PERBANDINGAN MODEL ADITIF TERAMPAT DAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN MODEL ADITIF TERAMPAT DAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN MODEL ADITIF TERAMPAT DAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA (Studi kasus: Pemodelan Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa IPB dan STAIN Purwokerto) MARIA ULPAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 ABSTRACT MARIA ULPAH. Comparison of Generalized Additive Models and Multivariate Adaptive Regression Splines (Case Study: Modeling of Grade Point Average of IPB and STAIN Purwokerto Students). Under direction of I Made Sumertajaya and Aji Hamim Wigena. Regression analysis is used to capture influences of independent variables to dependent ones. It can be done in two ways, parametric and nonparametric approach. The parametric approach needs assumptions, while nonparametric approach is more flexible than the parametric one. The nonparametric approach used in this research is Generalized Additive Models (GAM) and Multivariate Adaptive Regression Splines (MARS). Essentially, GAM and MARS can accommodate nonlinearity data. The aims of this research are to study influences of outlier and influential observations for least square method, GAM and MARS, and to find the best fit model that captures relationship between admission test score to grade point average (GPA). This particular data was taken from Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Bogor Agriculture University (IPB) and Islamic State University (STAIN), Purwokerto. Admission test score as predictor and GPA as response. Outlier simulation with least square, GAM and MARS is the first step that done, then exploration to data and modeling with GAM and MARS. The best model was chosen based on the R 2, R 2 -adjusted, R 2 GPAvs GPAprediction and root mean square error prediction (RMSEP). Result of simulation to outlier shows that GAM and MARS robust to outlier, while least square method is not. It can be seen from GAM and MARS R 2 was not change when outlier in there or not. The other results show that all predictors (biology, physics, chemical and mathematics) are affect significantly to GPA for IPB data. For STAIN data, all predictors (religious science, general science, arabic language and english) are affect significantly to GPA. Then, MARS results R 2, R 2 -adjusted, R 2 GPAvs GPAprediction and RMSEP better than GAM. It is mean that MARS has better model and predictive ability than GAM. Keywords: nonparametric regression, GAM, MARS, GPA.

3 Maaf. Halaman ini Pada Lembar Aslinya Memang Tidak Ada.

4 MAAF DAFTAR ISI PADA HALAMAN INI MEMANG TIDAK ADA PADA LEMBAR ASLINYA

5 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mencari bibit-bibit unggul dari calon-calon mahasiswa, beberapa perguruan tinggi menciptakan suatu mekanisme untuk menyaring dengan tepat setiap lulusan SMA sesuai dengan kemampuan mereka melalui suatu seleksi penerimaan mahasiswa baru. Ada beberapa pola seleksi yang biasa digunakan dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru, diantaranya adalah: a) Pola seleksi yang didasarkan pada ujian masuk. Pola ini menilai calon mahasiswa atas dasar total atau rata-rata hasil ujiannya dari berbagai bidang studi. b) Pola seleksi yang didasarkan atas penilaian terhadap prestasi akademik calon mahasiswa selama di SMA. Pola ini menilai calon mahasiswa berdasarkan nilai raport dari beberapa bidang studi. Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah salah satu perguruan tinggi yang menggunakan pola seleksi yang didasarkan atas penilaian terhadap prestasi akademik calon mahasiswa selama di SMA (nilai raport). Seleksi ini dilakukan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). USMI bukan satu-satunya seleksi yang dilakukan IPB dalam menjaring calon mahasiswa, terdapat seleksi lain seperti SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan jalur khusus. Mahasiswa yang diterima melalui jalur USMI menarik untuk dipelajari, karena selain prosentasenya yang besar (USMI 75%, non-usmi 25%), ternyata jalur ini dapat menjaring calon mahasiswa yang lebih berkualitas (Setiadi, 1991). Sedangkan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto adalah salah satu perguruan tinggi yang menggunakan pola seleksi yang didasarkan pada hasil ujian masuk. Dalam penelitian ini, nilai-nilai yang diperoleh dari ujian masuk ataupun nilai raport akan dimodelkan untuk memprediksi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). IPK merupakan salah satu indikator yang biasa digunakan dalam melihat potensi akademik seorang mahasiswa, karena potensi akademik mahasiswa merupakan suatu hal yang tidak dapat diukur secara langsung. IPK yang digunakan adalah

6 2 IPK selama setahun yaitu tahun pertama (semester 1 dan 2) atau pada masa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiantara, et al. (2006) menunjukkan bahwa nilai-nilai yang diperoleh dari ujian masuk mempunyai pola hubungan atau berpengaruh terhadap IPK. Sedangkan hasil penelitian Rezeki (2002) menyebutkan bahwa IPK mahasiswa di tahun pertama mempunyai pengaruh yang nyata terhadap daya tahan mahasiswa untuk menyelesaikan studi, sedangkan faktor jenis kelamin, asal sekolah, status sekolah dan NEM tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap resiko kegagalan mahasiswa. Dalam statistika, analisis yang biasa digunakan untuk pemodelan adalah analisis regresi. Analisis regresi digunakan untuk memodelkan hubungan antara peubah respon dengan satu atau beberapa peubah bebas/penjelas/prediktor. Pola hubungan tersebut dapat diduga dengan pemodelan regresi parametrik maupun nonparametrik. Pada pemodelan regresi parametrik diperlukan asumsi-asumsi yang ketat antara lain: (1) bentuk fungsional kurva diketahui, (2) ragam yang homogen, dan (3) sisaan berdistribusi normal. Asumsi-asumsi tersebut harus dipenuhi karena jika terjadi pelanggaran terhadap asumsi-asumsi tersebut akan mengakibatkan ketidaksahihan model regresi. Metode yang biasa digunakan dalam pendekatan parametrik adalah metode kuadrat terkecil (MKT). Adanya asumsi-asumsi yang ketat seringkali menyulitkan karena tidak jarang data di lapangan tidak memenuhi asumsi. Seringkali ditemukan dalam berbagai kasus di mana sisaan tidak berdistribusi normal atau pola data (bentuk kurva)nya tidak jelas sehingga agak sulit untuk ditetapkan ke dalam salah satu bentuk fungsi keluarga parametrik. Alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui pendekatan regresi nonparametrik. Pemodelan regresi nonparametrik memilki kelenturan terutama dalam penentuan bentuk kurva tidak perlu ditetapkan secara a priori, tetapi kurva dibentuk sesuai dengan datanya (data driven). Ada beberapa metode yang digunakan dalam regresi nonparametrik, diantaranya adalah model aditif terampat (Generalized Additive Model, GAM) dan regresi spline adaptif berganda (Multivariate Adaptive Regression Splines, MARS).

7 3 GAM pertama kali dikembangkan oleh Hastie dan Tibshirani pada tahun 1986 (Hastie & Tibshirani 1990). Metode ini dapat mengakomodasi dengan baik adanya pengaruh nonlinear tanpa harus mengetahui bentuk pengaruh tersebut secara eksplisit (Beck & Jackman 1997) dan metode ini juga tegar (robust) terhadap pencilan (Hastie & Tibshirani 1990). Sukarsa (2001) menerapkan metode GAM dalam pendugaan model produksi susu. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa GAM lebih baik daripada MKT. Sedangkan Jacobson dan Dimock pada tahun 1994 menerapkan GAM dalam memprediksi jumlah suara pada pemilu di Perot. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa GAM lebih baik daripada MKT (Beck & Jackman 1997). MARS pertama kali dikembangkan oleh Friedman pada tahun Metode ini dapat mengatasi masalah kenonlinearan dan dapat membentuk modelmodel dugaan yang akurat baik untuk data respon kontinu maupun biner dan juga metode ini mampu menganalisis data yang besar, 50 N 1000, dengan jumlah peubah prediktor 3 n 20 (Friedman 1990). Sutikno (2002) menerapkan MARS untuk mengatasi masalah nonlinear pada data timeseries dalam memodelkan hubungan indikator ENSO dengan curah hujan bulanan. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa metode MARS lebih baik dari metode kuadrat terkecil (MKT). Sedangkan Aziz (2005) menerapkan MARS untuk data respon biner dalam pemodelan resesi di Indonesia dan memperlihatkan hasil yang menjanjikan untuk peramalan resesi di dalam contoh, sedangkan untuk peramalan resesi di luar contoh model MARS dapat membantu tetapi secara umum tidak memberikan hasil yang tepat. 1.2 Permasalahan Pada pemodelan IPK mahasiswa STAIN Purwokerto dan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB dalam beberapa kaitannya dengan nilai tes masuk, sebagian peubah bebas (nilai tes masuk) mengikuti siklus nonlinear serta bentuk kurvanya tidak diketahui. Di samping itu, pada data IPK seringkali tidak memenuhi asumsi kenormalan serta terdapat beberapa pencilan dan pengamatan berpengaruh, sehingga dalam hal ini jika digunakan pemodelan regresi parametrik tidak dapat menghasilkan dugaan yang

8 4 baik. Permasalahan tersebut mendasari penggunaan GAM dan MARS sebagai alternatif untuk pendugaan model IPK pada penelitian ini. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengkaji pengaruh pencilan dan pengamatan berpengaruh dari metode MKT, GAM dan MARS. 2. Membandingkan metode GAM dan MARS berdasarkan kriteria R 2, R 2 terkoreksi, R 2 IPK vs IPKpred dan RMSEP. 3. Menerapkan metode GAM dan MARS dalam pemodelan IPK berdasarkan nilai tes masuk.

9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Regresi Analisis regresi merupakan bagian dalam analisis statistika yang digunakan untuk memodelkan hubungan antara peubah tidak bebas (respon) dengan satu atau beberapa peubah bebas (prediktor). Secara umum model regresi mempunyai 3 (tiga) tujuan yaitu: (1) menjelaskan pola hubungan sebab akibat yang terjadi antara peubah respon dengan peubah bebas; (2) mengetahui kontribusi relatif setiap peubah bebas untuk menjelaskan peubah respon; (3) memprediksi nilai peubah respon untuk beberapa nilai peubah bebas tertentu (Aunuddin 2005). Hubungan di antara peubah respon dan peubah bebas ini dapat dinyatakan dalam suatu persamaan matematik yang disebut persamaan regresi yang linear atau non linear. Jika hubungan peubah respon dengan peubah bebas bersifat linear dan asumsi-asumsinya dipenuhi, maka model regresi linear adalah model terbaik yang dapat memberikan deskripsi sederhana tentang data dan memperlihatkan kontribusi setiap peubah bebas dengan satu parameter. Salah satu model regresi linear yang sering digunakan adalah: E(y x 1, x 2,, x p ) = β 0 + β 1 x β p x p Metode yang paling sering digunakan dalam pendugaan parameter model adalah metode kuadrat terkecil (MKT), karena relatif mudah dan sederhana dalam perhitungannya. 2.2 Model Aditif Terampat (Generalized additive models, GAM) GAM pertama kali dikembangkan oleh Hastie dan Tibshirani pada tahun 1986 (Hastie & Tibshirani 1990). GAM merupakan perluasan dari model aditif dengan memodelkan y sebagai kombinasi aditif fungsi univariat dari peubah bebas. Metode ini dapat secara langsung mengakomodasi dengan baik adanya pengaruh nonlinear peubah bebas tanpa harus mengetahui bentuk pengaruh tersebut secara eksplisit (Beck & Jackman 1997). Peubah respon y dalam GAM diasumsikan mempunyai fungsi kepekatan peluang dari keluarga eksponensial, yaitu:

10 6 di mana θ disebut parameter alami dan adalah parameter dispersi. E(y x 1, x 2,, x p ) = µ dihubungkan ke peubah prediktor dengan fungsi penghubung η, di mana: p η = α + f j ( xij ) + ε; i = 1, 2,, n (1) j= 1 di mana f j adalah bentuk hubungan fungsional antara peubah respon dengan peubah bebas x, sedangkan ε bebas stokastik terhadap peubah bebas x, dan memenuhi E(ε) = 0, cov (ε) = σ 2 I. Sedangkan metode pendugaan yang terkenal dalam proses pendugaan f 1, f 2,, f p dari model regresi pada persamaan (1) adalah algoritma backfitting. Hastie & Tibshirani (1986) memulai algoritma backfitting dengan p memisalkan model η = α + f j ( xij ) + ε adalah benar dan mengasumsikan j= 1 bahwa f 1,, f j-1, f j+1,, f p diketahui. Selanjutnya suatu galat parsial didefinisikan sebagai berikut: R j = y α k j f k ( x k dengan menetapkan E(R j x j ) = f j (x j ) dan meminimumkan ) E p ( y α f k ( xk k = 1 maka penduga f j akan diperoleh secara iteratif jika diberikan penduga f i untuk i j. )) Pemulusan (Smoothing) Teknik pemulusan pertama kali dikemukakan oleh Ezekiel pada tahun Pemulusan pada dasarnya merupakan suatu proses yang secara sistematik dapat menghilangkan pola data yang kasar (berfluktuasi) dan selanjutnya dapat mengambil pola data yang dijelaskan secara umum (Montgomery, Johnson & Gardiner 1990). Teknik pemulusan nonparametrik digunakan untuk memodelkan hubungan antar peubah tanpa penetapan bentuk khusus tentang fungsi regresinya. Jika diberikan beberapa fungsi f(x) yang kontinu pada turunan ke-m dan terdapat satu fungsi dari beberapa fungsi tersebut yang meminimumkan PRSS (penalized residual sum of squares) yang diformulasikan sebagai berikut:

11 7 n b 2 m 2 { yi f ( xi )} + λ { f ( t)} dt (2) i= 1 a di mana λ adalah konstanta dan a x 1 x n b. Maka fungsi tersebut dinamakan fungsi pemulus spline (Hastie & Tibshirani 1990). Perimbangan antara fleksibilitas dan kemulusan dugaan kurva dikontrol oleh nilai parameter pemulus atau jumlah knot. Parameter pemulus yang relatif besar atau jumlah knot yang relatif kecil akan menghasilkan dugaan kurva yang sangat mulus sehingga perilaku data yang rinci tidak terlihat, sedangkan parameter pemulus yang relatif kecil atau jumlah knot yang relatif besar menghasilkan dugaan kurva yang kasar karena besarnya pengaruh variasi lokal. Pemulus spline mempunyai sifat fleksibel dan efektif dalam menangani sifat lokal suatu fungsi atau data (Aunuddin 2003, diacu dalam Aziz 2005). 2.3 Regresi Spline Adaptif Berganda (Multivariate Adaptive Regression Splines, MARS) Metode regresi spline merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menangani pola data yang mengikuti siklus nonlinear serta bentuk kurvanya tidak diketahui. Regresi spline terdiri atas beberapa penggal polinom berorde tertentu yang saling bersambung pada titik-titik ikat. Nilai absis dari titik ikat ini disebut knot. Regresi spline bersifat fleksibel sehingga model yang didapat akan cenderung sedekat mungkin menggambarkan kondisi sebenarnya (Kurnia & Handayani 1998). Spline kubik merupakan fungsi spline yang sering digunakan karena polinom yang digunakan berordo relatif rendah (polinom berderajat tiga) dan menghasilkan pemulusan yang cukup baik. Kekontinuan sampai turunan kedua polinom-polinom yang digunakan menjamin kemulusan fungsi (Hasti & Tibshirani 1990). Spline kubik diformulasikan sebagai berikut: s k ( x) = 0 + β1x + β 2 x + β 3x + θ j ( x ξ j ) + j= 1 β (3) di mana: a + = bagian positif dari a ξ j = knot ke-j untuk j = 1, 2,, k

12 8 Model pada persamaan (3) merupakan suatu kombinasi linier dari k+4 fungsi basis yang dikenal sebagai deret berpangkat terbatas (the truncated power series basis), dalam hal ini berpangkat tiga. Fungsi-fungsi basis tersebut adalah 1, x 1, x 2, x 3 k, {( x ξ j ) 3 + } Recursive Partitioning MARS adalah salah satu metode regresi nonparametrik yang dikembangkan oleh Jerome H. Friedman (1990). Bentuk model MARS merupakan perluasan hasil kali fungsi-fungsi basis spline, di mana jumlah fungsi basis beserta parameter-parameternya ditentukan secara otomatis oleh data dengan menggunakan algoritma recursive partitioning yang dimodifikasi. Dalam MARS, fungsi basis adalah satu set fungsi yang menggambarkan informasi yang terdiri dari satu atau lebih peubah. Seperti komponen utama, fungsi basis menggambarkan hal-hal yang memberikan kontribusi paling besar dalam hubungan peubah bebas dan peubah respon. Nilai fungsi basis dalam MARS dapat digambarkan sebagai berikut: max (0, x-t) atau max (0, t-x) dengan t adalah nilai yang menggambarkan letak titik knot dan x adalah peubah bebas. Recursive partitioning (RP) adalah salah satu metode pemodelan regresi yang biasa digunakan untuk data berdimensi tinggi karena penentuan knot tergantung (otomatis) dari data. Namun demikian, metode RP masih memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu model RP menghasilkan himpunan bagian yang saling lepas dan diskontinu pada batas himpunan bagian, serta model RP tidak cukup mampu dalam menduga fungsi linear atau aditif. Metode MARS mampu mengatasi semua kelemahan yang dimiliki metode RP dengan menggunakan algoritma RP yang dimodifikasi, sehingga selain penentuan knot yang dilakukan secara otomatis dari data, juga menghasilkan model yang kontinu pada knot dengan turunan yang kontinu. Jika H[η] merupakan suatu fungsi tangga (step function) yang berbentuk: 1, untuk η 0 H[η] = 0, untuk lainnya

13 9 Maka fungsi basis yang dihasilkan pada langkah maju prosedur RP dapat dinyatakan sebagai berikut: K m B m (x) = H[ s km. (x v(k,m) t km )] (4) k = 1 di mana: H[.] = fungsi tangga K m x v(k,m) t km s km = jumlah pilahan himpunan bagian ke-m untuk menghasilkan B m (derajat interaksi) = peubah prediktor ke-v, pilahan ke-k dan himpunan bagian ke-m = knot dari peubah x v(k,m) = nilainya 1 atau -1 jika knotnya terletak di sebelah kanan atau kiri himpunan bagian Modifikasi Friedman MARS merupakan hasil modifikasi Friedman terhadap algoritma RP untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang dimiliki metode RP. Beberapa inovasi dilakukan oleh Friedman (1990) untuk mengatasi kelemahan metode RP diantaranya yaitu: a) Mengganti fungsi tangga H[±(x-t)] dengan suatu fungsi splines pangkat q terbatas [ ± ( t)]. di mana q = 1 untuk mengatasi diskontinu pada titik knot. x + b) Membatasi perkalian pada masing-masing fungsi basis hanya melibatkan peubah-pubah prediktor yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengatasi ketergantungan pada peubah secara individu dengan pangkat yang lebih tinggi dari q. Metode MARS menentukan lokasi dan jumlah knot berdasarkan pemilihan peubah pada langkah maju (forward) dan langkah mundur (backward) algoritma RP yang dimodifikasi, di mana lokasi dan jumlah knot yang optimum disesuaikan dengan perilaku data. 1) Langkah maju Dalam pembentukan model, terlebih dahulu ditentukan fungsi basis maksimum. Pada tahap ini, digunakan kriteria pemilihan fungsi basis yaitu

14 10 dengan meminimumkan average sum of square residual (ASR), untuk mendapatkan jumlah fungsi basis maksimum. 2) Langkah mundur Setelah mendapatkan jumlah fungsi basis maksimum, proses dilanjutkan ke tahap kedua atau langkah mundur yaitu tahap untuk menentukan ukuran fungsi basis yang layak. Pada tahap ini, dilakukan penghapusan fungsi basis yang kontribusinya terhadap nilai dugaan respon kecil sampai diperoleh perimbangan antara bias dan ragam serta model yang layak, yaitu dengan meminimumkan nilai generalized cross validation (GCV) yang diformulasikan pada persamaan (5). Semakin kecil GCV (semakin besar nilai GCV -1 ) dari suatu peubah, semakin penting peubah tersebut terhadap model yang dibangun. (1/ N) GCV ( M ) = [1 ( C( M )) / N] N ˆ 2 [ y f ( x )] i = 1 i M i 2 (5) di mana pembilang pada persamaan (5) adalah rataan jumlah kuadrat galat, N adalah jumlah pengamatan dan M menunjukkan jumlah himpunan bagian atau jumlah fungsi basis (nonkonstan) pada model MARS. Penyebutnya merupakan penalti fungsi model kompleks. Kriteria GCV adalah rataan jumlah kuadrat galat hasil pengepasan data (sebagai pembilang) dikali suatu penalti (merupakan kebalikan penyebut) yang menyebabkan kenaikan ragam sehubungan dengan meningkatnya kompleksitas model (jumlah fungsi basis M). Dengan modifikasi Friedman fungsi basis pada persamaan (4) dapat dinyatakan sebagai berikut: Km m ( x) [ skm. ( xv( k, m) tkm k = 1 B = )] (6) + Hasil modifikasi algoritma recursive partitioning adalah model MARS yang dinyatakan sebagai berikut: fˆ (x) = a 0 + M a m m= 1 K m k = 1 [ (x v(k,m) t km )] (7) s km. di mana a 0 adalah basis fungsi induk, a m adalah koefisien dari basis fungsi ke-m dan M merupakan maksimum basis fungsi (nonconstant basis fungsi). Koefisien

15 11 M { am} m= 1 ditentukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Friedman 1990). Persamaan (7) dapat ditulis dalam bentuk lain sebagai berikut: ˆ 2 y = B0 + B1 * BF1 + B2 * BF B k * BF k di mana: y = peubah respon B 0 B 1, B 2,, B k BF 1, BF 2,, BF k = konstanta = koefisien fungsi basis spline ke 1, 2,, k = fungsi basis ke 1, 2,, k 2.4 Pendeteksian Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh Pencilan merupakan elemen data yang tidak sesuai, sangat menyalahi atau tidak wajar, dibandingkan dengan mayoritas data (Martens dan Naes 1989). Pencilan dapat disebabkan oleh kesalahan dalam data, suatu komposisi atau status fisik yang ganjil dari objek yang dianalisis. Kesalahan dalam data dapat berupa gangguan, penyimpangan instrumen, kesalahan operator ataupun kesalahan pencetakan. Pendeteksian pengamatan berpengaruh terhadap nilai-nilai X dapat digunakan matriks H (hat matrix) yang didefinisikan sebagai: H = X(X X) -1 X Unsur ke-i pada diagonal utama matriks H yaitu h ii, biasanya dinamakan pengaruh (leverage) kasus ke-i merupakan ukuran jarak antara nilai X untuk pengamatan ke-i dan rataan X untuk semua pengamatan, yang diperoleh dari: di mana adalah vektor baris ke-i dari matriks X. Nilai h ii berkisar antara 0 dan 1 dan, dengan p adalah banyaknya koefisien regresi di dalam fungsi termasuk konstanta (Neter et al. 1990). Leverage ke-i yang besar menunjukkan bahwa pengamatan ke-i berada jauh dari pusat semua pengamatan X. Leverage ke-i dianggap besar atau dinyatakan sebagai pengamatan pencilan dan berpengaruh jika nilainya lebih dari dua kali rataan semua leverage (2p/n). Nilai h ii yang semakin besar menunjukkan semakin besar potensinya untuk berpengaruh (Aunuddin 1989).

16 12 Pendeteksian pencilan juga dapat dilakukan dengan menggunakan nilai R- student (externally studentized residual) yang didefinisikan sebagai: di mana: y i = nilai peubah tak bebas pada pengamatan ke-i = nilai pendugaan y i pada pengamatan ke-i s (-i) h ii = dugaan simpangan baku tanpa pengamatan ke-i = unsur ke-i dari diagonal matriks H R-student menyebar mengikuti sebaran t-student dengan derajat bebas (n-p-1). Suatu pengamatan dikatakan pencilan jika t > t (n-p-1;α/2) (Myers 1990). Pendeteksian pengamatan berpengaruh ditentukan berdasarkan nilai DFFITS dan Cook s D. DFFITS i merupakan suatu ukuran pengaruh yang ditimbulkan oleh pengamatan ke-i terhadap nilai dugaan apabila pengamatan ke-i dihapus. Nilai DFFITS i diperoleh dari rumus berikut: dengan adalah nilai dugaan y i tanpa pengamatan ke-i. Suatu pengamatan dikatakan berpengaruh apabila nilai DFFITS i >. Cook s D merupakan suatu ukuran pengaruh pengamatan ke-i terhadap semua koefisien regresi dugaan. Pada Cook s D, pengaruh pengamatan ke-i diukur oleh jarak D i. Jarak tersebut diperoleh dari rumus berikut: di mana: b -i = vektor koefisien regresi dugaan tanpa pengamatan ke-i b = vektor koefisien regresi dugaan termasuk pengamatan ke-i e = nilai sisaan pada pengamatan ke-i Suatu pengamatan merupakan pengamatan berpengaruh apabila mempunyai nilai D i > F (p;n-p; α) dengan taraf nyata α (Myers 1990). 2.5 Kriteria Kebaikan Model dan Validasi Model

17 13 Pemilihan model terbaik dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa kriteria kebaikan model pada data penyusun model dan data validasi. a) Kriteria kebaikan model pada data penyusun model menggunakan R 2 dan R 2 terkoreksi. b) Kriteria kebaikan model pada data validasi digunakan RMSEP (root mean square error of prediction) yang diformulasikan sebagai berikut: RMSEP = n i= 1 ( y yˆ ) di mana: n = banyaknya data validasi i n ŷ i = dugaan untuk data validasi y i i 2 Semakin besar R 2 atau R 2 terkoreksi maka model semakin baik. Sedangkan jika GCV dan RMSEP semakin kecil maka model yang diperoleh semakin baik.

18 III. DATA DAN METODE 3.1 Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Data nilai raport dan IPK mahasiswa IPB Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) angkatan 2003 sampai 2005 yaitu sebanyak 1041 mahasiswa. Nilai tes ini berupa nilai raport dari mahasiswa yang masuk IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB), yaitu nilai-nilai untuk mata pelajaran IPA. Nilai tes sebagai peubah prediktor sedangkan IPK sebagai peubah respon. Adapun pada data nilai tes masuk, peubah yang diukur adalah: Mat = matematika Bio = biologi Kim = kimia Fis = fisika 2. Data nilai tes masuk tahun ajaran 2006/2007 dan IPK dari 384 mahasiswa STAIN Purwokerto. IPK sebagai peubah respon (y), sedangkan nilai tes masuk sebagai peubah prediktor. Adapun pada data nilai tes masuk, peubah yang diukur adalah: IPA = ilmu pengetahuan agama IPU = ilmu pengetahuan umum Ar = bahasa arab Ing = bahasa inggris 3.2 Metode Analisis Simulasi Pencilan Sebelum dilakukan analisis data dengan menggunakan metode GAM dan MARS, akan dilakukan simulasi untuk mengetahui ke-robust-an dari kedua metode tersebut (GAM dan MARS) terhadap pencilan dan pengamatan berpengaruh. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Pengambilan sampel data secara acak sebanyak n buah (10%) dari data STAIN dan data IPB

19 15 2) Memodelkan data sampel tersebut dengan menggunakan MKT, GAM dan MARS. 3) Memeriksa pencilan berdasarkan nilai h ii dan R-student, serta pengamatan berpengaruh berdasarkan nilai DFFITS dan Cook s D. 4) Jika terdapat pencilan dan pengamatan berpengaruh maka pencilan dan pengamatan berpengaruh tersebut dibuang, kemudian data sampel kembali dimodelkan dengan menggunakan metode MKT, GAM dan MARS. 5) Langkah 1 sampai 5 diulangi sebanyak 30 kali (data sampel yang sudah diambil dikembalikan). 6) Membandingkan R 2 yang dihasilkan berdasarkan MKT, GAM dan MARS Pemeriksaan Asumsi dan Eksplorasi Data Data dibagi dua secara acak yaitu data untuk menyusun model (data penyusun model) dan data untuk validasi model (data validasi). Pada data penyusun model dilakukan beberapa langkah sebagai berikut: 1) Pembentukan model dengan menggunakan MKT, serta pemeriksaan asumsi kehomogenan ragam dan multikolinearitas. Pemeriksaan kehomogenan ragam dengan membuat plot sisaan dengan nilai dugaan. Jika hasil plot ini menunjukkan pola acak disekitar garis nol, maka asumsi kehomogenan ragam terpenuhi. Sedangkan multikolinearitas dilihat berdasarkan nilai VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF > 10 maka indikasi adanya multikolinear. 2) Eksplorasi data Eksplorasi dilakukan untuk melihat indikasi awal apakah ada pengaruh nonlinear pada data. Eksplorasi dilakukan dengan membuat plot matriks data Pemodelan GAM Analisis terhadap data dilanjutkan dengan menggunakan GAM dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menduga fungsi f j untuk mendapatkan model GAM: η = α + p f j ( xij ) ; i = 1, 2,, n dengan menggunakan algoritma backfitting. j= 1

20 16 2) Dari model aditif yang didapat, digambar grafik penduga parsial untuk melihat bentuk ketergantungan peubah respon terhadap masing-masing peubah bebas. 3) Data validasi digunakan untuk validasi model, sehingga diperoleh RMSEP. 4) Membuat plot IPK dengan IPK pred dan menghitung R 2 IPK vs IPKpred. Tahap analisis di atas dilakukan dengan bantuan paket program S-PLUS 8.0 dan Minitab Pemodelan MARS Setelah data dianalisis dengan menggunakan metode GAM, selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan metode MARS dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan lokasi dan jumlah knot berdasarkan pemilihan peubah pada langkah maju dan langkah mundur dengan menggunakan algoritma recursive partitioning yang dimodifikasi, hingga diperoleh model yang layak dan kontribusi peubah yang paling penting. 2) Data validasi digunakan untuk validasi model, sehingga diperoleh RMSEP. 3) Membuat plot IPK dengan IPK pred dan menghitung R 2 IPK vs IPKpred. Untuk mendapatkan model MARS, analisis data dilakukan dengan bantuan paket program MARS for windows versi 2.0 dan SPSS Perbandingan Model Setelah model GAM dan model MARS diperoleh, selanjutnya kedua model tersebut dibandingkan berdasarkan kriteria R 2, R 2 terkoreksi, RMSEP dan R 2 IPK vs IPKpred.

21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Data IPB Nilai raport mahasiswa FMIPA IPB, secara keseluruhan mempunyai ratarata > 80 (Tabel 1) dan sekitar 70% nilai berada di atas 80 untuk masing-masing mata pelajaran (Tabel 2). Sedangkan karakteristik nilai-nilai untuk IPK 2 mempunyai rata-rata 80 untuk masing-masing mata pelajaran (Tabel 3). Tabel 1 Nilai rata-rata, minimum dan maksimum mahasiswa FMIPA IPB Mata pelajaran Rata-rata Minimum Maksimum Biologi Fisika Kimia Matematika 81,664 80,989 81,366 81,231 70,133 70,000 70,000 70,000 90,000 90,000 91,000 91,000 Tabel 2 Prosentase berbagai nilai mahasiswa FMIPA IPB Nilai Prosentase (%) Biologi Fisika Kimia Matematika 70,000-74,999 75,000-79,999 80,000-84,999 85,000-89,999 90,000-94,999 1,25 28,72 50,14 19,31 0,58 5,86 26,22 56,20 11,43 0,29 8,26 23,53 46,49 20,08 1,63 1,73 29,01 54,18 13,74 1,34 Tabel 3 Karakteristik nilai-nilai mahasiswa FMIPA IPB untuk IPK 2 IPK Biologi Fisika Kimia Matematika 1,29 1,64 1,69 1,78 1,85 1,97 2,00 73,543 74,129 76,111 75,774 76,329 87,444 77,733 76,857 74,555 78,989 70,333 78,999 77,444 72,857 70,000 73,343 76,071 70,200 75,589 75,660 75,129 70,000 71,571 76,200 75,154 74,996 74,776 72,714 IPB memberikan batasan nilai minimal yang harus dipenuhi agar calon mahasiswa diterima melalui jalur USMI yaitu Biologi = 70, Fisika = 70, Kimia = 70 dan Matematika = 70. Namun, mahasiswa yang diterima mempunyai rata-rata

22 18 sudah di atas 80. Hal ini dikarenakan calon-calon mahasiswa yang mendaftar ke IPB sangat banyak, sehingga IPB lebih leluasa dalam menyeleksi Data STAIN Nilai tes mahasiswa STAIN secara keseluruhan mempunyai rata-rata > 35 (Tabel 3), 88,81% nilai berada di atas 40 untuk IPA, 31,77% nilai berada di atas 40 untuk IPU, 50,27% nilai berada di atas 40 untuk Ar dan 42,19% nilai berada di atas 40 untuk Ing (Tabel 4). Sedangkan karakteristik nilai-nilai untuk IPK 2 mempunyai rata-rata 30 untuk masing-masing bidang studi (Tabel 6). Tabel 4 Nilai rata-rata, minimum dan maksimum mahasiswa STAIN Bidang studi Rata-rata Minimum Maksimum IPA IPU Ar Ing 48,292 34,661 39,352 39,250 20,000 14,000 16,000 15,000 73,000 60,000 70,000 75,000 Tabel 5 Prosentase berbagai nilai mahasiswa STAIN Nilai Prosentase (%) IPA IPU Ar Ing < ,34 8,85 44,53 34,64 9,64 26,56 41,67 24,74 6,77 0,26 17,71 32,03 29,69 15,63 4,95 19,01 38,80 23,18 8,07 10,94 Tabel 6 Karakteristik nilai-nilai mahasiswa STAIN untuk IPK 2 IPK IPA IPU Ar Ing 1,69 1,76 1,81 1,95 2, STAIN memberikan batasan nilai minimal yang harus dipenuhi agar calon mahasiswa diterima melalui seleksi yaitu 40 untuk masing-masing bidang studi. Hal ini sesuai dengan kondisi nilai rata-rata mahasiswa yaitu 40 untuk masingmasing bidang studi (Tabel 4).

23 Simulasi Pencilan Hasil simulasi terhadap pencilan dari data IPB dan STAIN memperlihatkan bahwa metode GAM dan MARS robust terhadap pencilan, sedangkan MKT tidak. Hal ini terlihat dari R 2 GAM dan MARS yang relatif tidak berubah ketika ada pencilan atau tidak (Lampiran 1 dan Gambar 1), sehingga kedua metode ini lebih tepat digunakan untuk kedua data. 100 Boxplot of MKTP, MKTTP, GAMP, GAMTP, MARSP, MARSTP 90 R-square MKTP MKTTP GAMP GAMTP MARSP MARSTP MKTP = MKT dengan pencilan, MKTTP = MKT tanpa pencilan GAMP = GAM dengan pencilan, GAMTP = GAM tanpa pencilan MARSP = MARS dengan pencilan, MARSTP = MARS tanpa pencilan Gambar 1 Boxplot R 2 untuk MKT, GAM dan MARS dengan dan tanpa pencilan. 4.3 Data IPB GAM Analisis dengan menggunakan MKT untuk data mahasiswa IPB menghasilkan R 2 = 69,10%, R 2 terkoreksi = 68,80% dan nilai-nilai VIF yang lebih kecil dari 10 sehingga asumsi tidak adanya multikolinearitas dipenuhi. Analisis ini secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2. Pemeriksaan asumsi kehomogenan ragam dilakukan dengan membuat plot antara sisaan dengan nilai dugaan. Plot antara sisaan dengan nilai dugaan dari data IPB berpola acak (tidak berpola), yang mengindikasikan bahwa asumsi kehomogenan ragam dipenuhi (Gambar 2).

24 20 Residuals Versus the Fitted Values (response is IPK) Residual Fitted Value Gambar 2 Plot antara sisaan dan nilai dugaan data IPB. Langkah selanjutnya dilakukan eksplorasi terhadap data. Eksplorasi dilakukan untuk melihat indikasi awal apakah ada pengaruh nonlinear atau tidak, sehingga model GAM layak dicoba. Eksplorasi dilakukan dengan membuat plot matriks data. M a tr ix P lo t o f I P K v s B io, F is, K im, M a t IPK Bio 90 Fis Kim 90 M a t Gambar 3 Plot matriks data IPB. Gambar 3 memperlihatkan bahwa hubungan parsial antara peubah respon dengan masing-masing peubah bebas ada yang tidak linear, terutama terlihat dengan jelas pada peubah Biologi (Bio) dan Kimia (Kim). Oleh karena itu, dengan memperhatikan hasil plot matriks tersebut maka sudah selayaknya di dalam penentuan model pengaruh nonlinear ini diakomodasi. Sebab jika tidak dilakukan hal ini, maka model yang dihasilkan tidak cukup baik.

25 21 Dengan adanya petunjuk secara visual bahwa terdapat pengaruh nonlinear dari peubah bebas, maka dilakukan analisis lanjut terhadap data dengan menggunakan GAM. Model GAM mempunyai R 2 dan R 2 terkoreksi yang lebih besar daripada yang dihasilkan MKT yaitu R 2 = 82,32% dan R 2 terkoreksi = 81,75%. Hal ini berarti bahwa model GAM lebih mampu dalam menerangkan keragaman nilai peubah IPK. Hasil analisis dengan GAM dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 3. s(bio) s(fis) Bio Fis Gambar 4a Plot parsial peubah Biologi Gambar 4b Plot parsial peubah Fisika s(kim ) Kim s(m at) Mat Gambar 4c Plot parsial peubah Kimia Gambar 4d Plot parsial peubah Matematika Metode GAM juga menghasilkan grafik pengaruh parsial peubah bebas (Gambar 4). Grafik tersebut mempertegas hasil sebelumnya, di mana hubungan

26 22 antara respon dengan peubah bebas ada yang nonlinear. Dari Gambar 4 terlihat bahwa peubah Biologi, Kimia dan Matematika memberikan pengaruh nonlinear. Sedangkan peubah Fisika tidak menunjukkan pengaruh nonlinear karena grafiknya cenderung lurus. Setelah model GAM dibentuk dengan menggunakan data penyusun model, kemudian model divalidasi menggunakan data validasi, dalam kasus ini data yang digunakan untuk validasi sebanyak 520 data. Dari proses validasi diperoleh nilai dugaan dari model yang mencerminkan bentuk peubah asalnya. Nilai RMSEP yang dihasilkan dari data validasi sebesar 0,19875, nilai ini lebih kecil bila dibandingkan dengan RMSEP yang dihasilkan dari validasi MKT yaitu sebesar 0, Jadi, GAM mampu mereduksi RMSEP sebesar 11,40%, sehingga dapat dikatakan bahwa model yang dihasilkan GAM mempunyai kemampuan prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan hasil dari MKT MARS Analisis dengan menggunakan metode MARS menghasilkan model regresi sebagai berikut: Y = 4,044 0,044 * BF1 0,054 * BF2 + 0,095 * BF3 0,223 * BF4 + 0,049 * BF5 0,032 * BF8 0,029 * BF9 + 0,012 * BF10 0,011 * BF11 + 0,018 * BF13 0,074 * BF17 0,017 * BF20 Model regresi tersebut terdiri dari satu intersep dan 12 fungsi basis yang meliputi 7 interaksi level pertama dan 5 interaksi level dua. Nilai R 2 = 85,50% dan R 2 terkoreksi = 85,10%, di mana nilai-nilai ini merupakan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan R 2 dan R 2 terkoreksi yang dihasilkan oleh MKT ataupun GAM. Analisis ini secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Model regresi tersebut memberikan gambaran bahwa kontribusi peubah Mat (BF3) terhadap model sebesar 0,095 bila nilai Mat > 84,986. Sedangkan untuk interaksi level 2 seperti Kim dan Mat (BF9) memberikan arti bahwa fungsi basis ini memberikan kontribusi sebesar bila nilai peubah Kim > 82,999 dan Mat < 84,986. Peubah prediktor yang relatif penting dalam pembentukan model MARS untuk data IPB disajikan pada Tabel 7.

27 23 Tabel 7 Peringkat peubah yang relatif penting untuk data IPB Peringkat Peubah GCV Mat Bio Kim Fis 0,064 0,053 0,051 0,048 Tabel 7 memperlihatkan bahwa peubah Mat (Matematika) merupakan peubah yang mempunyai tingkat kepentingan paling tinggi dalam pembentukan model di antara peubah lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai GCV -1 yang paling besar yaitu 0,064 (terkecil untuk nilai GCV). Sedangkan peubah yang peringkat kepentingannya paling rendah adalah Fis (Fisika), hal ini ditunjukkan juga oleh nilai GCV -1 yang paling kecil yaitu 0,048. Peubah yang relatif penting memberikan arti bahwa peubah tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap kebaikan model, demikian sebaliknya. Nilai RMSEP yang dihasilkan dari data validasi dengan menggunakan MARS adalah sebesar 0, Nilai ini merupakan nilai RMSEP yang paling kecil bila dibandingkan dengan nilai RMSEP yang dihasilkan oleh GAM. Regresi IPK prediksi terhadap IPK data validasi menghasilkan R 2 = 79,8% untuk GAM dan R 2 = 80,0% untuk MARS. Plot IPK dan IPK prediksi yang paling mendekati pola garis lurus 45 melalui titik nol adalah plot IPK prediksi dan IPK untuk hasil MARS (Gambar 5). Hal ini menunjukkan bahwa nilai prediksi yang diperoleh MARS lebih dekat dengan nilai yang sebenarnya bila dibandingkan dengan nilai prediksi yang diperoleh GAM. Tabel 8 menyajikan hasil analisis beberapa model dengan menggunakan data penyusun model dan data validasi. Berdasarkan Tabel 8, model yang dihasilkan oleh MARS merupakan model yang paling baik dan mempunyai kemampuan prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan hasil dari GAM. Hal ini ditunjukkan dengan nilai R 2, R 2 terkoreksi, R 2 IPK vs IPKpred yang lebih besar dan RMSEP yang lebih kecil bila dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh GAM.

28 24 Plot IPK dan IPK Prediksi Variable IPK^MKT IPK^GAM IPK^MARS Garis 45 Y-Data MKT: R 2 =74,2% GAMs: R 2 =79,8% MARS: R 2 =80,0% IPK Gambar 5 Plot IPK dan IPK prediksi untuk data IPB dengan metode MKT, GAM dan MARS. Tabel 8 Nilai R 2, R 2 terkoreksi, RMSEP, R 2 IPK vs IPKpred dari model MKT, GAM dan MARS untuk data IPB Model R 2 R 2 terkoreksi RMSEP R 2 IPK vs IPKpred MKT 69,10% 68,80% 0, ,20% GAM 82,32% 81,75% 0, ,80% MARS 85,50% 85,10% 0, ,00% Penerapan Model untuk Prediksi IPK di IPB Model terbaik yang diperoleh yaitu model MARS akan digunakan dalam prediksi IPK dengan menggunakan beberapa nilai raport untuk mengetahui batasbatas nilai raport yang dapat menghasilkan IPK tertentu. Hal ini dilakukan dengan melakukan simulasi terhadap nilai-nilai raport, karena MARS belum bisa mengakomodasi prediksi terhadap peubah bebas jika peubah respon sudah ditentukan. Secara umum, jika nilai raport untuk tiga mata pelajaran ditetapkan sama dan nilai raport untuk satu mata pelajaran lainnya ditentukan (dengan diubahubah), maka mata pelajaran yang mempunyai pengaruh cukup tinggi terhadap IPK adalah Matematika (Gambar 6).

29 25 Plot IPK vs Nilai Variable IPK-Fis IPK-Bio IPK-Kim IPK-Mat 3.0 Y-Data Nilai Gambar 6 Plot IPK untuk berbagai kombinasi nilai raport Ada banyak kombinasi nilai-nilai raport yang mungkin untuk menghasilkan IPK = 2,00 dan 2,80, diantaranya adalah: 1. Untuk mencapai IPK = 2,00, nilai-nilai raport yang harus dipenuhi adalah: a. Biologi = 75, Fisika = 70, Kimia = 75 dan Matematika = 75. b. Biologi = 75, Fisika = 75, Kimia = 75 dan Matematika = Untuk mencapai IPK = 2,80, nilai-nilai raport yang harus dipenuhi adalah: a. Biologi = 80, Fisika = 70, Kimia = 80 dan Matematika = 80. b. Biologi = 80, Fisika = 75, Kimia = 80 dan Matematika = 80 (Lampiran 5). IPB memberikan batasan nilai minimal yang harus dipenuhi agar calon mahasiswa diterima melalui jalur USMI yaitu Biologi = 70, Fisika = 70, Kimia = 70 dan Matematika = 70. Secara harapan, jika mahasiswa berada dalam kondisi ini, maka dengan menggunakan model MARS akan menghasilkan nilai prediksi IPK sebesar 1,03. Namun, berdasarkan deskripsi data, rata-rata nilai raport mahasiswa IPB sudah di atas 80 (Tabel 1) dan prosentase mahasiswa yang nilai raportnya 70 untuk masing-masing mata pelajaran sangatlah kecil (Tabel 2). 4.4 Data STAIN GAM Analisis dengan menggunakan MKT untuk data mahasiswa STAIN menghasilkan R 2 = 77,90%, R 2 terkoreksi = 77,40% dan nilai-nilai VIF yang lebih kecil dari 10 sehingga asumsi tidak adanya multikolinearitas dipenuhi. Analisis ini secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6. Sedangkan pemeriksaan asumsi

30 26 kehomogenan ragam dilakukan dengan membuat plot antara sisaan dengan nilai dugaan. Plot antara sisaan dengan nilai dugaan berpola acak (tidak berpola), yang mengindikasikan bahwa asumsi kehomogenan ragam dipenuhi (Gambar 7) Residuals Versus the Fitted Values (response is IPK) 0.25 Residual Fitted V alue Gambar 7 Plot antara sisaan dan nilai dugaan data STAIN. Langkah selanjutnya dilakukan eksplorasi terhadap data. Eksplorasi dilakukan untuk melihat indikasi awal apakah ada pengaruh nonlinear atau tidak, sehingga model GAM layak dicoba. Eksplorasi dilakukan dengan membuat plot matriks data. Hasil dari plot tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. M atrix P lot of IP K v s IP A, IP U, A r, Ing IPK IP A 60 IP U A r 60 In g Gambar 8 Plot matriks data STAIN. Dari Gambar 8 terlihat bahwa hubungan parsial antara peubah respon dengan masing-masing peubah bebas ada yang tidak linear, terutama terlihat

31 27 dengan jelas pada peubah IPU dan Ing. Oleh karena itu, dengan memperhatikan hasil plot matriks tersebut maka sudah selayaknya di dalam penentuan model pengaruh nonlinear ini diakomodasi. Sebab jika tidak dilakukan hal ini, maka model yang dihasilkan tidak cukup baik. Dengan adanya petunjuk secara visual bahwa terdapat pengaruh nonlinear dari peubah bebas, maka dilakukan analisis lanjut terhadap data dengan menggunakan GAM. Model GAM mempunyai R 2 dan R 2 terkoreksi yang lebih besar daripada yang dihasilkan MKT yaitu R 2 = 83,75% dan R 2 terkoreksi = 82,27%. Hal ini berarti bahwa model GAM lebih mampu dalam menerangkan keragaman nilai peubah IPK. Hasil analisis dengan GAM dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 7. Metode GAM juga menghasilkan grafik pengaruh parsial peubah bebas (Gambar 9). Grafik tersebut mempertegas hasil sebelumnya, di mana hubungan antara respon dengan peubah bebas ada yang nonlinear. Dari Gambar 9 terlihat bahwa peubah IPU dan Ing memberikan pengaruh nonlinear. Sedangkan peubah IPA dan Ar tidak menunjukkan pengaruh nonlinear karena grafiknya cenderung lurus. s(ipa) s(ipu ) IPA IPU Gambar 9a Plot parsial peubah IPA Gambar 9b Plot parsial peubah IPU

32 28 s(ar) s(ing) Ar Ing Gambar 9c Plot parsial peubah Ar Gambar 9d Plot parsial peubah Ing Setelah model GAM dibentuk dengan menggunakan data penyusun model, kemudian model divalidasi menggunakan data validasi, dalam kasus ini data yang digunakan untuk validasi sebanyak 192 data. Dari proses validasi diperoleh nilai dugaan dari model yang mencerminkan bentuk peubah asalnya. Nilai RMSEP yang dihasilkan dari data validasi sebesar 0,180023, nilai ini lebih kecil bila dibandingkan dengan RMSEP yang dihasilkan dari validasi MKT yaitu sebesar 0, Jadi, GAM mampu mereduksi RMSEP sebesar 17,56%, sehingga dapat dikatakan bahwa model yang dihasilkan GAM mempunyai kemampuan prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan hasil dari MKT MARS Analisis dengan menggunakan metode MARS menghasilkan model regresi sebagai berikut: Y = 0, ,125 * BF1 0,040 * BF2 + 0,082 * BF3 + 0,003 * BF5 + 0,010 * BF6 + 0,009 * BF7 0,006 * BF8 + 0,020 * BF9 0,143 * BF10 0,012 * BF13 + 0,003 * BF15 0,040 * BF16 + 0,022 * BF18 0,003 * BF20 + 0,004 * BF22 + 0,003 * BF24 + 0,097 * BF25 + 0,007 * BF30; Model regresi tersebut terdiri dari satu intersep dan 18 fungsi basis yang meliputi 9 interaksi level pertama dan 9 interaksi level dua. Nilai R 2 = 89,20% dan R 2 terkoreksi = 88,10%, di mana nilai-nilai ini merupakan yang paling tinggi jika

33 29 dibandingkan dengan R 2 dan R 2 terkoreksi yang dihasilkan oleh MKT ataupun GAM. Analisis ini secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8. Model regresi tersebut memberikan gambaran bahwa kontribusi peubah IPA (BF1) terhadap model sebesar 0,125 bila nilai IPA > 20. Sedangkan untuk interaksi level 2 seperti IPA dan Ing (BF5) memberikan arti bahwa fungsi basis ini memberikan kontribusi sebesar 0,003 bila nilai peubah IPA < 43 dan Ing > 39. Peubah prediktor yang relatif penting dalam pembentukan model MARS untuk data STAIN disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Peringkat peubah yang relatif penting untuk data STAIN Peringkat Peubah GCV IPA Ing IPU Ar 0,064 0,040 0,033 0,030 Tabel 9 memperlihatkan bahwa peubah IPA (Ilmu Pengetahuan Agama) merupakan peubah yang relatif penting di antara peubah lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai GCV -1 yang paling besar yaitu 0,064 (terkecil untuk nilai GCV). Sedangkan peubah yang peringkat kepentingannya paling rendah adalah Ar (Arab) dengan nilai GCV -1 paling kecil yaitu 0,030. Peubah yang relatif penting memberikan arti bahwa peubah tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap kebaikan model, demikian sebaliknya. Nilai RMSEP yang dihasilkan dari data validasi dengan menggunakan MARS adalah sebesar 0, Nilai ini merupakan nilai RMSEP yang paling kecil bila dibandingkan dengan nilai RMSEP yang dihasilkan oleh GAM. Regresi IPK prediksi terhadap IPK data validasi menghasilkan R 2 sebesar 67,5% untuk MKT, R 2 = 77,9% untuk GAM dan R 2 = 78,8% untuk MARS. Plot IPK dan IPK prediksi yang paling mendekati pola garis lurus 45 melalui titik nol adalah plot IPK dan IPK prediksi untuk hasil MARS (Gambar 10). Hal ini menunjukkan bahwa nilai prediksi yang diperoleh MARS lebih dekat dengan nilai yang sebenarnya bila dibandingkan dengan nilai prediksi yang diperoleh GAM.

34 Plot IPK dan IPK Prediksi Variable IPK^MKT IPK^GAM IPK^MARS Garis Y-Data MKT: R 2 =67,5% GAMs: R 2 =77,9% MARS: R 2 =78,8% IPK Gambar 10 Plot IPK dan IPK prediksi untuk data STAIN dengan metode MKT, GAM dan MARS. Tabel 10 menyajikan hasil analisis beberapa model dengan menggunakan data penyusun model dan data validasi. Berdasarkan Tabel 10, model yang dihasilkan oleh MARS merupakan model yang paling baik dan mempunyai kemampuan prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan hasil dari GAM. Hal ini ditunjukkan dengan nilai R 2, R 2 terkoreksi dan R 2 IPK vs IPKpred yang lebih besar dan RMSEP yang lebih kecil bila dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh GAM. Tabel 10 Nilai R 2, R 2 terkoreksi, RMSEP dan R 2 IPK vs IPKpred dari model MKT, GAM dan MARS untuk data STAIN Model R 2 R 2 terkoreksi RMSEP R 2 IPK vs IPKpred MKT 77,90% 77,40% 0, ,50% GAM 83,75% 82,27% 0, ,90% MARS 89,20% 88,10% 0, ,80% Penerapan Model untuk Prediksi IPK di STAIN Model terbaik yang diperoleh yaitu model MARS akan digunakan dalam prediksi IPK dengan menggunakan beberapa nilai tes untuk mengetahui batasbatas nilai tes yang dapat menghasilkan IPK > 2,75. Hal ini dilakukan dengan melakukan simulasi terhadap nilai-nilai tes, karena MARS belum bisa mengakomodasi prediksi terhadap peubah bebas jika peubah respon sudah

35 31 ditentukan. Secara umum, jika nilai tes untuk tiga bidang studi ditetapkan sama dan nilai tes untuk satu bidang studi lainnya ditentukan (dengan diubah-ubah), maka bidang studi yang mempunyai pengaruh cukup tinggi terhadap IPK adalah IPA (Gambar 11) Plot IPK vs Nilai Variable IPK-Ar IPK-Ing IPK-IPU IPK-IPA Y-Data Nilai Gambar 11 Plot IPK untuk berbagai kombinasi nilai tes. Ada banyak kombinasi nilai-nilai tes yang mungkin untuk menghasilkan IPK > 2,75, diantaranya adalah: 1. Untuk mencapai IPK = 2,80, nilai-nilai tes yang harus dipenuhi adalah: a. IPA = 40, IPU = 35, Ar = 35 dan Ing = 35. b. IPA = 37, IPU = 35, Ar = 35 dan Ing = Untuk mencapai IPK = 3,00, nilai-nilai tes yang harus dipenuhi adalah: a. IPA = 40, IPU = 40, Ar = 40 dan Ing = 40. b. IPA = 50, IPU = 35, Ar = 35 dan Ing = 35 (Lampiran 9). Jika STAIN akan memberikan batasan nilai minimal yang harus dipenuhi agar calon mahasiswa diterima berdasarkan tes seleksi, maka sebaiknya adalah IPA = 40, IPU = 35, Ar = 35 dan Ing = 35. Secara harapan, jika mahasiswa berada dalam kondisi ini, maka dengan menggunakan model MARS akan menghasilkan nilai prediksi IPK sebesar 2,80. Sehingga untuk menjaring calon mahasiswa dengan prediksi IPK > 2,75, nilai-nilai tes yang harus dipenuhi ini sudah cukup baik, karena berdasarkan deskripsi data, rata-rata nilai tes mahasiswa STAIN adalah 40 (Tabel 4) dan prosentase mahasiswa yang nilai tesnya < 40 untuk masing-masing bidang studi sangatlah kecil (Tabel 5).

36 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap data IPB dan data STAIN dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Hasil simulasi terhadap pencilan memperlihatkan bahwa metode GAM dan MARS robust terhadap pencilan. 2. Pada data IPB, peubah Biologi, Fisika, Kimia dan Matematika mempunyai pengaruh yang nyata terhadap nilai peubah IPK. 3. Pada data STAIN, peubah Ilmu Pengetahuan Agama, Ilmu Pengetahuan Umum, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris mempunyai pengaruh yang nyata terhadap nilai peubah IPK. 4. MARS menghasilkan model yang lebih baik dari GAM dan mempunyai kemampuan prediksi yang lebih baik pula. Hal ini ditunjukkan dengan nilai R 2, R 2 terkoreksi dan R 2 IPK vs IPKpred yang lebih besar dan RMSEP yang lebih kecil bila dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh GAM. 5. Jika diharapkan calon mahasiswa IPB dengan prediksi IPK > 2,00, maka batas seleksi nilai raport yang sebaiknya digunakan adalah Biologi, Kimia dan Matematika masing-masing 75, sedangkan Fisika Jika diharapkan calon mahasiswa STAIN dengan prediksi IPK > 2,75, maka batas seleksi nilai tes yang sebaiknya digunakan adalah IPA = 40, IPU = 35, Ar = 35 dan Ing = Saran 1. Prediksi terhadap salah satu peubah bebas dapat dilakukan jika peubah respon dan beberapa peubah bebas yang lain diketahui. Hal-hal tersebut pada metode GAM dan MARS belum bisa diakomodasi, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut. 2. Agar model MARS menghasilkan proyeksi 0 IPK 4, disarankan input nilai berada dalam selang 67 nilai 100 pada masing-masing bidang studi untuk data IPB dan 10 nilai 80 untuk data STAIN.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Regresi 2.2 Model Aditif Terampat ( Generalized additive models , GAM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Regresi 2.2 Model Aditif Terampat ( Generalized additive models , GAM) II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode Regresi Analisis regresi merupakan bagian dalam analisis statistika yang digunakan untuk memodelkan hubungan antara peubah tidak bebas (respon) dengan satu atau beberapa peubah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tingkat Penerimaan Masyarakat terhadap Bank Syariah

TINJAUAN PUSTAKA. Tingkat Penerimaan Masyarakat terhadap Bank Syariah 4 TINJAUAN PUSTAKA Pangsa Pasar Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2009 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, pangsa pasar adalah persentase nilai jual atau

Lebih terperinci

5 MODEL ADITIF VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS

5 MODEL ADITIF VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS 5 MODEL ADITIF VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS Pendahuluan Pada model VARX hubungan peubah penjelas dengan peubah respon bersifat parametrik. Stone (1985) mengemukakan pemodelan yang bersifat fleksibel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Model Regresi Linier Ganda

TINJAUAN PUSTAKA. Model Regresi Linier Ganda TINJAUAN PUSTAKA Model Regresi Linier Ganda Hubungan antara y dan X dalam model regresi linier umum adalah y = X ß + e () dengan y merupakan vektor pengamatan pada peubah respon (peubah tak bebas) berukuran

Lebih terperinci

6. PENGGUNAAN REGRESI SPLINES ADAPTIF BERGANDA UNTUK STATISTICAL DOWNSCALING LUARAN GCM

6. PENGGUNAAN REGRESI SPLINES ADAPTIF BERGANDA UNTUK STATISTICAL DOWNSCALING LUARAN GCM 6. PENGGUNAAN REGRESI SPLINES ADAPTIF BERGANDA UNTUK STATISTICAL DOWNSCALING LUARAN GCM 6.1 Pendahuluan Model regresi SD dinyatakan y = f(x) ε dimana y adalah peubah respon (curah hujan observasi, beresolusi

Lebih terperinci

PEMILIHAN PARAMETER PENGHALUS DALAM REGRESI SPLINE LINIER. Agustini Tripena Br.Sb.

PEMILIHAN PARAMETER PENGHALUS DALAM REGRESI SPLINE LINIER. Agustini Tripena Br.Sb. JMP : Volume 3 Nomor 1, Juni 2011 PEMILIHAN PARAMETER PENGHALUS DALAM REGRESI SPLINE LINIER Agustini Tripena Br.Sb. Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Indonesia ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang berjudul Penerapan Metode Multivariate Adaptive Regression Splines

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang berjudul Penerapan Metode Multivariate Adaptive Regression Splines BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Penelitian tentang MARS telah banyak dilakukan. Salah satunya yaitu penelitian yang berjudul Penerapan Metode Multivariate Adaptive Regression Splines

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN. Disusun Oleh : NOVIA AGUSTINA. Skripsi. Jurusan Statistika Fakultas Sains dan Matematika Undip

PEMODELAN DATA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN. Disusun Oleh : NOVIA AGUSTINA. Skripsi. Jurusan Statistika Fakultas Sains dan Matematika Undip PEMODELAN DATA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN REGRESI PENALIZED SPLINE Disusun Oleh : NOVIA AGUSTINA 24010211130039 Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan hubungan fungsional antara variabel respon dengan satu atau beberapa variabel prediktor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Model regresi yang baik memerlukan data yang baik pula. Suatu data dikatakan baik apabila data tersebut berada di sekitar garis regresi. Kenyataannya, terkadang terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Belajar Menurut Dalyono (2007), ada beberapa definisi belajar dari para ahli, antara lain, yaitu: a) Witherington, dalam buku educational psychology mengemukakan:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu peubah prediktor dengan satu peubah respon disebut analisis regresi linier

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu peubah prediktor dengan satu peubah respon disebut analisis regresi linier BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi pertama kali dikembangkan oleh Sir Francis Galton pada abad ke-19. Analisis regresi dengan satu peubah prediktor dan satu peubah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN ROBPCA DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS DAN PENCILAN PADA REGRESI LINEAR BERGANDA

PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN ROBPCA DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS DAN PENCILAN PADA REGRESI LINEAR BERGANDA E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.4, Nopember 2013, 1-5 ISSN: 2303-1751 PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN ROBPCA DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS DAN PENCILAN PADA REGRESI LINEAR BERGANDA NI WAYAN

Lebih terperinci

REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED DENGAN SOFTWARE R. Abstract. Keywords: Spline Truncated, GCV, Software R.

REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED DENGAN SOFTWARE R. Abstract. Keywords: Spline Truncated, GCV, Software R. REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED DENGAN SOFTWARE R Tiani Wahyu Utami 1), Alan Prahutama 2) 1 Program studi Statistika, FMIPA, Universitas Mumammadiyah Semarang email: tianiutami@unimus.ac.id 2 Departemen

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KELULUSAN MAHASISWA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO MENGGUNAKAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS)

KLASIFIKASI KELULUSAN MAHASISWA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO MENGGUNAKAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) KLASIFIKASI KELULUSAN MAHASISWA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO MENGGUNAKAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) SKRIPSI Disusun oleh : RIZAL YUNIANTO GHOFAR 240102101410029

Lebih terperinci

Analisis Regresi Spline Kuadratik

Analisis Regresi Spline Kuadratik Analisis Regresi Spline Kuadratik S 2 Oleh: Agustini Tripena Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknik, Univesitas Jenderal Soedirman, Purwokerto tripena1960@yahoo.co.id Abstrak Regresi spline

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini diuraikan beberapa tinjauan pustaka sebagai landasan teori pendukung penulisan penelitian ini. 2.1 Analisis Regresi Suatu pasangan peubah acak seperti (tinggi, berat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis statistika yang paling banyak digunakan. Pada kejadian sehari hari terdapat hubungan sebab akibat yang muncul,

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI NONPARAMETRIK DENGAN B SPLINE DAN MARS SARAH MAHDIA

PEMODELAN REGRESI NONPARAMETRIK DENGAN B SPLINE DAN MARS SARAH MAHDIA PEMODELAN REGRESI NONPARAMETRIK DENGAN B SPLINE DAN MARS SARAH MAHDIA 090823001 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 PERSETUJUAN Judul

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL REGRESI SPLINE TERBAIK. Agustini Tripena 1

PENENTUAN MODEL REGRESI SPLINE TERBAIK. Agustini Tripena 1 PENENTUAN MODEL REGRESI SPLINE TERBAIK Agustini Tripena 1 1) Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknik, Univesitas Jenderal Soedirman, Purwokerto tripena1960@yahoo.co.id Abstrak Pada paper ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan

TINJAUAN PUSTAKA. Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Matriks 2.1.1 Matriks Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan dalam susunan itu disebut anggota dalam matriks tersebut. Suatu

Lebih terperinci

PEMODELAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) PADA FAKTOR-FAKTOR RESIKO ANGKA KESAKITAN DIARE

PEMODELAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) PADA FAKTOR-FAKTOR RESIKO ANGKA KESAKITAN DIARE PEMODELAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) PADA FAKTOR-FAKTOR RESIKO ANGKA KESAKITAN DIARE (Studi Kasus : Angka kesakitan Diare di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian pertama bab ini diberikan tinjauan pustaka yang berisi penelitian sebelumnya yang mendasari penelitian ini Pada bagian kedua bab ini diberikan teori penunjang yang berisi

Lebih terperinci

BAB III REGRESI SPLINE = + dimana merupakan fungsi pemulus yang tidak spesifik, dengan adalah

BAB III REGRESI SPLINE = + dimana merupakan fungsi pemulus yang tidak spesifik, dengan adalah BAB III REGRESI SPLINE 3.1 Fungsi Pemulus Spline yaitu Fungsi regresi nonparametrik yang telah dituliskan pada bab sebelumnya = + dimana merupakan fungsi pemulus yang tidak spesifik, dengan adalah faktor

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BOOTSTRAP RESIDUAL DALAM MENGATASI BIAS PADA PENDUGA PARAMETER ANALISIS REGRESI

PENERAPAN METODE BOOTSTRAP RESIDUAL DALAM MENGATASI BIAS PADA PENDUGA PARAMETER ANALISIS REGRESI PENERAPAN METODE BOOTSTRAP RESIDUAL DALAM MENGATASI BIAS PADA PENDUGA PARAMETER ANALISIS REGRESI Ni Made Metta Astari 1, Ni Luh Putu Suciptawati 2, I Komang Gde Sukarsa 3 1 Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Regresi 2. Pokok Bahasan : Asumsi sisaan dan penanganannya

Analisis Regresi 2. Pokok Bahasan : Asumsi sisaan dan penanganannya Analisis Regresi 2 Pokok Bahasan : Asumsi sisaan dan penanganannya Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan asumsi-asumsi yang melandasi analisis regresi linier sederhana dan berganda,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA = (2.2) =

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA = (2.2) = BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Regresi Linear Berganda Regresi linear berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya dihubungkan atau dijelaskan dengan lebih dari satu variabel bebas,,, dengan syarat

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI SPLINE (Studi Kasus: Herpindo Jaya Cabang Ngaliyan)

PEMODELAN REGRESI SPLINE (Studi Kasus: Herpindo Jaya Cabang Ngaliyan) PEMODELAN REGRESI SPLINE (Studi Kasus: Herpindo Jaya Cabang Ngaliyan) I Made Budiantara Putra 1, I Gusti Ayu Made Srinadi 2, I Wayan Sumarjaya 3 1 Jurusan Matematika, Fakultas MIPA - Universitas Udayana

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Koreksi Pencaran Multiplikatif Data persen transmitan diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan FTIR pada 1866 bilangan gelombang yang berkisar antara 4000 400 cm -1. Grafik

Lebih terperinci

PEMODELAN KURS RUPIAH TERHADAP MATA UANG EURO DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE. Sulton Syafii Katijaya 1, Suparti 2, Sudarno 3.

PEMODELAN KURS RUPIAH TERHADAP MATA UANG EURO DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE. Sulton Syafii Katijaya 1, Suparti 2, Sudarno 3. PEMODELAN KURS RUPIAH TERHADAP MATA UANG EURO DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE Sulton Syafii Katijaya 1, Suparti 2, Sudarno 3 1 Mahasiswa Jurusan Statistika FSM UNDIP 2,3 Staff Pengajar Jurusan Statistika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapatkan model dan faktor-faktornya, terlebih dahulu akan dibahas. bagaimana mendapatkan sampel dalam penelitian ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapatkan model dan faktor-faktornya, terlebih dahulu akan dibahas. bagaimana mendapatkan sampel dalam penelitian ini. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hasil dari penelitian yang meliputi model terbaik dari indeks prestasi kumulatif mahasiswa dan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1 PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis hubungan fungsional antara variabel prediktor ( ) dan variabel

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis hubungan fungsional antara variabel prediktor ( ) dan variabel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan fungsional antara variabel prediktor ( ) dan variabel respon ( ), dimana

Lebih terperinci

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1 PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hardle (1994) analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hardle (1994) analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Menurut Hardle (1994) analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan hubungan antara variabel respon dengan satu atau beberapa variabel

Lebih terperinci

STK 511 Analisis statistika. Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi

STK 511 Analisis statistika. Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi STK 511 Analisis statistika Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi 1 Pendahuluan Kita umumnya ingin mengetahui hubungan antar peubah Analisis Korelasi digunakan untuk melihat keeratan hubungan linier antar

Lebih terperinci

RMSE = dimana : y = nilai observasi ke-i V PEMBAHASAN. = Jenis kelamin responden (GENDER) X. = Pendidikan responden (EDU) X

RMSE = dimana : y = nilai observasi ke-i V PEMBAHASAN. = Jenis kelamin responden (GENDER) X. = Pendidikan responden (EDU) X pembilang persamaan (3) adalah rataan jumlah kuadrat galat, N jumlah pengamatan dan M jumlah himpunan bagian. Penyebutnya merupakan fungsi nilai kompleks, dengan C(M) adalah nilai kompleksitas model yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, ekonomi, ilmu-ilmu pengetahuan sosial, kesehatan, dan biologi.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, ekonomi, ilmu-ilmu pengetahuan sosial, kesehatan, dan biologi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis regresi telah diterapkan pada berbagai bidang, seperti administrasi bisnis, ekonomi, ilmu-ilmu pengetahuan sosial, kesehatan, dan biologi. Keberhasilan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Metode klasifikasi merupakan salah satu metode statistika untuk mengelompok atau mengklasifikasi suatu data yang disusun secara sistematis ke dalam suatu kelompok sehingga

Lebih terperinci

Model Regresi Dummy dalam Memprediksi Performansi Akademik Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA UNP

Model Regresi Dummy dalam Memprediksi Performansi Akademik Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA UNP Model Regresi Dummy dalam Memprediksi Performansi Akademik Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA UNP Nonong Amalita, Yenni Kurniawati Jurusan Matematika FMIPA UNP E-mail: nongamalita@yahoo.com Abstrak. Performansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki hubungan di antara dua atau lebih peubah prediktor X terhadap peubah

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki hubungan di antara dua atau lebih peubah prediktor X terhadap peubah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis regresi linier berganda merupakan analisis yang digunakan untuk menyelidiki hubungan di antara dua atau lebih peubah prediktor X terhadap peubah respon Y yang

Lebih terperinci

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Vol. 14, No. 1, 93-99, Juli 2017 Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Nurhasanah Abstrak Regresi berganda dengan peubah bebas saling berkorelasi (multikolinearitas)

Lebih terperinci

Jurnal Gradien Vol. 10 No. 1 Januari 2014 : 957-962 Analisis Model Regresi Linear Berganda dengan Metode Response Surface * Henoh Bayu Murti, Dian Kurniasari, Widiarti Jurusan Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Regresi merupakan salah satu teknik analisis statistika yang paling banyak digunakan. Banyak sekali teknik analisis statistika yang diturunkan atau didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan ilmu statistika sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan semakin tidak terelakkan lagi, banyak bidang keilmuan yang tidak terpisahkan dari

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB 2016 Hal : 1 7 ISBN :

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB 2016 Hal : 1 7 ISBN : Hal : 1 7 ISBN : 978-62-8853-29-3 MODEL LINIER BERDASARKAN SEBARAN GAMMA DENGAN REGULARISASI PERSENTIL L1 DAN L2 UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN EKSTRIM (Linear Model based on Gamma Distribution with Percentile

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

Jurnal Matematika Vol. 3 No. 1, Juli ISSN :

Jurnal Matematika Vol. 3 No. 1, Juli ISSN : Jurnal Matematika Vol. 3 No. 1, Juli 2013. ISSN : 1693-1394 Pemodelan Angka Harapan Hidup di Provinsi Jawa Timur Tahun 2007 dan 2011 Berdasarkan Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah, dan Pengeluaran

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN REGRESI PENALIZED SPLINE

PEMODELAN DATA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN REGRESI PENALIZED SPLINE ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman 603-612 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMODELAN DATA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN REGRESI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE MCD-BOOTSTRAP DAN LAD- BOOTSTRAP DALAM MENGATASI PENGARUH PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

PERBANDINGAN METODE MCD-BOOTSTRAP DAN LAD- BOOTSTRAP DALAM MENGATASI PENGARUH PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA PERBANDINGAN METODE MCD-BOOTSTRAP DAN LAD- BOOTSTRAP DALAM MENGATASI PENGARUH PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA Ni Luh Putu Ratna Kumalasari 1, Ni Luh Putu Suciptawati 2,, Made Susilawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Singkatnya, statistika adalah

Lebih terperinci

Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang parameter suatu populasi.

Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang parameter suatu populasi. PERTEMUAN 9-10 PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang parameter suatu populasi. Apa itu parameter? Parameter adalah ukuran-ukuran. Rata-rata penghasilan karyawan di kota binjai adalah

Lebih terperinci

Efektivitas Metode Regresi Robust Penduga Welsch dalam Mengatasi Pencilan pada Pemodelan Regresi Linear Berganda

Efektivitas Metode Regresi Robust Penduga Welsch dalam Mengatasi Pencilan pada Pemodelan Regresi Linear Berganda Jurnal Penelitian Sains Volume 1 Nomer 1(A) 1101 Efektivitas Metode Regresi Robust Penduga Welsch dalam Mengatasi Pencilan pada Pemodelan Regresi Linear Berganda Dian Cahyawati S. 1), Hadi Tanuji ), dan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE MULTIVARIAT UNTUK PEMODELAN INDIKATOR KEMISKINAN DI INDONESIA

ANALISIS REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE MULTIVARIAT UNTUK PEMODELAN INDIKATOR KEMISKINAN DI INDONESIA E-Jurnal Matematika Vol. 5 (3), Agustus 2016, pp. 111-116 ISSN: 2303-1751 ANALISIS REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE MULTIVARIAT UNTUK PEMODELAN INDIKATOR KEMISKINAN DI INDONESIA Desak Ayu Wiri Astiti 1, I

Lebih terperinci

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA DATA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI INDONESIA. 1. Pendahuluan

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA DATA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI INDONESIA. 1. Pendahuluan MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA DATA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI INDONESIA Kornelius Ronald Demu, Dewi Retno Sari Saputro, Purnami Widyaningsih Program Studi Matematika FMIPA

Lebih terperinci

PEMODELAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI SPLINE

PEMODELAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI SPLINE PEMODELAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI SPLINE SKRIPSI Disusun oleh SETA SATRIA UTAMA 24010210120004 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kata Kunci: Penciri Tingkat Kesejahteraan, Kemiskinan, bagging MARS

Kata Kunci: Penciri Tingkat Kesejahteraan, Kemiskinan, bagging MARS Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 4 Hal. 34 42 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENCIRI TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN BOOTSTRAP AGREGATING

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel prediktor terhadap variabel respons. Hubungan fungsional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel prediktor terhadap variabel respons. Hubungan fungsional BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Dalam ilmu statistika, metode yang dapat digunakan untuk menganalisis pola hubungan antara satu variabel atau lebih dengan satu variabel atau lebih lainnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Simulasi Plot pencaran titik data antara peubah respon dengan peubah penjelas dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar tersebut mengungkapkan bahwa secara keseluruhan pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menaksir pola hubungan antara variabel prediktor atau

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menaksir pola hubungan antara variabel prediktor atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis regresi merupakan salah satu analisis dalam statistika yang dipergunakan untuk menaksir pola hubungan antara variabel prediktor atau variabel bebas X dengan

Lebih terperinci

Analisis Model Regresi Linear Berganda dengan Metode Response Surface

Analisis Model Regresi Linear Berganda dengan Metode Response Surface Jurnal Gradien Vol. 10 No. 1 Januari 2014 : 957-962 Analisis Model Regresi Linear Berganda dengan Metode Response Surface * Henoh Bayu Murti, Dian Kurniasari, Widiarti Jurusan Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

GENERALIZED CROSS VALIDATION DALAM REGRESI SMOOTHING SPLINE

GENERALIZED CROSS VALIDATION DALAM REGRESI SMOOTHING SPLINE Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 3 (2013), hal 191 196. GENERALIZED CROSS VALIDATION DALAM REGRESI SMOOTHING SPLINE Andi Sayuti, Dadan Kusnandar, Muhlasah Novitasari Mara

Lebih terperinci

Aplikasi Spline Kuadrat Terkecil dalam Pemodelan Pertumbuhan Anak Berdasarkan Indeks Antropometri

Aplikasi Spline Kuadrat Terkecil dalam Pemodelan Pertumbuhan Anak Berdasarkan Indeks Antropometri Vol. 6, No.1, 0-8, Juli 009 Aplikasi Spline Kuadrat Terkecil dalam Pemodelan Pertumbuhan Anak Berdasarkan Indeks Antropometri Wahidah Sanusi Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengestimasi model pertumbuhan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Komponen Akreditasi, Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS)

Kata Kunci: Komponen Akreditasi, Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS) Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 44 53 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENERAPAN METODE MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) UNTUK MENGIDENTIFIKASI KOMPONEN YANG BERPENGARUH

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE REGRESI NON PARAMETRIK B-SPLINE

ANALISIS INFLASI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE REGRESI NON PARAMETRIK B-SPLINE ANALISIS INFLASI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE REGRESI NON PARAMETRIK B-SPLINE SKRIPSI Oleh : ALVITA RACHMA DEVI 24010210120017 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KELULUSAN MAHASISWA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO MENGGUNAKAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS)

KLASIFIKASI KELULUSAN MAHASISWA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO MENGGUNAKAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 839-848 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian KLASIFIKASI KELULUSAN MAHASISWA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab II dalam penelitian ini terdiri atas analisis regresi, deret Fourier, FDA, estimasi parameter pada analisis data dan estimasi parameter pada roughness penalty. 2. Analisis Regresi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uji Kecukupan Sampel Dalam melakukan penelitian ini yang berhubungan dengan kecukupan sampel maka langkah awal yang harus dilakukan adalah pengujian terhadap jumlah sampel. Pengujian

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN PENGAMATAN PENCILAN DAN BERPENGARUH DENGAN METODE PENGARUH LOKAL GOSEN SITANGGANG

PENDETEKSIAN PENGAMATAN PENCILAN DAN BERPENGARUH DENGAN METODE PENGARUH LOKAL GOSEN SITANGGANG PENDETEKSIAN PENGAMATAN PENCILAN DAN BERPENGARUH DENGAN METODE PENGARUH LOKAL GOSEN SITANGGANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Analisis Regresi: Regresi Linear Berganda

Analisis Regresi: Regresi Linear Berganda Analisis Regresi: Regresi Linear Berganda Pengantar Pada sesi sebelumnya kita hanya menggunakan satu buah X, dengan model Y = b 0 + b 1 X 0 1 Dalam banyak hal, yang mempengaruhi X bisa lebih dari satu.

Lebih terperinci

PEMODELAN KASUS KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI NONPARAMETRIK METODE B-SPLINE

PEMODELAN KASUS KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI NONPARAMETRIK METODE B-SPLINE PEMODELAN KASUS KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI NONPARAMETRIK METODE B-SPLINE SKRIPSI Disusun Oleh : ANISA SEPTI RAHMAWATI 24010212140046 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan TINJAUAN PUSTAKA Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan memodelkan hubungan diantara peubah-peubah, yaitu peubah tak bebas (respon) dan

Lebih terperinci

PEMODELAN KASUS KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI NONPARAMETRIK METODE B-SPLINE ABSTRACT

PEMODELAN KASUS KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI NONPARAMETRIK METODE B-SPLINE ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman 11-20 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMODELAN KASUS KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 2 5. Pemilihan Pohon Contoh BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pohon contoh yang digunakan dalam penyusunan tabel volume ini adalah jenis nyatoh (Palaquium spp.). Berikut disajikan tabel penyebaran pohon contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin majunya peradaban, banyak pihak dalam berbagai bidang memerlukan suatu alat untuk memodelkan suatu data ke dalam suatu fungsi yang dapat dipergunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kalibrasi Ganda Regresi Kuadrat Terkecil Parsial ( Partial Least Squares/PLS) 1. Model PLS

TINJAUAN PUSTAKA Kalibrasi Ganda Regresi Kuadrat Terkecil Parsial ( Partial Least Squares/PLS) 1. Model PLS TINJAUAN PUSTAKA Kalibrasi Ganda Kalibrasi adalah suatu fungsi matematik dengan data empirik dan pengetahuan untuk menduga informasi pada Y yang tidak diketahui berdasarkan informasi pada X yang tersedia

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TINGKAT AKURASI REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE DAN REGRESI NONPARAMETRIK KERNEL PADA PERTUMBUHAN BALITA DI KOTA SURAKARTA

PERBANDINGAN TINGKAT AKURASI REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE DAN REGRESI NONPARAMETRIK KERNEL PADA PERTUMBUHAN BALITA DI KOTA SURAKARTA PERBANDINGAN TINGKAT AKURASI REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE DAN REGRESI NONPARAMETRIK KERNEL PADA PERTUMBUHAN BALITA DI KOTA SURAKARTA Febriani Astuti, Kartiko, Sri Sulistijowati Handajani Jurusan Matematika

Lebih terperinci

oleh FAIFAR NUR CHAYANINGTYAS M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

oleh FAIFAR NUR CHAYANINGTYAS M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika MODEL REGRESI B-SPLINE PADA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DI INDONESIA oleh FAIFAR NUR CHAYANINGTYAS M0112032 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

PREDIKSI INFLASI DI INDONESIA MENGGUNAKAN REGRESI NONPARAMETRIK B-SPLINE

PREDIKSI INFLASI DI INDONESIA MENGGUNAKAN REGRESI NONPARAMETRIK B-SPLINE PREDIKSI INFLASI DI INDONESIA MENGGUNAKAN REGRESI NONPARAMETRIK B-SPLINE Annita Nur Kusumastuti, Sri Sulistijowati Handajani, dan Respatiwulan Program Studi Matematika FMIPA UNS ABSTRAK. Inflasi identik

Lebih terperinci

BAB III CONTOH KASUS. Pada bab ini akan dibahas penerapan metode robust dengan penaksir M

BAB III CONTOH KASUS. Pada bab ini akan dibahas penerapan metode robust dengan penaksir M BAB III CONTOH KASUS Pada bab ini akan dibahas penerapan metode robust dengan penaksir M dan penaksir LTS. Berikut ini akan disajikan aplikasinya pada data yang akan diolah menggunakan program paket pengolah

Lebih terperinci

PENENTUAN UKURAN CONTOH DAN REPLIKASI BOOTSTRAP UNTUK MENDUGA MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA

PENENTUAN UKURAN CONTOH DAN REPLIKASI BOOTSTRAP UNTUK MENDUGA MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 2 Hal. 53 61 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENENTUAN UKURAN CONTOH DAN REPLIKASI BOOTSTRAP UNTUK MENDUGA MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA OLIVIA ATINRI,

Lebih terperinci

Metode Statistika Pertemuan XII. Analisis Korelasi dan Regresi

Metode Statistika Pertemuan XII. Analisis Korelasi dan Regresi Metode Statistika Pertemuan XII Analisis Korelasi dan Regresi Analisis Hubungan Jenis/tipe hubungan Ukuran Keterkaitan Skala pengukuran variabel Pemodelan Keterkaitan Relationship vs Causal Relationship

Lebih terperinci

MODEL REGRESI ROBUST MENGGUNAKAN ESTIMASI S DAN ESTIMASI GS

MODEL REGRESI ROBUST MENGGUNAKAN ESTIMASI S DAN ESTIMASI GS MODEL REGRESI ROBUST MENGGUNAKAN ESTIMASI S DAN ESTIMASI GS (Studi Kasus Produksi Jagung di Indonesia) Oleh VICTOR SATRIA SAPUTERA M0112089 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

REGRESI SPLINE BIRESPON UNTUK MEMODELKAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS

REGRESI SPLINE BIRESPON UNTUK MEMODELKAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS REGRESI SPLINE BIRESPON UNTUK MEMODELKAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS Dhina Oktaviana P, I Nyoman Budiantara Mahasiswa Jurusan Statistika ITS Surabaya, Dosen Jurusan Statistika ITS Surabaya

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS KLASIFIKASI MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR

PERBANDINGAN ANALISIS KLASIFIKASI MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR PERBANDINGAN ANALISIS KLASIFIKASI MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR (K-NN) DAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE (MARS) PADA DATA AKREDITASI SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA SEMARANG SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Deret Fourier Dalam bab ini akan dibahas mengenai deret dari suatu fungsi periodik. Jenis fungsi ini sering muncul dalam berbagai persoalan fisika, seperti getaran mekanik, arus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi robust, koefisien determinasi,

BAB II LANDASAN TEORI. metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi robust, koefisien determinasi, BAB II LANDASAN TEORI Beberapa teori yang diperlukan untuk mendukung pembahasan diantaranya adalah regresi linear berganda, pengujian asumsi analisis regresi, metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi

Lebih terperinci

Analisis Regresi 1. Model-model Regresi yang Lebih Lanjut. Pokok Bahasan : Itasia & Y Angraini Dep. STK FMIPA-IPB

Analisis Regresi 1. Model-model Regresi yang Lebih Lanjut. Pokok Bahasan : Itasia & Y Angraini Dep. STK FMIPA-IPB Analisis Regresi Pokok Bahasan : Model-model Regresi yang Lebih Lanjut Itasia & Angraini Dep. STK FMIPA-IPB Macam-macam Model Regresi Model Regresi peubah penjelas > peubah penjelas Sederhana Berganda

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung)

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung) PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung) SKRIPSI Oleh : VICA NURANI 24010211130033 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

PEMODELAN KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT MENGGUNAKAN

PEMODELAN KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT MENGGUNAKAN PEMODELAN KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT MENGGUNAKAN REGRESI PENALIZED SPLINE BERBASIS RADIAL SKRIPSI Disusun oleh: KARTIKANINGTIYAS H.S 24010211140076 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN

Lebih terperinci

MENGATASI MULTIKOLINEARITAS MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA)

MENGATASI MULTIKOLINEARITAS MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) MENGATASI MULTIKOLINEARITAS MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) Laporan Praktikum ke-2 Disusun untuk Memenuhi Laporan Praktikum Analisis Regresi Lanjutan Oleh Nama : Faisyal Nim : 125090507111001

Lebih terperinci

REGRESI LINIER GANDA. Fitriani Agustina, Math, UPI

REGRESI LINIER GANDA. Fitriani Agustina, Math, UPI REGRESI LINIER GANDA 1 Pengertian Regresi Linier Ganda Merupakan metode yang digunakan untuk memodelkan hubungan linear antara variabel terikat dengan dua/lebih variabel bebas. Regresi linier untuk memprediksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Regresi Linear Sederhana Analisis regresi linear sederhana dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu buah variabel prediktor terhadap satu buah variabel respon. Model

Lebih terperinci

KNM XVI 3-6 Juli 2012 UNPAD, Jatinangor

KNM XVI 3-6 Juli 2012 UNPAD, Jatinangor KNM VI - Juli 0 UNPAD, Jatinangor PERBANDINGAN REGRESI BERTATAR (STEPWISE REGRESSION) DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA (RKU) DALAM MENGATASI MULTIKOLINIERITAS PADA MODEL REGRESI LINIER BERGANDA MADE SUSILAWATI,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN REGRESI ROBUST PENDUGA MM DENGAN METODE RANDOM SAMPLE CONSENSUS DALAM MENANGANI PENCILAN

PERBANDINGAN REGRESI ROBUST PENDUGA MM DENGAN METODE RANDOM SAMPLE CONSENSUS DALAM MENANGANI PENCILAN E-Jurnal Matematika Vol. 3, No.2 Mei 2014, 45-52 ISSN: 2303-1751 PERBANDINGAN REGRESI ROBUST PENDUGA MM DENGAN METODE RANDOM SAMPLE CONSENSUS DALAM MENANGANI PENCILAN NI PUTU NIA IRFAGUTAMI 1, I GUSTI

Lebih terperinci

PENENTUAN GENERALIZED CROSS VALIDATION (GCV) SEBAGAI KRITERIA DALAM PEMILIHAN MODEL REGRESI B-SPLINE TERBAIK

PENENTUAN GENERALIZED CROSS VALIDATION (GCV) SEBAGAI KRITERIA DALAM PEMILIHAN MODEL REGRESI B-SPLINE TERBAIK Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 2 (2013), hal 121 126. PENENTUAN GENERALIZED CROSS VALIDATION (GCV) SEBAGAI KRITERIA DALAM PEMILIHAN MODEL REGRESI B-SPLINE TERBAIK Yuyun

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bank adalah lembaga keuangan yang merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia. Sebagai lembaga Intermediasi, bank memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode analisis data yang telah diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode analisis data yang telah diterapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis regresi merupakan metode analisis data yang telah diterapkan secara luas pada berbagai bidang penelitian, sebagai contoh penelitian-penelitian dalam ilmu pengetahuan

Lebih terperinci