyedia tenaga listrik (PLN). Namun penelitian ini tidak membedakan masa sebelum dan sesudah krisis, meskipun kebijakan pemerintah setelah krisis sangat berbeda dibandingkan sebelum krisis, terutama yang berkaitan dengan subsidi, termasuk subsidi listrik. Periode penelitian yang lebih banyak pada periode setelah krisis menyebabkan model yang dibangun lebih menggambarkan kondisi perekonomian setelah krisis daripada sebelum krisis.
14 14 Selain itu, luasnya permasalahan berkaitan dengan biaya penyediaan, subs idi, da n pe nent uan harga jual tenaga listrik di Indonesia serta keterbatasan data yang tersedia, ada beberapa keterbatasan penelitian ini, yaitu: 1. PLN membagi pelanggan menjadi 37 golongan tarif. Namun dalam penelitian ini hanya membagi pelanggan menjadi tiga kelompok, yaitu pelanggan rumah tangga, pelanggan industri dan pelanggan lainnya. 2. Belanja pemerintah dalam penelitian ini hanya dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu belanja untuk subsidi listrik dan belanja lainnya. Belanja untuk subsidi dibedakan menjadi subsidi untuk pelanggan rumah tangga, pelanggan industri, dan pelanggan lainnya. Sementara untuk belanja lainnya tidak dipisahkan secara terperinci. 3. Lingkup pembahasan penelitian ini dilakukan pada level nasional, maka hasil analisisnya juga bersifat umum secara nasional. Jadi ada kemungkinan hasilnya kurang sesuai jika diterapkan pada level regional karena setiap daerah tentunya mempunyai kekhususan tersendiri, baik secara karakteristik wilayah, jumlah pelanggan, maupun jumlah konsumsi listriknya. 4. Penelitian ini juga hanya memfokuskan pada kebijakan pemberian subsidi listrik kepada pelanggan PLN, sehingga mengabaikan kebijakan perusahaanperusahaan penyedia listrik selain PLN. Selain itu, pe nelitian ini juga hanya menganalisis subs idi listrik yang dilakukan pe merintah yaitu subs idi harga, sehingga tidak meneliti alternatif lain dari kebijakan subsidi seperti kebijakan pengalihan subsidi langsung tunai kepada pelanggan, subsidi barang input, dan lain-lain.
DI INDONESIA TAHUN Pada bagian ini akan diuraikan mengenai gambaran umum kelistrikan di
IV. GAMBARAN UMUM KELISTRIKAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1990-2010 Pada bagian ini akan diuraikan mengenai gambaran umum kelistrikan di Indonesia pada periode tahun 1990-2010 seperti produksi dan
Lebih terperinciVII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Berdasarkan hasil analisis hasil estimasi mode l subsidi harga listrik da n hasil
VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis hasil estimasi mode l subsidi harga listrik da n hasil simulasi dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Produksi tenaga
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Listrik merupakan salah satu sumber daya energi dan mempunyai sifat sebagai barang publik yang mendekati kategori barang privat yang disediakan pemerintah (publicly provided
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN I. PEMOHON Mohamad Sabar Musman II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 47
Lebih terperinciSUBSIDI LISTRIK DAN PERMASALAHANNYA
SUBSIDI LISTRIK DAN PERMASALAHANNYA 1. Subsidi listrik dan belanja pemerintah pusat Proporsi subsidi listrik terhadap belanja pemerintah pusat cenderung meningkat dari hanya 2,5% pada tahun 2005 menjadi
Lebih terperinciGambar 1. Rata-rata Proporsi Tiap Jenis Subsidi Terhadap Total Subsidi (%)
SUBSIDI LISTRIK (Tinjauan Dari Aspek Ketersediaan Bahan Bakar) I. Pendahuluan S ubsidi listrik diberikan sebagai konsekuensi penentuan rata-rata harga jual tenaga listrik (HJTL) yang lebih rendah dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk
Lebih terperinciHASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)
HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik) Pendahuluan Dalam delapan tahun terakhir (2005-2012) rata-rata proporsi subsidi listrik terhadap
Lebih terperinciPemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia
Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupannya yang meliputi pada aspek sosial, ekonomi maupun politik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara terus-menerus dalam rangka mencapai kesejahteraan bagi masyarakatnya. Pencapaian kesejahteraan tersebut
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciDUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO)
DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO) 1. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti
Lebih terperinciIV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperincifaktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, ketersediaan sumber daya, teknologi,
Lebih terperinciBIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM
INEFISIENSI BBM Kenaikan harga minyak yang mencapai lebih dari US$100 per barel telah memberikan dampak besaran alokasi dalam APBN TA 2012. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang mendorong pemerintah
Lebih terperinciKAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY
KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY Abstraksi Berdasarkan data realisasi subsidi APBN, selama ini meningkatnya angka subsidi APBN di-drive oleh, salah satunya
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah
Lebih terperinciPENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA. David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
PENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA harga minyak DUNIA David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan davidf_silalahi@djk.esdm.go.id SARI Kecenderungan penurunan harga minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala
13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terus menerus dilaksanakan melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala aspek. Salah satu
Lebih terperinciSUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi
Lebih terperinciKenaikan TDL Konferensi Pers. Jakarta, 29 Juni 2010
Mengukur Dampak Ekonomi Kenaikan TDL 2010 Konferensi Pers ReforMiner Institute Jakarta, 29 Juni 2010 Untuk keterangan lebih lanjut dapat mengubungi: Komaidi (0815 531 33252) Pri Agung Rakhmanto (0812 8111
Lebih terperinciDaftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1
Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Isu-isu Pokok Pembangunan Ekonomi Daerah... 2 1.1.2 Tujuan... 5 1.1.3 Keluaran... 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Masih tingginya angka kemiskinan, baik secara absolut maupun relatif merupakan salah satu persoalan serius yang dihadapi bangsa Indonesia hingga saat ini. Kemiskinan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk merencanakan dan melaksanakan
Lebih terperinciSubsidi BBM pada APBN. Komposisi Subsidi pada APBN 55% 50% 44% 44% 43% 35% 33% 33% APBN APBN LKPP LKPP LKPP APBN. Perkembangan Subsidi BBM ( )
Subsidi BBM pada Komposisi Subsidi pada Subsidi BBM selalu menjadi issue yang menarik perhatian jika dikaitkan dengan total beban subsidi pada. Hal tersebut dikarenakan subsidi BBM memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa
Lebih terperinciBAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral
BAB 2 Kecenderungan Lintas Sektoral BAB 2 Kecenderungan Lintas Sektoral Temuan Pokok Sejak krisis ekonomi dan pelaksanaan desentralisasi, komposisi pengeluaran sektoral telah mengalami perubahan signifikan.
Lebih terperinciSIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada
1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi menunjukkan proses pembangunan yang terjadi di suatu daerah. Pengukuran pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat pada besaran Pendapatan Domestik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU
LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : I Rapat ke : 16 Jenis Rapat : Rapat
Lebih terperinciMENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA S..A...LINAN
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA S..A...LINAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 /PMK.02/2017 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENGHITUNGAN, PEMBAYARAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN SUBSIDI
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa Selama periode 2001-2010, terlihat tingkat inflasi Indonesia selalu bernilai positif, dengan inflasi terendah sebesar 2,78 persen terjadi pada
Lebih terperinciLISTRIK. umum dan pembahasan secara terperinci untuk setiap persamaan. kriteria ekonomi (economic a priori criteria), kriteria statistik (statistical
V. PEMBAHASAN HASIL ESTIMASI MODEL SUBSIDI HARGA LISTRIK Bagian ini membahas hasil estimasi dari mode l yang dibangun dalam penelitian ini. Pembahasan dibagi menjadi dua bagian, yaitu penjelasan secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai perusahaan penyedia listrik milik pemerintah di tanah air, PT.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sebagai perusahaan penyedia listrik milik pemerintah di tanah air, PT. (Persero) Perusahaan Listrik Negara (PLN) berusaha untuk terus meningkatkan kualitas
Lebih terperinciTanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015
Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015 Mengacu Permen ESDM No. 09 Tahun 2015, Permen ESDM No: 31 Tahun 2014 & Permen ESDM No. 33 Tahun 2014 P T P L N ( P e r s e r o ) J l. T r u n o j o y o B l
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin ketatnya persaingan antar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kini perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi dunia saat ini berada pada posisi tiga kejadian penting yaitu harga minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika Serikat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Lebih terperinciAnalisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat
37 Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat M. Iqbal Arsyad Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura iqbalarsyad@yahoo.co.id Abstract Electrical sector plays important
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. negara, tetapi pembangunan memiliki perspektif yang luas lebih dari itu. Dimensi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan pada dasarnya bukan hanya sekedar fenomena ekonomi. Tidak hanya ditunjukkan oleh prestasi pembangunan yang dicapai oleh suatu negara, tetapi pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara/daerah ini terkandung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh karena itu perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Industri Pengolahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL
VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,
BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu wadah bagi sekumpulan orang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu wadah bagi sekumpulan orang untuk melakukan kegiatan usaha guna mendapatkan keuntungan. Adanya keuntungan atau kerugian dapat diketahui apabila
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 1997 telah mengalami kontraksi dari tahun sebelumnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Insider Forum Series Indonesia Energy Roadmap 2017 2025 Jakarta, 25 Januari 2017 I Kondisi
Lebih terperinciRingkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia
Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan
60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang
Lebih terperinciABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.
Judul : Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Biaya Infrastruktur, dan Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Melalui Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Nama : Diah Pradnyadewi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.
Lebih terperinciV. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG
V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada
Lebih terperinciCAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak
CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1404, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Listrik. Penyediaan. Penghitungan. Pembayaran. Pertanggungjawaban. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semua kekayaan bumi Indonesia yang dikelola sebagai pengembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua kekayaan bumi Indonesia yang dikelola sebagai pengembangan ekonomi, yang diantaranya dari sisi kehutanan, pertanian, pertambangan dan energi yang ada seharusnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak lepas dari berbagai hambatan dan tantangan dalam pembangunan. Masalah kemiskinan, rendahnya modal, rendahnya kualitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk menghapus atau mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan pendapatan, dan menyediakan lapangan pekerjaan dalam konteks
Lebih terperinciTanya Jawab Seputar PLN, Menyongsong 2013
Tanya Jawab Seputar PLN, Menyongsong 20 Pada 20, PLN merencanakan meningkatkan kemampuan menjual listrik hingga 182 TWh guna mendorong pergerakan perekonomian dan memungkinkan lebih dari 2,5 juta pelanggan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang sangat penting dalam perekonomian setiap negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Krisis ekonomi yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara bersamaan perubahan-perubahan makroekonomi maupun perekonomian secara sektoral dan regional, serta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam meningkatkan kesejahteraan tersebut, salah satunya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik telah menjadi kebutuhan primer bagi kehidupan manusia modern. Ketersediaan energi listrik berhubungan erat dengan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan pemerataan dalam distribusi pendapatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam mencapai tujuannya, pemerintah negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua
Lebih terperinciBAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI
BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI Indikator yang lazim digunakan untuk mendapatkan gambaran kondisi pemakaian energi suatu negara adalah intensitas energi terhadap penduduk (intensitas energi per kapita)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Utang luar negeri yang selama ini menjadi beban utang yang menumpuk yang dalam waktu relatif singkat selama 2 tahun terakhir sejak terjadinya krisis adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan
4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami peningkatan. Khususnya Indonesia yang merupakan negara berkembang, di mana segala upaya dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah menjadi barang kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia yang semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi yang terjadi di dalam masyarakat yang memiliki angka tingkat mobilitas yang tinggi, kebutuhan transportasi menjadi hal yang penting bagi kelangsungan
Lebih terperinciAPAKAH SUBSIDI BBM BEBAN BERAT BAGI APBN?
APAKAH SUBSIDI BBM BEBAN BERAT BAGI APBN? Niat pemerintah untuk mengurangi beban subdidi BBM didasari alasan bahwa subsidi BBM semakin memberatkan APBN. Untuk mendukung penyataan tersebut Pemerintah mengajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan salah satu alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup masyarakat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan ekonomi untuk mengendalikan keseimbangan makroekonomi dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang lebih baik dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yang menjadi cita-cita dari suatu suatu negara adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu tolak ukur dari ukuran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yang menjadi cita-cita dari suatu suatu negara adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu tolak ukur dari ukuran pertumbuhan ekonomi adalah pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia selama hidupnya selalu melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya, baik berupa kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat perlindungan, hiburan dan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama pemerintah dari masa ke masa. Permasalahan ini menjadi penting mengingat erat kaitannya dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah (crude oil) maupun produk-produk minyak (oil product) termasuk bahan bakar minyak. Produksi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR
37 IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR 4.1 Jalan Jalan merupakan infrastruktur yang penting untuk menghubungkan satu daerah ke daerah lain atau satu pusat perekonomian ke pusat perekonomian lainnya. Ketersediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi yang dimulai beberapa tahun lalu telah merambah ke seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah aspek pemerintahan yaitu
Lebih terperinci