PENGGUNAAN REGRESI SPLINES ADAPTIF BERGANDA UNTUK PERAMALAN INDEKS ENSO DAN HUJAN BULANAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN REGRESI SPLINES ADAPTIF BERGANDA UNTUK PERAMALAN INDEKS ENSO DAN HUJAN BULANAN"

Transkripsi

1 PENGGUNAAN REGRESI SPLINES ADAPTIF BERGANDA UNTUK PERAMALAN INDEKS ENSO DAN HUJAN BULANAN Nurul Astuty Yensy.B Program Studi Matematika FKIP Universitas Bengkulu, Jl Raya Kandang Limun Bengkulu, Telp (0736) Abstrak Penelitian ini membahas metode regresi splines adaptif berganda (RSAB) yang digunakan untuk peramalan indeks ENSO dan huan bulanan melalui proses bertatar (stepwise) berdasarkan recursive partitioning dengan splines. Dibahas pula metode Adaptive splines Treshold Autoregression (ASTAR) yaitu analisis deret waktu nonlinear yang berdasarkan algoritma RSAB. RSAB merupakan metode alternatif dari metode kuadrat terkecil bila asumsi bentuk fungsi hubungan model tidak diketahui. Hasil validasi model dari metode ini mampu meramal curah huan antara 30%-70%. Metode ASTAR mempunyai daya ramal mencapai 60% hingga lebih 90% dalam angka 3 bulan ke depan. Kata Kunci: ENSO, model regresi, recursive partitioning PENDAHULUAN Kegagalan produksi pertanian di Indonesia, seringkali berkaitan dengan keadian ENSO (El-Nino Southerm Oscillation). Pada tahuntahun El-Nino umumnya Indonesia akan mengalami kekeringan yang panang karena teradinya penurunan curah huan auh di bawah normal, sebaliknya pada tahun La-Nina, kehilangan produksi padi akibat keadian kekeringan dan banir khususnya pada tahun-tahun iklim ekstrim dapat mencapai 2 uta ton (Boer, 2001). Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini ialah melalui pendekatan taktis. Pendekatan taktis merupakan upaya antisipasi melalui pengembangan metode dan teknik ramalan musim yang lebih handal dan melalui penerapan berbagai model dan ragam data (Peragi dan Perhimpi, 1994). Beberapa model stokastik yang sudah dikembangkan di Indonesia diantaranya model deret waktu (ARIMA, additive-winter, fungsi transfer), fourier regression, fractal analysis, dan neural network, transformasi wavelet, geostantistics, trend surfaces analysis (e.g. Dupe, 1999; Haryanto, 1999; Boer et.al., 2000; Liong et al., 2001; Ratag, 2001; Haryoko, 1997; Zifwen, 1999; Andriansyah, 1998), sedangkan penggunaan model deterministic (dynamic) baru pada taraf penguian model. Model-model statistik yang berkembang saat ini untuk tuuan peramalan iklim belum memberikan hasil yang memuaskan, sehingga upaya untuk meningkatkan keakurasian peramalan masih terus dilakukan baik melalui perbaikan metode peramalan maupun penngembangan model. Metode regresi splines adaptif berganda (RSAB), yang dikenal dengan Multivariate Adaptive Regression Splines (MARS), diperkirakan dapat meningkatkan tingkat ketepatan dalam memperkirakan curah huan bulanan. Algoritma metode RSAB digunakan uga dalam pemodelan nonlinear deret waktu yang dikenal dengan Adaptive splines Treshold Autoregression Penggunaan Regresi...(Nurul Astuti Yensi) 105

2 (ASTAR), dimana peubah prediktornya berupa nilai lag deret waktu (Lewis & Stevens, 1991). Pemodelan curah huan dengan menggunakan metode regresi linear membutuhkan asumsi yang sangat ketat, diantaranya kurva regresi harus diketahui, kenormalan sisaan dan kehomogenan ragam sisaan. Pelanggaran terhadap asumsi berakibat ketidaksahihan kesimpulan. Berdasarkan pengalaman, sering kali data iklim melanggar asumsi tersebut terutama bentuk kurva regresinya tidak diketahui. Sehingga dengan pertimbangan tersebut di atas diperlukan suatu metode yang tidak terlalu ketat asumsi metode RSAB (non parametric). Adapun tuuan penelitian ini adalah membuat model hubungan indikator ENSO dengan curah huan bulanan dengan metode RSAB di tiga tipe wilayah huan (tipe monsoon, equatorial dan lokal), membandingkan metode RSAB dan metode kuadrat terkecil (MKT) serta menerapkan algoritma RSAB (ASTAR) untuk meramalkan indeks ENSO. TINJAUAN PUSTAKA Regresi Splines Adaptif Berganda Regresi Splines Adaptif Berganda (RSAB) merupakan metode yang dikembangkan oleh Friedman pada tahun Metode ini terus berkembang seiring dengan perkembangan komputer dan digunakan di berbagai disiplin ilmu. Berikut ini akan dibahas konsep dasar model regresi recursive partitioning dan modifikasi Friedman (RSAB). Misalkan Y menunukkan peubah respon tunggal tergantung pada p peubah prediktor x, dimana X = (X 1, X 2,, X p ), maka Y dapat digambarkan dengan model regresi sebagai berikut: Y = f (X 1, X 2,, X p ) + ε (1) p Dengan daerah asal (domain) D R. Peubah acak ε diasumsikan mempunyai rataan (mean) nol dan ragam σ 2 ε. Jika bentuk kurva f (X) diketahui atau diasumsikan diketahui, maka dapat digunakan regresi parametrik untuk menduga koefisien parameternya. Agar dapat membuat asumsi terhadap bentuk kurva regresi parametrik, diperlukan pengalaman masa lalu atau terdapat sumber-sumber lain yang tersedia dan dapat memberikan informasi detail tentang proses penyelidikan. Apabila informasi yang tersedia tentang kurva regresi terbatas dan sulit membuat asumsi terhadap bentuk kurva regresi, maka bagian terbesar informasi terletak pada pola data (data driven). Recursive Partitioning Dari persamaan (1), misalkan terdapat N contoh dari Y dan X = (X 1, N X 2,, X p ), dinamakan {, }. Ambil s R } 1 yi x i i 1 {, s merupakan himpunan bagian (subset) yang saling lepas dari daerah asal D, sehingga S R Recursive Partitioning D 1 (RP) menduga fungsi f(x) yang tidak diketahui dengan: f ˆ ( X ) c ( X ) B ( X ) (2) S 1 dimana, B (X) = I[xεR ], I[.] menunukkan fungsi indikator yang mempunyai nilai 1 (satu) ika pernyataan benar dan 0 (nol) ika salah, c (X) merupakan koefisien (konstan) yang ditentukan dalam subregion. Setiap fungsi indikator merupakan perkalian fungsi univariat (univariate step function) yang menggambarkan setiap subregion R. Secara umum, prosedur RP mempunyai 2 (dua) tahap yang dimulai dari subregion pertama R 1 = D. Tahap pertama, atau forward memilah secara Exacta, Vol.5, No.2, Dese 2007 :

3 iteratif daerah asal D menadi himpunan bagian (subregion) yang M saling lepas { }, untuk M S, R 2 dimana M ditentukan sembarang. Tahap kedua atau backward, pada tahap ini berlawanan dengan langkah pertama yaitu menghilangkan atau memangkas (M-S) subregion dari model dengan dua kriteria yaitu evaluasi dugaan model dan umlah subregion dalam model. Kedua tahap tersebut mendapatkan sekumpulan subregion yang tidak saling tumpang tindih, sehingga dugaan f ˆ( X ) mendekati f(x) untuk setiap subregion daerah asal. RP merupakan metode yang menanikan, meskipun demikian secara umum RP terdapat kekurangan dalam pemodelan regresi, diantaranya: (1) Model RP menghasilkan subregion yang saling lepas dan diskontinu pada batas subregion, (2) RP tidak cukup mampu dalam menduga fungsi f(x) linear atau aditif, (3) Bentuk model RP pada Persamaan 2 mengalami kesulitan ika p yang besar. Modifikasi Friedman Beberapa inovasi dilakukan oleh Friedman untuk mengatasi kelemahan metode RP. Untuk mengatasi kelemahan RP dalam mengidentifikasi fungsi linear dan aditif, Friedman mengusulkan bahwa tidak menghapus induk (parent) region selama pemilahan subregion berlangsung. Jadi pada iterasi berikutnya parent dan pilahan subregion dapat dipilah lebih lanut, sehingga diperoleh subregion yang saling tumpang tindih. Dengan modifikasi ini RP dapat menghasilkan model linear dengan pemilahan berulang pada peubah prediktor yang berbeda. Di samping itu dihasilkan model yang lebih fleksibel. Modifikasi tersebut di atas masih belum bisa mengatasi adanya diskontinu yang disebabkan perkalian fungsi univariat. Oleh sebab itu, Friedman mengusulkan untuk mengganti perkalian fungsi univariat dengan regresi linear splines (ordo satu) dengan sisi kiri (-) dan sisi kanan (+) truncated splines. B ( x) s i 1 * ( si ( xk ( i, ) x k ( i, ) )) dimana s umlah pilihan subregion ke- dari domain D, X * k(i,) merupakan knot dari peubah prediktor X k(i,) dan s i nilainya +1 atau -1 ika knotnya terletak di kanan atau kiri subregion. Algoritma RSAB, khususnya tahap fordward digunakan untuk mendapatkan subregion-subregion agar dapat menentukan basis fungsi. Penentuan titik pemilah (knot) dan koefisien sangatlah penting agar mendapatkan model terbaik. Sedangkan tahap backward, mengeluarkan suku model (basis fungsi) yang kontribusinya terhadap nilai dugaan respon kecil. Adapun ukuran kontribusi yang digunakan tahap ini adalah modifikasi kriteria validasi silang (generalized cross validation, GCV) Craven dan Wahba (1979) dalam Lewis (1991), yakni: N 2 (1/ n) ˆ * [ y f ( x )] i 1 i s i GCV ( s) * 2 [1 ( C( s) ) / N] Pembilang GCV * adalah rataan umlah kuadrat galat (average sum square of residual, ASR), s umlah subregion yang ditentukan pada tahap fordward, dan C(s)* merupakan fungsi model kompleks. Model terbaik ika nilai GCV * minimum. Modifikasi dalam algoritma RP menghasilkan persamaan model RSAB sebagai berikut: Penggunaan Regresi...(Nurul Astuti Yensi) 107

4 S S c * fˆ( X ) c0 ( Si ( xk ( i, ) xk ( i, ) )) 1 i 1 dimana c 0 adalah koefisien konstanta S dari basis fungsi B 1. Koefisien } { c 1 ditentukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil. Model non linear deret waktu dengan RSAB Salah satu metode yang dikembangkan untuk data deret waktu nonlinear adalah Treshold Autoregressive (TAR) (Tong, 1983 dalam Lewis dan Steven, 1991). Pembangunan model TAR berdasarkan piecewise linear yaitu adanya perubahan parameter model autoregressive menurut perubahan data. Metode ini lebih menanikan daripada metode ARIMA untuk kasus data nonlinear. Namun demikian metode ini terdapat kelemahan, yaitu adanya subregion yang diskontonu. Untuk mengatasi kelemahan ini, Lewis dan Steven (1991) menggunakan metode RSAB dengan peubah prediktor nilai lag data deret waktu. Metode hasil modifikasi ini disebut dengan Adaptive splines Treshold Autoregression (ASTAR). Salah satu contoh model ASTAR adalah: Z t c 1( Zt d t1) 2( Zt d t2) 3( Zt d t1)( Zt d t2) dimana c adalah nilai konstanta, t 1, t 2 masing-masing nilai knot dari peubah Z t-d1, dan Z t-d2 ; d 1, d 2 merupakan nilai lag 1 dan 2. METODE PENELITIAN Peubah Respon dan Prediktor Peubah yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata curah huan bulanan dari tiga tipe huan, yaitu: (a) tipe monsoon meliputi Tuban ( ), Sandakan ( ), dan Rembiga-Ampenan ( ), (b) tipe huan equatorial meliputi Pekanbaru ( ), Pontianak ( ), dan Medan ( ), dan (c) Tipe huan lokal: Ambon ( ). Peubah prediktor meliputi: (a) Tekanan permukaan laut di Tahiti ( ), (b) Tekanan Permukaan laut di Darwin ( ), (c) Suhu permukaan Laut (sea surface temperature: SST) terdiri dari Nino 1.2, Nino 3, Nino 4, dan Nino 3.4 dari tahun , (d) Indeks Osilasi Selatan (Southern Oscillation Index: SOI) Tahiti-Darwin, yaitu nilai perbedaan antara tekanan atmosfer di atas permukaan laut di Tahiti (Pasifik Selatan) dan Darwin (Australia) dibagi dengan simpangan baku selisih antara tekanan Tahiti dan tekanan Darwin dari tahun , dan (e) Indeks osilasi Jakarta-Darwin (IO JD ) dari tahun , yaitu nilai perbedaan antara tekanan atmosfer di atas permukaan laut di Jakarta dan Darwin (Australia) dibagi dengan simpangan baku selisih antara tekanan Jakarta dan Tekanan Darwin. Metode Analisis Untuk mencapai tuuan penelitian, dilakukan analisis data dengan bantuan piranti MARS for windows versi 2.0 dan ItsMARS versi dengan langkah-langkah sebagai berikut: t 1. Langkah awal untuk membangun model regresi membuat plot antara peubah respon (curah huan) dan peubah prediktor (indikator ENSO). Dari plot tersebut akan terdeteksi pola hubungan, pengamatan pencilan atau penyimpangan kelinearan. 2. Pembentukan model regresi dengan menggunakan metode kuadrat terkecil, akan diperoleh model regresi, sidik ragam, R 2, R 2 terkoreksi, dan peubah prediktor yang nyata. Exacta, Vol.5, No.2, Dese 2007 :

5 3. Pembentukan model regresi dengan menggunakan metode RSAB, model regresi yang diperoleh: Y= B 0 + B 1 * BF 1 + B 2 * BF B k * BF k Dimana Y merupakan peubah respon, B 0 adalah konstanta, B 1, B 2,, B k merupakan koefisien basis fungsi spline ke-1, 2,, k, dan BF 1, BF 2,, BF k merupakan basis fungsi ke-1, 2,, k. Pendugaan parameter terlebih dahulu menentukan maksimum basis fungsi, maksimum umlah interaksi, minimum umlah pengamatan di antara knot. Di samping model regresi, diperoleh uga R 2, R 2 terkoreksi, dan peubah prediktor yang terpenting. Penentuan peubah terpenting berdasarkan seberapa besar peubah tersebut memberikan kontribusi terhadap model. Kriteria penentuan peubah prediktor yang relatif penting adalah GCV. Semakin kecil nilai GCV suatu peubah, semakin penting peubah tersebut terhadap model yang dibangun. 4. Pembentukan model indikator ENSO dengan menggunakan metode ASTAR. Untuk membangun model ini, terlebih dahulu menentukan maksimum umlah interaksi, maksimum umlah basis fungsi, minimum umlah pengamatan antar knot, deraat bebas, nilai embedding, dan kriteria pemilihan model, yaitu GCV. Verifikasi dan Validasi Model Verifikasi model dan validasi model menggunakan analisis korelasi dan Root Mean Square Error (RMSE). HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan Hubungan Indikator ENSO dan Curah Huan Berdasarkan Matrik plot antara curah huan rata-rata bulan dan indikator ENSO yang meliputi stasiun Sandakan, Tuban, Ampenan, Ambon, Pontianak, Pekan Baru dan Medan diperoleh gambaran bahwa masingmasing daerah tipe huan mempunyai pola hubungan yang berbeda. Pada daerah tipe huan monsoon (Sandakan, Tuban dan Ampenan) menunukkan bahwa tekanan Darwin dan tekanan Tahiti mempunyai pola yang lebih elas terhadap curah huan dari pada peubah prediktor lainnya. Di samping itu ada indikasi multikolinearitas yang serius antara Nino 1.2 dan Nino 3, Nino 3 dan Nino3.4, Nino 4 dan Nino 3.4. Untuk daerah tipe huan equatorial (Pontianak, Pekan Baru dan Medan) hampir semua prediktor tidak menampakkan pola hubungan yang elas (acak) dengan peubah respon. Seperti halnya tipe monsoon, daerah tipe equatorial terdapat indikasi multikolinearitas antar peubah prediktor suhu permukaan laut. Demikian uga pada daerah tipe huan lokal (Ambon) menunukkan pola hubungan yang acak antara peubah respon dan peubah prediktor. Secara umum wilayah dengan tipe huan monsoon dipengaruhi oleh pola dan keadian ENSO. Sedangkan untuk wilayah dengan tipe huan equatorial dan lokal masih belum nampak elas pengaruhnya. Hal ini disebabkan karena pengharuh sirkulasi meridional sangat kuat di daerah sekitar equator, meskipun teradi El- Nino dampaknya tidak terasa. Demikian uga daerah tipe huan lokal, pengaruh lokal (kondisi geografi) cukup dominan bila dibandingkan pengaruh global. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Tasyono (1997). Berdasarkan ui t secara parsial, hasil pendugaan dengan metode kuadrat terkecil untuk daerah untuk tipe huan monsoon ternyata peubah Penggunaan Regresi...(Nurul Astuti Yensi) 109

6 tekanan Darwin (Stasiun Tuban), tekanan Darwin dan SOI (Stasiun Sandakan), tekanan Darwin dan IO JD (stasiun Ampenan) nyata pada α = 5%. Untuk tipe huan equatorial peubah prediktor tekanan Darwin dan Nino 1.2 (Stasiun Pontianak), Tekanan darwin, Nino 3 dan Nino 1.2 (Stasiun Pekanbaru), Nino 1.2 (Stasiun Medan) nyata pada α = 5%. Sedangkan untuk daerah tipe huan lokal peubah tekanan Darwin, tekanan Tahiti, Nino 3, Nino 1.2 dan SOI nyata pada α = 5%. Hasil pemeriksaan sisaan terhadap model curah huan tipe huan monsoon menunukkan adanya ragam yang tidak homogen karena plot antara sisaan dan dugaan respon yang membentuk pola corong. Demikian uga dengan model tipe huan lokal menunukkan adanya ragam yang tidak homogen. Berbeda dengan model tipe huan equatorial menunukkan adanya ragam yang homogen. Adanya keterbatasan informasi bentuk fungsi dan hasil eksplorasi data yang menampakkan pola hubungan yang tidak elas kelinearannya antara peubah respon an peubah prediktor, serta terdapat kasus Model regresi yang digunakan terdiri dari satu intersep dan 20 basis fungsi dengan tiga interaksi level pertama, 8 interaksi level dua, dan 9 interaksi level tiga. Jumlah nilai knot atau threshold sebanyak 16, diantaranya: 1 nilai untuk peubah Nino 3, 2 nilai untuk peubah Darwin, Tahiti, Nino 3.4 dan IO JD, 3 nilai untuk peubah Nino 1.2 dan 4 nilai untuk peubah SOI. Peubah SOI mempunyai nilai knot terbanyak karena mempunyai keragaman terbesar diantara peubah prediktor lainnya. Deskripsi peubah prediktor untuk stasiun Tuban selengkapnya disaikan pada Tabel 1. Interpretasi model RSAB melalui komponen sidik ragam, heteroskedastisitas, multikolinearitas dan kemungkinan autokorelasi, maka dengan pertimbangan ini dilakukan metode regresi splines adaptif berganda untuk pendugaan model regresi. Pendugaan Model Regresi dengan RSAB Sebagai ilustrasi, dipilih Stasiun Tuban untuk dibahas secara detail. Model curah huan Stasiun Tuban dibentuk dengan kriteria input: Minspan (minimal banyaknya pengamatan setiap knot) = 10. maksimal interaksi (MI) = 3, dan maksimal basis fungsi sebesar 30. Model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Y = * BF * BF * BF * BF * BF * BF * BF * BF * BF * BF * BF * BF * BF * BF * BF * BF * BF * BF * BF * BF 29 dimana memberikan gambaran basis fungsi yang masuk dalam model, baik satu peubah maupun interaksi. Tabel 1. Nilai rataan, simpangan baku, minimal dan maksimal peubah prediktor curah huan stasiun Tuban Peubah Rataan SB Min Maks Tekanan Darwin Tekanan Tahiti Nino Nino Nino Nino SOI IO JD Exacta, Vol.5, No.2, Dese 2007 :

7 Peubah Prediktor yang Relatif Penting Peubah prediktor yang relatif penting untuk stasiun Tuban adalah tekanan Darwin. Hal ini ditunukkan pada nilai GCV terkecil (terbesar untuk GCV -1 ) diantara peubah lainnya. Pendeteksian awal peubah prediktor yang relatif penting ditentukan dari besarnya nilai simpangan bakunya (Tabel 2). Seperti halnya pada prosedur regresi bertatar setiap peubah dikeluarkan satu per satu dari model kemudian dihitung kebaikan model (goodness of fit). Peubah yang relatif penting ika mempunyai pengaruh yang terbesar terhadap kebaikan model dan sebaliknya untuk peubah yang tidak penting. Secara umum, peubah prediktor ENSO yang relatif penting terhadap model curah huan adalah tekanan Darwin, Tercatat 6 stasiun (Tuban, Ampenan, Sandakan, Pontianak, Pekanbaru, dan Ambon) peubah ini memberikan pengaruh yang nyata terhadap model curah huan. Hal ini ditunukkan pula korelasi yang tinggi antara curah huan dan Tekanan Darwin bila dibandingkan dengan indikator ENSO lainnya. Bila ditinau dari nilai korelasinya, tekanan Darwin sebagian besar bernilai negatif terutama di daerah tipe huan monsoon. Fenomena ini teradi karena pada saat tekanan permukaan laut di Darwin meningkat dengan membawa uap air yang sedikit (karena melalui daratan benua) akan bergerak ke wilayah Indonesia, sehingga mengakibatkan curah huan berkurang. Perbandingan Metode Hasil pendugaan model regresi dengan menggunakan metode regresi splines adaptif berganda lebih baik dari metode kuadrat terkecil. Hal ini Nampak pada nilai R 2, dan R 2 terkoreksi dari metode regresi splines adaptif berganda lebih besar dari metode kuadrat terkecil. Di samping itu ragam sisaan dari metode kuadrat terkecil lebih besar. Bila ditinau dari nilai korelasi antara hasil ramalan dan data actual, nilainya berkisar antara 30% hingga 70%. Model Curah huan dengan metode RSAB lebih kompleks bila dibandingkan dengan metode kuadrat terkecil, meskipun tersedia selang kepercayaan koefisien regresi, namun cenderung bersifat spesifik lokal. Parameter model akan berubah menurut pola data. Berbeda dengan metode kuadrat terkecil yang mempunyai sifat global, sehingga untuk kepentingan peramalan metode RSAB membutuhkan update data sesuai dengan lama kemampuan daya ramalnya. Pemodelan Indikator ENSO Hasil deskripsi indicator ENSO menunukkan bahwa SOI mempunyai ragam yang terbesar, sedangkan ragam terkecil adalah Nino 4 dan Nino 3.4. Besarnya nilai ragam ini merupakan informasi awal dari bentuk model yang akan dihasilkan. Semakin besar ragam dan pola kenonlinearan, semakin kompleks model yang dihasilkan. Bila dibandingkan dengan metode Trend Surfaces Analysis (TSA) dan Additive Winter (Zifwen, 1999), secara umum metode ASTAR mempunyai daya ramal yang lebih baik. Hal tersebut dapat dilihatdari nilai RMSE metode ASTAR lebih kecil dari pada metode TSA. Berdasarkan hasil validasi model dengan menggunakan ex ante forecast dan ex post forecast, terdapat beberapa buah indikator ENSO mempunyai perbedaan hasil yang diperoleh selama 2 tahun (24 bulan). Hal ini ditunukkan oleh adanya perbedaan nilai korelasi antara data aktual dan ramalan untuk Penggunaan Regresi...(Nurul Astuti Yensi) 111

8 kedua metode validasi tersebut (Tabel 6). Tekanan Darwin, tekanan Tahiti dan Nino 1.2 mempunyai hasil validasi model yang konsisten untuk kedua metode tersebut. Metode validasi ex ante forecast secara umum mempunyai korelasi yang lebih besar bila dibandingkan dengan metode ex post forecast. Model ASTAR mempunyai daya ramal yang cukup tinggi untuk meramal iklim 3 (tiga) bulan mendatang. Hal ini ditunukkan oleh nilai korelasi dari kedua metode validasi yang mencapai antara 60 % sampai lebih dari 90%. Untuk menamin keakuratan hasil ramalan dibutuhkan update data setiap 3 bulan. KESIMPULAN Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Wilayah dengan tipe huan monsoon dipengaruhi oleh pola dan keadian ENSO. Sedangkan untuk wilayah dengan tipe huan equatorial dan lokal masih belum elas pengaruhnya. 2. Jika asumsi bentuk fungsi hubungan antara peubah respon an peubah penelas tidak diketahui, seperti data curah huan, maka metode RSAB dapat digunakan. 3. Tekanan Darwin dan Indeks Osilasi Jakarta Darwin merupakan prediktor yang penting dalam memodelkan curah huan di Indonesia. Namun kemampuan model dalam melakukan prediksi tidak sebagus tekanan Darwin. 4. Metode ASTAR mempunyai daya ramal yang lebih baik dari metode Trend Surfaces Analysis dan Additive Winter. Kemampuan daya ramal metode mencapai 60% hingga lebih 90% dalam angka waktu 3 bulan ke depan. DAFTAR PUSTAKA Ames, D.P ItsMARS versi [software]. Utah Water Research Laboratory. Utah State University. USA. Boer, R Strategy to Anticipate Climate Extreme Events. Paper Presented at the Training Institute on Climate and Society in the Asia-Pasific Region, 5-23 Pebruary 2001, East-West Center, Honolulu. USA. Friedman. J.H Multivariate Adaptive Regression Splines (with discussion). Salfordsystems.com/MARS.pdf. Lewis, PA.W and J.C. Stevens Nonlinear Modelling of Times Series Using Multivariate Adaptive Regression Splines. Journal of the American Statistical Association. Vol. 86. No pp Peragi dan Perhimpi Rumusan Panel Diskusi Antisipasi Kekeringan dan Penanggulangan Jangka Panang. Dalam I. Las, N. Sinulingga, R. Boer., Handoko, E. Syamsuddin dan D. Sopandi (Eds). Prosiding Panel Diskusi Antisipasi kekeringan dan Penanggulangan Jangka Panang. Perhimpunan Agronomi Indonesia dan Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia. Ratag, M.A Pengembangan dan Ui Validasi Model Iklim Berbasis Transformasi Wavelet. Halm Di dalam MA Ratag et al (Penyunting). Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional. Prosiding Temu Ilmiah LAPAN. Bandung. Exacta, Vol.5, No.2, Dese 2007 :

9 Steinberg, D. et al MARS User Guide, San Diego, CA: Salford Systems. Salfordsystems.com. Tasyono, B., dan R.K. Lestari Peramalan Cuaca Bulanan dengan metode Statistik. hlm Di dalam MA Ratag et al (Penyunting). Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional. Prosiding Temu Ilmiah LAPAN. Bandung. Zifwen Peramalan ENSO dan Pemodelan Hubungan ENSO dengan Curah Huan Monsoon. Skripsi. Jurusan Statistika FMIPA IPB, Bogor. Penggunaan Regresi...(Nurul Astuti Yensi) 113

DATA DAN METODE. Peubah yang digunakan dalarn penelitian adalah rata - Sandkan ( ), dan Rembiga-Ampenan ( ),

DATA DAN METODE. Peubah yang digunakan dalarn penelitian adalah rata - Sandkan ( ), dan Rembiga-Ampenan ( ), DATA DAN METODE Peublah Respon dan Prediktor Peubah yang digunakan dalarn penelitian adalah rata - bular~an dari 3 (tiga) tipe hujan yaitu :(a) tipe monsoon meliputi TI Sandkan (1 958-1996), dan Rembiga-Ampenan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Regresi 2.2 Model Aditif Terampat ( Generalized additive models , GAM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Regresi 2.2 Model Aditif Terampat ( Generalized additive models , GAM) II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode Regresi Analisis regresi merupakan bagian dalam analisis statistika yang digunakan untuk memodelkan hubungan antara peubah tidak bebas (respon) dengan satu atau beberapa peubah

Lebih terperinci

6. PENGGUNAAN REGRESI SPLINES ADAPTIF BERGANDA UNTUK STATISTICAL DOWNSCALING LUARAN GCM

6. PENGGUNAAN REGRESI SPLINES ADAPTIF BERGANDA UNTUK STATISTICAL DOWNSCALING LUARAN GCM 6. PENGGUNAAN REGRESI SPLINES ADAPTIF BERGANDA UNTUK STATISTICAL DOWNSCALING LUARAN GCM 6.1 Pendahuluan Model regresi SD dinyatakan y = f(x) ε dimana y adalah peubah respon (curah hujan observasi, beresolusi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan bentuk topografi yang sangat beragam, dilewati garis katulistiwa, diapit dua benua dan dua samudera. Posisi ini menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang berjudul Penerapan Metode Multivariate Adaptive Regression Splines

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang berjudul Penerapan Metode Multivariate Adaptive Regression Splines BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Penelitian tentang MARS telah banyak dilakukan. Salah satunya yaitu penelitian yang berjudul Penerapan Metode Multivariate Adaptive Regression Splines

Lebih terperinci

5 MODEL ADITIF VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS

5 MODEL ADITIF VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS 5 MODEL ADITIF VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS Pendahuluan Pada model VARX hubungan peubah penjelas dengan peubah respon bersifat parametrik. Stone (1985) mengemukakan pemodelan yang bersifat fleksibel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tingkat Penerimaan Masyarakat terhadap Bank Syariah

TINJAUAN PUSTAKA. Tingkat Penerimaan Masyarakat terhadap Bank Syariah 4 TINJAUAN PUSTAKA Pangsa Pasar Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2009 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, pangsa pasar adalah persentase nilai jual atau

Lebih terperinci

Sutikno, Rokhana Dwi Bekti, Putri Susanti, dan Istriana Jurusan Statistika FMIPA ITS ABSTRACT

Sutikno, Rokhana Dwi Bekti, Putri Susanti, dan Istriana Jurusan Statistika FMIPA ITS   ABSTRACT Prakiraan Cuaca dengan Metode...(Sutikno et al.) PRAKIRAAN CUACA DENGAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE, NEURAL NETWORK, DAN ADAPTIVE SPLINES THRESHOLD AUTOREGRESSION DI STASIUN JUANDA

Lebih terperinci

RMSE = dimana : y = nilai observasi ke-i V PEMBAHASAN. = Jenis kelamin responden (GENDER) X. = Pendidikan responden (EDU) X

RMSE = dimana : y = nilai observasi ke-i V PEMBAHASAN. = Jenis kelamin responden (GENDER) X. = Pendidikan responden (EDU) X pembilang persamaan (3) adalah rataan jumlah kuadrat galat, N jumlah pengamatan dan M jumlah himpunan bagian. Penyebutnya merupakan fungsi nilai kompleks, dengan C(M) adalah nilai kompleksitas model yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sampai saat ini, GCM (general circulation models) diakui banyak pihak sebagai alat penting dalam upaya memahami sistem iklim. GCM dipandang sebagai metode yang paling

Lebih terperinci

8. MODEL RAMALAN PRODUKSI PADI

8. MODEL RAMALAN PRODUKSI PADI 8. MODEL RAMALAN PRODUKSI PADI 8.1 Pendahuluan Padi merupakan makanan utama sekaligus mempunyai nilai politis yang tinggi bagi orang Indonesia, yang menyediakan pendapatan secara musiman dan tenaga kerja

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hardle (1994) analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hardle (1994) analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Menurut Hardle (1994) analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan hubungan antara variabel respon dengan satu atau beberapa variabel

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL RAMALAN PRODUKSI PADI DENGAN PENDEKATAN BAGGING MARS

PENGEMBANGAN MODEL RAMALAN PRODUKSI PADI DENGAN PENDEKATAN BAGGING MARS PENGEMBANGAN MODEL RAMALAN PRODUKSI PADI DENGAN PENDEKATAN BAGGING MARS Alif Yuanita 1, Bambang Widjanarko Otok 2, dan Sutikno 3 1 Mahasiswa Statistika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2,3 Dosen Statistika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

5. HUBUNGAN ANTARA PEUBAH-PEUBAH PENJELAS GCM CSIRO Mk3 DAN CURAH HUJAN BULANAN

5. HUBUNGAN ANTARA PEUBAH-PEUBAH PENJELAS GCM CSIRO Mk3 DAN CURAH HUJAN BULANAN 5. HUBUNGAN ANTARA PEUBAH-PEUBAH PENJELAS GCM CSIRO Mk3 DAN CURAH HUJAN BULANAN 5.1 Pendahuluan Dalam pemodelan statistical downscaling (SD), khususnya fungsi transfer diawali dengan mencari model hubungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN ... (3) RMSE =

PEMBAHASAN ... (3) RMSE = 7 kemampuan untuk mengikuti variasi hujan permukaan. Keterandalan model dapat dilihat dari beberapa parameter, antara lain : Koefisien korelasi Korelasi dinyatakan dengan suatu koefisien yang menunjukkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 menguji kelayakan model sehingga model sementara tersebut cukup memadai. Salah satu caranya adalah dengan menganalisis galat (residual). Galat merupakan selisih antara data observasi dengan data hasil

Lebih terperinci

Kata Kunci: Komponen Akreditasi, Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS)

Kata Kunci: Komponen Akreditasi, Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS) Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 44 53 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENERAPAN METODE MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) UNTUK MENGIDENTIFIKASI KOMPONEN YANG BERPENGARUH

Lebih terperinci

Kata Kunci: Penciri Tingkat Kesejahteraan, Kemiskinan, bagging MARS

Kata Kunci: Penciri Tingkat Kesejahteraan, Kemiskinan, bagging MARS Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 4 Hal. 34 42 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENCIRI TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN BOOTSTRAP AGREGATING

Lebih terperinci

PREDIKSI LUAS AREA KEBAKARAN HUTAN BERDASARKAN DATA METEOROLOGI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS)

PREDIKSI LUAS AREA KEBAKARAN HUTAN BERDASARKAN DATA METEOROLOGI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) PREDIKSI LUAS AREA KEBAKARAN HUTAN BERDASARKAN DATA METEOROLOGI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) Winalia Agwil 1, Izzati Rahmi HG 2, Hazmira Yozza 2 Program

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi data Tahap pertama dalam pembentukan model VAR adalah melakukan eksplorasi data untuk melihat perilaku data dari semua peubah yang akan dimasukkan dalam model. Eksplorasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian pertama bab ini diberikan tinjauan pustaka yang berisi penelitian sebelumnya yang mendasari penelitian ini Pada bagian kedua bab ini diberikan teori penunjang yang berisi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. [8 Januari 2006] 1 ( )

1. PENDAHULUAN. [8 Januari 2006] 1  ( ) 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi ramalan curah hujan sangat berguna bagi petani dalam mengantisipasi kemungkinan kejadian-kejadian ekstrim (kekeringan akibat El- Nino dan kebanjiran akibat

Lebih terperinci

REGRESI KUADRAT TERKECIL PARSIAL UNTUK STATISTICAL DOWNSCALING

REGRESI KUADRAT TERKECIL PARSIAL UNTUK STATISTICAL DOWNSCALING REGRESI KUADRAT TERKECIL PARSIAL UNTUK STATISTICAL DOWNSCALING Aji Hamim Wigena Departemen Statistika, FMIPA Institut Pertanian Bogor Jakarta, 23 Juni 2011 Pendahuluan GCM (General Circulation Model) model

Lebih terperinci

APLIKASI REGRESI SPLINE UNTUK MEMPERKIRAKAN TINGKAT FERTILITAS WANITA BERDASARKAN UMUR

APLIKASI REGRESI SPLINE UNTUK MEMPERKIRAKAN TINGKAT FERTILITAS WANITA BERDASARKAN UMUR APLIKASI REGRESI SPLINE UNTUK MEMPERKIRAKAN TINGKAT FERTILITAS WANITA BERDASARKAN UMUR Oleh : Isnia Dwimayanti (0 09 06) Pembimbing : DR Drs I Nyoman Budiantara, MS ABSTRAK Tingginya tingkat fertilitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL ADITIF TERAMPAT DAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA

PERBANDINGAN MODEL ADITIF TERAMPAT DAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA PERBANDINGAN MODEL ADITIF TERAMPAT DAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA (Studi kasus: Pemodelan Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa IPB dan STAIN Purwokerto) MARIA ULPAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Belajar Menurut Dalyono (2007), ada beberapa definisi belajar dari para ahli, antara lain, yaitu: a) Witherington, dalam buku educational psychology mengemukakan:

Lebih terperinci

Jurnal Matematika Vol. 3 No. 1, Juli ISSN :

Jurnal Matematika Vol. 3 No. 1, Juli ISSN : Jurnal Matematika Vol. 3 No. 1, Juli 2013. ISSN : 1693-1394 Pemodelan Angka Harapan Hidup di Provinsi Jawa Timur Tahun 2007 dan 2011 Berdasarkan Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah, dan Pengeluaran

Lebih terperinci

BAGGING MARS UNTUK PENGEMBANGAN MODEL RAMALAN ANOMALI LUAS PANEN PADI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAGGING MARS UNTUK PENGEMBANGAN MODEL RAMALAN ANOMALI LUAS PANEN PADI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, November 00 BAGGING MARS UNTUK PENGEMBANGAN MODEL RAMALAN ANOMALI LUAS PANEN PADI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Alif Yuanita, Bambang Widjanarko

Lebih terperinci

PEMODELAN KURS RUPIAH TERHADAP MATA UANG EURO DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE. Sulton Syafii Katijaya 1, Suparti 2, Sudarno 3.

PEMODELAN KURS RUPIAH TERHADAP MATA UANG EURO DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE. Sulton Syafii Katijaya 1, Suparti 2, Sudarno 3. PEMODELAN KURS RUPIAH TERHADAP MATA UANG EURO DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE Sulton Syafii Katijaya 1, Suparti 2, Sudarno 3 1 Mahasiswa Jurusan Statistika FSM UNDIP 2,3 Staff Pengajar Jurusan Statistika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Data Deret Berkala Suatu deret berkala adalah himpunan observasi yang terkumpul atau hasil observasi yang mengalami peningkatan waktu. Data deret berkala adalah serangkaian

Lebih terperinci

3. PEMANFAATAN INFORMASI IKLIM UNTUK PENYUSUNAN MODEL PRODUKSI PERTANIAN

3. PEMANFAATAN INFORMASI IKLIM UNTUK PENYUSUNAN MODEL PRODUKSI PERTANIAN 3. PEMANFAATAN INFORMASI IKLIM UNTUK PENYUSUNAN MODEL PRODUKSI PERTANIAN 15 Berbagai model ramalan produksi tanaman pangan (khususnya padi) telah dikembangkan di Indonesia. Model-model tersebut secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Metode klasifikasi merupakan salah satu metode statistika untuk mengelompok atau mengklasifikasi suatu data yang disusun secara sistematis ke dalam suatu kelompok sehingga

Lebih terperinci

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

V. PENYUSUNAN MODEL PREDIKSI CURAH HUJAN BERDASARKAN FENOMENA ENSO DAN IOD UNTUK MENENTUKAN RENCANA TANAM

V. PENYUSUNAN MODEL PREDIKSI CURAH HUJAN BERDASARKAN FENOMENA ENSO DAN IOD UNTUK MENENTUKAN RENCANA TANAM V. PENYUSUNAN MODEL PREDIKSI CURAH HUJAN BERDASARKAN FENOMENA ENSO DAN IOD UNTUK MENENTUKAN RENCANA TANAM 5.1. Pendahuluan Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang mempunyai variabilitas dan fluktuasi

Lebih terperinci

REGRESI SPLINES ADAPTIF BERGANDA UNTUK PERAMALAN SUHU DAN KELEMBABAN ADITYA KRESNA PRIAMBUDI

REGRESI SPLINES ADAPTIF BERGANDA UNTUK PERAMALAN SUHU DAN KELEMBABAN ADITYA KRESNA PRIAMBUDI REGRESI SPLINES ADAPTIF BERGANDA UNTUK PERAMALAN SUHU DAN KELEMBABAN ADITYA KRESNA PRIAMBUDI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 006 ABSTRAK ADITYA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Curah hujan merupakan salah satu parameter atmosfer yang sulit untuk diprediksi karena mempunyai keragaman tinggi baik secara ruang maupun waktu. Demikian halnya dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk. PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. Djoni Hatidja ) ) Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 955 email: dhatidja@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

S - 4 IDENTIFIKASI DATA RATA-RATA CURAH HUJAN PER-JAM DI BEBERAPA LOKASI

S - 4 IDENTIFIKASI DATA RATA-RATA CURAH HUJAN PER-JAM DI BEBERAPA LOKASI S - 4 IDENTIFIKASI DATA RATA-RATA CURAH HUJAN PER-JAM DI BEBERAPA LOKASI Astutik, S., Solimun, Widandi, Program Studi Statistika, Jurusan Matematika FMIPA, Universitas Brawiaya, Malang, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

7. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Penentuan Domain

7. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Penentuan Domain 7. PEMBAHASAN UMUM Pembahasan ini merupakan rangkuman dari hasil bahasan dan kajian dalam Bab 2, 3, 4, 5, dan 6 sebelumnya. Secara umum pembahasan meliputi perkembangan metode-metode peramalan untuk SD

Lebih terperinci

Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data. Identifikasi model ARCH

Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data. Identifikasi model ARCH 6 Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data Identifikasi model ARCH Pendugaan parameter dan pemilihan model ARCH/GARCH Uji pengaruh asimetrik

Lebih terperinci

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA OLEH : ANDRIE WIJAYA, A.Md FENOMENA GLOBAL 1. ENSO (El Nino Southern Oscillation) Secara Ilmiah ENSO atau El Nino dapat di jelaskan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ANOMALI SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN CURAH HUJAN DI JAWA

HUBUNGAN ANTARA ANOMALI SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN CURAH HUJAN DI JAWA Hubungan antara Anomali Suhu Permukaan Laut.(Mulyana) 125 HUBUNGAN ANTARA ANOMALI SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN CURAH HUJAN DI JAWA Erwin Mulyana 1 Intisari Perubahan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik

Lebih terperinci

PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI PANJANG MUSIM HUJAN BERDASAR SEA SURFACE TEMPERATURE

PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI PANJANG MUSIM HUJAN BERDASAR SEA SURFACE TEMPERATURE PEMODELAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI PANJANG MUSIM HUJAN BERDASAR SEA SURFACE TEMPERATURE Agus Buono 1, M. Mukhlis 1, Akhmad Faqih 2, Rizaldi Boer 2 1 Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Iklim Iklim ialah suatu keadaan rata-rata dari cuaca di suatu daerah dalam periode tertentu. Curah hujan ialah suatu jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah pada kurun waktu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapatkan model dan faktor-faktornya, terlebih dahulu akan dibahas. bagaimana mendapatkan sampel dalam penelitian ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapatkan model dan faktor-faktornya, terlebih dahulu akan dibahas. bagaimana mendapatkan sampel dalam penelitian ini. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hasil dari penelitian yang meliputi model terbaik dari indeks prestasi kumulatif mahasiswa dan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan hubungan antara variabel respon dengan satu atau beberapa variabel prediktor. Misalkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun enam puluhan telah diterapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Jakarta menjadi suatu direktorat perhubungan udara. Direktorat

Lebih terperinci

KLASIFIKASI SIFAT CURAH HUJAN BERDASARKAN INDIKATOR ENSO (EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION) DI KABUPATEN NGAWI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI POHON

KLASIFIKASI SIFAT CURAH HUJAN BERDASARKAN INDIKATOR ENSO (EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION) DI KABUPATEN NGAWI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI POHON KLASIFIKASI SIFAT CURAH HUJAN BERDASARKAN INDIKATOR ENSO (EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION) DI KABUPATEN NGAWI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI POHON Putri Sea Paramita, Sutikno Mahasiswa Jurusan Statistika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

Abstrak

Abstrak PENENTUAN KEJADIAN EL-NINO DAN LA-NINA BERDASARKAN NILAI SOUTHERN OSCILATION INDEKS Heni Maulidiya ), Andi Ihwan, M.Si ), Muh. Ishak Jumarang, M.Si ) ) Prodi Fisika FMIPA UNTAN Email : lidiya788@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

HYBRID MARS TIME SERIES PADA PEMODELAN STATISTICAL DOWNSCALLING Studi Kasus: Stasiun Losarang ABSTRAK

HYBRID MARS TIME SERIES PADA PEMODELAN STATISTICAL DOWNSCALLING Studi Kasus: Stasiun Losarang ABSTRAK Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 1 HYBRID MARS TIME SERIES PADA PEMODELAN STATISTICAL DOWNSCALLING Studi Kasus: Stasiun Losarang 1 Bisyri Effendi, 2 Sutikno,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Model regresi yang baik memerlukan data yang baik pula. Suatu data dikatakan baik apabila data tersebut berada di sekitar garis regresi. Kenyataannya, terkadang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, ekonomi, ilmu-ilmu pengetahuan sosial, kesehatan, dan biologi.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, ekonomi, ilmu-ilmu pengetahuan sosial, kesehatan, dan biologi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis regresi telah diterapkan pada berbagai bidang, seperti administrasi bisnis, ekonomi, ilmu-ilmu pengetahuan sosial, kesehatan, dan biologi. Keberhasilan dalam

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki hubungan di antara dua atau lebih peubah prediktor X terhadap peubah

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki hubungan di antara dua atau lebih peubah prediktor X terhadap peubah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis regresi linier berganda merupakan analisis yang digunakan untuk menyelidiki hubungan di antara dua atau lebih peubah prediktor X terhadap peubah respon Y yang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Feng PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK... 211 PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Tan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua peubah atau lebih (Draper dan Smith, 1992).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan

TINJAUAN PUSTAKA. Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Matriks 2.1.1 Matriks Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan dalam susunan itu disebut anggota dalam matriks tersebut. Suatu

Lebih terperinci

BAB III REGRESI LOGISTIK BINER DAN CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES (CART) Odds Ratio

BAB III REGRESI LOGISTIK BINER DAN CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES (CART) Odds Ratio 21 BAB III REGRESI LOGISTIK BINER DAN CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES (CART) 3.1 Regresi Logistik Biner Regresi logistik berguna untuk meramalkan ada atau tidaknya karakteristik berdasarkan prediksi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1 PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul

Lebih terperinci

menggunakan analisis regresi dengan metode kuadrat terkecil. Model analisis data panel yang dievaluasi kemudian adalah model gabungan, model

menggunakan analisis regresi dengan metode kuadrat terkecil. Model analisis data panel yang dievaluasi kemudian adalah model gabungan, model 4 kurang dari 10, maka peubah bebas tersebut tidak mengalami masalah multikolinearitas dengan peubah bebas lainnya. Selanjutnya Uji ARCH atau White digunakan untuk menguji asumsi kehomogenan ragam sisaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis hubungan fungsional antara variabel prediktor ( ) dan variabel

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis hubungan fungsional antara variabel prediktor ( ) dan variabel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan fungsional antara variabel prediktor ( ) dan variabel respon ( ), dimana

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI TINGGI GENANGAN BANJIR DI KECAMATAN GUBENG KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PEMODELAN DAN SIMULASI TINGGI GENANGAN BANJIR DI KECAMATAN GUBENG KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMODELAN DAN SIMULASI TINGGI GENANGAN BANJIR DI KECAMATAN GUBENG KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Ratri Enggar Pawening 1, Joko Lianto Buliali 2, Ahmad Saikhu 2 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Dalam beberapa masalah terdapat dua atau lebih variabel yang hubungannya tidak dapat dipisahkan karena perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan hubungan fungsional antara variabel respon dengan satu atau beberapa variabel prediktor.

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang terletak diantara Samudra Pasifik-Hindia dan Benua Asia-Australia, serta termasuk wilayah tropis yang dilewati oleh garis khatulistiwa, menyebabkan

Lebih terperinci

REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED DENGAN SOFTWARE R. Abstract. Keywords: Spline Truncated, GCV, Software R.

REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED DENGAN SOFTWARE R. Abstract. Keywords: Spline Truncated, GCV, Software R. REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED DENGAN SOFTWARE R Tiani Wahyu Utami 1), Alan Prahutama 2) 1 Program studi Statistika, FMIPA, Universitas Mumammadiyah Semarang email: tianiutami@unimus.ac.id 2 Departemen

Lebih terperinci

PEMILIHAN PARAMETER PENGHALUS DALAM REGRESI SPLINE LINIER. Agustini Tripena Br.Sb.

PEMILIHAN PARAMETER PENGHALUS DALAM REGRESI SPLINE LINIER. Agustini Tripena Br.Sb. JMP : Volume 3 Nomor 1, Juni 2011 PEMILIHAN PARAMETER PENGHALUS DALAM REGRESI SPLINE LINIER Agustini Tripena Br.Sb. Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Indonesia ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ARIMA box jenkins untuk meramalkan kebutuhan bahan baku. 2.1. Peramalan Peramalan

Lebih terperinci

STK 511 Analisis statistika. Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi

STK 511 Analisis statistika. Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi STK 511 Analisis statistika Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi 1 Pendahuluan Kita umumnya ingin mengetahui hubungan antar peubah Analisis Korelasi digunakan untuk melihat keeratan hubungan linier antar

Lebih terperinci

Oleh Tim Agroklimatologi PPKS

Oleh Tim Agroklimatologi PPKS Kondisi Indian Oscillation Dipole (IOD), El Nino Southern Oscillation (ENSO), Curah Hujan di Indonesia, dan Pendugaan Kondisi Iklim 2016 (Update Desember 2015) Oleh Tim Agroklimatologi PPKS Disarikan dari

Lebih terperinci

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP INVESTASI DI KABUPATEN TUBAN

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP INVESTASI DI KABUPATEN TUBAN MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP INVESTASI DI KABUPATEN TUBAN Amalia Ma rufa, Sri Subanti, Titin Sri Martini Program Studi Matematika FMIPA UNS

Lebih terperinci

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

Bab IV. Metode dan Model Penelitian Bab IV Metode dan Model Penelitian 4.1 Spesifikasi Model Sesuai dengan tinjauan literatur, hal yang akan diteliti adalah pengaruh real exchange rate, pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan ekonomi Jepang,

Lebih terperinci

Aplikasi Spline Kuadrat Terkecil dalam Pemodelan Pertumbuhan Anak Berdasarkan Indeks Antropometri

Aplikasi Spline Kuadrat Terkecil dalam Pemodelan Pertumbuhan Anak Berdasarkan Indeks Antropometri Vol. 6, No.1, 0-8, Juli 009 Aplikasi Spline Kuadrat Terkecil dalam Pemodelan Pertumbuhan Anak Berdasarkan Indeks Antropometri Wahidah Sanusi Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengestimasi model pertumbuhan

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH KENDARAAN DI DKI JAKARTA DENGAN JARINGAN BACKPROPAGATION

PERAMALAN JUMLAH KENDARAAN DI DKI JAKARTA DENGAN JARINGAN BACKPROPAGATION PERAMALAN JUMLAH KENDARAAN DI DKI JAKARTA DENGAN JARINGAN BACKPROPAGATION (Forecast The Number of Vehicle in Jakarta Using Backpropagation Neural Net ) Zumrotus Sya diyah Universitas Darussalam Ambon,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis statistika yang paling banyak digunakan. Pada kejadian sehari hari terdapat hubungan sebab akibat yang muncul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin majunya peradaban, banyak pihak dalam berbagai bidang memerlukan suatu alat untuk memodelkan suatu data ke dalam suatu fungsi yang dapat dipergunakan

Lebih terperinci

Analisis Regresi: Regresi Linear Berganda

Analisis Regresi: Regresi Linear Berganda Analisis Regresi: Regresi Linear Berganda Pengantar Pada sesi sebelumnya kita hanya menggunakan satu buah X, dengan model Y = b 0 + b 1 X 0 1 Dalam banyak hal, yang mempengaruhi X bisa lebih dari satu.

Lebih terperinci

PREDIKSI INFLASI DI INDONESIA MENGGUNAKAN REGRESI NONPARAMETRIK B-SPLINE

PREDIKSI INFLASI DI INDONESIA MENGGUNAKAN REGRESI NONPARAMETRIK B-SPLINE PREDIKSI INFLASI DI INDONESIA MENGGUNAKAN REGRESI NONPARAMETRIK B-SPLINE Annita Nur Kusumastuti, Sri Sulistijowati Handajani, dan Respatiwulan Program Studi Matematika FMIPA UNS ABSTRAK. Inflasi identik

Lebih terperinci

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino G181 Iva Ayu Rinjani dan Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1 PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul

Lebih terperinci

El-NINO DAN PENGARUHNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI MANADO SULAWESI UTARA EL-NINO AND ITS EFFECT ON RAINFALL IN MANADO NORTH SULAWESI

El-NINO DAN PENGARUHNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI MANADO SULAWESI UTARA EL-NINO AND ITS EFFECT ON RAINFALL IN MANADO NORTH SULAWESI El-NINO DAN PENGARUHNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI MANADO SULAWESI UTARA Seni Herlina J. Tongkukut 1) 1) Program Studi Fisika FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115 ABSTRAK Telah dilakukan analisis

Lebih terperinci

Analisis Regresi Spline Kuadratik

Analisis Regresi Spline Kuadratik Analisis Regresi Spline Kuadratik S 2 Oleh: Agustini Tripena Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknik, Univesitas Jenderal Soedirman, Purwokerto tripena1960@yahoo.co.id Abstrak Regresi spline

Lebih terperinci

BAB III REGRESI SPLINE = + dimana merupakan fungsi pemulus yang tidak spesifik, dengan adalah

BAB III REGRESI SPLINE = + dimana merupakan fungsi pemulus yang tidak spesifik, dengan adalah BAB III REGRESI SPLINE 3.1 Fungsi Pemulus Spline yaitu Fungsi regresi nonparametrik yang telah dituliskan pada bab sebelumnya = + dimana merupakan fungsi pemulus yang tidak spesifik, dengan adalah faktor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini diuraikan beberapa tinjauan pustaka sebagai landasan teori pendukung penulisan penelitian ini. 2.1 Analisis Regresi Suatu pasangan peubah acak seperti (tinggi, berat)

Lebih terperinci

Analisis Regresi 2. Pokok Bahasan : Review Regresi Linier Sederhana dan Berganda

Analisis Regresi 2. Pokok Bahasan : Review Regresi Linier Sederhana dan Berganda Analisis Regresi Pokok Bahasan : Review Regresi Linier Sederhana dan Berganda Tuuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menelaskan regresi linier sederhana dan berganda dan asumsi-asumsi yang mendasarinya

Lebih terperinci

Pengaruh Dipole Mode dan El Nino Southern Oscillation Terhadap Awal Tanam dan Masa Tanam di Kabupaten Mempawah

Pengaruh Dipole Mode dan El Nino Southern Oscillation Terhadap Awal Tanam dan Masa Tanam di Kabupaten Mempawah Pengaruh Dipole Mode dan El Nino Southern Oscillation Terhadap Awal Tanam dan Masa Tanam di Kabupaten Mempawah Yohana Fronika a, Muhammad Ishak Jumarang a*, Andi Ihwan a ajurusanfisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT Model fungsi transfer multivariat merupakan gabungan dari model ARIMA univariat dan analisis regresi berganda, sehingga menjadi suatu model yang mencampurkan pendekatan

Lebih terperinci

4 MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS (VARX)

4 MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS (VARX) 4 MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS (VARX) Pendahuluan Beberapa penelitian curah hujan dengan satu lokasi curah hujan (tunggal) dengan model ARIMA telah dilakukan, di antaranya oleh Mauluddiyanto (2008)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Regresi Linear Sederhana Analisis regresi linear sederhana dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu buah variabel prediktor terhadap satu buah variabel respon. Model

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan datang. Peramalan adalah proses untuk memperkirakan kebutuhan di masa datang

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS REGRESI

BAB IX ANALISIS REGRESI BAB IX ANALISIS REGRESI 1. Model Analisis Regresi-Linear Analisis regresi-linear adalah metode statistic yang dapat digunakan untuk mempelajari hubungan antarsifat permasalahan yang sedang diselidiki.

Lebih terperinci

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA DATA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI INDONESIA. 1. Pendahuluan

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA DATA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI INDONESIA. 1. Pendahuluan MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA DATA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI INDONESIA Kornelius Ronald Demu, Dewi Retno Sari Saputro, Purnami Widyaningsih Program Studi Matematika FMIPA

Lebih terperinci