Kajian Pengembangan Indikator Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Kebumen

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Pengembangan Indikator Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Kebumen"

Transkripsi

1 140 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 16, NOMOR 2, OKTOBER 2009 Kajian Pengembangan Indikator Kinerja Dinas Pendidikan Kabuaten Kebumen Dwiyanto Indiahono Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jenderal Soedirman Koresondensi: Jl. Prof. DR. H. Bunyamin 993, Purwokerto. Abstract: Public need accurate information concerning roblem, education erformance indicator and erformance indicator that matching with future and ublic demand. Local government have to can shows the ability and willingness to comile erformance indicator of education local-deartment. Indicator Performance of education local-deartment have to deict commitment seriously of local government in educating local eole. Therefore, this research formulate research question: How imroving erformance indicator of education local-deartment at Kebumen Regency that matching with future and ublic demand? Research with qualitative method have been done. The result of this research are: first, indicator erformance comilation of education local-deartment has to imrove in harmony with Medium Level Develoment Planning (RPJM) Kebumen Regency and key erformance indicator for management education which is released by Domestic Deartment (Deartemen Dalam Negeri). Second, education local-deartment can develo indicators that show incresing of quality and relevance, imact indicators or other additional indicator to assure efficacy activities and rograms. Third, training and technical assistance are needed for comilation worklan base on erformance to imrove knowledge and skilled of governmental officers at education localdeartment. This is as one of the way to develo erformance indicator on education local-deartment more secific, unique and have high cometitiveness. Kata kunci: indikator kinerja, dinas endidikan daerah, emerintah daerah Pendidikan meruakan salah satu hak asasi manusia yang harus dienuhi. Undang-Undang Dasar 1945 un telah mengamanatkan keada negara untuk daat menyelenggarakan sistem endidikan nasional yang menjamin setia warga negara mendaatkan endidikan dan engajaran yang layak. Negara dalam konstitusi adalah ihak yang aling bertanggung jawab atas endidikan setia anak bangsa. Pemerintah daerah dalam era otonomi daerah un mendaatkan tantangan yang tidak ringan, ketika urusan endidikan di tingkat lokal diserahkan keadanya. Pemerintah daerah melalui dinas endidikan harus mamu dan mau mengelola endidikan dengan lebih bertanggung jawab (Indiahono, 2006: ; dan Indiahono, 2009: 36-37). Kinerja (erformance) adalah gambaran mengenai tingkat encaaian elaksanaan suatu kegiatan/rogram/kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam erencanaan strategis suatu organisasi (Mahsun, 2005: 25). Indikator kinerja yang jelas berarti juga telah terjadi modernisasi anggaran ublik. Sistem enganggaran ublik dengan demikian telah bergeser dari aradigma inut ke aradigma outut dan outcome. Inilah letak strategis dari indikator kinerja: memberikan kejelasan dan keastian enggunaan anggaran ublik (Greiling, 2005). Studi yang dilakukan oleh Martin dan Peter berjudul Multile Public Service Performance Indicators: Toward an Integrated Statistical Aroach mengembangkan model engukuran kinerja organisasi dengan endekatan roduktivitas. Studinya melaorkan bahwa uaya engukuran kinerja organisasi erlu memertimbangkan berbagai sasaran yang akan dicaai organisasi. Dengan cara demikian, akan dieroleh ukuran kinerja organisasi yang lebih kontekstual sekaligus komrehensif (Martin dan Peter, 2005). Studi lainnya yang dilakukan oleh Lee dengan judul Measuring the erformance of ublic sec- 140

2 Indiahono, Kajian Pengembangan Indikator Kinerja Dinas Pendidikan tor organisations: a case study on ublic schools in Malaysia melaorkan bahwa ukuran kinerja organisasi ublik erlu memasukkan asek finansial mauun non-finansial. Dengan endekatan tersebut, organisasi daat melacak caaian-caaian tujuannya serta daat mengukur ertumbuhan organisasinya dalam lingkungan yang terus berubah (Lee, 2006). Salah satu wujud dari ertanggungjawaban urusan endidikan adalah setia dinas endidikan diwajibkan untuk membuat laoran encaaian kinerja instansinya dalam kurun waktu tertentu. Laoran kinerja ini nantinya daat dilihat dan dinilai oleh ublik, aakah dinas endidikan telah memadai dalam melakukan usaha eningkatan kuantitas dan kualitas endidikan di tingkat lokal. Pemerintah Kabuaten Kebumen dengan enuh tanggung jawab menyadari hal ini dan menyatakan bahwa engembangan indikator kinerja meruakan suatu keniscayaan. Sehingga, dengan demikian dierlukan informasi yang akurat mengenai masalah, caaian indikator kinerja masa kini dan indikator kinerja yang sesuai dengan tuntutan masa dean dan tuntutan masyarakat. Begitu un di sektor endidikan, emerintah daerah harus mamu menunjukkan kemauan dan kemamuannya untuk menyusun indikator kinerja Dinas Pendidikan. Indikator kinerja dinas endidikan harus daat menggambarkan komitmen sungguh-sungguh emerintah daerah untuk mencerdaskan anak bangsa di tingkat lokal. Oleh karena itu, enelitian ini merumuskan ertanyaan enelitian: Bagaimanakah engembangan indikator kinerja Dinas Pendidikan Kabuaten Kebumen yang sesuai dengan tuntutan masa dean dan tuntutan masyarakat? Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui indikator kinerja yang telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabuaten Kebumen, menganalisisnya dan mengembangan indikator kinerja Dinas Pendidikan Kabuaten Kebumen yang selaras dengan tuntutan jaman dan ublik. METODE Penelitian ini menggunakan metode enelitian kualitatif dengan dua jenis data, yaitu data rimer dan data sekunder. Data rimer dieroleh melalui wawancara dengan ara informan dan focus grou discussion (FGD) untuk mendaatkan data yang berkaitan dengan kinerja organisasi. Sedangkan data sekunder dieroleh dari berbagai ublikasi dan dokumen yang relevan baik dari emerintah Kabuaten Kebumen mauun Pusat. Sumber data dalam enelitian ini adalah keala bidang, keala subbidang, dan staf di Dinas Pendidikan Kebumen. Penelitian ini melakukan kajian atas indikator kinerja yang telah ada sebelumnya, kemudian melakukan review atas indikator kinerja ada dan merekomendasikan erbaikan-erbaikan ada indikator kinerja Dinas Pendidikan Kebumen. Rekomendasi erbaikan diarahkan agar Dinas Pendidikan memiliki daya saing dan kemamuan untuk menyelaraskan indikator Dinas Pendidikan dengan tuntutan ublik dan relevan dengan kondisi kekinian. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pendidikan di Kabuaten Kebumen Berdasarkan data tahun kurang lebih 20% enduduk di Kabuaten Kebumen hanya tamat SD. Meskiun demikian data juga menyebutkan bahwa Angka Partisiasi Sekolah (APS) dari Sekolah Dasar (SD) ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama tahun 2003 hingga tahun 2006 terus meningkat. APS ada tahun sebesar 85,08%, tahun sebesar 86,81% dan tahun sebesar 88,42%. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu kendala enting dari banyaknya enduduk yang tidak melanjutkan sekolah karena anggaan endidikan tidak enting lambat laun mulai berubah. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya angka belum atau tidak sekolah kelomok usia 7-12 tahun dan tahun. Bahkan Angka Partisiasi Kasar Tahun sudah mencaai 90,06%. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan telah mengidentifikasi beberaa masalah endidikan di Kabuaten Kebumen yang kemudian diuayakan untuk diselesaikan. Beberaa masalah endidikan dan kebudayaan yang tercantum dalam Renstra Pendidikan tahun adalah fasilitas elayanan endidikan belum tersedia secara merata dan belum memenuhi standar elayanan minimal (SPM). Kabuaten Kebumen memiliki 847 SD dan 100 MI, 107 SMP dan 74 MTs, 25 SMA, 17 MA dan 53 SMK. Dengan angka ini maka di setia desa atau kelurahan ratarata terdaat 2-3 SD/ MI, 6-7 SMP di setia kecamatan dan 1-2 unit SMA/ MA dan 2 SMK di setia kecamatan. Rata-rata ini meyakinkan bahwa distribusi sekolah untuk jenjang SD dan SMP cuku merata,

3 142 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 16, NOMOR 2, OKTOBER 2009 sedangkan untuk tingkat SMA masih timang antara wilayah desa dan wilayah kota. Penambahan jumlah SMA di wilayah edesaan atau memerbesar kesematan belajar bagi masyarakat desa di sekolah-sekolah SMA di kota menjadi kebutuhan tersendiri dalam engembangan sektor endidikan di Kabuaten Kebumen. Fasilitas elayanan endidikan di daerah edesaan masih terbatas menyebabkan sulitnya anakanak untuk mengakses layanan endidikan. Selain hal tersebut, fasilitas dan layanan endidikan khusus bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus (kelainan fisik, emosional, mental dan sosial), dan memiliki otensi kecerdasan dan bakat istimewa juga belum tersedia secara memadai. Fasilitas endidikan ini mencaku sarana dan rasarana endidikan. Sarana endidikan adalah eralatan dan erlengkaan yang secara langsung diergunakan dan menunjang roses endidikan (seerti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media engajaran), sedangkan rasarana endidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya roses endidikan atau engajaran (seerti halaman, kebun, taman sekolah dan jalan menuju sekolah) (Mulyasa, 2007: 49). Kualitas endidikan masih rendah dan belum mamu memenuhi kebutuhan kometensi eserta didik. Hal ini terutama disebabkan: 1) ketersediaan endidik yang belum memadai baik secara kuantitas mauun kualitas, 2) kesejahteraan endidik yang masih rendah, 3) fasilitas belajar belum mencukui, dan 4) biaya oerasional endidikan belum disediakan secara memadai. Data ada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabuaten Kebumen tahun 2006 menunjukkan bahwa rasio guru dengan murid untuk SD adalah 24,20 dan MI adalah 38,95, untuk SMP dan MTs masing-masing 18,40 dan 12,40, sedangkan untuk SMA adalah 16,98, SMK adalah 13,59 dan SMK adalah 17,20 (Lihat Tabel 1). Selain hal tersebut, secara kualitas endidik di Kabuaten Kebumen masih kurang, ini dibuktikan dengan belum terenuhinya kualifikasi endidikan ara endidik. Pada tahun 2006 sekitar 45,45 ersen ruang kelas SD dan sekitar 12,04 ersen ruang kelas SMP mengalami rusak ringan dan rusak berat. Hal ini berengaruh ada kelayakan dan kenyamanan roses belajar mengajar dan motivasi untuk meningkatkan mutu endidikan. Manajemen endidikan belum berjalan secara efektif dan efisien. Salah satu masalah yang diidentifikasi dalam Renstra Pendidikan Kabuaten Kebumen tahun adalah masih belum jelasnya embagian eran dan tanggung jawab masing-masing tingkat emerintahan termasuk dalam enyediaan anggaran, dan belum terlaksanya standar elayanan minimal yang seharusnya ditetakan oleh masing-masing emerintah kabuaten/kota dengan acuan dari emerintah usat dan roinsi. Tabel 1. Rasio Guru dan Murid di Kabuaten Kebumen Tahun 2006 No Tingkat Pendidikan Rasio Gu 1 SD 24 2 MI 38 3 SMP 18 4 MTs 12 5 SMA 16 6 MA 13 7 SMK 17 Sumber: Diolah dari Renstra Dinas Pendidikan Kabuaten Kebumen Tabel 2. Proorsi Pendidikan Guru Tahun 2006 Keterangan Proorsi guru SD yang berendidikan Diloma 2 ke atas Proorsi guru SMP yang berendidikan S-1 ke atas Proorsi guru SMA yang berendidikan S-1 ke atas Proorsi guru SMK yang berendidikan S-1 ke atas Sumber: Diolah dari Renstra Dinas Pendidikan Kabuaten Kebumen

4 Indiahono, Kajian Pengembangan Indikator Kinerja Dinas Pendidikan Selain beberaa hal di atas masalah yang terkait dengan endidikan dan kebudayaan di Kabuaten Kebumen adalah anggaran embangunan endidikan yang belum tersedia secara memadai; bidang olah raga dan kebudayaan yang belum mendaatkan dukungan enuh dari masyarakat; erkembangan masyarakat yang sangat dinamis sebagai akibat dari globalisasi dan esatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi membutuhkan enyesuaian tata nilai dan erilaku; serta krisis jati diri (identitas nasional) yang diiringi dengan runtuhnya nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan dan keramahtamahan sosial yang ernah diangga sebagai kekuatan emersatu dan ciri khas bangsa Indonesia, makin udar bersamaan dengan menguatnya nilai-nilai materialisme. Guru yang berkualitas menjadi endidik yang daat memberikan kemudahan belajar bagi seluruh eserta didik, agar eserta didik daat mengembangkan otensinya secara otimal. Menurut Mulyasa guru harus kreatif, rofesional, dan menyenangkan, dengan memosisikan diri sebagai berikut: (1) Orang tua yang enuh kasih sayang ada eserta didiknya; (2) Teman, temat mengadu, dan mengutarakan erasaan bagi ara eserta didik; (3) Fasilitator yang selalu sia memberikan kemudahan dan melayani eserta didik sesuai minat, kemamuan dan bakatnya; (4) Memberikan sumbangan emikiran keada orang tua untuk daat mengetahui ermasalahan yang dihadai anak dan memberikan saran emecahannya; (5) Memuuk rasa ercaya diri, berani dan bertanggung jawab; (6) Membiasakan eserta didik untuk saling berhubungan (bersilaturahmi) dengan orang lain secara wajar; (7) Mengembangkan roses sosialisasi yang wajar antaraeserta didik, orang lain dan lingkungannya; (8) mengembangkan kreativitas; (9) Menjadi embantu ketika dierlukan (Mulyasa, 2005: 36). Hasil enelitian Toyamah dan Usman dari SME- RU menunjukkan bahwa hambatan di bidang endidikan yang dihadai didaerah sejah sebelum otonomi daerah hingga kini belum banyak bergeser. Persoalannya masih di sekitar ermasalahan sarana dan rasarana endidikan yang tidak lengka, jumlah dan mutu tenaga yang kurang dengan ketersebaran yang tidak merata (Toyamah dan Usman, 2004: iv). Terkait dengan usaha meningkatkan mutu endidikan bagi keluarga miskin, ada contoh menarik yang dilakukan oleh Presiden Hugo Chavez dengan menggerakkan artisiasi Lingkaran Bolivarian dalam Plan Bolivar Plan itu memerbolehkan Chavez memobilisasi tentara Venezuela di area-area miskin dengan maksud untuk memberikan elayanan kesehatan, memberikan makanan, membangun erlengkaan umum, eningkatan mutu sekolah dan mengorganisasikan logistik bagi orang yang aling membutuhkan, misalnya orang miskin di daerah-daerah yang sangat kumuh di erkotaan (Soyomukti, 2007: 177). Selain melakukan hal tersebut, keberhasilan Chavez dalam endidikan terlihat sebagai berikut:...didirikannya 3000 sekolah-sekolah gratis baru, memasukkan 1,5 juta rakyat ke sekolah-sekolah gratis-rogram ini adalah yang ertama kali dalam 102 tahun. Menetakan sistem endidikan tinggi gratis-mendirikan Universitas Simon Bolivar, untuk mayoritas rakyat miskin yang selama ini mengangga endidikan tinggi adalah barang mewah (rakyat miskin mendaat buku teks elajaran gratis, transortasi ke universitas gratis, makanan gratis). Mahasiswa dan staf universitas juga bekerja bersama secara demokratis membuat kurikulum (Mission Robinson I, Mission Robinson II Mission Ribas dan Sucre). Misi Robinson berhasil membebaskan Venezuela dari buta huruf di tahun 2005 (data UNICEF) dan meluluskan orang yang dro out sekolah dasar di tahun Mission Ribas menyekolahkan orang-orang yang dro out SLTA, dan Sucre memberi beasiswa untuk orang miskin masuk ke erguruan tinggi. Secara simultan juga membangun 200 Universitas Simon Bolivar di kota-kota... (Soyomukti, 2007: ) Pendidik dengan demikian harus senantiasa disuort untuk terus berkembang menjadi tenaga endidik yang handal dan rofesional, dan salah satu caranya adalah dengan cara endidikan dan elatihan. Kajian Harris dan Sass (2007) menunjukkan bahwa elatihan daat meningkatkan roduktifitas. Produktifitas inilah yang daat dilihat sebagai terjadinya eningkatan kualitas guru dan erkembangan eserta didik. Kondisi yang Diinginkan dan Proyeksi ke Dean Dinas Pendidikan Kabuaten Kebumen berusaha mencari solusi dari masalah-masalah di atas, dan berusaha daat mencaai hal-hal sebagai berikut: (1) Pembangunan endidikan ke dean secara sistematis diarahkan ada emerataan dan erluasan endidikan, eningkatan mutu dan keunggulan serta efisiensi

5 144 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 16, NOMOR 2, OKTOBER 2009 endidikan yang dikembangkan melalui berbagai jalur, jenis dan jenjang endidikan, diantaranya: a) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhada Tuhan Yang Maha Esa ada sistem di semua jenjang endidikan sesuai dengan moto: Kebumen Beriman, b) Meningkatkan eneraan manajemen mandiri endidikan berbasis sekolah yang memberikan kewenangan lebih luas ada satuan endidikan dalam engelolaan sumber daya yang dimiliki, c) Meningkatkan angka artisiasi ada semua jenjang endidikan (APK dan APM), d) Meningkatkan kualitas setia jalur, jenjang dan jenis endidikan dengan menitikberatkan ada engembangan kurikulum, roses embelajaran, sarana endidikan, ketegaan dan endanaan, e) Penataan rogram keahlian endidikan kejuruan dalam rangka mewujudkan sistem endidikan ersiaan kerja yang berorientasi ada kebutuhan asar, f) Meningkatkan rofesionalisme dan kesejahteraan guru serta tenaga keendidikan, g) Perwujudan lingkungan yang berdisilin dan bermakna agar semakin kondusif setia satuan endidikan terbebas dari engaruh enyalahgunaan obat-obat terlarang, kekerasan dan enyimangan erilaku, dan h) Terwujudnya sarana dan rasarana endidikan yang memadai di setia jalur, jenis dan jenjang endidikan; (2) Pembangunan generasi muda keolahragaan dan seni yang diinginkan antara lain: a) Pembangunan keemudaan diarahkan keada kegiatan sosial budaya yang ositif dan kegiatan ekonomi roduktif, b) Pengembangan asek mental dan moral embangunan ara emuda melalui sistem endidikan sekolah dan endidikan luar sekolah khususnya melalui endidikan agama, endidikan jasmani dan olahraga, endidikan budi ekerti dan kewarganegaraan serta endidikan keteramilan emuda, c) Pengembangan emuda melalui kegiatan ekonomi roduktif kegiatan usaha kecil, khususnya ekonomi edesaan, d) Peningkatan wawasan ara emuda dalam rangka mencegah timbulnya ancaman disintegrasi bangsa, serta memuuk saling kerja sama, e) Peningkatan keteramilan emuda dalam mencitakan daya saing, f) Perluasan olah raga masyarakat yang bertumu ada kemamuan swakelola dan swadana, g) Pembinaan olahraga restasi dengan meningkatkan daya dukung sarana dan rasarana yang memadai, h) Peneraan sistem manajemen olahraga yang lebih efisien, dan i) Memberikan enghargaan secara nyata keada sistem dan embina olah raga kesenian yang berrestasi. Antara Strategi dalam Renstra Pendidikan dengan Strategi RPJM Kabuaten Kebumen Masalah endidikan di Kabuaten Kebumen telah diidentifikasi dengan baik, baik yang dicantumkan dalam RPJM mauun yang dicantumkan dalam rencana strategis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Namun demikian ternyata dalam strategi yang tercantum dalam RPJM dan Renstra Pendidikan terdaat erbedaan. Padahal Renstra Pendidikan sebagai dokumen yang mengacu RPJM seharusnya meruakan dokumen yang secara konsisten menjabarkan RPJM Kabuaten Kebumen. Jika dianalisis dan disinkronkan, maka akan didaati hasil seerti ada Tabel 3. Renstra endidikan yang kurang sinkron dengan RPJM Kabuaten berdasarkan hasil Focus Grou Discussion diakui karena memang terbitnya Renstra Pendidikan tahun berhamiran atau bersamaan dengan kelahiran RPJM Kabuaten. Sehingga, jika memang terdaat sedikit erbedaan memang suatu hal yang mungkin terjadi karena embahasannya hamir bersamaan. Di masa yang akan datang, semoga saja enyusunan rencana strategis harus benarbenar merujuk ada RPJM Kabuaten Kebumen, sehingga strategi untuk menyelesaikan masalah endidikan yang ada meruakan gerakan teradu antara Dinas Pendidikan dengan Pemerintah Kabuaten. Aalagi, dalam strategi RPJM telah dicantumkan hal yang strategis yang daat menyulai kinerja Dinas Pendidikan seerti: (a) Meningkatkan otonomi dan desentralisasi engelolaan endidikan dengan emberian kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar keada satuan endidikan dalam mengelola endidikan secara sehat, bertanggung jawab dan akuntabel yang diikuti dengan sistem kontrol dan jaminan kualitas endidikan serta sistem enilaian kinerja samai dengan satuan endidikan; dan (b) Menata sistem embiayaan endidikan yang berrinsi keadilan, efisien, transaran dan akuntabel dan eningkatan anggaran endidikan secara bertaha hingga mencaai 20 ersen untuk melanjutkan usaha-usaha emerataan dan enyediaan layanan endidikan yang berkualitas. Pendidikan menjadi arena yang strategis untuk memerangi kemiskinan. Menurut Shar, enyebab dari kemiskinan jika diandang dari sisi ekonomi adalah, ertama, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan ola keemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi endaatan yang timang. Pen-

6 Indiahono, Kajian Pengembangan Indikator Kinerja Dinas Pendidikan Tabel 3. Analisis Strategi RPJM dan Renstra Pendidikan Strategi RPJM Kabuaten Kebumen (lama) 1. Meningkatkan elaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun 2. Meningkatkan erluasan dan emerataan endidikan menengah baik umum mauun kejuruan untuk mengantisiasi meningkatnya lulusan sekolah menengah ertama sebagai damak keberhasilan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, dan enyediaan tenaga kerja lualusan endidikan menengah yang berkualitas. 3. Memberikan akses yang lebih besar keada kelomok masyarakat yang selama ini kurang daat terjangkau oleh layanan endidikan seerti masyarakat miskin, masyarakat yang tinggal di daerah terencil dan atauun masyarakat enyandang cacat. 4. Meningkatkan enyediaan endidikan keteramilan dan kewirausahaan atauun endidikan non formal yang bermutu 5. Meningkatkan endidikan non formal yang merata dan bermutu untuk memberikan elayanan endidikan keada warga masyarakat yang tidak mungkin terenuhi kebutuhan endidikannya melalui jalur formal terutama bagi masyarakat yang tidak ernah sekolah atau buta akasara, utus sekolah dan warga masyarakat lainnya yangi ingin meningkatkan dan atau memerolah engetahuan, kecakaan/ keteramilan hidu dan kemamuan guna meningkatkan kualitas hidunya. 6. Meningkatkan enyediaan dan emerataan sarana endidikan dan tenaga endidik 7. Menyemurnakan manajemen endidikan dan meningkatkan artisiasi masyarakat dalam roses erbaikan mutu endidikan 8. Meningkatkan otonomi dan desentralisasi engelolaan endidikan dengan emberian kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar keada satuan endidikan dalam Strate 1. P k d D W m d 2. P 3. P 4. P 5. P d Sumber: Data Primer Diolah, 2008 duduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitas rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat erbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Ketiga, kemiskinan muncul akibat erbedaan akses dalam modal. Keemat, teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of overty), yaitu adanya keterbelakangan, ketidaksemurnaan asar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya roduktivitas (Shar dalam Kuncoro. 2003: 131). Sehingga tidaklah mengherankan jika di negara maju ang-

7 146 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 16, NOMOR 2, OKTOBER 2009 garan endidikan hamir bisa diastikan terus naik setia tahun. Pendidikan diyakini sebagai alat untuk mencitakan modal manusia yang handal. Pembentukan modal manusia adalah roses memeroleh dan meningkatkan jumlah orang yang memunyai keahlian, endidikan dan engalaman yang menentukan bagi embangunan ekonomi dan olitik suatu negara. Pembentukan modal manusia karenanya dikaitkan dengan investasi ada manusia dan engembangannya sebagai suatu sumber yang kreatif dan roduktif (Harbison dalam Jhingan. 1996: 521). Hal ini menjadi enting karena studi yang dilakukan oleh beberaa ahli ekonomi seerti Schultz, Harbison, Dension, Kendrick, Moses Abramovits, Becker, Mary Bowman dan Kuznets menyatakan bahwa salah satu dari beberaa faktor enting yang menyebabkan erekonomian Amerika maju dengan esat adalah adanya embiayaan endidikan yang relatif selalu meningkat. Pertumbuhan ersediaan modal nyata ada kondisi tertentu tergantung ada embentukan modal manusia (Jhingan. 1996: 522). Untuk kasus di Indonesia, Studi Brata daat mewakilinya, yaitu: Dari hasil estimasi dengan menggabungkan data tahun 1996, 1999, dan 2002 dieroleh bukti bahwa investasi sektor ublik untuk bidang sosial membawa manfaat bagi embangunan manusia dan kesejahteraan enduduk. Investasi bidang sosial tersebut menghasilkan manfaat dalam eningkatan Indeks Pembangunan Manusia dan menurunkan tingkat kemiskinan. Pembangunan manusia yang berhasil juga ditemukan membawa manfaat ada berkurangnya tingkat kemiskinan (Brata. 2005: 15). Indikator Kinerja Kunci dalam Rangka Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD) terhada LPPD Tahun 2007-Asek Tingkat Caaian Kinerja Penyelenggaraan U- rusan Pendidikan untuk Pemerintah Daerah Pemerintah usat dalam hal ini Menteri Dalam Negeri telah menentukan Indikator Kinerja Kunci dalam rangka evaluasi kinerja enyelenggaran emerintahan daerah terhada caaian urusan wajib dan urusan ilihan untuk emerintah daerah salah satunya adalah endidikan. Pendidikan sebagai salah satu u- rusan wajib oleh Kementerian Dalam Negeri telah ditentukan indikator kinerja kuncinya untuk menilai berhasil atau tidaknya sebuah kabuaten/kota menyelenggarakan urusan wajib tersebut. Instrumen engukuran indikator kinerja kunci dalam urusan endidikan daat dilihat dalam Tabel 4. Selain untuk kebutuhan emerintah usat, evaluasi ini juga bermanfaat untuk menjadi ukuran kinerja dinas endidikan di tingkat lokal. Indikator ini daat dijadikan barometer keberhasilan atau kegagalan kinerja dinas endidikan. Instrumen indikator kinerja kunci yang telah ditentukan daat dikembangkan dengan menentukan besaran target caaian yang akan dicaai oleh Dinas Pendidikan dalam suatu kurun waktu tertentu, misalnya untuk Pendidikan Anak Usia Dini untuk tahun 2009 Dinas Pendidikan menargetkan 75 % anak seusia 4-6 tahun masuk dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Berikut adalah CONTOH SIMU- LASI yang daat dikembangkan (Tabel 5). Dengan membuat target atau baseline dari indikator kinerja kunci, maka diharakan Dinas Pendidikan daat mudah menyatakan keberhasilan atau kekurangberhasilan rogram yang terkait dengan endidikan. KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian Kajian Pengembangan Indikator Kinerja Dinas Pendidikan Kabuaten ini telah mengambil beberaa kesimulan enting, yaitu: Dinas Pendidikan menyadari bahwa Kabuaten Kebumen telah ariurna dalam Wajar Dikdas 9 tahun, sehingga sekarang Dinas Pendidikan telah menyusun rogram untuk menyongsong Wajar 12 tahun. Pada masa yang akan datang enyusunan indikator kinerja Dinas Pendidikan un harus dikembangkan selaras dengan rogram Wajar 12 tahun dan uaya meningkatkan mutu dan relevansi. Penyusunan indikator kinerja Dinas Pendidikan harus dikembangkan selaras dengan RPJM Kabuaten Kebumen dan Indikator Kinerja Kunci enyelenggaraan Urusan wajib Pendidikan yang dikeluarkan oleh Deartemen Dalam Negeri. Dinas Pendidikan daat mengembangkan indikator yang menunjukkan eningkatan mutu dan relevansi, indikator damak atau indikator tambahan lainnya, untuk meyakinkan keberhasilan suatu rogram dan kegiatan. Pelatihan dan endamingan enyusunan rogram kerja berbasis kinerja dibutuhkan untuk meningkatkan engetahuan dan keteramilan aarat emerintah ada Dinas Pendidikan, sebagai salah satu cara untuk mengembangan indikator kinerja Dinas Pendidikan yang lebih sesifik, khas dan memiliki daya saing tinggi.

8 Indiahono, Kajian Pengembangan Indikator Kinerja Dinas Pendidikan Tabel 4. Indikator Kinerja Kunci Urusan Wajib Pendidikan Tabel 5. Simulasi Pengembangan Indikator Kinerja Kunci Urusan Wajib Pendidikan Indikator Rumus Pendidikan Anak Jumlah siswa ada jenjang TK/ RA/ Penitian anak X 1 No Urusan Indikator Usia Dini Jumlah anak usia 4-6 tahun Pendidik Pendidikan Anak Usia Jumlah siswa ada jenjang TK/ RA/ Penduduk yang Jumlah enduduk usia 15 tahun ke atas daat baca tulis an Dini Jumlah anak usia 4-6 tahun berusia >15 tahun Jumlah enduduk usia 15 tahun ke atas Penduduk yang berusia Jumlah enduduk usia 15 tahun ke a melek huruf >15 tahun melek huruf Jumlah enduduk usia 15 tahun ke a Angka Partisiasi Jumlah siswa usia 7-12 tahun di jenjang SD/ MI/ Paker A Angka Partisiasi Murni Jumlah siswa usia 7-12 tahun di jenj Murni (APM) Jumlah enduduk kelomok usia 7-12 tahun (APM) SD/ MI/ Paket A Jumlah enduduk kelomok usia 7-1 SD/ MI/ Paket A Angka Partisiasi Murni Jumlah siswa usia tahun di jen Angka Partisiasi Jumlah siswa usia tahun di jenjang SMP/ MTs/ P (APM) SMP/ MTs/ Paket Jumlah enduduk kelomok usia 13- Murni (APM) Jumlah enduduk kelomok usia tahun B SMP/ MTs/ Paket Angka Partisiasi Murni Jumlah siswa usia tahun di jen B (APM) SMA/SMK/ MA/ Penduduk kelomok usia tahu Angka Partisiasi Jumlah siswa usia tahun di jenjang SMA/SMK/ M Paket C Murni (APM) Penduduk kelomok usia tahun Angka Putus Sekolah Jumlah utus sekolah ada tingkat da SMA/SMK/ MA/ (APS) SD/ MI Jumlah siswa ada tingkat sama dan Paket C ada tahun ajaran sebelumnya Angka Putus Jumlah utus sekolah ada tingkat dan jenjang SD/ MI Angka Putus Sekolah Jumlah utus sekolah ada tingkat da Sekolah (APS) Jumlah siswa ada tingkat sama dan jenjang SD/ MI APS SMP/ MTs Jumlah siswa ada tingkat sama dan SD/ MI ada tahun ajaran sebelumnya ada tahun ajaran sebelumnya) X 10 Angka Putus Jumlah utus sekolah ada tingkat dan jenjang SMP/ MT Sekolah APS Jumlah siswa ada tingkat sama dan jenjang SMP/ MTs SMP/ MTs ada tahun ajaran sebelumnya) X 100% Sumber: Data Diolah, 2008

9 148 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 16, NOMOR 2, OKTOBER 2009 DAFTAR RUJUKAN Anonim Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabuaten Kebumen ( ) Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan ( ) Kabuaten Kebumen. Brata, Aloysius Gunadi Investasi Sektor Publik Lokal, Pembangunan Manusia, dan Kemiskinan. Makalah untuk Making Services Works for the Poor Research Cometition, World Bank Office, Jakarta. Lembaga Penelitian - Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Februari Greiling, Dorothea Performance Measurement in the Public Sector. International Journal of Productivity and Performance Management Vol. 54, No. 7. Harris, Douglas N. dan Tim R. Sass Teacher Training, Teacher Quality, and Student Achieve-ment. the National Center for the Analysis of Longitudinal Data in Education Research (CALDER) - the Urban Institute Indiahono, Dwiyanto Reformasi Birokrasi Amlo : Mungkinkah?. Gava Media: Yogyakarta Public Disobedience: Telaah Penolakan Publik terhada Kebijakan Pemerintah. Gava Media: Yogyakarta. Jhingan, ML cetakan keenam. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kuncoro, Mudrajad cetakan ketiga. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Lee, Nagarajah Measuring the erformance of ublic sector organisations: a case study on ublic schools in Malaysia. Measuring Business Excellence, VOL. 10 NO , Mahsun, Mohamad Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE-UGM: Yogyakarta. Martin, Stehen dan Peter C. Smith Multile Public Service Performance Indicators: Toward an Integrated Statistical Aroach. Journal of Public Administration Research and Theory 15: Mulyasa, E cetakan ketiga. Menjadi Guru Profesional: Mencitakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung cetakan kesebelas. Manajemen Berbasis Sekolah. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. Soyomukti, Nurani Hugo Chavez: Revolusi Bolivarian dan Politik Radikal. Resist Book: Yogyakarta. Toyamah, Nina dan Syaikhu Usman Alokasi Anggaran Pendidikan di Era Otonomi Daerah: Imlikasinya terhada Pengelolaan Pelayanan Pendidikan Dasar. Lembaga Penelitian SMERU: Jakarta.

Dwi Rohmadi Mustofa, Ide Lia Marzuki,Ihsan Mustofa Jl. Raya Wonokriyo Gadingrejo Pringsewu Abstract.

Dwi Rohmadi Mustofa, Ide Lia Marzuki,Ihsan Mustofa Jl. Raya Wonokriyo Gadingrejo Pringsewu   Abstract. PENINGKATAN KINERJA GURU MELALUI SUPERVISI PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS PADA SMA MA ARIF NU 5 PURBOLINGGO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR) Dwi Rohmadi Mustofa, Ide Lia

Lebih terperinci

Sri Lestari Kartikawati, Endang Sutedja, Dzulfikar DLH ABSTRAK

Sri Lestari Kartikawati, Endang Sutedja, Dzulfikar DLH ABSTRAK PENGARUH KELAS IBU BALITA TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERAMPILAN IBU BALITA DALAM MERAWAT BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARASA KOTA BANDUNG ABSTRAK Sri Lestari Kartikawati, Endang

Lebih terperinci

Jenis Pekerjaan Utama Responden di Lokasi Studi.

Jenis Pekerjaan Utama Responden di Lokasi Studi. Deskrisi Rinci Rona Lingkungan Hidu Awal dengan nelayan juragan dan buruh nelayan (10,06%) juga termasuk ke dalam jenis mata encaharian yang akan terkena damak langsung dari adanya rencana usaha dan/atau

Lebih terperinci

ABSTRACT. : Unmet need, Family Planning

ABSTRACT. : Unmet need, Family Planning HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN UNMET NEED KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA PENUNGKULAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2016 Sulikhah, Djoko Nugroho, Yudhy Dharmawan

Lebih terperinci

PEMODELAN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DENGAN INTEGER PROGRAMMING

PEMODELAN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DENGAN INTEGER PROGRAMMING PEMODELAN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DENGAN INTEGER PROGRAMMING Dian Permata Sari, Sri Setyaningsih, dan Fitria Virgantari. Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Penderita Pasca Stroke Dalam Upaya Rehabilitasi Di RS St. Elisabeth Medan

Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Penderita Pasca Stroke Dalam Upaya Rehabilitasi Di RS St. Elisabeth Medan No. Resonden : Tanggal wawancara Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Keluarga Terhada Penderita Pasca Stroke Dalam Uaya Rehabilitasi Di RS St. Elisabeth Medan Keterangan / Petunjuk engisian 1. Setia

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PRASARANA DAN SARANA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2008

STUDI TENTANG PRASARANA DAN SARANA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2008 erustakaan.uns.ac.id STUD TENTANG PRASARANA DAN SARANA PENDDKAN JASMAN DAN OLAHRAGA D SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGER SE KABUPATEN PURBALNGGA TAHUN 8 Oleh : PANDHUDHARMA SR SATYAN NM : K 46446 AKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN BAB I BAB I BAB I 1 A Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) merupakan perwujudan dari tekad melakukan reformasi pendidikan untuk menjawab tuntutan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN MATEMATIKA PENARIKAN AKAR PANGKAT TIGA DARI BILANGAN BULAT DENGAN HASIL HAMPIRAN

MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN MATEMATIKA PENARIKAN AKAR PANGKAT TIGA DARI BILANGAN BULAT DENGAN HASIL HAMPIRAN MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN MATEMATIKA PENARIKAN AKAR PANGKAT TIGA DARI BILANGAN BULAT DENGAN HASIL HAMPIRAN OLEH LUKMANUDIN D07.090.5 PROGRAM STUDY PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN Oleh : Rengganis L. N. R 302 00 046 PENDAHULUAN Latar Belakang Penduduk

Lebih terperinci

Suherdiyanto. Prodi Pendidikan Geografi IKIP PGRI Pontianak, Jl. Ampera No. 88 Pontianak

Suherdiyanto. Prodi Pendidikan Geografi IKIP PGRI Pontianak, Jl. Ampera No. 88 Pontianak SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial ISSN 2407-5299 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DILUAR KELAS (OUT DOOR STUDY) DALAM MATERI PERMASALAHAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA PADA SISWA MTS AL-IKHLAS

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN : PK-FEB-10 PROSEDUR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM Tanggal Terbit : 01/08/11 Lamiran 8.3 FM-FEB-10-02 Rev.00 SATUAN ACARA PERKULIAHAN 1. Mata Kuliah :SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN 2. Bobot :3

Lebih terperinci

Keywords : Bank Waste, Community Participation, Characteristics, Enabling Supporting

Keywords : Bank Waste, Community Participation, Characteristics, Enabling Supporting FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK SAMPAH DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN TAHUN 2013 Sarah Patumona Manalu 1, Indra Chahaya 2 dan Irnawati

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 45 mengamanatkan Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN GURU BIOLOGI KELAS XI IPA DI SMA SWASTA PEKANBARU BERDASARKAN CLUSTER SEKOLAH TAHUN AJARAN 2014/2015

PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN GURU BIOLOGI KELAS XI IPA DI SMA SWASTA PEKANBARU BERDASARKAN CLUSTER SEKOLAH TAHUN AJARAN 2014/2015 PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN GURU BIOLOGI KELAS XI IPA DI SMA SWASTA PEKANBARU BERDASARKAN CLUSTER SEKOLAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Siti Robiah 1 Seita Ferazona 2 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN: Latar Belakag

Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN: Latar Belakag PENDAHULUAN PENGARUH KONSELING MENGGUNAKAN LEMBAR BALIK DAN LEAFLET TERHADAP KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI Niken Purbowati (Poltekkes Kemenkes Jakarta III) ABSTRAK Prevalensi anemia tertinggi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data 50 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode 2001-2012. Data

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI BALONGAN MODUL PEMBELAJARAN Kode. Dok PBM. Edisi/Revisi A/ Tanggal Juli Halaman dari A. Kometensi Inti KI : Memahami, menerakan, menganalisis,

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI A. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Beberapa permasalahan yang masih dihadapi Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga

Lebih terperinci

HUBUNGAN BAURAN PEMASARAN DENGAN KEPUTUSAN MEMILIH BEROBAT DI POLIKLINIK AMBUN PAGI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Delsa Dezolla *

HUBUNGAN BAURAN PEMASARAN DENGAN KEPUTUSAN MEMILIH BEROBAT DI POLIKLINIK AMBUN PAGI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Delsa Dezolla * ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN BAURAN PEMASARAN DENGAN KEPUTUSAN MEMILIH BEROBAT DI POLIKLINIK AMBUN PAGI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Delsa Dezolla * ABSTRAK Bauran emasaran adalah seerangkat alat

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Nama SKPD : DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA Visi : Terwujudnya Layanan Pendidikan, Pemuda Olahraga Rote Ndao yang berkembang, bermutu, unggul terjangkau Misi : 1 Memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, baik ekonomi, Iptek, sosial, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, baik ekonomi, Iptek, sosial, maupun budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu dari empat tujuan negara yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa ini. Satu dari empat tujuan negara yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: PM-32 ANALISI KESULITAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN DIFERENSIAL

PROSIDING ISSN: PM-32 ANALISI KESULITAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN DIFERENSIAL PM-32 ANALISI KESULITAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN DIFERENSIAL Sumargiyani 1), Muhammad Iqna Hibatallah 2), Universitas Ahmad Dahlan 1),2) sumargiyani04@yahoo.om, iqnaunyu@gmail.om

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: PM-20 ANALISIS KESULITAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN DIFERENSIAL

PROSIDING ISSN: PM-20 ANALISIS KESULITAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN DIFERENSIAL PM-20 ANALISIS KESULITAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN DIFERENSIAL Sumargiyani 1) Muhammad Iqna Hibatallah 2) Universitas Ahmad Dahlan 1)2) sumargiyani04@yahoo.om iqnaunyu@gmail.om Abstrak

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KOMUNIKASI, PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SOSIALISASI KARIR, DAN JENJANG KARIR

EFEKTIVITAS ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KOMUNIKASI, PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SOSIALISASI KARIR, DAN JENJANG KARIR EFEKTIVITAS ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KOMUNIKASI, PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SOSIALISASI KARIR, DAN JENJANG KARIR Ridwan 1,2*, Dewi Irawaty 3, Sutanto P. Hastono 4 1. Akademik Keerawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015 LAMIRAN I ERATURAN BUATI ROBOLINGGO NOMOR TAHUN 2014 TANGGAL BAB I ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang erencanaan pembangunan daerah diartikan sebagai suatu proses penyusunan tahap-tahap kegiatan yang melibatkan

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health UJPH () (1) Unnes Journal of Public Health htt://journal.unnes.ac.id/sju/index.h/ujh FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PETUGAS SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA TINGKAT PUSKESMAS DI

Lebih terperinci

LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP)

LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP) LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP) Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan kewajiban

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan

Lebih terperinci

pada Fakultas Hukum (FH) Universitas Panji Sakti (Unipas) Singaraja.

pada Fakultas Hukum (FH) Universitas Panji Sakti (Unipas) Singaraja. KOEFISIEN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG TERDIRI ATAS CAMPURAN BUTIR TES PILIHAN GANDA DAN ESAI Oleh Drs. I Nyoman Lemes, S.H., M.H. dan Ketut Wetan Sastrawan, S.H., M.H. 13 Abstrak: Tes

Lebih terperinci

Pengaruh Riwayat Pemberian ASI Terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kristen Imanuel Surakarta

Pengaruh Riwayat Pemberian ASI Terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kristen Imanuel Surakarta Pengaruh Riwayat Terhada Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kristen Imanuel Surakarta 1 2 srilestarijs@yahoo.com 1 2 AKPER Insan Husada Surakarta Breast milk is the most erfect food for baby. Giving

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebangkitan nasional tahun 1908, para pemimpin pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebangkitan nasional tahun 1908, para pemimpin pergerakan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejak kebangkitan nasional tahun 1908, para pemimpin pergerakan kemerdekaan Indonesia dan para pendiri negara ini sangat sadar akan pentingnya pendidikan. Jika sebelum

Lebih terperinci

7.1. Fokus Berdasarkan Misi

7.1. Fokus Berdasarkan Misi RJMD Kabuaten Tebo 2011-2016 Dalam enyelenggaraan emerintahan dan elaksanaan embangunan di Kabuaten Tebo, tentunya akan teta memerhatikan visi, misi, strategi dan arah kebijakan embangunan. Oleh karena

Lebih terperinci

Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado ARTIKEL PENELITIAN Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Keuasan Pasien di Instalasi Rawat Ina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Analysis of Factors Correlated with Patient Satisfaction in The Inatient

Lebih terperinci

Analisis Pengelompokan Mengenai Perubahan Struktur Kependudukan Dalam Menghadapi Era Bonus Demografi Di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur

Analisis Pengelompokan Mengenai Perubahan Struktur Kependudukan Dalam Menghadapi Era Bonus Demografi Di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur D-486 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (06) 337-350 (30-98X Print) Analisis Pengelomokan Mengenai Perubahan Struktur Keendudukan Dalam Menghadai Era Bonus Demografi Di Kabuaten/Kota Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan kepribadian manusia.

Lebih terperinci

PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KULON PROGO Jln. SUTIJAB NOMOR 01, WATES YOGYAKARTA 55611 TLN. (0274) 774535 Profil Data Pendidikan 1 KATA PENGANTAR Penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arah pembangunan ditentukan oleh perencanaan pembangunan yang dilaksanakan baik dalam lingkup daerah (kabupaten/kota), provinsi maupun nasional. Seperti yang termaktub

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Visi adalah gambaran atau pandangan tentang masa depan yang diinginkan. Dalam konteks perencanaan, visi merupakan rumusan umum mengenai

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN Kebijakan Pendidikan Working Paper: Investing in Indonesia s Education: Allocation, Equity, and Efficiency of Public Expenditures, World Bank

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016 ANALISIS FAKT RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016 Rahmawati STIKES Nani Hasanuddin Makassar Alamat koresondensi: Rahmaq320@gmail.com/085395118181 ABSTRAK BBLR adalah bayi dengan berat

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: NIKI WINDA RUKMINI NPM:

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: NIKI WINDA RUKMINI NPM: ARTIKEL PENELITIAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK MELALUI METODE INKUIRI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 33 PADANG OLEH: NIKI WINDA RUKMINI NPM: 1110013111008

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkembangan jaman telah berdampak pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dimana perkembangan ini telah membawa perubahan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

Kata Kunci: Sistem Informasi, Pengukuran Kinerja Sistem, TRADE, Prototyping, TUKAB

Kata Kunci: Sistem Informasi, Pengukuran Kinerja Sistem, TRADE, Prototyping, TUKAB ANALISA KINERJA SISTEM INFORMASI TUKAR UANG KARTAL ANTAR BANK (TUKAB) PADA KANTOR PELAYANAN KAS BRI PATTIMURA SEMARANG Dhany Andhyka 1, Wellia Shinta Sari 2 1,2 Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komuter,

Lebih terperinci

PERBAIKAN PERAPEN PERAJIN GAMELAN DESA TIHINGAN KLUNGKUNG BALI DAPAT MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PERAJIN

PERBAIKAN PERAPEN PERAJIN GAMELAN DESA TIHINGAN KLUNGKUNG BALI DAPAT MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PERAJIN PERBAIKAN PERAPEN PERAJIN GAMELAN DESA TIHINGAN KLUNGKUNG BALI DAPAT MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PERAJIN I Ketut Gde Juli Suarbawa I Ketut Bangse Program Studi Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bali

Lebih terperinci

46 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

46 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN ANALISIS PENCAPAIAN PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DI KECAMATAN PANCURBATU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015 Zuraidah (Prodi Kebidanan Pematangsiantar, Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan) ABSTRACT Introduction:

Lebih terperinci

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS)

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS) Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS) Jl. Parangkusumo. 51 Purwosari - Surakarta Jawa Tengah 57147 Telp./Fax: +62 271 716657 E-mail : lp2kssolo@gmail.com i KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS)

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS) Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS) Jl. Parangkusumo. 51 Purwosari - Surakarta Jawa Tengah 57147 Telp./Fax: +62 271 716657 E-mail : lp2kssolo@gmail.com i KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran otentik Kabupaten Rejang Labong dalam 5 (lima) tahun mendatang pada kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati terpilih untuk periode RPJMD

Lebih terperinci

BAB II DINAS PENDAPATAN, KEUANGAN DAN ASSET DAERAH KABUPATEN SAMOSIR. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Samosir.

BAB II DINAS PENDAPATAN, KEUANGAN DAN ASSET DAERAH KABUPATEN SAMOSIR. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Samosir. 7 BAB II DINAS PENDAPATAN, KEUANGAN DAN ASSET DAERAH KABUPATEN SAMOSIR A. Sejarah Ringkas Dinas Pendaatan, Keuangan Asset Daerah Kabuaten Samosir dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabuaten Samosir

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI

DASAR HUKUM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI DASAR HUKUM ENJAMINAN MUTU ENDIDIKAN TINGGI Undang Undang No 12 Tahun 2012, endidikan Tinggi ermenristekdikti No. 44 Tahun 2015, SN-Dikti ermenristekdikti No. 32 Tahun 2016, Akreditasi rodi & T ermenristekdikti

Lebih terperinci

Biaya Modal (Cost of Capital)

Biaya Modal (Cost of Capital) Bahan Ajar : Manajemen Keuangan II Digunakan untuk melengkai buku wajib Disusun oleh: Nila Firdausi Nuzula Biaya Modal (Cost of Caital) Caital Budgeting dan Cost of Caital (CoC) meruakan dua konse yang

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI) INDIKATOR (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI) PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DINAS PENDIDIKAN Jalan Ahmad Yani No. 05 Ngawi Kode Pos : 63202, Tromol Pos 09 Tlp. (0351) 79198 Fax. (0351) 79078 Email :

Lebih terperinci

PEMODELAN KETERTINGGALAN DAERAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN

PEMODELAN KETERTINGGALAN DAERAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN M-20 PEMODELAN KETERTINGGALAN DAERAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN Titi Purwandari, Yuyun Hidayat 2,2) Deartemen Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran, email : titiurwandari@yahoo.com,

Lebih terperinci

B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN

B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN Pembagian urusan pemerintahan sesuai asas desentralisasi dalam sistem pemerintahan yang mensyaratkan adanya pembagian urusan yang jelas antara Pemerintah dengan

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET 1 Meningkatnya aksesbilitas dan kualitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu generasi muda penerus bangsa yang mampu menjawab tantangan-tantangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional merupakan salah satu faktor yang sangat strategis dalam membentuk dan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani

Lebih terperinci

* Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado * Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

* Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado * Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado FAKTOR-FAKTOR YAG BERHUBUGA DEGA KEPUTUSA PEMILIHA TEMPAT BERSALI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATA KECAMATA IBU KABUPATE HALMAHERA BARAT PROPISI MALUKU UTARA Siska ova Sibua*, D. V. Rombot* * Program

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

Lebih terperinci

Program Peringkat Reksa Dana 2009

Program Peringkat Reksa Dana 2009 Program Peringkat Reksa Dana 2009 Oleh: Prof. Dr. Adler H. Manurung, S.H., M.E., M.Comm., ChFC., RFC (Ketua Tim Ahli) Dr. Ferdinand D. Saragih Dr. Akino W. Azzaro Reza Priyambada Gunawan Parningotan J.

Lebih terperinci

Kebijakan Nasional. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Kebijakan Nasional. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kebijakan Nasional Sistem enjaminan Mutu endidikan Tinggi Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2012 tentang endidikan Tinggi ermenristekdikti No. 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional endidikan Tinggi ermenristekdikti

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro VISI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO TERWUJUDNYA INSAN CERDAS, KOMPERHENSIP DAN BERBUDAYA BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA UNTUK MENOPANG

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Tahun 2016 ini disusun untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan jalur terendek (Shortest Path) meruakan suatu jaringan engarahan erjalanan dimana seseorang engarah jalan ingin menentukan jalur terendek antara dua kota

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Sebagaimana diuraikan pada pasal 3 Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kota Semarang,

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kota Pekalongan Tahun 2014 BAB IV PENUTUP

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kota Pekalongan Tahun 2014 BAB IV PENUTUP BAB IV PENUTUP Sebagai bagian penutup dari Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kota Pekalongan Tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa secara umum Pemerintah Kota Pekalongan telah memperlihatkan pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusiaa, pendidikan adalah hak setiap warga negara sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi. dalam rangka mencerdaskan kahidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi. dalam rangka mencerdaskan kahidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tidak pernah lepas dari belajar baik di pendidikan formal maupun non formal. Belajar adalah key term, istilah kunci yang paling vital dalam setiap

Lebih terperinci

Stunting berhubungan dengan perkembangan motorik anak di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta

Stunting berhubungan dengan perkembangan motorik anak di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta 10 JURNAL Maria GIZI Goreti DAN Pantaleon, DIETETIK Hamam INDONESIA Hadi, Indria Laksmi Gamayanti Vol. 3, No. 1, Januari 201: 10-21 berhubungan dengan erkembangan motorik anak di Kecamatan Sedayu, Bantul,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA 2.1 Visi Dalam rangka mewujudkan cita-cita mencerdaskan bangsa dan sejalan dengan visi pendidikan nasional, maka visi pembangunan pendidikan di Kabupaten Sumbawa

Lebih terperinci

Fator-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Care K4 di Puskesmas Sipatana Kota Gorontalo

Fator-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Care K4 di Puskesmas Sipatana Kota Gorontalo ARTIKEL PENELITIAN Fator-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Care K4 di Puskesmas Siatana Kota Gorontalo Factors Of Associated With The Visit Antenatal Care (ANC) K4 In Community

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi karakteristik dan keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran untuk menunjang kelancaran jalannya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI (SPM DIKTI) DAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI)

KEBIJAKAN NASIONAL SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI (SPM DIKTI) DAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) KBIJAKAN NASIONAL SISTM NJAMINAN MUTU NDIDIKAN TINGGI (SM DIKTI) DAN SISTM NJAMINAN MUTU INTRNAL (SMI) Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2012 Tentang endidikan Tinggi dan ermenristekdikti No. 62 Tahun 2016 Tentang

Lebih terperinci

Hubungan Status Gizi dengan Status Sosial Ekonomi Keluarga Murid Sekolah Dasar di Daerah Pusat dan Pinggiran Kota Padang

Hubungan Status Gizi dengan Status Sosial Ekonomi Keluarga Murid Sekolah Dasar di Daerah Pusat dan Pinggiran Kota Padang 182 Artikel Penelitian Hubungan dengan Status Sosial Ekonomi Keluarga Murid Sekolah Dasar di Daerah Pusat dan Pinggiran Kota Padang Lisbet Rimelfhi Sebataraja, Fadil Oenzil, Asterina Abstrak Status gizi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Oleh: Tim Pengembang SPMI. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Oleh: Tim Pengembang SPMI. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kebijakan Nasional Sistem enjaminan Mutu Internal Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 Tentang endidikan Tinggi ermendikbud No. 50 Tahun 2014 Tentang Sistem enjaminan Mutu endidikan Tinggi ermenristekdikti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini Pemerintah Indonesia telah menjadikan investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan mengalokasikan persentase yang lebih

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI MADRASAH ALIYAH AL-HUDA KOTA GORONTALO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI MADRASAH ALIYAH AL-HUDA KOTA GORONTALO FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI MADRASAH ALIYAH AL-HUDA KOTA GORONTALO Nelis N. Mantolongi ), Sunarto Kadir 2), Lia Amalia 3). Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Lebih terperinci

Analisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap F RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Analisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap F RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado ARTIKEL PENELITIAN Analisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Keuasan Pasien di Instalasi Rawat Manado Analysis of Factors Correlated with Patient Satisfaction in The Hosital Inatient F General Hosital

Lebih terperinci

IMPORTANCE PERFORMANCE ANALISYS PADA KANTOR KECAMATAN PURWOKERTO UTARA KABUPATEN BANYUMAS (STUDI KASUS : PELAYANAN E-KTP)

IMPORTANCE PERFORMANCE ANALISYS PADA KANTOR KECAMATAN PURWOKERTO UTARA KABUPATEN BANYUMAS (STUDI KASUS : PELAYANAN E-KTP) IMORTANCE ERFORMANCE ANALISYS ADA KANTOR KECAMATAN URWOKERTO UTARA KABUATEN BANYUMAS (STUDI KASUS : ELAYANAN E-KT) Oleh : Yusmedi Nurfaizal, Berlilana Dosen STMIK Amikom urwokerto Abstrak enelitian ini

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2015 DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci