KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY"

Transkripsi

1 KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY Abstraksi Berdasarkan data realisasi subsidi APBN, selama ini meningkatnya angka subsidi APBN di-drive oleh, salah satunya besaran subsidi listrik. Sejak tahun 2005 subsidi listrik memiliki kecenderungan yang terus meningkat tajam hingga tahun Dalam konteks ini, pemerintah sebagai pemberi subsidi listrik perlu untuk memiliki model keuangan sendiri untuk perhitungan subsidi listrik. Sebab, model PT PLN (Persero) yang digunakan untuk menghitung besaran subsidi listrik hanya memberikan informasi untuk perhitungan besaran subsidi listrik secara agregat dan tidak menampilkan perhitungan secara detail sampai ke biaya pembangkit. Selain itu, juga tidak memberikan informasi yang bisa dipakai dalam rangka pengelolaan dan pengendalian biaya pembangkit, BPP - Tegangan Tinggi, BPP - Tegangan Menengah dan BPP - Tegangan Rendah. Dan, ujungnya, tidak dapat memberikan informasi untuk dipakai dalam rangka pengelolaan dan pengendalian Subsidi Listrik Dengan memiliki model keuangan seperti tersebut di atas, diharapkan pemerintah mampu mengelola dan mengendalikan dengan baik subsidi listrik melalui pengendalian BPP listrik dan biaya pembangkit sehingga setiap ada usulan perubahan besaran subsidi listrik oleh PT PLN (Persero) pada akhirnya diharapkan tidak berdampak pada meningkatnya risiko fiskal. Adapun tujuan pembuatan model keuangan tersebut adalah untuk: a. mengidentifikasi faktor-faktor ekonomi yang memiliki keterkaitan dengan struktur biaya pembangkit listrik sebagai dasar penetapan subsidi listrik oleh pemerintah kepada PT PLN (Persero) b. mengembangkan kerangka analisis yang dapat menjelaskan keterkaitan dan sensitivitas variabel makro ekonomi terhadap besaran subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada PT PLN (Persero) c. mengembangkan model spreadsheet yang digunakan untuk analisis keterkaitan variabel makro ekonomi terhadap struktur biaya pembangkit listrik di PT PLN (Persero). I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Ketersediaan tenaga listrik adalah salah satu prasyarat mutlak bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, usaha penyediaan tenaga listrik dikuasai serta dijamin oleh negara dan penyediaannya perlu terus ditingkatkan sejalan dengan perkembangan pembangunan dalam jumlah yang cukup, merata dan bermutu yang pada akhirnya dapat menumbuhkan perekonomian seluruh daerah di Indonesia. Seiring dengan hal tersebut di atas, PT PLN (Pesero) melalui visi 75/100 bercitacita bahwa pada tahun 2020 kelak seluruh penduduk Indonesia bisa menikmati layanan tenaga listrik dari BUMN tersebut. Berdasarkan data Departemen ESDM tahun 2008, total kapasitas terpasang dari seluruh pembangkit listrik adalah sekitar 30 ribu MW (terdiri dari pembangkit PLN MW, IPP MW dan lainnya 916 MW). Dengan sejumlah infrastruktur tersebut, PT PLN (Persero) baru mampu mencapai rasio elektrifikasi 64,3%. Disamping itu, saat ini terdapat program percepatan pembangunan pembangkit listrik 10 ribu MW tahap pertama. Tentu saja ini merupakan kewajiban PT PLN (Persero)

2 untuk membiayai seluruh proyek ini, baik dengan cara menjual obligasi maupun dengan pinjaman bank. Dengan meningkatnya kapasitas pembangkit listrik yang masuk ke dalam sistem ketenagalistrikan nasional yang berasal dari program percepatan pembangkit listrik MW diperkirakan hal itu akan meningkatkan pula risiko fiskal. Alur berpikirnya adalah sebagai berikut: dengan selesainya beberapa proyek pembangkit listrik tentu saja ini akan menambah kapasitas pembangkit listrik secara nasional. Dengan meningkatnya jumlah kapasitas pembangkit listrik maka jumlah masyarakat yang dapat mengkonsumsi tenaga listrik makin bertambah. Bertambahnya masyarakat yang terlayani oleh PT PLN (Persero) atau semakin meningkatnya angka rasio elektrifikasi tentu saja akan berdampak pada meningkatnya jumlah subsidi listrik karena Harga Jual Tenaga Listrik (HJTL) rata-rata atau Tarif Dasar Listrik (TDL) yang ditetapkan pemerintah lebih rendah daripada Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Listrik rata-rata. Dengan demikian, makin besar kapasitas layanan tenaga listrik PT PLN (Persero), makin besar pula potensi meningkatnya risiko fiskal yang berasal dari subsidi listrik. Salah satu cara untuk merumuskan subsidi secara lebih tepat adalah dengan membuat suatu financial model perhitungan subsidi listrik yang menggunakan basis data yang sama dengan financial model perhitungan subsidi listrik milik PT PLN (Persero), namun dengan perspektif yang berbeda (dalam hal ini perspektif negara sebagai pemberi subsidi). Model keuangan PT PLN (Persero) yang selama ini menghasilkan usulan besaran subsidi listrik tidak dilengkapi dengan informasi secara detail hingga biaya pembangkit dan proses perhitungan Biaya Pokok Penyediaan per tegangan (Tegangan Tinggi, Tegangan Menengah dan Tegangan Rendah). Selain itu, analisis sensitivitas antara asumsi makro ekonomi dan industri listrik terhadap biaya pembangkit, BPP listrik dan subsidi listrik juga tidak dimiliki oleh model PT PLN (Persero). Dengan memiliki model keuangan seperti tersebut di atas, diharapkan pemerintah mampu mengelola dan mengendalikan dengan baik subsidi listrik melalui pengendalian BPP listrik dan biaya pembangkit sehingga setiap ada usulan perubahan besaran subsidi listrik oleh PT PLN (Persero) pada akhirnya tidak berdampak pada meningkatnya risiko fiskal Tujuan Berdasarkan paparan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk: a. Mengidentifikasi faktor-faktor ekonomi apa saja yang memiliki keterkaitan dengan struktur biaya pembangkit listrik sebagai dasar penetapan subsidi listrik oleh pemerintah kepada PT PLN (Persero) b. Mengembangkan kerangka analisis yang dapat menjelaskan keterkaitan dan sensitivitas variabel makro ekonomi terhadap besaran subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada PT PLN (Persero)

3 c. Mengembangkan model spreadsheet yang akan digunakan untuk analisis keterkaitan variabel makro ekonomi terhadap struktur biaya pembangkit listrik di PT PLN (Persero) Output dan Outcome Adapun output yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Faktor-faktor ekonomi yang memiliki keterkaitan dengan struktur biaya pembangkit listrik sebagai dasar penetapan subsidi listrik oleh pemerintah kepada PT PLN (Persero) b. Kerangka analisis yang dapat menjelaskan keterkaitan dan sensitivitas variabel makro ekonomi terhadap besaran subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada PT PLN (Persero) c. Model spreadsheet yang akan digunakan untuk analisis keterkaitan variabel makro ekonomi terhadap struktur biaya pembangkit listrik di PT PLN (Persero). Sedangkan outcome yang diharapkan adalah tersedianya analisis sensitivitas variabel makro ekonomi terhadap perubahan struktur biaya pembangkit listrik di PT PLN (Persero) yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan besaran subsidi listrik oleh pemerintah. II. Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan: 1. Model Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Keuangan dalam APBN 2. Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penyediaan Anggaran, Perhitungan, Pembayaran, dan Pertanggungjawaban Subsidi Listrik. Di bawah ini, adalah bagan Model Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Keuangan da lam APBN yang menggambarkan dukungan pemerintah bagi pelaksanaan PSO listrik sehingga misi PSO bidang ketenagalistrikan dari pemerintah dapat tercapai.

4 RPJP, RPJM, RKP, UU 19/2003, UU Sektor, Perpres 5/2006, PMK Subsidi Listrik Aktivitas PSO Dukungan Pemerintah berupa Subsidi Listrik Efisiensi PSO Output PSO Ketersediaan tenaga listrik Terlaksananya investasi dan pemeliharaan pembangkit listrik non BBM Efektivitas PSO Misi PSO Pemerintah Peningkatan pelayanan umum Pertumbuhan ekonomi Diversifikasi energi primer Bagan 1 - Model Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Keuangan dalam APBN Untuk data asumsi yang diduga terkait dengan besaran subsidi listrik, variabel makro ekonomi yang akan digunakan dalam model spreadsheet tersebut adalah harga bahan bakar (ICP, gas, batubara, panas bumi), inflasi, kurs, tingkat suku bunga dan pertumbuhan ekonomi. Untuk biaya pembangkitan (sebagai komponen pembentuk BPP TT) sudah termasuk biaya pembelian tenaga listrik dari Independent Power Producer (IPP) dan sewa pembangkit. Data biaya pembangkitan dikumpulkan per jenis pembangkit listrik per lokasi (bottom up approach). Selanjutnya, data biaya pembangkitan, biaya transmisi TT dan lainnya yang berada dalam satu sistem jaringan ketenagalistrikan akan diproses oleh model penelitian ini berdasarkan sistem jaringan yang ada. Sedangkan BPP listrik yang digunakan sebagai dasar perhitungan subsidi listrik adalah sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penyediaan Anggaran, Perhitungan, Pembayaran, dan Pertanggungjawaban Subsidi Listrik yaitu: BPP Tegangan Tinggi, BPP Tegangan Menengah dan BPP Tegangan Rendah. Perhitungan detailnya adalah sebagai berikut:

5 BPP TT = Total Biaya di TT / kwh net di TT = (Biaya Pembangkitan + Biaya Transmisi TT) / (kwh diterima di TT kwh losses di TT) BPP TM = (Total Biaya di TM Pendapatan di TT) / kwh net di TM = ((Total Biaya di TT + Biaya Distribusi di TM) (kwh terjual di TT x BPP TT)) / (kwh diterima di TM kwh losses di TM) BPP TR = (Total Biaya di TR (Pendapatan di TT dan TM) / kwh net di TR = ((Total Biaya di TM + Biaya Distribusi di TR) (kwh terjual di TT x BPP TT + kwh terjual di TM x BPP TM)) / (kwh diterima di TR kwh losses di TR) Kemudian, berdasarkan persamaan BPP TT, BPP TM dan BPP TR di atas, maka besaran subsidi listrik yang harus dibayarkan pemerintah adalah sesuai dengan persamaan sebagai berikut: Subsidi = - (Harga Jual Tenaga Listrik BPP (1 + margin)) x kwh terjual Besaran subsidi ini diperoleh per golongan tarif dan per jenis tegangan (TT, TM, TR). Tarif Dasar Listrik (TDL) yang berlaku hingga saat ini adalah berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 104 Tahun 2003 tentang Harga Jual Tenaga Listrik Tahun Dari uraian di atas, alur dari model perhitungan subsidi listrik yang dibangun dalam penelitian ini adalah seperti berikut ini: Pengisian data asumsi makro ekonomi dan lainnya Pengisian data HJTL, Volume penjualan tenaga listrik, Biaya pembangkit Perhitungan BPP TT, BPP TM, BPP TR Perhitungan Subsidi Listrik Bagan 2 Alur Model Perhitungan Subsidi Listrik III. Analisis dan Pembahasan Dalam penjelasan bab terdahulu, telah dipaparkan bahwa model ini dibangun dengan menggunakan bottom up approach sebagai dasar perhitungan besaran subsidi listrik. Dengan pendekatan tersebut, bisa diketahui berdasarkan variabel apa saja biaya pembangkit dari suatu pembangkit listrik itu dibentuk, bagaimana pengaruh faktor makro ekonomi itu berdampak terhadap biaya pembangkit, seberapa besar faktor industri listrik

6 berdampak terhadap biaya pembangkit sampai dengan bagaimana cara faktor makro ekonomi dan industri listrik itu berpengaruh terhadap besaran subsidi listrik. Untuk lebih jelasnya, berikut ini ditampilkan struktur model simulasi yang menghubungkan asumsi makro ekonomi dan industri ke model biaya pembangkit, volume penjualan listrik hingga subsidi listrik. Bagan 3 Struktur Model Simulasi Biaya Pembangkit Asumsi makro ekonomi dan industri Volume penjualan listrik per golongan tarif dan tegangan Harga jual tenaga listrik per golongan tarif dan tegangan Model biaya pembangkit Perhitungan Biaya Pokok Penyediaan listrik Rekap pembangkit Perhitungan subsidi listrik Output: Biaya pembangkit, Fuel mix, BPP, Subsidi per golongan, Subsidi total 3.1 Faktor Sensitivitas Biaya Pembangkit Faktor-faktor makro ekonomi yang masuk dalam pertimbangan model penelitian ini yaitu: Harga energi primer: Indonesian Crude Petroleum, batubara dunia, gas dan panas bumi; Inflasi: Indonesia dan dunia Kurs Rp terhadap USD

7 Tingkat pertumbuhan ekonomi Tingkat suku bunga: SBI dan London Inter Bank Offered Rate (LIBOR) Sedangkan faktor-faktor industri listrik yang dipertimbangkan dalam model ini adalah: Alpha Pertamina untuk bahan bakar minyak (HSD, IDO, dan MFO) Pajak Pertambahan Nilai BBM Susut jaringan TT, TM dan TR Tingkat marjin dari BPP Tingkat pertumbuhan permintaan listrik Pada dasarnya, biaya pembangkit terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Sekitar 60 persen biaya pembangkit disumbang dari komponen biaya bahan bakar. Biaya bahan bakar merupakan biaya variabel yang paling signifikan terhadap biaya pembangkit. Biaya variabel lainnya adalah biaya pemeliharaan yang nilainya bergerak sesuai dengan jumlah produksi tenaga listrik oleh pembangkit listrik tersebut. Sedangkan Biaya tetap pembangkit terdiri dari: Biaya kepegawaian Biaya administrasi Biaya beban bunga Penyusutan Biaya-biaya ini tetap ada walaupun pembangkit listrik tidak memproduksi tenaga listrik.

8 3.2. Pengaruh Faktor Makro dan Industri Terhadap Biaya Pembangkit Bagan 4 - Pengaruh Faktor Makro dan Industri Terhadap Biaya Pembangkit Makro: 1. Harga ICP 2. Harga Batubara 3. Harga Gas 4. Harga Panas Bumi 5. Inflasi Indonesia 6. Inflasi Dunia 7. Kurs Rp/USD 8. Pertumbuhan Ekonomi 9. Suku Bunga SBI 10. Suku Bunga LIBOR Industri: 1. Alpha HSD 2. Alpha IDO 3. Alpha MFO 4. PPN BBM 5. Susut Jaringan TT 6. Susut Jaringan TM 7. Susut Jaringan TR 8. Marjin Biaya Pembangkit: Biaya Variabel: Biaya Bahan Bakar Biaya pemeliharaan Biaya Tetap: Biaya kepegawaian Biaya administrasi Biaya Material Jasa Borongan Biaya beban bunga a. Komponen Rp b. Komponen USD Penyusutan Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahui bahwa hampir semua faktor asumsi, baik makro ekonomi maupun industri, mempengaruhi besaran biaya pembangkit, baik melalui biaya variabel maupun biaya tetap. Harga ICP, harga batu bara dunia, harga gas dan harga panas bumi akan mempengaruhi biaya pembangkit melalui biaya bahan bakar. Faktor kurs Rp terhadap USD ini mempengaruhi besaran biaya pembangkit melalui banyak komponen biaya. Komponen biaya yang dpengaruhi secara langsung oleh faktor kurs adalah biaya bahan bakar, biaya material dan jasa borongan yang biasanya berdenominasi valas, biaya beban bunga pinjaman luar negeri, biaya pemeliharaan (berdenominasi Rp namun mengikuti pergerakan nilai USD) dan biaya penyusutan. Sedangkan suku bunga LIBOR hanya mempengaruhi biaya bunga pinjaman, yang merupakan bagian dari biaya tetap pembangkit listrik. Selanjutnya, dari sisi industri listrik, faktor alpha Pertamina untuk bahan bakar HSD, IDO maupun MFO serta Pajak Pertambahan Nilai BBM mempengaruhi besaran biaya pembangkit melalui biaya bahan bakar.

9 3.3. Model Biaya Pembangkit Berikut ini tampilan dari model simulasi biaya pembangkit bagian input. Pada bagian input ini, terdiri dari kumpulan asumsi, baik makro ekonomi maupun industri listrik. Tabel 1. Asumsi Faktor Makro dan Industri Listrik INPUT Asumsi faktor-faktor makro 2008 Satuan Nilai Referensi Harga ICP 130 USD per barrel 130 Harga Batubara Dunia 70 USD per ton 70 Harga Gas 3,8 USD per MMBTU 3,8 Harga Panas Bumi 752 Rp./kWh 752 Inflasi Indonesia 6,0% per tahun 6,00% Inflasi dunia 2,5% per tahun 2,50% Kurs USD 9250 Rp. Per USD 9250 Pertumbuhan Ekonomi 5,60% per tahun 5,60% Tingkat suku bunga SBI 8,0% per tahun 8,00% Tingkat suku bunga LIBOR 3,0% per tahun 3,00% Asumsi faktor-faktor industri 2008 Satuan Alfa Pertamina, HSD 5% 5,00% Alfa Pertamina, MFO 5% 5,00% Alfa Pertamina, IDO 5% 5,00% PPN BBM 10% 10,00% Harga Pembelian Listrik 0% Komponen Valas 0,05 USD/kWh 0,05 Komponen Rupiah 31,73 Rp/kWh 31,73 Harga Sewa Pembangkit 268,15 Rp/kWh 268,15 Susut Jaringan TT 2,75% 2,75% Susut Jaringan TM 2,75% 2,75% Susut Jaringan TR 5,50% 5,50% Marjin BPP untuk perhitungan Subsid 0,00% 0,00% Pertumbuhan permintaan listrik 8,96% per tahun 8,96% Asumsi faktor-faktor di atas selanjutnya menjadi masukan untuk menghitung biaya pembangkit. 3.4 Biaya Pokok Penyediaan Listrik Sebagaimana dijelaskan pada bab terdahulu, Biaya Pokok Penyediaan (BPP) terdiri dari BPP Tegangan Tinggi, BPP Tegangan Menengah dan BPP Tegangan Rendah. Sedangkan variabel makro ekonomi dan industri listrik BPP adalah sejumlah variabel yang mempengaruhi biaya pembangkit serta susut dan jumlah listrik yang terjual di tiap jaringan tegangan (TT, TM dan TR). Juga biaya transmisi (untuk TT) atau biaya

10 distribusi (TM dan TR) yang disebabkan komponen biaya tersebut berdenominasi US dollar atau bergerak seiring dengan fluktuasi kurs US dollar terhadap Rupiah. Adapun persamaan dari BPP Tegangan Tinggi adalah sebagai berikut: BPP TT = Total Biaya di TT / kwh net di TT = (Biaya Pembangkitan + Biaya Transmisi TT) / (kwh diterima di TT kwh losses di TT) Biaya Transmisi TT adalah penjumlahan dari biaya-biaya fungsional di transmisi tegangan tinggi. Biaya fungsional tersebut meliputi biaya pemeliharaan (material dan jasa borongan) TT, biaya administrasi TT, biaya kepegawaian TT, biaya penyusutan TT dan biaya pinjaman TT. Adapun persamaan dari BPP Tegangan Menengah adalah sebagai berikut: BPP TM = (Total Biaya di TM Pendapatan di TT) / kwh net di TM = ((Total Biaya di TT + Biaya Distribusi di TM) (kwh terjual di TT x BPP TT)) / (kwh diterima di TM kwh losses di TM) Biaya Distribusi TM adalah penjumlahan dari biaya-biaya fungsional di distribusi tegangan menengah. Biaya fungsional tersebut meliputi biaya pemeliharaan (material dan jasa borongan) TM, biaya administrasi TM, biaya kepegawaian TM, biaya penyusutan TM dan biaya pinjaman TM. Adapun persamaan dari BPP Tegangan Rendah adalah sebagai berikut: TR BPP TR = (Total Biaya di TR (Pendapatan di TT dan TM) / kwh net di = ((Total Biaya di TM + Biaya Distribusi di TR) (kwh terjual di Biaya distribusi TT x TR BPP adalah TT + kwh penjumlahan terjual di TM dari x BPP biaya-biaya TM)) / (kwh fungsional diterima distribusi tegangan rendah. Biaya fungsional tersebut meliputi biaya pemeliharaan (material dan jasa borongan) TR, biaya administrasi TR, biaya kepegawaian TR, biaya penyusutan TR dan biaya pinjaman TR Model Biaya Pokok Penyediaan Listrik Pada Model Biaya Pembangkit mempunyai keluaran berupa biaya pembangkit dan jumlah bruto produksi listrik secara agregat. Variabel biaya pembangkit tersebut menjadi masukan bagi model biaya pokok penyediaan.

11 Implementasi perhitungan biaya pokok penyediaan di level tegangan tinggi, tegangan menengah dan tegangan rendah adalah seperti di bawah ini: Tabel 2 Perhitungan Biaya Pokok Penyediaan TT, TM dan TR Item Susut v=((j+p)-(hxg+nxo))/t Biaya Pokok Penyediaan TR Perhitungan Subsidi Listrik Dalam bab sebelumnya disebutkan bahwa formula perhitungan subsidi listrik seperti berikut ini: TW I a Biaya Pembangkitan (Rp. Milyar) b Biaya Transmisi Tegangan Tinggi c=a+b Total Biaya di Tegangan Tinggi d GWh diterima di Tegangan Tinggi e GWh losses di Tegangan Tinggi 2,75% f=d-e GWh net di Tegangan Tinggi g GWh jual di Tegangan Tinggi h=c/f Biaya Pokok Penyediaan TT (Rp./kWh) 1.087,8 i Biaya Distribusi di Tegangan Menengah j=c+i Total Biaya di Tegangan Menengah k=f-g GWh diterima di Tegangan Menengah l GWh losses di Tegangan Menengah 2,75% 893 m=k-l GWh net di Tegangan Menengah n GWh jual di Tegangan Menengah o=(j-gxh)/m Biaya Pokok Penyediaan TM p Biaya Distribusi di Tegangan Rendah q=j+p Total Biaya di Tegangan Rendah r=m-n GWh diterima di Tegangan Rendah s GWh losses di Tegangan Rendah 5,50% t=r-s GWh net di Tegangan Rendah u GWh jual di Tegangan Rendah Subsidi = - (Harga Jual Tenaga Listrik BPP (1 + margin)) x kwh terjual IV. Penutup 4.1 Kesimpulan

12 Model simulasi yang sedang dibangun dalam rangka pengelolaan dan pengendalian subsidi listrik ini untuk sementara sudah bisa memenuhi harapan dalam konteks kerangka berpikir proses perhitungan subsidi listrik yang relatif lebih baik dengan alasan proses ini dimulai dari bawah, yaitu dari level pembangkit listrik (bottom up). Setidaknya terdapat dua hal yang dapat disimpulkan dari pembangunan model simulasi ini, yakni: 1. Model tersebut dapat menjelaskan keterkaitan antara asumsi makro ekonomi dan industri listrik terhadap biaya pembangkit, BPP listrik sampai subsidi listrik. 2. Model tersebut dapat digunakan untuk pengendalian besaran subsidi listrik dengan cara peningkatan efisiensi BPP listrik melalui pengendalian biaya pembangkit. Oleh karena itu, beberapa manfaat yang diharapkan dari model simulasi ini adalah: 1. Model tersebut diharapkan berguna sebagai pembanding terhadap model milik PT PLN (Persero) untuk mengalokasikan besaran subsidi listrik secara lebih tepat. 2. Model tersebut diharapkan berguna sebagai alat untuk memproyeksi besaran subsidi listrik di masa depan. 3. Model tersebut diharapkan berguna sebagai alat pengendalian besaran subsidi listrik. Di sisi lain, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111 Tahun 2007 yang menjadi pedoman teknis pembayaran subsidi listrik saat ini perlu dikaji ulang. Kegiatan verifikasi dari instansi berwenang yang hanya berbasis dokumen pengajuan tagihan memiliki beberapa kelemahan diantaranya: (1) Skema pemberian subsidi (PSO) listrik kepada PT PLN (Persero) belum dapat menjamin pengelolaan pengendalian risiko fiskal atas perubahan besaran subsidi listrik. (2) Ketidakmampuan, kelalaian dan kerugian yang ditimbulkan oleh manajemen PT PLN (Persero) dalam penyediaan listrik secara otomatis dialihkan kepada pemerintah, dan bagi PT PLN (Persero) sendiri tidak berlaku sistem reward dan punishment; 4.2 Rekomendasi Dengan demikian, diperlukan langkah-langkah yang harus dilakukan Badan Kebijakan Fiskal antara lain adalah: 1. Dalam hal operasionalisasi model untuk pengelolaan dan pengendalian subsidi listrik, Badan Kebijakan Fiskal perlu meningkatkan koordinasi dengan PT PLN (Persero) untuk memperkuat data base model tersebut. 2. Perlunya pengaturan alokasi risiko fiskal atas perubahan subsidi listrik dimana: (1) perubahan yang disebabkan oleh faktor internal PT PLN (Persero) menjadi tanggung jawab BUMN tersebut.

13 (2) perubahan karena faktor eksternal menjadi tanggung jawab Pemerintah. 3. Terkait dengan nomor 2 tersebut di atas, Badan Kebijakan Fiskal menjadi inisiator untuk mengkaji ulang materi PMK Nomor 111 Tahun 2007 (draft revisi terlampir) tersebut. V. Daftar Pustaka Undang Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 Tentang Pengalihan Bentuk Perseroan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Keputusan Presiden Nomor 104 Tahun 2003 Tentang Harga Jual Tenaga Listrik Tahun 2004 yang Disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT. PLN. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.02/2007 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Penyediaan Anggaran, Penghitungan, Pembayaran dan Pertanggungjawaban Subsidi Listrik Tahun Murray, B (2009), Power Markets and Economics: Energy Costs, Trading, Emissions, Wiley Marsudi, Djiteng, (2005), Pembangkitan Energi Listrik, Jakarta: Penerbit Erlangga Moltke, A. McKee, C. Morgan, T (2004), Energy Subsidies: Lessons Learned in Assessing Their Impact Kementerian Bidang Perekonomian, 2007, Dengan PSO Menjembatani Kesenjangan Infrastruktur: Kajian Awal Evaluasi Kebijakan PSO BUMN Infrastruktur. Nahadi, Bin, 2007, Komersialisasi Public Service Obligation (PSO).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1404, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Listrik. Penyediaan. Penghitungan. Pembayaran. Pertanggungjawaban. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA. David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan

PENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA. David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan PENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA harga minyak DUNIA David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan davidf_silalahi@djk.esdm.go.id SARI Kecenderungan penurunan harga minyak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Listrik merupakan salah satu sumber daya energi dan mempunyai sifat sebagai barang publik yang mendekati kategori barang privat yang disediakan pemerintah (publicly provided

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar PLN, Menyongsong 2013

Tanya Jawab Seputar PLN, Menyongsong 2013 Tanya Jawab Seputar PLN, Menyongsong 20 Pada 20, PLN merencanakan meningkatkan kemampuan menjual listrik hingga 182 TWh guna mendorong pergerakan perekonomian dan memungkinkan lebih dari 2,5 juta pelanggan

Lebih terperinci

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA S..A...LINAN

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA S..A...LINAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA S..A...LINAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 /PMK.02/2017 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENGHITUNGAN, PEMBAYARAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN SUBSIDI

Lebih terperinci

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : I Rapat ke : 16 Jenis Rapat : Rapat

Lebih terperinci

DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO)

DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO) DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO) 1. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga

Lebih terperinci

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik) HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik) Pendahuluan Dalam delapan tahun terakhir (2005-2012) rata-rata proporsi subsidi listrik terhadap

Lebih terperinci

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017 Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 Pengembangan Energi Nasional Prioritas pengembangan Energi nasional

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN I. PEMOHON Mohamad Sabar Musman II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 47

Lebih terperinci

Kenaikan TDL Konferensi Pers. Jakarta, 29 Juni 2010

Kenaikan TDL Konferensi Pers. Jakarta, 29 Juni 2010 Mengukur Dampak Ekonomi Kenaikan TDL 2010 Konferensi Pers ReforMiner Institute Jakarta, 29 Juni 2010 Untuk keterangan lebih lanjut dapat mengubungi: Komaidi (0815 531 33252) Pri Agung Rakhmanto (0812 8111

Lebih terperinci

PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life. Jakarta, Mei 2010

PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life. Jakarta, Mei 2010 PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life Jakarta, Mei 2010 Beberapa Regulasi yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penentuan Jasa Konsesi UU No 30 2009 (Menggantikan UU 15 1985) Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi No.1812, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penyediaan Tenaga Listrik Skala Kecil. Percepatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

SUBSIDI LISTRIK DAN PERMASALAHANNYA

SUBSIDI LISTRIK DAN PERMASALAHANNYA SUBSIDI LISTRIK DAN PERMASALAHANNYA 1. Subsidi listrik dan belanja pemerintah pusat Proporsi subsidi listrik terhadap belanja pemerintah pusat cenderung meningkat dari hanya 2,5% pada tahun 2005 menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. ISAK 8 merupakan panduan untuk menentukan apakah suatu perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. ISAK 8 merupakan panduan untuk menentukan apakah suatu perjanjian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ISAK 8 merupakan panduan untuk menentukan apakah suatu perjanjian mengandung suatu sewa, tetapi tidak memberikan panduan untuk menentukan sewa tersebut harus

Lebih terperinci

2015, No d. bahwa untuk meningkatkan transparansi, efektifitas, efisiensi, dan pertanggungjawaban subsidi listrik, perlu mengatur kembali tata

2015, No d. bahwa untuk meningkatkan transparansi, efektifitas, efisiensi, dan pertanggungjawaban subsidi listrik, perlu mengatur kembali tata BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1623 2015 KEMENKEU. Subsidi Listrik. Perhitungan. Pengalokasian. Pembayaran. Pertanggungjawaban. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Berdasarkan hasil analisis hasil estimasi mode l subsidi harga listrik da n hasil

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Berdasarkan hasil analisis hasil estimasi mode l subsidi harga listrik da n hasil VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis hasil estimasi mode l subsidi harga listrik da n hasil simulasi dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Produksi tenaga

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011 PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011 DIREKTORAT STRATEGI DAN PORTOFOLIO UTANG DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DESEMBER 2011 00 Pendahuluan Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

Gambar 1. Rata-rata Proporsi Tiap Jenis Subsidi Terhadap Total Subsidi (%)

Gambar 1. Rata-rata Proporsi Tiap Jenis Subsidi Terhadap Total Subsidi (%) SUBSIDI LISTRIK (Tinjauan Dari Aspek Ketersediaan Bahan Bakar) I. Pendahuluan S ubsidi listrik diberikan sebagai konsekuensi penentuan rata-rata harga jual tenaga listrik (HJTL) yang lebih rendah dari

Lebih terperinci

TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN

TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN economy.okezone.com Pemerintah berencana menambah anggaran i subsidi ii listrik sebesar Rp10 triliun dari rencana awal alokasi anggaran Rp 44,96 triliun. Luky

Lebih terperinci

ANALISIS ATAS TEMUAN BPK MENEKAN SUBSIDI LISTRIK DENGAN DUKUNGAN BERBAGAI KEBIJAKAN PENDUKUNG

ANALISIS ATAS TEMUAN BPK MENEKAN SUBSIDI LISTRIK DENGAN DUKUNGAN BERBAGAI KEBIJAKAN PENDUKUNG ANALISIS ATAS TEMUAN BPK MENEKAN SUBSIDI LISTRIK DENGAN DUKUNGAN BERBAGAI KEBIJAKAN PENDUKUNG BAGIAN ANALISA PEMERIKSAAN BPK DAN PENGAWASAN DPD BEKERJASAMA DENGAN TENAGA KONSULTAN Dr. HENDRI SAPARINI 1

Lebih terperinci

Jakarta, 3 Desember 2009 Divisi Monitoring & Analisis Anggaran Indonesia Corruption Watch (ICW)

Jakarta, 3 Desember 2009 Divisi Monitoring & Analisis Anggaran Indonesia Corruption Watch (ICW) Jakarta, 3 Desember 2009 Divisi Monitoring & Analisis Anggaran Indonesia Corruption Watch (ICW) www.antikorupsi.org Ringkasan : Krisis Listrik yang terjadi saat ini tidak terlepas dari tidak jelasnya tata

Lebih terperinci

2014, No dalam huruf a telah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sesuai hasil Rapat Kerja Komisi VII Dewan Perwakil

2014, No dalam huruf a telah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sesuai hasil Rapat Kerja Komisi VII Dewan Perwakil BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1770, 2014 KEMEN ESDM. Listrik. PT PLN. Tarif. Pencabutan PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG TARIF TENAGA

Lebih terperinci

Pengaturan Berbasis Kinerja (Performance Based Regulatory/PBR) pada Subsidi Listrik

Pengaturan Berbasis Kinerja (Performance Based Regulatory/PBR) pada Subsidi Listrik Pengaturan Berbasis Kinerja (Performance Based Regulatory/PBR) pada Subsidi Listrik Bali, 20 Maret 2014 A. Konsep Dasar 1) Tanggapan atas permasalahan Jangka Panjang PT PLN Sebagaimana hasil study yang

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM

Materi Paparan Menteri ESDM Materi Paparan Menteri ESDM Rapat Koordinasi Infrastruktur Ketenagalistrikan Jakarta, 30 Maret 2015 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.417, 2014 KEMEN ESDM. Tarif. Listrik. PT PLN. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG TARIF TENAGA

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015

Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015 Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015 Mengacu Permen ESDM No. 09 Tahun 2015, Permen ESDM No: 31 Tahun 2014 & Permen ESDM No. 33 Tahun 2014 P T P L N ( P e r s e r o ) J l. T r u n o j o y o B l

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, No.303, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM PT. PLN. Tarif Tenaga Listrik. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. Tenaga Listrik. PT. PLN. Tarif. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. Tenaga Listrik. PT. PLN. Tarif. Perubahan. No.350, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. Tenaga Listrik. PT. PLN. Tarif. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

DEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI

DEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA YANG DIWAKILI OLEH: ROES ARYAWIJAYA DEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI Kondisi Pengelolaan Energi, Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban. Fasilitas Dana. Geothermal. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PMK.011/2012

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1994 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PEMEGANG KUASA USAHA KETENAGALISTRIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang :

Lebih terperinci

EVALUASI KRITIS TERHADAP KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK PADA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO)

EVALUASI KRITIS TERHADAP KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK PADA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) EVALUASI KRITIS TERHADAP KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK PADA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) CRITICAL EVALUATION ON ELECTRICITY SUBSIDY TO THE STATE ELECTRICITY COMPANY (PT PLN) Mahpud Sujai Pusat Kebijakan

Lebih terperinci

Proyeksi Ekonomi Indonesia 2014 dan Kondisi Kelistrikan Indonesia. Aviliani 17 Januari 2014

Proyeksi Ekonomi Indonesia 2014 dan Kondisi Kelistrikan Indonesia. Aviliani 17 Januari 2014 Proyeksi Ekonomi Indonesia 2014 dan Kondisi Kelistrikan Indonesia Aviliani 17 Januari 2014 2 3 Menuju 2014: Analisa SWOT Indonesia Strength Populasi Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa dengan tingkat

Lebih terperinci

STRATEGI EFISIENSI PEMBIAYAAN PEMERINTAH UNTUK MEMACU PELAKSANAAN KONSERVASI ENERGI PADA SEKTOR KETENAGALISTRIKAN. Khalif Ahadi dan M.

STRATEGI EFISIENSI PEMBIAYAAN PEMERINTAH UNTUK MEMACU PELAKSANAAN KONSERVASI ENERGI PADA SEKTOR KETENAGALISTRIKAN. Khalif Ahadi dan M. STRATEGI EFISIENSI PEMBIAYAAN PEMERINTAH UNTUK MEMACU PELAKSANAAN KONSERVASI ENERGI PADA SEKTOR KETENAGALISTRIKAN Khalif Ahadi dan M. Indra Al Irsyad Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan,

Lebih terperinci

PT PLN (Persero) 17 April 2014

PT PLN (Persero) 17 April 2014 Penerapan Tarif Tenaga Listrik Tahun 2014 (Tariff Adjustment bagi golongan tarif non- subsidi, dan Penghapusan subsidi listrik bagi I 3 Go Public dan I 4 ) PT PLN (Persero) 17 April 2014 Golongan Tarif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENYEDIAAN (BPP) TENAGA LISTRIK PER GOLONGAN PELANGGAN STUDI KASUS PT PLN (PERSERO) SISTEM SULSELTRABAR

PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENYEDIAAN (BPP) TENAGA LISTRIK PER GOLONGAN PELANGGAN STUDI KASUS PT PLN (PERSERO) SISTEM SULSELTRABAR PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENYEDIAAN () TENAGA LISTRIK PER GOLONGAN PELANGGAN STUDI KASUS PT PLN (PERSERO) SISTEM SULSELTRABAR Sahabuddin Hay Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja 2205 100 107 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Pada 1992 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deregulasi sector ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

2 b. bahwa penyesuaian Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara sebagaimana dimaksud dala

2 b. bahwa penyesuaian Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara sebagaimana dimaksud dala BERITA NEGARA No.417, 2014 KEMEN ESDM. Tarif. Listrik. PT PLN. Pencabutan. TARIF TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK KELISTRIKAN NASIONAL

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK KELISTRIKAN NASIONAL KEBIJAKAN PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK KELISTRIKAN NASIONAL Oleh : Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Disampaikan pada: Seminar Nasional Promosi Sumberdaya Panas Bumi Denpasar,, 3-43 4 April

Lebih terperinci

Simulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014

Simulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014 Simulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014 Ringkasan Dengan menggunakan besaran harga MOPS yang bersumber dari perhitungan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor ketenagalistrikan menjadi bagian yang menyatu dan tak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi suatu negara, juga merupakan komponen yang sangat penting bagi pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Listrik sekarang telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Listrik sekarang telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Listrik sekarang telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat karena hampir setiap aktivitas masyarakat, terutama masyarakat perkotaan, sangat tergantung pada ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai perusahaan penyedia listrik milik pemerintah di tanah air, PT.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai perusahaan penyedia listrik milik pemerintah di tanah air, PT. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sebagai perusahaan penyedia listrik milik pemerintah di tanah air, PT. (Persero) Perusahaan Listrik Negara (PLN) berusaha untuk terus meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

2016, No Listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara; b. bahwa penerapan subsidi tarif tenaga lis

2016, No Listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara; b. bahwa penerapan subsidi tarif tenaga lis No.1566, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. PT. PLN. Tenaga Listrik. Tarif. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG TARIF

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser No.459, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. PT. PLN. Mekanisme Penetapan Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1

Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1 Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1 Perkembangan Pasar Minyak Dunia Harga minyak mentah dunia terus mengalami kenaikan. Pada akhir bulan Oktober harga minyak mentah dunia menembus angka 90 dolar AS per

Lebih terperinci

Informasi Wajib Tersedia Setiap Saat Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral

Informasi Wajib Tersedia Setiap Saat Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral Sekretariat Jenderal 1. Biro Kepegawaian Dan Organisasi 1.1. Formasi CPNS KESDM yang sudah ditetapkan 1.2. Pengangkatan CPNS 1.3. Sumpah PNS 1.4. Administrasi bimbingan teknis kepegawaian dan pembekalan

Lebih terperinci

PENGHAPUSAN SUBSIDI LISTRIK MELALUI PENYESUAIAN TARIF TENAGA LISTRIK SECARA BERTAHAP UNTUK GOLONGAN TERTENTU

PENGHAPUSAN SUBSIDI LISTRIK MELALUI PENYESUAIAN TARIF TENAGA LISTRIK SECARA BERTAHAP UNTUK GOLONGAN TERTENTU Bahan Coffe Morning PENGHAPUSAN SUBSIDI LISTRIK MELALUI PENYESUAIAN TARIF TENAGA LISTRIK SECARA BERTAHAP UNTUK GOLONGAN TERTENTU DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA

Lebih terperinci

MENTEHIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162 /PMK.02/2017

MENTEHIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162 /PMK.02/2017 MENTEHIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162 /PMK.02/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 44/PMK.02/2017 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) UNTUK MELAKUKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG MENGGUNAKAN ENERGI TERBARUKAN,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN TARIF TENAGA LISIK UNTUK KONSUMEN YANG DISEDIAKAN OLEH PT. PELAYANAN LISIK NASIONAL TARAKAN

Lebih terperinci

patokan subsidi (Mean of Pajak BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Biro

patokan subsidi (Mean of Pajak BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Biro SIMULASI SEDERHANAA : PERHITUNGAN HARGA SUBSIDI BBM BERSUBSIDI Pendahuluan Definisi subsidi BBM adalah selisih harga keekonomian BBM dengan harga subsidi. Harga keekonomian dipengaruhi oleh besaran ICP

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan kondisi penyediaan tenaga listrik beserta permasalahan yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Pembahasan diawali dengan menguraikan peran penting

Lebih terperinci

DI INDONESIA TAHUN Pada bagian ini akan diuraikan mengenai gambaran umum kelistrikan di

DI INDONESIA TAHUN Pada bagian ini akan diuraikan mengenai gambaran umum kelistrikan di IV. GAMBARAN UMUM KELISTRIKAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1990-2010 Pada bagian ini akan diuraikan mengenai gambaran umum kelistrikan di Indonesia pada periode tahun 1990-2010 seperti produksi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk 30 BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Laporan Keuangan PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk mengelola operasi sistem tenaga listrik Jawa Bali, mengelola

Lebih terperinci

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan Focus Group Discussion Pendanaan Energi Berkelanjutan Di Indonesia Jakarta, 20 Juni 2013 Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

Lebih terperinci

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah I. Pendahuluan Harga Minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) merupakan salah satu

Lebih terperinci

RANCANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2002

RANCANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2002 Draft 7 Maret 2003 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2002 TENTANG JUAL BELI, SEWA JARINGAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Insider Forum Series Indonesia Energy Roadmap 2017 2025 Jakarta, 25 Januari 2017 I Kondisi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

PENELAAHAN BESARAN SUBSIDI BIODIESEL. Agus Nurhudoyo

PENELAAHAN BESARAN SUBSIDI BIODIESEL. Agus Nurhudoyo PENELAAHAN BESARAN SUBSIDI BIODIESEL Agus Nurhudoyo Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi agusn@p3tkebt.esdm.go.id, agusnurhudoyo@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketatnya persaingan antar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kini

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketatnya persaingan antar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kini perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada keputusan yang

BAB I Pendahuluan. Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada keputusan yang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada keputusan yang diambil oleh para manajer dari tiap bagian fungsional suatu perusahaan tersebut. Sistem

Lebih terperinci

Disampaikan pada: Komunikasi Nasional Jogjakarta, 5 Desember 2007 Persero) Electricity For A Better Life

Disampaikan pada: Komunikasi Nasional Jogjakarta, 5 Desember 2007 Persero) Electricity For A Better Life Disampaikan pada: Seminar Nasional Energi dan Kelistrikan serta Teknologi Informasi Komunikasi Nasional Jogjakarta, 5 Desember 2007 Oleh : Eddie Widiono Msc. - Dirut PT PLN (Persero( Persero) 1 PT PLN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL KETENAGALISTRIKAN, JARMAN. DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN LAKIN 2015 i

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL KETENAGALISTRIKAN, JARMAN. DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN LAKIN 2015 i LAPORAN KINERJA KATA PENGANTAR Segala puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya kami Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan dapat menyelesaikan Laporan

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA Madestya Yusuf 2204 100 023 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 194612111974121001

Lebih terperinci

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA LAMPI RAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA

Lebih terperinci

5. GAMBARAN UMUM KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA

5. GAMBARAN UMUM KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 5. GAMBARAN UMUM KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No.

POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No. 19 Tahun 2017) Direktur Pembinaan

Lebih terperinci

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral BAB 2 Kecenderungan Lintas Sektoral BAB 2 Kecenderungan Lintas Sektoral Temuan Pokok Sejak krisis ekonomi dan pelaksanaan desentralisasi, komposisi pengeluaran sektoral telah mengalami perubahan signifikan.

Lebih terperinci

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM sumber gambar: republika.co.id I. PENDAHULUAN Energi mempunyai peran penting dan strategis untuk pencapaian tujuan sosial, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu wadah bagi sekumpulan orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu wadah bagi sekumpulan orang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu wadah bagi sekumpulan orang untuk melakukan kegiatan usaha guna mendapatkan keuntungan. Adanya keuntungan atau kerugian dapat diketahui apabila

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Kondisi yang memungkinkan dilakukan penyesuaian APBN melalui mekanisme APBN Perubahan atau pembahasan internal di Badan Anggaran berdasarkan UU No. 27/2009 1. Pasal 14 Undang-Undang No.47 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan visi menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2014

Lebih terperinci

MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin)

MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin) LAMPIRAN II MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin) Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu Jaminan pasokan energi Terjaminnya pasokan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi ekonomi yang cukup kuat di Asia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh

Lebih terperinci

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL Biro Riset BUMN Center LM FEUI Meningkatnya beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini membuat pemerintah berupaya menekan subsidi melalui penggunaan energi alternatif,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2001 TENTANG TARIF DASAR LISIK KOTA TARAKAN YANG DISEDIAKAN OLEH PT. PLN (PERSERO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi dunia saat ini berada pada posisi tiga kejadian penting yaitu harga minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika Serikat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dalam tesis ini menguraikan latar belakang dilakukannya penelitian dimana akan dibahas mengenai potensi sumber daya panas bumi di Indonesia, kegiatan pengembangan panas

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1994 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PEMEGANG KUASA USAHA KETENAGALISTRIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci