Komparasi Ketepatan Estimasi Koefisien Reliabilitas Teori Skor Murni Klasik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Komparasi Ketepatan Estimasi Koefisien Reliabilitas Teori Skor Murni Klasik"

Transkripsi

1 Komparas Ketepatan Estmas Koefsen Relabltas Teor Skor Murn Klask The Comparson Of Relablty Coeffcents Estmaton Among Classcal Test Theory Wahyu Wdharso Unverstas Gadjah Mada Djemar Mardap Unverstas Neger Yogyakarta ABSTRAK Peneltan n bertujuan untuk membandngkan ketepatan estmas koefsen relabltas pada teor skor murn klask. Penelt membandngkan ketepatan estmas koefsen-koefsen relabltas melalu data smulas. Data smulas dbangktkan secara acak berdasarkan besarnya nla relabltas murn, model pengukuran, ukuran sampel dan dstrbus normal. Ukuran sampel yang dpaka terdapat empat jens yatu sebesar 50, 50, 000 dan Relabltas murn yang dpaka terdr dar lma konds yatu 0,5; 0,6; 0,7; 0,8 dan 0,9. Hasl peneltan n menunjukkan bahwa (a) koefsen relabltas dalam teor skor murn klask yang dkembangkan oleh para ahl pengukuran memlk ketepatan estmas yang bervaras. (b) Rata-rata koefsen relabltas memlk ketepatan estmas yang cukup tngg yang dbuktkan dengan keclnya rerata bas estmas. (c) Koefsen relabltas kompost memlk ketepatan yang tngg pada model paralel dan kesetaraan tau, Koefsen Feldt pada model konjenerk, Koefsen Wang pada model korelas antar sesatan dan Koefsen alpha berstrata pada model multdmens. Kata Kunc : Relabltas, Ketepatan Estmas Ths study ams was to compare the estmaton precson among relablty coeffcents classcal test theory. Author compared the estmaton precson relablty coeffcents through smulaton data. Smulaton data was generated randomly based on the value of true relablty, measurement model, the sample sze and normal dstrbuton. Sample szes used are n four types 50, 50, 000 and True relablty was conducted n fve condtons s 0.5; 0.6, 0.7, 0.8 and 0.9. The results of ths study suggest that (a) the relablty coeffcent n the classcal test theory that developed by eperts vared n estmaton precson. (b) Almost all relablty coeffcents have good estmaton precson that proofed by the small average of bas estmaton value. (c) The relablty of compostes coeffcent have hgh precson n parallel dan tau equvalence model, Feldt coeffcent for congenerc model, Wang coeffcent for error correlaton model and stratfed alpha coeffcent for multdmensonal models. Keywords: Relablty, Precson Estmaton,

2 Wacana relabltas pengukuran dalam perspektf teor klask mash menjad kajan yang hangat d kalangan penelt karena mash menysakan permasalahan yang perlu datas. Permasalahan pertama adalah mnmnya konsensus terhadap penerapan teor tes pada tataran yang lebh prakts (Slaney, 006). Saat n belum ada acuan yang tepat bagamana memlh teknk yang tepat dalam mengevaluas hasl pengukuran. Banyak formula dkembangkan untuk mengestmas relabltas, namun konsensus belum juga tercapa. Bahkan ada formula relabltas yang dkembangkan akan tetap tujuan utamanya mula bergeser kepada kemudahan dalam penghtungannya dbandng dengan keakuratannya sehngga Wes dan Davson (98) mengatakan bahwa teor skor murn klask sedkt kehlangan arahnya dalam mengkaj relabltas. Mnmnya konsensus para ahl tersebut menunjukkan bahwa prosedur estmas relabltas mash mengandung ketdakjelasan. Hal n dperparah dengan mash banyaknya penelt yang kurang tepat dalam melaporkan relabltas hasl pengukuran yang mereka lakukan (Thompson, 994). Permasalahan lan yang muncul adalah penggunaan koefsen relabltas oleh penelt secara monoton tanpa mempertmbangkan asums yang mendasar koefsen tersebut sehngga dharapkan kajan mengena relabltas tdak hanya terpaku pada satu koefsen saja melankan juga melbatkan koefsen lan yang kemungknan menggambarkan hasl yang lebh optmal (Ferketch, 990). Socan (000) mengatakan bahwa banyak dantara para penelt yang hanya terpaku pada penggunaan koefsen Alpha Cronbach dalam mengestmas relabltas tanpa memaham terlebh dahulu asums yang mendasar koefsen tersebut. Banyak dantara para penelt yang tdak menyadar bahwa koefsen alpha menghendak asums tertentu untuk dpenuh. Jka asums n tdak dpenuh maka koefsen relabltas yang dhaslkan adalah nla d batas estmas terendah (Raykov, 998). Pemlhan formula estmas relabltas secara monoton tersebut dapat dakbatkan oleh dua sebab, pertama mnmnya pemahaman penelt mengena koefsen relabltas lan yang dapat menjad alternatf analss. Kedua, mash mnmnya keberadaan program komputas yang dapat mewadah model pengukuran alternatf, msalnya model konjenerk. Feldt dan Ankenman (999) mengatakan bahwa populartas koefesen alpha lahr karena beberapa faktor, antara lan: ) teknk komputasnya relatf mudah, karena hanya memerlukan nformas berupa varan butr dan varan skor total, ) dstrbus samplng sudah dketahu sehngga penentuan nterval kepercayaan pada populas sangat dmungknkan. Koefsen alpha banyak dpaka dalam peneltan karena merupakan estmator yang moderat dalam mengestmas relabltas. Permasalahan yang telah dpaparkan d atas menunjukkan adanya kebutuhan bag penyusun tes untuk mengetahu perbandngan ketepatan estmas antar formula relabltas sehngga mereka dapat memlh formula mana yang palng akurat untuk pengukuran yang mereka lakukan. Kajan pskometr telah mengenal banyak formula relabltas yang masng-masng dsusun berdasarkan asums, model dan pendekatan yang berbeda-beda. Adanya teknk analss faktor konfrmator telah memberkan sejumlah kemudahan bag penelt untuk mengdentfkas model pengukuran yang sesua dengan hasl pengukuran yang ddapatkan. Analss faktor konfrmator juga telah menjad dasar penyusunan berbaga model pskometrs. Model konjenerk maupun berbaga model alternatf, msalnya model pengukuran dengan korelas antar sesatan (correlated error), model pengukuran dengan faktor berjenjang (herarchcal model) maupun model

3 ndkator formatf-reflektf (formatve-reflectve ndcator) dapat danalss dan yang lebh pentng adalah model pengukuran yang dhpotesskan dapat dketahu. Beberapa penelt sudah melakukan stud perbandngan antar formula relabltas bak yang menggunakan data smulas maupun data emprk. Mnmnya program bantu kalkulas, msalnya program komputer, membatas penelt untuk mengdentfkas koefsen relabltas yang tdak terseda pada program tersebut. D ss lan, adanya asums yang berbeda pada tap koefsen relabtas memperlhatkan bahwa tap koefsen relabltas tdak berada pada kontnum yang sama untuk dbandngkan. Namun eksploras tetap perlu dlakukan untuk menunjukkan bahwa penerapan koefsen relabltas yang bukan pada model pengukuran yang dasumskan akan menghaslkan koefsen relabltas yang bas. Dar stud lteratur yang dlakukan penuls, perbandngan model pengukuran sudah dlakukan oleh banyak penelt. Stud perbandngan model pengukuran dawal oleh Votaw yang menggunakan Englsh Composton Eamnaton pada 6 sswa yang danalss dengan menggunakan pendekatan SEM (Joreskog dan Sorbom, 996). Dengan melakukan perbandngan model pengukuran tes parallel, tau-equvalent dan konjenerk. Fleshman dan Benson (987) menggunakan teknk SEM untuk mengevaluas model pengukuran dan relabltas pengukuran. Beberapa model teor skor murn klask daplkaskan termasuk model konjenerk. Bacon, Sauer, dan Young (995) membandngkan koefsen omega dan koefsen theta dalam konteks model persamaan struktural. Ferketch (990) membandngkan koefsen theta atau omega ketka mengestmas relabltas konsstens nternal jka konds peneltan tdak memungknkan untuk menggunakan koefsen alpha. Raykov (998) pernah menyusun pendekatan secara aljabar untuk menentukan seberapa rendah hasl estmas koefsen alpha dar relabltas sesungguhnya, namun pendekatan tersebut memerlukan pendekatan model persamaan struktural (SEM). Socan (000) pernah melakukan stud perbandngan tga koefsen relabltas, yatu Koefsen Alpha dar Cronbach, pendekatan Analyss Congenerc Measure (ACM) dar Joreskog, dan Greatest Lower Bound Relablty (GLB) dar Jackson dan Aguwamba. Yurdugül (006) pernah membandngkan lma koefsen relabltas, yatu antara Koefsen Alpha Cronbach (α ), Koefsen Armor Theta (θ ), Koefsen Omega ( Ω ) dar Hese dan Bohrnstedt, Koefsen Omega (ω ) dar McDonald, dan Koefsen Beta ( β ) dar Revelle. Peneltan-peneltan yang dlakukan tersebut belum merangkum sebagan besar koefsen relabltas serta berbaga model pengukuran sehngga peneltan yang dapat merangkum semua koefsen relabltas dan model pengukuran sangat dperlukan. Pada skenaro pertama peneltan n bertujuan untuk membandngkan ketepatan estmas koefsen relabltas teor skor murn klask yang ddapatkan dar berbaga lteratur. Koefsen relabltas yang dlbatkan dalam peneltan n dapat dlhat pada Tabel. Koefsen relabltas yang dkaj terdr dar dua jens yatu koefsen relabltas model undmens dan model multdmens. Pada model undmens koefsen relabltas dspesfkkan menjad tga sub model yatu model paralel, model kesetaraan nla tau dan model konjenerk. Beberapa konsep yang dangkat dalam peneltan n adalah ketepatan estmas, ketepatan model, formula relabltas skor murn klask dan dmens pengukuran. Berkut n akan djelaskan pengertan konsep tersebut. a) Ketepatan Estmas. Ketepatan estmas yang dmaksud dalam peneltan n adalah keakuratan sebuah formula relabltas terhadap relabltas murn. Besarnya ketepatan 3

4 estmas ddapatkan melalu kesamaan nla antara relabltas murn ( ρ ) dan relabltas estmas ( r ). Semakn kecl selsh antara relabltas murn dan relabltas estmas maka semakn tngg ketepatan estmas koefsen relabltas yang bersangkutan. Semakn besar selsh antara relabltas murn dan relabltas estmas maka semakn rendah ketepatan estmas koefsen relabltas yang bersangkutan. Apabla nla relabltas estmas lebh rendah dbandng dengan relabltas murnnya ( ρ > r ), konds tersebut dnamakan dengan estmas d atas batas (overestmaton). Sebalknya, jka nla relabltas estmas lebh tngg dbandng dengan relabltas murnnya ( ρ < r ) maka dnamakan dengan estmas d bawah batas (underestmaton). b) Formula relabltas teor skor murn klask adalah formula yang dkembangkan oleh para ahl pskometr untuk mengestmas relabltas dengan menggunakan dasardasar teor murn klask. c) Model pengukuran adalah bentuk data hasl pengukuran yang memlk asumsasums tertentu yang berbeda antara satu model dengan model lannya. Model pengukuran yang dpaka dalam peneltan n adalah model pengukuran dalam teor skor murn klask yatu model parallel, essentally τ-equvalent, congenerc dan correlated error. d) Dmens pengukuran adalah jumlah dmens yang ada d dalam data hasl pengukuran. Dmens data hasl pengukuran dalam peneltan n dbag menjad dua jens yatu undmens, yang menunjukkan adanya dmens tunggal d dalam data dan multdmens yang menunjukkan adanya dmens yang majemuk. METODE PENELITIAN Prosedur Peneltan Penelt melakukan pembandngan ketepatan estmas koefsen relabltas terhadap relabltas murn (true relablty) pada data smulas yang dsusun oleh penelt. Langkah-langkah yang dlakukan pada skenaro n antara lan sebaga berkut: a) Penyusunan data smulas. Data smulas ddapatkan melalu pembangktan angka acak dengan besaran relabltas, ukuran sampel dan model yang dtetapkan. Pada tahap n penelt menentukan skor murn (T) dan sesatan (E) terlebh dahulu sehngga relabltas murn dapat dketahu. b) Mengestmas relabltas. Tap koefsen relabltas dpaka untuk mengestmas relabltas murn yang terdapat pada data smulas. Pada tahap n ddapatkan ketepatan atau bas estmas yang merupakan selsh antara relabltas murn dan relabltas hasl estmas koefsen relabltas. c) Menghtung ketepatan estmas relabltas. Ketepatan estmas relabltas dtunjukkan dengan selsh antara nla relabltas hasl estmas koefsen relabltas dengan relabltas murn yang telah dtetapkan oleh penelt. 4

5 Penyusunan Data Smulas Data smulas dsusun berdasarkan besarnya nla relabltas murn, model pengukuran dan ukuran sampel. Ukuran sampel yang dpaka terdapat empat jens yatu sebesar 50, 50, 000 dan Relabltas murn yang dpaka terdr dar lma konds yatu 0,5; 0,6; 0,7; 0,8 dan 0,9. Pemlhan konds n berdasarkan pada nla relabltas yang bergerak dar kategor sedang, bak dan stmewa (Crocker & Algna, 986). Dengan adanya sampel dan nla relabltas murn yang berbeda-beda maka terdapat 5 kombnas (3 jens ukuran sampel 5 jens relabltas murn 5 kombnas) data smulas pada tap-tap model pengukuran (paralel, kesetaraan tau, konjenerk). Untuk menyusun data smulas, penelt menggunakan program Mcrosoft Ecel melalu menu Random Number Generaton dan Samplng. Langkah pertama yang dlakukan adalah membuat enam varabel yang terdstrbus normal yang memuat angka acak dengan besar ukuran sampel sebesar 5000 (N5000), rerata sebaran sebesar 0 ( 0) dan devas standar sebesar ( s,0). Keenam varabel yang ddapatkan dpaka untuk varabel skor murn (T) dan ssanya dpaka untuk varabel sesatan (E). Ukuran sampel ssanya, yatu N50, N50 dan N000 ddapatkan melalu menu samplng berdasar sebaran yang ddapatkan dar ukuran sampel N50. Data yang dhaslkan setelah duj telah memenuh asums teor murn klask, antara lan tdak adanya korelas antar sesatan ( r 0 ) maupun korelas antara sesatan dan skor murn ( r 0 ). E E HASIL DAN PEMBAHASAN Perbandngan Ketepatan Estmas Melalu data smulas ddapatkan besarnya ketepatan estmas masng-masng koefsen. Besarnya perbandngan ketepatan estmas pada tap model yang dapat dlhat pada Tabel sampa Tabel 4. Tabel tersebut menunjukkan statstk deskrptf ketepatan estmas. Selengkapnya penjelasan hasl menurut model pengukuran yang dpaka adalah sebaga berkut : a) Model Paralel. Pada model paralel ddapatkan keterangan bahwa nla estmas terhadap relabltas murn oleh masng-masng formula mendekat nla relabltas murn. Rata-rata bas estmas 8 formula yang dpaka dalam peneltan n adalah - 0,0373. Hal n menunjukkan bahwa sebagan besar koefsen relabltas mengestmas pada batas bawah relabltas murn (lower bound estmator). Koefsen Guttman Lambda- memlk bas yang terbesar yatu -0,78 sedangkan formula yang memlk bas estmas terendah adalah Koefsen Relabltas Kompost dengan rerata bas estmas sebesar -0,00. b) Model Kesetaraan Tau. Pada model kesetaraan tau ddapatkan hasl bahwa nla estmas terhadap relabltas murn oleh masng-masng formula mendekat nla relabltas murn. Rata-rata bas estmas 8 formula yang dpaka dalam peneltan n adalah sebesar -0,069 yang mendekat rerata bas estmas pada model paralel yang memlk rerata sebesar -0,0373. Hasl estmas n menunjukkan bahwa sebagan besar koefsen relabltas mengestmas pada batas bawah relabltas murn. Koefsen Relabltas Wang memlk bas yang terbesar yatu -0,983 ET 5

6 sedangkan formula yang memlk bas estmas terendah adalah Koefsen Relabltas Kompost dengan rerata bas estmas sebesar -0,009. c) Model Konjenerk. Pada model konjenerk ddapatkan keterangan bahwa nla estmas terhadap relabltas murn oleh masng-masng formula mendekat nla relabltas murn. Rerata bas estmas semua formula adalah 0,77 yang menunjukkan bahwa koefsen relabltas mengestmas pada batas atas relabltas murn. Koefsen Lambda- memlk ketepatan estmas tertngg dengan rerata 0,0089 sedangkan Koefsen Relabltas Maksmal memlk ketepatan estmas terendah dengan rerata bas estmas sebesar 0,08. d) Model Multdmens. Dar model multdmens ddapatkan keterangan bahwa nla estmas oleh koefsen relabltas bervaras satu dengan lannya. Rata-rata bas estmas 0 koefsen yang dpaka dalam peneltan n adalah -0,0069. Hal n menunjukkan bahwa relabltas yang dlbatkan dalam peneltan n mengestmas pada batas atas relabltas murn (upper bound estmator). Koefsen Alpha Berstrata dan Koefsen Relabltas Kompost memlk ketepatan estmas palng tngg yatu dengan rerata -0,0005 dan 0,006 sedangkan Koefsen Wang dan Koefsen Omega memlk ketepatan estmas palng rendah yatu dengan rerata bas estmas sebesar - 0,446 dan 0,879. Tabel. Perbandngan Ketepatan Estmas (Model Paralel) No Koefsen Relabltas Mnmal Maksmal Rerata Dev.Std. Guttman Lambda Guttman Lambda Koefsen Wner Guttman Lambda Relabltas Konstrak Guttman Lambda Cronbach Alpha Revelle Beta Armor Theta Relabltas Maksmal Guttman Lambda Koefsen Feldt Koefsen Hese Guttman Lambda Relabltas Kompost McDonald Omega Hese-Bohrnstedt Omega Relabltas Maksmal Tabel. Perbandngan Ketepatan Estmas (Model Kesetaraan Nla Tau) No Koefsen Relabltas Mnmal Maksmal Rerata Dev.Std. Koefsen Wner Guttman Lambda Koefsen Hese Cronbach Alpha Revelle Beta Guttman Lambda Guttman Lambda

7 8. Feldt Armor Theta Relabltas Konstrak Guttman Lambda Guttman Lambda Relabltas Maksmal Relabltas Kompost Guttman Lambda Hese-Bohrnstedt Omega Relabltas Maksmal McDonald Omega Tabel 3. Perbandngan Ketepatan Estmas (Model Konjenerk) No Koefsen Relabltas Mnmum Mamum Mean Dev.Std. Guttman Lambda Koefsen Wner Guttman Lambda Guttman Lambda Koefsen Hese Guttman Lambda Armor Theta Cronbach Alpha Revelle Beta Relabltas Maksmal Relabltas Konstrak Guttman Lambda Relabltas Kompost Guttman Lambda Feldt McDonald Omega Relabltas Maksmal Hese-Bohrnstedt Omega Secara umum dar hasl perbandngan ketepatan estmas antar koefsen ddapatkan beberapa temuan peneltan yatu sebaga berkut. a) Pada model paralel, kesetaraan nla tau dan tap koefsen relabltas memlk ketepatan yang cukup akurat karena rata-rata bas estmas bergerak dar urutan desmal ke-dua dan cenderung dbawah batas estmas (underestmas), namun ketka daplkaskan pada model korelas antar sesatan, estmas semua koefsen relabltas cenderung melambung (overestmas). b) Koefsen relabltas yang dpaka dalam peneltan n dapat dkategorkan menjad dua kategor, yatu koefsen yang berbass pada varan-kovaran (Koefsen Alpha dan Koefsen Guttman) dan koefsen yang berbass pada analss faktor (Koefsen Armor Theta, Relabltas Konstrak dan Relabltas Kompost). Dar hasl perbandngan ketepatan estmas ddapatkan nformas tdak adan perbedaan daya ketepatan antara koefsen berbass pada varan-kovaran dan analss faktor. c) Dar pengujan secara statstka melalu analss varan mengena ketepatan estmas dtnjau dar koefsen relabltas dan ukuran sampel ddapatkan keterangan bahwa terdapat nteraks yang sgnfkan antara koefsen relabltas dan ukuran sampel. 7

8 Adanya nteraks tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efek penambahan ukuran sampel terhadap ketepatan estmas antar koefsen relabltas. d) Data smulas yang dpaka dalam peneltan n terdr dar empat jens ukuran sampel. Dar hasl perbandngan ketepatan estmas dtnjau berdasarkan ukuran sampel ddapatkan hasl yang bervaras. Pada model paralel dan model konjenerk penambahan ukuran sampel menngkatkan daya estmas koefsen relabltas sedangkan pada model kesetaraan tau dan korelas antar sesatan, penambahan ukuran sampel tdak berperan terhadap penngkatan daya estmas. Tabel 4. Koefsen Relabltas yang Memlk Daya Estmas Tertngg No Model Pengukuran Koefsen Relabltas. Model Paralel Relabltas Kompost Koefsen Guttman Lambda-5 Koefsen Hese. Model Kesetaraan Nla Tau Relabltas Kompost Koefsen Guttman Lambda-5 Relabltas Maksmal- 3. Model Konjenerk Koefsen Feldt Koefsen Guttman Lambda-5 Koefsen Relabltas Kompost 4. Model Korelas Antar Sesatan Koefsen Guttman Lambda- Koefsen Wner Koefsen Guttman Lambda-4 5. Model Multdmensonal Koefsen Alpha Berstrata Relabltas Kompost Koefsen Moser Pembahasan Berdasarkan hasl perbandngan ketepatan estmas terhadap relabltas murn ddapatkan kesmpulan bahwa terdapat perbedaan ketepatan estmas antar koefsen relabltas. Selsh bas estmas antar koefsen relabltas adalah cukup rendah yang terlhat dar nla selsh yang bergerak pada nla desmal kedua (Δ 0,0). Koefsen Relabltas Kompost yang dkembangkan oleh Raykov (998) untuk mengatas beberapa kelemahan Koefsen Cronbach Alpha, menjad estmator yang memlk ketepatan yang tngg untuk daplkaskan pada model-model pengukuran teor klask. Dengan menggunakan analss faktor konfrmator dalam pendekatan model persamaan struktural (SEM), koefsen n mengasumskan bahwa seperangkat butr merupakan representas dar faktor umum yang tunggal. Penggunaan asums faktor tunggal n merupakan salah satu kelebhan Koefsen Relabltas Kompost jka dbandng dengan Koefsen Cronbach Alpha. Karena terbatas pada varan butr dan varan skor Koefsen Alpha dalam hal n hanya belum menjangkau representas faktor umum yang tunggal. Hal n sesua dengan apa yang djelaskan oleh McDonald (98) yang mengatakan bahwa Koefsen Alpha belum mampu menjelaskan varan umum konstrak latent d dalam data. 8

9 Selan Relabltas Kompost, koefsen lan yang memlk ketepatan cukup tngg adalah Koefsen Guttman Lambda-5. Koefsen Guttman Lambda-5 adalah penyempurnaan Koefsen Guttman Lambda- yang merupakan lower bound estmator. Estmas yang terlalu rendah dar Koefsen Guttman Lambda- kemudan datas oleh Guttman (945) dengan menambahkan pembagan akar kuadrat pangkat dua rerata kovaran butr dengan varan skor total ( S S ) sehngga koefsen Guttman Lamda-5 j dformulaskan dalam persamaan λ 5 λ + S j / S. Dalam peneltan n estmas relabltas yang terlalu rendah oleh Koefsen Guttman Lamda- teratas oleh dengan adanya penambahan unsur baru tersebut sehngga Koefsen Guttman Lamda-5 menjad salah satu estmator yang memlk ketepatan estmas relabltas murn yang cukup tngg. Koefsen Cronbach Alpha dalam peneltan n memlk nla estmas yang setara dengan Koefsen Revelle Beta dan Koefsen Lambda-3. Koefsen n konssten mengestmas pada batas bawah dengan daya ketepatan yang moderat kecual pada model korelas antar sesatan. Meskpun memlk daya estmas yang setara, dbandng dengan Koefsen Revelle Beta dan Koefsen Lambda-3, Koefsen Alpha memlk kelebhan dalam kesederhanaan prosedur komputas yang menggunakan varan butr dan varan skor total. Hasl peneltan mengena ketepatan estmas Koefsen Alpha n ddukung oleh pernyataan Callender dan Osburn (979) yang mengatakan bahwa Koefsen Alpha menghaslkan estmas yang sama dengan Koefsen Guttman Lamda-3 dan cenderung mengestmas pada batas bawah. Pada model konjenerk, Koefsen Feldt merupakan estmator yang memlk ketepatan yang palng tngg dantara koefsen lan dalam peneltan n. Koefsen Feldt yang merupakan penjabaran dar Koefsen Flanagan menekankan pada varan dan kovaran data. Hasl peneltan n yang membuktkan bahwa dalam kasus model konjenerk, Koefsen Feldt memlk ketepatan yang lebh tngg dbandng dengan Koefsen Alpha juga dbuktkan oleh Sedere dan Feldt (976) serta Feldt dan Charter (003). Dalam peneltannya dengan menggunakan data smulas berupa 60 butr dengan ukuran sampel sebesar 00, 00 dan 400 yang dbelah dalam dua jens belahan sama panjang dan tdak sama panjang, ddapatkan kesmpulan bahwa Koefsen Feldt memlk daya ketepatan estmas yang lebh tngg dbandng Koefsen Alpha. Peneltan n menemukan bahwa koefsen alpha dapat bernla tngg meskpun data bersfat heterogen yang dtunjukkan dengan dmens pengukuran yang berbeda dalam skor tes. Hasl peneltan n mendukung pernyataan Helms, Henze, Sass, dan Venus (006) yang melhat bahwa koefsen alpha tdak menunjukkan seberapa jauh tes mengukur satu konstrak ukur. Cortna (993) menambahkan bahwa koefsen alpha dapat bernla tngg pada data multdmens apabla jumlah butr adalah mnmal 4 butr. Secara umum koefsen yang dlbatkan dalam peneltan n menggunakan dua pendekatan yang berbeda. Kelompok koefsen pertama menggunakan pendekatan varan-kovaran sepert Koefsen Alpha, Koefsen Guttman Lambda, Koefsen dan Relabltas Maksmal dan kelompok koefsen kedua yang menggunakan pendekatan analss faktor bak eksplorator maupun konfrmator adalah Koefsen Hesse-Bohrnsted Omega, Relabltas Kompost dan Relabltas Konstrak. Hasl perbandngan estmas / 9

10 menunjukkan bahwa tdak dtemukan perbedaan ketepatan antar kedua pendekatan tersebut. Dalam peneltan n koefsen yang mampu mengadops model pengukuran yang dtetapkan akan memlk ketepatan etmas yang tngg. Hal n sesua dengan pernyataan Schmdt et.al (003) yang mengatakan bahwa sebuah koefsen relabltas lebh tepat dpaka dbandng dengan koefsen yang lan dkarenakan koefsen tersebut memlk model yang tepat dalam menjelaskan berbaga proses sesatan, msalnya sesatan acak, sesatan sementara dan faktor spesfk. Peneltan n memlk beberapa keterbatasan yang menyangkut keluasan dan kedalaman tema peneltan maupun masalah metodologs. Koefsen relabltas yang dlbatkan dalam peneltan n terbatas dan belum menjangkau koefsen relabltas yang banyak dkaj dalam bdang pskometr, msalnya Koefsen Spearman Brown (Spearman, 904), Koefsen Kuder-Rchardson (Kuder & Rchardson, 937), Koefsen Flanagan (Rulon, 939), Koefsen Rulon (Rulon, 939), Koefsen Horst (Horst, 954), Koefsen Krstof (Krstof), Koefsen Raju (Raju, 977), Koefsen Tarkonen Rho (Vehkalaht, Puntanen, & Tarkkonen, 006). Penelt tdak melbatkan koefsen tersebut dalam peneltan n dkarenakan beberapa alasan sepert, a) model pembelahan yang memlk kombnas sepert Koefsen Spearman Brown dan Koefsen Rulon yang akan memlk 0 kombnas belahan jka dkenakan pada 5 butr; b) perbedaan jens data, msalnya tdak dgunakannya Koefsen KR-0 karena dalam peneltan n lebh mengarah pada data kontnum; c) keterwaklan oleh koefsen lan sepert Koefsen Krstof dan Raju yang memlk kesetaraan dengan Koefsen Feldt; d) tdak tersedanya program analss yang mendukung, msalnya Koefsen Tarkonen yang belum ada perangkat lunak yang dapat mengakomodas koefsen n. Kesmpulan Peneltan n menghaslkan beberapa kesmpulan mengena ketepatan estmas relabltas teor skor murn klask. Kesmpulan tersebut adalah sebaga berkut :. Koefsen relabltas dalam teor skor murn klask yang dkembangkan oleh para ahl pengukuran memlk ketepatan estmas yang bervaras. Peneltan n membuktkan adanya perbedaan ketepatan estmas yang sgnfkan, bak ketka dterapkan pada model paralel, kesetaraan tau, konjenerk, dan korelas antar sesatan.. Rata-rata koefsen relabltas memlk ketepatan estmas yang cukup tngg yang dbuktkan dengan keclnya rerata bas estmas, yatu sebesar Δ -0,0337. Sebagan besar koefsen relabltas tersebut mengestmas pada batas bawah estmas (underestmated). Koefsen-koefsen tersebut kurang dapat daplkaskan pada model pengukuran korelas antar sesatan karena memlk ketepatan estmas yang cukup rendah yatu sebesar 0.78 dan cenderung mengestmas pada batas atas estmas (overestmated). 3. Koefsen relabltas kompost memlk ketepatan yang tngg pada model paralel dan kesetaraan nla tau, Koefsen Feldt memlk ketepatan yang tngg pada model konjenerk, Koefsen Wang memlk ketepatan yang tngg pada model korelas antar sesatan dan Koefsen alpha berstrata memlk ketepatan yang tngg pada model multdmens. 0

11

12 DAFTAR PUSTAKA Bacon, D. R., Sauer, P. L., & Young, M. (995). Composte Relablty n Structural Equatons Modelng. Educatonal and Psychologcal Measurement, 55(3), Callender, J. C., & Osburn, H. G. (979). An emprcal comparson of Coeffcent Alpha, Guttman's lambda -, and MSPLIT mamzed splt-half relablty estmates. Journal of Educatonal Measurement, 6(), Cortna, J. (993). What s coeffcent alpha? An eamnaton of theory and applcatons. Journal of Appled Psychology, 78(), Crocker, L., & Algna, J. (986). Introducton to classcal and modern test theory. New York: Harcourt Brace Jovanovch College Publshers. Feldt, L. S., & Ankenmann, R. D. (999). Determnng sample sze for a test of the equalty of alpha coeffcents when the number of part-tests s small. Psychologcal Methods, 4(4), Feldt, L. S., & Charter, R. A. (003). Estmatng the relablty of a test splt nto two parts of equal or unequal length. Psychologcal Methods, 8(), Ferketch, S. (990). Focus on Psychometrcs Internal Consstency Estmates of Relablty. Researchng Nursng & Health, 3, Fleshman, J., & Benson, J. (987). Usng Lsrel to Evaluate Measurement Models and Scale Relablty. Educatonal and Psychologcal Measurement, 47(4), Helms, J. E., Henze, T. K., Sass, T. L., & Venus, A. M. (006). Treatng Cronbach s Alpha Relablty Coeffcents as data n counselng research. The Counselng Psychologst, 34(5), Horst, P. (954). The estmaton of mmedate retest relablty. Educatonal and Psychologcal Measurement, 4(3), Krstof, W. The statstcal theory of stepped-up relablty coeffcents when a test has been dvded nto several equvalent parts. Psychometrka, 8(), -38. Kuder, G. F., & Rchardson, M. W. (937). The theory of the estmaton of test relablty. Psychometrka, (8), McDonald, R. P. (98). The dmensonalty of tests and tems. Brtsh Journal of Mathematcal and Statstcal Psychology, 34, Raju, N. S. (977). A generalzaton of coeffcent alpha. Psychometrka, 4, Raykov, T. (998). Coeffcent Alpha and Composte Relablty Wth Interrelated Nonhomogeneous Items. Appled Psychologcal Measurement, (4),

13 Rulon, P. J. (939). A smplfed procedure for determnng the relablty of a test by splt-halves. Harvard Educatonal Revew, 9(8), Sedere, M. U., & Feldt, L. (976). The samplng dstrbutons of the Krstof Relablty Coeffcent, the Feldt Coeffcent, and Guttman's Lambda-. Journal Of Educatonal Measurement, 4(), Slaney, K. L. (006). The Logc Of Test Analyss: An Evaluaton Of Test Theory And A Proposed Logc For Test Analyss. Department of Psychology Smon Fraser Unversty., Dssertaton. Socan, G. (000). Assessment of Relablty when Test Items are not Essentally t- Equvalent. In A. Ferlgoj & A. Mrvar (Eds.), Developments n Survey Methodology Edtors. Ljubljana: FDV. Spearman, C. (904). The proof and measurement of the assocaton between two thngs. Amercan Journal of Psychology, 5( 7-0). Thompson, B. (994). Gudelnes for authors. Educatonal and Psychologcal Measurement, 54, Vehkalaht, K., Puntanen, S., & Tarkkonen, L. (006). Estmaton of relablty: a better alternatve for Cronbach s alpha. Retreved 9 November 009, 009, from mathstat.helsnk.f/reports/preprnt430.pdf Wess, D. J., and Davson, M. L. (98). Test theory and Methods. Annual Revew of Psychology, 3, Yurdugül, H. (006). The comparson of relablty coeffcents n parallel, tauequvalent, and konjenerk measurements. Journal of Faculty of Educatonal Scences, 39(),

14 LAMPIRAN Koerfsen Relabltas yang Dlbatkan dalam Peneltan No. Koefsen Smbol Model Dmens Formula. Flanagan r ' 4S yy Paralel / Essentally Undmens r τ S Equvalent. Kuder-Rchardson r ' k Σp( p) Paralel / Essentally Undmens r [ ] τ k s Equvalent 3. Guttman λ λ λ 3 λ 4 λ 5 λ 6 Paralel / Essentally Paralel / Essentally Paralel / Essentally Paralel / Essentally Paralel / Essentally Paralel / Essentally 4. Alpha Cronbach (95) α Paralel / Essentally Undmens Undmens Undmens Undmens Undmens Undmens Undmens λ λ λ + λ α 3 k k Y v S λ n λ n YY a + b 4 λ λ + 5 λ 5 Γ e j k y - k - 5. Cronbach, et. al (965) α strat Paralel / Essentally Multdmens α strat k ( α ) 4

15 6. Hese-Bohrnstedt Omega (Hese & Bohrnstedt, 975) Ω Paralel / Essentally Undmens/ Multdmens 7. Angof-Feldt (Feldt, 00) r Congenerc Undmens 8. Feldt-Glmer (Glmer dan Feldt, 983) r Congenerc Undmens 9. Revelle Beta (Znbarg et.al., 005). β Congenerc Undmens 0. Armor Theta (Armor, 974) θ Congenerc Undmens. Mamal Relablty (Raykov, 004) ρ ma Congenerc. Mamal Relablty (Muller & Hancock, 00) H Congenerc Multdmens 3. McDonald Omega ω Congenerc Undmens ( Ω r ' r p h 4 YY Y Y ' Q Q T W k θ j k θ k λ r ma ω k ρ ρ k ρ + ρ H + λ Σ λ c n λ j j 'n ) ' ' n λλ S n 4. McDonald Omega ω strat Congenerc Multdmens 5 ω MD ' ' n λφλ n 'n S n

16 5. Construct Relablty (Werts et.al; 974). 6. Construct Relablty (Muller dan Hancock, 007) ρ Congenerc Undmens ρ Congenerc Undmens ( Σλ ) Var( ) ρ ( Σλ ) Var( ) + ΣVar( e ) ( Σλ ) ρ ( Σλ ) + Σ( λ ) 6

KOMPARASI KETEPATAN ESTIMASI KOEFISIEN RELIABILITAS TEORI SKOR MURNI KLASIK. TESIS untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat magister

KOMPARASI KETEPATAN ESTIMASI KOEFISIEN RELIABILITAS TEORI SKOR MURNI KLASIK. TESIS untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat magister KOMPARASI KETEPATAN ESTIMASI KOEFISIEN RELIABILITAS TEORI SKOR MURNI KLASIK TESIS untuk memenuh sebagan persyaratan mencapa derajat magster Program Stud Pskolog Mnat Utama Pskometr Kelompok Bdang Ilmu-Ilmu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equation Modeling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equation Modeling BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemodelan Persamaan Struktural Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equaton Modelng (SEM) merupakan analss multvarat yang dapat menganalss hubungan varabel secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada BAB 5 ASIL DAN PEMBAASAN 5. asl Peneltan asl peneltan akan membahas secara lebh lengkap mengena penyajan data peneltan dan analss data. 5.. Penyajan Data Peneltan Sampel yang dgunakan dalam peneltan n

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci

Metode Estimasi Kemungkinan Maksimum dan Kuadrat Terkecil Tergeneralisasi pada Analisis Pemodelan Persamaan Struktural

Metode Estimasi Kemungkinan Maksimum dan Kuadrat Terkecil Tergeneralisasi pada Analisis Pemodelan Persamaan Struktural Jurnal Graden Vol. 11 No. 1 Januar 015 : 1035-1039 Metode Estmas Kemungknan Maksmum dan Kuadrat Terkecl Tergeneralsas pada Analss Pemodelan Persamaan Struktural Dan Agustna Jurusan Matematka, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES Harm Sugart Jurusan Statstka FMIPA Unverstas Terbuka emal: harm@ut.ac.d ABSTRAK Adanya penympangan terhadap asums

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Berorganisasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Berorganisasi 1 Analss Pengaruh Komtmen Berorgansas dan Kepuasan Kerja terhadap Knerja Karyawan PT. X dengan Metode Estmas Parameter Bootstrap pada Model Persamaan Struktural Ftr Ayu Kusumawat dan Sony Sunaryo Statstka,

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

Corresponding Author:

Corresponding Author: Perbandngan Fungs Ketahanan Hdup Dengan Metode Non Parametrk Menggunakan Uj Gehan Dan Uj Cox-Mantel (Lvng wth Securty Functon Comparson Method Usng Non Paremetrk Gehan test and Cox-Mantel Tes Ans Sept

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan. 0. Uji fungsi distribusi empiris yang populer, yaitu uji. distribusi nol

BAB I PENDAHULUAN. dan. 0. Uji fungsi distribusi empiris yang populer, yaitu uji. distribusi nol BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagan besar peneltan-peneltan bdang statstka berhubungan dengan pengujan asums dstrbus, bak secara teor maupun praktk d lapangan. Salah satu uj yang serng dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai 3 BAB III METODELOGIPENELITIAN 3. Lokas dan Waktu Peneltan 3.. Lokas Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger Bonepanta pada kelas X pada semester genap tahun ajaran 0/03. 3.. Waktu Peneltan Peneltan

Lebih terperinci

Devi Dwi Kurniawan Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 1. PENDAHULUAN

Devi Dwi Kurniawan Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 1. PENDAHULUAN ANALISIS KUALITAS SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI RESPON BUTIR Dev Dw Kurnawan Mahasswa Program Pascasarjana Unverstas Neger Yogyakarta devdwkurnawan@gmal.com ABSTRAK. Stud n bertujuan

Lebih terperinci

REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI)

REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI) REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI) PowerPont Sldes byyana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 9 Bandung, Telp. 0 013163-53 Hal-hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a UKURAN SAMPEL Prof. Dr. H. Almasd Syahza, SE., MP Emal: asyahza@yahoo.co.d Webste: http://almasd. almasd.staff. staff.unr.ac.d Penelt Senor Unverstas Rau Penentuan Sampel Peneltan lmah hampr selalu hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode 34 BAB III METODE PENELITIAN A Metode yang Dgunakan Metode peneltan merupakan suatu pendekatan yang dgunakan untuk mencar jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dbahas Metode peneltan juga dapat

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bulan September - November 2010 di SMP Negeri 1 Kalianda Kabupaten

III. METODE PENELITIAN. bulan September - November 2010 di SMP Negeri 1 Kalianda Kabupaten III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan pada semester ganjl tahun ajaran 010/011 antara bulan September - November 010 d SMP Neger 1 Kalanda Kabupaten Lampung Selatan.

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadap era globalsas yang penuh tantangan, aparatur negara dtuntut untuk dapat memberkan pelayanan yang berorentas pada kebutuhan masyarakat dalam pemberan pelayanan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Multivariat yang dibimbing oleh Ibu Trianingsih Eni Lestari

MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Multivariat yang dibimbing oleh Ibu Trianingsih Eni Lestari MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuh Tugas Matakulah Multvarat yang dbmbng oleh Ibu Tranngsh En Lestar oleh Sherly Dw Kharsma 34839 Slva Indrayan 34844 Vvn Octana 34633 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Lokas peneltan adalah d kampus Jurusan Penddkan Teknk Spl FPTK UPI yang beralamat d Jl. Dr. Setabud No. 07 Bandung, 40154. 3. Metode Peneltan Metode peneltan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS KAS OPERASI TERHADAP LIKUIDITAS PADA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN

PENGARUH ARUS KAS OPERASI TERHADAP LIKUIDITAS PADA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN 1 PENGARUH ARUS KAS OPERASI TERHADAP LIKUIDITAS PADA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN Pembmbng: Surtkant, SE., M.S Penuls: Ecatarna Febola Annsa Program Stud Akuntans Fakultas Ekonom Unverstas

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci