PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK"

Transkripsi

1 PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan pedoman dan memberikan kejelasan dalam penyusunan rencana usaha penyediaan tenaga listrik bagi pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik, perlu disusun tata cara penyusunan rencana usaha penyediaan tenaga listrik; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia

2 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052); 2. Undang-Undang Nomor tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor (Lembaran Negara RepublikIndonesia 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5530); 3. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia 2012 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5281) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia 2014 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5530); 4. Peraturan Presiden Nomor tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Lembaran Negara Republik Indonesia 2015 Nomor 132) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Lembaran Negara Republik Indonesia 2016 Nomor 289); 5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor tentang Tata Cara Permohonan Wilayah Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum (Berita Negara Republik Indonesia 2012 Nomor 1186) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

3 - 3 - Nomor tentang Tata Cara Permohonan Wilayah Usaha penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum (Berita Negara Republik Indonesia 2016 Nomor 385); 6. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor tentang Tata Cara Perizinan Usaha Ketenagalistrikan (Berita Negara Republik Indonesia 2013 Nomor 1524) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Energi dan sumber Daya Mineral Nomor tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor tentang Tata Cara Perizinan Usaha Ketenagalistrikan (Berita Negara Republik Indonesia 2016 Nomor 706); 7. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Izin Usaha Ketenagalistrikan Dalam Rangka Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (Berita Negara Republik Indonesia 2014 Nomor 1970) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Energi dan sumber Daya Mineral Nomor tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Izin Usaha Ketenagalistrikan Dalam Rangka Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (Berita Negara Republik Indonesia 2017 Nomor 242);

4 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan (Berita Negara Republik Indonesia 2015 Nomor 1151); 9. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Berita Negara Republik Indonesia 2016 Nomor 782); 10. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor tentang Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Skala Kecil (Berita Negara Republik Indonesia 2016 Nomor 1812); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik yang selanjutnya disingkat RUPTL adalah rencana pengadaan tenaga listrik meliputi pembangkitan, transmisi, distribusi, dan/atau penjualan tenaga listrik kepada konsumen dalam suatu wilayah usaha. 2. Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional yang selanjutnya disingkat RUKN adalah rencana pengembangan sistem penyediaan tenaga listrik yang disusun oleh pemerintah pusat yang meliputi bidang pembangkitan, transmisi, dan distribusi tenaga listrik yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik nasional.

5 Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah Provinsi yang selanjutnya disebut RUKD Provinsi adalah rencana pengembangan sistem penyediaan tenaga listrik yang disusun oleh pemerintah daerah provinsi yang meliputi bidang pembangkitan, transmisi, dan distribusi tenaga listrik yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di wilayahnya. 4. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik adalah pengadaan tenaga listrik meliputi pembangkitan, transmisi, distribusi, dan penjualan tenaga listrik kepada konsumen. 5. Usaha Distribusi Tenaga Listrik adalah pengadaan penyaluran tenaga listrik dari sistem transmisi atau dari pembangkitan ke konsumen. 6. Usaha Penjualan Tenaga Listrik adalah kegiatan usaha penjualan tenaga listrik kepada konsumen. 7. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik yang selanjutnya disingkat IUPTL adalah izin untuk melakukan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum. 8. Badan Usaha adalah badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta yang berbadan hukum Indonesia, koperasi, dan swadaya masyarakat yang berusaha di bidang penyediaan tenaga listrik. 9. Wilayah Usaha adalah wilayah yang ditetapkan oleh Menteri sebagai tempat badan usaha distribusi dan/atau penjualan tenaga listrik melakukan usaha penyediaan tenaga listrik. 10. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagalistrikan. 11. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang melaksanakan tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan, pengusahaan, keteknikan, keselamatan kerja, dan lingkungan di bidang ketenagalistrikan.

6 - 6 - BAB II USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN UMUM Pasal 2 (1) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan umum meliputi jenis usaha: a. pembangkitan tenaga listrik; b. transmisi tenaga listrik; c. distribusi tenaga listrik; dan/atau d. penjualan tenaga listrik. (2) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara terintegrasi. (3) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan umum secara terintegrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi jenis usaha: a. pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, distribusi tenaga listrik, dan penjualan tenaga listrik yang dilakukan dalam 1 (satu) kesatuan usaha; b. pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, dan penjualan tenaga listrik yang dilakukan dalam 1 (satu) kesatuan usaha; atau c. pembangkitan tenaga listrik, distribusi tenaga listrik, dan penjualan tenaga listrik yang dilakukan dalam 1 (satu) kesatuan usaha. Pasal 3 (1) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilaksanakan setelah mendapat IUPTL. (2) Dalam hal IUPTL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan untuk Usaha Distribusi Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c, Usaha Penjualan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf d, atau Usaha Penyediaan Tenaga Listrik secara terintegrasi sebagaimana dimaksud

7 - 7 - dalam Pasal 2 ayat (3), harus dilengkapi penetapan Wilayah Usaha yang ditetapkan oleh Menteri dan RUPTL. (3) Untuk memperoleh penetapan Wilayah Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Usaha harus menyusun RUPTL. Pasal 4 (1) Usaha Distribusi Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c, Usaha Penjualan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf d, atau Usaha Penyediaan Tenaga Listrik secara terintegrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), dilaksanakan dalam 1 (satu) Wilayah Usaha. (2) Dalam 1 (satu) Wilayah Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya terdapat 1 (satu) Badan Usaha. (3) Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2), merupakan Badan Usaha pemegang Wilayah Usaha. (4) Badan Usaha pemegang Wilayah Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam menjalankan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memiliki IUPTL. (5) Pemegang Wilayah Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib menyediakan tenaga listrik atau jaringan distribusi tenaga listrik dengan tingkat mutu dan keandalan yang baik di dalam Wilayah Usahanya. Pasal 5 Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan umum dilaksanakan sesuai dengan RUKN, RUKD Provinsi, dan RUPTL. Pasal 6 (1) Pemegang IUPTL dapat melakukan pembelian tenaga listrik, sewa jaringan tenaga listrik, dan interkoneksi jaringan tenaga listrik.

8 - 8 - (2) Pembelian tenaga listrik dan/atau sewa jaringan tenaga listrik oleh pemegang IUPTL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan pemegang IUPTL lainnya dilakukan berdasarkan RUPTL. BAB III PENYUSUNAN RUPTL Bagian Kesatu Umum Pasal 7 RUPTL disusun dengan memperhatikan prinsip efisiensi, transparansi, dan partisipasi. Pasal 8 (1) RUPTL harus disusun oleh Badan Usaha yang mengajukan permohonan penetapan Wilayah Usaha. (2) RUPTL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh Badan Usaha sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan umum. (3) Penyusunan RUPTL oleh Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan RUKN dan RUKD Provinsi. (4) Dalam hal belum terdapat RUKD Provinsi, penyusunan RUPTL oleh Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan RUKN. Bagian Kedua Sistematika dan Format RUPTL Pasal 9 (1) RUPTL untuk Usaha Distribusi Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c, paling sedikit memuat:

9 - 9 - a. pendahuluan; b. strategi pengembangan sistem distribusi tenaga listrik; c. kondisi Usaha Distribusi Tenaga Listrik; d. rencana Usaha Distribusi Tenaga Listrik; e. kebutuhan investasi dan indikasi pendanaan; dan f. analisis risiko. (2) RUPTL untuk Usaha Penjualan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf d, paling sedikit memuat: a. pendahuluan; b. strategi penjualan tenaga listrik; c. kondisi Usaha Penjualan Tenaga Listrik; d. rencana Usaha Penjualan Tenaga Listrik; e. kebutuhan investasi dan indikasi pendanaan; dan f. analisis risiko. (3) RUPTL untuk Usaha Penyediaan Tenaga Listrik terintegrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), paling sedikit memuat: a. pendahuluan; b. strategi pengembangan infrastruktur penyediaan tenaga listrik dan penjualan tenaga listrik; c. strategi pemanfaatan sumber energi baru dan sumber energi terbarukan; d. kondisi Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, yaitu; 1) pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, distribusi tenaga listrik, dan penjualan tenaga listrik; 2) pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, dan penjualan tenaga listrik; atau 3) pembangkitan tenaga listrik, distribusi tenaga listrik, dan penjualan tenaga listrik. e. ketersediaan sumber energi primer; f. rencana penyediaan tenaga listrik; g. biaya pokok penyediaan tenaga listrik; h. kebutuhan investasi dan indikasi pendanaan; dan i. analisis risiko.

10 (4) Dalam hal pemegang IUPTL memiliki 2 (dua) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan umum berupa Usaha Distribusi Tenaga Listrik dan Usaha Penjualan Tenaga Listrik dalam 1 (satu) Wilayah Usaha, RUPTL untuk Usaha Distribusi Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan RUPTL untuk Usaha Penjualan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat digabung. Pasal 10 (1) Penyusunan RUPTL untuk Usaha Distribusi Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan sistematika dan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (2) Penyusunan RUPTL untuk Usaha Penjualan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan sistematika dan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (3) Penyusunan RUPTL untuk Usaha Penyediaan Tenaga Listrik terintegrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan sistematika dan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Bagian Ketiga Kurun Waktu RUPTL Pasal 11 (1) RUPTL untuk Usaha Distribusi Tenaga Listrik atau Usaha Penjualan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) disusun untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan.

11 (2) RUPTL untuk Usaha Penyediaan Tenaga Listrik terintegrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), disusun untuk kurun waktu 10 (sepuluh) tahun ke depan. Pasal 12 RUPTL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 disusun berdasarkan analisis kebutuhan tenaga listrik dengan menggunakan asumsi/target jumlah pelanggan. Bagian Keempat Pengesahan RUPTL Pasal 13 (1) RUPTL disahkan oleh Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya. (2) Menteri mengesahkan RUPTL yang IUPTLnya diterbitkan oleh Menteri. (3) Gubernur mengesahkan RUPTL yang IUPTLnya diterbitkan oleh Gubernur. (4) Pengesahan RUPTL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan bersamaan dengan pemberian IUPTL. (5) Badan Usaha pemegang IUPTL yang memiliki Wilayah Usaha, yang IUPTLnya dikeluarkan oleh Gubernur, wajib menyampaikan salinan RUPTL yang telah disahkan oleh Gubernur kepada Menteri melalui Direktur Jenderal dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah pengesahan RUPTL. Pasal 14 (1) Direktur Jenderal atas nama Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya melakukan verifikasi atas RUPTL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13. (2) Dalam melakukan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur dapat mengikutsertakan Direktur Jenderal.

12 (3) Dalam hal berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperlukan perbaikan, Badan Usaha pemegang IUPTL yang memiliki Wilayah Usaha harus memperbaiki RUPTL sesuai rekomendasi hasil verifikasi. Pasal 15 (1) Badan Usaha pemegang IUPTL harus menyampaikan perbaikan RUPTL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) kepada Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 22 (dua puluh dua) hari kerja sejak rekomendasi hasil verifikasi diterima oleh Badan Usaha. (2) Berdasarkan penyampaian perbaikan RUPTL sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya mengesahkan RUPTL dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak perbaikan RUPTL diterima secara lengkap dan benar. Bagian Kelima Perubahan RUPTL Pasal 16 (1) RUPTL dievaluasi secara berkala setiap 1 (satu) tahun oleh Badan Usaha pemegang IUPTL yang memiliki Wilayah Usaha. (2) Dalam hal berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperlukan perubahan, hasil perubahan dan alasan atau hasil kajian diperlukannya perubahan dicantumkan dalam dokumen RUPTL. (3) Perubahan RUPTL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun berdasarkan analisis kebutuhan tenaga listrik dengan menggunakan asumsi/target atas: a. jumlah penduduk; b. pertumbuhan penduduk; c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB);

13 d. pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB); e. inflasi; dan f. rasio pelanggan rumah tangga. (4) Dalam penyusunan perubahan RUPTL, selain berdasarkan pada asumsi/target sebagaimana dimaksud pada ayat (3), penyusunan perubahan RUPTL juga didasarkan pada data historis. (5) Data historis sebagaimana dimaksud pada ayat (4), paling sedikit menggunakan data 10 (sepuluh) tahun terakhir. (6) Data tahun terakhir pada data historis sebagaimana dimaksud pada ayat (5), paling lama data 2 (dua) tahun sebelum tahun perencanaan. (7) Dalam hal Badan Usaha belum memiliki data historis 10 (sepuluh) tahun terakhir sebagaimana dimaksud pada ayat (5), perubahan RUPTL dapat disusun berdasarkan analisis kebutuhan tenaga listrik sesuai dengan asumsi/target jumlah pelanggan. Pasal 17 (1) RUPTL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) disampaikan oleh Badan Usaha pemegang IUPTL yang memiliki Wilayah Usaha kepada Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya untuk memperoleh pengesahan. (2) Permohonan pengesahan RUPTL sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan secara tertulis dengan menggunakan format surat permohonan sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 18 (1) Direktur Jenderal atas nama Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya melakukan verifikasi atas permohonan pengesahan RUPTL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2).

14 (2) Dalam melakukan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur dapat mengikutsertakan Direktur Jenderal. (3) Dalam hal berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperlukan perbaikan, Badan Usaha harus memperbaiki RUPTL sesuai rekomendasi hasil verifikasi. (4) Badan Usaha harus menyampaikan RUPTL yang telah diperbaiki sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 22 (dua puluh dua) hari kerja sejak rekomendasi hasil verifikasi diterima oleh Badan Usaha. (5) Berdasarkan penyampaian RUPTL sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya mengesahkan RUPTL dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak RUPTL yang telah diperbaiki diterima secara lengkap dan benar. Pasal 19 (1) Dalam hal tertentu, Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya dapat memerintahkan kepada Badan Usaha pemegang IUPTL yang memiliki Wilayah Usaha untuk mengubah RUPTL. (2) Berdasarkan perintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Usaha pemegang IUPTL yang memiliki Wilayah Usaha wajib mengubah RUPTL. (3) RUPTL sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan oleh Badan Usaha pemegang IUPTL yang memiliki Wilayah Usaha kepada Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya untuk memperoleh pengesahan dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja setelah mendapat perintah perubahan RUPTL.

15 Ayat (5) ini dihapus, dan di atur ulang di Psl. 20 baru, krn kalau mengacu ke Psl. 18 mjd tidak pas terkait jangka waktu penyampaian, seharusnya kurang dari 22 hari. (4) Permohonan pengesahaan RUPTL sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan secara tertulis dengan menggunakan format surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2). (5) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dilakukan verifikasi dan pengesahan dengan mengikuti ketentuan sebagaimana Pasal 18. Pasal 20 dimaksud dalam (1) Direktur Jenderal atas nama Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya melakukan verifikasi atas permohonan pengesahan RUPTL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4). (2) Dalam melakukan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur dapat mengikutsertakan Direktur Jenderal. (3) Dalam hal berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperlukan perbaikan, Badan Usaha harus memperbaiki RUPTL sesuai rekomendasi hasil verifikasi. (4) Badan Usaha harus menyampaikan RUPTL yang telah diperbaiki sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak rekomendasi hasil verifikasi diterima oleh Badan Usaha. (5) Berdasarkan penyampaian RUPTL sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya mengesahkan RUPTL dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak RUPTL yang telah diperbaiki diterima secara lengkap dan benar.

16 Pasal 21 Pemegang IUPTL yang memiliki Wilayah Usaha wajib melaksanakan RUPTL yang telah disahkan oleh Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di dalam Wilayah Usahanya. Pasal 22 (1) Pemegang IUPTL yang memiliki Wilayah Usaha selain badan usaha milik Negara, wajib menyampaikan laporan setiap 1 (satu) tahun kepada Menteri melalui Direktur Jenderal atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik berdasarkan RUPTL yang telah disahkan. (2) Dalam hal pemegang IUPTL yang memiliki Wilayah Usaha berupa badan usaha milik Negara, pemegang IUPTL yang memiliki Wilayah Usaha berupa badan usaha milik Negara wajib menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan RUPTL kepada Menteri melalui Direktur Jenderal setiap 4 (empat) bulan. (3) Dalam hal tertentu apabila diperlukan, Direktur Jenderal atas nama Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya dapat meminta Pemegang IUPTL yang memiliki Wilayah Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) untuk menyampaikan laporan kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik berdasarkan RUPTL yang telah disahkan. BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 23 Direktur Jenderal atas nama Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya melaksanakan pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap pelaksanaan RUPTL.

17 BAB V SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 24 Pemegang IUPTL yang memiliki Wilayah Usaha yang tidak melaksanakan dan/atau tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5), Pasal 19 ayat (2), dan Pasal 22 Direktur Jenderal atas nama Menteri memberikan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 25 (1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, pemegang IUPTL yang memiliki Wilayah Usaha wajib menyampaikan salinan RUPTL yang telah disahkan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak berlakunya Peraturan Menteri ini. (2) Direktur Jenderal melakukan verifikasi RUPTL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak diterima salinan RUPTL secara lengkap. (3) Dalam hal RUPTL yang telah disahkan belum sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini, pemegang IUPTL yang memiliki Wilayah Usaha wajib melakukan perubahan untuk disesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak berlakunya Peraturan Menteri ini. (4) Perubahan RUPTL sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan dengan mengikuti ketentuan perubahan RUPTL dalam Peraturan Menteri ini.

18 BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, IGNASIUS JONAN Diundangkan di Jakarta pada tanggal DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR

19 No. Pemroses Nama Jabatan Paraf 1. Pemrakarsa Andy Noorsaman Sommeng Dirjen Ketenagalistrikan 2. Pemeriksa I M. Teguh Pamudji Sekretaris Jenderal KESDM 3. Pemeriksa II Arcandra Tahar Wakil Menteri ESDM

20 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK SISTEMATIKA DAN FORMAT PENYUSUNAN RUPTL UNTUK USAHA DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK I. PENDAHULUAN Pendahuluan paling sedikit memuat: 1. Latar Belakang Berisi uraian perlunya disusun RUPTL oleh Badan Usaha sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dalam Wilayah Usahanya. 2. Landasan Hukum Berisi uraian landasan hukum dan regulasi yang menjadi dasar dalam penyusunan RUPTL. 3. Visi dan Misi Perusahaan Berisi visi dan misi Badan Usaha yang melaksanakan penyusunan RUPTL. 4. Tujuan dan Sasaran Penyusunan RUPTL Berisi uraian tujuan dan sasaran penyusunan RUPTL. 5. Proses Penyusunan RUPTL dan Penanggungjawabnya Berisi uraian urutan proses penyusunan RUPTL mulai dari acuan yang digunakan yaiturukn dan/atau RUKD, kemudian proses proyeksi kebutuhan tenaga listrik mulai dari sumber data, variabel yang digunakan, penentuan asumsi/target, metode dan tools yang digunakan dalam pemodelan, danpada akhirnyapenentuan rencana pembangunan sistem Distribusi Tenaga Listrik. Penanggungjawab berisi unit-unit dalam Badan Usaha yang bertanggung jawab dan terlibat dalam proses penyusunan RUPTL.

21 Ruang Lingkup dan Wilayah Usaha Berisi uraian ruang lingkup perencanaan dalam RUPTL dan peta rencana Wilayah Usaha yang sedang diajukan berikut penjelasannya, atau peta Wilayah Usaha berikut penjelasannya dalam halruptl diajukan dalam rangka perubahan RUPTL. 7. Sistematika Dokumen RUPTL Berisi uraian singkat sistematika penulisan dokumen RUPTL. II. STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Menguraikan strategi pengembangan sistem distribusi tenaga listrik jangka pendek, dan jangka menengah yang paling sedikit memuat: 1. strategi untuk melayani pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik; 2. strategi pengembangan sistem distribusi; dan Dalam hal RUPTL diajukan dalam rangka perubahan RUPTL, ditambahkan strategi percepatan elektrifikasi daerah yang belum berlistrik. III. KONDISI USAHA DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Bab ini ditujukan khusus dalam rangka penyusunan perubahan RUPTL, untuk RUPTL yang disusun oleh Badan Usaha yang baru akan berusaha di bidang Distribusi Tenaga Listrik, maka ketentuan dalam Bab III ini dapat diabaikan. Bab ini menguraikan data perkembangan tahunan kondisi Usaha Distribusi Tenaga Listrik 10 (sepuluh) tahun terakhir. Data kondisi Usaha Distribusi Tenaga Listrik paling sedikit memuat uraian data realisasi fisik, operasi dan keandalan sistem distribusi yang terdiri dari data realisasi panjang Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Jaringan Tegangan Rendah (JTR), kapasitas dan jumlah trafo gardu distribusi,susut/losses distribusi, pemakaian sendiri gardu distribusi, System Average Interruption Duration Index (SAIDI) dan System Average Interruption Frequency Index (SAIFI). Data realisasi fisik sistem distribusi mengacu format sebagaimana pada Tabel 1, sebagai berikut:

22 Tabel 1 Realisasi Fisik Sistem Distribusi Uraian Satuan *)P-10 P-9 P-1 Panjang JTM kms Panjang JTR kms Kapasitas trafo gardu distribusi MVA Jumlah trafo gardu distribusi unit *) P adalah tahun awal perencanaan Selain dalam bentuk tabel, data realisasi fisik sistem distribusi digambarkan dalam bentuk diagram satu garis (single line diagram) dan dalam suatu peta. Data realisasi operasi sistem distribusi mengacu format sebagaimana pada Tabel 2, sebagai berikut: Tabel 2 Realisasi Operasi Sistem Distribusi Uraian Satuan *)P-10 P-9 P-1 Susut/losses distribusi GWh Persentase susut/lossesdistribusi % Pemakaian sendiri gardu distribusi GWh Persentase pemakaian sendiri gardu distribusi % *) P adalah tahun awal perencanaan Data realisasi keandalan sistem distribusi mengacu format sebagaimana pada Tabel 3, sebagai berikut:

23 Tabel 3 Realisasi Keandalan Sistem Distribusi Uraian Satuan *)P-10 P-9... P-1 System Average Interruption Duration Index(SAIDI) jam/ pelanggan System Interruption Frequency (SAIFI) Average Index kali/ pelanggan *) P adalah tahun awal perencanaan IV. RENCANA USAHA DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Menguraikan rencana pengadaan penyaluran tenaga listrik dari sistem transmisi atau dari pembangkitan ke konsumen per tahun selama jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan per sistem tenaga listrik. Bab ini paling sedikit memuat kebutuhan infrastruktur sistem distribusi yang terdiri atas JTM, JTR, dan gardu distribusi. Perhitungan kebutuhan infrastruktur sistem distribusi tidak terlepas dari rencana Usaha Penjualan Tenaga Listrik yang tercantum dalam RUPTL yang disusun oleh Badan Usaha Penjualan Tenaga Listrik yang bekerja sama dengan Badan Usaha distribusi tenaga listrik. Kebutuhan infrastruktur sistem distribusi dapat dihitung berdasarkan pada proyeksi penjualan tenaga listrik oleh Badan Usaha penjualan, jumlah dan jenis pelanggan serta jarak antara gardu induk atau pembangkit tenaga listrik ke pelanggan. Rencana pembangunan sistem distribusi mengacu format sebagaimana pada Tabel 4, sebagai berikut: Tabel 4 Rekapitulasi Rencana Pembangunan Sistem Distribusi Uraian Satuan *)P P+1 P+4 Panjang JTM Kms

24 Uraian Satuan *)P P+1 P+4 Panjang JTR Kms Kapasitas trafo gardu distribusi MVA Jumlah trafo gardu distribusi unit *) P adalah tahun awal perencanaan Tabel 5 Rincian Rencana Pembangunan JTM No. Dari Ke Tegangan (kv) Konduktor Panjang (kms) Target COD Status*) *) rencana/pengadaan/kontrak belum konstruksi/konstruksi Tabel 6 Rincian Rencana PembangunanJTR No. Dari Ke Tegangan (V) Konduktor Panjang (kms) Target COD Status*) *) rencana/pengadaan/kontrak belum konstruksi/konstruksi

25 Tabel 7 Rincian Rencana PembangunanGardu Distribusi No. Nama Gardu Tegangan (kv/v) Kapasitas (kva) New/ Extension Target COD Status*) *) rencana/pengadaan/kontrak belum konstruksi/konstruksi V. KEBUTUHAN INVESTASI DAN INDIKASI PENDANAAN Menguraikan proyeksi investasi yang diperlukan oleh Badan Usaha dalam melaksanakan rencana Usaha Distribusi Tenaga Listrik selama 5 (lima) tahun ke depan, antara lainkebutuhan investasi untuk pembangunan: 1. JTM; 2. JTR; dan 3. gardu distribusi. Rekapitulasi kebutuhan investasi dalam rangka pembangunan sistem distribusi mengacu format sebagaimana pada Tabel 8, sebagai berikut: Tabel 8 Rekapitulasi Kebutuhan Investasi Pembangunan Sistem Distribusi (dalam Rp/USD) Uraian *)P P+1 P+4 JTM JTR Gardu Distribusi *) P adalah tahun awal perencanaan

26 Selain kebutuhan investasi, perlu diuraikan indikasi sumber pendanaan untuk memenuhi kebutuhan investasi tersebut misalnya: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, anggaran internal badan usaha, Loan, Hibah, dan lain-lain. VI. ANALISIS RISIKO Menguraikan secara garis besar mengenai analisis risiko yang mungkin dihadapi olehbadan Usaha dalam kegiatan Usaha Distribusi Tenaga Listrik selama 5 (lima) tahun ke depan antara lain berupa profil risiko, pemetaan profil risiko, dan mitigasi risiko. MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, IGNASIUS JONAN No. Pemroses Nama Jabatan Paraf 1. Pemrakarsa Andy Noorsaman Sommeng Dirjen Ketenagalistrikan 2. Pemeriksa I M. Teguh Pamudji Sekretaris Jenderal KESDM 3. Pemeriksa II Arcandra Tahar Wakil Menteri ESDM

27 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK SISTEMATIKA DAN FORMAT PENYUSUNAN RUPTL UNTUK USAHA PENJUALAN TENAGA LISTRIK I. PENDAHULUAN Pendahuluan paling sedikit memuat: 1. Latar Belakang Berisi uraian perlunya disusun RUPTL oleh Badan Usaha sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dalam Wilayah Usahanya. 2. Landasan Hukum Berisi uraian landasan hukum dan regulasi yang menjadi dasar dalam penyusunan RUPTL. 3. Visi dan Misi Perusahaan Berisi visi dan misi Badan Usaha yang melaksanakan penyusunan RUPTL. 4. Tujuan dan Sasaran Penyusunan RUPTL Berisi uraian tujuan dan sasaran penyusunan RUPTL. 5. Proses Penyusunan RUPTL dan Penanggungjawabnya Berisi uraian urutan proses penyusunan RUPTL mulai dari acuan yang digunakan yaitu RUKN dan/atau RUKD, kemudian proses proyeksi kebutuhan tenaga listrik mulai dari sumber data, variabel yang digunakan, penentuan asumsi/target, metode dan tools yang digunakan dalam pemodelan, dan pada akhirnya penentuan rencana Usaha Penjualan Tenaga Listrik. Penanggungjawab berisi unit-unit dalam Badan Usaha yang bertanggungjawab dan terlibat dalam proses penyusunan RUPTL.

28 Ruang Lingkup dan Wilayah Usaha Berisi uraian ruang lingkup perencanaan dalam RUPTL dan peta rencana Wilayah Usaha yang sedang diajukan berikut penjelasannya, atau peta Wilayah Usaha berikut penjelasannya dalam hal RUPTL diajukan dalam rangka perubahan RUPTL. 7. Sistematika Dokumen RUPTL Berisi uraian singkat sistematika penulisan dokumen RUPTL. II. STRATEGI PENJUALAN TENAGA LISTRIK Menguraikan strategi penjualan tenaga listrik untuk melayani pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik. III. KONDISI USAHA PENJUALAN TENAGA LISTRIK Bab ini ditujukan khusus dalam rangka penyusunan perubahan RUPTL, untuk RUPTL yang disusun oleh Badan Usaha yang baru akan berusaha di bidang Penjualan Tenaga Listrik, maka ketentuan dalam Bab III ini dapat diabaikan. Bab ini menguraikan data perkembangan tahunan kondisi Usaha Penjualan Tenaga Listrik 10 (sepuluh) tahun terakhir. Data kondisi Usaha Penjualan Tenaga Listrik paling sedikit memuat data realisasi penjualan tenaga listrik, jumlah pelanggan, dan pendapatan penjualan tenaga listrik per kelompok pelanggan. Kelompok pelanggan dapat disesuaikan berdasarkan kelompok tarif tenaga listrik yang diterapkan oleh badan usaha terhadap pelanggannya. Data realisasi penjualan tenaga listrik mengacu format sebagaimana pada Tabel 1, sebagai berikut: Tabel 1 Realisasi Penjualan Tenaga Listrik (dalam TWh/GWh/MWh) Kelompok Pelanggan *) **)P-10 P-9 P-1 Rumah Tangga Industri

29 Kelompok Pelanggan *) **)P-10 P-9 P-1 Bisnis... Pertumbuhan (%) *) Kelompok pelanggan disesuaikan dengan kelompok tarif tenaga listrik yang dimiliki **) P adalah tahun awal perencanaan Data realisasi jumlah pelanggan mengacu format sebagaimana pada Tabel 2, sebagai berikut: Tabel 2 Realisasi Jumlah Pelanggan Kelompok Pelanggan *) **)P-10 P-9 P-1 Rumah Tangga Industri Bisnis... Pertumbuhan (%) *) Kelompok pelanggan disesuaikan dengan kelompok tarif tenaga listrik yang dimiliki **) P adalah tahun awal perencanaan Data realisasi pendapatan penjualan tenaga listrik per kelompok pelanggan mengacu format sebagaimana pada Tabel 3, sebagai berikut:

30 Tabel 3 Realisasi Pendapatan Penjualan Tenaga Listrik (dalam Rp) Kelompok Pelanggan *) **)P-10 P-9 P-1 Rumah Tangga Industri Bisnis... Pertumbuhan (%) *) Kelompok pelanggan disesuaikan dengan kelompok tarif tenaga listrik yang dimiliki **) P adalah tahun awal perencanaan IV. RENCANA USAHA PENJUALAN TENAGA LISTRIK Menguraikan rencana penjualan tenaga listrik kepada konsumen per tahun selama kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan per sistem tenaga listrik. Bab Rencana Usaha Penjualan Tenaga Listrik paling sedikit memuat: 1. Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik Menguraikan proyeksi penjualan tenaga listrik. Untuk penyederhanaan proyeksi, penjualan tenaga listrik dapat dikelompokkan paling sedikit dalam 4 (empat) kelompok pelanggan yaitu rumah tangga, industri, bisnis, dan publik (gabungan antara penerangan jalan umum, sosial, dan gedung pemerintah). Bagi Badan Usaha yang baru akan berusaha di bidang Penjualan Tenaga Listrik ataupun telah beroperasi namun kurang dari 10 (sepuluh) tahun, maka proyeksi penjualan tenaga listrik dapat dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan tenaga listrik dengan menggunakan asumsi/target jumlah pelanggan.

31 Bagi Badan Usaha yang telah beroperasi selama 10 (sepuluh) tahun atau lebih, maka proyeksi penjualan tenaga listrik dapat dihitung dengan pemodelan menggunakan metode ekonometri. Dalam pemodelan dengan metode ekonometri dibutuhkan beberapa data historis tahunan paling singkat data 10 (sepuluh) tahun terakhir, antara lain: a. jumlah penduduk; b. jumlah rumah tangga; c. indeks harga konsumen; d. inflasi; e. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per sektor; Nilai PDRB yang digunakan adalah PDRB atas dasar harga konstan, dimana hanya sektor PDRB yang mempengaruhi konsumsi tenaga listrik saja yang digunakan dalam pemodelan. Berdasarkan sektor atau lapangan usahanya, sebagian besar PDRB tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan kelompok pelanggan sebagaimana terlihat pada Tabel 4. f. penjualan tenaga listrik per kelompok pelanggan; g. pelanggan per kelompok pelanggan; h. pendapatan penjualan tenaga listrik per kelompok pelanggan; i. tarif tenaga listrik rata-rata per kelompok pelanggan; atau Tarif tenaga listrik rata-rata diperoleh dengan membagi antara pendapatan penjualan tenaga listrik dengan penjualan tenaga listrik. j. rasio pelanggan rumah tangga. Rasio pelanggan rumah tangga adalah perbandingan jumlah pelanggan rumah tangga dengan jumlah rumah tangga pada suatu daerah. Data untuk pemodelan proyeksi penjualan tenaga listrik mengacu format sebagaimana pada Tabel 4, sebagai berikut: Tabel 4 Data Untuk Pemodelan Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik

32 Uraian Satuan **) P-10 P-9 P-1 Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk Jumlah rumah tangga Indeks Harga Konsumen Inflasi PDRB Perkapita Pertumbuhan PDRB PDRB (Total) PDRB Bisnis PDRB Publik PDRB Industri PDRB Tambang PDRB Lainnya Penjualan Tenaga Listrik*) a. Rumah Tangga b. Industri c. Bisnis d. Publik Pelanggan*) a. Rumah Tangga b. Industri c. Bisnis d. Publik Pendapatan penjualan tenaga listrik*)

33 Uraian Satuan **) P-10 P-9 P-1 a. Rumah Tangga b. Industri c. Bisnis d. Publik Tarif Tenaga Listrik Rata-Rata*) a. Rumah Tangga b. Industri c. Bisnis d. Publik Rasio Pelanggan Rumah Tangga *) Disesuaikan dengan kelompok tarif tenaga listrik yang dimiliki **) P adalah tahun awal perencanaan Data dalam Tabel 4, kemudian diolah dalam suatu pemodelan ekonometri menggunakan tools tertentu sehingga diperoleh suatu persamaan matematika yaitu persamaan regresi yang terdiri dari variabel tak bebas di sisi kiri dan konstanta, koefisien serta variabel bebas di sisi kanan persamaan. Kriteria dapat digunakan atau tidaknya suatu variabel bebas dapat diukur dengan melihat beberapa parameter statistik. Variabel tak bebas merupakan penjualan tenaga listrik per kelompok pelanggan, sementara variabel bebas masing-masing pada umumnya dapat terdiri atas: a. Rumah tangga : PDRB per kapita, jumlah pelanggan rumah tangga dan tarif listrik rumah tangga b. Industri : PDRB industri non-migas dan tarif listrik industri c. Bisnis : PDRB bisnis dan tarif listrik bisnis d. Publik : PDRB publik dan tarif listrik publik

34 Untuk menentukan nilai dari variabel tak bebas yakni besaran penjualan tenaga listrik sepanjang periode perencanaan, maka nilai variabel bebas sepanjang periode perencanaan perlu didefinisikan terlebih dahulu. Nilai variabel bebas yang digunakan harus mengacu pada asumsi/target yang dikeluarkan oleh instansi atau lembaga yang berkompeten (sesuai tugas dan fungsinya). Asumsi/target mengacu format sebagaimana pada Tabel 5, sebagai berikut: Tabel 5 Asumsi/Target Uraian Satuan *)P P+1 P+4 Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk Jumlah rumah tangga Pelanggan Rumah Tangga Rasio Pelanggan Rumah Tangga Inflasi PDRB Perkapita Pertumbuhan PDRB PDRB (Total) PDRB Bisnis PDRB Publik PDRB Industri PDRB Tambang PDRB Lainnya *) P adalah tahun awal perencanaan.

35 Asumsi jumlah penduduk diperlukan untuk menentukan asumsi jumlah rumah tangga ke depan, dimana jumlah rumah tangga dan rasio pelanggan rumah tangga diperlukan untuk penentuan asumsi jumlah pelanggan rumah tangga ke depanyang menjadi salah satu variabel bebas persamaan penjualan tenaga listrik sektor rumah tangga. Asumsi Inflasi diperlukan sebagai dasar asumsi besaran tarif tenaga listrik ke depan. Asumsi/target PDRB Perkapita diperlukan sebagai salah satu variabel bebas persamaan penjualan tenaga listrik sektor rumah tangga. Asumsi/target PDRB per kelompok pelanggan diperlukan sebagai salah satu variabel bebas persamaan penjualan tenaga listrik untuk sektor bisnis, publik, dan industri. Hasil proyeksi penjualan tenaga listrik mengacu format sebagaimana pada Tabel 6, sebagai berikut: Tabel 6 Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik (dalam TWh/GWh/MWh) Kelompok Pelanggan *) **)P-10 P+1 P+4 Rumah Tangga Industri Bisnis... Konsumsi tenaga listrik per kapita (kwh) *) Kelompok pelanggan disesuaikan dengan kelompok tarif tenaga listrik yang dimiliki **) P adalah tahun awal perencanaan

36 Rencana Pembelian Tenaga Listrik Berdasarkan proyeksi penjualan tenaga listrik maka dapat dihitung besaran tenaga listrik yang akan dibeli dari Badan Usaha pembangkitan tenaga listrik dan/atau dari Badan Usaha penyediaan tenaga listrik terintegrasi. Rencana pembelian tenaga listrik mengacu format sebagaimana pada Tabel 7, sebagai berikut: Tabel 7 Rencana Pembelian Tenaga Listrik (dalam MW dan TWh/GWh/MWh) Sumber Tenaga Listrik *)P P+1 P+4 PT PT *) P adalah tahun awal perencanaan 3. Proyeksi Jumlah Pelanggan Menguraikan proyeksi jumlah pelanggan yang dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) kelompok pelanggan, yaitu kelompok pelanggan rumah tangga, industri, bisnis dan publik (penerangan jalan umum, sosial, dan gedung pemerintah). Kelompok pelanggan dapat disesuaikan berdasarkan kelompok tarif tenaga listrik yang diterapkan oleh badan usaha terhadap pelanggannya. Proyeksi jumlah pelanggan diperlukan untuk perencanaan kebutuhan material penyambungan dari jaringan distribusi ke pelanggan, antara lain kabel sambungan dan Alat Pengukur dan Pembatas (APP). Selain itu, proyeksi jumlah pelanggan diperlukan untuk perencanaan sistem distribusi yang terdiri dari panjang JTM dan JTR serta kapasitas dan jumlah trafo distribusi bagi Badan Usaha Distribusi Tenaga Listrik.

37 Proyeksi jumlah pelanggan dapat dilakukan menggunakan metode ekonometri sebagaimana proyeksi penjualan tenaga listrik di atas. Khusus untuk proyeksi pelanggan rumah tangga dihitung melalui perkalian antara target rasio pelanggan rumah tangga dengan jumlah rumah tangga. Hasil proyeksi jumlah pelanggan mengacu format sebagaimana pada Tabel 8, sebagai berikut: Tabel 8 Proyeksi Jumlah Pelanggan Kelompok Pelanggan *) **)P-10 P+1 P+4 Rumah Tangga Industri Bisnis... *) Kelompok pelanggan disesuaikan dengan kelompok tarif tenaga listrik yang dimiliki **) P adalah tahun awal perencanaan V. KEBUTUHAN INVESTASI DAN INDIKASI PENDANAAN Menguraikan proyeksi investasi yang diperlukan oleh Badan Usaha dalam melaksanakan rencana Usaha Penjualan Tenaga Listrik selama 5 (lima) tahun ke depan, antara lain: 1. kebutuhan investasi untuk kabel sambunganpelanggan; atau 2. kebutuhan investasi untuk alat pengukur dan pembatas (APP); Selain kebutuhan investasi, perlu diuraikan indikasi sumber pendanaan untuk memenuhi kebutuhan investasi tersebut misalnya: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, anggaran internal badan usaha, Loan, Hibah, dan lain-lain.

38 VI. ANALISIS RISIKO Menguraikan secara garis besar mengenai analisis risiko yang mungkin dihadapi oleh Badan Usaha dalam kegiatan Usaha Penjualan Tenaga Listrik selama 5 (lima) tahun ke depan antara lain berupa profil risiko, pemetaan profil risiko, dan mitigasi risiko. MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, IGNASIUS JONAN No. Pemroses Nama Jabatan Paraf 1. Pemrakarsa Andy Noorsaman Sommeng Dirjen Ketenagalistrikan 2. Pemeriksa I M. Teguh Pamudji Sekretaris Jenderal KESDM 3. Pemeriksa II Arcandra Tahar Wakil Menteri ESDM

39 LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK SISTEMATIKA DAN FORMAT PENYUSUNAN RUPTL UNTUK USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK TERINTEGRASI I. PENDAHULUAN Pendahuluan paling sedikit memuat: 1. Latar Belakang Berisi uraian perlunya disusun RUPTL oleh Badan Usaha sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dalam Wilayah Usahanya. 2. Landasan Hukum Berisi uraian landasan hukum dan regulasi yang menjadi dasar dalam penyusunan RUPTL. 3. Visi dan Misi Perusahaan Berisi visi dan misi Badan Usaha yang melaksanakan penyusunan RUPTL. 4. Tujuan dan Sasaran Penyusunan RUPTL Berisi uraian tujuan dan sasaran penyusunan RUPTL. 5. Proses Penyusunan RUPTL dan Penanggungjawabnya Berisi uraian urutan proses penyusunan RUPTL mulai dari acuan yang digunakan yaitu RUKN dan/atau RUKD, kemudian proses proyeksi kebutuhan tenaga listrik mulai dari sumber data, variabel yang digunakan, penentuan asumsi/target, metode dan tools yang digunakan dalam pemodelan, danpada akhirnya penentuan rencana penyediaan tenaga listrik. Penanggungjawab berisi unit-unit dalam Badan Usaha yang bertanggung jawab dan terlibat dalam proses penyusunan RUPTL. 6. Ruang Lingkup dan Wilayah Usaha Berisi uraian ruang lingkup perencanaan dalam RUPTL dan peta rencana Wilayah Usaha yang sedang diajukan berikut penjelasannya,

40 atau peta Wilayah Usaha berikut penjelasannya dalam hal RUPTL diajukan dalam rangka perubahan RUPTL. 7. Sistematika Dokumen RUPTL Berisi uraian singkat sistematika penulisan dokumen RUPTL. II. STRATEGI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PENJUALAN TENAGA LISTRIK Menguraikan strategi pengembangan infrastruktur penyediaan tenaga listrik dan penjualan tenaga listrik jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang paling sedikit memuat: 1. strategi untuk melayani pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik; 2. strategi pengembangan kapasitas pembangkit; 3. strategi pengembangan transmisi dan gardu induk; 4. strategi pengembangan sistem distribusi; 5. strategi elektrifikasi daerah yang belum berlistrik; dan 6. strategi penurunan emisi gas rumah kaca. III. KETERSEDIAAN SUMBER ENERGI DAN STRATEGI PEMANFAATANNYA Menguraikan data potensi sumber energi dan strategi pemanfaatan termasuk transportasinya untuk pembangkitan tenaga listrik berdasarkan jenis sumber energi yang akan dimanfaatkan dengan mengikuti kebijakan Pemerintah di bidang energi dan ketenagalistrikan, yaitu: 1. sumber energi baru; 2. sumber energi terbarukan; dan 3. sumber energi tak terbarukan. IV. KONDISI USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Bab ini ditujukan khusus dalam rangka penyusunan perubahan RUPTL, untuk RUPTL yang disusun oleh Badan Usaha yang baru akan berusaha di bidang Penyediaan Tenaga Listrik, maka ketentuan dalam Bab III ini dapat diabaikan. Bab ini menguraikan data perkembangan tahunan kondisi Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 10 (sepuluh) tahun terakhir. Dalam hal Wilayah Usaha mencakup lebih dari 1 (satu) pulau besar, maka data kondisi Usaha Penyediaan Tenaga Listrik termasuk peta ketenagalistrikan dikelompokkan berdasarkan data keseluruhan dan per pulau besar. Adapun gambaran umum kondisi pasokan tenaga listrik termasuk peta ketenagalistrikan, rincian, dan rekapitulasi kondisi Usaha

41 Penyediaan Tenaga Listrik dibuat untuk setiap provinsi dan dapat dimuat dalam suatu lampiran per provinsi yang tidak terpisahkan dari dokumen RUPTL. Data kondisi Usaha Penyediaan Tenaga Listrik paling sedikit memuat: 1. Gambaran Umum Kondisi Pasokan Tenaga Listrik Menguraikan kondisi pasokan tenaga listrik 1 (satu) tahun terakhir dilengkapi dengan peta ketenagalistrikan meliputi pembangkit, transmisi dan gardu induk. 2. Kondisi Penjualan Tenaga Listrik Menguraikan data realisasi penjualan tenaga listrik, jumlah pelanggan, dan pendapatan penjualan tenaga listrik untuk melihat tarif rata-rata per kelompok pelanggan. Data realisasi penjualan tenaga listrik mengacu format sebagaimana pada Tabel 1, sebagai berikut: Tabel 1 Realisasi Penjualan Tenaga Listrik (dalam TWh/GWh/MWh) Kelompok Pelanggan *) **)P-10 P-9 P-1 Rumah Tangga Industri Bisnis... Pertumbuhan (%) *) Kelompok pelanggan disesuaikan dengan kelompok tarif tenaga listrik yang dimiliki **) P adalah tahun awal perencanaan Data realisasi jumlah pelanggan mengacu format sebagaimana pada Tabel 2, sebagai berikut:

42 Tabel 2 Realisasi Jumlah Pelanggan Kelompok Pelanggan *) **)P-10 P-9 P-1 Rumah Tangga Industri Bisnis... Pertumbuhan (%) *) Kelompok pelanggan disesuaikan dengan kelompok tarif tenaga listrik yang dimiliki **) P adalah tahun awal perencanaan Data realisasi pendapatan penjualan tenaga listrik per kelompok pelangganmengacu format sebagaimana pada Tabel 3, sebagai berikut: Tabel 3 Realisasi Pendapatan Penjualan Tenaga Listrik (dalam Rp) Kelompok Pelanggan *) **)P-10 P-9 P-1 Rumah Tangga Industri Bisnis... Pertumbuhan (%) *) Kelompok pelanggan disesuaikan dengan kelompok tarif tenaga listrik yang dimiliki **) P adalah tahun awal perencanaan

43 3. Kondisi Pembangkitan Menguraikan datadetail pembangkitan tenaga listrik eksisting, kapasitas terpasang, daya mampu netto (DMN), daya mampu pasok (DMP) tertinggi, jumlah unit pembangkit, produksi tenaga listrik dan konsumsi sumber energi primer. Komposisi kepemilikan pembangkit dapat terdiri dari pembangkit milik pemegang IUPTL sendiri, kerja sama antar pemegang IUPTL (IPP), kerja sama antar pemegang wilayah usaha (PPU), sewa, excess power, dan impor tenaga listrik dari negara lain. Rekapitulasi data realisasi kapasitas terpasang pembangkit mengacu format sebagaimana pada Tabel 4, sebagai berikut: Tabel 4 Rekapitulasi Realisasi Kapasitas Terpasang Pembangkit (dalam MW) **) P-10 P-1 Uraian *) Milik Sendiri Sewa Kerja sama dengan IPP Kerja sama dengan PPU Excess Power Milik Sendiri Sewa Kerja sama dengan IPP Kerja sama dengan PPU Excess Power PLT Impor Subtotal *) Jenis dan kepemilikan pembangkit dapat disesuaikan **) P adalah tahun awal perencanaan Rekapitulasi data realisasi DMN pembangkit mengacu format sebagaimanapada Tabel 5, sebagai berikut:

44 Tabel 5 Rekapitulasi Realisasi DMN Pembangkit (dalam MW) **) P-10 P-1 Uraian *) Milik Sendiri Sewa Kerja sama dengan IPP Kerja sama dengan PPU Excess Power Milik Sendiri Sewa Kerja sama dengan IPP Kerja sama dengan PPU Excess Power Impor Subtotal *) Jenis dan kepemilikan pembangkit dapat disesuaikan **) P adalah tahun awal perencanaan Rekapitulasi data realisasi DMP tertinggi pembangkit mengacu format sebagaimana pada Tabel 6 sebagai berikut: Tabel 6 Rekapitulasi Realisasi DMP Tertinggi Pembangkit (dalam MW) **) P-10 P-1 Uraian *) Milik Sendiri Sewa Kerja sama dengan IPP Kerja sama dengan PPU Excess Power Milik Sendiri Sewa Kerja sama dengan IPP Kerja sama dengan PPU Excess Power Impor Subtotal *) Jenis dan kepemilikan pembangkit dapat disesuaikan **) P adalah tahun awal perencanaan

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi No.1812, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penyediaan Tenaga Listrik Skala Kecil. Percepatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.706, 2016 KEMEN-ESDM. Usaha Ketenagalistrikan. Perizinan. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016

Lebih terperinci

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 34); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 34); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan No.40, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Jaringan Tenaga Listrik PT. PLN. Operasi Paralel Pembangkit Tenaga Listrik. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser No.459, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. PT. PLN. Mekanisme Penetapan Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

Menimbang ; a. bahwa dalam pemberian Layanan Cepat Perizinan

Menimbang ; a. bahwa dalam pemberian Layanan Cepat Perizinan MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13TAHUN2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER

Lebih terperinci

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.169, 2018 KEMEN-ESDM. Pengusahaan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGUSAHAAN GAS

Lebih terperinci

2015, No Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5530); 3. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Kebijakan Energi Nasi

2015, No Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5530); 3. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Kebijakan Energi Nasi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1151, 2015 KEMEN-ESDM. Ketenagalistrikan. Rencana Umum. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Insider Forum Series Indonesia Energy Roadmap 2017 2025 Jakarta, 25 Januari 2017 I Kondisi

Lebih terperinci

2017, No Nomor 23 Tahun 2014, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya yang T

2017, No Nomor 23 Tahun 2014, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya yang T No.485, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penyaluran Tenaga Listrik PT. PLN. Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERIZINAN USAHA DI BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KETENAGALISTRIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te No.28, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KETENAGALISTRIKAN. Tenaga Listrik. Kegiatan. Usaha. Penyediaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5281) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2016, No Tenaga Listrik Dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Perser

2016, No Tenaga Listrik Dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Perser BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1129, 2016 KEMEN-ESDM. PLTBm. PT PLN. Pembelian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PEMBELIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2016, No Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 33 Tahun 2014 ten

2016, No Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 33 Tahun 2014 ten BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 417, 2016 KEMEN-ESDM. PT. PLN. Penyaluran Tenaga Listrik. Pelayanan. Biaya. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.3, 2015 KEMEN ESDM. Tenaga Listrik. Jaringan. Pemanfaatan. Penyediaan. Kerjasama. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG 1 PRESIDEN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.2051, 2015 KEMEN-ESDM. PT. PLN. Pembelian. Tenaga Listrik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BERITA NEGARA. No.2051, 2015 KEMEN-ESDM. PT. PLN. Pembelian. Tenaga Listrik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2051, 2015 KEMEN-ESDM. PT. PLN. Pembelian. Tenaga Listrik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik memiliki

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, No.303, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM PT. PLN. Tarif Tenaga Listrik. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 0010 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PERIZINAN USAHA KETENAGALISTRIKAN UNTUK LINTAS PROVINSI ATAU YANG TERHUBUNG DENGAN JARINGAN TRANSMISI NASIONAL MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lem

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lem No. 512, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Harga. Batubara. Penyediaan dan Penetaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemba

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemba No.963, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Tenaga Listrik. 10 MW. PLTA. Pembelian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PEMBELIAN

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) I. Umum 1. Program : Pengembangan Ketenagalistrikan dan Migas 2. Kegiatan : Evaluasi dan Penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah 3. Pekerjaan : Evaluasi Dokumen Rencana

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb No.112, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Dana. Alokasi Khusus. Energi Skala Kecil. Penggunaan. Tahun Anggaran 2016. Juknis PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2 Penetapan Harga Batubara Untuk Pembangkit Listrik Mulut Tambang; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Re

2 Penetapan Harga Batubara Untuk Pembangkit Listrik Mulut Tambang; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Re No.449, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Penyediaan. Penetapan. Harga Batubara. Pembangkit Listrik Mulut Tambang. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom No. 316, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Alokasi, Pemanfaatan dan Harga. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06

Lebih terperinci

2014, No dalam huruf a telah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sesuai hasil Rapat Kerja Komisi VII Dewan Perwakil

2014, No dalam huruf a telah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sesuai hasil Rapat Kerja Komisi VII Dewan Perwakil BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1770, 2014 KEMEN ESDM. Listrik. PT PLN. Tarif. Pencabutan PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG TARIF TENAGA

Lebih terperinci

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und No.1589, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Harga. Pemanfaatan. Penetapan Lokasi. Tata Cara. Ketentuan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2017, No Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Petunjuk Operasional Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Fisik Penugasan Bidang Energi Skal

2017, No Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Petunjuk Operasional Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Fisik Penugasan Bidang Energi Skal No.91, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. DAK Fisik Penugasan Bidang Energi Skala Kecil. Juklak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

TATA CARA PERIZINAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (BERDASARKAN PERATURAN MENTERI ESDM NOMOR 35 TAHUN 2013)

TATA CARA PERIZINAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (BERDASARKAN PERATURAN MENTERI ESDM NOMOR 35 TAHUN 2013) TATA CARA PERIZINAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (BERDASARKAN PERATURAN MENTERI ESDM NOMOR 35 TAHUN 2013) TATA CARA PERIZINAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor

Lebih terperinci

TATA CARA PERIZINAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2013)

TATA CARA PERIZINAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2013) TATA CARA PERIZINAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2013) DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Jakarta, 17

Lebih terperinci

2016, No Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (L

2016, No Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (L No. 1565, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Tarif Tenaga Listrik. Pemberian Subsidi. Mekanisme. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANDAILING NATAL, SALINAN Menimbang : a. bahwa tenaga

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Permohonan Izin. Pemanfaatan Tenaga Listrik. Telekomunikasi. Tata Cara. Pencabutan.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Permohonan Izin. Pemanfaatan Tenaga Listrik. Telekomunikasi. Tata Cara. Pencabutan. No.1539, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Permohonan Izin. Pemanfaatan Tenaga Listrik. Telekomunikasi. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, KONSULTASI PUBLIK RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PELAPORAN PERUBAHAN DATA PERIZINAN, BIAYA IZIN, SISTEM STASIUN JARINGAN, DAN DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Nomor 23 Tahun 2014, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya yang Terkait dengan Penyaluran Tenaga Listrik oleh PT Perusahaan Listrik

Lebih terperinci

2017, No pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

2017, No pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.754, 2017 KEMEN-ESDM. Kegiatan Fisik Pemanfaatan EBTKE. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, T

2017, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, T No.97, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Obvitnas Bidang ESDM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG OBJEK VITAL NASIONAL BIDANG

Lebih terperinci

MENlERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENlERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MENlERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG HARGA JUAL GAS BUMI MELALUI PIPA PADA KEGIATAN

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa dalam rangka mendukung penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Keuangan di Badan Koordinasi Penanaman Modal, perlu

2015, No c. bahwa dalam rangka mendukung penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Keuangan di Badan Koordinasi Penanaman Modal, perlu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.464, 2015 KEMENKEU. Bea Masuk. Impor Barang Modal. Industri Pembangkitan Tenaga Listrik. Umum. Pembebasan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 /PMK.010/2015

Lebih terperinci

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T No.713, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Tenaga Listrik. Uap Panas bumi. PLTP. Pembelian. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN 29 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN I. PENJELASAN UMUM Pembangunan sektor ketenagalistrikan bertujuan untuk memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR...TAHUN... TENTANG USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR...TAHUN... TENTANG USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR...TAHUN... TENTANG USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan usaha penyediaan

Lebih terperinci

2 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara R

2 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara R BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.594, 2014 KEMEN ESDM. Pembelian. Tenaga Listrik. PLTA. PT PLN (Persero). PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1665, 2016 KEMEN-ESDM. Percepatan PIK. Penyelesaian Teknis. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.1665, 2016 KEMEN-ESDM. Percepatan PIK. Penyelesaian Teknis. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1665, 2016 KEMEN-ESDM. Percepatan PIK. Penyelesaian Teknis. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENYELESAIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1404, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Listrik. Penyediaan. Penghitungan. Pembayaran. Pertanggungjawaban. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.417, 2014 KEMEN ESDM. Tarif. Listrik. PT PLN. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG TARIF TENAGA

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300, No.43, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Rencana Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN SERTIFIKAT LAIK OPERASI BIDANG KETENAGALISTRIKAN

Lebih terperinci

2016, No Listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara; b. bahwa penerapan subsidi tarif tenaga lis

2016, No Listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara; b. bahwa penerapan subsidi tarif tenaga lis No.1566, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. PT. PLN. Tenaga Listrik. Tarif. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG TARIF

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. DAK. Energi Pedesaan. Tahun Penggunaan. Petunjuk Teknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. DAK. Energi Pedesaan. Tahun Penggunaan. Petunjuk Teknis. No.351, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. DAK. Energi Pedesaan. Tahun 2015. Penggunaan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser No.188, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Pemanfaatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300, No.43, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Rencana Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PPM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PPM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA No.1878, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PPM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2016 ENERGI. Darurat. Krisis. Penanggulangan. Penetapan. Tata Cara. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2014 KEMEN ESDM. Dana Alokasi Khusus. Perdesaan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2 Menetapkan: 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembar

2 Menetapkan: 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembar No.1790, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Tingkat Mutu. Pelayanan. Biaya. Penyaluran. Tenaga Listrik. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.141, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KETENAGALISTRIKAN. Usaha. Jasa. Penunjang. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5326) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG

WALIKOTA PANGKALPINANG WALIKOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a. b. c.

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM

Materi Paparan Menteri ESDM Materi Paparan Menteri ESDM Rapat Koordinasi Infrastruktur Ketenagalistrikan Jakarta, 30 Maret 2015 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN DAN HARGA JUAL GAS SUAR PADA KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Listrik Negara Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga

Lebih terperinci

Coffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan

Coffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN () Coffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan Ruang Samaun Samadikun Lt.

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: DOlO TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PERIZINAN USAHA KETENAGALISTRIKAN UNTUK LINTAS PROVINSI

Lebih terperinci

2017, No Daya Mineral Nomor 05 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam N

2017, No Daya Mineral Nomor 05 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.515, 2017 KEMEN-ESDM. Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri. Peningkatan Nilai Tambah Mineral. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 No.726, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Wilayah Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG WILAYAH KERJA PANAS

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN KEPALA DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN KEPALA DESA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN. No.314, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1917, 2015 KEMENPERIN. Rencana Industri. Provinsi. Kabupaten/Kota. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110/M-IND/PER/12/2015

Lebih terperinci

2014, No Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lemb

2014, No Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lemb No.1970, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. Izin Usaha. Ketenagalistrikan. Pelayanan Terpadu. Satu Pintu. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Pendelegasian Wewenang. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.975, 2017 KEMEN-ESDM. Sumber Energi Terbarukan. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, 1 SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan pembangunan yang berkesinambungan

Lebih terperinci

2016, No Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1520, 2016 KEMENDIKBUD. Urusan Pemerintahan. Hasil Pemetaan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG HASIL PEMETAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN BIDANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN BIDANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN BIDANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tam

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tam No.1550, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pelayanan Publik. Angkutan Barang. Laut. Kewajiban. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 161 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha

2016, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha No.712, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. LPK. Perizinan. Pendaftaran. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PERIZINAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan untuk mengupayakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PERSETUJUAN RENCANA INVESTASI PERUSAHAAN UMUM LEMBAGA PENYELENGGARA

Lebih terperinci

2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200

2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1217, 2015 KEMEN ESDM. Bahan Bakar Nabati Pembiayaan Badan Pengelola. Kelapa Sawit. Pemanfaatan. Penyediaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

2017, No Distribusi Gas Bumi untuk Rumah Tangga yang Dibangun oleh Pemerintah, Badan Usaha wajib mengusulkan harga jual Gas Bumi untuk Rumah Ta

2017, No Distribusi Gas Bumi untuk Rumah Tangga yang Dibangun oleh Pemerintah, Badan Usaha wajib mengusulkan harga jual Gas Bumi untuk Rumah Ta No.422, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPH Migas. Harga Jual Gas Bumi. Jaringan Pipa Distribusi Kota Tarakan. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Harga Pembelian Listrik Skala Kecil. Menengah..

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Harga Pembelian Listrik Skala Kecil. Menengah.. No.427, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Harga Pembelian Listrik Skala Kecil. Menengah.. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, Menimbang : a. bahwa tenaga

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.669, 2017 KEMENHUB. Rencana Investasi Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia. Pengajuan dan Persetujuan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci