Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri
|
|
- Surya Hermanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Meninjau Ulang Pentingnya Perjanjian Perdagangan Bebas Bagi Indonesia Yose Rizal Damuri Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA). Kegiatan ini merupakan kontribusi pemikiran dari komunitas penelitian/riset, yang diharapkan dapat membantu meningkatkan efektivitas kebijakan pemerintah. Dalam kegiatan ini, CSIS bersama dengan ERIA mengundang 16 ahli ekonomi dari berbagai institusi penelitian terkemuka yang kompeten pada bidang keahlian yang spesifik, untuk berdiskusi mengenai tujuh permasalahan strategis ekonomi Indonesia (pembangunan infrastruktur, kebijakan daya saing, iklim investasi, kebijakan pangan, kebijakan sektor jasa, kebijakan fiskal, dan kebijakan perlindungan sosial), yang kemudian dikumpulkan dalam rangkaian ikhtisar kebijakan singkat (policy brief) untuk masing-masing topik. Diseminasi hasil temuan dan rekomendasi yang dihasilkan kegiatan ini dilakukan melalui berbagai jalur. Kegiatan ini berusaha untuk melibatkan pejabat pemerintah yang terkait melalui sejumlah Focus Group Discussion (FGD) dan Audiensi dengan pengambil kebijakan strategis, yang terkait dengan masing-masing topik di atas. Sementara itu, diseminasi kepada publik secara luas juga dilakukan melalui sejumlah Seminar Publik mengenai masing-masing topik, serta melalui publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat dan sejumlah multimedia pendukung yang dapat diakses secara online melalui 1
2 Rekomendasi dan Pesan Utama 1. Diperlukan satu pandangan yang lebih menyeluruh dalam melihat perjanjian perdagangan, bukan hanya terbatas pada akses pasar. Dampak dari suatu perjanjian akan jauh melampaui sekedar neraca perdagangan bilateral, termasuk pula pembangunan industri dan peningkatan daya saing. 2. Tidak tergabung dalam suatu perjanjian perdagangan bukan berarti Indonesia tidak mengalami kerugian. Ada kerugian akibat tergerusnya daya saing produk Indonesia ketika negara pesaing beramai-ramai membentuk perjanjian perdagangan, termasuk juga dalam hal investasi. 3. Diperlukan suatu strategi nasional mengenai tujuan dan arah perjanjian perdagangan. Strategi tersebut perlu memasukan berbagai aspek yang terkait dan tidak hanya terpaku pada tujuan untuk meningkatkan ekspor belaka, tetapi juga pendalaman industri dan peningkatan daya saing. Strategi tersebut juga harus memandang bahwa berbagai area baru dalam FTA merupakan sarana penunjang bagi tercapainya reformasi ekonomi yang mendukung tujuan dari pembangunan ekonomi. Perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Area, FTA) masih merupakan hal yang cukup kontroversial di dalam pembahasan kebijakan ekonomi Indonesia. Perjanjian perdagangan masih dianggap sebagai salah satu faktor yang merugikan perekonomian. Ketika pemerintah mengumumkan bahwa Indonesia akan mengikuti atau melakukan suatu perjanjian perdagangan, ada banyak reaksi penolakan terhadap proses tersebut. Dalam sebuah survey mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), hanya 45% perusahaan Indonesia yang melihat bahwa MEA akan menjadi kesempatan bagi mereka, jauh dibawah negara ASEAN lainnya yang lebih dari 70% pelaku usahanya melihat itu sebagai kesempatan.sumber dari persepsi negatif tersebut adalah pandangan bahwa perjanjian perdagangan, serta proses keterbukaan ekonomi yang menyertainya, hanya mengancam sektor produksi domestik, baik pertanian maupun perindustrian. Produk domestik dipercaya tidak akan mampu bersaing dengan produk impor dari negara mitra dagang, yang menyebabkan banjirnya barang impor di pasar dalam negeri. Sementara itu penurunan bea masuk dan hambatan perdagangan di negara mitra tidak akan memberikan manfaat yang cukup, karena produk ekspor Indonesia dianggap tidak mempunyai daya saing dan kualitas yang cukup baik untuk memanfaatkan peluang yang ada. Dampak FTA Pandangan negatif ini juga didasari oleh pengalaman Indonesia atas beberapa perjanjian perdagangan yang telah dijalankan, seperti Indonesia- 2
3 Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) dan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). Keduanya, dan beberapa perjanjian lainnya, dianggap telah memberikan beban kepada neraca perdagangan Indonesia. Perdagangan antara Indonesia dan Jepang terus mengalami peningkatan setelah IJEPA diselesaikan pada tahun 2007 dan dilaksanakan secara penuh pada tahun Tetapi memang terlihat bahwa peningkatan impor Indonesia yang berasal dari Jepang terlihat lebih tinggi dibandingkan ekspor Indonesia ke negara tersebut. Ini menyebabkan surplus neraca perdagangan Indonesia dan Jepang menjadi lebih kecil. Jika pada tahun 2007, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan sebesar US$16 miliar, pada tahun 2014, hanya sekitar US$8 miliar. Tetapi jika dilihat lebih jauh, peningkatan impor dari Jepang lebih banyak didominasi oleh bahan antara untuk keperluan industri yang meningkat 18% pertahunnya, dan suku cadang kendaraan bermotor yang naik sekitar 13% pertahunnya. Kedua produk tersebut menjadi bahan baku penting yang menunjang produksi domestik, termasuk untuk ekspor, serta memberikan kontribusi atas pembangunan industri di Indonesia. Gambar 1 di bawah ini memperlihatkan bagaimana peningkatan impor suku cadang dan komponen kendaraan bermotor terjadi bersamaan dengan ekspor kendaraan bermotor Indonesia. Sayangnya ekspor tersebut memang tidak tercemin dalam neraca perdagangan antara Indonesia dan Jepang, karena ekspor tersebut lebih ditujukan ke negara-negara lain, seperti negara ASEAN dan juga Timur Tengah. Gambar 1. Impor dan Ekspor Kendaraan Bermotor 3 3 US$ Billions Imports of Parts and components from Japan Exports of Motor Vehicle to the World Sumber: COMTRADE Database, diolah oleh penulis Dari sini ada dua hal yang patut diingat ketika melihat hasil dari sebuah FTA. Pertama adalah adanya jaringan produksi internasional. Melihat neraca perdagangan hanya terbatas pada suatu negara adalah suatu kesalahan. Impor yang berasal dari suatu negara dapat menjadi bahan antara bagi produksi yang akan diekspor ke negara-negara lainnya. Oleh karena itu hasil dari suatu FTA juga tidak dapat hanya dilihat berdasarkan neraca perdagangan bilateral. Yang kedua adalah penurunan hambatan perdagangan juga akan memberikan kontribusi positif kepada pembangunan industri, terutama jika bahan antara menjadi lebih murah dan juga akan mendukung ekspor. Ini juga akan menarik investasi karena pihak penanam modal melihat bahwa mereka tidak akan mendapat kesulitan dalam mendapatkan bahan baku dan antara dalam produksi. Investasi dari Jepang selama tahun dalam sektor pengolahan 3
4 seperti kendaraan bermotor dan elektronik tercatat sebanyak hampir US$32 miliar, jauh lebih tinggi dari periode sebelumnya. Peningkatan investasi tersebut tentunya mendorong impor barang-barang modal dari Jepang yang akan menurunkan neraca perdagangan bilateral dalam jangka pendek, meskipun akan memberikan manfaat dalam jangka waktu yang lebih panjang. Selain itu perlu diperhatikan juga apakah kenaikan impor memang merupakan dampak dari FTA atau faktor lainnya. Dalam kasus ACFTA, hanya 65% dari keseluruhan impor Indonesia dari Cina pada tahun 2014 yang berhak mendapatkan bea masuk preferensial. Perlu diperhatikan pula bahwa tidak semua produk yang berhak akan mendapatkan bea masuk preferensial karena adanya ketentuan aturan asal barang (rules of origin, ROO), disamping banyak produk yang perbedaan antara bea masuk MFN dan preferensialnya (margin of preferences, MoP) terlalu rendah 1. Perlukah Perjanjian Perdagangan? Ketika Indonesia memutuskan untuk tidak tergabung dalam perjanjian perdagangan, bukan berarti Indonesia tidak mengalami kerugian. Meskipun keberhasilan WTO telah mampu menurunkan bea masuk secara signifikan, tingkatan bea masuk yang ada saat ini masih berpengaruh pada daya saing ekspor. Apalagi dengan persaingan global yang begitu ketat, perbedaan bea masuk sebesar 1% saja dapat mempengaruhi keputusan untuk melakukan impor. Disamping itu perjanjian perdagangan juga menjadi daya tarik untuk investasi. Sebagai contoh adalah struktur bea masuk negara-negara Uni Eropa yang bea masuk MFN-nya masih terlihat cukup tinggi. Untuk produk-produk pertanian, rata-rata bea masuk pada tahun 2012 mencapai lebih dari 10%. Untuk beberapa produk manufaktur seperti produk tekstil dan sepatu, rata-rata bea masuk mencapai 8%. Selain itu negara-negara Uni Eropa juga banyak memperlakukan bea masuk spesifik yang dihitung tidak berdasarkan harga dari produk, tetapi berdasarkan satuan unit dan berat. Ini mempunyai dampak yang lebih besar untuk produk-produk dengan harga murah seperti yang berasal dari Indonesia. Untungnya, Uni Eropa juga memberlakukan bea masuk preferential yang jauh lebih rendah dari bea masuk MFN, yang dikenal dengan nama GSP. Pada tahun 2012, hampir setengah dari ekspor Indonesia ke Uni Eropa memperoleh fasilitas GSP. Penggunaan GSP ini telah membantu terbentuknya akses pasar yang lebih luas ke negara-negara tersebut. Tetapi seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menuju perekonomian menengah atas (upper-middle income), beberapa tahun lagi produk Indonesia mungkin tidak lagi bisa menggunakan fasilitas ini. Dapat dipastikan daya saing produk Indonesia di Uni Eropa akan menjadi lemah dibandingkan dengan negara pesaing yang masih mendapatkan fasilitas tersebut. Studi dari CSIS menyebutkan bahwa dampak dari pencabutan fasilitas GSP pada produk Indonesia dapat menyebabkan penurunan hingga lebih dari 12% terhadap total ekspor Indonesia ke Uni Eropa (Damuri et. al 2014). Untuk mengantisipasi persoalan tersebut, pemerintah Indonesia harus lebih giat memperbaiki akses pasar ke negara-negara tujuan utama ekspor Indonesia. 1 Ada 19% item tariff yang mendapatkan MoP sebesar 0-5%, sementara 57% lainnya hanya memperoleh keringanan sebesar 5-10%. Rendahnya perbedaan MFN dan preferensial menyebabkan kurangnya insentif bagi exporter dari Cina, ataupun importir Indonesia untuk menggunakan fasilitas dari FTA. 4
5 Negara-negara pesaing, seperti tetangga di Asia Tenggara saat ini aktif melakukan perjanjian perdagangan dengan negara tujuan untuk memperoleh akses pasar yang lebih luas. Jika Indonesia tidak melakukan pembukaan akses pasar melalui perjanjian perdagangan maka daya saing produk Indonesia juga akan menjadi semakin terpuruk. Hasil studi CSIS mengenai Indonesia-EU CEPA juga menunjukkan bahwa ekspor Indonesia terancam untuk tergerus hingga sebesar 8% jika EU berhasil menjalankan perjanjian dengan mitra dagangnya di ASEAN, sementara Indonesia tidak melakukan perjanjian yang sama. Harus pula diingat bahwa perjanjian perdagangan tidak hanya memberikan dampak terhadap perdagangan, tetapi juga berpengaruh atas daya tarik investasi. Perjanjian perdagangan mempengaruhi daya tarik investasi melalui dua mekanisme. Yang pertama adalah pembahasan mengenai keterbukaan dan perlindungan investasi yang biasanya dituangkan dalam bab mengenai komitmen terkait investasi. Ini akan mendorong perbaikan dalam iklim dan fasilitasi bagi investasi asing, yang pada akhirnya akan mendorong masuknya investasi tersebut. Mekanisme kedua berasal dari perdagangan yang lebih terbuka. Model usaha yang berkembang saat ini mengharuskan proses produksi suatu barang dilakukan di berbagai lokasi di negara yang berbeda. Produksi suatu barang elektronik seperti smartphone, misalnya, memerlukan komponen yang diproduksi di berbagai negara, begitu pula produksi barang lain seperti pakaian dan juga produk makanan. Perjanjian perdagangan akan memfasilitasi perdagangan lintas batas dapat dijalankan dengan mudah. Hal ini akan menjadi pertimbangan bagi investasi asing. Negara yang mempunyai perjanjian perdagangan dan dapat menjamin perdagangan lintas batas secara mudah, akan menjadi lebih menarik bagi investasi asing. Strategi Indonesia dalam FTA Tabel 1 memberikan daftar perjanjian perdagangan antara Indonesia dengan negara mitra dagang. Seperti terlihat, kebanyakan FTA Indonesia dijalankan dalam kerangka ASEAN bersama sembilan negara anggota lainnya, ditambah enam negara mitra ASEAN. Indonesia hanya mempunyai dua perjanjian perdagangan, dengan Jepang yang berbentuk perjanjian kemitraan komprehensif dan dengan Pakistan yang merupakan perjanjian terbatas. Tetapi ada 12 FTA bilateral yang saat ini dalam proses perundingan maupun persiapan. 5
6 Tabel 1. Daftar Perjanjian Perdagangan Indonesia Sedang Berjalan Perundingan Sedang Berjalan Persiapan Perundingan Proses Joint Study Group ASEAN ASEAN, ASEAN+1 FTAs (Korea, Cina, India, Jepang (Belum diratifikasi) Australia, Selandia Baru) Regional Comprehensive Economic Cooperation (RCEP) Bilateral Japan, Pakistan (PTA) Korea, EFTA, Iran, Chile, Australia Uni Eropa, India, Turki Mesir, Peru, Tunisia, Nigeria Regional TPP (?) Non-binding Cooperation APEC Sumber: Kompilasi dari berbagai sumber Hal ini menunjukkan bahwa di satu sisi Indonesia cenderung tidak mampu mencapai konsensus untuk menyelesaikan perundingan perdagangan yang telah dimulai. FTA dengan EFTA, misalnya, telah dimulai sejak tahun 2010 dan saat ini baru dimulai kembali. Perundingan dengan Korea Selatan masih terus ditunda, meskipun negosiasi hanya tersangkut pada beberapa permasalahan yang bisa dianggap tidak terlalu signifikan. Begitu pula dengan beberapa perundingan lainnya yang tidak menunjukkan kemajuan berarti. Kesulitan sering timbul karena tidak adanya kesamaan persepsi antara berbagai pengambil kebijakan mengenai arah dan tujuan dari suatu perundingan yang dimulai. Tetapi di sisi lain, Indonesia terlihat sangat antusias untuk memulai perundingan bahkan dengan negara-negara yang bukan merupakan mitra dagang utama. Disini mengindikasikan bahwa tidak ada strategi FTA yang jelas mengenai pemilihan mitra dagang potensial sebagai mitra FTA. Keputusan perundingan sering dimulai sebagai langkah politis dan diplomasi internasional yang bukan didasari pertimbangan ekonomi yang kuat 2. Jika dilihat lebih jauh lagi, isi dari satu perjanjian perdagangan sangat berbeda dengan perjanjian lainnya (CSIS 2013). Tidak terlihat adanya suatu strategi yang jelas mengenai apa yang ditawarkan di dalam suatu perundingan, dan apa yang akan diminta. Indonesia perlu mempunyai suatu strategi dasar mengenai arah dan tujuan dari perundingan perdagangan yang memberikan batasan lebih jelas dalam pemilihan negara mitra serta tujuan utama dari FTA yang dilakukan. Tetapi tujuan dari strategi tersebut sebaiknya tidak hanya dibatasi pada persoalan perdagangan barang dan akses pasar saja seperti kenaikan ekspor semata. Tujuan dari FTA harus dikaitkan dengan strategi pembangunan yang lebih mendasar. Salah satu target yang dapat dituju melalui perjanjian perdagangan adalah peningkatan partisipasi dalam jaring produksi internasional dan rantai nilai global. Partisipasi yang lebih baik akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan industri nasional dan meningkatkan daya saing perekonomian. 2 Beberapa persiapan perundingan dimulai untuk menandai kunjungan dari kepala negara mitra dagang, atau sebaliknya kunjungan kepala negara RI ke negara mitra. Ini sering menyebabkan joint-study yang dilakukan sulit untuk ditingkatkan menjadi suatu perundingan yang substantif. 6
7 MEREALISASIKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SECARA EFEKTIF Strategi ini mungkin akan tidak akan memberikan dampak pertumbuhan ekspor yang langsung dirasakan, dan bahkan dapat menyebabkan memburuknya neraca perdagangan dalam jangka waktu pendek tetapi akan memberikan manfaat yang lebih baik di masa mendatang. Area Pembahasan Dalam Perjanjian Perdagangan Jika strategi FTA didasarkan pada tujuan yang lebih besar dari sekedar peningkatan ekspor, maka pembahasan dalam FTA juga harus mencakup berbagai aspek yang berada di luar lingkup pembahasan FTA tradisional. Hal ini mencakup berbagai hal yang sering disebut dengan behind-the-borderissues atau WTO-plus seperti permasalahan liberalisasi dan perlindungan terhadap investasi, hak kekayaan intelektual, kebijakan persaingan usaha dan standar ketenagakerjaan. Isu-isu tersebut sering mengundang kontroversi karena kesepakatannya sering dianggap mengurangi kewenangan pemerintah dalam merumuskan kebijakan perekonomian karena harus memperhatikan berbagai aturan yang disepakati. Ambil contoh adalah area perjanjian perlindungan investasi yang memasukan penyelesaian sengketa antara investor dan pemerintah (investorstate dispute settlement, ISDS) yang dianggap menempatkan pemerintah pada posisi yang dirugikan. Tetapi perlindungan terhadap investasi akan meningkatkan kepercayaan atas iklim investasi yang menjamin aset dari berbagai tindakan yang dapat diambil pemerintah seperti pemaksaan divestasi, ataupun ekspropriasi dan nasionalisasi. Ini juga akan membuat pemerintah lebih berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan yang dapat menyebabkan kerugian kepada para investor. Secara historis, dapat dilihat bahwa kasus ISDS sendiri relatif kecil dibandingkan dengan investasi internasional. Antara tahun terdapat 461 kasus yang dimasukkan ke arbitrase internasional, dengan 2013 mencatatkan 57 kasus. Kebanyakan kasus tersebut melibatkan negara-negara yang memang memiliki kerangka peraturan yang beresiko tinggi (Abbott, et. al 2014). Sebanyak 17% dari kasus tersebut melibatkan Venezuela dan Argentina yang berada di ranking bawah indeks kerangka peraturan dalam Global Competitiveness Report dari World Economic Forum. Kebanyakan dari kasus-kasus tersebut (sekitar 40%) merupakan kasus dalam sektor pertambangan dan ekstraktif, serta kelistrikan, yang memang lebih rentan terhadap tindakan dari pemerintah. Tetapi dari berbagai kasus tersebut hanya sebagian kecil, sekitar 18%, yang dimenangkan oleh investor. Sebanyak 37% dari kasus pada periode dimenangkan oleh pemerintah, sementara sisanya diselesaikan diluar arbitrase. Berbagai fakta ini memberikan perspektif yang lebih jelas mengenai posisi dari ISDS dan perlindungan terhadap investasi. Berbagai isu WTO-plus tersebut harus dipandang sebagai upaya untuk mendisiplinkan kebijakan ekonomi serta meningkatkan kepastian dalam dunia usaha dan perekonomian. Kesepakatan dalam FTA akan menjadi pendorong bagi perbaikan kebijakan ekonomi nasional yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing dan kinerja perekonomian. 7
8 Referensi Damuri, Yose R., Raymond Atje, Audrey Soedjito (2014). Study on the Impact of an Indonesia-EU CEPA. CSIS Publication, tersedia online CSIS (2013). An Assessment of Economic Impacts of FTAs in Indonesia. CSIS Publication, tersedia online an_assessment_of_economic_impacts_of_ftas_in_indonesia.html 8
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three
Lebih terperinciLAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013
LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan
Lebih terperinciBAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor
BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara
Lebih terperinciSATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA
RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA
Lebih terperinciKEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015
KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 Yang Mulia Duta Besar Turki; Yth. Menteri Perdagangan atau yang mewakili;
Lebih terperinciSambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia
Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Disampaikan Pada Forum Seminar WTO Tanggal 12 Agustus 2008 di Hotel Aryaduta, Jakarta Kepada
Lebih terperinciSlide untuk eksternal BC
Directorate General of Customs and Excise Ministry of Finance of Indonesia Slide untuk eksternal BC PMK 229/PMK.04/2017 Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pengenaan Tarif Bea Masuk Atas Barang
Lebih terperinciKinerja Ekspor Nonmigas Bulan Februari 2011 Terus Menguat Menuju Pencapaian Target Ekspor
SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Bulan Februari 2011 Terus
Lebih terperinciASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara
ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,
Lebih terperinciMenerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia
Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Tahun 2001, pada pertemuan antara China dan ASEAN di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam, Cina menawarkan sebuah proposal ASEAN-China
Lebih terperinciKinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar
SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinci2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft
Lebih terperinciKinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010
SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme
Lebih terperincimenjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.
BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global
Lebih terperinciMULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL
MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan global merupakan masalah besar bagi industri tekstil dan produk tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami masa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Regional Trade Agreements (RTA) didefinisikan sebagai kerjasama perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup free trade agreements (FTA),
Lebih terperinciEkspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi
SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Ekspor Nonmigas 21 Mencapai Rekor Tertinggi Jakarta,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Laju pertumbuhan Produk domestik bruto (PDB) Saudi Arabia selama kuartal kedua tahun 2015
Lebih terperinciBAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.
BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai aliran perdagangan dan investasi pada kawasan integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Integrasi ekonomi memberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenggara, Uni Eropa (UE) di Eropa dan NAFTA di Amerika Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya laju globalisasi ekonomi dunia, terbentuklah blok ekonomi dan perdagangan regional disejumlah wilayah di dunia seperti pembentukan integrasi-integrasi
Lebih terperinciIsu Prioritas - Standar (SNI)
1 Isu Prioritas - Standar (SNI) Melindungi hak konsumen dan memaksimalkan kepuasan pelanggan adalah bagian dari tujuan utama perusahaanperusahaan di seluruh dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut, Indonesia
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Hefrizal Handra
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Berbagi Beban Fiskal Hefrizal Handra Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan oleh Centre
Lebih terperinciPoppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO
DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN PADA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN TIGA NEGARA (CHINA, INDIA, DAN AUSTRALIA) TERHADAP KINERJA EKSPOR-IMPOR, OUTPUT NASIONAL DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA: ANALISIS
Lebih terperinciThere are no translations available.
There are no translations available. Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) disingkat SKA adalah dokumen yang disertakan pada waktu barang ekspor Indonesia yang telah memenuhi ketentuan asal barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara dianggap sebagai proses alokasi sumber daya ekonomi antar negara dalam rangka meningkatkan derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun
Lebih terperinciMembenahi Subsidi. Raymond Atje 1 *
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Membenahi Subsidi Tenaga Listrik Raymond Atje 1 * Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Perdagangan internasional diatur dalam sebuah rejim yang bernama WTO. Di dalam institusi ini terdapat berbagai unsur dari suatu rejim, yaitu prinsip, norma, peraturan, maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciIndonesia dan Belanda Perkuat Kerja Sama di Bidang Perdagangan dan Pembangunan Infrastruktur Rabu, 23 November 2016
Indonesia dan Belanda Perkuat Kerja Sama di Bidang Perdagangan dan Pembangunan Infrastruktur Rabu, 23 November 2016 Pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda semakin memperkukuh kemitraan di antara keduanya.
Lebih terperinciASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.
ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The
Lebih terperinciDAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT))
DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT)) Resume Muhammad Akbar Budhi Prakoso 151040071 JURUSAN ILMU HUBUNGAN
Lebih terperinciSIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia
SIARAN PERS Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia Pada Dialog Bisnis Uni Eropa - Indonesia (EIBD) keempat yang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan berbagai rumusan masalah yang terdapat pada Bab 1 dan memberikan saran bagi berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri jasa konstruksi memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan nasional mengingat industri jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada saat ini tahun 2016 sedang melakukan kerjasama dari berbagai bagian negara, dengan adanya hal ini akan memperlihatkan betapa pentingnya posisi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan-tantangan yang dapat mengancam
BAB IV KESIMPULAN Sebagai negara yang berorientasi industri ekspor, Jepang memang terus dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan-tantangan yang dapat mengancam ekonominya ini. Selain
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama
BAB V Kesimpulan Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama ekonomi melalui perjanjian perdagangan bebas dengan beberapa negara secara bilateral, seperti perjanjian perdagangan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Juli 2014, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia
Lebih terperinciStrategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008
Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Muhammad Lutfi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.
ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan
Lebih terperinciBab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5
Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan
Lebih terperinciProspek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan
Prospek Ekonomi Regional ASEAN+3 2018 ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2018 Ringkasan Prospek dan Tantangan Ekonomi Makro Prospek ekonomi global membaik di seluruh kawasan negara maju dan berkembang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan
Lebih terperinciKinerja Ekspor Non-migas Awal 2011: Memberikan Sinyal Positif yang Berlanjut untuk Mencapai Target 2011
SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Non-migas Awal 2011: Memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak kepada ketatnya persaingan, dan cepatnya perubahan lingkungan usaha. Perkembangan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciPilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini
CAPAIAN MEA 2015 Barang Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini Tariff 0% untuk hampir semua produk kecuali MINOL, Beras dan Gula ROO / NTMs Trade & Customs Law/Rule National Trade Repository (NTR)/ATR Fokus
Lebih terperinciCUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG
CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010 TENTANG SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN) UNTUK BARANG EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional, sektor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Maret 2014, neraca perdagangan Thailand dengan
Lebih terperinciBab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1
Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JUNI 2015
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JUNI 2015 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Juni 2015, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia
Lebih terperinciMeningkatnya Impor Barang Modal Dukung Industri dan Adanya Peningkatan Ekspor ke Pasar Nontradisional
SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Meningkatnya Impor Modal Dukung Industri dan Adanya Peningkatan
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan
Lebih terperinciPROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES
NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciCAPAIAN KINERJA 2017 TARGET KINERJA Kementerian Perdagangan, Januari 2018
CAPAIAN KINERJA 2017 TARGET KINERJA 2018, Januari 2018 Menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok serta mengutamakan penyerapan produksi dalam negeri Meningkatkan ekspor dan menjaga neraca perdagangan
Lebih terperinciSIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:
SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 Kinerja Ekspor Nonmigas Triwulan I Mencapai Tingkat Tertinggi Memperkuat
Lebih terperinciuntuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang
Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro
Lebih terperinci: Institute Of Southeast Asian Studies
BOOK REVIEW Judul : ASEAN: Life After the Charter Editor : S. Tiwari Penerbit : Institute Of Southeast Asian Studies Bahasa : Inggris Jumlah halaman : 186 halaman Tahun penerbitan : 2010 Pembuat resensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan
Lebih terperinciMEREALISASIKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SECARA EFEKTIF
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia MEREALISASIKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SECARA EFEKTIF Fauziah Zen Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciBAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE
BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah tumbuh dengan pesat dan memainkan peranan penting dan strategis dalam perekonomian global. Meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ISLAM PAKISTAN TENTANG KEMITRAAN EKONOMI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1. perubahan perilaku konsumsi dan transaksi dan sebagainya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat saat ini, secara sadar memahami bahwa dalam pola hidup bermasyarakat, penegakan hukum sangat berperan penting, tidak hanya mengatur bagaimana manusia berperilaku,
Lebih terperinciMENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION
Lebih terperinciPAJAK. Pelaksanaan Perpajakan. Audit Pajak
1 PAJAK EuroCham mengapresiasi langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia selama beberapa tahun terakhir dalam pelaksanaan reformasi pajak dan pemberian insentif pajak ke berbagai industri.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Prinsip perluasan Uni Eropa adalah semua anggota harus memenuhi ketentuan yang dimiliki oleh Uni Eropa saat ini, antara lain menyangkut isu politik (kecuali bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Prospek industri manufaktur tahun 2012, pada tahun 2011 yang lalu ditandai oleh kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN
Lebih terperinciSaudara-saudara sekalian,
SAMBUTAN PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA FGD DAN EKSIBISI KOMPONEN DENGAN TEMA: PENGEMBANGAN PEMASOK INDUSTRI MANUFAKTUR SUB SEKTOR OTOMOTIF Jakarta, 06 Juli 2015 -----------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinci